Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LANDASAN DAN PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN PENDIDIKAN


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Perencanaan Pendidikan
Dosen Pengampu: Nelli murodah M.Pd.I

Disusun oleh:

Teguh Prasetyo (342122058)


Kafinatunnisa (342122050)
Nur chovivi (342122064)
Mukromin (342122072072)
Khusnul Khotimah ( 342122051 )
Siti Nur Aeni (342122039)
Suci Husnaeni (342122040)
Moh Abdus Somad (342123027)

PROGRAM STUDI MANAGEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KI AGENG PEKALONGAN
2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah yang berjudul “ Landasan dan Prinsip-Prinsip Perencanaan Pendidikan” ini, sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.

Diucapkan terima kasih kepada dosen pengampu ibu Neli Murodah M.Pd.I dan kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penggarapan makalah ini. Sehingga mampu
melaksanakan tugas mata kuliah Media Pembelajaran ini.

Dimohonkan maaf kepada semuanya apabila dalam makalah ini masih dapat kekurangan
dan kekeliruan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran dari semua pembaca
agar kedepannya bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pekalongan, 04 Maret 2024


DAFTAR ISI

Cover..........................................................................................................................

Kata Pengantar...........................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................2

Latar Belakang Penulisan...........................................................................................2

Rumusan Masalah Penulisan......................................................................................3

Tujuan Penulisan........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4

Landasan perencanaan pendidikan.............................................................................4

Prinsip perencanaan pendidikan.................................................................................8

Macam-macam perencanaan pendidikan...................................................................9

BAB III PENUTUP .................................................10

Simpulan...................................................................................................................10

Daftar Pustaka............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dalam Bab II, tentang Dasar, Fungsi, Dan Tujuan Pendidikan,
menegaskan bahwa Pendidikan nasional berguna untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, tahun 2013). Berdasarkan
undang-undang pendidikan di atas terlihat bahwa secara umum tujuan pendidikan Islam
dan tujuan pendidikan nasional adalah sama, yaitu membentuk manusia Indonesia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, serta
terampil dalam bekerjadi tengah masyarakat(Tafsir, 2016). Hanya saja dalam
perjalanannya, proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari pola pendidikan barat
yang masih terus mewarnai proses pendidikan tersebut hingga saat ini. Dimana pada
masa pendudukan kolonial proses pendidikan yang berjalan hanya untuk memenuhi
kepentingan ekonomi dan ketetapan kekuasaan kolonial. Oleh karena warisan motif
ekonomi tersebut, masyarakat Indonesia pada umumnya masih mengukur
keberhasilan pendidikan hanya dari segi ekonomi. Nilai keberhasilan seseorang adalah
apabila telah menyelesaikan tingkatan pendidikannya dan berhasil mendapatkan
perkerjaan terlebih dibidang pemerintahan sesuai dengan spesifikasinya yang dianggap
banyak menghasilkan uang dan jabatan. Pola pendidikan barat telah berhasil
mempengaruhi proses pendidikan pada bagian yang paling dominan, yaitu tujuan
pendidikan Islam.Kesamaan dalam hal tujuan, tidak serta merta membuat
pendidikan Islam dan pendidikan nasional dapat seiring sejalan. Hal ini disebabkan
oleh worldview Barat sekuler dan materialisme yang menjadi warisan penjajahan
kolonial yang hingga saat ini masih mewarnai dunia pendidikan. Dimana pada masa

