Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Akuntansi Keuangan Menengah 1


“Depresiasi Dan Penurunan Nilai”

Dosen Pengampu :
Annie Mustika Putri, SE., M.Ak., Ak., CA

Disusun oleh : Kelompok 6


1. Berryan Intanio (210301031)
2. Donni Heriyanto (210301035)
3. Arya Sanyadi Mahenka (210301052)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DEPRESIASI
DAN PENURUNAN NILAI”. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi dan melengkapi tugas Akuntani Keuangan Menengah 1, serta untuk menambah
wawasan tentang apa itu depresiasi dan apa itu penurunan nilai.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesulitan dan
tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan orang lain. Untuk itu, pada kesempatan kali ini kami
mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang telah memberikan dorongan
semangat serta motivasi yang tiada hentinya. Terima kasih yang kedua kami ucapkan kepada
dosen pengampu kami yaitu Ibuk Annie Mustika Putri, SE., M.Ak., Ak., CA. Dan teman-
teman yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.

Kami juga menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan masukan, saran, dan kritik untuk
membangun kesempurnaan. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................II
BAB I.........................................................................................................................................1
Latar Belakang.......................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2
DEPRESIASI.........................................................................................................................2

A. Pengertian Depresiasi..............................................................................................2

B. Nilai Biaya Aset yang Didepreseasikan...................................................................3

C. Taksiran Masa Manfaat Aset Tetap.........................................................................3

D. Metode Depresiasi...................................................................................................4

E. Depresiasi terpisah untuk komponen yang signifikan.............................................9

PENURUNAN NILAI.........................................................................................................10

A. Pengertian Penurunan Nilai...................................................................................10

B. Indikasi Penurunn Nilai.........................................................................................10

C. Pengukuran Penurunan Nilai.................................................................................12

D. Pengakuan Rugi Penurunan Nilai..........................................................................14

E. Dasar Estimasi Arus Kas Masa Depan..................................................................14

F. Penurunan Nilai Pada Unit Penghasil Kas.............................................................15

G. Unit Penghasil Kas.................................................................................................17

H. Goodwill................................................................................................................17

I. Asset Korporat...........................................................................................................20

J. Pemulihan Rugi Penurunan Nilai..............................................................................20

BAB III.....................................................................................................................................24
Kesimpulan..........................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

II
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sebagai alat yang dapat mendukung suatu kegiatan perusahaan aktiva tetap biasanya
memiliki masa pemakaian yang lama, sehingga bisa diharapkan dapat memberi manfaat bagi
perusahaan selama bertahun-tahun. Namun demikian, manfaat yang diberikan aktiva tetap
pada umumnya semakin menurun karena aktiva tetap tersebut mengalami penyusutan
(depreciation). Penyusutan ini biasanya dicatat pada akhir tahun sebagai laporan keuangan di
neraca. Dalam akuntansi aktiva tetap ini akan dibahas tentang metode depresiasi.
Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi kecuali tanah dan
lahan,aset tetap merupakan subjek dari depresiasi atau penyusutuan artinyan nilai aktiva tetap
selian tanah berkurang seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya,sampai ketika
masa guna itu habis,nilai aktiva yang bersangkutan adalah nol.Secara umum perusahaan
dalam menentukan depresiasi biasanya menggunakan metode penetapan nilai penyusutan
yang dapat digunakan untuk menghitung nilai penyusutan dari suatu aktiva tetap
Semua aset memiliki potensi mengalami penurunan nilai, namun ada yang diatur
sendiri dalam standar aset terkait atau diatur umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan Nilai.
Penurunan nilai atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer dalam akuntansi saat
PSAK mengadopsi IFRS. Istilah impairment sudah lama dikenal dalam akuntansi khususnya
aset tetap. PSAK berbasis IFRS menggunakan istilah penurunan nilai tak hanya untuk aset
tetap tetapi juga untuk aset tak berwujud, goodwill, aset keuangan dan investasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
DEPRESIASI
A. Pengertian Depresiasi
Aset tetap suatu entitas memiliki masa manfaat lebih dari satu periode
akuntansi, dan seiring dengan pemakaian aset tetap tersebut maka kemampuan
porensial asaet tetap tersebut untuk menghasilkan pendapatan akan semakin
berkurang. Oleh karena itu, biaya perolehan aset tetap harus dialokasikan sepanjang
umur dari aset tersebut secara sistematis. Pengalokasian ini sesuai dengan prinsip
matching cost against revenue. Depresiasi adalah metode pengalokasian biaya aset
tetap untuk menyusutkan nilai aset secara sistematis selama periode manfaat dari aset
tersebut.
Terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan suatu entitas dalam
mengalokasikan nilai aset tetap sebagai biaya depresiasi, yaitu:
1. Nilai biaya aset yang di depresiasikan (depreciable asset);
2. Taksiran masa manfaat aset tetap;
3. Metode depresiasi yang sesuai.
Alokasi biaya dari aset yang di depresiasikan dalam biaya depresiasi harus
diukur secara sistematik dan rasional dengan mempertimbangkan nilai biaya aset yang
didepresiasikan (biaya perolehan aset dikurangi nilai residu) selama ekspetasi periode
manfaat aset, tanpa melihat apakah suatu aset dinilai dengan menggunakan model
biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan
akuntansinya. Penentuan umur manfaat aset harus mempertimbangkan banyak hal
seperti:
• Teknologi;
• Lama waktu kerusakan normal dari aset;
• Penggunaan fisik dari aset;
• Faktor hukum;
• Kontrak yang mengikat suatu entitas terhadap penggunaan aset.

Depresiasi terhadap aset tetap dimulai ketika aset tetap tersebut telah siap
untuk digunakan yaitu telah berada pada lokasi dan kondisi yang dibutuhkan untuk
beroperasi sesuai dengan tujuan manajemen. Oleh karena itu, apabila terdapat suatu

2
aset yang pada dasarnya telah siap untuk digunakan namun belum digunakan maka
suatu entitas tetap haru membebankan biaya depresiasi terhadap aset tersebut. Begitu
pula ketika aset tetap tidak digunakan atau dihentikan penggunaannya untuk periode
tertentu, suatu entitas tetap harus membebankan biaya depresiasi, kecuali entitas
tersebut menggunakan unit produksi sebagai dasar pengalokasian biaya aset tetapnya
dan entitas tersebut tidak melakukan produksi pada tahun tersebut. Penghentian
pembebanan biaya depresiasi juga dilakukan keika suatu entitas mengklasifikasi suatu
aset tetap sebagai asaet yang dimiliki untuk dijual, di mana pada klasifikasi tersebut
aset tetap tidak didepresiasikan sesuai dengan PSAK 58 (Revisi 2009).

