Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENGORGANIASASIAN ISI MATERI IPS


MODEL CORELATED CURRICULUM
Disusun guna memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Keterpaduan Ilmu-ilmu Sosial
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Arifin Maksum, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 9

Imam Dewantoro Wisesa (1107621292)


Niana Indriyana (1107621209)
Nazwa Awaliah (1107621033)
Regita Pramesti Haryanto (1107621024)

SEMESTER (3) 117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
tugas pada mata kuliah Keterpaduan Ilmu-ilmu Sosial yang berjudul
“Pengorganisasian Isi Materi IPS Model Corelated Curriculum” ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada suri tauladan
yaitu Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keterpaduan Ilmu-ilmu Sosial Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang kurikulum yang berlaku serta diterapkan di Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Arifin Maksum, M.Pd.,
selaku dosen mata kuliah Keterpaduan Ilmu-ilmu Sosial yang telah memberikan
tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada rekan- rekan yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 10 November 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
I. Latar Belakang..............................................................................................1
II. Rumusan Masalah.....................................................................................2
III. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
IV. Manfaat Penulisan.....................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
I. Model Pengembangan Kurikulum................................................................4
II. Pengorganisasian Kurikulum....................................................................5
III. Pengembangan Organisasi Kurikulum......................................................8
IV. Pengorganisasian Correlated Curriculum (Kurikulum Korelatif)...........11
V. Pendekatan Correlated Curriculum.........................................................15
a) Pendekatan struktural...........................................................................16
b) Pendekatan fungsional.........................................................................16
c) Pendekatan daerah...............................................................................16
VI. Hubungan Antar Mata Pelajaran dalam Correlated Curriculum.............18
VII. Ciri-ciri Correlated Curriculum...............................................................19
VIII. Kekurangan dan Kelebihan Correlated Curriculum............................20
1. Kekurangan Correlated Curriculum....................................................20
2. Kelebihan Correlated Curriculum........................................................20
BAB III..................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................21
I. Kesimpulan.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Pengertian kurikulum berasal dari bahasa Latin yang berarti jalan
atau arena perlombaan yang dilalui oleh kereta. Kemudian, istilah ini
diadopsi dalam bidang pendidikan, sehingga mengandung pengertian
kumpulan mata pelajaran yang harus diajarkan guru atau dipelajari
subyek didik, atau kumpulan mata pelajaran yang ditetapkan sekolah
untuk dipelajari oleh subyek didik agar lulus dan memperoleh ijazah.
Pengertian ini merupakan pandangan lama yang lebih menekankan
pada isi pelajaran. Dalam kondisi tertentu, pengertian ini masih
sering digunakan hingga sekarang (Razali M. Thaib & Irman Siswanto,
2015). Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
yang dinamis. Hal ini berarti setiap kurikulum yang dikelola harus bisa
dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang
sedang membangun. Kurikulum yang dikelola itu harus sesuai dengan
bakat, minat, kebutuhan subyek didik, lingkungan dan memperlancar
pelaksanaan untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkan (Razali M.
Thaib & Irman Siswanto, 2015).
Menurut Blaney dalam (Subandijah, 1993) pengembangan
kurikulum merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena
mencangkup pembicaraan penyusunan kurikulum yang dilaksanakan
di sekolah disertai dengan penilaian yang intensif, dan
penyempurnaan- penyempurnaan terhadap komponen kurikulum.
Usaha melaksanakan tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan
keseluruhan proses penginteraksian komponen kurikulum, diantaranya
adlah komponen tujuan. Adanya berbagai pandangan yang mendasari
pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya keragaman dalam
mengorganisasi kurikulum (Sholeh Hidayat, 2013).

1
Kurikulum sering disamakan dengan mata pelajaran. Padahal
Saylor, Alexander dan Lewis memandang kurikulum sebagai segala
upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam
ruang kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah[2].
Sedangkan
E. Mulyasa memamndang, kurikulum itu sebagai seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standart,
dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar dan tujuan pendidikan. Dari pandangan pakar tersebut sudah
jelas bahwa kurikulum bukan hanya kumpulan mata pelajaran.
Kurikulum meliputi segala pengalaman atau proses belajar siswa yang
direncanakan dan dilaksanakan di bawah bimbingan lembaga
pendidikan
II. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan Model Pengembangan Kurikulum?
2) Apa yang dimaksud dari Pengorganisasian Kurikulum?
3) Bagaimana Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum?
4) Apa yang dapat diketuhaui dari Pengorganisasian Corelated
Curriculum?
5) Bagaimana Pendekatan Corelated Curriculum?
6) Bagaimana hubungan antar mata pelajaran dalam Corelated
Curriculum?
7) Apa saja ciri-ciri Corelated Curriculum?
8) Apa saja kekurangan dan kelibahan dari Correlated Curriculum?

