Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP PENDIDIKAN C. ENAM PILLAR PENDIDIKAN

DOSEN PENGEMPU:

Dr.USWATUN KHASANAH,S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

Kelompok 7

1. TRI NURVIANA SETIA A. (2286206033)


2. SILVIA PERMATA S. (2286206036)
3. NUR HABIBAH D. (2286206050)
4. NADIA ELI SAPUTRI (2286206086)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Purbolinggo, 03 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KONSEP PENDIDIKAN C. ENAM PILLAR PENDIDIKAN.....................................................................1


KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................................4
A.Latar Belakang Masalah..........................................................................................................4
B.Rumusan Masalah...................................................................................................................5
C.Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI...........................................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................................7
Pengertian Pilar-Pilar Pendidikan...............................................................................................7
1. Learning to Know (Belajar untuk menguasai).....................................................................8
2. Learning to Do (belajar untuk bekerja)..............................................................................8
3. Learning to Be(belajar untuk menjadi)...............................................................................9
4. Learning to Live Together(belajar untuk hidup bersama/berdampingan).........................9
5. Learning How to Learn(belajar bagaimana belajar,seperti meneliti dan mencari).............9
BAB IV..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
A.Kesimpulan...........................................................................................................................11
B.Saran.....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pada era yang serba canggih ini,
pendidikan telah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap individu. Bahkan pemerintah
telah mewajibkan warga negaranya untuk memperoleh hak pendidikan selama 12 tahun
dan disarankan lebih dari itu. Secara sederhana, pendidikan dapat menjadi sarana
individu supaya dapat terhindarkan dari kebodohan. Semakin tinggi pendidikan maka
akan semakin tinggi pula pengetahuan yang akan didapatkan.

Hubungan dari landasan dan pendidikan yaitu landasan merupakan dasar dalam
menjalankan sesuatu, begitu juga pendidikan tersebut. Apabila landasannya sudah baik
maka seharusnya pendidikan itu akan berjalan dengan baik, berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman dan dapat diterima di Negara manapun.

Dalam upaya memajukan pendidikan yang ada saat ini, UNESCO


mengemukakan empat pilar pendidikan yang digunakan sebagai landasan dalam praktik
pendidikan. Yakni learning to know, learning to do, learning to be, leraning to live
together, learning How to learn, dan learning throughout learn. Dimana dalam
pelaksanaan keempat pilar ini guru bertindak sebagai fasilitator dan membantu siswa
untuk aktif dalam pembelajaran.

Namun nyatanya dalam lapangan, guru justru berperan sebagai sumber dari segala
bentuk pembelajaran di dalam kelas. Guru menerangkan dan siswa hanya mendengarkan.
Jarang sekali bahkan tidak ada metode yang membuat proses pembelajaran menjadikan
siswa belajar aktif mandiri. Dan berdampak pada menurunya kualitas pembelajaran dan
sangat bertolak belakang dengan tujuan pendidikan indonesia yakni menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang akan membangkitkan
minat siswa dalam belajar, sehingga dapat terwujud manusia yang berkualitas. Terkait
dengan hal tersebut penulis tertarik mengambil judul Pilar Pendidikan.

4
B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana peran penting seorang guru dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pengajaran yang dilaksanakan pada zaman sekarang?

2.Bagaimana implementasi dari 6 pilar UNESCO yang diterapkan dalam pembelajaran?

3.Bagaimana proses penerapan pembelajaran dengan semboyan "belajar sepanjang


hayat"?

C.Tujuan
1.Untuk mengetahui peran penting seorang guru dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakan di zaman sekarang ini.

2.Untuk mengetahui implementasi dari 6 pilar UNESCO yang di terapkan dalam


pembelajaran.

3.Untuk mengetahui proses penerapan pembelajaran sepanjang hayat?

5
BAB II

LANDASAN TEORI

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan,keterampilan,dan kebiasaan


sekelompok orang yang diturunkan dari satu genereasi kr generasi berikutnya melaului
pengajaran,pelatihan,atau penelitian.Pendidikan serimg terjadi di bawah bimbingan
orang lain,tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki
efek formatif pada cara orang berpikir,merasa,atau tindakan dapat dianggap
pendidikan.Pendidikan pada umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah , sekolah
dasar, menengahdan kemudian perguruan tinggi’universitas atau magang.