B. Nilai Biaya Aset yang Didepreseasikan


Nilai biaya aset yang didepresiasikan (depreciable asset) merupakan nilai yang
akan dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaat dari aset. Nilai ini
dihitung dengan mengurangkan biaya perolehan dari suatu aset (nilai pada saat
pengukuran awal) terhadap estimasi nilai residu atau nilai sisa dari aset pada akhir
periode masa manfaat aset tersebut. Nilai Residu atau nilai sisa merupakan estimasi
nilai yang akan diperoleh entitas ketika dilakukan penjualan aset atau penghentian
aset dari penggunaannya ketika akhir periode masa manfaat aset. PSAK 16
mensyaratkan suatu entitas untuk me-review nilai sisa (residu) setiap aset tetap
minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan
estimasi sebelumnya, maka perbedaan tersebut harus diperlakukan menurut PSAK 25
sebagai perubahan estimasi, diterapkan secara prospektif.

C. Taksiran Masa Manfaat Aset Tetap


Masa manfaat suatu aset merupakan jangka waktu dimana suatu aset
diekspektasikan dapat digunakan oleh suatu entitas. Dalam menentukan masa manfaat
suatu aset entitas mendasarkan pada kebijakan pengelolaan aset entitas yang
didasarkan pada pertimbangan akan dilakukannya penghentian penggunaan suatu aset
setelah waktu penggunaan tertentu atau pengomsumsian proporsi tertentu dari masa
ekonomisnya. Selain itu, suatu entitas juga seringkali menetapkan masa manfaat aset
tetap berdasarkan pengelompokan aset yang disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku seperti peraturan perpajakan dan lain-lain. Hal ini akan menyebabkan adanya
perbedaan antara masa ekonomis aset dan masa manfaat aset. 
3
Sebagai contoh, sebuah mobil dapat digunakan dalam masa 10 tahun, tapi
perusahaan menetapkan kebijakan bahwa mobil hanya digunakan selama 5 tahun, dan
akan dilakukan penggantian apabila telah mencapai umur 5 tahun. Maka, masa
ekonomis mobil tersebut adalah 10 tahun, namun masa manfaatnya adalah 5 tahun.
Dalam membebankan biaya depresiasi, suatu entitas mengacu pada masa manfaat dari
aset.  Dalam menentukan masa manfaat tersebut perusahaan menggunakan
pertimbangannya dan seringkali berdasarkan pengalaman penggunaan aset yang
sejenis. 
Seperti halnya estimasi nilai residu, estimasi masa manfaat juga mensyaratkan
suatu entitas untuk me-review masa manfaat setiap aset tetap minimum setiap akhir
tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya,
maka perbedaan tersebut harus diperlakukan menurut PSAK 25 sebagai perubahan
estimasi, diterapkan secara prospektif. 
Dalam menentukan masa manfaat suatu aset, suatu entitas mempertimbangkan
beberapa faktor sebagai berikut.
1. Ekspektasi penggunaan aset.
2. Keusangan teknis dan komersial dari aset tersebut karena perubahan
teknologi atau pasar aset.
3. Pembatasan legal atau penggunaan aset, seperti tanggal kedaluarsa
penggunaan aset yang tertera dalam suatu kontrak.

D. Metode Depresiasi
Metode depresiasi menetukan cara dalam mengalokasikan penyusutan nilai
aset secara sistematis selama periode masa manfaat aset. Metode yang dipilih oleh
suatu entitas harus mencerminkan ekspektasi pola penggunaan aset. Pola penggunaan
suatu aset dapat merupakan fungsi dari waktu atau fungsi dari penggunaan secara
fisik.
Tiga Metode depresiasi yang umum digunakan oleh entitas adalah sebagai berikut.
1. Metode garis lurus (akan menghasilkan pembebanan yang konstan selama masa
manfaat aset bila estimasi nilai residu aset tidak berubah dan tidak terjadi
penurunan nilai aset).
Metode Garis Lurus merupakan metode yang paling sederhana mengasumsikan
adannya penggunaan yang konstan dari suatu aset selama masa manfaatnya.

4
Metode ini merupakan metode yang mendasarkan alokasi dari fungsi waktu
penggunaan aset. Bedasarkan metode ini biaya depresiasi dihitung dengan
mengalokasikan nilai aset yang didepresiasikan selama masa manfaat aset secara
sama untuk setiap periodenya. Untuk menghitung biaya depresiasi digunakan
rumusan sebagai berikut.

= (Biaya Perolehan Aset - Nilai Residu)


Biaya Depresiasi = Masa Manfaat Aset

Dengan menggunakan ilustrasi pada PT. Kawan Baru di atas maka perhitungan
biaya depresiasinya adalah sebagai berikut.

= (Rp 420.000.000 - Rp. 50.000.000)


Biaya Depresiasi = 5 Tahun = Rp 74.000.000,00 per tahun

Berdasarkan Perhitungan di atas, maka biaya depresiasikan tersebut dicatat oleh


entitas dalam jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut.
Biaya depresiasi Rp. 74.000.000
Akumulasi depresiasi Rp. 74.000.000

Dengan menggunakan metode ini menilai buku suatu aset akan mengalami
penurunan dengan tingkat penurunan yang konstan. Nilai buku suatu aset
merupakan selisih antara biaya perolehan aset dengan nilai akumulasi depresiasi.
Tabel berikut menunjukkan pembebanan biaya depresiasi dan nilai buku dari aset
tetap dari PT. Kawan Baru.

Nilai Buku Awal Akumulasi Nilai Buku Akhir


Biaya Depresiasi
Tahun Depresiasi Tahun
Rp 420.000.000 Rp 74.000.000 Rp 74.000.000 Rp 346.000.000
Rp 346.000.000 Rp 74.000.000 Rp 148.000.000 Rp 272.000.000
Rp 272.000.000 Rp 74.000.000 Rp 222.000.000 Rp 198.000.000
Rp 198.000.000 Rp 74.000.000 Rp 296.000.000 Rp 124.000.000
Rp 214.000.000 Rp 74.000.000 Rp 370.000.000 Rp 50.000.000

Berdasarkan tabel di atas, maka nilai buku pada akhir periode aset adalah sebesar
Rp 50 juta yaitu sebesar nilai residunya. Apabila aset tersebut dijual, baik pada

5
akhir periode aset atau sebelumnya, pada harga di atas nilai buku maka
perusahaan akan membukukan keuntungan. Sebaliknya apabila aset dijual pada
harga di bawah nilai bukunya maka akan diakui kerugian.
Metode depresiasi dengan menggunakan garis lurus memiliki beberapa kelemahan
yaitu mengasumsikan penggunaan ekonomis dan pembebanan biaya pemeliharaan
dan perbaikan yang selalu sama setiap tahunnya dan adanya tingkat pengembalian
aset yang semakin meningkat seiring dengan periode penggunaan aset karena nilai
buku aset yang semakin menurun namun biaya depresiasi yang tetap. Tentunya
asumsi tersebut seringkali tidak sesuai dengan praktik penggunaan aset dan nilai
ekonomisnya. 

