Disusun oleh :
Kelompok 9
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
tugas pada mata kuliah Keterpaduan Ilmu-ilmu Sosial yang berjudul
“Pengorganisasian Isi Materi IPS Model Corelated Curriculum” ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada suri tauladan
yaitu Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keterpaduan Ilmu-ilmu Sosial Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang kurikulum yang berlaku serta diterapkan di Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Arifin Maksum, M.Pd.,
selaku dosen mata kuliah Keterpaduan Ilmu-ilmu Sosial yang telah memberikan
tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada rekan- rekan yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
I. Latar Belakang..............................................................................................1
II. Rumusan Masalah.....................................................................................2
III. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
IV. Manfaat Penulisan.....................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
I. Model Pengembangan Kurikulum................................................................4
II. Pengorganisasian Kurikulum....................................................................5
III. Pengembangan Organisasi Kurikulum......................................................8
IV. Pengorganisasian Correlated Curriculum (Kurikulum Korelatif)...........11
V. Pendekatan Correlated Curriculum.........................................................15
a) Pendekatan struktural...........................................................................16
b) Pendekatan fungsional.........................................................................16
c) Pendekatan daerah...............................................................................16
VI. Hubungan Antar Mata Pelajaran dalam Correlated Curriculum.............18
VII. Ciri-ciri Correlated Curriculum...............................................................19
VIII. Kekurangan dan Kelebihan Correlated Curriculum............................20
1. Kekurangan Correlated Curriculum....................................................20
2. Kelebihan Correlated Curriculum........................................................20
BAB III..................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................21
I. Kesimpulan.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pengertian kurikulum berasal dari bahasa Latin yang berarti jalan
atau arena perlombaan yang dilalui oleh kereta. Kemudian, istilah ini
diadopsi dalam bidang pendidikan, sehingga mengandung pengertian
kumpulan mata pelajaran yang harus diajarkan guru atau dipelajari
subyek didik, atau kumpulan mata pelajaran yang ditetapkan sekolah
untuk dipelajari oleh subyek didik agar lulus dan memperoleh ijazah.
Pengertian ini merupakan pandangan lama yang lebih menekankan
pada isi pelajaran. Dalam kondisi tertentu, pengertian ini masih
sering digunakan hingga sekarang (Razali M. Thaib & Irman Siswanto,
2015). Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
yang dinamis. Hal ini berarti setiap kurikulum yang dikelola harus bisa
dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang
sedang membangun. Kurikulum yang dikelola itu harus sesuai dengan
bakat, minat, kebutuhan subyek didik, lingkungan dan memperlancar
pelaksanaan untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkan (Razali M.
Thaib & Irman Siswanto, 2015).
Menurut Blaney dalam (Subandijah, 1993) pengembangan
kurikulum merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena
mencangkup pembicaraan penyusunan kurikulum yang dilaksanakan
di sekolah disertai dengan penilaian yang intensif, dan
penyempurnaan- penyempurnaan terhadap komponen kurikulum.
Usaha melaksanakan tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan
keseluruhan proses penginteraksian komponen kurikulum, diantaranya
adlah komponen tujuan. Adanya berbagai pandangan yang mendasari
pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya keragaman dalam
mengorganisasi kurikulum (Sholeh Hidayat, 2013).
1
Kurikulum sering disamakan dengan mata pelajaran. Padahal
Saylor, Alexander dan Lewis memandang kurikulum sebagai segala
upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam
ruang kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah[2].
Sedangkan
E. Mulyasa memamndang, kurikulum itu sebagai seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standart,
dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar dan tujuan pendidikan. Dari pandangan pakar tersebut sudah
jelas bahwa kurikulum bukan hanya kumpulan mata pelajaran.
Kurikulum meliputi segala pengalaman atau proses belajar siswa yang
direncanakan dan dilaksanakan di bawah bimbingan lembaga
pendidikan
II. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan Model Pengembangan Kurikulum?
2) Apa yang dimaksud dari Pengorganisasian Kurikulum?
3) Bagaimana Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum?
4) Apa yang dapat diketuhaui dari Pengorganisasian Corelated
Curriculum?
