Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

DOSEN PENGEMPU:

Dr.USWATUN KHASANAH,S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

Kelompok 10

ANI NUR HASANAH (2286206047)

DWI MAHARANI (2286206187)

INDAH ARNITA PUTRI (2286206168)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas  segala
rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas Landasan Pendidikan. Makalah ini dapat digunakan sebagai wahana untuk
menambah pengetahuan, sebagai teman belajar, dan sebagai referensi tambahan dalam belajar
Materi Sejarah Pendidikan di Indonesia.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua yang telah membantu dalam
mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan makalah ini. Segala upaya telah
dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila dalam makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan Makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang Sejarah Pendidikan di Indonesia.

Jakarta, 14 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................
........................................... i
DAFTAR
ISI.............................................................................
................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang....................................................................
.....................................................1
B. Rumusan
Masalah.....................................................................
...............................................1
C. Tujuan ...............
…………....................................................................
..................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Pra Kemerdekaan........………………………………………….................…....1
B. Pendidikan Masa Kemerdekaan.........……………………………………...….....................6
C. Pendidikan di Indonesia Setelah Kemerdekaan.....................................................................11
D. Pioner Pendidikan Indonesia..................................................................................................12
E. Keunggulan dan Kelemahan Tiap Masa.................................................................................15

BAB III PENUTUP


A.
Kesimpulan......................................................................
.........................................................20
B.
Saran...........................................................................
..............................................................20

DAFTAR PUSTAKA
................................................................................
................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila visi pendidikan
tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Visi pendidikan harus
diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang memiliki sasaran jelas, dan tanggap terhadap
masalah-masalah bangsa. Karena itu, perubahan dalam subsistem pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat wajar, karena kepedulian untuk menyesuaikan perkembangan yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Sudah seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan di tempat, namun
setiap perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi yang mantap dalam menjawab tantangan
zaman.
Di Indonesia, berubahnya subsistem pendidikan (kurikulum, UU) biasanya tidak ditanggapi
dengan antusiasme, namun malah sebaliknya membuat masyarakat ragu apakah penguasa di
Indonesia memiliki visi pendidikan yang jelas atau tidak. Visi pendidikan diharapkan mampu
menentukan tujuan pendidikan yang jelas. Karena, tujuan pendidikan yang jelas pada gilirannya
akan mengarahkan ke pencapaian kompetensi yang dibutuhkan serta metode pembelajaran yang
efektif. Dan pada akhirnya, kelak pendidikan mampu menjawab tuntutan untuk menyejahterakan 
masyarakat dan kemajuan bangsa. Setidaknya ada empat tujuan  yang menjadi idealisme
pendidikan, antara lain sebagai berikut:
1. Perolehan pengetahuan dan keterampilan (kompetensi) atau kemampuan menjawab
permintaan pasar.
2.  Orientasi humanistic
3. Menjawab tantangan-tantangan sosial, ekonomi, serta masalah keadilan.
4. Kemajuan ilmu itu sendiri.
Dari keempat tujuan pendidikan di atas, setidaknya poin nomor 2 yang berorientasi pada
tujuan memanusiakan manusia atau humanistis, menjadi poin yang penting dalam proses
pendidikan, dan sudah sepatutnya bahwa pendidikan harus menjunjung hak-hak peserta didik dalam
memperoleh informasi pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pendidikan di Indonesia pada masa pra kemerdekaan ?
2. Bagaimana sejarah pendidikan di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan ?
3. Siapa saja pioner pendidikan di Indonesia ?
4. Apa saja keunggulan dan kelemahan pada setiap masa ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah pendidikan di Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan.
2. Untuk mengetahui pioner pendidikan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari setiap masa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Indonesia Pra Kemerdekaan


Pendidikan di Indonesia pada zaman sebelum kemerdekaan dapat digolongkan ke dalam tiga
periode, yaitu: Pendidikan yang berlandaskan ajaran keagamaan, Pendidikan yang berlandaskan
kepentingan penjajahan, dan Pendidikan dalam rangka perjuangan kemerdekaan.