III. Tujuan Penulisan


1) Ditujukan untuk memahami maksud dari Model Pengembangan
Kurikulum.
2) Untuk memehami konsep pengorganisasian kurikulum.
3) Untuk memahami proses pengembangan dari organsasi kurikulum
yang ada di Indonesia.
4) Untuk mendalami pengetahuan tentang model organisasi
kurikulum yaitu Model Correlated Curriculum.

2
5) Untuk mengetahui pendekatan pada Corelated Curriculum.
6) Untuk mengetahui hubungan antar mata pelajaran dalam Corelated
Curriculum.
7) Untuk memahami ciri-ciri yang terdapat pada Corelated Curriculum.
8) Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari Corelated
Curriculum.

IV. Manfaat Penulisan


1. Bagi Lembaga Pendidikan
Manfaat adanya makalah ini adalah untuk digunakan
sebagai bahan referensi lembaga pendidikan dalam mata kuliah
Keterpaduan Ilmu-Ilmu Sosial, terutama mengenai
“Pengorganisasian Isi Materi IPS Model Separated Correlated
Curriculum”.
2. Bagi Dosen
Adanya penugasan makalah ini diharapkan dapat
menambah sumber wawasan kita mengenai “Pengorganisasian Isi
Materi IPS Model Correlated Curriculum” bagi mahasiswa dalam
memahami ilmu sosial.
3. Bagi Pembaca
Manfaat penulisan makalah ini bagi pembaca adalah
sebagai sumber rujukan dan informasi dalam memahami dan
mendalami mata kuliah keterpaduan ilmu-ilmu sosial.

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. Model Pengembangan Kurikulum


Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif
prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan
(implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang
dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan
pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74).

Pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan


berlandaskan pada teori yang tepat agar kurikulum yang berhasil bisa
efektif. Seperti dalam pernyataan di atas, bahwasanya model
pengembangan kurikulum merupakan alternatif dalam mendesain,
menerapkan dan mengevaluasi serta tindak lanjut dalam pembelajaran.
Banyak model pengembangan kurikulum yang telah ada, dan
masing-masing dari model pengembangan kurikulum memiliki
karakteristik yang sama, yang mengacu berbasis pada tujuan yang akan
dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan
pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan
kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan
sosial. Sedangkan dalam praktiknya, model pengembangan kurikulum
cenderung lebih menekankan pada isi materi yang sistematik dan
logis, dan implementasinya pada kehidupan masyarakat sering
diabaikan. Agar dapat mengembangkan kurikulum yang baik,
sebaiknya para ahli kurikulum memahami dengan terperinci berbagai
model pengembang kurikulum. Yang dimaksud dengan model
pengembang kurikulum adalah langkah atau prosedur yang sistematis
dalam penyusunan kurikulum. Sehingga terjadi keseimbangan antara
teori dan praktik mengenai kurikulum. Hal tersebut diharapkan
dapat terwujudnya kurikulum yang ideal dan optimal. Dalam

4
makalah ini, akan dijelaskan mengenai beberapa model
pengembangan kurikulum seperti model Tyler, Administratif,
Grassroot, Demonstrasi, Seller dan Miller, Taba dan model
Beauchamp.

Menurut Audrey dan Howard dalam buku Agus


mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum (curriculum
development) adalah "the planing of learning opportunities intended to
bring about certain desired in pupils, and assessment of the extend to
which these changes have taken place". Artinya pengembangan
kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang
dimaksudkan untuk membawa peserta didik kearah perubahan-
perubahan yang diinginkan serta menilai hingga sejauh mana
perubahan perubahan itu terjadi pada diri peserta didik. Adapun yang
dimaksudkan kesempatan belajar (learning opportunity) adalah
hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara peserta didik,
guru, bahan, dan peralatan, serta lingkungan belajar, semua
kesempatan belajar yang direncanakan oleh guru bagi peserta didik
sesungguhnya adalah "kurikulum itu sendiri"

Berdasarkan pengertian tersebut pengembangan kurikulum


sesungguhnya adalah sebuah siklus, sesuatu proses yang berulang yang
tidak pernah berakhir. Proses kurikulum itu sendiri terdiri atas empat
unsur. menggambarkan Pertama, tujuan, yakni mempelajari serta
semua sumber sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan
tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran (subjek
course) maupun kurikulum secara menyeluruh. Kedua, metode dan
material sekolah untuk mencapai tujuan tujuan yang serasi menurut
pertimbangan sekolah, Ketiga, penilaian, (assessment) yakni, menilai
keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan dalam kaitan dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Keempat, feedback, yakni
umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh.

II. Pengorganisasian Kurikulum


Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang

5
berupa kerangka umum program-program pengajaran yang
disampaikan

6
kepada peserta didik guna tercapainya tujuan pendidikan/pembelajaran
yang ditetapkan. Organisasi kurikulum adalah struktur program
kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran
yang akan disampaikan kepada peserta didik. Organisasi kurikulum
yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan
kepada siswa, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam
pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program
pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut
menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikan kepada
siswa-siswa.

