Disusun Oleh:
Husnuz Zuhad (210103220015)
Sulfina Sufya (210103220002)
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................ 20
B. Saran.......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya, pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru atau
pengajar untuk membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Dengan kata lain pembelajaran adalah usaha-usaha
terencana dalam memanipulasi sumbersumber belajar agar terjadi proses belajar
dalam diri.1 Kata ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti menempatkan atau
meletakkan‖ dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehigga kata tithenai
berubah menjadi tema.
Menurut arti katanya tema berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu
yang telah ditempatkan.2 Tema adalah pokok pemikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan. Pengertian secara luas, bahwa tema merupakan alat atau
wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.
Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep
secara mudah dan jelas. Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran
yang melibatkan beberapa muatan pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa.
Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu,
aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi pembelajaran tematik adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam
beberapa muatan pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Tematik intregatif adalah pembelajaran yang menggunakan tema dan
mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat memberikan pengalaman yang
bermakna. Sebenarnya tematik intregatif dalam kurikulum 2013 bukan hal baru untuk
jenjang sekolah dasar dan sederajatnya, karena pembelajaran pada kelas satu, dua,
1
Cecep Kustandi Dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Manual Dan Digital(Cet. 1;
Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 5)
2
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), hlm. 86.
1
2
dan tiga sudah diterapkan pembelajaran tematik. Abdul Majid memaparkan beberapa
pengertian pembelajaran tematik sebagai berikut:
a. Pembelajaran diawali dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan
untuk memahami gejala-gejala dan konsep-konsep baik dari bidang studi yang
bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
b. Pendekatan pembelajaran yang mengubungkan berbagai bidang studi yang
mencerminkan dunia riil di sekeliling dan sesuai rentang kemampuan dan
perkembangan anak.
c. Cara untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan anak secara simultan.
d. Satu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda digabungkan dengan
harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.3
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa
dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh
melahirkan kualitas pribadi yang sikap, pengetahuan, dan keterampilan.4
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin membahas lebih dalam mengenai
bagiaman model pembelajaran kurikulum tematik integratif dalam proses
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagiamana model pembelajaran tematik terpadu?
2. Bagiamana karakteristik model pembelajaran tematik terpadu?
3. Bagaimana fungsi, tujuan dan peran model pembelajaran tematik terpadu?
4. Bagaimana model-model pembelajaran tematik terpadu?
5. Bagaimana Penerapan model pembelajaran tematik terpadu pada tingkat SD/MI?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui model pembelajaran tematik terpadu?
2. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran tematik terpadu?
3. Untuk mengetahui fungsi, tujuan dan peran model pembelajaran tematik terpadu?
3
Abdul Majid, hlm. 86-87)
4
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, hlm. 4
3
4
5
merupakan alat atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep dan pengetahuan
kepada peserta didik secara utuh, sehingga melalui penggunaan tema dalam proses
pembelajran akan lebih memberi makna bagi kehidupan peserta didik terhadap apa
yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran dengan pola tematik ini, sebuah
tema dirumuskan dan diberikan dengan maksud untuk menyatukan dan
menyinergikan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, serta memperkaya aspek
sumber wawasan pengetahuan bagi peserta didik, sehingga membuat pembelajaran
lebih bermakna. Melalui pola ini, aspek sikap/perilaku, keterampilan, dan
pengetahuan dapat diperoleh secara komprehensif dan integratif dalam satu pokok
tema pembahasan. Keterpaduan pembelajaran pada pendekatan ini dapat dilihat dari
aspek waktu, isi kurikulum, dan aspek proses belajar-mengajar. 10 Hal tersebut sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun
2006 tentang Standar Isi dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, pembelajaran di kelas 1, 2, dan
3 Sekolah Dasar dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan tematik.11
Menurut Sa’ud pembahasan mengenai dua istilah tematik terpadu, pada
prinsipnya, mempunyai kesamaan makna yang menunjukkan adanya keterpaduan,
sehingga pembelajaran tematik-integratif sering disebut dengan istilah pembelajaran
terpadu atau integrated teaching and learning. Dalam pandangan Subroto dan bahwa
pembelajaran tematik-integratif merupakan suatu pendekatan yang memadukan satu
atau beberapa mata pelajaran dalam pembelajaran dari suatu pokok bahasan, tema,
dan konsep tertentu yang dikaitkan dengan pokok-pokok bahasan, tema, dan konsep
lain, yang dilakukan secara terencana, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan
dengan beragam pengalaman belajar anak sehingga pembelajaran yang dilakukan
menjadi lebih bermakna.12
tema tertentu untuk mengaitkan beberapa materi atau mata pelajaran. Pada konteks
ini, pemilihan tema hendaknya berkaitan erat dengan pengalaman nyata peserta
diantaranya:13
e. bersifat fleksibel;
a. Holistic
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena dari segala sisi, sehingga membuat siswa lebih arif dan bijaksana dalam
b. Bermakna
c. Otentik
prinsip dan konsep yang ingin dipelajari melalui kegiatan belajar secara langsung.