2. Metode pembebanan menurun (akan menghasilkan pembebanan yang semakin


menurun selama masa manfaat aset).
Metode pembebanan menurun memberikan pembebanan biaya depresiasi yang
lebih tinggi pada tahun-tahun awal dari umur aset dan pembebanan yang rendah
pada tahun-tahun akhir. Logika dari metode ini bahwa penggunaan suatu aset
lebih tinggi dari tahun-tahun awal karena pada tahun-tahun awal produktivitas aset
lebih tinggi dari tahun-tahun akhir dari aset. Dua metode yang seringkali
digunakan entitas dalam pembebanan menurun adalah metode jumlah angka
tahun (sum of the years' digits method) dan metode saldo menurun (declining
balance method).
Metode jumlah angka tahun merupakan metode depresiasi yang dihasilkan dari
penghapus Bukuan yang bersifat menurun di mana biaya depresiasi tahunan
ditentukan dengan mengalihkan biaya depresiasi dengan fraksi tahun sebagai tarif
pembebanan depresiasi. Tarif pembebanan depresiasi merupakan rasio dengan
denominatornya adalah jumlah tahun penggunaan aset (misalnya aset dengan
masa manfaat 5 tahun memiliki denominatornya 15 (5+4+3+2+1) dan
numeratornya adalah jumlah tahun sisa pada awal tahun yang belum
didepresiasikan (misalkan pencatatan beban depresiasi pada akhir tahun ketiga
maka numeratornya adalah 3). Fraksi pengali pada metode ini numerator tersebut
akan menurun seiring waktu dan denominatornya tetap (5/15, 4/15, 3/15, 2/15,
1/15). Untuk menghitung biaya depresiasi digunakan rumusan sebagai berikut.

Biaya Depresiasi = Fraksi Depresiasi x (Nilai Perolehan Aset – Nilai Residu)


6
Dengan menggunakan ilustrasi pada PT. Kawan Baru diatas maka perhitungan
biaya depresiasi pada akhir tahun ketiga adalah sebagai berikut.
3
Biaya Depresiasi = 15 x Rp. 370.000.000 = Rp. 74.000.000

Berdasarkan perhitungan di atas maka biaya depresiasi pada tahun kedua tersebut
dicatat oleh entitas dalam jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut.
Biaya Depresiasi Rp. 74.000.000
Akumulasi Depresiasi Rp. 74.000.000

Tabel berikut menunjukan pembebanan biaya depresiasi dan nilai buku aset tetap
dari PT. Kawan Baru :
Nilai Buku Awal Nilai Perolehan Tarif Biaya Akumulasi Nilai Buku Akhir
Tahun Aset Depresiasi Depresiasi Depresiasi Tahun
Rp 420,000,000 Rp 370,000,000 5/15 Rp 123,333,333 Rp 123,333,333 Rp 296,666,667
Rp 296,666,667 Rp 370,000,000 4/15 Rp 98,666,667 Rp 222,000,000 Rp 198,000,000
Rp 198,000,000 Rp 370,000,000 3/15 Rp 74,000,000 Rp 296,000,000 Rp 124,000,000
Rp 124,000,000 Rp 370,000,000 2/15 Rp 49,333,333 Rp 345,333,333 Rp 74,666,667
Rp 74,666,667 Rp 370,000,000 1/15 Rp 24,666,667 Rp 370,000,000 Rp 50,000,000

Metode saldo menurun merupakan metode yang membebankan depresiasi


dengan nilai yang lebih tinggi pada awal periode secara gradual akan berkurang
pada tahun-tahun selanjutnya. Pada metode ini beban depresiasi merupakan
perkalian nilai buku aset dengan tarif depresiasi yang dinyatakan dengan
persentase dimana besarnya persentase biasanya dua kali lipat dari persentase
garis lurus (misalkan aset dengan umur 5 tahun memiliki tarif 40%, dua kali tarif
garis lurus sebesar 1/5 atau 20%). Berbeda dengan metode sebelumnya, pada
metode ini nilai yang didepresiasikan tidak dikurangkan dengan nilai residunya
(nilai perolehan aset). Untuk menghitung biaya depresiasi digunakan rumusan
sebagai berikut.

Biaya Depresiasi = Nilai Buku Awal Tahun x Tarif Saldo Menurun

Dengan menggunakan ilustrasi pada PT kawan baru di atas maka perhitungan


biaya depresiasi pada akhir tahun pertama adalah sebagai berikut.
Biaya Depresiasi = Rp. 470.000.000 x 40% = Rp. 188.000.000
7
Berdasarkan perhitungan di atas maka biaya didepresiasi pada tahun kedua
tersebut dicatat oleh entitas dalam jurnal penyesuaian sebagai berikut.
Biaya Depresiasi Rp. 188.000.000
Akumulasi Depresiasi Rp. 188.000.000

Pada tahun pertama biaya depresiasi sangat besar karena nilai buku dari aset juga
masih besar. Berjalannya waktu, dengan menurunnya nilai buku dari aset maka
biaya depresiasi juga akan semakin menurun. Tabel berikut menunjukkan
pembebanan biaya depresiasi dan nilai buku dari aset tetap dari PT kawan baru
dengan menggunakan saldo menurun.

