Anda di halaman 1dari 21

HIRARKIS TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA DAN

KURIKULUM YANG BERLAKU SEJAK 1975

Dosen Pengampu :

Prof.Dr I Wayan Karta,MS

Oleh kelompok 4

Kelas : 1B

Fadila Aulia Chantiqa : E1F02310040

Fayza Az Zahra : E1F02310041

Ghaitsa Zahira Shofa : E1F02310042

PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjtkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai
tepat waktu.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada bapak Prof.Dr.I Wayan


Karta.MS sebagai dosen pengampu mata kuliah pengatar pendidikan yang telah
membantu memberikan arahan dan Pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum


kami ketahui. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalaj ini. Semoga apa yang di
tulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Mataram,11 Oktober 2023

Kelompok 4
ABSTRAK
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional kearah alam dan sesama manusia. Tujuan pendidikan dalam hal ini adalah agar
generasi muda sebagai penerus generasi tua dapat menghayati, memahami, mengamalkan
nilai - nilai atau norma - norma tersebut dengan cara mewariskan segala pengalaman,
pengetahuan, dan keterampilan yang melatar belakang nilai - nilai dan norma kehidupan.
Pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan tertentu agar melahirkan manusia yang
seutuhnya. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
yang berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan rohani dan jamani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.Dalam suatu sistem pendidikan kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu
dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan
zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembanganya harus dilakukan secara
sistematis, terarah, tidak asal berubah. Sejarah kurikulum di Indonesia sudah melalui
perjalanan panjang, sejarah mencatat perubahan tersebut mulai tahun 1947, 1952,
1964,1975,1984,1994, 2004, 2006, dan yang palin anyar adalah kurikulum 2013.

ABTRAK
Education is the process of forming fundamental intellectual and emotional skills
towards nature and fellow humans. The aim of education in this case is so that the younger
generation as the successor to the older generation can appreciate, understand and practice
these values or norms by passing on all the experience, knowledge and skills that are the
background of the values and norms of life. Education in Indonesia has a specific goal to
produce complete human beings. National education aims to brighten the life of the nation
and develop people who believe and are devoted to God Almighty and who are virtuous, have
knowledge and skills, spiritual and mental health, a stable and independent personality and
social and national responsibility. In an education system, the curriculum is dynamic and
must always be subject to change and development, so that it can keep up with developments
and challenges of the times. However, changes and development must be carried out
systematically, directed, not just changing. The history of the curriculum in Indonesia has
gone through a long journey, history records these changes starting in 1947, 1952, 1964,
1975, 1984, 1994, 2004, 2006, and the most recent is the 2013 curriculum.
GLOSARIUM

Cores value : Bentuk intrinsikdari visi organisasi

Diskriminatif : Tindakan,Sikap atau perilaku

Nilai kultural : Nilai yang telah di sepakati,Karakter bangsa

Pendekatan integrative : Penyatuan berbagai aspek

Desentralisasi : Pengalihan tanggung jawab,Kewenangan

Silabus : Rencana pembelajaran


DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….i
Abstract……………………………………………………………………...........ii
Glosarium………………………………………………………………………...iii
Dasftar isi………………………………………………………………………...iv
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………......1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….1
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………...1
1.4 Manfaat Hasil Penulisan………………………………………………............1
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………….............2
2.1 Aspek 1 Hirarki Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia……………….….2
A. Pengertian…………………………………………………………………..2
B. Definisi ………………………………………………………………….....2
C. Prinsip……………………………………………………………………...2
D. Kerangka Berfikir…………………………………………………………..3
2.2 Aspek 2 Kurikulum yang Berlaku Sejak 1975………………………………..5
A. Pengertian…………………………………………………………….….....5
B. Definisi……………………………………………………………………..5
C. Prinsip……………………………………………………………………...5
D. Kerangka Berfikir………………………………………………………….6
2.3 Keterkaitan Fungsi Antara Aspek I dan Aspek II…………………………...11
2.4 Kerangka Berfikir…………………………………………………………....11
2.5 Dugaan atau Hipotesis……………………………………………………….12
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………….....13
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..13
3.2 Saran……….………………………………………………………………...13
LAMPIRAN……………………………………………………………………..14
4.1 Daftar Pustaka……………………………………………………………….14
4.2 Foto Gambar atau Skema……………………………………………………15
4.3 Biografi Penulis……………………………………………………………...15
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan segala usaha orang dewasa dengan lingkungan anak-anak


untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Oleh karena itu,
maka aktifitas pendidikan mestilah dimaknai dengan usaha sadar manusia untuk
mengembangkan potensi dan kemampuannya sehingga menjadi realisasi diri yang
sedemikian rupa yag akan membentuk suatu kepribadian yang utuh. Pendidikan berintikan
interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik
menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam
seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan pendidikan.

Sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, kurikulum2 pendidikan nasional memang


telah berulangkali mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, dan 2004, 2006 serta yang terbaru adalah kurikulum 2013. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan
dan perubahan yang terjadi di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa tujuan pendidikan nasional indonesia ?
2 Apa tujuan pembelajaran umum dan khusus ?
3 Bagaimana perkembangan kurikulum yang berlaku sejak 1975 ?
4 Apa sjaa perubahan pada tingkat perumus kurikulum ?

1.3 Tujuan Penulisan


1 Untuk mengetahui tujuan pendidikan nasional dindonesia.
2 Mengetahui tujuan pembelajaran umum dan khusus.
3 Agar mengetahui perkembangan kurikulum yang berlaku sejak 1975.
4 Untuk mengetahui perubahan pada tingkat perumus kurikulum.

1.4 Manfaat Hasil Penulisan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca pada
umumnya, baik secara teoritis maupun secara praktis.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Aspek 1 Hirarkis Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia


a). Pengertian

Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang sifatnya umum dan seringkali
disebut dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan ini merupakan tujuan jangka
panjang yang ingin dicapai dan didasari oleh falsafah negara (Indonesia didasari oleh
Pancasila).

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, tujuan


pendidikan nasional (Indonesia) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

b). Definisi Personal

Tujuan pendidikan merupakan bagian yang tak-terpisahkan dari praktik pendidikan.


Tujuan pendidikan berisi nilai-nilai yang hendak diwujudkan dalam proses atau kegiatan
pendidikan.Tanpa nilai-nilai yang jelas, praktik baik secara perseorangan maupun kelompok.
Membicarakan tujuan pendidikan akan menyangkut sistem nilai dan norma-norma dalam
suatu konteks kebudayaan, baik dalam mitos, kepercayaan, religi, filsafat, ideologi dan
sebagainya. Oleh karena pendidikan merupakan suatu proses sengaja dari suatu generasi
kepada anak didik sebagai generasi penerus yang lebih baik, maka tujuan pendidikan
diarahkan oleh perseorangan atau kelompok suatu generasi pada cores value yang telah
dipikirkan atau disepakati bersama.

c). prinsip

1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif


dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.

2. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta


didik yang berlangsung sepanjang hayat.

3. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan


mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.

5. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui


peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

d). Kerangka Berfikir

1) Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang sifatnya umum dan seringkali
disebut dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan ini merupakan tujuan jangka
panjang yang ingin dicapai dan didasari oleh falsafah negara (Indonesia didasari oleh
Pancasila).

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, tujuan


pendidikan nasional (Indonesia) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

2) Tujuan Institusional/Lembaga

Tujuan institusional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah atau
lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan
sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga pendidikan. Oleh karena itu, setiap
sekolah atau lembaga pendidikan memiliki tujuan institusionalnya sendiri – sendiri. Tidak
seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional lebih bersifat kognitif. Tujuan
institusional ini dapat dilihat dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan.

3) Tujuan Kurikuler Tujuan

kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi. Tujuan ini dapat
dilihat dari GBPP (Garis – Garis Besar Program Pengajaran) setiap bidang studi. Tujuan
kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional, sehingga kumulasi dari setiap
tujuan kurikuler ini akan menggambarkan tujuan instruksional.

4) Tujuan Instruksional/Pembelajaran

Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan
instruksional atau pembelajaran. Tujuan ini seringkali dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

a) Tujuan Instruksional/Tujuan Pembelajaran Umum

Tujuan instruksional umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya masih umum
dan belum dapat menggambarkan tingkah laku yang lebih spesifik. Tujuan instruksional
umum ini dapat dilihat dari tujuan setiap pokok bahasan suatu bidang studi yang ada dalam
GBPP.

b) Tujuan Instruksional/Pembelajaran Khusus

Tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum,


tujuan ini dirumuskan oleh guru dengan maksud agar tujuan instruksional umum tersebut
dapat lebih dipastikan dan mudah diukur tingkat ketercapainnya.