Sebush ha katas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat
global. Pasal 13 PBB 1966 Konvenan Internasional tentang Hak dan Ekonomi, Sosial
dan Budaya mengakui setiap orang atas pendidikan. Meskipun pendidikan adalah wajib
disebagian besar tempat sampai usia tertentu, bentukpendidikan dengan hadir disekolah
sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil orang tua memilih pendidikan home-
schooling,e-learning atau serupa untuk anak-anak mereka(Aonim,2014)

UNESCO( United National Educational, Sciencific and Cultural


Organization)yaitu Organisassi perserikatan bangs-bangsa untuk pendidikan. Ilmu
pengetahuan dan Kebudayaan. Telah menggariskan enam pillar utama pendidikan, yaitu
learning to know(belajar untuk mengetahui) ,learning to do(belajar untuk
bekerja),learning to be(belajar untu menjadi,penggalian potensi diri),learning to life
together (belajar untuk hidup bersama,hidup bermitra sekaligus berkompetisi,hidup
berdampingan nersahabat antar bangsa ),

Pendidikan yang relevan harus bersandar pada enam pillar pendidikan yaitu (1)
learning to know,(2) learning to do,(3) learning to be dan (4) learning to live together,(5)
Learning How to Learn,(6) Learning Throughout Learn, yaknipembelajar belajar untuk
menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehinnga diperlukan adanya saling
menghargai antara sesame manusia.

6
BAB III

PEMBAHASAN
Pengertian Pilar-Pilar Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pilar” diartikan sebagai“tiang
penyangga” (terbuat dari besi atau beton).kata pilar dalam bahasa Inggris berarti pillars
(sama artinya dengan pilar dalam bahasa Indonesia). Istilah pilar dalam pendidikan bisa
menjadi bagian yang tak kalah penting, eksistensinya seperti halnya tujuan, sasaran,
instrument pendidikan, dll. Adapun maksud dari pembahasan pilar-pilar pendidikan
adalah bahwa sendi pendidikan ditopang oleh semangat belajar yang kuat melalui pola
belajar yang bervisi ke depan dengan melihat perubahan-perubahan kehidupan.Dalam
pendidikan, belajar merupakan bagian yang tak terpisahkan karena pendidikan adalah
usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui
kegiatan pengajaran (belajar-mengajar).

Belajar juga dikatakan sebagai key term (kata kunci) paling vital dalam setiap
usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Hal
ini juga melihat dari kondisi zaman yang cepat berubah terutama di bidang teknologi dan
informasi sehingga visi paradigma pendidikan harus relevan yang kemudian diturunkan
ke dalam metode pembelajaran. Yaitu merubah paradigma teaching (mengajar) menjadi
learning (belajar). Dengan perubahan ini proses pendidikan menjadi proses
bagaimana“belajar bersama antar guru dan anak didik”. Guru dalam konteks ini juga
termasuk dalam proses belajar. Sehingga lingkungan sekolah menjadi learning society
(masyarakat belajar). Dalam paradigma ini, peserta didik tidak lagi disebut pupil (siswa)
tapi learner (yang belajar).

Berangkat dari sinilah, paradigma learning ingin diusung sebagai pilar


pendidikan untuk kepentingan manusia dengan perubahan zaman dan ini berangkat dari
paradigma belajar. Jadi maksud dari pilar-pilar pendidikan yang penulis maksud dalam
pembahasan ini adalah sendi-sendi pendidikan menurut harus ditopang setidaknya oleh
enam hal, learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together,
Learning How to Learn, Learning Throughout Learn

Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia yang berakal budi


untuk mempersiapkan dirinya dalam memasuki era teknologi dan globalisasi di masa
kini dan akan datang. Kegagalan dalam pendidikan menyebabkan tidak berkembangnya
potensi siswa untuk menjadi manusia produktif dan berkualitas. Jadi pendidikan pada
hakekatnya adalah hak asasi manusia dalam proses mempersiapkan diri menuju masa
depan yang lebih baik.
7
Ada 6 pilar-pilar pendidikan universal yang dirumuskan oleh UNESCO:

1. Learning to Know (Belajar untuk menguasai)


Learning to know bukan sebatas mengetahui dan memiliki materi informasi
sebanyak-banyaknya, menyimpan dan mengingat selama-lamanya dengan setepat-
tepatnya, sesuai dengan petunjuk’petunjuk yang telah diberikan, namun juga kemampuan
dalam memahami makna di balik materi ajar yang telah diterimanya. Dengan learning to
know, kemampuan menangkap peluang untuk melakukan pendekatan ilmiah diharapkan
bisa berkembang yang tidak hanya melalui logika empirisme semata, tetapi juga secara
transendental, yaitu kemampuan mengaitkannya dengan nilai-nilai spiritual.

