DAN IMPLIKASINYA
Abstrak: Merdeka belajar adalah sebuah ide yang memberi peluang kebebasan
kepada para pendidik dan juga peserta didik untuk dapat memilih sistem
pembelajaran yang diinginkan. Tujuan adalah agar terciptanya suasana belajar dan
sistem pendidikan yang lebih bermakna serta memprioritaskan dari segi
keterampilan dan juga pengalaman belajar. konsep merdeka belajar memberikan
keleluasaan dan kebebasan yang lebih besar kepada para pelaku pendidikan agar
dapat merancang dan mengelola pembelajaran. Pelaku pendidikan tersebut mulai
dari lembaga pendidikan, pendidik, sampai peserta didiknya. Agar konsep
merdeka belajar tersebut bisa diaplikasikan dengan baik dan benar, maka idealnya
harus dilihat dari perspektif filsafat pendidikan untuk dapat melihat
kesesuaiannya. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengkaji konsep
merdeka belajar dari sudut pandang filsafat pendidikan yang berbeda supaya bisa
menggambarkan akan keberagaman pandangan.
Abstract: Freedom to learn is an idea that gives educators and students the
freedom to choose the learning system they want. The aim is to create a learning
atmosphere and education system that is more meaningful and prioritizing skills
and learning experiences. The concept of independent learning provides greater
flexibility and freedom for educational actors to be able to design and manage
learning. The education actors start from educational institutions, educators, to
students. In order for the concept of independent learning to be applied properly
and correctly, ideally it should be viewed from the perspective of educational
philosophy to be able to see its suitability. The purpose of writing this article is to
examine the concept of independent learning from the point of view of different
educational philosophies in order to illustrate the diversity of views.
Keywords: Freedom of Learning, Educational Philosophy, Educational Goals
PENDAHULUAN
, perubahan bangsa dan negara yang lebih baik diharapkan akan terjadi melalui
sistem pendidikan yang baik juga.
Oleh karena itu, dalam Merdeka belajar ada lima hal yang menjadi fokus
perhatian, yaitu 1) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), 2) Ujian Nasional
(UN), 3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), 4) Peraturan Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi, dan 5) kampus merdeka. Merdeka belajar
dapat mengakomodasikan keadilan bagi peserta didik, meringankan beban kerja
guru, dan menyesuaikan kebijakan kampus dengan perkembangan zaman.
Menurut3, merdeka belajar diharapkan bukan sekadar branding tetapi juga untuk
mengenalkan kebijakan-kebijakan baru.
Harapan yang sangat besar adalah melalui pendidikan tersebut maka dapat
melahirkan sesuatu yang inovatif, kreatif dan mampu mencetak generasi bangsa
yang akan membawa perubahan besar. Oleh karena itu, pemerintah telah
menyisihkan dan mengalokasikan sejumlah dana untuk mempersiapkan sarana
maupun sarana sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang jumlahnya sangat
banyak, akan tetapi tidak diimbangi dengan meratanya pendidikan di Indonesia
sehingga terjadilah kesenjangan pendidikan yang mengakibatkan terjadinya
kesenjangan sosial dan juga ekonomi.
Oleh karena itu menurut,4 dengan memahami dan juga menerapkan cara
pandang berbagai macam aliran filsafat pendidikan serta dihubungkan dengan
kebijakan merdeka belajar tersebut, maka diharapkan pendidikan di Indonesia
mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Selain itu, pendidikan di Indonesia
diharapkan akan menjadi lebih maju, dan berkualitas serta sesuai dengan harapan
masyarakat Indonesia yang searah dengan amanat yang terkandung dalam UUD
1945.
Adapun beberapa artikel yang telah dianalisis terkait dengan konsep merdeka
belajar dalam pandangan filsafat pendidikan yaitu tulisan dari5 yang menjelaskan
tentang Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka Dalam Pandangan Filsafat
Pendidikan Humanisme. Dimana aliran Humanisme sebagai salah satu aliran
dalam filsafat pendidikan yang menekankan pada proses kognitif afektif dalam
belajar, teori ini memadukan kapabilitas dan potensi manusia sehingga ia bisa
mandiri memilih dan mengatur hidupnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan
MBKM yang diharapkan untuk mengembangkan hard skills dan soft skills,
menyiapkan mahasiswa lebih siap dan relevan dengan kebutuhan perkembangan
zaman, menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul
dan berkepribadian dapat dicapai secara optimal. Kedua, penelitian yang
dilakukan oleh,6 menjelaskan konsep merdeka belajar memiliki arah dan tujuan
yang sama dengan konsep aliran filsafat pendidikan progresivisme John Dewey.
