Anda di halaman 1dari 24

 

MAKALAH
KONSEP PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan IPS SD Kelas Rendah
Dosen Pengampu : Uvia Nursehah, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Firqotun Najiyah (200135)


2. Gina Nurfadhila (200664)
3. Ma’rifatul Zannah (200213)
4. Muhamad Nurjen (200521)
5. Nurleli (200291)
6. Putri Elisah (200310)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PRIMAGRAHA
2022


 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu”.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Pendidikan IPS SD Kelas Rendah di Universitas Primagraha yang diampu
oleh ibu Uvia Nursehah, M.Pd. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca dan penulis tentang Konsep Pembelajaran Tematik
Terpadu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat
untuk ke depan nya bagi rekan-rekan mahasiswa lainnya.

Serang, 27 Februari 2022

Kelompok 3


 

DAFTAR ISI

BAB II ........................................................................................................................................................ 5 
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 5 
A.  Konsep Pembelajaran Tematik ......................................................................................................... 5 
1.  Pengertian Pembelajaran Tematik ................................................................................................ 5 
2.  Landasan Pembelaaran Tematik ................................................................................................... 7 
3.  Karakteristik Pembelajaran Tematik ........................................................................................... 10 
4.  Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik .......................................................................................... 13 
5.  Kekuatan Pembelajaran Tematik ................................................................................................ 14 
6.  Manfaat pembelajaran tematik .................................................................................................... 15 
7.  Implementasi Pembelajaran Tematik .......................................................................................... 16 
8.  Arti Penting Pembelajaran Tematik ............................................................................................ 18 
9.  Alasan dan Keguanaan Penggunaan Pendekatan Tematik .......................................................... 18 
10.    Jenis Pembelajaran Tematik di Indonesia .................................................................................. 20 
B.  Pendekatan Tematik Dalam Pembelajaran Ips .................................................................................... 20 
 


 

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu
(integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik (Rusman,
2012:254).
Pembelajaran tematik adalah suatu model pembelajaran yang memadukan
beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar
dari satu atau beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran ini dapat dilakukan
melalui tiga pendekatan yakni: penentuan berdasarkan keterkaitan standar kompetensi
dan kompetensi dasar, tema, dan masalah yang dihadapi (Munasik, 2014:107).
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa mata
pelajaran kedalam sebuah tema, pembelajaran tematik di sekolah dasar menekankan
keaktifan siswa pada pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan siswa secara aktif maka
hasil belajar yang diperoleh akan lebih baik dan pembelajaran akan lebih bermakna.
Menurut Permendikbud No.57 tahun 2014 tentang kurikulum SD, disebutkan
bahwa tujuan dari pembelajaran tematik adalah menghilangkan atau mengurangi
terjadinya tumpah tindih materi, memudahkan peserta didik untuk melihat hubungan-
hubungan yang bermakna, memudahkan peserta didik untuk memahami materi/konsep
secara utuh sehingga penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat, sedangkan
ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi semua KD dari semua mata pelajaran
kecuali agama. Mata pelajaran yang dimaksud adalah: Bahasa Indonesia, PPKn,
Matematika, IPA, IPS, Penjasorkes dan Seni Budaya dan Prakarya (Permendikbud:2014

2. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang Diatas Maka Rumusan Masalah Pada Makalah Ini Yaitu;
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pembelajaran Tematik Terpadu
2. Cara Pendekatan Tematik Dalam Pembelajaran IPS

3. Tujuan
Tujuan Dibuatnya Makalah Ini yaitu;
1. Agara Memahami mengenai Pembelajaran Tematik Terpadu
2. Dapat Melakukan Pendekatan Tematik Dalam Pembelajaran IPS


 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pembelajaran Tematik


1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pada Kurikulum 2013 telah mengintegrasikan pembelajaran menjadi
pembelajaran tematik terutama pada sekolah dasar. Menurut Trianto pembelajaran
tematik pada dasarnya adalah pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik
pada dasarnya merupakan pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bemakna kepada
siswa. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dan
indikator dari kurikulum/Standar Isi (SI) dari beberapa mapel menjadi satu kesatuan
untuk dikemas dalam satu tema. Dengan adanya kaitan tersebut maka peserta didik
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Bermakna di sini memberikan arti bahwa
pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang
saling terkait dari beberapa mapel yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
usia peserta didik. Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran
tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang saling terkait dari
beberapa mapel yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usia peserta didik.
Hadi Subroto (2000:9) menegaskan :
Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan pokok bahasan
atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu
dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik
dalam bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalam belajar siswa, maka
pembelajaran lebih bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran tematik atau
terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan


 

antara beberapa isi mata pelajaran dan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.
Rusman mengemukakan bahwa Pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan pendekatan tematik serta melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Selanjutnya
menurut Abdul Munir pembelajaran tematikmerupakan pembelajaran yang terpadu,
dengan mengelola pembelajaran dalam satu topik pembicaraan yang disebut tema.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema
berdasarkan muatan beberapa mata pelajaran yang dipadukan atau diintegrasikan.
Pembelajaran tematik sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan
beberapa mata pelajaran dalam satu tema untuk memberikan pengalaman bermakna
bagi siswa. Pengalaman bermakna maksudnya anak memahami konsep – konsep
yang telah mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang sudah mereka pahami (Depdikbud, tim pengembang
PGSD,1996).
Pendekatan menurut Depdiknas, 2004 adalah suatu pola umum pembelajaran
yang tersusun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, psikologi,
didaktik, dan komunikasi dengan mengintegrasikan struktur (langkah pembelajaran,
metode, media, manajemen kelas, evaluasi dan waktu yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien).
Pembelajaran Tematik ini berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak
artinya menolak drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual
anak. Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional maka pembelajaran
Tematik lebih menekankan keterlibatan siswa secara aktif baik kognitif maupun skill
dalam proses pembelajarannya. Prinsip “Belajar seraya bermain dan Learning by
doing” diterapkan dalam pembelajaran Tematik. Menurut Fogarty, ada 3 macam
pembelajaran Tematik yang diperkenalkan di Indonesia terutama di kalangan
mahasiswa S1 – PGSD dari 10 macam yang ditulis olehnya. (i) Pembelajaran
Keterhubungan (conneccted) adalah pembelajaran dalam satu mata pelajaran yang
menggunakan tema untuk mengkaitkan sub bab /bab yang satu dengan lainnya.


 

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa
dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta
menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang
nyata (kontekstual) dan bermakna bagi siswa (Kemendikbud, 2014:16)
Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah :
1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu.
2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata
pelajaran dalam tema yang sama.
3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata
seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.
6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam
konteks tema yang jelas.
7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan
bahkan lebih atau pengayaan.
8) Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat
sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran tematik


merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami
materi pelajaran dan mengembangkan berbagai kemampuan siswa dalam tema
tertentu.

3. Landasan Pembelajaran Tematik


Pembelajaran pada hakekatnya menempati posisi / kedudukan yang sangat
strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan sangat menjadi
penentu terhadap keberhasilan pendidikan. Dengan posisi yang pentingitu, msks


 

proses pembelajaran tidak bias dilakukan secara sembarangan, dibutuhkan berbagai


landasan atau dasar yang kokoh dan kuat. Landasan-landasan tersebut pada
hakekatnya adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh
para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasil
pembelajaran.
Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam pembelajaran
tematik meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan praktis.
a. Landasan filosofis
Landasan filosofis dimaksudkan pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik, bahkan landasan filsafat ini menjadi landasan utama yang
melandasi aspek-aspek lainnya. Perumusan tujuan / kompetensi dan isi / materi
pembelajaran tematik pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-
pertimbangan filosofis.secara filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat sebagai berikut :
 Aliran progresivisme beranggapan bahwa pembelajaran pada umumnya perlu
sekali ditekankan pada :
1) Pembentukan kreatifitas
2) Pemberian sejumlah kegiatan
3) Suasana yang alamiah(natural)
4) Memperhatiakn pengalaman siswa

Dengan kata lain proses pembelajaran itu bersifat mekanistis (Ellis 1993).
Aliran ini juga memandang bahwa dalam proses belajar, siswa sering
dihadapkan pada persoalan-persoalan yang harus mendapatkan pemecahan
atau bersifat “problem solving”.

