Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah dana ketika diminta atau pada waktu
yang sudah ditentukan di dalamnya. Surat ini bisa dibayarkan pada pelanggan, perusahaan, atau
penanggung wesel itu sendiri.
Surat ini ditandatangani oleh individu ataupun badan usaha yang melakukan perjanjian. Mereka
yang berhak menerima uang wesel ini disebut dengan penerima pembayaran atau payee, dan
pihak yang membuat janji disebut sebagai pembuat janji atau maker
Tanggal pembayaran wesel ini kita sebut dengan tanggal jatuh tempo. Perhitungan tanggal jatuh
tempo periode waktu antara tanggal penerbitan dan juga tanggal jatuh tempo wesel tagih jangka
pendek nantinya bisa dinyatakan dalam bentuk jumlah harian ataupun jumlah bulanan.
Ketika wesel dinyatakan dalam jumlah harian, maka tanggal jatuh temponya adalah jumlah hari
tertentu pasca tanggal penerbitan tersebut dibuat.
Contohnya tanggal jatuh tempo dari wesel selama 90 hari di tanggal 16 Maret adalah 14 Juni,
seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Sedangkan wesel jatuh tempo dalam kurun waktu 90 hari adalah sebagai berikut:
Untuk cara menghitung jatuh tempo piutang bisa dinyatakan dalam jumlah bulan pasca tanggal
penerbitan tersebut dirilis. Dalam hal ini, maka tanggal jatuh tempo bisa ditentukan dengan
menghitung jumlah bulan dari tanggal penerbitan.
Wesel selama 3 bulan di tanggal 5 Juni akan jatuh tempo di tanggal 5 September. Sedangkan
wesel 2 bulan di tanggal 31 Juli akan jatuh tempo di tanggal 30 September. Umumnya, wesel ini
menyebutkan bahwasanya bunga harus dibayarkan dalam periode antara tanggal penerbitan
hingga tanggal jatuh tempo tersebut tiba.
Wesel yang mencakup periode waktu lebih dari satu tahun periode umumnya akan
membebankan bunga yang dibayar secara tahunan ataupun bulanan. Tujuannya agar bisa
menentukan nilai jatuh tempo wesel yang berbunga dan juga tanpa bunga.
Jika ketentuan pembayaran wesel tersebut berada di bawah waktu satu tahun, maka bunga
biasanya dibayarkan ketika wesel dilunasi. Tingkat bunga wesel ini umumnya akan dinyatakan
dalam waktu tahunan, tanpa melihat periode waktu yang sebenarnya.
Sedangkan bunga weselnya adalah sebesar 2 juta rupiah untuk waktu 90 hari dengan bunga
sebesar 12% adalah sebagai berikut:
Nah untuk menyederhanakan perhitungan, kami akan menggunakan waktu 360 hari per tahun.
Dalam praktek pelaksanaanya, perusahaan seperti Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri dan
bank lainnya, serta perusahaan hipotek menggunakan angka 365 hari per tahun.
Sedangkan jumlah yang harus dibayar ketika jatuh tempo disebut sebagai nilai jatuh tempo. Nilai
jatuh tempo wesel tagih terdiri dari nilai nominal wesel dan juga bunga.
Misalnya, menentukan nilai jatuh tempo wesel yang berbunga dan tanpa menggunakan bunga,
maka nilai jatuh tempo wesel tersebut adalah senilai 25 juta rupiah, dengan adanya bunga 9%
pertahun, dan waktu 120 hari adalah sebagai berikut.
= Rp 25.750.000
Diketahui terdapat perusahaan yang menerima wesel 30 hari yang didalamnya terdapat bunga
sebesar 12% di tanggal 21 November 2018 sebagai bentuk penyelesaian Piutang dari PT Satu
Hati, sedangkan yang sudah lewat jatuh tempo adalah senilai 6 juta rupiah.