1. Pendidikan yang Berlandaskan Ajaran Keagamaan


a. Pendidikan Hindu-Budha
Pendidikan pada zaman Hindu-Budha yang berlangsung antara abad ke-4 hingga abad ke-16
Masehi. Ajaran Hindu dan Budha memberikan corak pada praktik pendidikan di Indonesia pada
zaman kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Kalimantan (Kutai), Pulau Jawa (Tarumanegara
hingga Majapahit), Bali dan Sumatera (Sriwijaya). Prasasti tertua yang ditemukan di Kutai dan di
Tarumanegara merupakan peninggalan agama Hindu. Pada periode awal berkembangnya agama
Hindu-Budha di Indonesia, sistem pendidikan sepenuhnya bermuatan keagamaan yang
dilaksanakan di biara-biara atau padepokan. Pada perkembangan selanjutnya, muatan pendidikan
bukan hanya berupa ajaran keagamaan, melainkan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang.

b. Pendidikan Islam
Pendidikan berlandaskan ajaran Islam dimulai sejak datangnya para saudagar asal Gujarat
India ke Nusantara pada abad ke-13. Kehadiran mereka mula-mula terjalin melalui kontak teratur
dengan para pedagang asal Sumatra dan Jawa. Para saudagar asal Gujarat yang beragama Islam itu
kemudian menjadi penyebar agama Islam di Indonesia. Ajaran Islam mula-mula berkembang di
kawasan pesisir, sementara di pedalaman agama Hindu masih kuat. Kerajaan Islam pertama di
Indonesia adalah Samudera-Pasai di Aceh, yang didirikan tahun 1297 oleh Sultan Malik Al-Saleh.
Namun diperkirakan pengaruh Islam telah masuk ke Indonesia jauh sebelum berdirinya Samudera-
Pasai. Hal ini terbukti dengan adanya batu nisan di Leran, dekat Gresik, Jawa timur, yang
menyebutkan tentang meninggalnya seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun pada tahun 476
H (1082 M).

c. Pendidikan Katolik dan Kristen-Protestan


Pendidikan katholik berkembang mulai abad ke-16 melalui orang-orang portugis yang
menguasai Malaka. Dalam usahanya mencari rempah-rempah untuk dijual di Eropa (yang saat itu
harganya sangat mahal), mereka selalu disertai misionaris Katolik-Roma yang berperan ganda
sebagai penasehat spiritual dalam perjalanan yang jauh dan penyebar agama di tanah yang di
datanginya. Misi mereka yang dikenal sebagai misi suci (mission sacre) dilaksanakan bersama misi
pencarian rempah-rempah. Segera setelah mereka menduduki suatu daerah atau pulau, usaha
pertama yang dilakukannya adalah menjadikan penduduk setempat sebagai pemeluk Katolik-Roma.
Kemudian di tempat itu didirikan seminar-seminar untuk mendidik anak-anak setempat. Namun
kekuasan Portugis tidak berlangsung lama, hanya sekitar setengah abad, karena diusir oleh Spanyol.
Kemudian Belanda menyebarkan agama Kristen-Protestan dan mengembangkan sistem
pendidikannya sendiri yang bercorak Kristen-Protestan.
2. Pendidikan yang Berlandaskan Kepentingan Penjajah
Indonesia pernah mengalami masa penjajahan, baik yang pada masa penjajan
Belanda maupun masa penjajahan Jepang. Sehingga, tidak mengherankan apabila
pengaruhnya sangat kuat dalam segala bidang, baik di bidang politik, ekonomi,
maupun militer.
Secara garis besar, sejarah pendidikan di Indonesia terbagi atas sistem
pendidikan masa pra kemerdekaan, masa kemerdekaan, dan  masa pemerintahan
Republik Indonesia.  
a. Pendidikan Pada Zaman VOC
Sebagaimana Bangsa Portugis sebelumnya, kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia pada abad
ke-16 mula-mula untuk tujuan dagang dengan mencari rempah-rempah denga mendirikan VOC.
Misi dagang tersebut kemudian diikuti dengan misi penyebaran agama yang terutama dilakukan
dengan mendirikan sekolah-sekolah yang dilengkapi dengan asrama untuk para siswa. Di sana
diajarkan agama Kristen-Protestan dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda dan sebagian
menggunakan Bahasa Melayu. Dirikan sekolah-sekolah yang di arahkan untuk kepentingan
mendukung misi VOC di Nusantara.
b. Pendidikan Kolonial Belanda
Pudarnya VOC pada akhir abad ke-18 menandai masa datangnya zaman kolonial
Belanda. Tugas untuk mengatur pemerintahan dan masyarakat yang sebelumnya
ditangani oleh kompeni (institusi dagang) kemudian diambil alih oleh Pemerintah
Belanda yang menjadikan Hindia-Belanda sebagai tanah jajahan. Meskipun tetap
berpihak pada kepentingan Belanda, system pendidikan pun berubah menjadi lebih
“terbuka”. Muatan keagamaan yang di masa-masa sebelumnya sangat kental,
diimbangi dengan muatan pengetahuan dan keterampilan yang mendukung kepentingan
Belanda