 Aliran kontruktivisme
Melihat pengalaman langsung siswa (directexperiences) sebagai kunci
dalam pembelajaran. Bagi kontruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer
begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterprestasikan
sendiri oleh masing-masing siswa. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan
sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses


 

yang berkembang terus menerus. Pengetahuan tidak lepas dari subyek yang
sedang belajar, penegtahuan lebih dianggap sebagai proses pembentukan
(kontruksi) yang terus menerus, terus berkembang dan berubah.
 Aliran humanisme melihat siswa dari segi:
1) Keunikan / kekhasanya
2) Potensinya
3) Motivasi yang dimilikinya
4) Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu :
5) Layanan pembelajaran selain bersifat klasikal, juga bersifat individual.
6) Pengakuan adanya siswa yang lambat (slow learner) dan siswa yang cepat.
7) Penyikapan yang unik terhadap siswa baik yang menyangkut factor
personal /individual maupun yang menyangkut factor lingkungan social /
kemasyarakatan.
b. Landasan Psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, oleh sebab
itu dalam melaksanakan pembelajaran tematik harus dilandasi oleh psikologi
sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus
dikembangkan. Siswa adalahindividu yang berada dalam proses perkembangan,
seperti perkembangan fisik / jasmani, intelektual, social, emosional, dan moral.
Tugas utama guru adalah mengoptimalkan perkembangan siswa tersebut.
Pandangan-pandangan psikologis yang melandasi pembelajaran tematik dapat
diuraikan sebagai berikut :
 Pada dasarnya masing-masing siswa membangun realitas sendiei. Dengan
kata lain, pengalaman langsung siswa adalah kunci dari pembelajaran yang
berarti bukan pengalaman oaring lain atau guru yang di transfer melalui
berbagai bentuk media.
 Pikiran seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mencari pola
dan hubungan antara gagasan-gagasan yang ada. Pembelajaran tematik
memungkinkan siswa untuk menemukan pola dan hubungan tersebut dari
berbagai disiplain ilmu.


 

 Pada dasarnya seoarang siswa adalah seorang individu dengan berbagai


kemampuan yang dimilikinya dan mempunyai kesempatan untuk
berkembang. Dengan demikian, peran guru bukanlah satu-satunyapihak yang
paling menentukan, tetapi lebih bertindak sebagaii “tut wuri handayani”.
 Kesseluruhan perkembangan anak adalah tematik dan anak melihat sekitar
dirinya dan sekitarnya secara utuh (holistic).
c. Landasan praktis
Landasan praktis diperlukan karena pada dasarnya guru harus melaksanakan
pembelajran tematik secara aplikatif dalam kelas. Sehubungan dengan hal ini
maka dalam pelaksanaanya pembelajaran tematik juga dilandasi landasan praktis
sebagai berikut :
 Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu banyak
informasi yang dimuat dalam kurikulum.
 Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain,
padahal seharusnya saling terkait.
 Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sekarang ini cenderung lebih
bersifat lintas mata pelajaran (interdisipliner) sehingga diperlukan usaha
kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk memecahkannya.
 Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik dapat dipersempit dengan
pembelajaran yang dirancang secara tematik sehingga siswa akan mampu
berpikirteoritis dan pada saat yang sama mampu berpikir praktis.

4. Karakteristik Pembelajaran Tematik


Dalam kurikulum 2013 sudah di terapkan pembelajaran dengan menggunakan
tema terutama di SD/MI. Pembelajaran tematik SD/MI memliki karakteristik
tersendiri. Menurut Trianto di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, pembelajaran
tematik memiliki karakteristik-karakteristik antara lain :
 Berpusat pada siswa yaitu dalam hal ini yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subyek belajar sedangkan guru sebagai fasilitator.

10 
 

 Memberikan pengalaman langsung yaitu siswa dihadapkan pada sesuatu yang


nyata.
 Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas yaitu fokus pelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan
siswa.
 Mengajar materi dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran,
sehingga dapat memahami materi pembelajaran secarautuh.
 Bersifat flesksibel yaitu dimana guru mengaitkan bahan ajar dari satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lain bahkan mengaitkannya dengan kehidupan
siswa.
 Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkanyang merupakan
pembelajaran pakem yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan, menyenangkan.

