Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ORGANISASI PGRI DAN SERIKAT PEKERJA

Disusun oleh :

Gita Zulvarosa (201843502431)

Kelas : R41

Mata Kuliah : Sejarah Pendidikan Dan PGRI

Nama Dosen : Vickry Ramadhan M.pd

Universitas Indraprasta PGRI

Jakarta

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas
karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan
makalah bertema Pancasila. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda
Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Makalah berjudul “Organisasi PGRI dan Serikat Pekerja” dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan dan PGRI. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah mendukung serta membantu penyelesaian makalah. Harapannya,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekaligus menumbuhkan
rasa cinta tanah air.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian


kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan.............................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II JATI DIRI PGRI.....................................................................................................3

A. Pengertian Jati Diri PGRI....................................................................................3


B. Dasar PGRI............................................................................................................4
C. Tujuan dan Fungsi Jati Diri PGRI......................................................................5
D. Ciri Jati Diri PGRI................................................................................................6
E. Sifat PGRI..............................................................................................................9

BAB III KODE ETIK GURU........................................................................................................10

A. Pengertian Kode Etik Guru...............................................................................10


B. Tujuan Kode Etik Guru.....................................................................................13
C. Fungsi Kode Etik Guru......................................................................................14
D. Kode Etik Guru Indonesia............................................................................16
E. Nilai-nilai Dasar dan Nilai Operasional Kode Etik Guru...........................18
F. Pelaksanaan dan Sanksi Pelanggaran Guru................................................19

BAB IV PENDIDIKAN PROFESI GURU.......................................................................22

A. Pengertian Pendidikan Profesi Guru (PPG).....................................................22

B. Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)........................................................22

ii
C. Landasan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)......................................23

D. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)..........................................25


E. Proses Penyelenggaraan Program
PPG............................................................26

ii
BAB V PENUTUP...........................................................................................................28

A. Kesimpulan.........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi
ketenagakerjaan yang berfokus pada bidang keguruan. PGRI sebagai tempat
berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan organisasi
perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan yang berdasarkan 
Pancasila, bersifat independen, dan non politik praktis, secara aktif menjaga, memelihara,
mempertahankan,  dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa yang dijiwai
semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial yang kokoh serta sejahtera lahir batin,
dan  kesetiakawanan organisasi baik nasional maupun internasional.
Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa
Indonesia. Organisasi perjuangan huru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun
1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu,
Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Tahun 1932 nama Persatuan Guru
Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini
mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan
semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia”
ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Pada zaman pendudukan Jepang
segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat
lagi melakukan aktivitas.

B.     Rumusan Masalah


1.      Apa yang dimaksud jati diri PGRI ?
2.      Apa yang dimaksud Kode Etik Guru ?
3.      Bagaimana Pendidikan Profesi Guru (PPG) ?

1
C.     Tujuan
Untuk lebih mempermudah pembaca mempelajari, menemukan dan mengetahui
hal-hal yang ada di PGRI. Selain itu tujuan yang sangat penting yaitu, untuk lebih
mempermudah mengetahui struktur-struktur organisasi PGRI serta asal-usul berdirinya
PGRI.

2
BAB II

JATI DIRI PGRI

A. Pengertian Jati Diri PGRI

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, jati diri adalah ciri-ciri, gambaran atau suatu
benda, identitas. inti, jiwa dan daya gerak dari dalam, spiritualisasi. Jati diri PGRI adalah
identitas organisasi guru yang diwujudkan oleh PGRI sebagai pribadi, sebagai warga
Negara dan sebagai tenaga profesi. Menurut PB PGRI (2000), jati diri PGRI merupakan
urat nadi perkembangan dan keberadaan PGRI dalam keseluruhan perjalanan bangsa
untuk mewujudkan hak-hak asasi guru sebagai pribadi, warga Negara dan pengembang
profesi. Sebagaimana telah tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) PGRI pasal 3, bahwa jati diri PGRI adalah sebagai berikut:

1. PGRI sebagai organisasi profesi


PGRI sebagai organisasi profesi berarti suatu organisasi yang terdiri dari guru-
guru dan tenaga kependidikan yang sejawat berkumpul dalam suatu wadah persatuan
atau perkumpulan dan berjuang mewujudkan semua amanat keputusan organisasi
baik yang tersurat maupun yang tersirat sesuai dengan ketentuan atau aturan
mainnya. Sebagi organisasi profesi, PGRI mempunyai fungsi sebagi wadah
kebersamaan, rasa kesejawatan atau seprofesi dalam mewujudkan peningkatan
keahliannya atau kariernya dalam menjalankan tugas-tugas keprofesiannya secara
professional. Artinya meningkatkan prilaku profesi kepada suatu standar kehlian
yang diinginkan oleh masyarakat umum. Berarti sudah semestinya memiliki
peningkatan kehlian yang mempunyai standar mutu.
2. PGRI sebagi organisasi perjuangan
PGRI sebagai organisasi pejuangan artinya menurut AD/ART adalah mengemban
amanat dan cita-cita proklamsi 17 agustus 1945, menjamin, menjaga dan
mempertahankan keutuhan dan kelangsungan NKRI dengan membudayakan nilai-
nilai luhur Pancasila. Maknanya adalah PGRI merupakan wadah bagi para guru
dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan dan membela hak-hak azasinya