Untuk itu, perusahaan bisa mencatat penerimaan wesel sebagai berikut ini:
Ketika wesel sudah tiba jatuh tempo, maka perusahaan bisa mencatat penerimaan atas pelunasan
senilai 6 juta rupiah, yaitu pokok sebesar 6 juta dan ditambah dengan bunga sebesar 60 ribu
rupiah, dengan pencatatan sebagai berikut.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, konsumen atau pelanggan bisa menggunakan wesel
untuk membayar piutang. Bila pihak pembuat wesel ternyata gagal dalam membayar utang di
tanggal jatuh tempo, maka surat ini disebut dengan wesel tagih gagal bayar.
Pihak perusahaan yang memegang wesel tagih gagal bayar ini nantinya akan memindahkan
kembali nilai nominal wesel yang ditambah dengan bunga jatuh tempo ke akun piutang
pelanggan terkait.
Cobalah perhatikan contoh wesel tagih yang tidak bisa dibayar ketika jatuh tempo dibawah ini:
Contohnya wesel yang bisa diterima oleh PT Satu Hati adalah senilai 6 juta dengan kurun waktu
30 hari dan bunganya adalah sebesar 12% pertahun yang dituliskan di tanggal 21 November
ternyata tidak bisa dibayarkan ketika tanggal jatuh tempo tiba.
Untuk itu, perusahaan yang memegang surat wesel tersebut bisa memindahkan nilai nominal dan
bunganya pada piutang pelanggan sebagai berikut ini.
Pihak perusahaan sudah menerima bunga sebanyak 60 ribu rupiah walaupun wesel tersebut tidak
bisa dilunasi. Sedangkan bila piutang tersebut tidak bisa tertagih, maka pihak perusahaan harus
menghapus piutang senilai Rp 6.060.000 dan harus mencatatnya dalam penyisihan piutang tidak
tertagih.
Bila wesel ini memang jatuh tempo pada tahun fiskal selanjutnya, maka perusahaan yang
memegang wesel harus mencatat jurnal penyesuaian untuk pendapatan akrual bunga dalam
periode waktu wesel diterima, yang mana pencatatan ini akan termasuk pada jenis jurnal umum.
Pada tanggal 1 dan tanggal 31 Desember 2018, PT Pohon Cemara membuat ayat jurnal seperti
berikut ini:
Sedangkan di tanggal 1 Maret 2019, perusahaan membuat jurnalnya seperti gambar berikut ini:
Akun pendapatan bunga akan ditutup pada tiap akhir periode akuntansi. Jumlah pendapatan
bunga pun umumnya dilaporkan dalam pendapatan lainnya di dalam laporan laba rugi.
Berikut ini kami sajikan contoh perhitungan tanggal jatuh tempo, nilai jatuh tempo, dan juga
jurnal wesel tagihnya:
Contoh soal:
Diketahui PT MNM menerima wesel dari pelanggan tetapnya di tanggal 14 Maret dengan nilai
sebesar 40 juta rupiah dengan waktu 120 hari dan juga bunga sebesar 6% per tahunnya.
Untuk itu, cobalah hitung tanggal jatuh tempo wesel tagih, nilai jatuh tempo wesel tagih, dan
juga jurnal untuk mencatat penerimaan atas pembayaran ketika wesel tersebut jatuh tempo.
Jawaban:
1 Tanggal jatuh temponya adalah sebagai berikut:
Jadi, tanggal jatuh tempo wesel pos nya jatuh pada tanggal 12 Juli.
2 Nilai jatuh tempo wesel tersebut adalah sebagai berikut:
= Rp 40.800.000
Tanggal 12 Juli:
Contoh Pertama
Katakanlah ada sebuah perusahaan yang mengeluarkan wesel bayar 90 hari, yang didalamnya
terdapat bunga 12% senilai satu juta rupiah pada tanggal 1 Januari 2018 untuk PT ABC agar
membayar utang usaha yang sudah melewati tanggal jatuh tempo senilai satu juta rupiah.