4
pendudukan kolonial proses pendidikan yang berjalan hanya untuk memenuhi
kepentingan ekonomi dan ketetapan kekuasaan kolonial.
Corak pendidikan Barat yang telah mewarnai pendidikan di Indonesia tidak dapat
dinafikan, telah pula membawa pada kemajuan. Tetapi walau demikian, tetap saja
tidak dapat dijadikan sebagai rujukan apalagi landasan untuk memajukan pendidikan di
Indonesia, sebab pendidikan ala Barat hanya memajukan pendidikan dari segi lahiriah
saja. Kemajuan yang didapatkan hanya berorientasi pada kehidupan dunia yang
bersifat kuantitatif tanpa menyentuh kemanusiaan yang terdalam dari seorang manusia
yaitu rohani, apalagi menghubungkannya dengan kehidupan yang bahagia di akhirat
kelak. Oleh karenanya kenyataan yang terjadi, kemajuan yang telah dicapai tidak
membawa mereka pada kebahagiaan. Tetapi hati mereka kering dan jiwa-jiwa mereka
kosong. Hal ini tentunya sangat jauh berbeda dengan perspektif pendidikan Islam
yang mengarah pada pembentukan pribadi insan yang utuh dan sempurna. Oleh
karenanya semua amal yang dilakukan di dunia, hanyalah sebuah alat yang
dipergunakan semaksimal mungkin untuk menuju cita-cita yang paling dasar yaitu
kebahagiaan akhirat (Alim, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Landasan apa yang digunakan dalam menyusun Perencanaan Pendidikan?
2. Prinsip-prinsip apa yang akan memandu Perencanaan Pendidikan ?
3. Apa saja jenis jenis Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Landasan Perencanaaan Pendidikan
2. Prinsip-prinsip yang akan memandu perencanaan Pendidikan
3. Jenis Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Pendidikan

Landasan Pendidikan terdiri dari dua suku kata, yaitu landasan dan pendidikan.
Oleh karena itu, kami akan mencoba memaparkan pengertian dari kedua suku kata
tersebut. Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat mulanya suatu poerbuatan.
Dalam bahasa inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang dalam bahasa
Indonesia, menjadi pondasi. Sedangkan Pendidikan berasal dari kata didik, lalu kata ini
mendapat awalan me, sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara dan memberi
latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Jadi, landasan pendidikan adalah
asas, dasar atau fondasi yang memperkuat dan memperkokoh dunia pendidikan dalam
rangka untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu.

Adapun Landasan-landasan Pendidikan di Indonesia terdapat beberapa landasan


yang mendasarinya, yaitu antara lain sebagai berikut.

1. Landasan Filosofis

Filsafat pendidikan nasional Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang


terkandung pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta
didik melalui penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan tingkat
juga jenis pendidikan. Nilai-nilai tersebut bukan hanya mewarnai muatan pelajaran
dalam kurikulum tetapi juga dalam corak pelaksanaan. Rancangan penanaman nilai
budaya bangsa tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga bukan hanya dicapai
penguasaan kognitif tetapi lebih penting pencapaian afektif. Lebih jauh lagi
pencapaian nilai budaya sebagai landasan filosopis bertujuan untuk mengembangkan
bakat, minat, kecerdasan dalam pemberdayaan yang seoptimal mungkin.

Secara mendasar dapat ditegaskan bahwa landasan filosofis Pancasila


menyimpulkan bahwa sistem pendidikan nasional menempatkan peserta didik sebagai
makhuk yang khas dengan segala fitrahnya dan tugasnya menjadi agen pembangunan

6
yang berharkat dan bermartabat. Oleh karena itu, manusia Indonesia dipandang
sebagai individu yang mampu menjadi manusia Indonesia yang berakhlak mulia.
Karenanya pendidikan harus mampu mengembangkan menjadi manusia yang
memegang norma-norma keagamaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk
Tuhan, Makhluk sosial, dan makhluk individu.

2. Landasan Sosiologis

Lembaga pendidikan harus diberdayakan bersama dengan lembaga sosial


lainnya. Dalam hal ini pendidikan disejajarkan dengan lembaga ekonomi, politik
sebagai pranata kemasyarakatan, pembudayaan masyarakat belajar (society learning)
harus dijadikan sarana rekonstruksi sosial. Apabila perencanaan pendidikan yang
melibatkan masyarakat bisa tercapai maka patologi sosial setidaknya terkurangi.
Hasrat masyarakat belajar saat ini masih rendah. Hal ini ditandai rendahnya angka
partisipasi masyarakat dalam sekolah terutama dalam membangun masyarakat
belajar.

