Nama : Rico Armansyah Cipto Nugroho (2300103911220065)
Kelas PJOK-E
Filosofi Pendidikan Indonesia
01.01.2-T1-3. Eksplorasi Konsep
Tugas 1.4 : Argumentasi Kritis Pendidikan menurut pandangan Ki Hajar Dewantara adalah menururt segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagaian yang setinggi-tingginya. Dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara bahawa pendidikan sebagai manusia tidak dapat dipisahkan dari rasa kebangsaan. Agenda kebangsaan yang berupaya untuk menyatukan segenap elemen bangsa memang penting dan perlu disemaikan melalui ruang-ruang pendidikan. Melalui pendidikan kebangsaan, ingatan dan imajinasi kolektif kebangsaan Indonesia yang bineka harus diinternalisasikan. Perspektif kebangsaan ini menjadi penting agar anak-anak bangsa tidak mudah dipecah belah. Tak salah jika dalam berbagai tulisannya Ki Hadjar Dewantara selalu menekankan agar pendidikan menghargai perbedaan-perbedaan dari tiap anak bangsa dan terus berupaya untuk mewujudkan persatuan. Era digital dengan otomatisasi, kecerdasan buatan, dan ragam variannya tidak boleh membuat anak didik kita semakin tercerabut rasa kemanusiaanya. Di sinilah peran pendidik yang terus melakukan momong, among, dan ngemong, seperti pesan Ki Hadjar Dewantara. Ini berarti, guru yang dibutuhkan ialah mereka yang mampu menemani gejolak kaum muda yang mudah terombang-ambing di era semakin cepatnya perubahan zaman. Mengetahui kondisi zaman yang terjadi akibat adanya perubahan menjadi sangat penting sehingga dalam beberapa tulisan Ki Hajar Dewantara disampaikan bahwa pengajaran yang diberikan tidak hanya menuju ke arah cerdasnya anak didik atau bertambahnya ilmu pengetahuan, tetapi juga bagaimana mereka mampu secara aktif mencari berbagai jenis pengetahuan. Apa yang disampaikan tersebut tentu sangat relevan dengan kondisi saat ini. Selain itu, pendidikan yang dibutuhkan, jika kembali ke filosofi Ki Hadjar Dewantara, ialah jenis pendidikan yang membuat anak tetep, antep dan mantep di mana ada ketangguhan dari setiap anak untuk terus berupaya meningkatkan kualitasnya. Ngandel, kandel, kendel, dan bandel, yakni anak-anak percaya diri, tidak mudah goyah dan kukuh pada pendiriannya. Juga pendidikan yang neng, ning, nung, dan nang, yakni ada ketenangan hati yang membuat tercapainya tujuan menjadi insan yang berbahagia. Implikasi pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada pendidikan tinggi di Indonesia diantaranya pembelajar sepanjang hayat dan kemampuan melakukan refleksi. Selain itu juga menyangkut soal pemberian umpan balik yang membangun, mentoring yang berkelanjutan, pembelajaran berbasis kebutuhan dan tempat di masyarakat industri, pembelajaran berbasis keunggulan kebudayaan lokal mengacu pada nilai-nilai universal.