Ayat jurnal yang digunakan untuk mencatat penerbitan wesel tagih tersebut adalah:
Sedangkan untuk menentukan nilai jatuh tempo wesel yang berbunga bisa dihitung dengan cara
berikut ini:
Besarnya bunga:
= Rp 30.000
Sehingga, bisa diketahui untuk nilai jatuh tempo wesel ketika jatuh tempo adalah:
= Pokok + Bunga
= Rp 1.000.000 + Rp 30.000
= Rp 1.030.000
Ayat jurnal yang digunakan untuk mencatat pembayaran wesel tersebut adalah:
Beban bunga wesel bayar, termasuk akun beban lainnya yang ada di laporan laba rugi untuk
tahun yang berakhir di tanggal 31 Desember 2018. Akun beban bunga akan ditutup di tanggal 31
Desember. Berbagai ayat jurnal untuk wesel bayar dan wesel tagih hampir sama.
Ayat jurnal wesel bayar akan disajikan berdasarkan sudut pandang peminjam, sedangkan ayat
jurnal wesel tagih dibuat berdasarkan sudut pandang pemberi pinjaman dana.
Contoh Ke-2
Ayat jurnal dibawah ini dibuat untuk pihak peminjam. Diketahui PT XYZ mengeluarkan wesel
untuk kreditur PT MNM. Di tanggal 1 Mei, PT XYZ membeli barang secara kredit dari PT
MKM sejumlah sepuluh juta rupiah dengan syarat. Harga pokok penjualan yang dicatat oleh PT
MKM adalah senilai tujuh juta lima ratus ribu rupiah.
PT XYZ:
PT MKM:
PT XYZ mengeluarkan wesel 60 hari dengan nilai bunga 12% sebesar sepuluh juta rupiah atas
PT MKM untuk pembeliannya secara kredit, sehingga cara pencatatan jurnalnya adalah sebagai
berikut:
PT XYZ:
PT MKM:
= Rp 200.000
PT XYZ:
PT MKM:
Contoh Ke-3
Diketahui pada tanggal 19 September 2018, PT KLM meminjam uang sebanyak empat juta
rupiah di Bank CTM dengan memberikan wesel 90 hari dan bunga sebesar 15%.
Berikut ini adalah ayat jurnal untuk mencatat penerimaan kas dan penerbitan wesel tersebut:
Di tanggal jatuh tempo wesel tersebut, yakni pada tanggal 18 Desember 2018, PT KLM
mempunyai utang pokok senilai empat juta rupiah, dan ditambah dengan bunga senilai 150 ribu
rupiah dengan perhitungan seperti di bawah ini:
= Rp 150.000
Berikut ini adalah ayat jurnal untuk mencatat pelunasan wesel tersebut.
Bunga tersebut disebut dengan diskon atau diskonto, dan tingkat bunga yang digunakan untuk
menghitungnya disebut tingkat diskonto. Debitur nantinya akan diberikan jumlah sisanya yang
disebut dengan hasil atau proceeds.
Selanjutnya, PT RTY memberikan diskonto sebanyak 15%, yakni sebesar tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah yang didebet ke dalam beban bunga sehingga hasil yang diperoleh adalah sembilan
belas juta dua ratus lima puluh ribu rupiah dan langsung di debit ke dalam persediaan.
Wesel yang dikreditkan sebesar jumlah yang tertulis pada wesel atau dengan nilai nominal yang
juga merupakan nilai jatuh tempo. Nah, ayat jurnal umum akuntansi yang digunakan untuk
mencatat transaksi yang dilakukan oleh PT ABC adalah sebagai berikut ini:
Ketika wesel dibayar, maka ayat jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut:
Sebagai catatan, bila periode akuntansinya berakhir sebelum wesel bayar yang di diskonkan
berhasil dilunasi, maka ayat jurnal penyesuaian harus mencatat bunga dibayar di muka yang
belum pernah menjadi beban. Bunga yang ditangguhkan ini nantinya akan dikurangi dari wesel
yang berada pada bagian kewajiban lancar di dalam neraca laporan keuangan.