Nilai Buku Aset Tarif Saldo Biaya Saldo Akumulasi Nilai Buku Akhir
Awal Tahun Manurun Depresiasi Depresiasi Tahun
Rp 470,000,000 40% Rp 188,000,000 Rp 188,000,000 Rp 282,000,000
Rp 282,000,000 40% Rp 112,800,000 Rp 300,800,000 Rp 169,200,000
Rp 169,200,000 40% Rp 67,680,000 Rp 364,480,000 Rp 101,520,000
Rp 101,520,000 40% Rp 40,608,000 Rp 406,088,000 Rp 60,912,000
Rp 60,912,000 40% Rp 10,912,000 Rp 420,000,000 Rp 50,000,000

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya depresiasi pada tahun-tahun
awal sangat tinggi dan menurun cukup signifikan pada tahun-tahun akhir.
Sedangkan pada tahun terakhir biaya depresiasinya dibatasi pada nilai Rp.
10.912.000 karena nilai buku pada akhir tahun kelima tidak mungkin lebih rendah
dari nilai residunya.

3. Metode unit produksi (akan menghasilkan pembebanan yang didasarkan pada


ekspektasi penggunaan aset atau output yang dihasilkan).
Metode ini mengasumsikan pembebanan depresiasi sebagai fungsi dari
penggunaan atau produktivitas aset, bukan dilihat dari waktu penggunaan aset.
Berdasarkan metode ini umur dari aset akan didepresiasikan berdasarkan jumlah
output yang diproduksi (unit produksinya) atau berdasarkan input yang digunakan
(seperti jam kerja). Metode ini sangat tepat digunakan untuk aset yang memiliki
kapasitas yang menurun seiring dengan penggunaannya. Untuk menghitung biaya
depresiasi dengan metode unit produksi digunakan rumusan sebagai berikut.
(Biaya Perolehan Aset - Nilai Residu) x Jam Penggunaan
Biaya Depresiasi = Estimasi Jam Penggunaan Total
8
Apabila dimisalkan pada tahun ini PT kawan baru menggunakan aset tersebut
selama 5.000 jam maka perhitungan biaya depresiasi adalah sebagai berikut. 
(Rp. 420.000.000 - Rp. 50.000.000) x 5.000
Biaya Depresiasi = 50.000 = Rp. 37.000.000

Berdasarkan perhitungan di atas maka biaya depresiasi tersebut dicatat oleh entitas
dalam jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut.
Biaya Depresiasi Rp. 37.000.000
Akumulasi Depresiasi Rp. 37.000.000

Metode ini sangat tepat digunakan untuk aset yang mengalami penurunan nilai
ekonomis seiring dengan penggunaannya seperti mesin dan peralatan yang
produktivitasnya akan menurun dengan semakin tingginya tingkat penggunaan.
Metode ini tidak cocok diterapkan untuk aset yang mengalami penurunan nilai
seiring dengan waktu bukan penggunaan seperti gedung dan bangunan. 

E. Depresiasi terpisah untuk komponen yang signifikan


Dalam pembebanan depresiasi aset tetap, PSAK 16 menyatakan bahwa setiap
bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total
biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Untuk dapat melakukan
hal tersebut maka perlu disusun daftar aset tetap secara terperinci berdasarkan
komponen yang signifikan dalam aset tetap. Setiap komponen yang signifikan dalam
suatu aset tetap, kemungkinan akan mempunyai massa manfaat yang berbeda. Dalam
hal ini perlu dibuat kebijakan perusahaan atau panduan mengenai ukuran (batas
nilai/persentase) suatu komponen aset tetap yang disusutkan secara terpisah.
Langkah yang harus diambil suatu entitas adalah:
(i) mengidentifikasikan komponen aset yang signifikan;
(ii) mengestimasikan masa manfaat dari masing-masing komponen;
(iii) mengestimasikan pola penggunaan masing-masing komponen dan
menentukan metode depresiasinya;
(iv) menghitung biaya depresiasi masing-masing komponen. Nilai
depresiasi untuk aset tersebut adalah nilai total untuk biaya depresiasi
setiap komponen. 

9
PENURUNAN NILAI
A. Pengertian Penurunan Nilai
Dalam kondisi di mana suatu entitas menghadapi penurunan nilai dari aset-
asetnya, maka banyak entitas yang melakukan penghapusan (write-off) terhadap aset
jangka panjangnya. Standar akuntansi menyatakan bahwa suatu entitas harus
mengevaluasi apakah terdapat suatu indikasi penurunan nilai terhadap aset yang
dimilikinya. Penurunan nilai dari aset merupakansuatu kondisi dimana nilai
tercatat dari aset (carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable
amount).

B. Indikasi Penurunn Nilai


PSAK 48 (revisi 2009) penurunan nilai aset menyatakan bahwa pada setiap
akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu
aset mengalami penurunan nilai. Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset
mungkin mengalami penurunan nilai, entitas harus mempertimbangkan minimum hal-
hal berikut ini.
Informasi dari sumber-sumber eksternal, antara lain sebagai berikut.
1. Selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun secara signifikan lebih
dari yang diharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian
normal.
2. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup
hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset di karyakan, yang
berdampak merugikan entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau
akan terjadi dalam waktu dekat.
3. Suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat
selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan memengaruhi
tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan
menurunkan nilai terpulihkan aset secara material.
4. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.

Informasi dari sumber-sumber internal, antara lain sebagai berikut.


1. Terdapat bukti mengenai keusahaan atau kerusakan fisik aset.

10
2. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan
yang berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara,
suatu aset digunakan atau diharapkan akan digunakan. Perubahan-
perubahan ini termasuk dalam hal aset menjadi tidak digunakan, rencana
untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang didalamnya suatu aset
digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang diharapkan
sebelumnya, dan penilaian ulang masa manfaat aset dari tidak terbatas
menjadi terbatas.
3. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja
ekonomi aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.
4. Untuk suatu investasi dalam entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian
bersama entitas yang disajikan dalam laporan keuangan terpisah
berdasarkan metode biaya, investor mengakui dividen dari investasi dan
terdapat bukti bahwa dividen melebihi total laba komprehensif entitas anak
dan entitas yang dikendalikan bersama dalam periode dividen diumumkan.

