Anda di halaman 1dari 17

KONTEKS TEORITIK PEMBELAJARAN TERPADU DI SEKOLAH

DASAR

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kajian Bahan Ajar Terpadu Pada Pendidikan Dasar
Yang diampu oleh Bapak Dr. M. Ramli, M.A. dan Ibu Dr. Ratna Ekawati, M. Pd

Disusun oleh :
OFFERING GK - A

Citra Anugrahwati 222103800587


Nita Shinta Sari 222103801814
Vinda Heda Rakhmania 222103802109

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKANDASAR
JANUARI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga Rahmat dan Hidayah-Nya selalu dilimpahkan kepada kita setiap saat.
Makalah yang berjudul “Konteks Teoritik Pembelajaran Terpadu di Sekolah
Dasar” disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kajian Bahan Ajar Terpadu
Pada Pendidikan Dasar.
Penyusunan makalah telah dilakukan dengan maksimal dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak dan sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun serta bimbingan sangat diharapkan demi tercapainya hasil yang
lebih baik sehingga dapat menjadi perbaikan dalam penyusunan makalah. Akhir
kata penyusun berharap makalah yang berjudul “Konteks Teoritik Pembelajaran
Terpadu di Sekolah Dasar” ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
serta dapat memenuhi tugas mata kuliah Kajian Bahan Ajar Bahasa dan Seni
Budaya Pendidikan Dasar.

Malang, Januari 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konteks Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar………………
B. Teoritik Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar………………..
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................
Saran .......................................................................................................

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pendidikan khususnya pendidikan yang berlanngsung di lembaga


formal seperti sekolah dan madrasah, maka tidak terlepas di dalamnya terjadi dan
berlangsungnya suatu aktivitas yang dikenal dengan istilah pembelajaran. Dalam
konsep lama istilah pembelajaran dikenal dengan “pengajaran”, “belajar –
mengajar”. Dalam Undang – Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belaja
(Ananda&Abdillah:2018).
Pada dasarnya perkembangan kurikulum di Indonesia saat ini mengalami
perubahan yaitu dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi
kurikulum 2013 (K13), oleh karena itu didalam kurikulum 2013 (K13)
menggunakan pembelajaran terpadu atau tematik. Dalam hal ini pemerintah
menerapkan kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia. Pada pembelajaran terpadu, siswa dapat memanfaatkan
keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antar mata
pelajaran. Pembelajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan
berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi
nyata atau praktek. Pembelajaran terpadu, disetiap mata pelajaran mempunyai
keterkaitan konsep antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lainnya,
sehingga materi pelajaran menjadi lebih bermakna.
Maka, pembelajaran terpadu, ditetapkan satu tema yang dapat dihubungkan
dengan pokok bahasan lain dan bidang studi lain yang sesuai dengan tema yang
sudah ditetapkan dan direncanakan sebelumnya (Tirtoni:2018). Adanya tema yang
sudah dihubungkan dengan bidang studi lain tersebut, siswa dapat mengeksplore
kemampuanya untuk memperkuat pemahaman siswa sesuai dengan tema. Tujuan
dari tema tersebut bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran,
tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran lain yang saling terkait dan disesuaikan
dengan pengalaman belajar anak, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Dengan pembelajaran yang lebih bermakna tersebut siswa dapat dengan mudah

1
memahami dan mencerna materi pelajaran yang sedang disampaikan oleh guru.
Karena, ketika seorang siswa dihadapkan pada suatu materi pelajaran yang hanya
mengandalkan guru sebagai penyampai materi dan tidak ada keterlibatan siswa
didalamnya, tentu akan membuat siswa akan lebih kurang bisa memahami dan
mencerna materi yang disampaikan oleh guru dalam jangka waktu yang lama.
baik.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan ini sebagaimana yang dijabarkan
dalam latar belakang, dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan konteks pembelajaran terpadu di sekolah dasar
dan bagaimana ruang lingkupnya?
2. Apa yang dimaksud dengan teoritik pembelajaran terpadu di sekolah dasar
dan bagaimana ruang lingkupnya?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini sebagaimana yang dijabarkan dalam latar belakang dan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian konteks pembelajaran terpadu
di sekolah dasar beserta ruang lingkupnya.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian teoritik pembelajaran terpadu
di sekolah dasar beserta ruang lingkupnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