Kemudian Depdikbud juga mengemukakan bahwa karakteritik pembelajaran


tematik adalah suatu proses pembelajaranya itu pembelajaran tematik bersifat
Holistik, suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran yang dikaji dari beberapa bidang kajian tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak; Bermakna, rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh dan
keterkaitannya dengan konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang
dipelajari. Bersifat autentik, siswa memahami langsung konsep yang ingin
dipelajarinya dan menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Ada berbagai
macam karakteristik pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut:

a. Adanya Efisiensi
Efisiensi mengandung beberapa arti. Kamus besar bahasa Indonesia edisi
keempatmneyebutkan, yaitu; pertama, ketepatan cara dalam menjalakan sesuatu
(dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya) atau istilah lainnya
kedayagunaan; ketepatgunaan; atau kesangkilan.
Dalam hal ini, efesiensi meliputi penggunaan waktu, metode, sumber
belajar dalam upaya memberi pengalaman belajar yang riil kepada setiap peserta
didik untuk mencapai ketuntasan kompetensl secara efektif. Peserta didik diajak

11 
 

menemukan permasalahan nyata di lingkungan dan bagaimana menggunakannya


daslam pembelajaran di kelas atau di luar kelas.
b. Kontekstual
Model pembelajaran tematik juga menggunakan pendekatan kontekstual.
Kontekstual di sini secara istilah maknanya, berhubungan dengan situasi yang ada
hubungannya dengan suatu kejadian. Pendekatan pembelajaran kontekstual
bertumpu pada masalah-masalah nyata. Pembelajaran pun lebih banyak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan
mengalami sendiri (leraning to do), dan bukan sekadar sebagai pendengar pasif
yang hanya menjadi penerima semua informasi yang disampaikan oleh guru. Oleh
sebab itu, melalui pembelajaran ini, mengajar bukan transformasi pengetahuan
dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang
sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya
memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari
apa yang dipelajarinya. Selain itu, dengan mengawali pembelajaran dengan
masalah nyata yang dekat atau dialami peserta didik memungkinkan mereka
belajar secara lebih bermakna. Sekolah atau madrasah menjadi lebih dekat dengan
lingkungan masyarakat (bukan dekat dari segi fisik) yang mana secara fungsional
apa yang dipelajari di sekolah senantiasa bersentuhan dengan situasi dan
permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungannya.
c. Student Centered (Berpusat pada Siswa)
Guru tidak diperkenankan memperlakukan siswa sebagai pihak yang pasif.
Karena, dalam pembelajaran tematik guru hanya sebagai fasilitator dalam arti
melakukan beberapa hal berikut ini: pertama, memfasilitasi) kegiatan belajar para
siswa; kedua, memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan melayani
pertanyaan mereka ; ketiga, memberikan ruang sepenuhnya agar mereka bisa
berekspresi sesuai dengan tema pelajaran; keempat, merangsang keingintahuan
para siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan; kelima, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan atau mengungkapkan pemahaman
mereka; keenam, memberikan kemudahan kepada para siswa untuk melakukan
aktivitas belajar; dan ketujuh, jika menemukan kesalahan dari yang dilakukan

12 
 

oleh para siswa maka guru perlu meluruskan dan menjelaskan hal yang
sebenarnya.

d. Memberikan Pengalaman Langsung (Autentik)


Menyuguhkan pengalaman langsung di sini maksudnya adalah para siswa
dituntut mengalami dan mendalami materi secara langsung dengan diri mereka
masing-masing. Artinya, mereka dihadapkan dengan pembelajaran konkret, bukan
hanya memahaminya melalui keterangan guru atau dari buku-buku pelajaran.
Dengan demikian, proses pembelajaran akan lebih bermakna.
Dengan kata lain, pembelajaran tematik (terpadu) memungkinkan siswa
memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui
kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belaiamya sendiri,
bukan sekadar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh
sifatnya menjadi lebih autentik. Contohnya, hukum gravitasi diperoleh siswa
melalui kegiatan eksperimen dengan melepaskan bola dari atas meja. Dalam hal
ini, guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswa
bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan
bimbingan ke arah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal
mungkin untuk mencapai tuiuan tersebut.

5. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik


Beberapa prinsip yang berkenaan dengan dengan pembelajaran tematik dalam materi
sosialisasi Kurikulum 2013 dari Kemendikbud adalah sebagai berikut:
 Pertama Memiliki satu tema yang actual, dekat dengan dunia siswa da nada
dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang
beragam dari beberapa muatan.
 Kedua Memilih materi dari beberapa muatan yang saling terkait sehingga dapat
mengungkapkan tema secara bermakna.
 Ketiga tidak bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi
pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan
pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.