Learning to know mengandung makna bahwa belajar tidak hanya berorientasi


pada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi pada proses belajar.
Dalam proses belajar, peserta didik bukan hanya menyadari apa yang harus di pelajari
tetapi juga diharapkan menyadari bagaimana cara mempelajari apa yang seharusnya
dipelajari. Kesadaran tersebut, memungkinkan proses belajar tidak terbatas di sekolah
saja, akan tetapi memungkinkan peserta didik untuk belajar secara berkesinambungan.
Inilah hakekat dari semboyan "belajar sepanjang hayat". Apabila hal ini dimiliki peserta
didik, maka masyarakat belajar (learning society) sebagai salah satu tuntutan global saat
ini akan terbentuk. Oleh sebab itu belajar untuk mengetahui juga dapat bermakna belajar
berpikir karena setiap individu akan terus belajar sehingga dalam dirinya akan tumbuh
kemauan dan kemampuan untuk berpikir. Learning to know, dengan memadukan
pengetahuan umum yang cukup luas dengan keseempatan untuk mempelajari secara
mendalam pada sejumlkah kecil mata pelajaran. Pilar ini juga berarti learning to learn
(belajar untuk belajar), sehingga memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan
pendidikan yang disediakan sepanjang hayat.

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan
membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi
siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-
perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-
mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-
mengajar. Guru bisa dikatakan unggul dan profesional bila mampu mengembangkan
kompetensi individunya dan tidak banyak bergantung pada orang lain.

2. Learning to Do (belajar untuk bekerja)


Learning to do merupakan konsekuensi dari learning to know. Kelemahan model
pendidikan dan pengajaran yang selama ini berjalan adalah mengajarkan “omong” (baca:
teori), dan kurang menuntun orang untuk “berbuat” (praktek). Semangat retorika lebih
besar dari action. Yang dimaksud learn¬ing to do bukanlah kemampuan berbuat mekanis
dan pertukangan tanpa pemikiran. Dengan demikian, peserta didik akan terus belajar

8
bagaimana memperbaiki dan menumbuhkembangkan kerja, juga bagai¬mana
mengembangkan teori atau konsep intelektualitasnya.

3. Learning to Be(belajar untuk menjadi)


Melengkapi learning to know dan learning to do, Robinson Crussoe berpendapat
bahwa manusia itu hidup sendiri tanpa kerja sama atau saling tergantung dengan manusia
lain. Manusia di era sekarang ini bisa hanyut ditelan masa jika tidak berpegang teguh
pada jati dirinya. Learning to be akan menuntun peserta didik menjadi ilmuwan sehingga
mampu menggali dan menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup
bermasyarakat sebagai hasil belajarnya.

4. Learning to Live Together(belajar untuk hidup bersama/berdampingan)


Learning to live together ini merupakan kelanjutan yang tidak dapat dielakkan
dari ketiga poin di atas. Oleh karena itu, premis ini menuntut seseorang untuk hidup
bermasyarakat dan menjadi educated person yang bermanfaat baik bagi diri dan
masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia.

5. Learning How to Learn(belajar bagaimana belajar,seperti meneliti dan


mencari)
Sekolah boleh saja selesai, tetapi belajar tidak boleh berhenti. Pepatah, “Satu
masalah terjawab, seribu masalah menunggu untuk dijawab”, seakan sudab menjadi hal
yang tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan yang serba modern ini. Oleh karena itu,
Learning How to Leam akan membawa peserta didik pada kemampuan untuk dapat
mengembangkan strategi dan kiat belajar yang lebih independen, kreatif, inovatif, efektif,
efisien, dan penuh percaya diri, karena masyarakat baru adalah learning society atau
knowledge society. Orang-orang yang mampu menduduki posisi sosial yang tinggi dan
penting ada¬lah mereka yang mampu belajar lebih lanjut.