Nah, yang termasuk di dalam tambahan kewajiban lancar ini antara lain adalah akuran beban,
pendapatan yang diterima di muka, dan juga utang bunga.
Contoh Ke-2
Di tanggal 1 Juli 2018, Toko Lampu Sinar Cemerlang menerbitkan wesel 60 hari sebesar enam
puluh juta rupiah untuk perusahaan iklan Harus Kreatif agar bisa mendapatkan persediaan
produk. Jika wesel diberi diskonto dan tingkat bunga yang diterapkan adalah 6%, maka hasil dari
wesel tersebut adalah berikut ini:
= Rp 59.400.000
PERSEDIAAN:
Metode Perpetual
Kalau Anda mencatat dengan cara perpetual dan menemukan perbedaan saldo
antara jumlah persediaan dari catatan dan perhitungan fisik, maka perlu ayat
jurnal terpisah untuk menyesuaikan jumlah persediaan barang Anda.
Metode Fisik
Nah, untuk mengetahui harga pokok penjualan, maka Anda harus melakukan
perhitungan persediaan fisik yang tersedia di gudang pada akhir periode
akuntansi tersebut. Rumus HPP adalah persediaan awal + biaya pembelian –
persediaan akhir.
Cara pertama adalah FIFO atau First In First Out, di mana barang yang masuk
pertama kali akan dijual terlebih dahulu. Harga beli barang yang duluan masuk
akan menjadi dasar dalam menentukan harga pokok penjualan barang yang lebih
dulu terjual atau barang keluar.
Metode LIFO
Untuk menentukan harga pokok penjualan, Anda juga bisa menggunakan cara
LIFO atau kepanjangannya Last In First Out. Dalam cara ini, barang yang masuk
terakhir akan keluar atau dijual terlebih dahulu. Jadi barang yang masuk di awal,
akan menjadi persediaan di gudang dan keluar paling akhir.
Harga pembelian pada barang yang terakhir masuk, maka akan menjadi dasar
dalam menentukan harga pokok penjualan barang yang pertama kali keluar (first
out).
Average Cost (Rata-Rata)
Kalau di FIFO dan LIFO berfokus pada barang yang masuk dan keluar untuk
menentukan harga pokok penjualannya, kalau di metode average cost ini semua
barang yang sudah siap jual memiliki harga yang sama. Jadi, harga pokok
penjualannya dihitung dengan menggunakan rata-rata harga pembelian seluruh
barang dibagi dengan jumlah seluruh barang.
Di laporan neraca, persediaan dikategorikan dalam aset atau aktiva lancar dan
menunjukkan nilai barang yang ada pada akhir periode akuntansi. Pada laporan
laba rugi, cara yang digunakan untuk menilai persediaan akan menentukan nilai
persediaan awal, persediaan akhir dan harga pokok penjualan, serta laba kotor
yang diperoleh perusahaan.
Persediaan barang antara tahun berjalan, tahun sebelumnya dan tahun yang akan
datang saling berkaitan sehingga bisa memprediksi laba dan rugi yang diperoleh
perusahaan serta posisi keuangannya di waktu sebelumnya, saat ini dan akan
datang.
Prosedur Pencatatan Utang Obligasi
a) Pencatatan transaksi penerbitan obligasi
Pencatatan utang oblogasi bisa dilakukan dengan dua cara
Jika obligasi dijual diatas nilai nominalnya maka akan terdapat selisih lebih antara harga jual
dengan harga nominalnya dicatat sebagai akun Agio Obligasi. Dan jika obligasi dijual di bawah
nilai nominalnya maka akan ada selisih kurang antara harga jual dengan harga nominalnya
dicatat sebagai akun Disagio Obligasi.