c. Pendidikan Pada Zaman Jepang


Pada tahun 1942-1945, masa pendudukan Jepang memberikan corak yang berarti
pendidikan di Indonesia. Tidak lama setelah berkuasa, Jepang segera menghapus
sistem pendidikan warisan Belanda yang didasarkan atas penggolongan menurut
bangsa dan status sosial. Tanpa membedakan status social mulai di buka tingkat
sekolah terendah adalah Sekolah Rakyat (SR), Sekolah Menengah Pertama (SPM)
selama tiga tahun, Sekolah Menengah Tinggi (SMT) selama tiga tahun. Sekolah
dikejuruan juga di kembangkan, yaitu Sekolah Pertukangan, Sekolah Teknik
Menengah, Sekolah Pelayaran, Sekolah Pelayaran dan Sekolah Pelayaran Tinggi.
Ditingkatkan pendidikan tinggi, pemerintah pendudukan Jepang mendirikan Sekolah
Tinggi Kedokteran (Ika Dai Gakko) di Jakarta dan Sekolah Tinggi Teknik di
Bandung.

3. Pendidikan dalam Rangka Perjuangan Indonesia


Pendidikan dalam rangka perjuangan kemerdekaan ditandai oleh munculnya gerakan
pendidikan yang dipelopori oleh Muhammadiyah, Perguruan Taman Siswa, INS Kayutanam,
Pendidikan Ma’arif dan perguruan islam lainnya.

a. Muhammadiyah
Muhammadiyah lahir dibawah pengaruh kebangkitan nasionalisme Bangsa mula-mula misi
utama Muhammadiyah adalah untuk menyebarkan agama, kemudian membuka dan
menyelenggarakan pendidikan, baik sebagai sarana untuk anak mencerdaskan bangsa yang
dibodohi oleh pemerintah Belanda maupun sebagai sarana menyebarkan syiar Islam.

Muhammadiyah adalah pembaharuan dibidang agama yang pada hakikatnya mengikuti jejak
gerak hidup zaman dan mengeluarkan golongan Islam dari isolasi sekaligus secara positif bergerak
dibidang social dan pendidikan. Unsur nasionalisnya jelas dalam sifat pendirinya, K.H Achmad
Dahlan, sebagai seorang nasionalis yang sikap hidupnya menjadi suri tauladan bagi anggota
Muhammadiyah.Dalam alam kemerdekaan,usaha-usahaMuhammadiyah di bidang pendidikan ini
semakin luas dan meningkat, mulai tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Selain
dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial.