C. KONTEKS PEMBELAJARAN TERPADU DI SEKOLAH DASAR


Pembelajaran terpadu memiliki istilah-istilah yang sering dipersamakan dan atau termasuk dalam konteks
pembelajaran terpadu diantaranya adalah : integrated teaching and learning, integrated curriculum approach, a
coherent curiculum approach, holistic approach dan integrative learning serta tematik.
1. Integrated teaching and learning
Pendekatan pengajaran dan pembelajaran terpadu menggabungkan permainan dan pembelajaran yang
dipandu, pembelajaran yang dipimpin oleh orang dewasa, dan permainan dan pembelajaran yang diarahkan oleh
anak. Pengajaran dan pembelajaran terpadu melibatkan orang dewasa 'dengan sengaja' terlibat dengan anak
dalam bermain.
2. Integrated curriculum approach
Integrasi kurikulum dapat digambarkan sebagai pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan
pada filosofi dan kepraktisan. Ini secara umum dapat didefinisikan sebagai pendekatan kurikulum yang dengan
sengaja menyatukan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai dari dalam atau lintas bidang studi untuk
mengembangkan pemahaman yang lebih kuat tentang ide-ide kunci. Integrasi kurikulum terjadi ketika
komponen-komponen kurikulum dihubungkan dan dihubungkan dengan cara yang bermakna baik oleh siswa
maupun guru.
Kurikulum terpadu adalah cara mengajar siswa yang berupaya mendobrak sekat-sekat antar mata pelajaran
dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dalam konsepsinya yang paling sederhana, ini tentang
membuat koneksi. Pendekatan terpadu bercita-cita untuk membantu siswa memperoleh pandangan ilmu
pengetahuan yang koheren dengan membangun banyak hubungan antara berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Sains terpadu mengintegrasikan perspektif subdisiplin seperti biologi, kimia, fisika, dan ilmu bumi/angkasa.
Melalui integrasi ini, guru mengharapkan siswa untuk memahami hubungan antara subdisiplin yang berbeda dan
hubungannya dengan dunia nyata. Kurikulum terpadu membutuhkan akses pengetahuan dari semua mata
pelajaran tradisional tanpa memberi label seperti itu. Selain itu, kurikulum terintegrasi menambahkan
pemecahan masalah, aplikasi dunia nyata dan kesadaran sosial ke dalam proses pembelajaran, menjadikannya
cara pendidikan dan pembelajaran yang lebih komprehensif (Moss:2020).
Secara umum, semua definisi kurikulum terpadu atau kurikulum interdisipliner meliputi:
·      Kombinasi mata pelajaran;
·      Penekanan pada proyek;
·      Sumber yang melampaui buku teks;
3
·      Hubungan antar konsep;
·      Unit tematik sebagai prinsip pengorganisasian;
·      Jadwal fleksibel;
·      Pengelompokan siswa yang fleksibel
3. A Coherent Curiculum Approach
Secara umum, konsep kurikulum yang koheren tumbuh dari pengakuan bahwa apa yang diajarkan dan
dipelajari di sekolah mungkin tidak hanya tidak selaras, tetapi dalam keadaan yang lebih ekstrim acak, tidak
teratur, dan berpotensi merugikan siswa. Misalnya, di beberapa sekolah, guru mungkin memutuskan apa yang
akan diajarkan dalam kursus berdasarkan preferensi pribadi, kenyamanan, kebiasaan masa lalu, bahan ajar yang
sudah ketinggalan zaman, dan faktor lain yang tidak terkait dengan apa yang sesuai untuk atau demi kepentingan
terbaik siswa. Selain itu, ekspektasi kurikulum dan instruksional untuk guru mungkin tidak merata atau tidak
ada, yang dapat menyebabkan kesenjangan pendidikan yang merugikan sebagian siswa. Misalnya, seorang guru
mungkin membahas banyak materi dalam kursus tertentu, dan mengajarkannya dengan cara yang menarik,
sementara seorang rekan, yang mengajar kursus serupa, mungkin mengajarkan konten yang jauh lebih sedikit
dan mengajarkannya secara komparatif dengan buruk (perbedaan seperti ini telah terjadi). didokumentasikan
dengan baik dalam penelitian pendidikan).
Untuk alasan ini dan lainnya, dalam beberapa dekade terakhir lembaga pemerintah dan kebijakan pendidikan,
baik di tingkat negara bagian maupun federal, telah mewajibkan atau mendorong standardisasi yang lebih besar
dalam pendidikan siswa, dengan tujuan umum untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan prestasi akademik
siswa. . Sekolah dan kabupaten juga telah merangkul pendekatan yang lebih koheren untuk desain dan
penyampaian pengalaman belajar, baik secara proaktif atau sebagai tanggapan terhadap perubahan kebijakan
pendidikan dan persyaratan negara. Alasan dasarnya adalah bahwa ketika pendidik bekerja dan mengajar
bersama, dan menggunakan harapan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan terdefinisi dengan
baik, siswa akan belajar lebih banyak dan meninggalkan sekolah dengan lebih siap. Dengan mengerahkan lebih
banyak kontrol atas proses pembelajaran, demikian alasannya, sekolah, kabupaten, dan lembaga pemerintah
akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan meminimalkan faktor-faktor yang secara historis
menghasilkan hasil pendidikan yang buruk—walaupun apakah strategi tertentu benar-benar menghasilkan hasil
yang diinginkan tetap menjadi pertanyaan. sumber perdebatan yang sedang berlangsung.
4. Holistic Approach
Pendidikan holistik adalah pendekatan komprehensif untuk mengajar di mana pendidik berusaha untuk
memenuhi kebutuhan emosional, sosial, etika, dan akademik siswa dalam format pembelajaran yang terintegrasi.
Penekanan ditempatkan pada lingkungan sekolah yang positif dan memberikan dukungan seluruh anak (layanan
yang mendukung kebutuhan akademik dan nonakademik, juga dikenal sebagai dukungan menyeluruh) kepada

