Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PGRI SEBAGAI ORGANISASI PERJUANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Ke PGRI-an
Dosen Pengampu: Dra. Hj. Uray Titin Hiswari, M.Si

Oleh:
Ayu Yohana (122010009)
Karmila Kesi (122010002)
Martha Jimmy (122010011)
Rani (122010010)
Wanjumali (122010008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANERAAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PGRI Sebagai
Organisasi Profesi”.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Hj. Uray
Titin Hiswari, M.Si selaku dosen mata kuliah Ke PGRI-an yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan mengenai PGRI Sebagai Organisasi Profesi”. Mudah-mudahan
makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami mengharapkan adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang akan Kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Pontianak, 20 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................................4

A. PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan.................................................................................4

B. Prinsip Perjuangan PGRI.....................................................................................................8

C. Fokus Perjuangan PGRI......................................................................................................8

BAB 3 PENUTUP
..................................................................................................................................................
18

A. Kesimpulan
..................................................................................................................................................
18

B. Saran
..................................................................................................................................................
18

DAFTAR PUSTAKA
..................................................................................................................................................
19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) adalah sebuah organisasi wadah berkumpulnya
guru atau tenaga kependidikan untuk bekerja sama dan bersama-sama dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam mencapai tujuan mencerdasakan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional.
Profesionalisme guru dituntut agar terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan
jaman, ilmu pengetahuan, teknologi serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap
sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di
forum regional, nasional maupun internasional. Upaya pembangunan pendidikan nasional sangat
diperlukan guru dalam jumlah yang memadai dan standar mutu kompetensi profesionalisme
yang terjamin. Untuk mencapai jumlah guru profesional yang mencukupi dapat menggerakan
dinamika kemajuan pendidikan nasional diperlukan proses yang berkesinambungan, tepat
sasaran dan efektif.
PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi ketenagakerjaan
yang berfokus pada bidang keguruan. PGRI sebagai tempat berhimpunnya segenap guru dan
tenaga kependidikan lainnya merupakan organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi
ketenagakerjaan yang berdasarkan Pancasila, bersifat independen, dan non politik praktis, secara
aktif menjaga, memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa
yang dijiwai semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial yang kokoh serta sejahtera lahir
batin, dan kesetiakawanan organisasi baik nasional maupun internasional Semangat kebangsaan
Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan
huru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB).
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu. Guru
Desa. Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda
(PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan
pemerintah Belanda, karena kata "Indonesia" yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat
tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata "Indonesia" ini sangat didambakan oleh guru dan

1
bangsa Indonesia. Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang
memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda. Sejalan dengan
keadaan itu, di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru
Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS),
Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB), disamping organisasi
guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke Onderwijs
Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van
Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang
beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong para
guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi terhadap pihak Belanda. Hasilnya
antara lain adalah kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah
ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada
kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib,
tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi
perjuangan nasional dengan teriak “merdeka”. Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini
mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat
kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat
didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan
Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas. Semangat proklamasi 17
Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November
1945 di Surakarta. Melalui kongres ini segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan
atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku,
sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif
berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu
untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada
tanggal 25 November 1945 - seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia -
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan?
2. Bagaimana Prinsip Perjuangan Perjuangan PGRI?
3. Bagaimana Fokus Perjuangan PGRI?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan
2. Untuk mengetahui Prinsip Perjuangan PGRI
3. Untuk mengetahui Fokus Perjuangan PGRI
4.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan


PGRI merupakan suatu wadah tempat berhimpunnya para guru-guru dan tenaga
kependidikan. PGRI diharapkan salah satu tujuannya sebagai alat perjuangan dalam menuntut
kesejahteraan guru yang masih menjadi PR besar dari PGRI di seluruh cabang di Indonesia.
Dengan adanya undang - undang sistem pendidikan nasional dan undang – undang guru dan
dosen setidaknya semakin menguatkan peran organisasi ini dari mulai tingkat nasional, propinsi,
kabupaten, dan kecamatan. Dengan jaringannya yang begitu luas dan banyak, menjadikan
organisasi PGRI mengakar di Indonesia.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), merupakan organisasi profesi guru terbesar di
Indonesia. Seperti organisasi profesi lainnya, PGRI bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
anggotanya dalam bidang profesinya, serta melindungi hak dan kewajiban guru sebagai anggota
profesi. Selanjutnya dikatakan bahwa organisasi profesi guru ini bahkan dimasa lampau pernah
menjadi kendaraan politik, yang justru menggunakan nasib guru untuk meraih cita-cita golongan
politik dominan tertentu. Peranan PGRI di masa mendatang diharapkan lebih proaktif dalam
memperjuangkan nasib serta meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru (Fitriani, 2016).
Sebagai organisasi perjuangan, PGRI merupakan perwujudan wadah bagi para guru untuk
selalu berjuang dan berjuang dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan, dan membela
hak azasi guru baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi
keguruan.perjuangan guru dalam mewujudkan terbentuknya NKRI yang merdeka dan berdaulat.
Sebagai organisasi pejuangan dalam AD/ART tersirat mengemban amanat dan cita-cita
Proklamsi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, 4 menjamin, menjaga, mempertahankan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan membudayakan nilai luhur
Pancasila. Makna dari PGRI merupakan wadah bagi guru-guru dalam memperoleh,
mempertahankan, meningkatkan dan membela hak-hak azasinya baik sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, maupun pemangku profesi keguruan.
Pada masa sekarang, PGRI dituntut untuk beradaptasi dengan melakukan reformasi secara
dinamis dalam segi struktur, kultur, subtansi dan sumber daya 3 manusia, sehingga organisasi
akan tetap lestari, tanggap terhadap kondisi serta perkembangannya. Pada masa sekarang ini

4
masih sering dijumpai pihak yang memandang PGRI hanya sebagai aspek yang sempit, banyak
berkembang persepsi atau pendapat-pendapat yang tidak kondusif terhadap PGRI. Tantangan
organisasi harus mampu dijawab untuk mewujudkan dirinya sebagai organisasi pembelajaran,
organisasi yang belajar secara berkesinambungan melakukan transformasi kearah yang lebih baik
dalam pengelolaan mutu pendidikan.
Sebagai organisasi perjuangan, PGRI merupakan perwujudan wadah bagi para guru untuk
selalu berjuang dan berjuang dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan, dan membela
hak azasi guru baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi
keguruan. Lewat wadah ini, PGRI berjuang untuk mewujudkan misi hak-hak guru, kesejahteraan
guru, dan profesionalitas guru. Semua perjuangan dilakukan melalui berbagai cara dan bentuk
yang konstitusional, prosedural, dan konsepsional dalam memperoleh kehidupan guru yang layak
dan sejahtera dalam pergaulan bermasyarakat dan bernegara dengan mengedepankan
profesionalitas sebagai tenaga profesi bidang pendidikan. PGRI secara konsisten dan konsekuen
terus menerus memperjuangkan kesejahteraan guru baik lahir maupun batin, baik material dan
nonmaterial agar mereka dapat memperoleh kepuasan kerja yang didukung oleh imbalan jasa
yang memadai, rasa aman dalam bekerja, lingkungan kerja yang kondusif, pergaulan antarpribadi
yang baik dan sehat, serta memperoleh pengembangan diri dan karir.
PGRI sebagai organisasi perjuangan artinya menurut AD/ART adalah mengemban amanat
dan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945, menjamin, menjaga dan mempertahankan keutuhan
dan kelangsungan NKRI dengan membudayakan nilai-nilai luhur Pancasila. Maknanya, yaitu :
1. PGRI merupakan perwujudan wadah bagi para guru untuk selalu berjuang dan berjuang
dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan, dan membela hak azasi guru baik
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi keguruan.
2. Semua perjuangan dilakukan melalui berbagai cara dan bentuk yang konstitusional,
prosedural, dan konsepsional dalam memperoleh kehidupan guru yang layak dan sejahtera
dalam pergaulan bermasyarakat dan bernegara dengan mengedepankan profesionalitas
sebagai tenaga profesi bidang pendidikan.
PGRI akan terus memperjuangkan anggotanya yang mayoritas terdiri dari para
guru/pendidik untuk lebih profesional,sejahtera,terlindungi,dan bermartabat.Akan tetapi PGRI
juga akan selalu menuntut dan mendorong para guru untuk melakukan yang terbaik dalam
melayani masyarakat khususnya para peserta didik di masing-masing satuan pendidikan, demi

