Dosen Pengampu :
Annie Mustika Putri, SE., M.Ak., Ak., CA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DEPRESIASI
DAN PENURUNAN NILAI”. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi dan melengkapi tugas Akuntani Keuangan Menengah 1, serta untuk menambah
wawasan tentang apa itu depresiasi dan apa itu penurunan nilai.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesulitan dan
tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan orang lain. Untuk itu, pada kesempatan kali ini kami
mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang telah memberikan dorongan
semangat serta motivasi yang tiada hentinya. Terima kasih yang kedua kami ucapkan kepada
dosen pengampu kami yaitu Ibuk Annie Mustika Putri, SE., M.Ak., Ak., CA. Dan teman-
teman yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.
Kami juga menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan masukan, saran, dan kritik untuk
membangun kesempurnaan. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................II
BAB I.........................................................................................................................................1
Latar Belakang.......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
DEPRESIASI.........................................................................................................................2
A. Pengertian Depresiasi..............................................................................................2
D. Metode Depresiasi...................................................................................................4
PENURUNAN NILAI.........................................................................................................10
H. Goodwill................................................................................................................17
I. Asset Korporat...........................................................................................................20
BAB III.....................................................................................................................................24
Kesimpulan..........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
II
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai alat yang dapat mendukung suatu kegiatan perusahaan aktiva tetap biasanya
memiliki masa pemakaian yang lama, sehingga bisa diharapkan dapat memberi manfaat bagi
perusahaan selama bertahun-tahun. Namun demikian, manfaat yang diberikan aktiva tetap
pada umumnya semakin menurun karena aktiva tetap tersebut mengalami penyusutan
(depreciation). Penyusutan ini biasanya dicatat pada akhir tahun sebagai laporan keuangan di
neraca. Dalam akuntansi aktiva tetap ini akan dibahas tentang metode depresiasi.
Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi kecuali tanah dan
lahan,aset tetap merupakan subjek dari depresiasi atau penyusutuan artinyan nilai aktiva tetap
selian tanah berkurang seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya,sampai ketika
masa guna itu habis,nilai aktiva yang bersangkutan adalah nol.Secara umum perusahaan
dalam menentukan depresiasi biasanya menggunakan metode penetapan nilai penyusutan
yang dapat digunakan untuk menghitung nilai penyusutan dari suatu aktiva tetap
Semua aset memiliki potensi mengalami penurunan nilai, namun ada yang diatur
sendiri dalam standar aset terkait atau diatur umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan Nilai.
Penurunan nilai atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer dalam akuntansi saat
PSAK mengadopsi IFRS. Istilah impairment sudah lama dikenal dalam akuntansi khususnya
aset tetap. PSAK berbasis IFRS menggunakan istilah penurunan nilai tak hanya untuk aset
tetap tetapi juga untuk aset tak berwujud, goodwill, aset keuangan dan investasi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
DEPRESIASI
A. Pengertian Depresiasi
Aset tetap suatu entitas memiliki masa manfaat lebih dari satu periode
akuntansi, dan seiring dengan pemakaian aset tetap tersebut maka kemampuan
porensial asaet tetap tersebut untuk menghasilkan pendapatan akan semakin
berkurang. Oleh karena itu, biaya perolehan aset tetap harus dialokasikan sepanjang
umur dari aset tersebut secara sistematis. Pengalokasian ini sesuai dengan prinsip
matching cost against revenue. Depresiasi adalah metode pengalokasian biaya aset
tetap untuk menyusutkan nilai aset secara sistematis selama periode manfaat dari aset
tersebut.
Terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan suatu entitas dalam
mengalokasikan nilai aset tetap sebagai biaya depresiasi, yaitu:
1. Nilai biaya aset yang di depresiasikan (depreciable asset);
2. Taksiran masa manfaat aset tetap;
3. Metode depresiasi yang sesuai.
Alokasi biaya dari aset yang di depresiasikan dalam biaya depresiasi harus
diukur secara sistematik dan rasional dengan mempertimbangkan nilai biaya aset yang
didepresiasikan (biaya perolehan aset dikurangi nilai residu) selama ekspetasi periode
manfaat aset, tanpa melihat apakah suatu aset dinilai dengan menggunakan model
biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan
akuntansinya. Penentuan umur manfaat aset harus mempertimbangkan banyak hal
seperti:
• Teknologi;
• Lama waktu kerusakan normal dari aset;
• Penggunaan fisik dari aset;
• Faktor hukum;
• Kontrak yang mengikat suatu entitas terhadap penggunaan aset.