4
siswa. Siswa diajarkan untuk merefleksikan tindakan mereka dan bagaimana mereka berdampak pada komunitas
global dan lokal, serta bagaimana belajar dari komunitas di sekitar mereka. Guru sering melibatkan siswa dalam
proyek yang menerapkan keterampilan berpikir kritis untuk memecahkan masalah dunia nyata. Pendidikan
holistik adalah gerakan yang relatif baru yang dikembangkan pada 1980-an untuk menangkal struktur
pembelajaran AS yang dianggap mekanistik, menurut Education Corner. Namun, teori mendidik berdasarkan
seluruh pengalaman seseorang berakar pada konsep instruksi kuno, termasuk budaya asli Yunani dan pribumi,
dan telah meningkat prevalensinya selama abad yang lalu. Beberapa pendekatan berbeda yang didasarkan pada
pendidikan orang seutuhnya menjadi populer di abad ke-20, termasuk filosofi pertumbuhan motivasi diri Maria
Montessori dan teknik pembelajaran berdasarkan pengalaman Waldorf dari Rudolf Steiner dan Emil Molt.
Tujuan dari pendidikan holistik adalah untuk menumbuhkan atribut fisik, emosional, moral, psikologis,
dan spiritual anak yang sedang berkembang. Melayani seluruh anak berarti memberikan kesempatan yang
disesuaikan dengan keterampilan dan perasaan anak. Pelajaran dilakukan di lingkungan yang aman dan
mendukung yang memungkinkan siswa memanfaatkan kekuatan masing-masing. Guru harus siap membina
siswa dengan berbagai tingkat pendidikan dan kemampuan belajar. Sementara pendidikan holistik dipandu oleh
satu filosofi menyeluruh, guru dapat menggunakan sejumlah metode dan strategi untuk menciptakan budaya
belajar holistik.
5. Integrative Learning
Pembelajaran integratif adalah proses membuat hubungan antara konsep dan pengalaman sehingga
informasi dan keterampilan dapat diterapkan pada masalah atau tantangan baru dan kompleks. Pembelajaran
integratif membangun kemampuan untuk membuat hubungan antara ide dan pengalaman, lintas kurikulum dan
ko-kurikulum, untuk mensintesis dan mentransfer pembelajaran ke situasi baru di dalam dan di luar sekolah.
Kemampuan untuk mengintegrasikan pembelajaran adalah keterampilan yang dipraktikkan siswa lintas
mata kuliah, sepanjang waktu, dan antara kehidupan kampus dan masyarakat. Meskipun dapat dilakukan di
dalam kelas, pembelajaran integratif seringkali juga dapat terjadi saat pembelajar mengatasi masalah dunia
nyata. Idealnya, pembelajaran integratif menghasilkan perubahan internal dalam diri siswa, menandakan
pertumbuhan sebagai pembelajar seumur hidup yang percaya diri. Itu meminta siswa untuk menerapkan
keterampilan intelektual mereka dan untuk mengembangkan tujuan, nilai, dan etika individu mereka. Melalui
pembelajaran integratif, siswa menyatukan pengalaman mereka di dalam dan di luar kelas, membuat hubungan
antara teori dan praktik. Karena pembelajaran integratif melibatkan pembuatan koneksi, itu dapat muncul dalam
pekerjaan reflektif, penilaian diri atau tugas yang mendorong pembelajaran antara kursus dan pengalaman hidup,
kegiatan ko-kurikuler, atau tempat kerja. Kunci untuk membangun pembelajaran integratif adalah merancang
tugas, aktivitas, dan unit yang mencakup pemikiran reflektif, mendukung dan memberikan bukti pemeriksaan
siswa atas pembelajaran mereka dan hubungan yang mereka buat dengan kehidupan pribadi, profesional, dan

