Dosen Pengampu :
Oleh kelompok 4
Kelas : 1B
UNIVERSITAS MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjtkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai
tepat waktu.
Kelompok 4
ABSTRAK
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional kearah alam dan sesama manusia. Tujuan pendidikan dalam hal ini adalah agar
generasi muda sebagai penerus generasi tua dapat menghayati, memahami, mengamalkan
nilai - nilai atau norma - norma tersebut dengan cara mewariskan segala pengalaman,
pengetahuan, dan keterampilan yang melatar belakang nilai - nilai dan norma kehidupan.
Pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan tertentu agar melahirkan manusia yang
seutuhnya. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
yang berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan rohani dan jamani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.Dalam suatu sistem pendidikan kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu
dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan
zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembanganya harus dilakukan secara
sistematis, terarah, tidak asal berubah. Sejarah kurikulum di Indonesia sudah melalui
perjalanan panjang, sejarah mencatat perubahan tersebut mulai tahun 1947, 1952,
1964,1975,1984,1994, 2004, 2006, dan yang palin anyar adalah kurikulum 2013.
ABTRAK
Education is the process of forming fundamental intellectual and emotional skills
towards nature and fellow humans. The aim of education in this case is so that the younger
generation as the successor to the older generation can appreciate, understand and practice
these values or norms by passing on all the experience, knowledge and skills that are the
background of the values and norms of life. Education in Indonesia has a specific goal to
produce complete human beings. National education aims to brighten the life of the nation
and develop people who believe and are devoted to God Almighty and who are virtuous, have
knowledge and skills, spiritual and mental health, a stable and independent personality and
social and national responsibility. In an education system, the curriculum is dynamic and
must always be subject to change and development, so that it can keep up with developments
and challenges of the times. However, changes and development must be carried out
systematically, directed, not just changing. The history of the curriculum in Indonesia has
gone through a long journey, history records these changes starting in 1947, 1952, 1964,
1975, 1984, 1994, 2004, 2006, and the most recent is the 2013 curriculum.
GLOSARIUM
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang sifatnya umum dan seringkali
disebut dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan ini merupakan tujuan jangka
panjang yang ingin dicapai dan didasari oleh falsafah negara (Indonesia didasari oleh
Pancasila).
c). prinsip
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang sifatnya umum dan seringkali
disebut dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan ini merupakan tujuan jangka
panjang yang ingin dicapai dan didasari oleh falsafah negara (Indonesia didasari oleh
Pancasila).
2) Tujuan Institusional/Lembaga
Tujuan institusional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah atau
lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan
sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga pendidikan. Oleh karena itu, setiap
sekolah atau lembaga pendidikan memiliki tujuan institusionalnya sendiri – sendiri. Tidak
seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional lebih bersifat kognitif. Tujuan
institusional ini dapat dilihat dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan.
kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi. Tujuan ini dapat
dilihat dari GBPP (Garis – Garis Besar Program Pengajaran) setiap bidang studi. Tujuan
kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional, sehingga kumulasi dari setiap
tujuan kurikuler ini akan menggambarkan tujuan instruksional.
4) Tujuan Instruksional/Pembelajaran
Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan
instruksional atau pembelajaran. Tujuan ini seringkali dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
Tujuan instruksional umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya masih umum
dan belum dapat menggambarkan tingkah laku yang lebih spesifik. Tujuan instruksional
umum ini dapat dilihat dari tujuan setiap pokok bahasan suatu bidang studi yang ada dalam
GBPP.
Tujuan Pendidikan
Nasional
Tujuan Kurikulum Tujuan
Institusional/Lembaga
Tujuan
Intruksional/Pembelajaran
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan “alat kunci” dalam proses
pendidikan formal. Para ahli mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan
klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu
sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah. Kurikulum
1975 berisi tentang pendidikan umum, pendidikan akademis, dan pendidikan keahlian khusus
dan berisi tentang Berorientasi pada tujuan, Menganut pendekatan integrative dalam arti
bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-
tujuan yang lebih integratif
Perkembangan Kurikulum 1975 ini menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien.
Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan kala itu,
kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by
objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan.
c). Prinsip
1. Berorientasi pada tujuan. Pada hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus
dikuasai siswa yang lebih dikenal dengan hierarki tujuan pendidikan, yang meliputi: tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum, dan
tujuan instruksional khusus.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding
istilah “curriculum” 3 (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan “Rentjana Pelajaran
1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
(1) daftar mata pelajaran dan jam pengajaranya; (2) garis-garis besar pengajaran.
Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi
nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa
setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang
guru mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode1991-1995).
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok
pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana4 , yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/ artistik, keprigelan, dan jasmani. Ada yang
menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis
4. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968
bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum
1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. "Hanya memuat mata pelajaran
pokok saja," . Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 19755 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien.
latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu
MBO (management by objective) yang terkenal saat itu," Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal
dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum
1975 banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.
Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)6. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi
harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi
indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan
pengembangan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada
hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil
belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi
dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan
pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata
pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran
pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang
harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil
belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan
kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki
seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana
kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji
terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006
yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan
permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada
dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan
dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada
kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk
silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan
dari semua Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah
di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut
secara profesional merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir
pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur
pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria
keberhasilan.
Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Kurikulum 1968
Kurikulum 2006, “KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan)” Kurikulum 1975
Kurikulum 2013
2.3 Kaitan, Kerangka, dan Hipotesis
a). Kaitan Fungsional antara Aspek 1 dan 2
Aspek 1 dan aspek 2 memiliki kaitan fungsional yang erat karena, keduanya membahas
tentang pendidikan di Indonesia. Aspek 1 membahas tentang hirarkis tujuan pendidikan
nasional indonesia yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan aspek 2 membahas tentang seperangkat rencana
atau rancangan yang terstruktur dan sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk
mencapai suatu tujuan.
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara hirarkis tujuan pendidikan nasional di Indonesia
dengan kurikulum sejak 1975
2 Prinsip prinsip dari hirarkis tujuan pendidikan nasional di Indonesia dan kurikulum sejak
1975 memiliki tujuan untuk menyelenggarakan pendidikan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia
Hipotesis tersebut didasarkan pada kaitan fungsional antara Aspek 1 dan Aspek 2 yg
sudah dijelaskan sebelumnya. Tujuan pendidikan nasional di Indonesia dan perkembangan
kurikulum saling melengkapi serta mempunyai kiprah penting pada pengembangan
pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Oleh karena itu, hipotesis tadi
bisa diuji melalui data dan berita yg dikumpulkan melalui penelitian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang sifatnya umum dan seringkali
disebut dengan tujuan pendidikan nasional. tujuan pendidikan nasional (Indonesia) adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sedangkan kurikulum merupakan seperangkat rencana atau rancangan terstruktur dan
sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai suatu tujuan. Kurikulum sejak
1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Latar belakang
lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO
(management By Objective) yang terkenal saat itu, metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan
istilah "satuan pelajaran" yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
3.2 Saran
Melihat permasalahan yang ada di atas, maka peneliti mempunyai saran, beberapa saran,
yaitu:
2. Bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada
jawaban terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban dan penyelidikan. Karena kurikulum
Orde Baru di tahun 1964,1975, 1984, dan 1994 dinilai cukup padat maka pengulangan materi
yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman begitu juga dengan
kurikulum yang berjalan hingga saat ini.
3. Bagi pembaca penulis menyarankan untuk peduli terhadap perkembangan pendidikan yang
terjadi sampai saat ini berperan aktif dalam memajukan pendidikan hingga mencapai tujuan
dari pendidikan di Indonesia.
LAMPIRAN
4.1 Daftar Pustaka
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran,
2009,Bnadung: h. 139.
9 Ibid, h. 142 10 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi, 2010, Jakarta :
Rineka Cipta,
Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006).
Hamalik, Oemar. Model-Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PPs Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI), 2004.
Indarto. Menyimak Perkembangan Kurikulum di Indonesia. (Makassar: Diposting dari Web
Master Gamaliel School, 1999).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Desan Induk Kurikulum 2013. (Jakarta:
Kemendikbud, 2013).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Draft Kurikulum 2013. (Jakarta: Kemendikbud,
2013).
Miller, J.P & W. Seller. Curriculum; Prespectives and Practices. (New York and London:
Longman, 1985).
Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013).
Nurgiyantoro, Burhan. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Sebuah Pengantar Teoretis
dan Pelaksanaannya). (Yogyakarta: BPFE, 1988).
Ornstein, Allan.C. & Hunkins, Francis.P. Curriculum Foundations,Principles and Issues.
(New York: Pearson, 2009).
Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2005).
Schubert. Curriculum Prespective, Paradigm and Posibility. (New York: Mc.Millan
Publishing, 1986).
Stratemeyer, Florence., B, Forkner,HL., McKim, GM. Developing a Curriculum for Modern
Living. (Columbia: Bureau of Publication, Teacher College, 1947).
Surakhmad, Winarno. Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. (Jakarta: PT. Kompas
Media Nusantara, 2009).
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. Kurikulum dan Pembelajaran.
(Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas
Ilmu Pendidikan UPI, 2002).
4.2 Foto, Gambar , atau Skema
Ia pertama kali masuk sekolah di TK Insan Cita Taliwang dan lanjut di TK Pembina
Negri Alas, kemudian setelah lulus melnjutkan ke SDN 1 TALIWANG,kemudian
melanjutkan sekolah MTSN 3 SUMBAWA,Kemudian melanjutkannya ke SMAN 1
ALAS,setelah itu melanjutkan jenjang selanjutnya ke Universitas Mataram.
Fayza Az Zahra atau sering dipanggil Rara memiliki hobi memasak. Ia lahir di
Mataram pada tanggal 24 Juni 2005 dari pasangan Halil dan Sri Ratna Ningsih. Rara
memiliki 2 saudara laki laki yang bernama Alfian Thoriq Taufiqi yang berusia 21 tahun dan
Muhammad Rizky Maulana yang berusia 13 tahun.