Depresiasi terhadap aset tetap dimulai ketika aset tetap tersebut telah siap
untuk digunakan yaitu telah berada pada lokasi dan kondisi yang dibutuhkan untuk
beroperasi sesuai dengan tujuan manajemen. Oleh karena itu, apabila terdapat suatu
2
aset yang pada dasarnya telah siap untuk digunakan namun belum digunakan maka
suatu entitas tetap haru membebankan biaya depresiasi terhadap aset tersebut. Begitu
pula ketika aset tetap tidak digunakan atau dihentikan penggunaannya untuk periode
tertentu, suatu entitas tetap harus membebankan biaya depresiasi, kecuali entitas
tersebut menggunakan unit produksi sebagai dasar pengalokasian biaya aset tetapnya
dan entitas tersebut tidak melakukan produksi pada tahun tersebut. Penghentian
pembebanan biaya depresiasi juga dilakukan keika suatu entitas mengklasifikasi suatu
aset tetap sebagai asaet yang dimiliki untuk dijual, di mana pada klasifikasi tersebut
aset tetap tidak didepresiasikan sesuai dengan PSAK 58 (Revisi 2009).
D. Metode Depresiasi
Metode depresiasi menetukan cara dalam mengalokasikan penyusutan nilai
aset secara sistematis selama periode masa manfaat aset. Metode yang dipilih oleh
suatu entitas harus mencerminkan ekspektasi pola penggunaan aset. Pola penggunaan
suatu aset dapat merupakan fungsi dari waktu atau fungsi dari penggunaan secara
fisik.
Tiga Metode depresiasi yang umum digunakan oleh entitas adalah sebagai berikut.
1. Metode garis lurus (akan menghasilkan pembebanan yang konstan selama masa
manfaat aset bila estimasi nilai residu aset tidak berubah dan tidak terjadi
penurunan nilai aset).
Metode Garis Lurus merupakan metode yang paling sederhana mengasumsikan
adannya penggunaan yang konstan dari suatu aset selama masa manfaatnya.
4
Metode ini merupakan metode yang mendasarkan alokasi dari fungsi waktu
penggunaan aset. Bedasarkan metode ini biaya depresiasi dihitung dengan
mengalokasikan nilai aset yang didepresiasikan selama masa manfaat aset secara
sama untuk setiap periodenya. Untuk menghitung biaya depresiasi digunakan
rumusan sebagai berikut.
Dengan menggunakan ilustrasi pada PT. Kawan Baru di atas maka perhitungan
biaya depresiasinya adalah sebagai berikut.
Dengan menggunakan metode ini menilai buku suatu aset akan mengalami
penurunan dengan tingkat penurunan yang konstan. Nilai buku suatu aset
merupakan selisih antara biaya perolehan aset dengan nilai akumulasi depresiasi.
Tabel berikut menunjukkan pembebanan biaya depresiasi dan nilai buku dari aset
tetap dari PT. Kawan Baru.
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai buku pada akhir periode aset adalah sebesar
Rp 50 juta yaitu sebesar nilai residunya. Apabila aset tersebut dijual, baik pada
5
akhir periode aset atau sebelumnya, pada harga di atas nilai buku maka
perusahaan akan membukukan keuntungan. Sebaliknya apabila aset dijual pada
harga di bawah nilai bukunya maka akan diakui kerugian.
Metode depresiasi dengan menggunakan garis lurus memiliki beberapa kelemahan
yaitu mengasumsikan penggunaan ekonomis dan pembebanan biaya pemeliharaan
dan perbaikan yang selalu sama setiap tahunnya dan adanya tingkat pengembalian
aset yang semakin meningkat seiring dengan periode penggunaan aset karena nilai
buku aset yang semakin menurun namun biaya depresiasi yang tetap. Tentunya
asumsi tersebut seringkali tidak sesuai dengan praktik penggunaan aset dan nilai
ekonomisnya.