5
sipil mereka yang terus berkembang. Dalam dunia yang kompleks, berubah dengan cepat, dan semakin
terhubung, kapasitas untuk mengintegrasikan dan menerapkan pembelajaran bukan hanya keterampilan yang
bermanfaat, tetapi juga diperlukan.

B. TEORITIK PEMBELAJARAN TERPADU DI SEKOLAH DASAR

Para pendidik khususnya guru harus mampu memahami karakteristik materi dan
karakteristik siswa dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu memilih model-
model pembelajaran yang tepat sehingga proses pembelajaran akan lebih variatif dan
inovatif sehingga dapat meningkatkan kreatifitas peserta didik. Guru harus bisa
berkomunikasi baik dengan siswanya. Agar siswa mampu menerima materi yang
disampaikan oleh guru dengan baik. Untuk membantu siswa memahami materi dan
memudahkan guru dalam mengajarkan materi maka diperlukan suatu pendekatan
pembelajaran yang langsung dikaitkan dengan materi pelajaran dengan pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik
dan sesuai yang diharapkan oleh guru.

Pendekatan kontekstual sebagai model pembelajaran untuk membangun


pengetahuan dan keterampilan berpikir melalui bagaimana belajar dikaitkan
dengan situasi nyata. ( Milan rianto, 2006 : 14 )

Dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata maka dapat


mempermudah guru untuk memberikan materi pada siswa, dengan dikaitkan pada
kehidupan nyata maka akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Karena jika pembelajaran tersebut langsung dikaitkan dengan
kehidupan nyata misalkan pada lingkungan keluarga atau masyarakat maka pemikiran
siswa akan menjadi kongkrit sehingga siswa mudah untuk memahami , materi tersebut
akan mudah diingat dan akan lebih bermakna dalam jangka panjang. Dengan mengaitkan
materi pembelajaran dengan kehidupan nyata maka siswa akan menjadi lebih aktif ,
memperluas pengetahuan siswa dalam berbagai macam informasi didalam sekolah
maupun diluar sekolah. Jika pembelajaran tersebut tidak dikaitkan dengan kehidupan

nyata maka materi yang di terima siswa masih bersifat abstrak sehingga siswa hanya
berangan-angan saja.