5
meningkatnya mutu pendidikan. Singkatnya, PGRI selalu berusaha memperjuangkan agar para
guru/pendidik untuk memperoleh haknya,namun di lain pihak PGRI juga menuntut mereka untuk
selalu melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya. PGRI selalu mendorong pemerintah agar
memberikan penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial,
sebagaimana dinyatakan oleh Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 dan tidak terlambat dalam
memenuhi hak-hak guru. PGRI telah dan akan terus menunjukkan komitmen mengawal dan
memperjuangkan kebijakan pendidikan dan guru agar semakin baik. Saat ini, PGRI juga tetap
mengawal berbagai perubahan peraturan perundang-undangan tentang guru dan tenaga
kependidikan, seperti pengaturan tentang pelaksanaan sertifikasi guru, UKG, pengaturan
penghasilan minimum guru non-PNS, dan perubahan Permenegpan dan RB Nomor 16 Tahun
2009 tentang jabatan fungsional guru,dll.
Sejumlah usul PGRI dimaksud telah mendapatkan respon dari pemerintah, namun belum
ada kepastian tentang imptementasinya. (Sambutan Ketua PB PGRI pada HGN dan HUT PGRI
ke-70 tahun 2015). Undang Undang RI Nomor 14 tahun 2015 Tentang Guru dan Dosen Bab IV
Pasal 14-19 dan Pasal 20 menyebutkan bahwa guru mempunyai hak-hak guru sebagai berikut :
 Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum
 Memperoleh perlindungan, rasa aman & jaminan keselamatan, dan memiliki kebebasan
berserikat dalam organisasi profesi
 Memperoleh kesempatan utk meningkatkan kompetensi, kualifikasi akademik, serta
memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi.
Seorang guru juga dituntut untuk melaksanakan kewajiban di bawah ini :
 Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
 Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
 Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
 Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan etika; dan
 Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

6
Dalam rangka realisasi hak dan kewajiban guru tersebut, PGRI telah terbukti dan selalu
menempuh berbagai bentuk "perjuangan" yang tetap mengedepankan prinsip-prinsip yang
praktis, etis, estetis, ekonomis, dan berdampak strategis.Bentuk-bentuk penyaluran usul,pendapat
dari PGRI ke pihak-pihak lain biasanya dikemas dalam bentuk seperti bincang-bincang, dengar
pendapat,sarasehan,dll.Bahkan jika terpaksa harus menggunakan bentuk pengerahan masapun
relatif menghindari suasana yang bisa memancing kekerasan dan ketidakteraturan baik dari
dalam maupun dari luar masa PGRI.
Secara konkret dalam kelembagaan,untuk mengawal dan mewujudkan hak maupun
kewajiban guru,PGRI juga telah membentuk organisasi yang merupakan anak-anak lembaga dan
kelengkapan organisasi yang antara lain :
 Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (YPLP) ,yaitu sebuah badan yang mengelola dan
membina lembaga pendidikan di lingkungan PGRI baik
TK,SD,SMP,SMA/SMK,maupun perguruan tinggi
 Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH),yaitu lembaga yang memberikan
pelayanan konsultasi dan bantuan hukum bagi para anggota PGRI,khususnya yang
sedang menghadapi permasalahan hukum.
 Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI),yaitu perangkat kelengkapan organisasi
PGRI yang menjalankan tugas dalam memberikan saran, pendapat, pertimbangan,
penilaian, penegakkan, dan pelanggaran disiplin organisasi dan etika profesi guru.
 Forum Komunikasi Pengembangan Profesi Guru (FKPPG),sebuah perangkat
kelengkapan organisasi yang bertugas membantu para guru/pendidik dalam
mengembangkan profesionalitasnya.
 dan beberapa anak lembaga maupun kelengkapan organisasi PGRI yang lain.
Meski beberapa perjuangan PGRI sudah berhasil diwujudkan akan tetapi masih tersisa hal-
hal yang menjadi "pekerjaan rumah" yang perlu dicarikan jalan keluar agar penyelenggaraan
pendidikan di sekolah-sekolah berjalan semakin baik,karena jika tidak diatasi sudah barang tentu
kondisi tersebut akan juga mengganggu jalannya proses peningkatan mutu pendidikan dan
program pencerdasan bangsa."Persoalan"tersebut antara lain: kurangnya jumlah guru tetap atau
PNS di semua jenjang pendidikan,rendahnya upah bagi guru tidak tetap atau honorer terutama di
sekolah-sekolah dasar ,ketidakadaan tenaga tata usaha juga di sekolah-sekolah dasar, padahal

7
sebenarnya untuk menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan standar keberadaan mereka
benar-benar sangat dibutuhkan.