d. Aktif
baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosional guna tercapainya hasil
didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema
serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan
15
Wahidumurni, Metodologi Pembelajaran IPS: Pengembangan Standar Proses Pembelajaran
IPS di Sekolah/ Madrasah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2017), hlm. 36.
8
7. Guru dapat menghemat waktu, karna mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan.
8. Budi pekerti dapat di tumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai
budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondis
b. Peranan pembelajaran tematik yaitu16
1. Peserta didik lebih mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic
tertentu
2. Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
D. Model-Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Dalam Model Tematik Terpadu, hanya ada tiga model yang dikembangkan
atau dikenalkan di sekolah maupun lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK) di
Indonesia. Ketiga model tersebut adalah (1) model keterhubungan (connected), (2)
model jaring laba-laba (webbed) dan (3) model kerpaduan (integrated). Berikut
penjelasannya:17
16
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,2009), hlm. 135.
17
Nazar, Model Pembelajaran Tematik Terpadu, Al-Azkiyah:Jurnal Ilmiah Pendidikan MI/SD
Vol. 4 No. 1, 2019, hlm. 75-77.
9
bidang studi. Materi yang terpisah-pisah akan tetapi mempunyai kaitan, dengan
sengaja dihubungkan dan dipadukan dalam sebuah topik tertentu.
a. Kelebihan
1) Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan
/indikator yang digabungkan; dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam
satu bidang studi adalah siswa memperoleh gambaran yang luas
sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu.
2) Menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sangat memungkinkan
bagi siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta
mengasimilasi ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan untuk
terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.
3) Kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada
indikator;
4) Siswa memperoleh gambaran secara siswa dapat mengembangkan konsep-
konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses
internalisasi.menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan
akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-
menerus;
5) Siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep
yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara
bertahap.
b. Kekurangan
11
a. Kelebihan
1) Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang
dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran;
2) Memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan
untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3) Siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik
antar berbagai disiplin ilmu;
4) Memperluas wawasan dan apresiasi guru.
b. Kekurangan
1) Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan
tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan
di setiap bidang pengembangan;
2) Kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3) Sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang
lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4) Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan
guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
Dari ketiga model tersebut dapat disimpulkan bahwa, Model
keterhubungan, pada prinsipnya mengupayakan dengan sengaja adanya
keterhubungan konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam satu bidang studi.
Pada model ini, siswa tidak terlatih untuk melihat suatu fakta dari berbagai sudut
pandang, karena pada model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang
studi saja.18
Model jaring laba laba (webbed) merupakan model dengan menggunakan
pendekatan tematik. Karena karakterik dari model ini adalah menggunakan
18
Nazar, Model Pembelajaran Tematik…., hlm. 77.
13
pendekatan tema maka dalam model ini, tema dijadikan sebagai pemersatu dari
beberapa mata pelajaran. Setelah tema ditemukan. Baru dikembangkan sub-sub
temanya dengan memperhatikan kaitanya dengan mata pebelajaran yang
dipadukan. Sedangkan model keterpaduan merupakan model yang menggunakan
pendekatan antar bidang studi. Diupayakan penggabungan bidang studi dengan
cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan
sikap yang tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Model ini sulit di
laksanakan sepenuhnya mengingat sulitnya menemukan materi dari setiap bidang
studi yang benar-benar tumpang tindih dalam satu semester, dan sangat
membutuhkan keterampilan guru yang cukup tinggi dalam perencanaan dan
pelaksanaanya. 19
Berikut adalah model pembelajaran tematik integratif dengan
mengintegrasikan Nilai-Nilai Agama pada setiap mata pelajaran di Sekolah Dasar
atau Madrasah Ibtidaiyah.20
Kelas I : Tema 1 “Diriku” dengan Sub Tema Aku danTeman Baru
19
Nazar, Model Pembelajaran Tematik…., hlm. 77
20
Rendy Nugraha Frasandy, Pembelajaran Tematik…., hlm. 313.