Daftar indikasi penurunan nilai di atas tidak dimaksudkan untuk mencakup


seluruh indikasi. Entitas mungkin mengidentifikasi indikasi-indikasi lainnya bahwa
suatu aset mungkin mengalami penurunan nilai.
Terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai, entitas juga harus melakukan
hal berikut.
1. Menguji penurunan nilai aset tetap berwujud dengan masa manfaat tidak
terbatas atau aset tak berwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan,
terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai, dengan membandingkan
nilai tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya. Pengujian penurunan nilai ini
dapat dilakukan kapan saja dalam suatu periode tahunan asalkan dilakukan
pada saat yang sama setiap tahunnya. Aset tak berwujud yang berbeda dapat
diuji penurunan nilainya pada waktu yang berbeda. Namun, untuk aset tak
berwujud yang baru diakui dalam periode tahun berjalan, Asep tak berwujud
tersebut diuji penurunan nilainya sebelum periode tahun berjalan berakhir.
2. Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi
bisnis secara tahunan. Setiap tahun perusahaan harus melakukan pengujian
penurunan nilai untuk goodwill. Apabila terdapat penurunan nilai perusahaan
harus mencatat impairment loss on Goodwill.
11
Namun, perhitungan terperinci terkini atas jumlah perpulihkan aset yang
dilakukan periode terdahulu dapat digunakan dalam menguji penurunan nilai untuk
aset tersebut pada periode berjalan, sepanjang semua kriteria berikut dipenuhi.
1. Jika aset tak berwujud tidak menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan
secara berkelanjutan yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari
aset-aset atau kelompok aset.
2. Perhitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu jumlah yang
melebihi jumlah tercatat aset dengan margin yang substansial.
3. Kecil kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan saat ini akan lebih
kecil dari jumlah tercatat aset.

Terlepas kapan evaluasi atas indikasi penurunan nilai dilakukan konsep


materialis diterapkan dalam mengidentifikasi apakah jumlah perpulihkan suatu aset
perlu diestimasi. Sebagai contoh, jika perhitungan sebelumnya menunjukkan bahwa
jumlah perpulihkan suatu aset lebih besar secara signifikan dari jumlah tercatatnya,
entitas tidak perlu mengestimasi ulang jumlah terpulihkan aset tersebut jika tidak
terdapat peristiwa yang akan menghapus selisih tersebut.
Selain itu, suatu indikasi yang ada bahwa aset mungkin mengalami penurunan
nilai dapat juga mengindikasikan bahwa sisa masa manfaat, metode depresiasi
(amortisasi) atau nilai residu aset perlu ditelaah kembali. Apabila terdapat perubahan
estimasi sisa manfaat, metode depresiasi (amortisasi) atau nilai residu aset maka suatu
entitas harus melakukan perubahan tersebut dengan sifat perubahannya sebagai
prospektif (perubahan yang dilakukan secara kedepan, tanpa melakukan restatement
terhadap laporan keuangan sebelumnya).

C. Pengukuran Penurunan Nilai


Setelah suatu entitas mengevaluasi adanya indikasi penurunan nilai, dan
ternyata menemukan adanya indikasi penurunan nilai maka harus dilakukan
pengujian atas penurunan nilai. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan
antara jumlah tercatat dari asset dengan jumlah terpulihkannya. Apabila tercatatnya
lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, maka selisih antara keduanya tersebut diakui
sebagai rugi penurunan nilai dan nilai tercatat asset diturunkan menjadi sebesar

12
jumlah terpulihkan tersebut. Apabila tercatat lebih rendah dari jumlah terpulihkan,
maka tidak terdapat penurunan nilai.
Apabila terdapat indikasi-indikasi penurunan nilai, maka entitas diharuskan
membuat estimasi formal jumlah terpulihkannya. Jumlah terpulihkan merupakan
jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar asset atau unit penghasil kas dikurangi
biaya penjualan dengan nilai pakainya. Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah
jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu asset atau unit penghasilan kas
dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa
tekanan, dikurangi biaya pelepasan asset. Nilai ini mencerminkan nilai yang dapat
dihasilkan oleh asset tersebut bila asset terjual setelah dikurangi biaya untuk
melakukan penjualan. Sedangkan nilai pakai adalah nilai kini dari taksiran arus kas
yang diharapkan akan diterima dari suatu asset atau unit penghasil kas.
Nilai pakai ini mencerminkan nilai kini dari ekspektasi arus kas yang akan dihasilkan
oleh aset tersebut apabila digunakan dan nilai penjualan dari aset tersebut pada saat
akhir masa manfaat aset.
Sebagai ilustrasi, PT laut biru pada 31 Desember 2015 melakukan pengujian
atas penurunan nilai atas aset perusahaan yaitu bangunan akibat adanya krisis
ekonomi yang menurunkan nilai dari aset perusahaan. Berdasarkan pengujian maka
didapat beberapa informasi sebagai berikut.

Harga Jual = Rp. 350.000.000


Biaya Penjualan = Rp. 8.000.000
Nilai Pakai (Value in use) = Rp. 260.000.000

Bangunan kantor tersebut diperoleh dari 1 Januari 2011 dengan biaya


perolehan sebesar Rp. 400.000.000. PT Laut Baru memperkirakan masa manfaat dari
bangunan tersebut adalah 20 tahun dan memiliki nilai residu Rp. 20.000.000. PT Laut
Baru menggunakan metode garis lurus dalam menyusutkan aset tetapnya.

Nilai Tercatat Bangunan Kantor per 31 Desember 2015


Biaya Perolehan = Rp. 400.000.000
Akumulasi Penyusutan = 5 x (400.000.000 – 20.000.000) = Rp. 95.000.000
13
20 Tahun
Nilai tercatat per 31 Desember 2015 = Rp. 305.000.000
Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka dapat dihitung nilai wajar dikurangi biaya
penjualan adalah sebesar Rp. 342.000.000 (Rp. 350.000.000 – Rp. 8.000.000) dan
nilai pakai adalah Rp. 260.000.000. Berdasarkan kedua nilai tersebut maka jumlah
terpulihkan adalah Rp. 342.000.000. Jumlah tersebut masih lebih tinggi dari jumlah
tercatat aset, sehingga tidak terjadi penurunan nilai.
Apabila informasi dari PT. Laut Baru sama, kecuali bahwa nilai wajar
dikurangi biaya penjualan adalah Rp. 242.000.000 (Rp. 250.000.000–Rp. 8.000.000).
Oleh karena itu, jumlah terpulihkan aset menjadi sebesar nilai pakainya Rp.
260.000.00, karena nilai pakai lebih besar dari nilai wajar dikurangi biaya penjualan.
Dalam contoh ini maka terjadi penurunan nilai aset karena jumlah tercatat aset lebih
besar dari jumlah terpulihkan dan perusahaan akan mengakui kerugian penurunan
nilai yang dicatat sebagai berikut.