b. Taman siswa
Taman Siswa secara jelas menunjukkan sifatnya yang nasionalis dan pedagogis serta kultural.
Walaupun bukan suatu organisasi politik, Taman Siswa sejak pendiriannya mempunyai tujuan
politik, yaitu kemerdekaan Indonesia. Tujuan ini jelas dari pertimbangan Ki Hajar Dewantara,
pendirinya, sewaktu di pengasingan di negeri belanda untuk mendalami masalah pendidikan.
Menurut Ki Hajar, rakyat Indonesia harus benar-benar memahami arti kehidupan berbangsa dan
bertanah air melalui pendidikan. Kegiatan pendidikan diberikan kepada mereka yang berusia muda
dengan mendirikan Kindertuin atau Taman Kanak-kanak yang dikalangan Taman Siswa disebut
Taman Indriya, pada tanggal 3 Juli 1922. Lembaga pendidikan Taman Siswa diberi nama National
Onderwijs Institut Taman Siswa dengan Taman Indriya sebagai tingkat terendah. Taman Siswa
didasarkan atas kebangsaan dan kebudayaan Indonesia.
c. INS Kayutanam
Sekolah ini didirikan sebagai tanggapan terhadap pendidikan Belanda yang berlangsung saat
itu oleh Muhammad Syafi’ei dinilai intelektualistik dengan mementingkan kecerdasan dan kurang
memperhatikan bakat-bakat anak. Melalui INS yang didirikannya ia berusaha agar para siswa tidak
menjadi cendekiawan setengah matang yang angkuh tetapi menjadi pekerja cekatan yang rendah
hati. Di INS, para siswa dididik untuk bekerja teratur dan produktif agar dapat hidup mandiri. Para
siswa mendapat pelajaran dalam berbagai bidang Di INS sebagai wahana untuk membuat anak-anak
sehat dan kuat

d. Pendidikan Ma’arif
Awal pendidikan ma’arif mulai berkembang pada tahun 1916 ketika K.H. Abdul Wahab
Hasbullah dan K.H. Mas Mansur, mendirikan kursus debat yang diberi nama Taswirul Afkar.
Kursus ini kemuadian berkembang dengan dibentuknya Jam’iyah Nahdatul Wathon yang bertujuan
memperluas dan meningkatkan mutu pendidikan madrasah. Lembaga pendidikan ma’arif dalam
bentuk madrasah mula-mula berkembang di Jawa Timur, kemudian menyebar ke daerah-daerah
lainnya, dengan dipelopori oleh para ulama NU. Mula-mula, corak pendidikannya menyerupai
“pesantren yang diformalkan”, dengan hanya memuat pendidikan agama dalam kurikulumnya.
Dalam perkembangan kemudian, sebagaimana Muhammadiyah, Ma’arif memasukkan materi umum
ke dalam kurikulumnya.
B. Pendidikan Masa Kemerdekaan
1. Pendidikan Masa Orde Lama
Secara umum pendidikan orde lama sebagai wujud interpretasi pasca kemerdekaan di bawah
kendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang bebas terhadap pendidikan. Pemerintahan
yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar bagaimana pendidikan akan dibentuk dan
dijalankan demi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang. Pada prinsipnya
konsep sosialisme dalam pendidikan memberikan dasar bahwa pendidikan merupakan hak semua
kelompok masyarakat tanpa memandang kelas sosial. Pada masa ini Indonesia mampu mengekspor
guru ke negara tetangga, dan banyak generasi muda yang disekolahkan di luar negeri dengan tujuan
agar mereka kelak dapat kembali ke tanah air untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat.
Tidak ada halangan ekonomis yang merintangi seseorang untuk belajar di sekolah, karena
diskriminasi dianggap sebagai tindakan kolonialisme. Pada saat inilah merupakan suatu era di mana
setiap orang merasa bahwa dirinya sejajar dengan yang lain, serta setiap orang memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan.
Kurikulum pada era Orde Lama dibagi manjadi 3 kurikulum di antaranya:

a) Rentang Tahun 1947-1968


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa Belanda
“leer plan” artinya rencana pelajaran. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan, asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan “Rencana Pelajaran 1947”,
yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada
pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat.
Pada masa tersebut siswa lebih diarahkan bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat.
Proses pendidikan sangat kental dengan kehidupan sehari-hari. Aspek afektif dan psikomotorik
lebih ditekankan dengan pengadaan pelajaran kesenian dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu,
yang lebih penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran bela negara.