6
Teori pembelajaran konstruktivisme, teori pembelajaran konstrukvisme
merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan
yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi komplek, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.
(Trianto, 2007 : 26)

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah menemukan sesuatu yang


berguna bagi dirinya dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. Siswa harus
menemukan sendiri pengetahuan diluar kelas. Dengan mencari pengetahuan sendiri
maka siswa akan mudah memahami karena melihat sesuatu yang nyata. Dengan begitu
maka pengetahuan tersebut akan lebih mudah dan selalu diingat oleh siswa. Siswa harus
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang baru untuk dirinya .siswa mencari
informasi sendiri pada kehidupan nyata, apabila siswa mencari sendiri informasi pada
kehidupan nyata maka informasi tersebut akan lebih bermakna dalam jangka panjang dan
akan mudah diingat . Dengan mencari informasi sendiri maka siswa akan menjadi lebih
aktif dan mandiri .karena pada siswa SD memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar .
Dengan mencari informasi yang baru maka rasa ingin tahu siswa semakin tinggi. Artinya
banyak hal-hal baru yang harus dicari dan dikembangkan oleh siswa. Dengan begitu
makasiswa akanmendapat kesempatan untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya untuk
menemukan dan menerapkan idenya sendiri-sendiri. Kemudian siswa diberi kebebasan
untuk menerapkan ide-idenya dengan cara mereka sendiri dalam pembelajaran. Dengan
diberi kebebasan dalam menerapkan idenya maka pemahaman siswa akan berkembang
semakin luas.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari „bertanya‟. Bertanya


merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong pembimbing
dan menilai kemampuan berfikir siswa (trianto,2008:31).

Bagi siswa pencarian informasi lebih baik apabila dilakukan dengan bertanya.
Dengan bertanya maka siswa akan mengetahui hal-hal baru yang belum diketahui.
Dengan bertanya maka akan menjadikan siswa semakin aktif dalam proses pembelajaran.
Aktivitas belajar pada questioning (bertanya) dilakukan antara siswa dengan siswa,

antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang berada dikelas.
Kemudian bertanya juga ditemui ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok,
menemui kesulitan pada saat proses pembelajaran dikelas, ketika siswa belajar diluar
7
kelas dengan mengamati benda-benda yang ada disekitar. Kegiatan- kegiatan tersebut
akan menumbuhkan dorongan siswa untuk bertanya. Pada proses pembelajaran ketika
guru bertanya kepada siswa maka guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa dan guru juga dapat menilai kemampuan berfikir pada siswa.

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual.


Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari siswa diharapkan bukan
hasil mengingat keperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri
(trianto,2008:30).

Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap sesuatu fenomena dan dilanjutkan
dengan kegiatan untuk menghasilkan penemuan tentang informasi yang diperoleh sendiri
oleh siswa. Pengetahuan yang didapat oleh siswa diharapkan bukan pengetahuan dari
hasil mengingat atau hafalan melainkan dengan siswa mencari informasi sendiri dengan
begitu maka pengetahuan yang diperoleh siswa murni sehinggaakan bisa diingat dalam
jangka waktu yang lama dan lebih bermakna. Pembelajaran inkuiri ini akan membuat
siswa lebih menjadi aktif dikelas untuk belajar menemukan sesuatu yang baru untuk
mereka pelajari bersama, dan model pembelajaran inkuiri akan membuat siswa lebih
banyak berdiskusi dengan teman mereka untuk dapat memecahkan masalah secara
bersamaan. Pada pembelajaran inkuiri ini, guru hanya menjadi sebagai fasilitator saja,
yang membimbing siswa untuk menemukan permasalahan yang diberikan oleh guru.
Informasi yang diperoleh siswa akan lebih diingat siswa apabila diikuti dengan bukti
yang ditemukan sendiri oleh siswa. Langkah-langkah kegiatan inkuiri :
1. Siswa harus merumuskan masalah terlebih dahulu
2. Siswa Mengamati atau melakukan observasi
3. Siswa menganalisis kemudian menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan, table, dan
karya lain
4. Siswa mengemukakan atau mempresentasikan kepada teman sekelas dan guru.
Kegianatan tersebut dilakukan didepan kelas