3
baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, maupun pemangku profesi
keguruan. PGRI berjuang untuk mewujudkan hak-hak kaum guru dalam wadah
NKRI.
3. PGRI sebagai organisasi ketenagakerjaan
PGRI sebagai organisasi ketenagakerjaan adalah organisasi yang menyadari
bahwa anggotanya mempunyai hak untuk bekerja, untuk memilih tempat kerja secara
bebas untuk memperoleh lingkungan kerja yang pantas dan aman dan untuk
dilindungi dan hak untuk mendapatkan upah dan pekerjaan secara adil tanpa
diskriminasi serta hak untuk membentuk dan bergabung dalam serikat pekerja (traid
union) untuk melindungi kebutuhan-kebutuhannya.PGRI merupakan wadah
pejuangan hak-hak azasi guru sebagai pekerja terutama dalam kaitannya dengan
kesejahteraan. Ketenagakerjaan atau disebut organisasi serikat pekerja adalah suatu
jenis organisasi yang didirikan sendiri oleh anggotanya, dilaksanakan oleh
anggotanya dan untuk kepentingan anggotanya itu sendiri tanpa intervensi dari pihak
luar. Dari ringkasannya dari anggota dan untuk anggota. Itulah serikat pekerja. Guru
sebagai kelompok tenaga kerjaprofesional memerlukan jaminan yang pasti
menyangkut hukum, kesejahteraan, hak-hak pribadi sebagai warga Negara.

B. Dasar PGRI
Jati diri PGRI memiliki dasar yang dalam dan kokoh. Dengan dasar yang kokoh itu
jati diri PGRI menjadi landasan filosofi yang kuat bagi PGRI dalam mengemban misi
sebagai organisasi perjuangan organisasi profesi, organisasi ketenagakerjaan. Dasar –
dasar Jatidiri PGRI, meliputi :
1. Dasar Historis
PGRI berdasar hakekat kelahirannya merupakan bagian dari perjuangan semesta
rakyat indonesia melalui profesi keguruan menyebarkan semangat perjuangan dalam
merebut, menegakkan, menyelamatkan dan mempertahankan kemerdekaan negara
kesatuan republik indonesia 17 agustus 1945 yang berdasarkan pancasila dan uud
1945

4
2. Dasar idiologis – politis
Secara idiologis-politik, pgri berkwajiban untuk mewujudkan cita-cita
kemerdekaan melalui pembangunan nasional dibidang pendidikan serta terikat
dengan pelaksanaan pancasila dan undang-undang dasar 1945 secara murni dan
konsekwensi.
3. Dasar sosiologi dan iptek
Dalam pengabdiannya, pgri selalu bersifat responsif, adaptif, inovatif dan selektif
terhadap keadaan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

C. Tujuan dan Fungsi Jati Diri PGRI


Tujuan dari jati diri pgri adalah sebagai berikut :

1. Tegaknya keberadaan pgri, tumbuhnya rasa bangga, rasa ikut memiliki.

2. Tercapainya loyalitas, dedikasi, disipllin dan kemampuan profesional yang tinggi


dalam tugas pokok dan fungsinya

3. Memiliki kemampuan dalam mengantisipasi setiap perubahan akibat perkembangan


masyarakat, ilmu dan tehnologi.

Sedangkan fungsi dari jati diri pgri adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman gerak perjuangan bagi anggota organisasi.


2. Sebagai sarana memasyarakatkan eksistensi dan visi, misi organisasi
3. Sebagai sarana perjuangan (kaderisasi) dalam rangka mempertahankan,
meningkatkan dan mengembangkan organisasi pgri.
4. Sebagai pembangkit motivasi perjuangan pgri
5. Sebagai wahana penerapan rasa kebanggaan pada anggota/warga pgri.