b) Rencana Pelajaran Terurai 1952


Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai
1952”. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, dan seorang guru mengajar satu mata pelajaran. Pada
masa ini memang kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan lebih diperhatikan, dan satuan
mata pelajaran lebih dirincikan. Namun, dalam kurikulum ini siswa masih diposisikan sebagai objek
karena guru menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Guru yang menentukan
apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru pula yang menentukan standar-standar
keberhasilan siswa dalam proses pendidikan.
c) Kurikulum 1964
Fokus kurikulum 1964 adalah pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Panca wardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah pendidikan mulai
merambah lingkup praksis. Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran yang diajarkan disekolah
dapat berkorelasi positif dengan fungsional praksis siswa dalam masyarakat.
2. Pendidikan Pada Masa Orde Baru
Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan sebagai era
pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar,
terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan
Dasar. Namun, yang disayangkan adalah pengaplikasian inpres ini hanya berlangsung dari segi
kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas. Yang terpenting pada masa ini adalah
menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kualitas pengajaran dan
hasil didikan.
Kurikulum-kurikulum yang digunakan pada masa orde baru yaitu sebagai berikut:
a) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,
tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif, dengan hanya menghapal teori-
teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut. Aspek afektif dan psikomotorik tidak
ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis, kurikulum ini hanya menekankan pembentukkan peserta
didik hanya dari segi intelektualnya saja.
b) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien berdasar
MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang  dikenal dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan
instruksional  umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru wajib untuk membuat
rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-mengajar berlangsung. Tiap guru harus
detail dalam perencanaan pelaksanaan program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah di atur
dan dijadwalkan sedari awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar menjadi
sistematis dan bertahap.

c) Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach”. Proses menjadi lebih penting dalam
pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). CBSA memposisikan guru sebagai fasilitator,
sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi ditemukan dalam kurikulum ini. Pada kurikulum ini
siswa diposisikan sebagai subjek dalam proses belajar mengajar. Siswa juga diperankan dalam
pembentukkan suatu pengetahuan dengan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat,
bertanya, dan mendiskusikan sesuatu.
d) Kurilukum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya,
terutama kurikulum 1975 dan 1984. Pada kurikulum ini bentuk opresi kepada siswa mulai terjadi
dengan beratnya beban belajar siswa, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu
masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.
Siswa dihadapkan dengan banyaknya beban belajar yang harus mereka tuntaskan, dan mereka tidak
memiliki pilihan untuk menerima atau tidak terhadap banyaknya beban belajar yang harus mereka
hadapi.

3. Pendidikan Pada Masa Reformasi


Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup besar bagi perumusan kebijakan-kebijakan
pendidikan baru yang bersifat reformatif dan revolusioner. Bentuk kurikulum menjadi berbasis
kompetensi. Begitu pula bentuk pelaksanaan pendidikan berubah dari sentralistik (orde lama)
menjadi desentralistik. Pada masa ini pemerintah menjalankan amanat UUD 1945 dengan
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan belanja
negara.

a) Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pada pelaksanaan kurikulum ini, posisi siswa kembali ditempatkan sebagai subjek dalam
proses pendidikan dengan terbukanya ruang diskusi untuk memperoleh suatu pengetahuan. Siswa
justru dituntut untuk aktif dalam memperoleh informasi. Kembali peran guru diposisikan sebagai
fasilitator dalam perolehan suatu informasi.
b) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun perbedaan yang menonjol
terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada desentralisasi sistem
pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan
sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan 
penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.
C) Kurikulum 2013

yaitu sebagai kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan karakter dan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas
dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi

C. Pendidikan di Indonesia Setelah Kemerdekaan


1. Tujuan dan Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Dalam kurun waktu 1945-1969, tujuan pendidikan nasional Indonesia mengalami 5 kali
perubahan, mengikuti perubahan dalam suasana kehidupan berbangsa kita. Sebagaimana tertuang
dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP & K), Mr. Suwandi,
tanggal 1 Maret 1946 ,tujuan pendidikan nasional pada masa awal kemerdekaan sangat menekankan
penanaman jiwa patriotisme hal ini dapat dipahami, maka penanaman jiwa patriotisme melalui
pendidikan dianggap merupakan jawaban guna mempertahankan Negara yang baru
diproklamasikan. Antisipasi tersebut kemudian terbukti benar dengan terjadinya agresi Balanda
terhadap Negara berdaulat Republik Indonesia.
2. Sistem Persekolahan
Sistem persekolahan yang berlaku di Indonesia pada masa awal kemerdekaan meliputi 3
tingkatan, yaitu pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

