Anda di halaman 1dari 16

PRINSIP PENGULANGAN

MAKALAH

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH


TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
YANG DIAMPU OLEH Dr. DENI KURNIAWAN, M.Pd dan DRA. MUTHIA
ALINAWATI, M.PD

Disusun oleh:

Muhammad Raihan Ramadhan 1903387


Aura Salsbilah Ardian 1904839
Ratu Sylvia Ridwan 1909770

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW. Penyusun mengucap syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penyusun mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dengan judul Peserta Didik dalam Pendidikan.
Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah
tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada studi banding atau membandingkan
beberapa materi yang sama dari berbagai referensi. Dan semoga bisa memberi
tambahan pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun mengucapkan terimakasih pada semua pihak khususnya dosen mata
kuliah Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah membantu dan membimbing
dalam penulisan makalah ini.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi penyusun
menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan kehilafan dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap penyusun harapkan demi
perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Bandung, 16 Februari

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................5
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
KAJIAN TEORI....................................................................................................................7
BAB III ANALISIS.............................................................................................................13
BAB IV PENUTUPAN........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembelajaran, interaksi antara pendidik dan peserta didik perlu
berjalan efektif. Interaksi yang efektif menjadi prasyarat kualitas suatu pembelajaran.
Pendidik sangat berperan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, karena
pendidiklah yang mengatur pendekatan, metode, strategi maupun media pembelajaran
yang akan digunakan, namun yang tak kalah pentingnya adalah kondisi peserta didik
yang menjadi prioritas utama karena peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek
pendidikan
Prinsip – prinsip pembelajaran merupakan bagian terpenting yang wajib
diketahui oleh tenaga pengajar sebagai acuan yang tepat dalam menjalakan proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran prinsip-prinsip serta teori pembelajaran dapat
membantu tenaga pendidik untuk memilih tindakan yang tepat, Selain itu juga
berguna untuk mengembangkan sikap yang diperlukan dalam menunjang peningkatan
belajar siswa.
Prinsip-Prinsip dalam pembelajaran berkaitan dengan perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual.
Prinsip pengulangan disebut hukum pengulangan atau “law of exercise”.
Prinsip ini mengandung arti bahwa hasil belajar dapat lebih sempurna apabila sering
diulang dan sering dilatih. Untuk mempertahankan sebuah informasi, pengulangan 
merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan. Namun pengulangan harus
dilakukan dengan cara-cara tertentu supaya berkesan  sehingga informasi akan lama
disimpan dalam memori jangka panjang. 
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan teori konektivisme?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan prinsip pengulangan atau law of
experience?
1.2.3 Bagaimana implikasi prinsip pengulangan dalam pembelajaran?
4
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca mendapatkan
wawasan mengenai prinsip pengulangan.
1.3.2 Agar mengetahui landasan teori prinsip pengulangan.

1.3.3 Agar mengetahui bagaimana implikasi prinsip pengulangan dalam


pembelajaran.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini berisikan informasi mengenai prinsip pembelajaran khususnya
prinsip pengulangan yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan
kegiatan pembelajaran. Serta mengkaji teori dasar yang direlefansikan dengan
implikasinya dalam proses pembelajaran.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Apa yang dimaksud dengan teori konektivisme?