Hirarkis Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia :

Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia

Tujuan Pendidikan
Nasional
Tujuan Kurikulum Tujuan
Institusional/Lembaga

Tujuan
Intruksional/Pembelajaran

Tujuan Instruksional Tujuan Intruksional


/Tujuan Pembelajaran /Tujuan Pembelajaran
Umum Khusus
2.2 Aspek 2 Kurikulum yang Berlaku Sejak 1975
a). Pengertian

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan “alat kunci” dalam proses
pendidikan formal. Para ahli mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan
klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu
sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah. Kurikulum
1975 berisi tentang pendidikan umum, pendidikan akademis, dan pendidikan keahlian khusus
dan berisi tentang Berorientasi pada tujuan, Menganut pendekatan integrative dalam arti
bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-
tujuan yang lebih integratif

b). Definisi Personal

Kurikulum merupakan seperangkat rencana atau rancangan terstruktur dan sistematis


yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai suatu tujuan. Kurikulum 1975
menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Pada kurikulum ini,
metode hingga materi pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI) atau dikenal dengan satuan pelajaran.

Perkembangan Kurikulum 1975 ini menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien.
Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan kala itu,
kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by
objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan.

c). Prinsip

Kurikulum 1975 sebagai pengganti Kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip,


sebagai berikut :

1. Berorientasi pada tujuan. Pada hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus
dikuasai siswa yang lebih dikenal dengan hierarki tujuan pendidikan, yang meliputi: tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum, dan
tujuan instruksional khusus.

2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.

3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan


Sistem Instruksional (PSSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan
yang spesifik, dapat diukur, dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (drill). Pembelajaran lebih banyak menggunakan teori
behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam ditentukan oleh lingkungan dengan
stimulus dari luas, dalam hal ini sekolah dan guru.

d). Kerangka Berfikir

1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding
istilah “curriculum” 3 (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan “Rentjana Pelajaran
1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
(1) daftar mata pelajaran dan jam pengajaranya; (2) garis-garis besar pengajaran.

Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem


pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan
sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang
merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan
pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan
pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara
dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”

Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi
nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa
setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang
guru mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode1991-1995).

3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok
pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana4 , yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/ artistik, keprigelan, dan jasmani. Ada yang
menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis

4. Kurikulum 1968

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968
bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum
1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. "Hanya memuat mata pelajaran
pokok saja," . Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975

Kurikulum 19755 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien.
latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu
MBO (management by objective) yang terkenal saat itu," Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal
dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum
1975 banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.

6. Kurikulum 1984, “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan


pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Konsep
CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolahsekolah yang diujicobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak
sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang
kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru
tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum


sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses
belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa
dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompokkelompok masyarakat
juga mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti
kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah
materi pelajaran saja.

8. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”

Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)6. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi
harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi
indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan
pengembangan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada
hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil
belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi
dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan
pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata
pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran
pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang
harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil
belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan
kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki
seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana
kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”

9. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”

Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji
terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006
yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan
permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada
dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan
dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada
kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk
silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan
dari semua Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah
di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.

10. Kurikulum 2013

Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah


diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi dijadikan acuan
dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah
pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi
memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh
karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan
pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaianya dapat diamati dalam
bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan
pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya
tingkkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat. Setiap peserta
didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemamapuan dan
kecepatan belajar masing-masing.

Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut
secara profesional merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir
pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur
pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria
keberhasilan.
Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Kurikulum 1984, Kurikulum 1947, “Rentjana


“Kurikulum 1975 yang Pelajaran 1947”
disempurnakan”.