Berdasarkan perhitungan di atas maka biaya depresiasi pada tahun kedua tersebut
dicatat oleh entitas dalam jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut.
Biaya Depresiasi Rp. 74.000.000
Akumulasi Depresiasi Rp. 74.000.000
Tabel berikut menunjukan pembebanan biaya depresiasi dan nilai buku aset tetap
dari PT. Kawan Baru :
Nilai Buku Awal Nilai Perolehan Tarif Biaya Akumulasi Nilai Buku Akhir
Tahun Aset Depresiasi Depresiasi Depresiasi Tahun
Rp 420,000,000 Rp 370,000,000 5/15 Rp 123,333,333 Rp 123,333,333 Rp 296,666,667
Rp 296,666,667 Rp 370,000,000 4/15 Rp 98,666,667 Rp 222,000,000 Rp 198,000,000
Rp 198,000,000 Rp 370,000,000 3/15 Rp 74,000,000 Rp 296,000,000 Rp 124,000,000
Rp 124,000,000 Rp 370,000,000 2/15 Rp 49,333,333 Rp 345,333,333 Rp 74,666,667
Rp 74,666,667 Rp 370,000,000 1/15 Rp 24,666,667 Rp 370,000,000 Rp 50,000,000
Pada tahun pertama biaya depresiasi sangat besar karena nilai buku dari aset juga
masih besar. Berjalannya waktu, dengan menurunnya nilai buku dari aset maka
biaya depresiasi juga akan semakin menurun. Tabel berikut menunjukkan
pembebanan biaya depresiasi dan nilai buku dari aset tetap dari PT kawan baru
dengan menggunakan saldo menurun.
Nilai Buku Aset Tarif Saldo Biaya Saldo Akumulasi Nilai Buku Akhir
Awal Tahun Manurun Depresiasi Depresiasi Tahun
Rp 470,000,000 40% Rp 188,000,000 Rp 188,000,000 Rp 282,000,000
Rp 282,000,000 40% Rp 112,800,000 Rp 300,800,000 Rp 169,200,000
Rp 169,200,000 40% Rp 67,680,000 Rp 364,480,000 Rp 101,520,000
Rp 101,520,000 40% Rp 40,608,000 Rp 406,088,000 Rp 60,912,000
Rp 60,912,000 40% Rp 10,912,000 Rp 420,000,000 Rp 50,000,000
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya depresiasi pada tahun-tahun
awal sangat tinggi dan menurun cukup signifikan pada tahun-tahun akhir.
Sedangkan pada tahun terakhir biaya depresiasinya dibatasi pada nilai Rp.
10.912.000 karena nilai buku pada akhir tahun kelima tidak mungkin lebih rendah
dari nilai residunya.
Berdasarkan perhitungan di atas maka biaya depresiasi tersebut dicatat oleh entitas
dalam jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut.
Biaya Depresiasi Rp. 37.000.000
Akumulasi Depresiasi Rp. 37.000.000
Metode ini sangat tepat digunakan untuk aset yang mengalami penurunan nilai
ekonomis seiring dengan penggunaannya seperti mesin dan peralatan yang
produktivitasnya akan menurun dengan semakin tingginya tingkat penggunaan.
Metode ini tidak cocok diterapkan untuk aset yang mengalami penurunan nilai
seiring dengan waktu bukan penggunaan seperti gedung dan bangunan.
9
PENURUNAN NILAI
A. Pengertian Penurunan Nilai
Dalam kondisi di mana suatu entitas menghadapi penurunan nilai dari aset-
asetnya, maka banyak entitas yang melakukan penghapusan (write-off) terhadap aset
jangka panjangnya. Standar akuntansi menyatakan bahwa suatu entitas harus
mengevaluasi apakah terdapat suatu indikasi penurunan nilai terhadap aset yang
dimilikinya. Penurunan nilai dari aset merupakansuatu kondisi dimana nilai
tercatat dari aset (carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable
amount).