5
D. Ciri Jati Diri PGRI

Jati diri PGRI memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Nasionalisme
Nasionalisme adalah kesadaran suatu warga Negara yang secara professional atau
actual bersama – sama mencapai, mempertahankan dan mengabdiakan identitas,
intergritas kemakmuran dan kekuatan bangsa secara mandiri. Dalam hal ini PGRI
mengutamakan persatuan dan kesatuan sebagai modal dasar dengan memupuk sikap
dan sifat patriotisme sebagai jiwa dan semangat PGRI dalam melaksanakan misinya.
Indonesia yang merupakan  Negara kepulauan dengan berbagai macam suku bangsa,
bahasa daerah, budaya dan dapat istiadat perlu mewujudkan persatuan dan kesatuan.
Sikap ini harus diawali dari kehidupan sehari –hari di rumah, dalam pergaulan,
disekkolah. Hal itu akan terwujud jika kita bila diantar kita saling mengenal,
memahami, saling menghormati dan saling menghargai.
2. Paham demokrasi
Paham demokrasi diawali dalam system pemerintahan kota bangsa Yunanai (508
SM). Bentuk pemerintahan baru itu kemudian dinamakan “ demokrasi”, artinya
pemerintahan oleh rakyat. Jadi demokrasi itu sudah ada sebelum Kristen dan islam
lahir sebagai agama besar di dunia. Kemudian demokrasi memasuki abad
Rasionalisme yaitu suatu aliran mendasarkan pemikiran atas akal semata – mata. 
Suatu teori yang mengandung prinsip – prinsip keadilan yang universal, yang berlaku
bagi semua waktu dan semua manusia. Teori ini mendasari pengertian dari rakyat,
oleh rakyat  dan untuk rakyat. Demokrasi  didasarkan bahwa semua manusia pada
prinsip kedaulatan rakyat yang mengandung pengertian bahwa semua manusia pada
dasarnya memiliki kebebasan dan hak serta kewajiban yang sama. Kesamaan hak dan
mengeluarkan pendapat telah dilakukan dalam kehidupan sehari – hari, seperti gotong
– royong, dalam organisasi masyarakat dan dalam organisasi sekolahan.

6
3. Kemitraan
Kata “mitra” mempunyai arti teman, sahabat atau kawan kerja. Menjalin
kemitraan berarti menjalin persahabatan. Seseorang yang menjalain persahabatan
dengan orang lain diharpkan memperoleh kebahagiaan dan keuntungan dikedua belah
pihak. PGRI sebagai oraganisasi pejuang pendidik dan pendidik pejuang selalu
berusaha menjalain dan mengembangkan kemitraan dalam bentuk kerjasama nasional
maupun internasional. Kesemuannya itu dimaksudkan untu kmembela hak dan nasib
pekerja pada umumnya dan guru pada khususnya.
4. Unitarisme
Pengertian “unitarisme” mengandung arti suatu ajaran atau paham yang
menginginkan suatu bentuk kesatuan ( misalnya Negara kesatuan). Sedang pengertian
ciri unitarisme dalam organisasi PGRI ialah semua guru dapat menjadi anggota
dengan tidak membedakan latar belakang, tingkat dan jenis kelamin, status, asal –
usul serta adat istiadat. Sikap dan perilaku yang unitaristik ditandai dengan sikap
yang toleran, sabar dan penuh pengertian. Sangat tidak terpuji sebagai siswa lembaga
PGRI, apabila disekolah ada berbagai kelompok yang  menonjolkan adanya
perbedaan yang didasarkan pada agama, ras, suku dan social ekonomi.
5. Profesionalisme
Kata “Profesionalisme” diturunkan dari kata “professional” yang berarti segala
sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilandasi pendidikan seseorang
dikatakan professional apabila ia telah mendapatkan pendidikan dan kepandaian
khusus untuk menjalankan pekerjaannya. Ciri profesioanlisme artinya PGRI
mengutamakan karya dan kemampuan profesionalisme dikalangan siswa. PGRI
mewajibkan siswa belajar sungguh – sungguh sesuai dengan bakat minat dan cita –
citanya, agar memperoleh suatu keahlian atau dalam mengerjakan sesuatu.