13 
 

 Keempat materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema, sehingga
mempertimbangkan karekteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan
pengetahuan awal.
 Kelima materi yang dipadukan tidak dipaksakan, artinya materi yang tidak
mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Berdasarkan prinsip diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik


berangkat dari tema yang terdiri atas kumpulan kompetensi dasar dari beberapa
muatan yang disatukan berdasarkan kesesuaian dan ketrkaitan substansinya. Materi
yang diintegrasikan dalam pembelajaran disesuaikan dnegan karekteristik, minat,
kemampuan, dan skemata siswa.

6. Kekuatan Pembelajaran Tematik


Kekuatan pembelajaran tematik dalam materi sosialisasi kurikulum 2013 adalah
sebagai berikut:
1) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevang dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak (berpikir secara holistic dari hal-hal
yang nyata atau konkret)
2) Menyenangkan, karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak (belajar smbil
bermain yang diintegrasikan melalui berbagai metode yang digunakan pada proses
pembelajaran)
3) Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna (melalui
pembelajaran berbasis konstruktivis)
4) Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dnegan permasalahan yang
dihadapi
5) Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama (melalui proses
pembelajaran dengan cooperative learning.
6) Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain
(siswa diposisikan aktif pada pembelajaran berbasis konstruktivis dengan metode
diskusi, Tanya jawab, presentasi, dan lain-lain.)

14 
 

7) Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang


ditemui (pada proses pembelajaran siswa dihadapkan pada
permasalahanpermasalahan nyata dalam kehidupan).

Dari penjelasan di atas, guru harusnya menyadari bahwa tidak ada individu yang
sama di dunia ini. Sehingga guru perlu memperhatikan keberagaman siswa, baik dari
kecerdasan, pengalaman, lingkungan, skema yang dimiliki oleh siswa sehingga
pembelajaran yang terjadi bisa disesuaika dengan apa yang dibutuhkan siswa.
Pembelajaran yang terjadi hendaknya bermakna, yaitu memerankan siswa sebagai
actor utama dan guru sebagai fasilitator serta motivator dalam prosesnya. Proses
evaluasi yang dilakukan guru hendaknya menyeluruh dari awal sampai akhir.

7. Manfaat pembelajaran tematik


Manfaat pembelajaran tematik berdasarkan materi sosialisasi kurikulum 2013 dari
Kemendikbud adalah sebagai berikut:
1) Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
2) Menggunakan kelompok kerja sama, kolaborasi kelompok belajar dan strategi
pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah
3) Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses
itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan kualitas mengeksplorasi
konsepkonsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan
secara siap
4) Proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik berada dalam format
ramah otak
5) Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung
oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
6) Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan progam
belajar dapat dibantu oleh gurudengan cara memberikan bimbingan khusus dan
menerapkan prinsip belajar tuntas
7) Progam pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk
mewujudkan ketuntaskan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.

15 
 

8. Implementasi Pembelajaran Tematik


Untuk Implementasi Pembelajaran tematik ada beberapa komponen yang perlu
dibahas dahulu seperti metode, penilaian, media, langkah pembelajaran dan peran
guru. Setelah itu akan dibahas langkah penyusunan Pembelajaran tematik serta
contoh Matriks Tematik , Silabus dan RPP. Metode yang digunakan dalam
pembelajaran Tematik bermacam-macam agar siswa tidak bosan seperti; bermain
peran, karya wisata, tanya jawab, eksperimen, bernyanyi, papan buletin, pemberian
tugas, pameran, pemecahan masalah, diskusi kelompok, pengamatan, latihan,dll .
Penilaian tidak hanya ditekankan pada segi kognitif saja tetapi aspek lannya seperti
psikomotor dan afektif pun diperhatikan dalam proses pembelajaran berlangsung.
Artinya proses dan produk keduanya diukur saat proses pembelajaran berlangsung
dan dilakukan secara terus menerus.
Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai
implikasi yang mencakup:
a) Impikasi bagi guru, Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik
dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih
kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran
menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.
b) Implikasi bagi siswa:
 Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya; dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual,
pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal
 Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara
aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian
sederhana, dan pemecahan masalah.
c) Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media:
 Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara
individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan
konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.

16 
 

 Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang


sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran
(by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat
dimanfaatkan (by utilization).
 Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang abstrak.
 Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan
buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan
dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat
bahan ajar yang terintegrasi.
d) Implikasi terhadap pengaturan ruangan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan
ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:
ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan, susunan
bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan
pembelajaran yang sedang berlangsung, peserta didik tidak selalu duduk di kursi
tetapi dapat duduk di tikar/karpet, kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat
dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dinding kelas dapat
dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai
sumber belajar, alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.
e) Implikasi terhadap Pemilihan metode
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang
dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi
metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-
cakap.