10
2. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan
yang berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara,
suatu aset digunakan atau diharapkan akan digunakan. Perubahan-
perubahan ini termasuk dalam hal aset menjadi tidak digunakan, rencana
untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang didalamnya suatu aset
digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang diharapkan
sebelumnya, dan penilaian ulang masa manfaat aset dari tidak terbatas
menjadi terbatas.
3. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja
ekonomi aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.
4. Untuk suatu investasi dalam entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian
bersama entitas yang disajikan dalam laporan keuangan terpisah
berdasarkan metode biaya, investor mengakui dividen dari investasi dan
terdapat bukti bahwa dividen melebihi total laba komprehensif entitas anak
dan entitas yang dikendalikan bersama dalam periode dividen diumumkan.
12
jumlah terpulihkan tersebut. Apabila tercatat lebih rendah dari jumlah terpulihkan,
maka tidak terdapat penurunan nilai.
Apabila terdapat indikasi-indikasi penurunan nilai, maka entitas diharuskan
membuat estimasi formal jumlah terpulihkannya. Jumlah terpulihkan merupakan
jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar asset atau unit penghasil kas dikurangi
biaya penjualan dengan nilai pakainya. Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah
jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu asset atau unit penghasilan kas
dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa
tekanan, dikurangi biaya pelepasan asset. Nilai ini mencerminkan nilai yang dapat
dihasilkan oleh asset tersebut bila asset terjual setelah dikurangi biaya untuk
melakukan penjualan. Sedangkan nilai pakai adalah nilai kini dari taksiran arus kas
yang diharapkan akan diterima dari suatu asset atau unit penghasil kas.
Nilai pakai ini mencerminkan nilai kini dari ekspektasi arus kas yang akan dihasilkan
oleh aset tersebut apabila digunakan dan nilai penjualan dari aset tersebut pada saat
akhir masa manfaat aset.
Sebagai ilustrasi, PT laut biru pada 31 Desember 2015 melakukan pengujian
atas penurunan nilai atas aset perusahaan yaitu bangunan akibat adanya krisis
ekonomi yang menurunkan nilai dari aset perusahaan. Berdasarkan pengujian maka
didapat beberapa informasi sebagai berikut.
15
pertambangan dianggap sebagai suatu UPK yang akan dievaluasi indikasi penurunan
nilainya dalam satu satuan aset yaitu pertambangan.
Jumlah terpulihkan dari UPK adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai
wajar unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya. Entitas
menggunakan estimasi terbaik manajemen mengenai harga masa depan yang dapat
tercapai dalam transaksi wajar dalam mengestimasi: a)Arus kas masa depan dan
b)Arus kas keluar masa depan
1. Jumlah tercatat dari UPK
Mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan
langsung, atau dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke UPK dan
akan menghasilkan arus kas masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai
unit penghasil kas; dan tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang
diakui, kecuali jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan
tanpa mempertimbangkan liabilitas tersebut.
2. Jumlah terpulihkan dari suatu asset individual tidak dapat ditentukan bahwa:
Nilai pakai asset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi
nilai biaya penjualan (contoh, apabila arus kas masa depan dari
penggunaan asset); dan
Asset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok
asset lain.
Entitas menggunakan estimasi terbaik manajemen mengenai harga masa depan
yang dapat dicapai dalam transaksi wajar dalam mengestimasi: (a) arus kas masuk
masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai aset atau nilai pakai unit
penghasil kas; dan (b) arus kas keluar masa depan yang digunakan untuk menentukan
nilai pakai dari setiap aset atau unit penghasil kas lain yang dipengaruhi oleh
penetapan harga transfer internal.