Teori Koneksionisme merupakan salah satu teori belajar yang menjelaskan
proses pembelajaran yang di alami oleh individu. Teori Koneksionisme memandang
bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencobacoba dan membuat salah, demikian
juga pada pembelajaran bahasa pada anak usia dini. Setiap anak usia dini pada
awalnya melakukan percobaaan berbahasa dan membuat kesalahan-kesalahan
melafalkan sebelum akhirnya menjadi terbiasa dan benar sehingga menambah kosa-
kata bahasa yang pada ahirnya dapat memudahkan dalam menyampaikan maksud dan
tujuan kepada lawan bicaranya. Terlepas dari asal usul bahasa manusia itu, apakah
karena alami (fisis) ada pada manusia atau karena sebuah kesepakatan bersama antar
pemakai bahasa (konvensi). Manusia pada umumnya pasti melewati sebuah proses
pembelajaran dalam hal apapun, baik secara sadar atau tidak sadar sejak ia dilahirkan.
Termasuk di dalamnya yaitu dalam mempelajari bahasa verbal sebagai penyampai
pesan maksud dan tujuannya kepada orang lain. Anak usia dini merupakan tahap awal
bagaimana ia belajar berbicara dan belajar berbahasa. Merunut dari fakta sejarah
membuktikan bahwasannya manusia selalu mengalami perkembangan yang sangat
pesat dan kompleks, baik secara pemikiran dan prilaku dari masa ke masa untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam rangka bertahan hidup. Dinamisme
yang sangat cepat dan kompleks tersebut tentunyamerubah pola pikir, prilaku dan
segala bentuk kegiatannya. Tidak terkecuali, prinsip dan hukum teori belajar
Koneksionisme yang telah di rumuskanberdasarkan hasil penelitian pada tahun 1980
silam oleh Edwar Thorndike. Menghitung waktu dirumuskan dengan masa sekarang
sangat memungkinkan terjadinya perubahan di berbagai sisi. Penelitian yang
dilakukan secara berkala merupakan salah satu upaya menjawab kenyataan tersebut,
disamping menjadikan lebih memahami proses bagaimana pembelajaran bahasa pada
anak usia dinisekaligus juga sebagai pembuktian teori belajar Koneksionisme
6

2.2 Apa yang dimaksud dengan prinsip pengulangan atau law of experience?
Teori Koneksionisme pertama kali dicetuskan oleh Edward Thorndike yaitu
seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Menurut
Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut Stimulus (S) dengan Respon (R) dua hal ini
dikenal sebagai S-R bond. Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan
eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau
berbuat sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan
karena adanya perangsang. Dari hasil percobaan yang dilakukan Thorndike
pada seekor kucing. Thorndike merumuskan hukum-hukum sebagai berikut:

a. Law of Readiness(Hukum Kesiapan)


Ketika seseorang dipersiapkan (sehingga siap) untuk bertindak, maka
melakukan tindakan merupakan imbalan (reward) sementara tidak
melakukannya merupakan hukuman (punishment) (Schunk: 2012). Semakin
siap suatu individu terhadap suatu tindakan, maka perilaku-perilaku yang
mendukung akan menghasilkan imbalan (memuaskan).
Kegiatan belajar dapat berlangsung secara efisien bila si pelajar telah memiliki
kesiapan belajar. Ada tiga keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum
kesiapan ini, yaitu bahwa: 1) Apabila suatu unit tingkah laku telah siap
digunakan, maka penggunaannya akan membawa kepuasan.
2) Apabila suatu unit tingkah laku telah siap digunakan namun tidak digunakan
maka akan menimbulkan ketidakpuasan (kerugian) dan menimbulkan respon
yang lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan itu.
3) Apabila suatu unit tingkah laku belum siap tetapi dipaksakan untuk
digunakan maka akibatnya juga kerugian.
8
b. Law of Exercise (Hukum Latihan)
Koneksi antara kondisi dan tindakan akan menjadi kuat karena latihan dan akan
menjadi lemah karena kurang latihan. Dalam belajar, pelajar perlu mengulang-
ulang bahan pelajaran. Semakin sering suatu pelajaran diulangi semakin
dikuasai pelajaran tersebut. Hukum ini mengandung dua hal, yaitu; 1) Law of
Use(Hukum Kegunaan), sebuah respon terhadap stimulus memperkuat koneksi
keduanya. Respon dalam hal ini adalah latihan tersebut.
2) Law of Disuse (Hukum Ketidakgunaan), ketika respon tidak diberikan
terhadap stimulus kekuatan koneksinya menjadi menurun. 3) Law of Effect
(Hukum Akibat) Kegiatan belajar yang memberikan efek hasil belajar yang
menyenangkan (hadiah) cenderung akan diulangi, sedangkan kegiatan belajar
yang memberikan efek hasil belajar yang tidak menyenangkan (hukuman) akan
dihentikan. Dalam pembelajaran hukum ini biasa diterapkan dengan pemberian
reward and punishment.
Thorndike menghasilkan teori belajar “Connectionisme” karena
belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan
respons. Dia mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu: (1)
Law of readines, belajar akan berhasil apabila individu memilikikesiapan untuk
melakukan perbuatan tersebut; (2) Law of exercise, yitu belajar akan berhasil
apabila banyak latihan dan ulangan; (3) Law of effect, yaitu belajar akan
semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Hukum latihan menjelaskan seperti dikatakan pepatah “Latihan
menjadikan sempurna”. Dengan kata lain, pengalaman yang diulang-ulang
memperbesar timbulnya respon benar. Akan tetapai pengulangan yang tidak
disertai keadaan memuaskan tidak dapat meningkatkan belajar. Hukum kesiapan
9
melukiskan syarat-syarat yang menentukan keadaan yang disebut “memuaskan”
atau “menjengkelkan”. Secara singkat, pelaksanaan tindakan sebagai respon
terhadap suatu impuls yang kuat akan menimbukan kepuasan, sedangkan
menghalangi pelaksanaan tindakan atau memaksanya terjadi dalam syarat-syarat
yang lain itu menjengkelkan.
2.3 Bagaimana implikasi prinsip pengulangan dalam pembelajaran?
Istilah yang masih dapat dipertahankan dalam proses pembelajaran adalah
tujuh kalisatu (7x1)lebih baik daripada satu kali tujuh (1x7). Pernyataan ini
masih sangatdibutuhkan walaupun dalam era teknologi yang serba
canggih.Sebagai implikasi dari prinsip pengulangan bagi peserta didik adalah
kesadaranpeserta didik untuk bersedia melakukan sesuatusecara berulang-ulang.
Diharapkandengan kesadaran ini peserta didik merasa tidak pernah bosan dalam
mengerjakans e s u a t u w a l a u p u n t e l a h dilakukan secara berulang-
ulang. Adapun kegiatan y a n g merupakan implikasi dari prinsip
pengulangan seperti menghafal surah pendek dalam al-qur’an, menghafal
perkalian, rumus-rumus, menghafal nama-nama latin tumbuhanataupun tahun-
tahun masehi dan hijriah