Organisasi kurikulum adalah susunan komponen kurikulum, seperti


konten kurikulum, kegiatan dan pengalaman belajar, yang diorganisasi
menjadi mata pelajaran, program, lessons, topik, unit, dan sebagainya
untuk mencapai efektivitas pendidikan (Muhammad Ansyar, 2015).
Organisasi kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan
baku yang harus disampaikan dan dilakukan peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan (Zainal Arifin, 2011).
Berdasarkan pengertian di atas bahwa organisasi kurikulum adalah
pola dan susunan komponen-komponen kurikulum yang diorganisasi
menjadi mata pelajaran, program, lessons, topik, unit yang tujuannya
untuk mempermudah siswa memahami apa yang diajarkan sehingga
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.

Menurut Jhon D. McNeil, tidak ada teori organisasi kurikulum


yang dapat dianggap memadai. Sekalipun demikian, terdapat beberapa
konsep dan prinsip yang dapat diterapkan dalam teori dan praktik. Para
pengembang kurikulum diharapkan dapat mengembangkan berbagai
program pendidikan yang lebih bersifat komprehensif, konsisten, dan
efektif. Kegiatan belajar di sekolah tentu berbeda dengan kegiatan
belajar di luar sekolah. Di sekolah, semua kegiatan dan pengalamn
belajar diatur dan diorganisasikan secara formal, terutama berkaitan
dengan kapan dan di mana kegiatan belajar dilakukan. Sekalipun
demikian, apa yang harus dipelajari peserta didik tetap harus
terstruktur, terutama berkaitan dengan mata pelajaran (Zainal Arifin,
7
2011). Berikut

8
terdapat dua dimensi pokok organisasi kurikulum dalam (Zainal Arifin,
2011) yaitu: dimensi isi dan dimensi pengalaman belajar.

Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang


secara tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan/sejumlah
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus diajarkan kepada
anak- anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Implementasi kurikulum dipengaruhi dan bergantung kepada beberapa
faktor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar, dan orang tua
siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa
organisasi kurikulum penting adanya untuk membentuk materi-materi
pelajaran apa saja yang nantinya dapat diajarkan serta diberikan
kepada siswa-siswa di sekolah. Organisasi kurikulum dapat dikatakan
sebagai konsep dasar awal untuk mengembangkan materi-materi
pelajaran sebagai isi kurikulum.

Perorganisasian kurikulum dapat dilakukan secara vertical maupun


horizontal. Secara vertikal memperhatikan pengorganisasian bahan
secara hirearkis antara bahan dari kelas bawah sampai kelas atas agar
dapat seimbang secara harmonis. Sedangkan secara horizontal
memperhatikan keterpaduan seluruh materi dalam keterkaitannya
antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya
mata pelajaran sejarah dikaitkan dengan geografi, sosiologi,
antropologi, dsb. Bentuk pengorganisasian tersebut dapat dilaksanakan
secara correlated atau integrated yang akan dibahas pada kegiatan
belajar berikutnya. Pengorganisasian secara separated adalah
pengorganisasian yang sangat kuno, tetapi masih bertahan hingga
sekarang. Hal itu karena masihbanyak keuntungannya disamping
berbagai kelemahannya.

Isi kurikulum terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai


pengalaman yang diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan.
Perencana kurikulum sering kali mengalami berbagai kesulitan dalam
menyusun dan merencanakan isi kurikulum yang relevan degnan

9
tujuan yang hendak dicapai. Dapat dirumuskan menjadi beberapa
kriteria

1
antara lain: a. Kriteria yang berhubungan dengan tujuan pendidikan. 1)
Apakah isi kurikulum yang direncanakan tersebut signifikan, valid,
dan berguna dalam menafsirkan, memahami (mengerti), dan menilai
kehidupan yang kontemporer. 2) Apakah isi kurikulum yang
direncanakan tersebut berhubungan degnan masalahmasalah
kehidupan.
3) Apakah isi kurikulum tersebut akan memajukan perkembangan dan
pertumbuhan yang seimbang pada anakanak, sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan (sikap, kemampuan, kebiasaan,
dsb).
4) Apakah isi kurikulum yang diajukan tersebut memang penting,
dalam artian memberikan sumbangan yang berharga pada berbagai
peran kurikulum (konservatif, evaluatif, dsb) serta bermakna bagi
pengalaman manusia. b. Kriteria yang berhubungan dengan sifat para
siswa, yaitu apakah isi kurikulum tersebut berguna dalam memuaskan
minat dan keingintahuan siswa