7
6. Kekeluargaan
Hubungan sosial dalam bentuk kekeluargaan sangat dikenal di Indonesia. Sikap
kekeluargaan ditunjukan dalam sikap dan perilaku keseharian. Sikap gotong –
royong, ramah, tenggang rasa, saling membantu dan rasa senasib dan
sepenanggungan dapat dilihat dalam kehidupan didesa. Dalam kekeluargaan akan
tumbuh sikap saling asah, asuh, ajrih. Saling asah berarti saling membntu dalam
memperoleh pengetahuan, saling asih berkaitan dengan kasih saying sesame siswa
lembaga PGRI. Saling Asuh mempunyai makna saling mengingatkan apabila ada
kesalahan. Ajrih berarti sikap segan atau hormat, sikap takut melanggar tata tertib
atau peraturan, baik yang diatur oleh manusia maupun yang diatur dalam agama.
7. Kemandirian
Organisasi PGRI memiliki ciri kemandirian, artinya bahwa dalam melaksanakan
sesuatu tidak sepenuhnya  bergantung pada pihak lain, PGRI bertumpu pada
kepercayaan, kemampuan diri sendiri, tanpa ketertarikan dan ketergantungan pada
pihak lain. Dalam era globalisasi dengan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi
sangat memerlukan  kemandirian dan kerja sama antar bangsa. Seseorang memiliki
kemandirian apabila mempunyai kemampuan, percaya diri serta keberanin untuk
berbuat dan bertindak untuk mencapai kemajuan. Kemandirian yang harus dimiliki
siswa lembaga pendidikan PGRI, adalah berrbekal pengadaan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kemampuan berinteraksi dengan orang lain.\
8. Non Partai
Ciri non partai artinya bahwa PGRI tidak mempunyai hubungan organisasi
dengan sosial politik namapun sebagai organisasi. PGRI tidak menganut suatu paham
politik tertentu, tidak menjadi bagian dari partai dari politik apapun dan tidak
melakukan kegiatan – kegiatan politik praktik seperti yang dilakukan oleh partai
politik. Hakekat dan ciri non partai politik adalah kemandirian yang berarti memiliki
kemampuan diri. Disekolah ciri non partai ini harus dapat ditunjukkan dalam
wawasan wiyata mandala. Arti kata “ wawasan” berarti pandangan, “ wiyata” berarti
pengajaran. Jadi wawasan wiyata mandala adalah suatu pandangan bahwa sekolah
adalah lingkungan belajar mengajar, yang terlepas dari pengaruh apapun yang dapat
mengganggu proses belajar mengajar tersebut. Kewajiban siswa PGRI harus dapat

8
menciptakan wawasasn wiyata mandala disekolah. Untuk menciptakannya, siswa
harus menjaga pengaruh – pengaruh dari luar yang dapat mengganggu proses belajar
mengajar. Misalnya pengaruh untuk ikut tawuran atau berkelahi, ikut serta berpolitik
praktis.
9. Jiwa, Semangat dan Nilai-niali 1945
Jiwa, Semangat dan Nilai-niali 1945 itu adalah upaya PGRI dalam menegakkan
dan melestarikan semangat perjuangan kemerdekaan 1945 sebagai jiwa kejuangan
bangsa kepada generasi penerus. Semangat para pejuang dan pendiri bangsa selalu
disertai dengan semangat rela berkorban, pantang mundur, dan pengabdian kepada
bangsa Indonesia tanpa pamrih. Rela berkorban bukan berarti mengorbankan diri
dengan sia – sia, tetapi berkorban dalam membela keadilan dan kebenaran. Rela
berkorban harus disertai keiklasan dan kejujuran. Sikap pantang mundur memeberi
makna tidak mudah putus asa. Siswa PGRI harus terus belajar. Kegagalan merupakan
awal keberhasilan. Belajar dan bekerja merupakan motto lembaga pendidikan PGRI.
Sifat pengabdian kepada bangsa pernyataan sikap seluruh rakyat sebagai bangsa
Indonesia dari sabang sampai merauke. Membela bangsa Indonesia perlu ditumbuh
kembangkan.

E. Sifat PGRI

Berdasarkan AD/ART PGRI, pasal 4 bahwa sifat-sifat organisasi PGRI adalah :

1. Unitaristik, yaitu tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan.


Agama, suku, golongan, gender dan asal-usul.
2. Independen, berlandaskan kepada prinsip kemandirian organisasi dengan
mengutamakan kemitrasejajaran dengan berbagi pihak.
3. Non Partai Politik, bukan merupakan bagian dari dan tidak berafiliasi dengan partai
politik

9
BAB III

KODE ETIK GURU

A. Pengertian Kode Etik Guru


Istilah “kode etik” berasal dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Perkataan
“etik” berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, adab atau cara hidup.
Sedangkan “kode etik” secara harfiah berarti sumber etik. Etika artinya tata susila
(etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan.
Seorang guru sebagai tenaga pendidik yang  profesional perlu memiliki “kode etik
guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama
dalam pengabdian. Kode etik guru ini merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap
dan perbuatan guru. Bila guru telah melakukan perbuatan asusila dan amoral berarti
guru telah melanggar “kode etik guru”. Sebab, kode etik guru ini sebagai salah satu ciri
yang harus ada pada profesi guru itu sendiri.
Dalam buku lain, istilah etik (ethica) mengandung makna nilai-nilai yang
mendasari perilaku manusia. Terma etik berasal dari bahasa filsafat, bahkan menjadi
salah satu cabangnya. Etik juga disepadankan dengan istilah adab, moral, ataupun
akhlak. Etik berasal dari perkataan ethos, yang berarti watak. Sementara adab adalah
keluhuran budi, yang berarti menimbulkan kehalusan budi atau kesusilaan, baik yang
menyangkut batin maupun lahir.
Maksud kode etik adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan
(relationship) antara guru dan lembaga pendidikan (sekolah); guru dan sesama guru;
guru dan peserta didik; guru dan lingkungannya.
Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dari profesi pendidik. Artinya setiap
pendidik yang profesional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai pendidik.
Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan
kewajiban yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.