5) Bagaimana Pendekatan Corelated Curriculum?
6) Bagaimana hubungan antar mata pelajaran dalam Corelated
Curriculum?
7) Apa saja ciri-ciri Corelated Curriculum?
8) Apa saja kekurangan dan kelibahan dari Correlated Curriculum?
2
5) Untuk mengetahui pendekatan pada Corelated Curriculum.
6) Untuk mengetahui hubungan antar mata pelajaran dalam Corelated
Curriculum.
7) Untuk memahami ciri-ciri yang terdapat pada Corelated Curriculum.
8) Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari Corelated
Curriculum.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
makalah ini, akan dijelaskan mengenai beberapa model
pengembangan kurikulum seperti model Tyler, Administratif,
Grassroot, Demonstrasi, Seller dan Miller, Taba dan model
Beauchamp.
5
berupa kerangka umum program-program pengajaran yang
disampaikan
6
kepada peserta didik guna tercapainya tujuan pendidikan/pembelajaran
yang ditetapkan. Organisasi kurikulum adalah struktur program
kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran
yang akan disampaikan kepada peserta didik. Organisasi kurikulum
yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan
kepada siswa, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam
pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program
pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut
menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikan kepada
siswa-siswa.
8
terdapat dua dimensi pokok organisasi kurikulum dalam (Zainal Arifin,
2011) yaitu: dimensi isi dan dimensi pengalaman belajar.
9
tujuan yang hendak dicapai. Dapat dirumuskan menjadi beberapa
kriteria
1
antara lain: a. Kriteria yang berhubungan dengan tujuan pendidikan. 1)
Apakah isi kurikulum yang direncanakan tersebut signifikan, valid,
dan berguna dalam menafsirkan, memahami (mengerti), dan menilai
kehidupan yang kontemporer. 2) Apakah isi kurikulum yang
direncanakan tersebut berhubungan degnan masalahmasalah
kehidupan.
3) Apakah isi kurikulum tersebut akan memajukan perkembangan dan
pertumbuhan yang seimbang pada anakanak, sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan (sikap, kemampuan, kebiasaan,
dsb).
4) Apakah isi kurikulum yang diajukan tersebut memang penting,
dalam artian memberikan sumbangan yang berharga pada berbagai
peran kurikulum (konservatif, evaluatif, dsb) serta bermakna bagi
pengalaman manusia. b. Kriteria yang berhubungan dengan sifat para
siswa, yaitu apakah isi kurikulum tersebut berguna dalam memuaskan
minat dan keingintahuan siswa
1
di luar sekolah. Disekolah, semua kegiatan dan pengalamn belajar
1
diatur dan diorganisasikan secara formal, terutama berkaitan
dengan kapan dan di mana kegiatan belajar dilakukan. Sekalipun
demikian, apa yang harus dipelajari peserta didik tetap harus
terstruktur, terutama berkaitan dengan mata pelajaran(Arifin 2011, 94–
95).
1
Mengorganiasi unsur-unsur kurikulum bahwa mampu memilih
tujuan yang jelas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik
minta maupun bakat peserta didik. Jika tujuan kurikulum berkaitan
dengan domain moral dan etika sebagai fungsi dan integratif, maka
nilai-nilai merupakan unsur organisasi yang tepat (Zainal Arifin,
2011).
1
yang dibagi menjadi 11 kelompok, yaitu: perkembangan
jasmani dan kesehatan, biaya hidup dan pekerjaan, kegiatan
sosial dan rekreasi, berkeluarga, minikah dan seks, hubungan
sosial secara psikologis, hubungan pribadi, moral, dan
keagamaan, rumah tangga dan kerabat, pendidikan dan kerja
sama, penyesuaian terhadap pekerjaan sekolah, kurikulum dan
prosedur pembelajaran (Zainal Arifin, 2011).
1
pendidikan, psikologi pendidikan, bimbingan konseling, supervisi
pendidikan dsb.