3. Perkembangan Jumlah Siswa


Berbeda dengan pada zaman kolonial Belanda yang membedakan kesempatan belajar atas dasar
ras dan asal-usul keturunan, pada zaman kemerdekaan kesempatan belajar dibuka untuk semua
orang, baik melalui jalur sekolah maupun luar sekolah. Hal ini sejalan dengan bunyi pasal 31 ayat 1
UUD 1945 bahwa “tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Dalam UU
Pendidikan No. 4/1950 dan UU No. 12/1954, pasal 17, disebutkan bahwa, “tiap-tiap warga Negara
republic Indonesia mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu”.

D. Pioner Pendidikan Indonesia

1. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat


2. Raden Dewi Sartika
3. Hasyim Asy’ari
4. K.H. Ahmad Dahlan
5. Mohammad Syafei

E. Keunggulan dan Kelemahan dari Tiap Masa


1. Pada Masa Hindu-Budha
 Keunggulan :
a. Pendidikannya sudah lebih maju dibandingkan dengan pendidikan zaman purba (tidak
hanya mempelajarai cara untuk bertahan hidup).
b. Sudah mengenal agama (hindu-budha).
c. Sudah mengenal kitab-kitab (sebagai bahan belajar yang lebih luas).
d. Pendidikan tidak hanya diajarkan dengan orang tua, namun diajarkan oleh guru yaitu guru
pertapa dan guru keratin.
 Kelemahan :
a. Adanya masyarakat feodal yaitu raja dengan pegawai-pegawainya yang dijamin dan rakyat
yang menjamin.

b. Adanya kasta brahmana, ksatria, waisya dan sudra sehingga rakyat yang memiliki kasta
sudra tidak akan bisa pindah ke brahmana begitupun sebaliknya.
c. Yang bisa mengenyam pendidikan dengan layak hanya anak golongan pra raja-raja saja.
d. Bersifat tidak formal, dimana murid dapat berpindah dari satu guru ke guru yang lain.
2. Pada Masa Islam
 Keunggulan :
a. Pendidikan islam diajarkan dengan jalan damai (tidak memaksa) dan mengakulturasi
kebiasaan masyarakat lama Indonesia seperti kebiasaan zaman purba atau hindu-budha
namun diberi unsur islaminya.
b. Islam mewajibkan setiap umat memiliki pendidikan islami, karena dalam islam menuntut
ilmu sebuah kewajiban.
c. Menunjukan bahwa sesudah kehidupan dunia, ada kehidupan yang lebih kekal yaitu
kehidupan akhirat.
d. Islam terbuka dan tidak mengenal perbedaan. Jadi pendidikan dapat dimiliki oleh siapa saja
baik itu laki-laki, perempuan, kaya, miskin dll.
e. Setelah tamat dari pesantren santri-santri bisa pulang kekampungnya masing-masing dan
menyebarkan ilmu agama yang telah diperolehnya.
 Kelemahan :
a. Lebih kearah pendidikan islam jadi pendidikan umumnya sangat sedikit.
b. Walaupun seharusnya tidak boleh ada kasta atau perbedaannya, namun dalam faktanya
pendidikan islam memiliki perbedaan antara kaum wanita dan laki-laki. Wanita
pendidikannya hanya bersifat khusus dan mengenai urusan wanita, sedangkan laki-laki
pendidikannya lebih luas dan bersifat umum.
3. Pendidikan Masa Kolonial Belanda
 Keunggulan :
a. Kurikulum yang terus meningkat membuat pendidikan semakin baik.
b. Biroksi colonial Belanda semakin lengkap.
 Kelemahan :
a. Bahasa Belanda masih menjadi bahasa pengantar.
b. Masih memandang kelas atas dan kelas bawah.
c. Sulitnya kaum pribumi untuk menaiki tangga mobilitas social.
4. Pendidikan Masa Jepang
 Keunggulan :
a. Sekolah rakyat 6 tahun
b. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
c. Senam pagi : taiso
 Kelemahan :
a. Kerja bakti; kinrohosi
b. Bahasa Inggris dilarang : pengetahuan sempit
c. Latihan kemiliteran/ baris-berbaris : kyoren
d. Romusha atau kerjapaksa yang sangat merugikan bagi bangsa Indonesia.
e. Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang
menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.
5. Pendidikan Masa Orde Lama
 Keunggulan :
a. Pendidikan merupakan hak semua orang, tanpa membandingkan kelas social.
b. Mampu mengekspor guru ke negara tetangga, dan banyak generasi muda yang disekolahkan
di luar negeri dengan tujuan agar mereka kelak dapat kembali ke tanah air untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat.
c. Tidak ada halangan ekonomis yang merintangi seseorang untuk belajar di sekolah.