Adapun implikasi teori belajar Thorndike dalam pendidikan (Dimyati dan


Mudjiono,2002), antara lain meliputi:
1. Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan
oleh teori psikolog daya adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas daya pengamat, menanggap, mengingat, menghayal, merasakan,
berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang. Thorndike dalam teori psikologi asosiasi atau
koneksionisme, berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise” ia
mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan antarstimulus dan
respon dan pengulangan terhadap pengalamanpengalaman itu memperbesar
peluang timbulnya respon besar.
10
2. Thorndike dalam teori “law of effect” mengemukakan bahwa siswa akan
belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh
baik bagi usaha belajar selanjutnya.
Oleh karena itu, dapat di pahami bahwa implikasi teori belajar Thorndike
dapat dilihat pada kondisi belajar siswa dan juga dapat dilihat pada kondisi guru
mengajar. Dalam kondisi siswa belajar, siswa dituntut kesadarannya untuk
bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang-ulang. Begitu juga siswa
membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, dengan demikin
siswa akan selalu memiliki pengetauhuan tentang hasil yang sekaligus
merupakan

penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak
bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan. Bentuk perilaku dari prinsip
ini adalah siswa akan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban,
menerima kenyataan nilai yang dicapai, menerima teguran guru dan lain
sebagainya.
Sedangkan implikasi teori belajar Thorndike bagi guru diantaranya adalah
mampu memulihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang
membutuhkan pengulangan, baik dengan cara merancang pelaksanaan
pengulangan, mengembangkan atau merumuskan soal-soal latihan, membuat
kegiatan pengulangan yang bervariasi, mengembangkan alat evaluasi kegiatan
pengulangan, mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus
diulang.
Begitu juga dalam penguatan, guru sebagai penyelenggara penbelajaran
harus dapat menentukan bentuk, cara, serta kapan penguatan diberikan. Bentuk
perilaku guru tersebut dapat berupa memberitahukan jawaban yang benar setiap
kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa dengan benar ataupun
salah, mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang di berikan kepada siswa
pada waktu yang telah ditentukan, memberikan anggukan atau acungan jempol
atau
11
isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar dari pertanyaan yang
disajikan guru, dan memberikan hadiah atau ganjaran kepada siswa yang berhasil
menyelesaikan tugas.
BAB III

ANALISIS

Pengulangan dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah suatu tindakan atau perbuatan
berupa latihan berulangkali yang dilakukan peserta didik yang bertujuan untuk lebih
memantapkan hasil pembelajarannya. Pemantapan diartikan sebagai usaha perbaikan dan
sebagai usaha perluasan yang dilakukan melalui pengulangan– pengulangan.