B. Prinsip Perjuangan PGRI


Organisasi PGRI merupakan organisasi yang bisa dikatakan tua secara umur, karena
berdirinya satu bulan setelah Indonesia memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka
yakni pada bulan November 1945 (PGRI, tt: 42). PGRI merupakan suatu wadah tempat
berhimpunnya para guru-guru dan tenaga kependidikan sebagai organisasi profesi, perjuangan
dan ketenaga kerjaan yang selalu memperjuangkan kesejahteraan guru, memberikan
perlindungan terhadap guru, dan meningkatkan sumber daya manusia guru. Pada perjuangan
PGRI memiliki prinsip yaitu sebagai berikut:
1. Segenap pengurus dan anggota PGRI harus memiliki kemurnian perjuangan.
2. Segenap pengurus dan anggota PGRI dalam melakukan perjuangan mengutamakan
kepentingan organisasi dan kepentingan anggota sejalan dengan aspirasi, kehendak,
tuntutan dan kebutuhan anggota PGRI di atas segala-galanya.
3. Segenap pengurus dan anggota PGRI dalam melakukan perjuangan mengedepankan nilai-
nilai solidaritas dan setia kawan serta kekompakan dan keharmonisan.
4. Segenap pengurus dan anggota PGRI dalam melakukan perjuangan mengedepankan nilai-
nilai profesionalitas dengan menegakkan kaidah ilmiah yang berbasiskan ilmu pengetahuan
dan bertumpu pada upaya peningkatan mutu tenaga pendidikan pada khususnya dan
umumnya mutu pendidikan.

C. Fokus Perjuangan PGRI

PGRI diharapkan menjadi pemersatu guru, sebagai wadah penyalur aspirasi kepentingan
guru, sebagai alat perjuangan dalam menuntut kesejahteraan dan sebagai lembaga yang
diharapkan mampu melindungi kepentingan guru dalam ranah advokasi hukum diseluruh tanah
air Indonesia. Dengan adanya undang - undang sistem pendidikan nasional dan undang – undang
guru dan dosen setidaknya semakin menguatkan peran organisasi ini dari mulai tingkat nasional,
propinsi, kabupaten, dan kecamatan. Dengan jaringannya yang begitu luas dan banyak,
menjadikan organisasi PGRI mengakar di Indonesia.

8
Dalam perjalanannya, PGRI menghadapi permasalahan kesejahteraan tenaga pendidik.
Pada awal Januari tahun 1998 muncul pembahasan dalam media cetak mengenai masalah dunia
pendidikan di Indonesia yang disoroti oleh Komisi VII DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia) karena rendahnya mutu tenaga pendidikan atau guru dan hal itu disebabkan
oleh faktor mengentalnya konsentrasi guru pada masalah kesejahteraannya sehingga mengurangi
konsentrasi pada peranannya sebagai tenaga pendidik. Kemudian pada pembukaan Kongres
Nasional PGRI tanggal 26 November 1998 muncul tuntutan dalam bentuk aksi demonstrasi dari
mahasiswa IKIP daerah Jakarta, Bandung dan Padang yang menginginkan PGRI sebagai satu –
satunya organisasi para guru dibubarkan, karena dipandang PGRI tidak pernah memperjuangkan
nasib guru secara riil dan lebih memposisikan dirinya sebagai kendaraan politik Golkar,
sedangkan tuntutan lainnya ialah dinaikkannya alokasi dana APBN untuk kepentingan
pendidikan (Hastantyo, 2019).

Pendapat tentang nasib guru juga datang dari internal PGRI itu sendiri, yakni Sumardika
selaku Ketua Dewan Pengurus Daerah PGRI (DPD PGRI) Riau dalam Kongres ke – 18 di
Lembang, Jawa Barat yang menyatakan ada 19 Provinsiinsi menyampaikan pandangan terhadap
Ketua Umum PGRI Basyuni Suriamiharja tentang problematika yang menjadi urgensi didalam
PGRI, jika harapan para guru untuk mendapatkan kenaikkan kesejahteraan (gaji) tak terealisasi
maka dalam keadaan ini guru bisa mengancam mogok. Moh. Surya selaku Ketua Umum PGRI
periode 1998–2003 mengakui permasalahan guru karena menurutnya selama ini guru lebih
banyak diperlakukan sebagai objek administratif dan birokratis yang terlihat pada posisi guru
banyak yang dijadikan bahan objek kepentingan politik, kepentingan pribadi, kekuasaan dan
bisnis oleh pihak lain (Hastantyo, 2019).