Dalam kaitannya dengan perluasan fungsi pendidikan lebih jauh, maka


diperlukan pengembangan sistem pendidikan nasional yang didasarkan atas kesadaran
kolektif bangsa dalam kerangka ikut memecahkan problem sosial. Pendidikan
nasional yang berlandaskan sosiologis dalam penyelenggaraannya harus
memperhatikan aspek yang berhubungan dengan sosial baik problemnya maupun
emografisnya. Masalah yang kini sedang dihadapi bangsa adalah masalah perbedaan
sosial ekonomi sehingga pendidikan dirancang untuk mengurangi beban perbedaan
tersebut. Aspek sosial lainnya seperti ketidaksamaan mengakses informasi yang
konsekuensinya akan mempertajam kesenjangan sosial dapat dieleminir melalui
pendidikan.

3. Landasan Kultural

Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia selalu


menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu,
dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa,
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasar Pancasila dan Undang-undang

7
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman. Kebudayaan
dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, kebudayaan dapat diwariskan
dengan jalan meneruskan kepada generasi penerus melalui pendidikan. Sebaliknya
pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebuadayaan masyarakat dimana proses
pendidikan berlangsung.

4. Landasan Psikologis

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga psikologis


merupakan salah satu landasan yang penting dalam pendidikan. Memahami peserta
didik dari aspek psikologis merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan.
Oleh karena itu, hasil kajian dalam penemuan psikologis sangat diperlukan
penerapannya dalam bidang pendidikan, umpamanya pengetahuan tentang urutan
perkembangan anak. Setiap individu memiliki bakat, minat, kemampuan, kekuatan,
serta tempo dan irama perkembangan yang berbeda dengan yang lainnya. Sebagai
implikasinya pendidikan tidak mungkin memperlakukan sama kepada peserta didik.
Penyusunan kurikulum harus berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman
belajar yang akan dijadikan garis-garis besar program pengajaran serta tingkat
keterincian bahan belajar yang digariskan.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologi

Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai kaitan yang


erat. Seperti diketahui IPTEK menjadi isi kajian di dalam pendidikan dengan kata lain
pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dari
sisi lain setiap perkembangan iptek harus segera diimplementasikan oleh pendidikan
yakni dengan segera memasukkan hasil pengembangan iptek ke dalam isi bahan ajar.
Sebaliknya, pendidikan sangat dipengaruhi oleh cabang-cabang iptek (psikologi,
sosiologi, antropologi). Seiring dengan kemajuan iptek pada umumnya ilmu
pengetahuan juga berkembang sangat pesat.

6. Landasan Yuridis

8
Sebagai penyelenggaraan pendidikan nasional yang utama, perlu
pelaksanaannya berdasarkan undang-undang. Hal ini sangat penting karena
hakikatnya pendidikan nasional adalah perwujudan dari kehendak UUD 1945
utamanya pasal 31 tentang Pendidikan dan Kebudayaan, pasal 31 :

1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.


2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar pemerintah wajib
membiyayainya.
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketkwaan serta akhlak yang mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang.
4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.

Landasan yuridis bukan semata-mata landasan bagi penyelenggaraan


pendidikan namun sekaligus dijadikan alat untuk mengatur sehingga penyelenggaraan
pendidikan yang menyimpang, maka dengan landasan yuridis tersebut dikenakan
sanksi. Dalam praktik penyelenggaraan pendidikan tidak sedikit ditemukan
penyimpangan. Memang penyimpangan tersebut tidak begitu langsung tetapi dalam
jangka panjang bahkan dalam skala nasional dapat menimbulkan kerugian bukan
hanya secara material tapi juga spiritual. Penyelenggaraan pendidikan yang sangat
komersial dan instan dapat merusak pendidikan sebagai proses pembentukan watak
dan kepribadian bangsa sehingga dalam jangka panjang menjadikan pendidikan
bukan sebagai sarana rekonstruksi sosial tetapi dekonstruksi sosial. Itulah sebabnya di
samping dasar regulasi sangat penting juga harus pula dilandasi dengan dasar yuridis
untuk sanksi.