Dalam penelitiannya tersebut disimpulkan bahwa aliran progresivisme yang
dipelopori oleh John Dewey merupakan aliran filsafat pendidikan yang
menghendaki adanya perubahan praktik pendidikan ke arah yang lebih maju,
berkualitas dan modern secara cepat serta memberikan manfaat yang nyata bagi
peserta didik dalam menghadapi persoalan kehidupan di masa yang akan datang
sesuai dengan perkembangan zaman. Progresivisme menghendaki adanya
kemerdekaan dan keleluasaan lembaga pendidikan mengeksplorasi kecerdasan
dan kemampuan peserta didik sesuai dengan potensi, minat dan kecenderungan
masing-masing peserta didik secara demokratis, fleksibel dan menyenangkan.
Antara konsep “merdeka belajar” yang dicetuskan oleh Mendikbud Nadiem
Anwar Makarim memiliki kesejajaran dengan konsep pendidikan progresivisme
John Dewey, yang mana keduanya sama-sama menekankan adanya kemerdekaan
dan keleluasaan lembaga dan Pembelajaran pendidikan dalam mengeksplorasi
secara maksimal kemampuan, kecerdasan dan potensi peserta didik dengan cara
yang fleksibel, natural, luwes, menyenangkan dan demokratis.
METODE
1. Aliran Idealisme
Konsep pendidikan dapat dilihat dari dua aspek yaitu membantu dan juga
menolong. Yang dimaksud dengan hakikat pendidikan membantu adalah
membantu seorang individu menjadi manusia seutuhnya, dikarenakan manusia
2. Aliran Naturalisme
3. Aliran Pragmatisme
4. Aliran Realisme
5. Aliran Eksistensialisme
Perenialisme adalah filosofi yang berpusat pada guru, di mana guru kurang
peduli dengan minat siswa dan lebih peduli dengan mentransfer pengetahuan dari
generasi yang lebih tua ke generasi yang lebih muda. Guru akan fokus pada
pentingnya membaca dan akan sering menggunakan pelajaran membaca yang
mendasari untuk membuat poin moral. Guru menggunakan sejarah, agama, sastra,
dan hukum sains untuk memperkuat ide-ide universal yang berpotensi
memecahkan masalah apa pun di era apa pun.
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian Pustaka di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan bahwa
kebijakan merdeka belajar yang sudah dirancang dan dikembangkan oleh menteri
pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim ini dapat dikaji dari berbagai aliran
filsafat pendidikan, diantaranya yaitu aliran idealisme, materialisme,
pragmatisme, realisme, eksistensialisme, humanisme dan perenialisme.
Dimana beberapa aliran tersebut jika dikaji lebih dalam tentu sesuai dengan
kebijakan merdeka belajar yang sudah mulai akan diterapkan dalam sistem
pendidikan di Indonesia. Kebijakan tersebut dirancang untuk menjawab berbagai
permasalahan pendidikan yang terjadi akhir-akhir ini. Sehingga dengan adanya
konsep merdeka belajar, maka harapan akan majunya sistem pendidikan di
Indonesia ini semakin besar dan bisa terwujud. Sehingga bisa menghasilkan
kualitas sumber daya manusia unggul yang bisa bersaing di dunia internasional.
B. Riset Mendatang
Hadi, N.F & K. “Analysis of the Relationship between ‘Merdeka Belajar’ and the
Progressivism Philosophy,” 2021.
Pangestu, D. A., Pascasarjana, P., Sejarah, P., Yogyakarta, U. N., Rochmat, S.,
Pascasarjana, P., Sejarah, P., & Yogyakarta, U. N.(2021) “Pendiri Bangsa
Philosophy Of Freedom To Learn In The Perspective Of Founding
Fathers,”
Suryadi, A.N., and dan K. (2021). “Analisis Konsep Kampus Merdeka Dalam
Perspektif Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme Dan Perenialisme,”