Kurikulum 2004, “KBK Kurikulum 1952, “Rentjana


(Kurikulum Berbasis Pelajaran Terurai 1952”
Kompetensi)”
Perkembangan
Kurikulum di
Indonesia Kurikulum 1964, “Rentjana
Kurikulum 1994 dan
Pendidikan 1964”
Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1968
Kurikulum 2006, “KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan)” Kurikulum 1975

Kurikulum 2013
2.3 Kaitan, Kerangka, dan Hipotesis
a). Kaitan Fungsional antara Aspek 1 dan 2

Aspek 1 dan aspek 2 memiliki kaitan fungsional yang erat karena, keduanya membahas
tentang pendidikan di Indonesia. Aspek 1 membahas tentang hirarkis tujuan pendidikan
nasional indonesia yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan aspek 2 membahas tentang seperangkat rencana
atau rancangan yang terstruktur dan sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk
mencapai suatu tujuan.

Keduanya saling melengkapi karena hirarkis tujuan pendidikan nasional di Indonesia


merupakan salah satu dari rencana atau rancangan yang terstruktur dan sistematis untuk
mencapai suatu tujuan.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, aspek 1 dan aspek 2 mempunyai peranan


masing masing. Hirarkis tujuan pendidikan nasional di indonesia menyampaikan tujuan dari
kurikulum sejak 1975 agar pendidikan lebih efektif dan efisien.

b). Kaitan Kerangka Berfikir antara Aspek 1 dan Aspek 2

Macam - macam Tujuan Pembelajaran


Nasional dan Kurikulum di Indonesia
Perkembangan Kurikulum
Tujuan Pendidikan Nasional

1). Tujuan Kurikulum 1). Kurikulum 1947, “Rentjana


2). Tujuan Institusional/Lembaga Pelajaran 1947
3). Tujuan Intruksional/pembelajaran 2). Kurikulum 1952, “Rentjana
a) Tujuan Pelajaran Terurai 1952
instutisional/pembelajaran 3). Kurikulum 1964, “Rentjana
umum Pendidikan 1964”
b) Tujuan 4). Kurikulum 1968
instutisional/pembelajaran 5). Kurikulum 1975
khusus 6). Kurikulum 1984, “Kurikulum 1975
yang disempurnakan”

7). Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum


Berbasis Kompetensi)”
8). Kurikulum 1994 dan Suplemen
Kurikulum 1999
9). Kurikulum 2006, “KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan)”
10). Kurikulum 2013

c). Dugaan atau Hipotesis

Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara hirarkis tujuan pendidikan nasional di Indonesia
dengan kurikulum sejak 1975

2 Prinsip prinsip dari hirarkis tujuan pendidikan nasional di Indonesia dan kurikulum sejak
1975 memiliki tujuan untuk menyelenggarakan pendidikan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia

Hipotesis tersebut didasarkan pada kaitan fungsional antara Aspek 1 dan Aspek 2 yg
sudah dijelaskan sebelumnya. Tujuan pendidikan nasional di Indonesia dan perkembangan
kurikulum saling melengkapi serta mempunyai kiprah penting pada pengembangan
pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Oleh karena itu, hipotesis tadi
bisa diuji melalui data dan berita yg dikumpulkan melalui penelitian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang sifatnya umum dan seringkali
disebut dengan tujuan pendidikan nasional. tujuan pendidikan nasional (Indonesia) adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sedangkan kurikulum merupakan seperangkat rencana atau rancangan terstruktur dan
sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai suatu tujuan. Kurikulum sejak
1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Latar belakang
lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO
(management By Objective) yang terkenal saat itu, metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan
istilah "satuan pelajaran" yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.

3.2 Saran
Melihat permasalahan yang ada di atas, maka peneliti mempunyai saran, beberapa saran,
yaitu:

1. Bagi Pemerintah peneliti menyarankan perubahan Kurikulum sebagai seperangkat rencana


pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi dimasyarakat, dapat menjawab permasalahan yang terjadi dimasa kini. Standar
penilaian yang ditetapkan pada setiap kurikulum yang berlaku harus diperhatikan mengingat
setiap daerah pertumbuhan dan perkembangan pola pikir, pengajaran dan fasilitas yang
berbeda disetiap daerah atau sekolah sehingga perlu diperhatikan. Dariperjalanan kurikulum
yang ada di Indonesia belum memenuhi standar mutu yang jelas dan baik.

2. Bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada
jawaban terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban dan penyelidikan. Karena kurikulum
Orde Baru di tahun 1964,1975, 1984, dan 1994 dinilai cukup padat maka pengulangan materi
yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman begitu juga dengan
kurikulum yang berjalan hingga saat ini.