Keunggulan dan kelemahan masa orde lama


1) Kurikulum tahun 1947
 Kelebihan :
Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain.
 Kelemahan :
Kurikulum pendidikan Indonesia masih dipengaruhi system pendidikan kolonial belanda dan
jepang.
2) Rencana Pelajaran Terurai 1952
 Kelebihan:
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu system pendidikan nasional.
 Kelemahan:
a. Masih kurangnya tenaga pengajar.
b. Tidak di dukung dengan fasilitas yang memadai.
3) Kurikulum 1968
 Kelebihan:
a. Bertujuan pada pembentukan manusia pancasila sejati.
b. Struktur pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus.
 Kelemahan:
Muatan materi masing-masing mata pelajaran masih bersifat teoritis dan belum terikat erat
dengan keadaan nyata dalam lingkungan sekitar.
6. Pendidikan Masa Orde Baru
 Keunggulan :
Pendidikan mengalami perkembangan yang sanyangat pesat.
 Kelemahan :
a. Kekurangan tenaga kerja guru.
b. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan.
c. Sekolah begitu banyak namun tingkat kualitasnya mengalami penurunan,
d. Hilangnya kebebasan berpendapat.
Keunggulan dan kelemahan kurikulum pada masa orde baru :
1) Kurikulum 1968
 Keunggulan :
a. Bertujuan pada pembentukan manusia pancasila sejati.
b. Struktur pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus.
 Kelemahan:
Muatan materi masing-masing mata pelajaran masih bersifat teoritis dan belum terikat erat
dengan keadaan nyata dalam lingkungan sekitar.
2) Kurikulum 1975
 Keunggulan :
a. Menekankan pada pendidikan yang lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan waktu.
b. Menganut sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,dapat
diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
 Kelemahan :
Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran
3) Kurikulum 1984
 Keunggulan :
Pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara
fisik, mental, intlektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar
secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

 Kelemahan :
a. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
b. Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan, yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang
kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru
tak lagi mengajar model berceramah.
4) Kurikulum 1994
 Keunggulan :
a. Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,
dan sosial.
b. Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit,
dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
 Kelemahan :
a. Aspek yang di kedepankan dalam kurikulum 1994 terlalu padat.
b. Konsep pengajaran satu arah, dari guru ke murid.
c. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/
substansi setiap mata pelajaran.
d. Materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi
kehidupan sehari-hari.
e. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman.

7. Pada Masa Reformasi


 Keunggulan :
a. Adanya dana untuk sarana dan prasarana pendidikan.
b. Masyarakat dapat berperan aktif dalam pelaksanaan satuan pendidikan.
 Kelemahan :
a. Pemerintah belum memberikan kebebasan sepenuhnya untuk mendesain pendidikan sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan lokal, misalnya penentuan kelulusan siswa masih diatur
dan ditentukan oleh pemerintah.
b. Masyarakat luas yang mudah bertindak anarkis.
c. Birokrasi yang lamban, korup dan tidak kreatif.
Keunggulan dan kelemahan kurikulum masa reformasi
1. Kurikulum Berbasis Kompetensi
 Keunggulan :
a. Mengembangkan kompetensi-kompetensi siswa pada setiap aspek mata pelajaran dan
bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri
b. Mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Siswa dapat
bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin
dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar.
c. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi
kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada konten.
 Kelemahan :
a. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya
yang lebih pada teacher oriented
b. Kualitas guru, hal ini didasarkan pada statistik, 60% guru SD, 40% guru SLTP, 43% SMA,
34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu
17,2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya. Kualitas
SDM kita adalah urutan 109 dari 179 negara berdasarkan Human Development Index.
c. Sarana dan pra sarana pendukung pembelajaran yang belum merata di setiap sekolah,
sehingga KBK tidak bisa diimplementasikan secara komprehensif.