Seperti halnya penjelasan sebelumnya di mana pengakuan rugi penurunan
nilai dilakukan apabila jumlah tercatat lebih tinggi dari jumlah terpulihkan. Sebagai
contoh Water Park Entertainment Center melakukan leasing tanah kepada pemerintah
daerah dan berjanji untuk melakukan restorasi atas lahan tersebut ketika
mengembalikan lahan kepada pemerintah. Provinsi atas biaya restorasi tersebut
sebesar Rp. 400 juta. Karena adanya pembukaan taman bermain di sekitar lokasi,
maka Water Park Entertainment ntertainment Center mengalami kerugian sejak 2008,
16
karena itu Water Park Entertainment Center menguji indikasi penurunan nilai.
Terdapat penawaran pembelian atas Water Park Entertainment Center pada nilai Rp
1,8 miliar. Nilai pakai yang didapat dari nilai kini (present value-PV) dari ekspektasi
arus kas masuk hingga periode pengembalian tanah kepada pemerintah adalah Rp 1,8
miliar (tidak termasuk biaya restorasi). Jumlah tercatat dari Water Park Entertainment
Center pada akhir 2007 adalah sebesar Rp 2 miliar.
Untuk menentukan apakah perlu diakui kerugian penurunan nilai maka perlu
ditentukan nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai dan dibandingkan
dengan jumlah tercatat. Berdasarkan informasi di atas maka nilai wajar dikurangi
biaya penjualan adalah sebesar Rp 1,8 miliar dan nilai pakai Water Park
Entertainment Center adalah Rp 1,4 miliar (Rp 1,8 miliar - Rp 400 juta). Jumlah
tercatat dari waterpark Entertainment center adalah Rp 1,6 miliar ( Rp 2 miliar - Rp.
400 juta). Jumlah terpulihnya adalah sebesar 1,8 miliar dan nilai tersebut masih lebih
tinggi dari jumlah tercatatnya. Oleh karena itu, tidak ada rugi penurunan nilai yang
diakui.
H. Goodwill
Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwiil yang diperoleh dalam suatu
kombinasi bisnis harus, sejak tanggal akuisisi, dialokasikan pada unit penghasil kas
pihak pengakuisisi, (atau kelompok unit penghasil kas) yang diharapkan memberikan
17
manfaat dari senergi kombinasi. Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk menurunkan
jumlah tercatat dari asset dengan tahapan sebagai berikut:
Pertama, menurunkan jumlah tercatat dari goodwill yang telah dialokasikan
pada UPK
Kedua, mengalokasikan pada asset lainnya pada UPK secara perorate dari
jumlah tercatat pada masing-masing asset dalam UPK.
Sebagai ilustrasi, PT. Lolipop melakukan pengujian atas penurunan nilai UPK
Z dan memperoleh informasi sebagai berikut.
Jumlah Tercatat
Goodwill Rp. 1.000.000.000
Aset tetap, pada biaya terdepresiasi Rp. 3.000.000.000
Aset takberwujud, pada biaya terdepresiasi Rp. 2.000.000.000
Properti investasi, pada biaya terdeprisiasi Rp. 2.500.000.000
Aset keuangan, pada nilai wajar Rp. 1.070.000.000
Persediaan, pada biaya Rp. 500.000.000
Piutang dagang Rp. 1.300.000.000
Total Rp. 11.370.000.000
18
Kedua, membandingkan jumlah tercatat dengan jumlah terpulihkan. Nilai
tercatat UPK Z kini adalah Rp.10.870.000.000 (Rp.11.370.000.000 – Rp.
500.000.000). Nilai tersebut lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, sehingga PT.
Lolipop akan mengakui kerugian penurunan nilai pada UPK Z sebesar Rp.
2.870.000.000 (Rp. 10.870.000.000 – Rp. 8.000.000.000). Jumlah kerugian tersebut
hanya dialokasikan pada aset tetap dan aset takberwujud karena properti investasi
telah diturunkan nilainnya menjadi sebesar jumlah terpulihkan dan aset selain aset
tetap dan aset takberwujud di luar dari ruang lingkup PSAK 48. Alokasi kerugian
penurunan nilai adalah sebagai berikut.