3. Bagi pembaca penulis menyarankan untuk peduli terhadap perkembangan pendidikan yang
terjadi sampai saat ini berperan aktif dalam memajukan pendidikan hingga mencapai tujuan
dari pendidikan di Indonesia.
LAMPIRAN
4.1 Daftar Pustaka
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran,
2009,Bnadung: h. 139.
9 Ibid, h. 142 10 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi, 2010, Jakarta :
Rineka Cipta,
Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006).
Hamalik, Oemar. Model-Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PPs Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI), 2004.
Indarto. Menyimak Perkembangan Kurikulum di Indonesia. (Makassar: Diposting dari Web
Master Gamaliel School, 1999).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Desan Induk Kurikulum 2013. (Jakarta:
Kemendikbud, 2013).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Draft Kurikulum 2013. (Jakarta: Kemendikbud,
2013).
Miller, J.P & W. Seller. Curriculum; Prespectives and Practices. (New York and London:
Longman, 1985).
Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013).
Nurgiyantoro, Burhan. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Sebuah Pengantar Teoretis
dan Pelaksanaannya). (Yogyakarta: BPFE, 1988).
Ornstein, Allan.C. & Hunkins, Francis.P. Curriculum Foundations,Principles and Issues.
(New York: Pearson, 2009).
Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2005).
Schubert. Curriculum Prespective, Paradigm and Posibility. (New York: Mc.Millan
Publishing, 1986).
Stratemeyer, Florence., B, Forkner,HL., McKim, GM. Developing a Curriculum for Modern
Living. (Columbia: Bureau of Publication, Teacher College, 1947).
Surakhmad, Winarno. Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. (Jakarta: PT. Kompas
Media Nusantara, 2009).
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. Kurikulum dan Pembelajaran.
(Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas
Ilmu Pendidikan UPI, 2002).
4.2 Foto, Gambar , atau Skema

4.3 Biografu Penulis


Fadila Aulia Chantiqa atau sering di panggil aulia memiliki hobi olahraga.Ia lahir di
kota Mataram pada tanggal 24 April 2005 dari pasangan Asikin dan Dewi Rahyuni. Fadila
Aulia Chantiqa memiliki 3 saudara,2 saudara perempuan yang bernama Fela Aliyah Mantika
dan Fahda Allea Shantika serta 1 saudara laki-laki bernama Faldan Albi Cahyono.

Ia pertama kali masuk sekolah di TK Insan Cita Taliwang dan lanjut di TK Pembina
Negri Alas, kemudian setelah lulus melnjutkan ke SDN 1 TALIWANG,kemudian
melanjutkan sekolah MTSN 3 SUMBAWA,Kemudian melanjutkannya ke SMAN 1
ALAS,setelah itu melanjutkan jenjang selanjutnya ke Universitas Mataram.

Fayza Az Zahra atau sering dipanggil Rara memiliki hobi memasak. Ia lahir di
Mataram pada tanggal 24 Juni 2005 dari pasangan Halil dan Sri Ratna Ningsih. Rara
memiliki 2 saudara laki laki yang bernama Alfian Thoriq Taufiqi yang berusia 21 tahun dan
Muhammad Rizky Maulana yang berusia 13 tahun.

Ia pertama kali masuk sekolah di TK Taman Bahagia kemudian setelah lulus


melanjutkan ke SDN 4 Praya, kemudian melanjutkan sekolah ke SMPN 1 Praya, kemudian
melanjutkan sekolah ke SMAN 1 Praya, kemudian ia melanjutkan pendidikannya di
Perguruan Tinggi Negeri Universitas Mataram
Ghaitsa Zahira Shofa atau sering di panggil Ghaitsa memiliki hobi bermain voly. Ia
lahir di Mataram pada tanggal 19 September 2004 dari pagutan karang genteng . Ghaitsa
memiliki 2 saudara yang bernama jasmine manachea dan sulthan muhammad alfatih.

Ia pertama kali masuk sekolah di TK Negeri Pembina Ampenan, kemudian setelah


lulus melanjutkannya ke SDN 44 Ampenan Kemudian melanjutkan sekolah ke SMPN 1
MATARAM,kemudian melanjutkannya ke SMAN 3 MATARAM,setelah itu melanjutkan
pendidikannya ke Universitas Mataram.

Anda mungkin juga menyukai