10
Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan
keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara umum
etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam
interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang
sebaikbaiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
Bisa ditarik kesimpulan bahwa kode etik guru indonesia adalah himpunan nilai-
nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam
suatu sistem yang utuh dan bulat. Kode etik guru indonesia berfungsi sebagai landasan
moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas
pengabdianya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam
kehidupan sehari hari di masyarakat. Dengan demikian , kode etik guru indonesia
merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota
profesi keguruan.
Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan
norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi,
organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial,
etika dan kemanusiaan.      Dalam buku lain, Kata “etik” berasal dari bahasa Yunani,
“ethos” yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu
menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok
manusia”. Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Jadi kode etik guru itu
dapat diartikan sebagai aturan tata susila keguruan.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan dan dipatuhi
oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat.
Jika lebih diperinci lagi, Maksud kode etik adalah norma-norma yang mengatur
hubungan kemanusiaan (relationship) antara guru dan lembaga pendidikan
(sekolah),  guru dan sesama guru, guru dan peserta didik, guru dan lingkungannya.

11
Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dari profesi pendidik. Artinya setiap
pendidik yang profesional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai pendidik.
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)  dalam temu karya pendidikan III dan
rakornas di Bandung Tahun 1991 mengemukakan kode etik sarjana pendidikan
Indonesia sebagai berikut:
1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia dan jujur berdasarkan Pancasila dan
UUD 45.
2) Menjunjung tinggi harkat dan martabat peserta didik.
3) Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
4) Selalu menjalankan tugas dengan berpegang teguh kepada kebudayaan nasional dan
Ilmu Pendidikan.
5) Selalu melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Pada intinya dapat disimpulkan bahwa kode etik tersebut mengatur tentang apa
yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan guru dalam menjalankan tugas
profesionalnya.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah
guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat
fisiknya  Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan
secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh  dan teladan
bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar,
mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Guru semestinya dipilih dari sekian banyak orang yang mencalonkan diri, dan
diambil yang memenuhi syarat. Inilah guru yang mulia, sebagai pewaris Nabi.Tugas
guru bukan sebatas penyampai mata pelajaran ke sana kemari, dari satu sekolah ke
sekolah yang lain. Semestinya kita harus jujur, jika bangsa Indonesia yang saat ini
belum bangkit, dan bahkan justru bertambah bebannya adalah sebagai akibat dari
mempercayakan guru kepada orang-orang yang bukan semestinya. Kualitas pendidikan
sangat ditentukan oleh kualitas guru. Sebagai contoh sederhana, kita harus pahami
bahwa jika siswa tidak pintar ilmu fiqih, bukan kemudian hanya menyalahkan para

12
siswanya sulit diajari ilmu fiqih, atau referensi yang kurang lengkap, tetapi hal itu
disebabkan, salah dalam memilih guru, karena dia bukan bidangnya.
B. Tujuan Kode Etik Guru
Dalam setiap profesi tentunya memiliki kode etik masing-masing yang harus
dipatuhi oleh segenap jajaran yang ada pada profesi tersebut dan dalam hal ini adalah
profesi guru. Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut.
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memendang rendah atau remeh terhadap
suatu profesi. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai
tindakan yang dapat mencemarkan nama baik tprofesi terhadap masyarakat.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Kesejahteraan dalam konteks ini meliputi kesejahteraan yang bersifat lahir
(material) ataupun kesejahteraan yang bersifat batin (spiritual atau mental).
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan
para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat norma-norma dan
anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
pengabdian para anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap
anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan
kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

13
C. Fungsi Kode Etik Guru
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan
oleh : Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai
pedoman pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang
professional. Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu
: (1) Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah. (2) Mencegah terjadinya
pertentangan internal dalam suatu profesi. (3) Melindungi para praktisi dari kesalahan
praktik suatu profesi. Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru
dengan teman kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam
bidang mensukseskan misi dalam mendidik peserta didik. Sutan Zahri dan Syahmiar
Syahrun (1992) mengemukakan empat fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri,
antara lain :

1.      Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

2.      Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan
pemerintah.