III. Pengembangan Organisasi Kurikulum


Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan
pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi
sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai
sosial, aspek siswa dan masyarakat, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi(Rusman 2009, 60).Organisasi kurikulum berhubungan erat
dengan kualitas kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik.
Organisasi kurikulum harus dipilih dan diatur sedemikian rupa
untuk dikembangkan lebih luas dan lebih mendalam sehingga
peserta didik memperoleh sesuatu yang berharga dari program
pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Jhon D. McNeil tidak
ada teori organisasi kurikulum yang dapat dianggap memadai.
Sekalipun demikian, terdapat beberapa konsep dan prinsip yang
dapat diterapkan dalam teori dan praktik. Para pengembang
kurikulum diharapkan dapat mengembangkan berbagai program
pendidikan yang lebihbersifat komprehensif, konsisten, dan efektif.
Kegiatan belajar di sekolah tentu berbeda dengan kegiatan belajar

1
di luar sekolah. Disekolah, semua kegiatan dan pengalamn belajar

1
diatur dan diorganisasikan secara formal, terutama berkaitan
dengan kapan dan di mana kegiatan belajar dilakukan. Sekalipun
demikian, apa yang harus dipelajari peserta didik tetap harus
terstruktur, terutama berkaitan dengan mata pelajaran(Arifin 2011, 94–
95).

Dimensi isi lebih banyak diterima oleh para pengembang


kurikulum dibandingkan dengan dimensi pengalaman belajar. Padahal,
dalam organisasi kurikulum bukan hanya mengandung dimensi isi
melainkan juga dimensi pengalaman belajar (Zainal Arifin, 2011).
Adapun unsur- unsur organisasi kurikulum dalam (Zainal Arifin, 2011)
antara lain:

a) Konsep Yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta


atau gejala. Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu
diamati, konsep menentukan adanya hubungan empiris. Hampir
setiap bentuk organisasi kurikulum dibangun berdasarkan
konsep, seperti peserta didik, masyarakat, kebudayaan,
kuantitas, dan kualitas, ruangan, dan evolusi.
b) Generalisasi Membuat kesimpulan-kesimpulan yang jelas dari
suatu fenomena di sekitarnya.
c) Keterampilan Yaitu kemampuan dalam merencanakan
organisasi kurikulum dan digunakan sebagai dasar untuk
menyusun program yang berkesinambungan. Misalnya,
organisasi pengalaman belajar berhubungan dengan
keterampilan komprehensif, keterampilan dasar untuk
mengerjakan matematika, dan keterampilan
menginterpretasikan data.
d) Nilai-nilai Yaitu norma atau kepercayaan yang diagungkan,
sesuatu yang bersifat absolut untuk mengendalikan perilaku.
Misalnya, menghargai diri sendiri, menghargai kemuliaan dan
kedudukan setiap orang tanpa memperhatikan ras, agama,
kebangsaan, dan status sosial-ekonomi.

1
Mengorganiasi unsur-unsur kurikulum bahwa mampu memilih
tujuan yang jelas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik
minta maupun bakat peserta didik. Jika tujuan kurikulum berkaitan
dengan domain moral dan etika sebagai fungsi dan integratif, maka
nilai-nilai merupakan unsur organisasi yang tepat (Zainal Arifin,
2011).

Prosedur mengorganisasi kurikulum terdapat beberapa cara dalam


(Zainal Arifin, 2011) yaitu sebagai berikut:

1) Reorganisasi melalui Mata Pelajaran Reorganisasi melalui mata


pelajaran ialah buku merupakan sumber belajar yang penting
bagi peserta didik dalam memperlajari kurikulum.
2) Reorganisasi dengan Cara Tambal Sulam Memilih kurikulum
yang baik yang sesuai dengan kondisi dan tujuan sekolah.
Dengan demikian, kurikulum sekolah menjadi kaya dengan
program-program terbaik dan berusaha menghilangkan
program yang dianggap kurang baik.
3) Reorganisasi melalui Analisis Kegiatan Dengan menganalisis
kegiatan yang berhubungan dengan segala jegiatan yang ada
dalam kehidupan masyarakat siswa. Bahwa analisis kegiatan
ini bertujuan supaya bahan/ materi pelajaran dapat diarahkan
pada kehidupan masyarakat yang nyata.
4) Reorganisasi melalui Fungsi Sosial Merumuskan fungsi sosial
ialah bahan pelajaran disampaikan dengan mengarah ke dalam
kehidupan sosial, bagaimana siswa nantinya hidup bersosial
antar individu atau kelompok dalam masyarakat.
5) Reorganisasi melalui Survei Pendapat Survei pendapat bisa
dilakukan dari beberapa pihak. seperti peserta didik, orang tua,
guru, pengawas, kepala sekolah, tokoh masyarakat, dan mitra
sekolah (Zainal Arifin, 2011).
6) Reorganisasi melalui Studi Kesalahan Pada tahap ini asalisis
studi kesalahan terhadap proses belajar dan hasilnya.
7) Reorganisasi melalui Analisis Masalah Remaja Ross Moaney
dan kawan-kawan menganaslisis 330 masalah kebutuhan
1
remaja

1
yang dibagi menjadi 11 kelompok, yaitu: perkembangan
jasmani dan kesehatan, biaya hidup dan pekerjaan, kegiatan
sosial dan rekreasi, berkeluarga, minikah dan seks, hubungan
sosial secara psikologis, hubungan pribadi, moral, dan
keagamaan, rumah tangga dan kerabat, pendidikan dan kerja
sama, penyesuaian terhadap pekerjaan sekolah, kurikulum dan
prosedur pembelajaran (Zainal Arifin, 2011).