Pembelajaran yang efektif dilakukan dengan berulang kali sehingga peserta didik menjadi
mengerti. Bahan ajar bagaimanapun sulitnya yang diberikan oleh pendidik kepada peserta
didik, jika mereka sering mengulangi bahan tersebut niscaya akan mudah dikuasai dan
dihafalnya.

Ahmad Zayadi dan Abdul Majid mengatakan bahwa penguatan dorongan serta bimbingan
pada beberapa peristiwa pembelajaran peserta didik dapat meningkatkan kemampuan yang
telah ada pada perilaku belajarnya. Hal ini mendorong kemudahan bagi peserta didik untuk
melakukan pengulangan atau mempelajari materi pelajaran secara berulang kali.10 Adanya
pengulangan terhadap materi pelajaran yang diberikan mempermudah penguasaan dan dapat
meningkatkan kemampuannya.

Salah satu teori pembelajaran yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi
asosiasi atau koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal Thorndike mengemukakan ada
tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu:

a. Law of readines, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk
melakukan perbuatan tersebut.
b. Law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan.
c. Law of effect, yaitu belajar akan bersemangat apabila mengetahuai dan
mendapatkan hasil yang baik.11 Belajar akan berhasil apabila peserta didik itu
memiliki kesiapan untuk belajar, pelajaran itu selalu dilatihkan/diulangi serta
peserta didik lebih bersemangat apabila mendapatkan hasil yang memuaskan.
12

BAB IV

PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Teori Koneksionisme merupakan salah satu teori belajar yang menjelaskan
proses pembelajaran yang di alami oleh individu. Teori Koneksionisme memandang
bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencobacoba dan membuat salah. Menurut
Thorndike, ia berpendapat bahwa menghasilkan teori belajar “Connectionisme”
karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan
respons. Dia mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu: (1) Law of
readines, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan
perbuatan tersebut; (2) Law of exercise, yitu belajar akan berhasil apabila banyak
latihan dan ulangan; (3) Law of effect, yaitu belajar akan semangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Adapun implikasinya terhadap dunia
pendidikan dapat dilihat pada kondisi belajar siswa dan juga dapat dilihat pada
kondisi guru mengajar. Dalam kondisi siswa belajar, siswa dituntut kesadarannya
untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang-ulang. Begitu juga siswa
membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, dengan demikin siswa
akan selalu memiliki pengetauhuan tentang hasil yang sekaligus merupakan penguat
(reinforce) bagi dirinya sendiri.

4.2 Saran
Menurut pendapat kami, bahwa salah satu metode menghafal yang efektif
adalah dengan menggunakan prinsip pengulangan yang dimana siswa dituntut untuk
lebih banyak mengulang dan melatih agar mampu menguasai materi yang diajarkan.
Namun, siswa juga membutuhkan suatu kepastian tentang apa yang ia kerjakan
sehingga siswa memiliki pengetahuan tentang materi yang diajarkan tersebut dan
sekaligus juga sebagai penguat untuk dirinya sendiri
13

DAFTAR PUSTAKA

Gani Ali, st. Hasniyati (2013), Prinsip-Prinsip Pembelajaran dan


Impikasinya Terhadap Pendidik dan Peserta Didik. Kendari, STAIN Kendari
Makki, Ali (2019), Mengenal Sosok Edward Lee Thorndike Aliran
Fungsinaolisme Dalam Teori belajar, Pamekasan, Sekolah Tinggi Ilmu
Syari’ah As-Salafiyah Pamekasan
Zahidin, Mohammad Ali, Mulyaningsih, Indrya (2016), Teori
Koneksionisme Dalam pembelajaran Bahasa Kedua Anak Usia Dini, Cirebon,
IAIN Syekh Nurjati
http://widyareinventing.blogspot.com/2011/12/prinsip-pengulangan-
dalam-pembelajaran.html?m=1Robert, E.S. 2011. Psikologi Pendidikan Teori
dan Praktik Jilid II. Jakarta: PT Indeks
https://www.instructionaldesign.org/theories/connectionism/
14

Anda mungkin juga menyukai