3.      Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab
pada profesinya.

4.      Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan
profesinya dalam melaksanakan tugas.

Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai
dengan  norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang
oleh etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama
menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota
masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses
pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika akan
terwujud.

Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru.  PGRI misalnya,
telah membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI).

14
KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006
tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No.
07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi
Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau
menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk
merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.

KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen


Pendidikan Nasional bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-
PGRI) tahun 2008. Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak
kementerian disebutkan bahwa “semua guru di Indonesia dapat memahami,
menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku keseharian sesuai dengan norma dan etika
yang tertuang dalam KEGI ini.

Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan merasakan
adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas-tugasnya. Secara umum, kode etik
ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain :

a. Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah
ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
b. Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para
pelaksana, sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan
eksternal pekerjaan.
c. Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan.
d. Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari
ketentuan yang berlaku.
Di dalam Pasal 28 undang-undang nomor 8 tahun 1974 menjelaskan tentang
pentingnya kode etik guru  dengan jelas menyatakan bahwa" pegawai negeri sipil
memiliki kode etik sebagai pedoman sikap, sikap tingkah laku dan perbuatan di dalam
dan di luar kedinasan." Dalam penjelasan undang undang. Tersebut dinyatakan Bahwa
dengan adanya kode etik ini, pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara, abdi negara
dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam

15
melaksanan tugasnya dan dalam pergaulan sehari hari. Selanjutnya dalam kode etik
pegawai negeri sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab pegawai negeri .
Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi adalah
norma norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan
tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma tersebut berisi
petunjuk petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan
profesinya dan larangan larangan yaitu ketentuan ketentuan tentang apa yang tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi
mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam
pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.

D. Kode Etik Guru Indonesia


Berikut akan dikemukakan kode etik guru Indonesia sebagai hasil rumusan
Kongres PGRI XIII pada tanggal 21 -25 November 1973 di Jakarta, yang terdiri dari
sembilan item sebagai berikut :

1)      Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia


pembangun yang berjiwa Pancasila.

2)      Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan


kebutuhan anak didik masing-masing.

3)      Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak


didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

4)      Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid sebaik-baiknya bagikepentingan anak didik.

5)      Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun


masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan.

6)      Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan


meningkatkan mutu Profesinya.

16
7)      Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan maupun didalamhubungan keseluruhan.

8)      Guru bersama-sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru


Profesional sebagai sarana pengabdiannya.

9)      Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam


bidang Pendidikan.

Kode etik guru merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai barometer dari semua
sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi kehidupan, baik dalam keluarga , sekolah
maupun masyarakat.

Upaya meningkatkan pelaksanaan kode etik pendidik tersebut,dalam garis besarnya


dapat dilakukan sebagai berikut :

1)      Para pendidik diberi kesempatan seluas-luasnya,selama mereka mampu, untuk


studi lebih lanjut. Dengan menimba ilmu lebih banyak serta meningkatkan sikap
dan pribadinya sebagai pendidik, diharapkan kode etik pendidik itu lebih
disadari keharusannya untuk ditaati dan dilaksanakan.

2)      Membangun pustakawan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yang belum


memiliki perpustakaan seperti itu.

3)      Meningkatkan kesejahteraan para pendidik.

4)      Kerja sama lembaga pendidikan dengan orang tua dan dengan tokoh-tokoh
masyarakat perlu ditingkatkan.

5)       Fungsi DP3 perlu di benahi dan ditingkatkan.

6)      Pelaksanaan etika pendidik dapat juga ditingkatkan dengan mengintensifkan


pengawasan.

7)      Kalau pendidik melanggar kode etik pendidik tidak mempan dinasehati atau
dihimbau oleh pemimpin lembaga, maka para pemimpin itu dapat mengenakan
sanksi kepada mereka sesuai dengan aturan yang berlaku atau sesuai dengan
peraturan lembaga bersangkutan yang sudah disepakati bersama.

17
E.      Nilai-nilai Dasar dan Nilai Operasional Kode Etik Guru

Pasal 5

Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :

1). Nilai-nilai agama dan Pancasila

2). Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,


dan kompetensi profesional.

3). Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual,

Pasal 6

Hubungan Guru dengan Peserta Didik :

1) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik, mengajar,


membimbing, mengarahkan,melatih,menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran.
2) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan
anggota masyarakat.
3) Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.

Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa :

1) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.
2) Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.
3) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.

18
Hubungan Guru dengan Masyarakat :

1) Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan efisien
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
2) Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
3) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat

Hubungan Guru dengan Sekolah :

1) Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.


2) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.