Berdasarkan prosedur dalam mereorganisasi kurikulum di atas


bahwa setiap pengembang kurikulum survey dan menganaliss serta
menyimpulkan sehingga materi pelajaran yang disampaikan mampu
bersaing dengan dunia yang semakin maju. Materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru memberikan pengetahuan terkini, yang di
dalamnya terdapat berbagai bidang kehidupan sosial, baik dalam
keluarga, masyarakat, hidup sebagai warga negara.

IV. Pengorganisasian Correlated Curriculum (Kurikulum Korelatif)


Organisasi correlated curriculum adalah suatu
pengaturan/penyusunan mata pelajaran dengan cara menggabungkan
dua atau lebih mata pelajar baik yang ada dalam bidang studi maupun
yang ada diluar bidang studi. Karena sesuatu topik dibahas dari
berbagai mata pelajaran baik yang ada dalam bidang studi maupun
yang ada diluar bidang studi. kaena sesuatu topik dibahas dari berbagai
mata pelajaran maka pelaksanaannya dilakukan secara team teaching.
Pengelompokan mata pelajaran tertentu yang sejenis dapat
digabungkan menjadi satu yang kemudian nama mata pelajaran
melebur bersatu menjadi satu bidang studi, misalnya mata pelajaran
sejarah, ilmu bumi, sosiologi melebur menjadi satu dan bernama
bidang studi ilmu pengetahuan sosial. Namun terdapat pula
penggabungannya itu hanya sekadar berkumpul saja menjadi satu
wadah, sedang pada hakikatnya tiap mata pelajaran yang bersatu
tersebut menunjukkan identitas dirinya sendiri secara penuh, misalnya:
Kelompok Mata Kuliah Dasa Kependidikan (MKDK) yang terdiri
atas mata pelajaran ilmu

1
pendidikan, psikologi pendidikan, bimbingan konseling, supervisi
pendidikan dsb.

Correlated Curriculum atau dapat dikatakan kurikulum dengan


mata pelajaran berkorelasi. Untuk mengurangi kelemahan dengan
adanya keterpisahan di antara berbagai mata pelajaran tersebut,
diusahakanlah agar mata pelajaran tersebut disusun dalam pola
korelasi, sehingga lebih mudah dipahami oleh para siswa. Inilah yang
dinamakan dengan kurikulum dengan mata pelajaran berkorelasi.

Pada correlated curriculum ini, mata pelajaran tidak disajikan


secara terpisah-pisah. Akan tetapi, mata pelajaran yang memiliki
kedekatan atau sejenis dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang
studi (broadfield) (Rusman, 2009). Pola kurikulum correlated
curriculum ini menghendaki agar mata pelajaran berhubungan dan
bersangkut paut satu sama lain (correlated) walaupun mungkin batas-
batas yang satu dengan yang lain (Razali M. Thaib & Irman Siswanto).
Contohnya, mata pelajaran biologi, kimia fisika, dikelompokkan
menjadi bidang studi IPA. Demikian juga dengan mata pelajaran
geografi, sejarah, ekonomi, dikelompokkan dalam bidang studi IPS
(Rusman, 2009). Di dalam korelasi formal, beberapa guru mata
pelajaran sengaja mengadakan pertemuan formal untuk merencanakan
secara bersama-sama tentang apa dan bagaimana mengorelasikan
materi pelajaran, sedangkan dalam korelasi informal, seorang guru
mata pelajaran A (misalnya) meminta secara informal kepada guru
mata pelajaran B untuk mengorelasikan materi pelajarannya dengan
pelajaran yang akan disampaikan guru pelajaran A (Zainal Arifin,
2011).

Dalam implementasinya kurikulum jenis ini, jelas memperlihatkan


perbedaan dengan separated kurikulum, dimana dalam correlated
curriculum ini pembahasan tentang suatu pokok bahasan dihubungkan
dengan pokok bahasan lainnya (yang saling relevan), atau suatu sub
pokok bahasan dihubungkan dengan sub pokok bahasan lainnya yang
mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau masalah yang sama.

1
Menurut Oemar Hamalik, sebagaimana yang termaktub dalam
bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, beliau
menjelaskan bahwa Correlated kurikulum yaitu: pengorganisasian
kurikilum yang mengedepankan korelasi antara mata pelajaran,
sebagai upaya untuk meminimalisir kelemahan-kelemahan sebagai
akibat dari pemisahan mata pelajaran. Langkah yang ditempuh dalam
mewujudkan upaya ini yaitu menyampaikan pokok-pokok bahasan
yang saling berkorelasi untuk memberikan kemudahan kepada siswa
untuk memahami pelajaran terkait.