Perwujudan peran PGRI dalam mengupayakan kesejahteraan guru diantaranyanya melalui


Undang-undang Guru dan Dosen Sebagai Harapan Para Tenaga Pendidik.Wacana mengenai
perlindungan terhadap kesejahteraan guru memang telah menjadi isu publik sejak tahun 1980an,
dengan berjalannya kondisi sosial pasca reformasi menguatkan kembali wacana tentang
perlindungan terhadap ekonomi guru. Menguatnya wacana perlindungan guru juga dikemukakan
oleh Moh. Surya selaku Ketua Umum PGRI setelah membaca hasil keputusan Kongres ke-18
tahun 1998 yang mendesak pemerintah segera membuat UU perlindungan terhadap guru dan
tenaga kependidikan lainnya dan juga menuntut pemerintah membuat UU tentang sistem

9
penggajian guru dan tunjangan lainnya sesuai dengan harkat dan martabat guru, serta UU tentang
sistem rekruitmen pendidikan, pengangkatan, penempatan dan pembinaan karier profesi guru
(Hastantyo, 2019).

Dukungan terhadap wacana itu juga dibahas kedalam Konpus (Konferensi Pusat) ke - 1
PGRI masa bakti ke - 18 tahun 1999 yang dihadiri oleh peserta dari 26 Provinsiinsi menguatkan
dukungannya untuk melakukan tuntutan terhadap pemerintah untuk merealisasikan UU pokok
tentang guru sekaligus dengan desakkan kepada pemeritah untuk menaikkan anggaran
pendidikan sebesar 25 persen dari APBN, dan secara politis peserta kongres mempersoalkan
pemisahan anggota PGRI dari Korpri atas dasar selama perjalanannya iuran untuk Korpri
menghambat PGRI dalam menarik iuran dari anggota. Pembahasan mengenai RUU perlindungan
guru baru mulai diterima dan dibahas oleh lembaga legislatif yakni DPR dalam rapat Paripurna
DPR RI pada tanggal 17 Mei 2005 yang dipimpin oleh Zainal Maarif sebagai Wakil Ketua DPR,
dalam pembahasan itu muncul usulan inisiatif mengenai RUU tentang guru dan dosen yang
output kedepannya guru dan dosen ditarik kembali sebagai pegawai pusat, bukan pegawai
daerah, hingga pelaksaanaan UU Nomor 14 Tahun 2005 pada 30 Desember 2005, yang tertulis
dari bagian kedua tentang hak dan kewajiban guru pada pasal 14 ayat 1 dinyatakan, memperoleh
penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, memperoleh
kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, memiliki kebebasan untuk berserikat dalam
organisasi profesi, dan memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan (Hastantyo, 2019). Permasalahan mengenai kesejahteraan guru ini juga mewarnai
PGRI cabang DKI Jakarta dan Depok. Oleh karena itu dalam kaitannya tersebut akan dibahas
dalam penelitian ini tentang perjuangan PGRI DKI Jakarta dan Depok dalam meningkatkan
kesejahteraan guru di era reformasi (1999-2003).

Pengalaman-pengalaman yang terjadi pada periode Orde Baru menuai hasil tersendiri dan
terbuka secara luas dampaknya terkait citra guru dan PGRI dihadapan masyarakat dengan adanya
periode reformasi 1988. Namun demikian PGRI akan terus berjuangan untuk menuntut
kesejahteraan. Adapun fokus perjuangan guru yakni:

1. Peningkatan kinerja organisasi,


2. Peningkatan profesionalisme guru,
3. pemberdayaan potensi PGRI,

10
4. Peningkatan kesejahteraan, dan
5. Peningkatan peran serta PGRI terhadap masyarakat.
6. Titik fokus perjuangan PGRI adalah pemberdayaan guru sehingga guru dapat menjalankan
tugas dan pengabdiannya dengan penuh tanggung jawab, penuh loyalitas dan dedikasi
sehingga dapat melakukan tugas profesionalnya itu sesuai dengan prinsip-prinsip
profesional dalam pembimbingan, pengajaran dan pelatihan terhadap peserta didik sejalan
dengan tuntutan kemajuan dan peradaban.