Model pembelajaran inkuiri memang sangat bagus untuk digunakan dalam proses belajar
mengajar. Dengan model pembelajaran inkuiri siswa akan lebih bisa untuk mengerti dan
mamahami masalah yang diberikan oleh guru.
Konsep masyarakat belajar (learning community) menyarankan agar hasil
pembelajaran diperolehdari kerja sama dengan orang lain (Trianto,2008:32)

8
Hasil belajar pada learning community dapat diperoleh dengan bertanya dengan
teman, antar kelompok, antara yang tahu kepada yang tidak tahu baik didalam kelas
maupun diluar kelas misalnya ketika seorang siswa belajar cara mengukur tebal buku
dengan menggunakan jangka sorong.siswa itu bertanya kepada temannya kemudian
temannya yang sudah bisa menunjukkan cara mengukur menggunakan jangka sorong
dengan benar. Maka dua siswa tersebut sudah membentuk masyarakat belajar, learning
community. Konsep masyarakat belajar atau learning community ini menyarankan agar
hasil pembelajaran yang didapatkan oleh siswa diperoleh dari kerjasama dengan
temannya. Seorang siswa yang ikut dalam kegiatan masyarakat belajar ini memberikan
informasi yang sedang dibutuhkan atau diperlukan oleh temannya dan juga siswa
meminta suatu informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan masyarakat
belajar ini dapat terjadi bila siswa berkomunikasi dengan temannya, tidak ada siswa yang
malu untuk bertanya, dan tidak ada siswa yang paling tahu, tidak ada siswa yang paling
cerdas, semua siswa yang terlibat dalam masyarakat belajar harus saling berbagi
pengetahuan , informasi, saling membantu satu sama lain dan siswa harus mau untuk
mendengarkan .Dengan demikian masyarakat belajar akan terjadi apabila masing masing
pihak yang terlibat didalamnya sadar bahwa pengetahuan, informasi, pengalaman, dan
keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi orang lain.

Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu,


ada model yang bisa ditiru oleh siswanya. Dalam pembelajaran kontekstual,
guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan
siswa. Seorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan
pengalaman yang diketahuinya (Trianto,2008:34).

Dengan pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan


pemodelan pembelajaran yang didalamnya juga terdapat pembelajaran kontekstual yang
menyebutkan guru bukan satu-satunya model yang dapat memperagakan percobaan-
percobaan atau materi yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga siswa juga bisa
aktif di dalam pembelajaran tersebut dan pasti akan lebih konsentrasi lagi karena

pembelajaran seperti itu siswa tidak akan cepat bosan karena mereka juga dapat
berkomentar lebih leluasa dan karena yang menjadi model adalah teman mereka sendiri
sehingga siswa tidak malu lagi jika menyampaikan pendapat mereka. Dalam pemodelan
seperti ini siswa dapat menjadi model yang akan memperagakan apa yang guru minta
dan semua siswa pastinya akan lebih tertarik jika temannya sendiri yang memperagakan
9
materi yang akan disampaikan. Sehingga dengan begitu siswa juga ikut aktif dalam
proses pembelajaran dan akan lebih melekat kedalam ingatan jangka panjang siswa
karena mereka sendiri yang menjadi model dan cara pembelajaran seperti ini akan lebih
cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada
siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya.