19
= Rp. 748.000.000
I. Asset Korporat
Asset korporat termasuk asset kelompok atau divisi seperti bangunan kantor
pusat atau divisi dari entitas, perlengkapan EDP, atau pusat penelitian, karakteristik
khusus asset korporat adalah bahwa asset korporat tidak menghasilkan arus kas masuk
secara independen dari asset atau kelompok asset lain dan jumlah tercatatnya tidak
sepenuhnya diatribusikan ke unit penghasil kas yang sedang ditelaah. Jika sebagian
jumlah tercatat asset korporat, adalah sebagai berikut:
Dapat dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten terhadap unit
tersebut, entitas membandingkan jumlah tercatat dari unit (termasuk porsi dari
jumlah tercatat aset korporat yang dialokasikan ke unit tersebut) dengan
jumlah terpulihkan. Entitas harus mengakui setiap rugi penurunan nilai.
Tidak dapat dialokasikan pada suatu dasar yang layak dan konsisten ke unit
itu, entitas harus:
(i) membandingkan jumlah tercatat unit, di luar aset korporat, dengan
jumlah terpulihkan dan mengakui setiap rugi penurunan nilai;
(ii) mengidentifikasi kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang
mencakup unit penghasil kas yang ditelaah dan yang sebagian dari
jumlah tercatat aset korporat dapat dialokasikan atas dasar yang layak
dan konsisten; dan
(iii) membandingkan jumlah tercatat dari kelompok unit penghasil
kas tersebut (termasuk bagian dari jumlah tercatat aset korporat yang
dialokasikan ke kelompok dari unit tersebut) dengan jumlah
terpulihkan dari kelompok unit itu. Setiap rugi penurunan nilai diakui.
20
J. Pemulihan Rugi Penurunan Nilai
Entitas menilai pada akhir setiap periode pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa
rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset (selain
goodwill, karena untuk goodwill tidak diperbolehkan adanya pemulihan rugi
penurunan nilai) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. Misalkan pada
akhir periode 20X7 terjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga
menyebabkan perusahaan harus melakukan penurunan nilai atas asetnya. Namun,
pada tahun 20X9 terjadi perbaikan kondisi perekonomian sehingga terdapat indikasi
kondisi pemulihan penurunan nilai. Jika indikasi dimaksud ditemukan, entitas
mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Dalam menilai apakah terdapat
indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada periode-periode
sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah
menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini.
Infomasi yang bersumber dari luar, antara lain:
- Nilai wajar aset telah meningkat secara signifikan selama periode
tersebut.
- Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah
terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat, dalam
hal teknologi, pasar, kondisi ekonomi maupun legal tempat entitas
beroperasi atau di pasar tempat aset itu didedikasikan.
- Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain
telah turun selama periode itu, dan penurunan itu sepertinya akan
memengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai
pakai aset sehingga meningkatkan jumlah terpulihkan secara material.
21
- Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja
ekonomi aset lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.
Nilai tercatat bangunan kantor per 1 Januari 2018 (setelah ada penurunan nilai)
Nilai tercatat pada 31 Desember 2015 = Rp. 400.000.000
Akumulasi penyusutan = 2 x (260.000.000 – 20.000.000) = Rp. 32.000.000
15 tahun
22
Nilai tercatat per 1 Januari 2018 = Rp. 228.000.000
Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu unit penghasil kas dialokasikan
kepada aset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) prorata dengan jumlah tercatat dari
aset-asetnya. Dalam mengalokasikan pembalikan rugi penurunan nilai untuk unit
penghasil kas, jumlah tercatat aset tidak boleh dinaikkan di atas nilai yang terendah
dari:
1. Jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan
2. Jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto)
seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut
dalam periode sebelumnya.
23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan
penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap
pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat
terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Terdapat beberapa metode dalam
perhitungan depresiasi, sebagai berikut: metode garis lurus, metode pembebanan menurun
metode unit produksi.
Penurunan nilai akan membuat aset entitas mencerminkan manfaat ekonomi di masa
depan dan tidak akan dicatat melebihi potensi manfaat ekonomi yang akan diterima entitas di
masa mendatang. Penurunan nilai didasarkan pada konsep konservatif, kehati-hatian dan
relevansi informasi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Martani, Dwi., ddk. 2016. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK (Edisi 2 Buku 1).
Jakarta: Salemba Empat.
25