Rugi penurunan nilai – Aset Tetap Rp. 45.000.000


Akumulasi penurunan nilai – Aset tetap Rp. 45.000.000

D. Pengakuan Rugi Penurunan Nilai


Rugi penurunan nilai adalah nilai terpulihkan lebih kecil dari nilai tercatat,
nilai tercatat asset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan.
Rugi penurunan nilai asset yang tidak direvaluasi diakui dalam laporan laba
rugi komprehensif. Namun demikian, kerugian penurunan nilai atas asset revaluasian
diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai
tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk asset yang sama. Rugu penurunan nilai
atas asset revaluasian mengurangi surplus revaluasi untuk asset tersebut. Ketika
jumlah estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari nilai tercatat asset yang terkait,
entitas mengakui liabilitas jika, dan hanya jika, hal ini disyaratkan oleh standar
akuntansi lainnya. Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan
(amortisasi) asset disesuaikan di masa depan untuk mengalokasikan nilai tercatat asset
revision, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara sisitematis selama sisa
manfaatnya.

E. Dasar Estimasi Arus Kas Masa Depan


1. Asumsi yang masuk akal dan didukung oleh fakta atau teori.
14
2. Anggaran keuangan terbaru dan telah disahkan manajemen
3. Tidak memasukkan komponen arus kas masa depan dari restrukturisasi
4. Penggunaan dasaran kepada anggaran hanya meliputi periode 5 tahun, kecuali jika
periode yangg lebih lama dapat dijustifikasi.
5. Periode setelah anggaran menggunakan tingkat pertumbuhan tetap atau menurun,
kecuali jika pertumbuhan naik dapat dijustifikasi
6. Tingkat pertumbuhan dalam proyeksi tidak boleh melebihi rata-rata jangka
panjang pertumbuhan untuk produk, industri, atau negara tempat entitas
beroperasi atau pasar dimana aset digunakan, kecuali jika tingkat yang lebih tinggi
dapat dijustifikasi.

F. Penurunan Nilai Pada Unit Penghasil Kas


Unit Penghasil Kas (UPK) asset adalah kelompok terkecil dari asset yang
termasuk asset tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus
kas masuk dari asset atau kelompok asset lain. Jika terdapat indikasi bahwa suatu
asset turun nilainya, jumlah terpulihkan diestimasi untuk asset individual. Jika tidak
mungkin mengestimasi jumlah terpulihkan asset individual, entitas menentukan nilai
terpulihkan dari UPK yang mana asset tercakup (asset dari unit penghasil kas),
mengidentifikasi UPK memerlukan pertimbangan tersendiri. Jika jumlah terpulihkan
tidak dapat ditentukan untuk asset individual, entitas mengidentifikasi agregasi
terendah atas asset yang menghasilkan arus kas masuk yang berdiri sendiri. UPK
diidentifikasi secara konsisten dari periode ke periode untuk asset atau jenis asset
yang sama, kecuali perubahan dapat dijustifikasi.
Berikut merupakan contoh dari UPK. Suatu entitas pertambangan memiliki
jalur kereta api pribadi untuk mendukung aktivitas pertambangannya. Jalur kereta api
pribadi dapat dijual hanya untuk nilai sisanya dan itu tidak menghasilkan arus kas
masuk yang independen dari arus kas masuk dari aset lain pertambangan itu. Tidak
dimungkinkan mengestimasi jumlah terpulihkan dari jalur kereta pribadi itu karena
nilai pakainya tidak dapat ditentukan dan kemungkinan berbeda dari nilai sisanya.
Oleh karena itu, entitas mengestimasi jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas di
mana jalur kereta pribadi tersebut tercakup, yaitu pertambangan itu secara
keseluruhan. Berdasarkan contoh ini maka agregasi terendah dari aset yang
menghasilkan arus kas masuk adalah pertambangan tersebut. Oleh karena itu,

15
pertambangan dianggap sebagai suatu UPK yang akan dievaluasi indikasi penurunan
nilainya dalam satu satuan aset yaitu pertambangan.
Jumlah terpulihkan dari UPK adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai
wajar unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya. Entitas
menggunakan estimasi terbaik manajemen mengenai harga masa depan yang dapat
tercapai dalam transaksi wajar dalam mengestimasi: a)Arus kas masa depan dan
b)Arus kas keluar masa depan
1. Jumlah tercatat dari UPK
Mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan
langsung, atau dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke UPK dan
akan menghasilkan arus kas masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai
unit penghasil kas; dan tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang
diakui, kecuali jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan
tanpa mempertimbangkan liabilitas tersebut.
2. Jumlah terpulihkan dari suatu asset individual tidak dapat ditentukan bahwa:
 Nilai pakai asset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi
nilai biaya penjualan (contoh, apabila arus kas masa depan dari
penggunaan asset); dan
 Asset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok
asset lain.
Entitas menggunakan estimasi terbaik manajemen mengenai harga masa depan
yang dapat dicapai dalam transaksi wajar dalam mengestimasi: (a) arus kas masuk
masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai aset atau nilai pakai unit
penghasil kas; dan (b) arus kas keluar masa depan yang digunakan untuk menentukan
nilai pakai dari setiap aset atau unit penghasil kas lain yang dipengaruhi oleh
penetapan harga transfer internal.
Seperti halnya penjelasan sebelumnya di mana pengakuan rugi penurunan
nilai dilakukan apabila jumlah tercatat lebih tinggi dari jumlah terpulihkan. Sebagai
contoh Water Park Entertainment Center melakukan leasing tanah kepada pemerintah
daerah dan berjanji untuk melakukan restorasi atas lahan tersebut ketika
mengembalikan lahan kepada pemerintah. Provinsi atas biaya restorasi tersebut
sebesar Rp. 400 juta. Karena adanya pembukaan taman bermain di sekitar lokasi,
maka Water Park Entertainment ntertainment Center mengalami kerugian sejak 2008,

16
karena itu Water Park Entertainment Center menguji indikasi penurunan nilai.
Terdapat penawaran pembelian atas Water Park Entertainment Center pada nilai Rp
1,8 miliar. Nilai pakai yang didapat dari nilai kini (present value-PV) dari ekspektasi
arus kas masuk hingga periode pengembalian tanah kepada pemerintah adalah Rp 1,8
miliar (tidak termasuk biaya restorasi). Jumlah tercatat dari Water Park Entertainment
Center pada akhir 2007 adalah sebesar Rp 2 miliar.
Untuk menentukan apakah perlu diakui kerugian penurunan nilai maka perlu
ditentukan nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai dan dibandingkan
dengan jumlah tercatat. Berdasarkan informasi di atas maka nilai wajar dikurangi
biaya penjualan adalah sebesar Rp 1,8 miliar dan nilai pakai Water Park
Entertainment Center adalah Rp 1,4 miliar (Rp 1,8 miliar - Rp 400 juta). Jumlah
tercatat dari waterpark Entertainment center adalah Rp 1,6 miliar ( Rp 2 miliar - Rp.
400 juta). Jumlah terpulihnya adalah sebesar 1,8 miliar dan nilai tersebut masih lebih
tinggi dari jumlah tercatatnya. Oleh karena itu, tidak ada rugi penurunan nilai yang
diakui.