17 
 

9. Arti Penting Pembelajaran Tematik


 Pertama, pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik
dengan proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran. Teori pembelajaran
ini dimotori para tokoh psikologi gestalt, termasuk piagnet yang menekankan
bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan
perkembangan anak.
 Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing) oleh karena itu guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan memperoleh
beberapa manfaat yaitu :
1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi
mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat
dikurangi bahkan dihilangkan.
2) Peserta didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab
isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan
akhir.
3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik akan mendapat pengertian
mengenai proses dan mater yang tidak terpecah-pecah.
4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan
semakin baik dan meningkat.

10. Alasan dan Keguanaan Penggunaan Pendekatan Tematik


Beberapa alasan mengapa pembelajaran tematik perlu dilaksanakan di kelas 1-3 SD
karena:
1) Berpikir masih holistik artinya pada umumnya siswa SD masih berpikir satu
kesatuan dan belum bisa terkotak-kotak. Misalnya ketika mereka sedang bermain
“kekereta-apian” mereka sibuk mencari penumpang, yang jadi penumpang bayar
dengan “uang-uangan” , yang masinis sibuk menjalankan kereta api sambil

18 
 

mengeluarka bunyi “jes…jes…jes”, dst. Bila kita amati maka pelajaran Mat, IPA,
IPS, BI, SBK semuanya menjadi satu kesatuan.
2) Masih senang bermain artinya siswa TK dan SD masih senang aktif bergerak
untuk melancarkan psikomotor kasarnya. Kegiatan yang paling mereka senangi
adalah bermain karena bagi mereka bermain adalah ungkapan ekspresi,
manipulatif,dan inovasi mereka.
3) Rasa ingin tahu yang besar artinya anak usia 4 – 12 tahun rasa ingin tahu sangat
besar, terlihat dari perilaku mereka ketika mereka berusia balita selalu bertanya
mengapa?” , ketika usia mereka di atas balita mulai dengan mengotak-atik
mainan bahkan hingga rusak.
4) Berpikir operasional kongkrit artinya menurut Jean Piaget , siswa yang berusia 6 –
14 tahun termasuk tingkat berpikir operasional kongkrit. Mereka butuh media/alat
peraga yang sebenarnya (real) untuk memahami sesuatu fakta/peristiwa. Mereka
belum bisa berpikir abstrak seperti orang dewasa umumnya.
Pembelajaran Tematik selalu berkaitan dengan tema. Kegunaan dalam
pembelajaran tematik antara lain:
a) Tema gunanya sebagai payung untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran
b) Tema harus menarik dan bermakna bagi siswa untuk belajar selanjutnya
c) Tema disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa (dari khusus ke umum)
d) Tema dipilih sesuai dengan ketersediaan sumber belajar

Contoh tema yang dapat digunakan di kelas seperti: Diri sendiri, keluarga,
lingkungan, tempat umum, rumah, pekerjaan, hiburan, pakaian, makanan,
transportasi, pariwisata, komunikasi, teknologi, kejadian sehari-hari, negara,
pertanian, peristiwa, pendidikan, K3, tumbuhan, binatang, budi pekerti,
pengalaman, kesehatan dll. Pemilihan tema sebenarnya dibebaskan pada guru
disesuaikan dengan kondisi siswa, sekolah dan lingkungan. Guru A dan Guru B
mungkin akan berbeda ketika memilih tema untuk mengajarkan “membilang 1
sampai 5” , hal ini tidak menjadi masalah yang penting Kompetensi Dasar dari
mata pelajaran itu tercapai. Pada akhirnya siswa akan mengerjakan soal dan
pemecahan masalah yang umum ditemui di lingkungannya.