d. Kebijakan pemerintah yang setengah hati, karena KBK dilaksanakan dengan uji coba di
beberapa sekolah mulai tahun pelajaran 2001/2002 tetapi tidak ada payung hukum tentang
pelaksanaan tersebut.
e. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan
kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara
berkelanjutan.
2. Kurikulum KTSP
 Keunggulan:
a. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
b. Mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
c. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
d. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dang memberatkan kurang
lebih 20%.
e. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
 Kelemahan :
a. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada.
b. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP.
c. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya,
penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
d. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak
berkurang pendapatan guru.
3. KURIKULUM 2013
> Kelebihan :
a. Menuntut Siswa Lebih Mandiri, Kreatif dan Inovatif
b. Proses Penilaian Dilakukan Dari Semua Aspek
c. Menekankan Kepada Pendidikan Karakter

> Kekurangan :
a. Sistem Penilaian yang Terlalu Rumit
b. Sarana yang Belum Memadai dan Merata

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan di Indonesia pada zaman sebelum kemerdekaan digolongkan dalam tiga periode,
yaitu pendidikan yang berlandaskan ajaran keagamaan, pendidikan yang berlandaskan
kepentingan penjajah dan pendidikan dalam rangka perjuangan kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan, telah muncul system kurikulum, system persekolahan, dan juga sudah
banyak penduduk Indonesia yang mengenyam bangku sekolah.
Hal ini disebabkan oleh adanya pendidikan yang telah ada pada zaman-zaman dahulu. Yang
memberikan dasar-dasar tentang pendidikan, selain itu tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam
dunia pendidikan.
Sistem pendidikan nasional di Indonesia pada zaman orde lama masih banyak dipengaruhi
oleh sistem pendidikan zaman Belanda. Dalam usahanya Ki hajar Dewantara sebagai Menteri
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan mencoba merumuskan Sistem pendidikan nasional
yang berlandaskan budaya bangsa Indonesia sendiri demi mewujudkan bangsa yang terhormat
dan maju. Masa orde baru pendidikan hanya berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi
dengan perkembangan kualitas. Yang terpenting pada masa ini adalah menciptakan lulusan
terdidik sebanyak-banyaknya tanpa menghasilkan kualitas pengajaran dan hasil didikan.

B. Saran
Diharapkan agar semua elemen masyarakat indonesia dapat mengetahui lebih dalam tentang
pendidikan terutama sejarah pendidikan di indonesia. Dengan demikian kita dapat merasakan
perjuangan yang dulu telah di perjuangkan dan kita bisa  meningkatkan mutu dari pendidikan
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://subhanfadjrin.blogspot.co.id/2013/11/sejarah-pendidikan-di-indonesia.html?m=1
http://reksisandika.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-pendidikan-di-indonesia-sebelum.html?m=1
http://catatankhaerulsoleh.blogspot.co.id/2015/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
http://samplinngkuliah.blogspot.co.id/2017/04/pelopor-pendidikan-indonesia.html?m=1
http://madyrezan.blogspot.co.id/2015/01/pendidikan-masa-orde-lama-masa-orde.html?m=1
http://rochmatulummah1806.blogspot.co.id/2013/04/makalah-sejarah-pendidikan-di-
indonesia.html?m=1
http://erwan-jwi.blogspot.co.id/2012/04/pendidika-pada-masa-kemerdekaan.html?m=1
http://wartasejarah.blogspot.co.id/2015/06/sistem-pendidikan-indonesia-pada-masa.html?m=1
http://pelajariduniaku.blogspot.co.id/2016/01/kurikulum-sesudah-dan-sebelum.html?m=1
21

Anda mungkin juga menyukai