1
Menurut Oemar Hamalik, sebagaimana yang termaktub dalam
bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, beliau
menjelaskan bahwa Correlated kurikulum yaitu: pengorganisasian
kurikilum yang mengedepankan korelasi antara mata pelajaran,
sebagai upaya untuk meminimalisir kelemahan-kelemahan sebagai
akibat dari pemisahan mata pelajaran. Langkah yang ditempuh dalam
mewujudkan upaya ini yaitu menyampaikan pokok-pokok bahasan
yang saling berkorelasi untuk memberikan kemudahan kepada siswa
untuk memahami pelajaran terkait.
1
mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang
sama. Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata
pelajaran itu satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (correlated)
walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih
dipertahankan. Correlated curriculum adalah pola organisasi materi
atau konsep-konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran
dikorelasikan dengan pelajaran lainnya." Model kurikulum
mengintegrasikan semua bidang ilmu, jadi antara satu bidang ilmu
dengan ilmu yang lain saling berhubungan atau mata pelajaran
disajikan saling berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga
pada model kurikulum ini bisa dilihat keterpaduan antara semua mata
pelajaran. Bentuk kurikulum ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1
Korelasi antarpokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis,
misalnya:
2
geografi, sejarah, ekonomi dikelompokkan dalam bidang studi IPS.
Demikian juga dengan mata pelajaran, biologi, kimia, fisika,
dikelompokkan menjadi bidang studi IPA. Mengorelasikan bahan atau
isi materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan,
yaitu:
a) Pendekatan struktural
Dalam pendekatan ini, kajian suatu pokok bahasan ditinjau
dari beberapa mata pelajaran sejenis. Seperti misalnya, kajian
suatu topik tentang geografi tidak semata-mata ditinjau dari
sudut geografi saja, akan tetapi juga ditinjau dari sejarah,
ekonomi, atau mungkin budaya.
b) Pendekatan fungsional
Pendekatan ini didasarkan kepada pengkajian masalah yang
berarti dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, suatu
topik tidak diambil dari mata pelajaran tertentu akan tetapi
diambil dari apa yang dirasakan perlu untuk anak, selanjutnya
topik itu dikaji oleh berbagai mata pelajaran yang memiliki
keterkaitan. Contohnya masalah "kemiskinan" ditinjau dari
sudut ekonomi, geografi, dan sejarah.
c) Pendekatan daerah
Pada pendekatan ini materi pelajaran ditentukan
berdasarkan lokasi atau tempat. Seperti mengkaji daerah ibu
kota ditinjau dari keadaan iklim, sejarah, sosial budayanya,
ekonominya, dan lain sebagainya.
2
masyarakat, tetangga, kota, wilayah, negara dan dunia. Asumsi
pendekatan lingkungan meluas:
Anak perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan
lingkungan yang terdekat (diri sendiri), selanjutnya bertahap dan
sistematis bergerak dalam lingkaran konsentris keluar dari
lingkaran tersebut, kemudian mengembangkannya untuk
menghadapi unsur- unsur dunia yang lebih luas
Pendekatan situasi kehidupan: Pendekatan situasi
kehidupan, dalam pendekatan situasi kehidupan merupakan
pendekatan yang berorientasi kemasyarakatan (community field
base approach) sehingga lebih melibatkan masyarakat daripada
buku teks atau disiplin ilmu.
2. Aspek-aspek pendekatan situasi kehidupan:
Aspek kemanusiaan dalam lingkungan masyarakat (kepribadian
tingkah laku, perkembangan manusia, temperamen keluarga,
kekerabatan, dan perikemanusiaan Aspek sosial dalam
kehidupan masyarakat, yang meliputi kelembagaan, pergaulan,
perkembangan, tokoh masyarakat, kelompok-kelompok hidup,
pertikaian, dan kegotong royongan
Aspek budaya dalam kehidupan masyarakat yang mencakup
bagaimana sifat-sifat budaya dan perkembangannya dalam
kehidupan masyarakat serta pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya adat-istiadat, tradisi, kepercayaan,
lembaga budaya (selamatan, upacara perkawinan), kesenian
rakyat, sopan-santun, bahasa, pakaian, makanan, dan cara
makannya
Aspek ekonomi dalam masyarakat yang mencakup usaha usaha
masyarakat dalam mencukupi kebutuhan yangmeliputi pangan,
sandang, papan, kesehatan, rekreasi, pendidikan, kesenian, dan
keagamaan
Aspek politik dalam kehidupan masyarakat yang mencakup
usaha-usaha dalam mengatur kehidupan meliputi berbagai
2
peraturan yang tertulis dan tidak tertulis, pemerintahan,
kelembagaan politik organisasinya, kegiatan-kegiatan politik,
dan pengaruhnya dalam kehidupan.