9
B. Prinsip-prinsip Perencanaan pendidikan
Perencanaan pendidikan mengenal prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pegangan,
baik dalam proses penyusunan maupun dalam proses implementasinya. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Prinsip interdisipliner
Prinsip interdisipliner yaitu menyangkut berbagai bidang keilmuan atau beragam
kehidupan. Hal ini penting karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik
harus menyangkut berbagai jenis pengetahuan, beragam ketrampilan dan nilai-norma
kehidupan yang berlaku di masyarakat.
2. Prinsip fleksibel
Prinsip fleksibel yaitu bersifat lentur, dinamik dan responsif terhadap
perkembangan atau perubahan kehidupan di masyarakat. Hal ini penting, karena
hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik adalah menyiapkan siswa untuk
mampu menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan
beragam tantangan kehidupan terkini.
3. Prinsip efektifitas
efisiensi, artinya dalam penyusunan perencanaan pendidikan didasarkan pada
perhitungan sumber daya yang ada secara cermat dan matang, sehingga perencanaan
itu ‘berhasil guna’ dan ‘bernilai guna’ dalam pencapaian tujuan pendidikan.
4. Prinsip progress of change
Prinsip progress of change yaitu terus mendorong dan memberi peluang kepada
semua warga sekolah untuk berkarya dan bergerak maju ke depan dengan beragam
pembaharuan layanan pendidikan yang lebih berkualitas, sesuai dengan peranan
masing-masing.
5. Prinsip objektif, rasional dan sistematis
Prinsip objektif, rasional dan sistematis artinya perencanaan pendidikan harus
disusun berdasarkan data yang ada, berdasarkan analisa kebutuhan dan kemanfaatan
layanan pendidikan secara rasional (memungkinkan untuk diwujudkan secara nyata),
dan mempunyai sistematika dan tahapan pencapaian program secara jelas dan
berkesinambungan.

10
6. Prinsip kooperatif-komprehensif
Prinsip kooperatif-komprehensif perencanaan yang disusun mampu memotivasi
dan membangun mentalitas semua warga sekolah dalam bekerja sebagai suatu tim
(team work) yang baik. Disamping itu perencanaan yang disusun harus mencakup
seluruh aspek esensial (mendasar) tentang layanan pendidikan akademik dan non-
akademik setiap peserta didik.
7. Prinsip human resources development
Prinsip human resources development artinya perencanaan pendidikan harus
disusun sebaik mungkin dan mampu menjadi acuan dalam pengembangan sumber
daya manusia secara maksimal dalam mensukseskan program pembangunan
pendidikan. Layanan pendidikan pada peserta didik harus benar-benar mampu
membangun individu yang unggul baik dari aspek intelektual (penguasaan science
and technology), aspek emosional (kepribadian atau akhlak), dan aspek spiritual
(keimanan dan ketakwaan) , atau disebut IESQ yang unggul.
C. Macam–macam Pendekatan Perencanaan Pendidikan pendidikan
Perencanaan pendidikan dibuat agar kebutuhan pendidikan dapat dipenuhi baik
yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Untuk itu, perencanaan pendidikan harus
didasarkan pada tujuan–tujuan yang telah ditentukan dengan jelas dan terperinci. Untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien diperlukan sejumlah pendekatan dalam
perencanaan pendidikan.

Pendekatan–pendekatan dalam perencanaan pendidikan antara lain

1. Pendekatan Kebutuhan Sosial (Sosial Demands Approach)

Menurut Matin bahwa pendekatan kebutuhan sosial menitikberatkan pada


tujuan pendidikan yang mengandung misi pembebasan terutama bagi Negara
berkembang yang kemerdekannya baru saja diperoleh setelah melalui perjuangan
pembebasan yang sangat lama. Pendidikan Membebaskan rakyat dari rasa ketakutan
penjajahan, kebodohan, dan kemiskinan. Misi pembebasan yang menjiwai tuntutan
terhadap pendidikan merupakan inspirasi politik rakyat, oleh sebab itu tuntutan sosial
ini merupakan tekanan keras bagi perencanaan pendidikan.

11
Menurut A.W. Guruge pendekatan kebutuhan sosial adalah sebagai
pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-
lembaga dan fasilitas-fasilitas demi memenuhi tekanan-tekanan untuk memasukkan
sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada pemenuhan keinginan-
keinginan murid dan orang tuanya secara bebas.