Contoh kongkrit dari implementasi pengoraganisasian kurikulum


jenis ini yaitu dalam pengajaran ilmu ekonomi dan ilmu sejarah,
masing- masing diberikan dalam waktu yang berbeda, tetapi isi/materi
dikaitkan dengan hal (permasalahan yang sama). Selain itu bisa juga
ditempuh dengan cara lain yang bertujuan sama yaitu misalnya ketika
guru menjelaskan suatu topik dalam mata pelajaran sejarah maka dia
kaitkan dengan permasalah yang sama yang berkaitan dengan ilmu
ekonomi. Dalam contoh yang lebih jelas kita misalkan dalam
pembahasan mengenai penyebab kemiskinan maka dijelaskan menurut
tinjauan dari perspektif ekonomi dan juga dari perspektif sejarah.

Sementara menurut Syafruddin Nurdin sebagaimana yang tertulis


dalam bukunya yang berjudul Guru Profesional Dan Implementasi
Kurikulum, beliau menjelaskan bahwa Correlated Curriculum yaitu
bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu korelasi antara
mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Namun
demikian dalam kurikulum jenis correlated curriculum ini tetap
memberikan penekanan terhadap karakteristik/ciri masing-masing
bidang studi/mata pelajaran tersebut.

Dalam pengorganisasian kurikulum sebelumnya karena dirasakan


banyak kelemahannya, maka dicari pengorganisasian degnan cara lain
yaitu dengan cara digabungkan atau dikorelasikan dua atau lebih mata
pelajaran yang pokok bahasannya atau subpokok bahasannya

1
mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang
sama. Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata
pelajaran itu satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (correlated)
walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih
dipertahankan. Correlated curriculum adalah pola organisasi materi
atau konsep-konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran
dikorelasikan dengan pelajaran lainnya." Model kurikulum
mengintegrasikan semua bidang ilmu, jadi antara satu bidang ilmu
dengan ilmu yang lain saling berhubungan atau mata pelajaran
disajikan saling berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga
pada model kurikulum ini bisa dilihat keterpaduan antara semua mata
pelajaran. Bentuk kurikulum ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Korelasi bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut:

1) Korelasi antarpokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis.


2) Korelasi antarpokok bahasan diluar bidang studi yang tidak sejenis.

1
Korelasi antarpokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis,
misalnya:

1) Dalam bidang studi bahasa, meliputi berbagai mata pelajaran


membaca, tata bahasa, mengarang, bercerita dsb.
2) Dalam bidang studi ilmu pengetahuan alam, meliputi berbagai mata
pelajaran fisika, kimia, biologi, dsb.
3) Dalam bidang studi ilmu sosial, meliputi berbagai mata pelajaran
sejarah, ilmu bumi, ekonomi, sosiologi, dsb.
4) Dalam bidang studi matematika, meliputi berbagai mata pelajaran
aljabar, ilmu hitung, ilmu ukur dsb.
5) Dalam bidang studi olahraga, meliputi berbagai mata pelajaran atletik,
senam, renang, tinju, panahan dsb.

Korelasi antarpokok bahasan diluar bidang studi yang tidak sejenis,


misalnya Pembahasan Pokok Bahasan “Candi Borobudur”. Untuk
membahas candi Borobudur perlu pembahasan mengenai:

 Letak candi, dibahas oleh ilmu tanah, ilmu bumi.


 Letak dan siapa yang mendirikan, dibahas oleh sosiologi,
antropologi, dan sejarah.
 Pemilihan batu untuk candi, dibahas oleh mata pelajaran
ilmu alam.
 Bentuk candi, dibahas oleh ilmu arsitek.
 Kedatangan turis, dibahas oleh mata pelajaran ilmu
pariwisata.
 Beli souvenir, dibahas oleh mata pelajaran ilmu dagang dan
matematika

V. Pendekatan Correlated Curriculum


Pada organisasi kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan
secara terpisah, akan tetapi mata pelajaran-mata pelajaran yang
memiliki ke dekatan atau mata pelajaran sejenis dikelompokkan
sehingga menjadi suatu bidang studi (broadfield), seperti misalnya
mata pelajaran

2
geografi, sejarah, ekonomi dikelompokkan dalam bidang studi IPS.
Demikian juga dengan mata pelajaran, biologi, kimia, fisika,
dikelompokkan menjadi bidang studi IPA. Mengorelasikan bahan atau
isi materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan,
yaitu:

a) Pendekatan struktural
Dalam pendekatan ini, kajian suatu pokok bahasan ditinjau
dari beberapa mata pelajaran sejenis. Seperti misalnya, kajian
suatu topik tentang geografi tidak semata-mata ditinjau dari
sudut geografi saja, akan tetapi juga ditinjau dari sejarah,
ekonomi, atau mungkin budaya.