Aspek lingkungan fisik dalam kehidupan masyarakat yang
mencakup keadaan lingkungan yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat, misalnya keadaan tanah cukup air,
kering, keadaan lokasi (terpencil di pegunungan strategis),
kekayaan sumber daya alam.
Aspek perkembangan yang mencakup bagaimana
perkembangan masyarakat masa lampau, sekarang, dan
yangakan datang, termasuk sejarahnya, usaha-usaha pem
bangunan dalam segala bidang, dan proses dalam waktu dekat
dan panjang.
2
peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis,
mengarang, menyimak dan pengetahuan bahasa.
2
VIII. Kekurangan dan Kelebihan Correlated Curriculum
1. Kekurangan Correlated Curriculum
Kelemahan Correlated Curriculum sebagai berikut
2
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Dari pembahsan di atas dapat disimpulkan bahwa Correlated
curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu
hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya,
tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut.
Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut: Pertama, dalam satu bidang studi. Misalnya mata pelajaran
IPA disinggung tentang mata pelajaran biologi, kimia, fisika dan
sebagainya. Kedua, menghubungkan antar pokok bahsan yang berasal
dari bidang studi yang berbeda. Misalnya masalah candi yang dikaji
dari perpektif ilmu bumi berkaitan dengan letaknya, Bentuk candi,
yang dibahas dengan kajian arsitektur, serta pemilihan batu untuk
candi yang dibahas oleh ilmu alam dan lain-lain.
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated
mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa
keunggulan yang dimaksud antara lain: (1) Menunjukkan adanya
integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam mbahsa
sautu topik dikaji dari berbagai bidang dan disiplin ilmu; (2) Dapat
menambah minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara
berbagai mata pelajaran; (3) Pengetahuan dan pemahaman peserta
didik akan lebih mudah dalam dengan penguraian dan penjelasan dari
berbagai mata pelajaran, dan lain-lain. Selain correlated curriculum
mempunyai kelemahan, antara lain: (1) Bahan yang disajikan tidak
berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta
didik; (2) Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang
sistematis pada berbagai mata pelajaran; (3) Urutan penyusunan dan
penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis; (4) Kebanyakan di
antara guru kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga
mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa dan lain-lain.
2
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, M., Fahmi, K., Zaini, R., & Fahmi, F. (2022). INTERNALISASI
KURIKULUM PENDIDIKAN PADA PEMBELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) di SD/MI. LITERASIA: Jurnal Ilmu
Pendidikan dan Keguruan, 1(1), 11-23.
Sugiana, A. (2018). Proses pengembangan organisasi kurikulum dalam
meningkatkan pendidikan di indonesia. PEDAGOGIK: Jurnal
Pendidikan, 5(2), 257-273.
Sulaiman, S. (2013). Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum.
JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan Dan
Pengajaran, 14(1).
Thaib, R. M., & Siswanto, I. (2015). Inovasi Kurikulum dalam Pengembangan
Pendidikan (Suatu Analisis Implementatif). Jurnal Edukasi: Jurnal
Bimbingan Konseling, 1(2), 216-228.
Utomo, S. A. W., & Azizah, W. N. (2019). Analisis Organisasi Kurikulum dan
Struktur Kurikulum Anak Usia Kelas Awal Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
Ibtidaiyah (MI). JURNAL PANCAR (Pendidik Anak Cerdas dan
Pintar), 2(1).
Yusuf, A., & Aziz, A. (2020). Multicultural-Based Curriculum Conception.
Jurnal Al-Murabbi, 6(1), 87-102.