G. Unit Penghasil Kas


Rugi Penurunan Nilai diakui untuk UPK jika, dan hanya jika, jumlah
terpulihkan dari unit tersebut (kelompok dari unit) < jumlah tercatatnya, dialokasikan
untuk mengurangi jumlah tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit) dengan
urutan, pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang
dialokasikan ke unit penghasil kas (kelompok dari unit); dan selanjutnya, ke aset lain
dari unit tersebut dibagi pro rata atas dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit
tersebut (kelompok dari unit). Dalam mengalokasikan rugi penurunan nilai, entitas
tidak harus mengurangi jumlah tercatat. Aset dengan jumlah yang tertinggi dari:
 Nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (jika ditentukan)
 Nilai pakainya (jika dapat ditentukan)
 Nol

H. Goodwill
Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwiil yang diperoleh dalam suatu
kombinasi bisnis harus, sejak tanggal akuisisi, dialokasikan pada unit penghasil kas
pihak pengakuisisi, (atau kelompok unit penghasil kas) yang diharapkan memberikan

17
manfaat dari senergi kombinasi. Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk menurunkan
jumlah tercatat dari asset dengan tahapan sebagai berikut:
 Pertama, menurunkan jumlah tercatat dari goodwill yang telah dialokasikan
pada UPK
 Kedua, mengalokasikan pada asset lainnya pada UPK secara perorate dari
jumlah tercatat pada masing-masing asset dalam UPK.

Sebagai ilustrasi, PT. Lolipop melakukan pengujian atas penurunan nilai UPK
Z dan memperoleh informasi sebagai berikut.

Jumlah Tercatat
Goodwill Rp. 1.000.000.000
Aset tetap, pada biaya terdepresiasi Rp. 3.000.000.000
Aset takberwujud, pada biaya terdepresiasi Rp. 2.000.000.000
Properti investasi, pada biaya terdeprisiasi Rp. 2.500.000.000
Aset keuangan, pada nilai wajar Rp. 1.070.000.000
Persediaan, pada biaya Rp. 500.000.000
Piutang dagang Rp. 1.300.000.000
Total Rp. 11.370.000.000

Setelah melakukan pengujian penurunan nilai, PT. Lolipop menemukan bahwa


jumlah terpulihkan pada UPKZ adalah Rp. 8.000.000.000 dan properti investasi
adalah Rp. 2.000.000.000. Alokasi penurunan nilai pada aset individual adalah
sebagai berikut.
Pertama, kerugian penurunan nilai yang diakui adalah terhadap properti
investasi yang memiliki nilai wajar yang jelas yaitu Rp. 2.000.000.000 sehingga
diakui penurunan nilai sebesar Rp. 500.000.000. Jurnal untuk mengakui penurunan
nilai adalah sebagai berikut.

Rugi penurunan nilai – Properti Investasi Rp. 500.000.000


Properti Investasi Rp. 500.000.000

18
Kedua, membandingkan jumlah tercatat dengan jumlah terpulihkan. Nilai
tercatat UPK Z kini adalah Rp.10.870.000.000 (Rp.11.370.000.000 – Rp.
500.000.000). Nilai tersebut lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, sehingga PT.
Lolipop akan mengakui kerugian penurunan nilai pada UPK Z sebesar Rp.
2.870.000.000 (Rp. 10.870.000.000 – Rp. 8.000.000.000). Jumlah kerugian tersebut
hanya dialokasikan pada aset tetap dan aset takberwujud karena properti investasi
telah diturunkan nilainnya menjadi sebesar jumlah terpulihkan dan aset selain aset
tetap dan aset takberwujud di luar dari ruang lingkup PSAK 48. Alokasi kerugian
penurunan nilai adalah sebagai berikut.

Jumlah Alokasi Kerugian Jumlah Tercatat Setelah


Tercatat Penurunan Nilai Alokasi Penurunan Nilai

(Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta)


Goodwill 1.000 -1.000 0
Aset tetap 3.000 -1.122 1.878
Aset takberwujud 2.000 -748 1.252
Properti investasi
(Rp 2,5 miliar - Rp 500 juta) 2.000 - 2.000
Aset keuangan 1.070 - 1.070
Persediaan 500 - 500
Piutang dagang 1.300 - 1.300
Total 10.870 -2.870 8.000

Pertama, dialokasikan terlebih dahulu pada nilai goodwill yaitu sebesar


Rp1.000.000.000. Kedua, dialokasikan pada aset tetap dan aset takberwujud. Alokasi
terhadap aset tetap adalah sebagai berikut.
Alokasi Kerugian Penurunan Nilai pada Aset Tetap
= (Rp. 2.870.000 – Rp. 1.000.000) x Rp. 3.000.000
(Rp. 3.000.000.000 + Rp. 2.000.000.000)
= Rp. 1.122.000.000

Alokasi terhadap aset takberwujud adalah sebagai berikut.


Alokasi Kerugian Penurunan Nilai pada Aset takberwujud
= (Rp. 2.870.000 – Rp. 1.000.000) x Rp. 2.000.000
(Rp. 3.000.000.000 + Rp. 2.000.000.000)

19
= Rp. 748.000.000

Pencatatan atas alokasi tersebut adalah sebagai berikut.