19 
 

11. Jenis Pembelajaran Tematik di Indonesia


a. Pembelajaran Jaring Laba-Laba (Spider Webbed)
Pembelajaran Jaring Laba-Laba (Spider Webbed) adalah beberapa mata pelajaran
yang dikaitkan dalam satu tema dan setiap mata pelajaran diajarkan seperti biasa
menggunakan jadwal pelajaran. Penilaian dalam setiap mata pelajaran masih
dilakukan seperti biasa sesuai dengan karakteristik dari setiap mata pelajaran.
Satu tema dapat dilakukan selama 2 minggu tergantung dari materi yang
dikaitkan. Contohnya untuk mata pelajaran BI, MAt, IPA, IPS dan SBK dengan
tema Diri Sendiri.

b. Pembelajaran Terpadu (Integrated)


Pembelajaran Terpadu (Integrated) adalah beberapa mata pelajaran yang dikaitkan
dalam satu tema tanpa ada batas satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Satu sub
tema dilakukan setiap hari tanpa jadwal pelajaran hanya jam pelajaran yang
ditekankan. Penilaian dilakukan secara keterpaduan untuk setiap mata pelajaran
dan aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Contoh untuk mata pelajaran BI,
MAT, IPA, IPS dan SBK dengan tema Diri Sendiri .

B. Pendekatan Tematik Dalam Pembelajaran Ips


Pendekatan pembelajaran tematik dalam IPS sering disebut dengan pendekatan
interdisipliner. Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara
holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya adalah memadukan
Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran termatik peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan,
dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian,
peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Pada pendekatan pembelajaran termatik, program pembelajaran IPS disusun dari berbagai
cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran termatik dalam hal

20 
 

ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi,
dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema
dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang. Bisa
membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau
sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK,
mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu
sosial.
Beberapa model penerapan pendekatan tematik dalam pembelajaran IPS dapat
dikategorikan sebagai berikut.
1. Model Integrasi Berdasarkan Topik
Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat dilakukan berdasarkan topik yang terkait,
misalnya ‘Kegiatan ekonomi penduduk’. Kegiatan ekonomi penduduk dikembangkan
dan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS (geografi, ekonomi,
sosiolobi, dan sejarah). Kegiatan ekonomi penduduk dalam hal ini ditinjau dari
persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup dalam disiplin geografi. Secara
sosiologis kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial di
masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi
penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep tentang
jenis-jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan krteatifitas dan
kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui
kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi.
2. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama
Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan pada potensi
utama yang ada di wilayah setempat; sebagai contoh, “Potensi Bali Sebagai Daerah
Tujuan Wisata”. Pembelajaran yang dikembangkan tentang Kebudayaan Bali dikaji
dan ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku
masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama yang terdapat di daerahnya,
maka peserta didik selain dapat memahami kondisi daerahnya juga sekaligus
memahami Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung
dalam IPS.

21 
 

3. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan


Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah berdasarkan permasalahan
yang ada, contohnya adalah “Tenaga Kerja Indonesia”. Pada pembelajaran terpadu,
Tenaga Kerja Indonesia ditinjau dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya.
Di antaranya adalah segi geografi, segi ekonomi, segi sosiologi, dan segi historis.

22 
 

BAB III
PENUTUP

 
A. Kesimpulan
Pada Kurikulum 2013 telah mengintegrasikan pembelajaran menjadi pembelajaran
tematik terutama pada sekolah dasar. Menurut Trianto pembelajaran tematik pada
dasarnya adalah pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya
merupakan pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bemakna kepada siswa.
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam
memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta menambah
semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata
(kontekstual) dan bermakna bagi siswa (Kemendikbud, 2014:16)
Landasan pembelajaran tematik
1. Landasan filosofis
2. Landasan psikologis
3. Landasan praktia
Melalui pembelajaran termatik peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung,
sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi
kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih
untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
 
 
B. Saran
        Dari penjelasan di atas, guru harusnya menyadari bahwa tidak ada individu yang
sama di dunia ini. Sehingga guru perlu memperhatikan keberagaman siswa, baik dari
kecerdasan, pengalaman, lingkungan, skema yang dimiliki oleh siswa sehingga
pembelajaran yang terjadi bisa disesuaika dengan apa yang dibutuhkan siswa.
Saya sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran dari Dosen
Pengampu dan pembaca mengenai pembahasan makalah diatas.

23 
 

DAFTAR PUSTAKA 

 
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Konsep+Pembelajaran+te
matik+terpadu&oq=#d=gs_qabs&u=%23p%3D13PhgME5N9sJ 
Wahyu Iskandar, N. A. (2019). KONSEP PEMBELAJARAN TEMATIK. Yogyakarta: K‐Media. 

24 

Anda mungkin juga menyukai