Hubungan Guru dengan Profesi : 

1) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi


2) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan
bidang studi yang diajarkan
3) Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya

F. Pelaksanaan dan Sanksi Pelanggaran Guru


Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan kode etik pendidik, dalam garis besarnya
dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Para pendidik diberi kesempatan seluas-luasnya, selama mereka mampu, untuk
studi lebih lanjut ke S1, S2 atau S. Dengan menimba ilmu lebih banyak serta
meningkatkan sikap pribadinya sebagai pendidik, diharapkan kode etik pendidik
lebih disadari keharusannya untuk ditaati dan dilaksanakan.
2. Membangun perpustakaan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yang belum
memiliki perpustakaan seperti itu. Guna perpustakaan ini disiapkan bagi pendidik
yang tidak sempat studi lebih lanjut.

19
3. Meningkatkan kesejahteraan para pendidik.
4. Sejalan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan para pendidik, kerjasama
lembaga pendidikan dengan orang tua, dan dengan tokoh-tokoh masyarakat juga
perlu ditingkatkan.

Kode etik hanya ditetapkan oleh organisasi profesi yang berlaku dan memikat para
anggotanya. Penetapan kode etik ditetapkan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan
demikian, penetapan kode etik tidak dapat dilakukan oleh orang secara per orangan, tetapi
harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota profesi dan
organisasi tersebut.

Pendidikan akan berhasil menciptakan manusia yang “benar-benar manusia” di


masyarakat serta tidak menyusahkan orang lain.

Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara
khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dibuatkan ke
dalam bentuk aturan atau kode tertulis yang secara sistematik dan sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada serta pada saat yang dibutuhkan akan bisa
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara
logika-rasional umum (common sense) di nilai menyimpang dari kode etik.
Sedangkan secara umum etika dapat diartikan sebagai disiplin filosofis yang sangat
diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-
pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.

Dengan adanya etika profesi guru, guru dapat memilih dan memutuskan
perilaku yang paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan
demikian akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar guru-murid, juga dalam
hubungannya guru dengan masyarakat yang baik dan harmonis, seperti saling
menghormati, saling menghargai, tolong menolong dan sebagainya.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bila mana dalam elit profesional tersebut
ada kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin
memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.

20
Sering kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi,
sehingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi tertentu
dapat meningkatkan menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila
demikian, aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku
meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya
memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.

Contoh kasus pelanggaran, diantaranya sebagai berikut:

1) Guru memposisikan diri sebagai penguasa yang memberikan sanksi dan


mengancam murid apabila melanggar peraturan  atau tidak mengikuti kehendak
guru.
2) Guru tidak memahami sifat - sifat yang khas / karakteristik pada anak didiknya.
3) Guru memperlakukan peserta didiknya secara tidak tepat sehingga membentuk
prilaku yang menyimpang.

Adapun sanksi yang dikenakan kode etik guru tersebut adalah guru dapat diberhentikan tidak
dengan hormat dari jabatan sebagai guru, karena :

1) Melanggar sumpah dan janji jabatan.


2) Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
3) Melalaikan kewajiban  dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau lebih secara
terus menerus.

Sanksi terhadap guru dapat juga berupa :

1) Teguran
2) Peringatan tertulis
3) Penundaan pemberian hak guru
4) Penurunan Pangkat
5) Pemberhentian dengan hormat
6) Pemberhentian tidak dengan hormat.

21
BAB IV

PENDIDIKAN PROFESI GURU

A. Pengertian Pendidikan Profesi Guru (PPG) 


Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan upaya yang dilakukan pemerintah
untuk menyiapkan guru-guru profesional dalam rangka mewujudkan tujuan  pendidikan
nasional.
Guru profesional adalah guru yang dalam melaksanakan tugasnya mampu
menunjukkan kemampuannya, ditandai dengan penguasaan kompetensi akademik
kependidikan dan kompetensi substansi atau bidang studi sesuai disiplin ilmunya.

B. Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) 

Program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1


Kependidikan dan S1/D IV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi
guru agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional
pendidikan.

Pengakuan secara tertulis terhadap program Pendidikan Profesi Guru


(PPG) adalah diperolehnya sertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) diharapkan akan menjawab berbagai


permasalahan pendidikan, antara lain sebagai berikut :

1. Kekurangan jumlah guru (shortage), khususnya pada daerah terluar, terdepan, dan
tertinggal.

2. Distribusi guru yang tidak seimbang (unbalanced distribution).

3. Kualifikasi guru yang dibawa standar (under qualification).

22
4. Guru-guru yang kompetensinya masih kurang (low competence).

5. Ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu guru


(missmatched).