Strategi yang harus ditempuh PGRI adalah memahami tantangan yang dihadapi dan
melakukan kesiapan dengan mencari jawab terhadap tantangan yang dihadapi dengan
mengantisipasi dan beradaptasi terhadap tuntutan perubahan. PGRI juga harus memahami
kebutuhan tenaga kendidikan khususnya guru dengan mengakselerasi dan mengembangkan hasil,
proses, dan layanan yang lebih baik berupa pelayanan prima. Memahami dan mengetahui
persaingan dunia pendidikan dengan menjadi lebih cakap belajar dari pesaing dan mitra kerja
yang bergerak dalam lapangan pendidikan, bukan lagi berhadap-hadapan, saling menyalahkan,
apalagi bermusuhan. sebagai organisasi perjuangan adalah meningkatkan kualitas komunikasi
organisasi dan peningkatan keberdayaan sumber daya manusia organisasi dalam berbagai
jenjang. Untuk mewujudkan amanat tersebut, PGRI menggunakan empat strategi dasar dengan
metode:
1. Intensifikasi silaturahmi secara vertikal, horizontal, dan diagonal baik internal maupun
eksternal,
2. Optimalisasi kemitraan secara seimbang dengan berbagai pihak terkait atas dasar saling
menghormati,
3. Aktualisasi program kerja yang lebih berpusat pada hak dan martabat anggota,
4. Transparansi manajemen organisasi dalam berbagai tingkatan organisasi.

Beberapa Catatan Hasil Perjuangan PGRI Seja Era


Reformasi

Berikut ini hasil perjuangan PGRI (Soebagyo Brotosedjati)

11
Tahun 1999

 Juni 1999 Pengurus Besar PGRI kerjasama   dengan   RCTI dengan sponsor B-
29 dapat memberikan   bantuan kepada + 200 orang guru masing-masing    Rp.
1.000.000,00.
  8 November 1999 Pengurus Besar PGRI   kerjasama dengan UNIVERSITAS
TERBUKA   yang   mendapat dana dari Menko Kesra bagi 1.000   orang guru
untuk program D2 SD dan 1.000   orang anak guru yang kuliah pada Perguruan
Tinggi Negeri.
   Melaksanakan advokasi kepada Presiden (BJ.   Habibie) dan desakan ke DPR-
RI yang   kemudian membuahkan hasil berupa seluruh   pegawai negeri
mendapat tambahan tunjangan   penghasilan sebesar Rp 155.250,00

Tahun 2000

 Mengadakan pertemuan dengan Wakil Presiden   (Megawati Soekarno Putri).


Pengurus Besar PGRI mengajukan agar Anggaran Pendidikan   dinaikkan
menjadi 25%.
  Advokasi dengan Mendiknas dengan substansi   yang sama.
  Advokasi dengan Ketua/Pimpinan DPR-RI substansi sama dengan yang
diajukan kepada Presiden.
 Karena anggaran pendidikan pada zaman   Suharto +  9%, pada masa BJ.
Habibie   dijanjikan 20%, tapi pada masa  KH.   Abdurahman Wahid anggaran
pendidikan hanya   3,8 %, yang kemudian memicu Pengurus Besar   PGRI
untuk berjuang lebih intensif.
 Pengurus Besar PGRI membuat satuan tugas yang dikenal “KOMITE
PERJUANGAN PERBAIKAN KESEJAHTERAAN GURU” disingkat
KP2KG. Satgas ini bertugas secara khusus dan intensif untuk memperjuangkan
kesejahtraan guru melalui berbagai pendekatan dan cara.
 Dengan KP2KG, Pengurus Besar PGRI mengadakan advokasi ke Wakil
Presiden (Megawati Sukarno Putri), Mendiknas, BAPPENAS, Pimpinan DPR-
RI dan 10 Fraksi di DPR-RI. Sambutan cukup baik meskipun dalam
pelaksanaan kurang memberikan harapan yang nyata kepada PGRI.  
 KP2KG menyerukan kesiapan perjuangan kepada KP2KG tingkat I dan II
bahkan  sampai anggota  agar memperjuangkan isu yang telah dirumuskan
secara Nasional dengan tema “GURU MENGGUGAT”.