14
diri,
keluarga
dan orang-
orang
ditempat
tinggalnya
4.3
Melafazkan
bunyi vocal
dalam kata
bahasa
Indonesia
4.9
Mengguna
kan
kosakata
dan
ungkapan
yang tepat
untuk
perkenalan
diri,
keluarga
dan orang-
orang
disekitar
3 Matem 3.1 - - mengetahui Penerapan QS. Yunus: 5
Mencermati dan memah pengetah Allah menjadi
atika gagasan ami lamban uan kan matahari
pokok dan g bilangan tentang dan bulan
gagasan dari 1 lambang dengan
pendukung sampai 10 bilangan waktunya
yang dari 1 supaya
diperoleh sampai mengetahui
dari teks 10 untuk bilangan tahun
lisan, tulis membilan dan peritungan
atau g benda waktu
visual
4.1
Menata
informasi
yang
didapat
dari teks
berdasarkan
keterhubu
ngan antar
gagasan ke
dalam
kerangka
tulisan
17
tertentu dengan kata lain, tema dalam hal ini merupakan kata kunci dari penerapan
model pembelajaran ini.21 Setidaknya terdapat dua alasan mendasar terkait penerapan
terkait dengan cara belajar anak yang konkret, integratif, dan hierarkis.22
Konkret di sini mengandung makna sebagai proses belajar berangkat dari hal-
hal yang konkret, yakni yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan diotak-atik, dengan
sikap. Secara hierarkis, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulal dari hal-
hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Maka dalam konteks ini
tema sebagai pengait berbagai mata pelajaran. Tema-tema pilihan yang disesuaikan
bermakna, yaitu pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk berpikir kreatif
Sejalan dengan hal itu, proses belajar aktif perlu diterapkan dalam pembelajaran
21
Sanusi, Model Pembelajaran Tematik…., hlm. 426.
22
Depdiknas, 2006.
23
Sanusi, Model Pembelajaran Tematik…., hlm. 427.
19
IPA untuk siswa SD/MI Kelas IV dengan tema: hemat energi, sub-tema: macam-
macam sumber energi. Di antara sumber energi adalah listrik. Melalui pendekatan
kalimat yang baik dan benar dalam menyajikan sebuah laporan dari hasil pengamatan
Pendidikan Agama Islam dapat disajikan tentang ajaran agama yang berkaitan dengan
24
Sanusi, Model Pembelajaran Tematik…., hlm. 427.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan
siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dipahaminya.
Model keterhubungan, pada prinsipnya mengupayakan dengan sengaja adanya
keterhubungan konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam satu bidang studi.
Pada model ini, siswa tidak terlatih untuk melihat suatu fakta dari berbagai sudut
pandang, karena pada model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang
studi saja. Model jaring laba laba (webbed) merupakan model dengan menggunakan
pendekatan tematik. Karena karakterik dari model ini adalah menggunakan
pendekatan tema maka dalam model ini, tema dijadikan sebagai pemersatu dari
beberapa mata pelajaran. Setelah tema ditemukan. Baru dikembangkan sub-sub
temanya dengan memperhatikan kaitanya dengan mata pebelajaran yang dipadukan.
Sedangkan model keterpaduan merupakan model yang menggunakan pendekatan
antar bidang studi. Diupayakan penggabungan bidang studi dengan cara menetapkan
prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang tumpang
tindih di dalam beberapa bidang studi. Model ini sulit di laksanakan sepenuhnya
mengingat sulitnya menemukan materi dari setiap bidang studi yang benar–benar
tumpang tindih dalam satu semester, dan sangat membutuhkan keterampilan guru
yang cukup tinggi dalam perencanaan dan pelaksanaanya.
20
21
B. Saran
integratif ini sangatlah baik jika diterapkan dengan baik dan sesuai dengan ketetapan
yang ada dan disesuaiakan dengan kebutuhan peserta didik dalam mencapai hasil
belajar yang telah ditetapkan. Dengan begitu guru benar-benar dituntut untuk
22
23