Refleksi (reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang
baru diterima. (Trianto,2008:35)

Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari dalam pembelajaran siswa akan
menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau
bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini
penting ditanamkan kepada siswa agar siswa bersikap terbuka terhadap pengetahuan
baru.Siswa akan lebih aktif dan banyak informasi yang temukannya dengan mencari tau
sendiri dari teman, guru dan orang tua .Hal ini akan mempermudah siswa untuk
mengulang pelajaran atau kejadian yang pernah siswa dapatkan untuk dikembangkan
dengan menggali informasi atau mencari tau sendiri dengan melakukan obserfasi
sehingga siswa dapat meningkatkan cara berfikir yang lebih baik. Menjadikan siswa
nyaman dalam belajar dengan mengemukakan ide-ide yang mereka miliki dan
membangkitkan tingkat kreatifitas peserta didik. Meningkatkan pengetahuan yang telah
dimiliki oleh siswa dengan memberikan penyegaran otak disela-sela belajar siswa agar
siswa tidak merasa bosan saat proses pembelajaran sehingga belajar tidak lagi menjadi
setan atau hal yang menakutkan melainkan belajar adalah hal yang menyenangkan.

Penilaian autentik (authentic assesment)Assessment adalah proses pengumpulan


berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
(Trianto, 2008 : 36)
Pada proses pembelajaran guru harus menilai siswa melalui kegiatan belajar siswa.
Pada proses pembelajaran apabila siswa mengalami sebuah kesulitan dalam
pembelajaran maka guru harus membenarkan atau mengatasi kesulitan yang dialami oleh
siswa, karena gambaran tentang kemajuan belajar siswa diperlukan disetiap proses
pembelajaran maka penilaian tidak dilakukan diakhir pembelajaran seperti pada kegiatan

10
evaluasi hasil belajar tetapi dilakukan bersama-sama tidak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran. Ketika siswa sudah merasa kebingungan dengan materi yang sedang
diajarkan maka tugas guru untuk mengatasi nya dengan memahamkan kembali siswa
tersebut .kemudian ketika siswa melakukan kegiatan berdiskusi ketika siswa
membahasnya keluar dari topic disitu tugas guru membenarkannya. Pembelajaran yang
benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu
mempelajari bukan ditekankan untuk mencari informasi sebanyak mungkin informasi
diakhir pembelajaran. Karena penilaian menekankan pada proses pembelajaran. Maka
data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dilakukan oleh siswa
pada saat melakukan proses pembelajaran. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan
keterampilan siswa yang dilakukan oleh guru. Hal-hal yang digunakan untuk menilai
pengetahuan dan keterampilan siswa misalnya pekerjaan rumah (PR) karya siswa,
presentasi, dan hasil tes tulis

11
12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

13
DAFTAR RUJUKAN

Ananda, R & Abdillah. 2018. Pembelajaran Terpadu Karakteristik Landasan, Fungsi, Prinsip, dan Model. Medan:
LPPPI.
Integrative Learning. Adapted from the AAC&U VALUE Rubrics.
https://www.laguardia.edu/uploadedfiles/main_site/content/divisions/aa/assessment/docs/integrative
%20learning%20competency%20rubric%20.pdf
Moss, A. 2020. Curriculum Development in Elementary Education. United Kingdom: ED – Tech Press.
Tirtoni, F. 2018. Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Sidoarjo: UMSIDA Press.

Trianto, 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka
Publisher.

Trianto,2010,Model Pembelajaran Terpadu,Surabaya: Bumi Aksara

The Glossary of Education Reform. 2014. Coherent Curriculum. For Journalist, Parents, and Community Members.
https://www.edglossary.org/coherent-curriculum/
Victorian Early Years Learning and Development Framework. Practice Principle Guide Integrated Teaching and
Learning Approaches. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj-xZC84-
78AhWkJrcAHaSPDDsQFnoECAkQAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.education.vic.gov.au%2FDocuments
%2Fchildhood%2Fproviders%2Fedcare
%2Fpracguideintegratedteachinglearning2017.docx&usg=AOvVaw2SwCobhrv9S57pMcaxu5oY
What Is Holistic Education? Understanding the History, Methods, and Benefits. School of Education Online
Programs. https://soeonline.american.edu/blog/what-is-holistic-education/
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group

14

Anda mungkin juga menyukai