Penyelesaian:
Hasil penjualan obligasi 3000 x Rp 105.000,00 = Rp. 315.000.000
Hasil nominal obligasi yang dijual 3000 x Rp 100.000,00 = Rp. 300.000.000
Agio obligasi (Rp 315.000.000 – Rp 300.000.000) = Rp 15.000.000
Jurnal transaksi penjualannya adalah:
Kas Rp. 315.000.000,00
Utang Obligasi Rp. 300.000.000,00
Agio Obligasi Rp. 15.000.000,00
2. Penjualan obligasi dibawah pari
Contoh soal: PT Arimbi berhasil menjual 1000 lembar obligasi dengan harga tiap lebar Rp.
98.000 ,dengan nominal Rp. 100.000 per lembar. Bagaimana perhitungan hasil penjualan tersebut.
Penyelesaian:
Harga nominal obligasi 1000 x Rp 100.000,00 =Rp 100.000.000,00
Harga penjualan obligasi 1000 x Rp 98.000,00 =Rp 98.000.000,00
Disagio Obligasi (Rp 100.000.000 – Rp 98.000.000) =Rp 2.000.000,00
Maka, jurnal transaksi penjualannya:
Kas Rp 98.000.000,00
Disagio Obligasi Rp 2.000.000,00
Utang Obligasi Rp 100.000.000,00
3. Penjualan obligasi tidak tepat pada tanggal pembayaran bunga
Ada kalanya penjualan obligasi tidak bertepatan dengan tanggal pembayaran bunga. Dalam hal
demikian, bunga obligasi yang sudah berjalan harus diberlakukan sebagai penambahan harga jual.
Contohnya:
PT Citra menerbitkan obligasi 12% tertanggal 1 Maret 2013, harga nominal Rp 100.000 per lembar.
Bunga dibayarkan setia tanggal 1 Maret dan 1 Oktober. Pada tanggal 1 Januari 2014 , PT Citra
berhasil menjual 2000 lembar dengan harga Rp 103.000 per lembar. Hasil penjualan obligasi
dihitung sebagai berikut:
Harga penjualan 2000 x Rp 103.000 = Rp 206.000.000,00
Bunga yang sudah berjalan 3 bulan (1/10-2013 sampai 1/1—2014)
Rp 200.000.000 x 3/12 x 12% = Rp 6.000.000,00
Jumlah yang diterima PT Citra (Rp 206.000.000 + Rp 6.000.000)= Rp 212.000.000
Terdapat pula agio obligasi yaitu
Rp 206.000.000 – Rp 200.000.000 = Rp 6.000.000
Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan obligasi
Kas Rp 212.000.000
Utang obligasi Rp 200.000.000
Agio obligasi Rp 6.000.000
Beban bunga obligasi Rp 6.000.000
Pada contoh di atas, obligasi dijual pada tanggal 1 April 2014, bertepatan dengan tanggal
pembayaran bunga. Lamanya obligasi beredar dalam periode-periode akuntansi selama usia obligasi
sebagai berikut,
Lamanya obligasi beredar pada periode akuntansi selama usia obligasi
Pemindahan dari akun Agio obligasi ke dalam akun Beban bunga obligasi pada tiap akhir periode,
berarti mengurangi beban bunga obligasi untuk tiap periode. Contoh, bunga obligasi tahun 2014,
untuk masa 9 bulan (1 April-31 Des) bunga efektif untuk tahun 2014 dapat dihitung sebagai berikut;
Bunga obligasi 9 bulan, Rp300.000.000,00 x 9/12 x 15% = Rp33.750.000,00
Amortisasi agio tahun 2014, 9 x Rp180.000,00 = Rp 1.620.000,00
Beban bunga obligasi efektif 2014 = Rp32.130.000,00