Rugi penurunan nilai – Aset Tetap Rp. 2.870.000.000
Goodwill Rp. 1.000.000.000
Aset tetap Rp. 1.122.000.000
Aset takberwujud Rp. 748.000.000

I. Asset Korporat
Asset korporat termasuk asset kelompok atau divisi seperti bangunan kantor
pusat atau divisi dari entitas, perlengkapan EDP, atau pusat penelitian, karakteristik
khusus asset korporat adalah bahwa asset korporat tidak menghasilkan arus kas masuk
secara independen dari asset atau kelompok asset lain dan jumlah tercatatnya tidak
sepenuhnya diatribusikan ke unit penghasil kas yang sedang ditelaah. Jika sebagian
jumlah tercatat asset korporat, adalah sebagai berikut:
 Dapat dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten terhadap unit
tersebut, entitas membandingkan jumlah tercatat dari unit (termasuk porsi dari
jumlah tercatat aset korporat yang dialokasikan ke unit tersebut) dengan
jumlah terpulihkan. Entitas harus mengakui setiap rugi penurunan nilai.
 Tidak dapat dialokasikan pada suatu dasar yang layak dan konsisten ke unit
itu, entitas harus:
(i) membandingkan jumlah tercatat unit, di luar aset korporat, dengan
jumlah terpulihkan dan mengakui setiap rugi penurunan nilai;
(ii) mengidentifikasi kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang
mencakup unit penghasil kas yang ditelaah dan yang sebagian dari
jumlah tercatat aset korporat dapat dialokasikan atas dasar yang layak
dan konsisten; dan
(iii) membandingkan jumlah tercatat dari kelompok unit penghasil
kas tersebut (termasuk bagian dari jumlah tercatat aset korporat yang
dialokasikan ke kelompok dari unit tersebut) dengan jumlah
terpulihkan dari kelompok unit itu. Setiap rugi penurunan nilai diakui.

20
J. Pemulihan Rugi Penurunan Nilai
Entitas menilai pada akhir setiap periode pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa
rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset (selain
goodwill, karena untuk goodwill tidak diperbolehkan adanya pemulihan rugi
penurunan nilai) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. Misalkan pada
akhir periode 20X7 terjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga
menyebabkan perusahaan harus melakukan penurunan nilai atas asetnya. Namun,
pada tahun 20X9 terjadi perbaikan kondisi perekonomian sehingga terdapat indikasi
kondisi pemulihan penurunan nilai. Jika indikasi dimaksud ditemukan, entitas
mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Dalam menilai apakah terdapat
indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada periode-periode
sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah
menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini.
 Infomasi yang bersumber dari luar, antara lain:
- Nilai wajar aset telah meningkat secara signifikan selama periode
tersebut.
- Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah
terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat, dalam
hal teknologi, pasar, kondisi ekonomi maupun legal tempat entitas
beroperasi atau di pasar tempat aset itu didedikasikan.
- Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain
telah turun selama periode itu, dan penurunan itu sepertinya akan
memengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai
pakai aset sehingga meningkatkan jumlah terpulihkan secara material.

 Informasi yang bersumber dari dalam, antara lain:


- Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi entitas telah
terjadi selama periode tersebut, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu
dekat, seberapa jauh dan cara, aset tersebut digunakan atau diharapkan
untuk digunakan. Perubahan ini termasuk biaya-biaya yang timbul selama
periode tersebut untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset atau
merestrukturisasi operasi di tempat aset tersebut tercakup.

21
- Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja
ekonomi aset lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.

Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode


sebelumnya untuk aset selain goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika,
terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah
terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui. ka
kasusnya seperti ini, jumlah tercatat aset, dinaikkan ke jumlah terpulihkannya.
Kenaikan ni merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai. Jumlah
tercatat aset yang meningkat har selain goodwill), yang disebabkan
pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh melebihi mlah tercatat (neto
setelah amortisasi atau depresiasi) seandainya aset tidak mengalami rugi
penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya. Pembalikan rugi penurunan nilai
untuk aset (selain podwill) diakui segera dalam laba rugi. Setiap pemulihan
rugi penurunan nilai aset revaluasian harus diperlakukan sebagai kenaikan
penilaian kembali sesuai dengan PSAK terkait.
Melanjutkan ilustrasi pada PT Laut Baru, pada 1 Januari 20X8, PT
Laut Baru melakukan review untuk mengidentifikasi apakah terdapat indikasi
bahwa rugi penurunan nilai aset yang telah diakui pada tahun-tahun
sebelumnya tidak ada lagi atau menurun. Dari hasil review tersebut, diperoleh
hasil bahwa nilai pakai dari bangunan tersebut meningkat menjadi Rp.
280.000.000.
Nilai tercatat bangunan kantor per 1 Januari 2018 (seharusnya)
Biaya perolehan = Rp. 400.000.000
Akumulasi penyusutan = 7 x (400.000.000 – 20.000.000) = Rp. 133.000.000
20 tahun
Nilai tercatat per 1 Januari 2018 = Rp. 267.000.000

Nilai tercatat bangunan kantor per 1 Januari 2018 (setelah ada penurunan nilai)
Nilai tercatat pada 31 Desember 2015 = Rp. 400.000.000
Akumulasi penyusutan = 2 x (260.000.000 – 20.000.000) = Rp. 32.000.000
15 tahun
22
Nilai tercatat per 1 Januari 2018 = Rp. 228.000.000

Recoverable amount per 1 Januari 2018 = Rp. 280.000.000


Nilai tercatat aset (Rp228.000.000) harus dinaikkan kembali menjadi sebesar
recoverable amount (Rp280.000.000). Akan tetapi, karena recoverable amount lebih
besar dari nilai tercatat yang seharusnya (Rp267.000.000), maka aset hanya boleh
dinaikkan kembali menjadi sebesar nilai tercatat seharusnya, yaitu sebesar
Rp39.000.000 (Rp267.000.000-Rp228.000.000). Jurnal untuk mencatat pemulihan
tersebut adalah sebagai berikut.
Akumulasi penurunan nilai bangunan kantor Rp. 39.000.000
Laba pemulihan kembali nilai aset tetap Rp. 39.000.000

Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu unit penghasil kas dialokasikan
kepada aset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) prorata dengan jumlah tercatat dari
aset-asetnya. Dalam mengalokasikan pembalikan rugi penurunan nilai untuk unit
penghasil kas, jumlah tercatat aset tidak boleh dinaikkan di atas nilai yang terendah
dari:
1. Jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan
2. Jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto)
seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut
dalam periode sebelumnya.

Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan


untuk aset tersebut harus dialokasikan prorata ke aset lain dari unit itu, kecuali untuk
goodwill.

23
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan
penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap
pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat
terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Terdapat beberapa metode dalam
perhitungan depresiasi, sebagai berikut: metode garis lurus, metode pembebanan menurun
metode unit produksi.

Penurunan nilai akan membuat aset entitas mencerminkan manfaat ekonomi di masa
depan dan tidak akan dicatat melebihi potensi manfaat ekonomi yang akan diterima entitas di
masa mendatang. Penurunan nilai didasarkan pada konsep konservatif, kehati-hatian dan
relevansi informasi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Martani, Dwi., ddk. 2016. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK (Edisi 2 Buku 1).
Jakarta: Salemba Empat.

25

Anda mungkin juga menyukai