Menurut Timan, terdapat beberapa kritik utama yang ditujukan pada


pendekatan sosial demand dalam perencanaan pendidikan, antara lain:

a. Pendekatan ini tidak memikirkan tentang berapa sumber-sumber biaya yang


tersedia untuk pendidikan.
b. Dalam pendekatan ini tidak diingat adanya sifat dan pola tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh dunia perekonomian dan akan berlebih-lebihan menghasilkan
tenaga skerja dalam satu bidang sedangkan yang lainnya sangat kekurangan.
c. Pendekatan ini cenderung memberikan stimulasi demand yang berlebihan,
understimate dalam pembiayaan, dan mengarahkan pembagian sumber yang
sangat kecil.

Pendekatan kebutuhan sosial dalam perencanaan pendidikan digunakan maka


para perencana pendidikan harus memperkirakan kebutuhan pada masa yang akan
datang dengan menganalisis pertumbuhan penduduk , partisipasi pendidikan, arus
murid dari satu tingkat ke tingkat tertentu dan pilihan keinginan masyarakat secara
individual tentang jenis pendidikan. Perencana juga merencanakan penggunaan
fasilitas secara optimal agar permintaan masyarakat terpenuhi.

2. Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan (Manpower Approach)


Menurut A.W. Guruge adalah “gearing on educational efforts fulfiment of
national man power requirement.” (ditujukan untuk mengarahkan kegiatan
pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja).
Menurut Matin (2013) Pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan mengutamakan
adanya keterkaitan antara lulusan system pendidikan dengan tuntutan akan tenaga
kerja pada berbagai sector pembangunan. Penekanan pendekatan ini yang utama
adalah pada relevansi program pendidikan dengan sector pembangunan guna

12
menghasilkan lulusan yang siap bekerja. Implikasi pendekatan ini terhadap
perencanaan pendidikan adalah bahwa pendidikan yang direncanakan harus
diorientasikan pada pekerjaan yang mungkin diperlukan di pasaran kerja.

Menurut Arifin beberapa kelebihan kelebihan pendekatan ketenagakerjaan,


antara lain:

a. Prospek pembelajaran atau layanan pendidikan di satuan pendidikan mempunyai


aspek korelasional yang tinggi dalam tuntutan dunia kerja yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
b. Adanya keterjalinan yang erat antar lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan
industri, untuk meminimalisir terjadinya kesenjangan antar dunia pendidikan
dengan dunia industri dan usaha.

Pendekatan kebutuhan tenaga kerja dalam perencanaan pendidikan harus


dapat menjamin setiap lulusan dapat terjun ke masyarakat dengan kemampuan untuk
menjadi pekerja yang produktif.

3. Pendekatan Efisiensi Biaya (Cost Benefit Approach)

Menurut Matin, pendekatan ini bersifat ekonomis dan berpangkal dari konsep
investasi pada sumber daya manusia. Prinsipnya adalah bahwa setiap investasi harus
mendatangkan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai moneter.

4. Pendekatan Sistem (System Approch)

Johnson dan Rozenwey mengemukakan bahwa pendekatan sistem meliputi


penggunaan berbagai konsep yang serasi dan teori sistem yang umum dalam rangka
memahami teori organisasi dan pratek manajemen. Menurut Rambe, pendekatan
sistem juga berorientasi pada analisa sistem yang berwujud pada metode atau teknik
di dalam memecahkan persoalan atau pada pengambilan kebijakan. Analisa masalah
sistem menyadari akan masalah, mengindentifikasi variabel yang berhubungan,
menganalisis berbagai faktor dan berakhir dengan penentuan tindakan pemecahaan
masalah yang terbaik dan berbagai alternatif.

13
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan sistem atau pendekatan
integrasi (terpadu) memadukan ketiga pendekatan perencanaan sistem pendidikan yang
bersifat menyeluruh dan terpadu. Pendekatan ini sering disebut dengan pendekatan
sistemik atau pendekatan sinergik, karena memiliki karakteristik sistematik, anilitik, dan
sistematik. Perencanaan pendidikan yang disusun berdasarkan pada:

a) Keterpaduan orientasi dan kepentingan terhadap pengembangan individu dan


pengembangan sosial (kelompok).
b) Keterpaduan antara pemenuhan kebutuhan ketenagakerjaan (bersifat pragmatis) dan
juga mempersiapkan pengembangan kualitas akademik (bersifat idealis) untuk
mempersiapkan studi lanjut.
c) Keterpaduan antara pertimbangan ekonomis (untung rugi), dan pertimbangan
layanan sosial-budaya dalam rangka memberikan kontribusi terhadap terwujudnya
integrasi sosial-budaya.
d) Keterpaduan pemberdayaan terhadap sumber daya lembaga, baik sumber daya
internal maupun sumber daya eksternal.
e) Konsep bahwa seluruh unsur yang terlibat dalam proses layanan pendidikan
(pelaksanaan program) di setiap satuan pendidikan merupakan suatu sistem.
f) Konsep bahwa kontrol dan evaluasi pelaksanaan program (perencanaan pendidikan)
melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan proses layanan kualitas pendidikan,
dengan tetap berada dalam komando pimpinan atau kepala satuan pendidikan.
Sedangkan pihak-pihak yang dapat terlibat dalam proses evaluasi pelaksanaan
perencanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah:
1. Kepala sekolah
2. Guru
3. Siswa
4. Komite Sekolah
5. Pengawas sekolah
6. Dinas pendidikan

14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Landasan pendidikan adalah asas, dasar atau fondasi yang memperkuat dan
memperkokoh dunia pendidikan dalam rangka untuk menciptakan pendidikan yang
berkualitas dan bermutu. Landasan pendidikan meliputi, landasan filosofis, landasan
sosiologis, landasan kultural, landasan psikologis, landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta landasan yuridis.Dengan prinsip-prinsip perencanaan pendidikan
diharapkan pembangunan manusia seutuhnya yang menjadi tekad pemerintah dapat
tercapai dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan.
Pembangunan pendidikan tidak hanya ditujukan untuk mengembangkan aspek
intelektualnya saja melainkan juga watak, moral, sosial, dan fisik peserta didik. Prinsip-
prinsip yang dapat dijadikan pegangan dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas
antara lain : Prinsip interdisipliner, Prinsip fleksibel, Prinsip efektifitas-efisiensi, Prinsip
progress of change, Prinsip objektif, rasional dan sistematis, Prinsip kooperatif-
komprehensif, dan Prinsip human resources development.
Pendekatan merupakan serangkaian asumsi dasar dalam memecahakan berbagai
masalah yang saling berkaitan. Terdapat empat pendekatan dalam perencanaan system
pendidikan, yaitu pendekatan berdasarkan permintaan masyarakat berdasarkan
pendidikan, pendekatan berdasarkan kebutuhan tenaga kerja, pendekatan efesiensi biaya,
dan pendekatan sistem atau pendekatan integratif.
Ketiga perencanaan pendidikan saling berhubungan satu sama lain. Apabila salah
satu pendekatan pendidikan tidak berjalan dengan baik, maka tujuan pendidikan akan
terhambat. Setiap pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Meskipun begitu pendekatan perencanaan pendidikan sangat penting demi terwujudnya
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien

15
DAFTAR PUSTAKA
Fadlillah, N.S. 2011. Macam-Macam Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan, (Online),
(http://winamartiana.wordpress.com/2011/09/25/pendekatan-dalam-perencanaan-pendidikan/),
diakses 6 Januari 2015.

Arifin. 2010. Konsep Perencanaan, Pendekatan Dan Model Perencanaan Pendidikan, (Online),
(https://drarifin.wordpress.com/2010/07/15/konsep-perencanaan-pendekatan-dan-model-
perencanaan-pendidikan/), diakses 6 Januari 2015.

Sari,D.W.2011.TeoriPerencanaan Pendidikan, (Online),


(https://desiwidiasari.wordpress.com/2011/05/05/teori-perencanaan-pendidikan/), diakses 6
Januari 2015.

Matin. 2013. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Vembriarto. 1975. Pengantar Perencanaan pendidikan. Yogyakarta: Paramita.

Sa’ud, U.S. dan Makmun, A.S. 2007. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan
Komperhensif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rambel, A.A. 2011. Pendekatan Sistem Dalam Perencanaan Dan Manajemen Pendidikan. Jurnal Ilmu
pendidikan, (Online), 14 (2): 168,

(http://ojs.stainbatusangkar.ac.id/index.php/takdib/article/view/183), diakses 16 Januari 2015

16

Anda mungkin juga menyukai