Program Pendidikan Profesi Guru akan menghasilkan guru-guru profesional


diharapkan akan menghasilkan lulusan yang unggul dan siap menghadapi tuntutan jaman.

C. Landasan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dilaksanakan dengan landasan tertentu


yang digunakan sebagai acuan untuk mengatur mekanisme program tersebut. Berikut
adalah landasan pelaksanaan program Pendidikan Profesi Guru (PPG).

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Beberapa ketentuan terkait dengan penyelenggaraan pelaksanaan pendidikan


profesi guru dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut.

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan
tinggi yang terakreditasi.

c. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program


pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.

23
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Beberapa hal terkait program Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang terdapat dalam


Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 adalah sebagai berikut.

a. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat


jasamani, dan rohani serta  memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.

b. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program


pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

c. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.

d. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk


peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan
yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.

24
D. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Program PPG diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki lembaga


pendidikan tenaga kependidikan yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan oleh Menteri

Secara umum, tujuan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah sesuai dengan


yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu
menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.

Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar


menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

Sedangkan secara khusus, tujuan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) seperti


yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 8 Tahun 2009 Pasal 2 sebagai berikut.

1. Untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan,


melaksanakan, dan menilai pembelajaran.

2. Untuk menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan, dan


pelatihan peserta didik.

3. Untuk melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.

Dengan demikian, tujuan program Pendidikan profesi Guru (PPG) adalah untuk
mewujudkan guru-guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya, yang
pengakuan secara tertulisnya dibuktikan dengan dimilikinya Sertifikat Pendidikan
Profesional.

25
E. Proses Penyelenggaraan Program PPG
Proses penyelenggaraan Program PPG mengacu pada standar proses pada Standar
Pendidikan Guru. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 55 Tahun
2017 tentang Standar Pendidikan Guru Pasal 20 ayat (1) menyatakan bahwa standar proses
merupakan kriteria minimal pelaksanaan pembelajaran pada Program PPG untuk memperoleh
capaian pembelajaran lulusan sebagai Guru profesional.
Permendikbud Nomor 37 Tahun 2017 (untuk dalam jabatan) dan Permendikbud
Nomor 87 Tahun 2013 (untuk prajabatan). Berikut ringkasannya :

1. PPG Dalam Jabatan

a. Program Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan adalah program pendidikan


yang diselenggarakan untuk guru pegawai negeri sipil dan guru bukan pegawai
negeri sipil yang sudah mengajar pada satuan pendidikan, baik yang
diselenggarakan pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat
penyelenggara pendidikan yang sudah mempunyai perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama.

b. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV);

c. Guru dalam Jabatan atau pegawai negeri sipil yang mendapatkan tugas mengajar
yang sudah diangkat sampai dengan akhir tahun 2015 (SK Bupati untuk guru
honorer/GTT).

d. mempunyai Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK);

e. Berusia maksimal 58 tahun.

f. Terdaftar pada Dapodik dan terundang lewat akun SIM-PKB.

26
2. PPG Prajabatan

a. Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan adalah program pendidikan yang


diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV
Nonkependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasai
kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga
dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

b. Calon peserta memiliki kualifikasi akademik sebagai berikut:

1) S1 Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan


ditempuh;

2) S1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan


ditempuh;

3) S1/DIV Nonkependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang


akan ditempuh;

4) S1/DIV Nonkependidikan serumpun dengan program pendidikan profesi yang


akan ditempuh;

5) S1 Psikologi untuk program PPG pada PAUD atau SD.

6) Berusia maksimal 28 tahun dan belum menikah (bersedia tidak menikah sampai
selesai studi PPG).

7) Selain peserta dengan kriteria di atas, PPG Prajabatan juga ditujukan bagi lulusan
SM-3T (Sarjana Mendidik Di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal).

27
27
BAB V

PENUTUP

B. KESIMPULAN
PGRI sebagai tempat berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependidikan
lainnya merupakan organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi
ketenagakerjaan yang berdasarkan  Pancasila, bersifat independen, dan non politik
praktis, secara aktif menjaga, memelihara, mempertahankan,  dan meningkatkan
persatuan dan kesatuan bangsa yang dijiwai semangat kekeluargaan, kesetiakawanan
sosial yang kokoh serta sejahtera lahir batin, dan  kesetiakawanan organisasi baik
nasional maupun internasional. PGRI berjuang untuk mewujudkan hak-hak kaum guru
dalam wadah NKRI. Kinerja guru professional akan tercermin dalam pelaksanaan
tugasnya yang dilandasi keahlian dalam materi maupun metode. Keahlian yang dimiliki
oleh guru professional diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang
diprogramkan secara khusus.

28
DAFTAR PUSTAKA

iv

Anda mungkin juga menyukai