Learning How to Learn memerlukan model pembelajaran baru, yaitu pergeseran


dari model belajar “memilih” (menghafal) menjadi model belajar “menjadi”
(mencari/meneliti). Asumsi yang digunakan dalam model belajar “memiliki” adalah
“pendidik tahu”, peserta didik tidak tahu. Oleh karena itu, pendidik memberi pelajaran,
peserta didik menerima. Yang dipentingkan dalam model belajar “memiliki” ini adalah
penerima pelajaran, yang akan menerima sebanyak-banyaknya, menyimpan selama-
lamanya, dan menggunakannya sesuai dengan aslinya serta menurut instruksi yang telah
diberikan. Sebaliknya, pada proses belajar “menjadi”, peserta didik sendiri yang mencari
dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapinya, sedang pendidik
dituntut membimbing, memotivasi, memfasilitasi, memprovokasi, dan memersuasi.

6. Learning Throughout Learn(belajar sepanjang belajar atau sepanjang masa)

Perubahan dan perkembangan kehidupan berjalan terus menerus yang semakin


keras dan rumit. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali harus belajar terus menerus
9
sepanjang hayat. Learning Throughout Life ini menuntun dan memberi pencerahan pada
peserta didik bahwa ilmu bukanlah hasil buatan manusia, tetapi merupakan hasil temuan
atau hasil pencarian manusia. Karena ilmu adalah ilmu Tuhan yang tidak terbatas dan
harus dicari, maka upaya mencarinya juga tidak mengenal kata berhenti.

Bertolak dari butir-butir tersebut, gagasan paradigma baru pendidikan Indonesia


dalam abad mendatang adalah: pertama, mengubah dan mengembangkan paradigma
lama menjadi paradigma baru. Tinggalkan yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan
kondisi terkini. Kembangkan nilai-nilai lama yang sekiranya masih dapat dimanfaatkan,
dan ciptakan pandangan baru yang sesuai dengan kebutuhan atau tantangan zaman.
Termasuk di sini adalah perubahan pendekatan dalam pendidikan yang sentralistik dan
segregatif, serta mewujudkan pendidikan masa depan dan nasional menuju terwujudnya
suatu masyarakat dunia yang damai. Pendidikan untuk perdamaian dunia hanya mungkin
terwujud di dalam sua¬tu pendidikan yang dimulai di dalam masyarakat lokal yang
berbudaya.

Kedua, perlunya perubahan metode penyampaian materi pendidikan. Metode


yang kita gunakan selama ini rasanya terlampau banyak menekankan penguasaan
informasi untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya, kita hanya mengutamakan manusia
yang patuh dan kurang memikirkan terbinanya manusia kreatif. Ketiga, paradigma
pendidikan agama yang eksklusif, dikotomis, dan parsial harus diubah menjadi
pendidikan yang inklusif, integralistik, dan holistis.

10
BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan
Pillar-pillar pendidikan digunakan sebagai acuan dalam peningkatan mutu
pendidikan dalam suatu bangsa. Pillar-pillar pendidikan yaitu learning to know, learning
to do, learning to be dan learning to live together, Learning How to Learn, Learning
Throughout Learn, keenam pillar tersebut saling berhubungan satu sama lain.

B.Saran
Dengan mengaplikasikan pillar-pillar tersebut , diharapkan pendidikan yang
berlangsung diseluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik,bnamun yang
menjadi masalah adalah dunia pendidikan di Indonesia saat ini masih minim
fasilitas,terlebih lagi daerah-daerah terpencil, belum meratanya fasilitas pendidikan,
tentunya akan menjadi halangan bagisiswa untuk mengembangkan diri mereka. Untuk
itusemua pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas intelektual
dan professional serta sikap,kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap
manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat
Indonesia yang bermartabat dimata masayarakat dunia

11
DAFTAR PUSTAKA
Yana, Meta Andini.2014. “Pillar pendidikan”

http://mettaadnyana.blogspot.com/2014/06/pilar-pendidikan.html

Sari, Rizki Meina.2014 “6 Pillar Pendidikan”

https://pdfslide.net/download/link/makalah-pilar-pilar-pendidikan

12

Anda mungkin juga menyukai