b) Pendekatan fungsional
Pendekatan ini didasarkan kepada pengkajian masalah yang
berarti dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, suatu
topik tidak diambil dari mata pelajaran tertentu akan tetapi
diambil dari apa yang dirasakan perlu untuk anak, selanjutnya
topik itu dikaji oleh berbagai mata pelajaran yang memiliki
keterkaitan. Contohnya masalah "kemiskinan" ditinjau dari
sudut ekonomi, geografi, dan sejarah.

c) Pendekatan daerah
Pada pendekatan ini materi pelajaran ditentukan
berdasarkan lokasi atau tempat. Seperti mengkaji daerah ibu
kota ditinjau dari keadaan iklim, sejarah, sosial budayanya,
ekonominya, dan lain sebagainya.

Disamping 3 jenis pendekatan tersebut dalam Correlated Curriculum


ada:

1. Pendekatan lingkungan Meluas


Pendekatan lingkungan meluas dalam penyampaian
pembelajaran IPS sebagian besar didasarkan pada suatu tradisi
yang materinya disusun dalam urutan anak/diri sendiri, keluarga,

2
masyarakat, tetangga, kota, wilayah, negara dan dunia. Asumsi
pendekatan lingkungan meluas:
Anak perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan
lingkungan yang terdekat (diri sendiri), selanjutnya bertahap dan
sistematis bergerak dalam lingkaran konsentris keluar dari
lingkaran tersebut, kemudian mengembangkannya untuk
menghadapi unsur- unsur dunia yang lebih luas
Pendekatan situasi kehidupan: Pendekatan situasi
kehidupan, dalam pendekatan situasi kehidupan merupakan
pendekatan yang berorientasi kemasyarakatan (community field
base approach) sehingga lebih melibatkan masyarakat daripada
buku teks atau disiplin ilmu.
2. Aspek-aspek pendekatan situasi kehidupan:
 Aspek kemanusiaan dalam lingkungan masyarakat (kepribadian
tingkah laku, perkembangan manusia, temperamen keluarga,
kekerabatan, dan perikemanusiaan Aspek sosial dalam
kehidupan masyarakat, yang meliputi kelembagaan, pergaulan,
perkembangan, tokoh masyarakat, kelompok-kelompok hidup,
pertikaian, dan kegotong royongan
 Aspek budaya dalam kehidupan masyarakat yang mencakup
bagaimana sifat-sifat budaya dan perkembangannya dalam
kehidupan masyarakat serta pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya adat-istiadat, tradisi, kepercayaan,
lembaga budaya (selamatan, upacara perkawinan), kesenian
rakyat, sopan-santun, bahasa, pakaian, makanan, dan cara
makannya
 Aspek ekonomi dalam masyarakat yang mencakup usaha usaha
masyarakat dalam mencukupi kebutuhan yangmeliputi pangan,
sandang, papan, kesehatan, rekreasi, pendidikan, kesenian, dan
keagamaan
 Aspek politik dalam kehidupan masyarakat yang mencakup
usaha-usaha dalam mengatur kehidupan meliputi berbagai

2
peraturan yang tertulis dan tidak tertulis, pemerintahan,
kelembagaan politik organisasinya, kegiatan-kegiatan politik,
dan pengaruhnya dalam kehidupan.
 Aspek lingkungan fisik dalam kehidupan masyarakat yang
mencakup keadaan lingkungan yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat, misalnya keadaan tanah cukup air,
kering, keadaan lokasi (terpencil di pegunungan strategis),
kekayaan sumber daya alam.
 Aspek perkembangan yang mencakup bagaimana
perkembangan masyarakat masa lampau, sekarang, dan
yangakan datang, termasuk sejarahnya, usaha-usaha pem
bangunan dalam segala bidang, dan proses dalam waktu dekat
dan panjang.

VI. Hubungan Antar Mata Pelajaran dalam Correlated Curriculum


Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan
adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya. Tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata
pelajaran tersebut. Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

1) Insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata


pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata
pelajaran IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi dan
sebagainya.
2) Menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok
bahasan yang dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya
masalah moral dan etika dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
3) Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan
menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran.
Penggabungan antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut
sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan

2
peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis,
mengarang, menyimak dan pengetahuan bahasa.

VII. Ciri-ciri Correlated Curriculum


Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut :

1) Berbagai mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya


2) Sudah dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan
pelajaran dengan permasalaham kehidupan sehari-hari,
kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan
3) Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan
minat dan kemapuan para siswa, meski pelayanan terhadap
perbedaan individual masih sangat terbatas
4) Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski
masih banyak yang menghadapi kesulitan
5) Meski guru masih memegang peran penting, namun aktivitas
siswa sudah mulai dikembangkan.

Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated


mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa
keunggulan yang dimaksud antara lain:

 Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta


didik, yang mana dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang
dan disiplin ilmu
 Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap
adanya hubungan antara berbagai mata pelajaran
 Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah
dalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata
pelajaran
 Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan
lebih fungsional
 Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip prinsip
daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.

2
VIII. Kekurangan dan Kelebihan Correlated Curriculum
1. Kekurangan Correlated Curriculum
Kelemahan Correlated Curriculum sebagai berikut

 Dalam korelasi tidak diperoleh disiplin ilmu yang


mendalam, karena tidak adanya struktur logis dan
sistematis yang disebabkan oleh luasnya ruang lingkup
mata pelajaran.
 Korelasi tidak memberikan pengetahuan yang
mendalamtentang satu mata pelajaran, hal ini disebabkan
karena suatu mata pelajaran hanyalah disajikan garis
besarnya saja.
 Guru merasa kesulitan dengan adanya pendekatan
interdisipliner dalam kurikulum.
 Mata pelajaran yang disajikan sifatnya terlampau abstrak,
karena yang disajikan hanya berkisar mengenahi prinsip
prinsip, tema-tema, dan masalah-masalah.

2. Kelebihan Correlated Curriculum


Kelebihan Correlated Curriculum sebagai berikut:

 Korelasi menunjukkan integrasi pengetahuan pada peserta


didik, dengan demikian pengetahuan mereka tidak lepas
lepas, melainkan bertautan dan terpadu.
 Minat peserta didik bertambah apabila ia melihat hubungan
antara mata pelajaran satu dengan yang lain.
 Pengertian peserta didik tentang sesuatu lebih mendalam,
bila didapat penjelasan dari berbagai mata pelajaran.
 Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas karena
diperoleh pandangan dari berbagai sudut dan tidak hanya
dari satu matapelajaran saja.
 Korelasi memungkinkan peserta didik menggunakan
pengetahuanya lebih fungsional.
 Korelasi antara matapelajaran lebih mengutamakan
pengertian dan prinsip-prinsip.

2
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Dari pembahsan di atas dapat disimpulkan bahwa Correlated
curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu
hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya,
tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut.
Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut: Pertama, dalam satu bidang studi. Misalnya mata pelajaran
IPA disinggung tentang mata pelajaran biologi, kimia, fisika dan
sebagainya. Kedua, menghubungkan antar pokok bahsan yang berasal
dari bidang studi yang berbeda. Misalnya masalah candi yang dikaji
dari perpektif ilmu bumi berkaitan dengan letaknya, Bentuk candi,
yang dibahas dengan kajian arsitektur, serta pemilihan batu untuk
candi yang dibahas oleh ilmu alam dan lain-lain.
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated
mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa
keunggulan yang dimaksud antara lain: (1) Menunjukkan adanya
integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam mbahsa
sautu topik dikaji dari berbagai bidang dan disiplin ilmu; (2) Dapat
menambah minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara
berbagai mata pelajaran; (3) Pengetahuan dan pemahaman peserta
didik akan lebih mudah dalam dengan penguraian dan penjelasan dari
berbagai mata pelajaran, dan lain-lain. Selain correlated curriculum
mempunyai kelemahan, antara lain: (1) Bahan yang disajikan tidak
berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta
didik; (2) Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang
sistematis pada berbagai mata pelajaran; (3) Urutan penyusunan dan
penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis; (4) Kebanyakan di
antara guru kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga
mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa dan lain-lain.

2
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, M., Fahmi, K., Zaini, R., & Fahmi, F. (2022). INTERNALISASI
KURIKULUM PENDIDIKAN PADA PEMBELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) di SD/MI. LITERASIA: Jurnal Ilmu
Pendidikan dan Keguruan, 1(1), 11-23.
Sugiana, A. (2018). Proses pengembangan organisasi kurikulum dalam
meningkatkan pendidikan di indonesia. PEDAGOGIK: Jurnal
Pendidikan, 5(2), 257-273.
Sulaiman, S. (2013). Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum.
JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan Dan
Pengajaran, 14(1).
Thaib, R. M., & Siswanto, I. (2015). Inovasi Kurikulum dalam Pengembangan
Pendidikan (Suatu Analisis Implementatif). Jurnal Edukasi: Jurnal
Bimbingan Konseling, 1(2), 216-228.
Utomo, S. A. W., & Azizah, W. N. (2019). Analisis Organisasi Kurikulum dan
Struktur Kurikulum Anak Usia Kelas Awal Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
Ibtidaiyah (MI). JURNAL PANCAR (Pendidik Anak Cerdas dan
Pintar), 2(1).
Yusuf, A., & Aziz, A. (2020). Multicultural-Based Curriculum Conception.
Jurnal Al-Murabbi, 6(1), 87-102.

Anda mungkin juga menyukai