Tahun 2001
12
 Keluarnya Keppres 64/2001 tentang kenaikan gaji   (pokok   gaji) dan kenaikan
tunjangan fungsional yang   diberlakukan mulai Januari 2001. Kondisi ini
cukup   memicu para guru di daerah untuk menuntut   pembayaran rapel gaji.
PB PGRI melakukan   pemantauan   aksi-aksi di daerah dan melakukan
koordinasi dengan   pihak Departemen Keuangan, Depdiknas, Menko Kesra  
agar pembayaran rapel guru   dapat dibayarkan dengan   segera. Peristiwa ini
telah memberikan shock therapy   bagi para pimpinan di daerah dan selanjutnya
memberikan   hasil yang cukup baik.
  Melalui kerjasama dengan Ditjen Dikdasmen   (Direktorat Tenaga
Kependidikan) dihasilkan adanya   bantuan subsidi bagi guru-guru swasta
masing-masing   Rp.75.000,- dengan total dana + Rp. 500 miliyar. Dalam  
pelaksanaannya PGRI di semua tingkatan diikutsertakan   dalam komite
pengelolaan.
 Menjelang Hari Guru Nasional 2001, dalam kesempatan audiensi dengan
Presiden RI (Megawati Sukarno Putri) disampaikan berbagai kenyataan
penderitaan kesejahteraan guru di daerah terutama daerah terpencil. Beliau
memberikan tanggapan yang positif, dan kemudian diungkapkan dalam
pidatonya pada peringatan Hari Guru Nasional 25 Nopember 2001 di Istana
Negara. d.   Sebagai tindak lanjut dari pidato Presiden diadakan audiensi
dengan MenPAN dan kemudian diadakan satu lokakarya khusus bertempat di
Kantor Menpan. Lokakarya itu membahas kemungkinan pengembangan satu
sistem Renumerasi Guru.

Tahun 2002

 Pengurus  Besar PGRI terus  mendorong pemerintah   dan DPR agar semua
komitmen yang telah dinyatakan di   tahun 2001 segera direalisasikan.
  Menjelang sidang tahunan MPR, PB-PGRI melalukan lobi   dan advokasi
dengan berbagai unsur di DPR dan MPR   dalam kaitan dengan amandemen
UUD 45. Hasil yang   dicapai ialah adanya amandeman pasal 31 UUD 1945  
termasuk hal yang berkenaan dengan anggaran   pendidikan.(pasal 31 ayat 4).  
 PB-PGRI terus memperjuangkan agar otonomi daerah   dan desentralisasi
pendidikan dapat dilaksanakan   dengan memposisikan pendidikan dan guru
sebagai   prioritas utama pembangunan baerah dalam kerangka   kesatuan
nasional. Guru dan tenaga kependidikan   lainnya diupayakan berada dalam
kendali nasional tanpa   melawan arus semangat otonomi daerah.
 Bekerjasama dengan Dikdasmen telah terjadi kesepakatan bersama Perum
DAMRI yang isinya memberikan keringanan berupa potongan harga bagi para

13
guru yang menggunakan jasa angkutan DAMRI. Masih terus diupayakan
adanya kerjasama dan bantuan dari perusahaan angkutan lainnya.
 PB PGRI terus secara aktif bersama Depdiknas dalam upaya reformasi
pendidikan nasional dalam berbagai aspek dan dimensi.  f.Dengan dukungan
dari Ditjen Dikdasmen, mulai tahun 2003 akan dilaksanakan pemberdayaan
LKBH PGRI sebagai wahana pemberian perlindungan dan pembelaan hukum
bagi para guru. Bersama dengan Depdiknas, Depag, Kantor Menpan, dan BKN
sedang dikembangkan satu sistem kenaikan pangkat para guru yang lebih
berkeadilan dari unsur pangkat, jabatan, golongan/ruang, dan tunjangan.

UU 20/2003 Tentang Sisdiknas

Hak pendidik dan tenaga kependidikan:

 penghasilan dan jaminan kesejahteraan


 penghargaan
 pembinaan karier
 perlindungan hukum
 promosi dan penghargaan berdasarkan   latar belakang pendidikan,
pengalaman,   kemampuan dan prestasi

UU No. 14/2005 Tentang Guru dan Dosen

 Hak Guru:
o penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jamkesos:
 gaji pokok
 tunjangan melekat pada gaji:
 tunjangan isteri/suami
 tunjangan anak
 tunjangan beras
o penghasilan lain: 
 tunjangan fungsional
 tunjangan khusus
o maslahat tambahan:
 tunjangan pendidikan 
 asuransi pendidikan
 beasiswa
 penghargaan

14
 kemudahan untuk pendidikan anaknya
 bentuk lain
 Batas usia pensiun 60 tahun
 Beban mengajar 24 jam

Pasal 41 UU No. 14/2005

1. Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen.


2. Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk
memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan,
perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.
3. Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.
4. Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi
guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

Pasal 42 UU No. 14/2005

Organisasi profesi guru mempunyai kewenangan:

 menetapkan dan menegakkan kode etik guru;


 memberikan bantuan hukum kepada guru;
 memberikan perlindungan profesi guru;
 melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; dan
 memajukan pendidikan nasional.

Menggugat UU APBN karena bertentangan dengan UUD 1945

 Tahun 2006: menang –> pemerintah   membangkang


 Tahun 2007: menang –> pemerintah   membangkang
 Tahun 2008: menang –> pemerintah patuh,   RAPBN 2009 alokasikan 20%

15
Permendiknas No. 18 Tahun 2007

Lahir karena desakan PGRI untuk mengatur sertifikasi Guru dalam Jabatan (portofolio
)

PP 74 Tahun 2008

Pasal 66: Guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik S-1 atau
D-4 dpt mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh Sertifikat Pendidik apabila
sudah:

 Mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai


guru; atau
 Mempunyai gol IV/a, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara
dengan gol IV/a.

Perpres 52 Tahun 2009

Tambahan penghasilan bagi Guru PNS yang belum mendapat Tunjangan Profesi

Penilaian, Penghargaan, dan Sanksi oleh Guru kepada Peserta Didik

 Guru memiliki kebebasan memberikan penilaian hasil belajar kepada peserta


didik žGuru ikut menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. (Pasal 37 PP 74/2008) ž
 Guru dapat memberikan sanksi kepada peserta didik dalam proses
pembelajaran yang berada dibawah kewenangannya, dan sanksi dapat berupa
teguran dan/atau peringatan, baik lisan maupun tulisan, serta hukuman yang
sifatnya mendidik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru dan
perundang-undangan.   (Pasal 39 PP 74/2008)

Perlindungan dalam Melaksanakan Tugas dan Hak atas Kekayaan Intelektual

 Guru berhak mendapat perlindungan dlm melaksanakan tugas dlm bentuk rasa
aman dan jaminan keselamatan dari pemerintah, pemerintah daerah, satuan
pendidikan, organisasi preofesi guru, dan/atau masyarakat sesuai dgn
kewenangan masing-masing (Ayat 1 Pasal 40 PP 74/2008).

16
 Berupa: Hukum, Profesi, dan Keselamatan dan Kesehatan kerja (Ayat 2 Pasal
40 PP 74/2008).

Perpres 52 Tahun 2009

Tambahan penghasilan bagi Guru PNS yang belum mendapat Tunjangan Profesi.
Tambahan penghasilan diterimakan kepada Guru yang belum menerima tunjangan
profesi sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. Besarnya tambahan
penghasilan Guru adalah Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) setiap
bulan, diberikan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2009.

1)

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai organisasi perjuangan, PGRI merupakan perwujudan wadah bagi para guru untuk
selalu berjuang dan berjuang dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan, dan
membela hak azasi guru baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan
pemangku profesi keguruan.perjuangan guru dalam mewujudkan terbentuknya NKRI yang
merdeka dan berdaulat. Sebagai organisasi pejuangan dalam AD/ART tersirat mengemban
amanat dan cita-cita Proklamsi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, 4 menjamin,
menjaga, mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan
membudayakan nilai luhur Pancasila. Makna dari PGRI merupakan wadah bagi guru-guru
dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan dan membela hak-hak azasinya baik
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, maupun pemangku profesi keguruan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pembaca maupun orang lain,
harapan kita semua agar pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan berkualitas.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://novianggrayni.files.wordpress.com/2014/10/pgri-sbg-org-perjuangan-ppt.pdf
https://id.scribd.com/document/481242982/PGRI-Sebagai-Organisasi-Perjuangan
https://fairuzelsaid.upy.ac.id/ke-pgri-an/pgri-sebagai-organisasi-perjuangan/
https://journal.unindra.ac.id/index.php/estoria/article/view/757/742
https://bkd.cilacapkab.go.id/p/18/guru,-pgri,-persoalan,dan-perjuangannya
https://journal.unindra.ac.id/index.php/estoria/article/view/757

19

Anda mungkin juga menyukai