Anda di halaman 1dari 31

DEPRESIASI, IMPAIRMEN,

DAN DEPLESI

OLEH:

Ni Wayan Krisna Darma Yanti 1417051122


I Made Dwija Putra 1417051126
I Made Riandika Dwi Yoga 1417051138
Luh Tami Astini 1417051141
Made Dian Ratna Merta Sari 1417051149

AKUNTANSI PROGRAM S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya kita
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hutang Jangka Panjang ini tepat waktu.
Makalah ini merupakan makalah lanjutan dari kelompok sebelumnya yang membahas
mengenai Pelunasan Obligasi Berseri Sebelum Saat Jatuh Tempo, Prosedur Amortisasi
Agio atau Disagio Obligasi Berseri Jika Tahun Buku Tidak Sama dengan Tahun
Obligasi, Pertukaran Obligasi, dan Pelunasan Obligasi dengan Menggunakan Dana yang
Diperoleh dari Pengeluaran Obligasi Baru.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini tentunya masih sangat jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun berharap saran dan kritikan yang
konstruktif dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Dan akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun
sendiri dan seluruh pembaca pada umumnya.

Singaraja, 04 Juni 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PRAKATA.............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Depresiasi ....................................................................................................... 3

2.2 Metode Depresiasi ........................................................................................................ 4

2.3 Penghitungan Beban Depresiasi ................................................................................... 5

2.4 Perhitungan Depresiasi Tahun Utuh ............................................................................. 5

2.5 Sistem Depresiasi .......................................................................................................... 9

2.6 Depresiasi Periode Parsiasl ...........................................................................................13

2.7 Depresiasi Komponen Aset...........................................................................................17

2.8 Penurunan Nilai Aset Tetap ..........................................................................................18

2.9 Aset Sumber Alam ........................................................................................................22

2.10 Revaluasi Aset Tetap ...................................................................................................25

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ......................................................................................................................27


DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Asset tetap baik secara langsung maupun tidak langsung memberi kontribusi
pada penciptaan pendapatan dan asset tetap juga memiliki manfaat yang terbatas. Hal
tersebutlah yang menyebabkan mengapa asset tetap perlu didepresiasi. Untuk
menghitung depresiasi secara sistematis dan rasional diperlukan suatu metode
depresiasi, dimana penentuan beban depresiasi akan tergantung pada pemilihan
metode depresiasi yang tepat.
Selain harus melakukan depresiasi, perusahaan juga mengalami penurunan
nilai asset tetapnya. Penurunan nilai asset tetap disebabkan oleh krisis yang melanda
dunia yang mempengaruhi kinerja institusi keuangan dan non-keuangan. Semua aset
memiliki potensi mengalami penurunan nilai, namun ada yang diatur sendiri dalam
standar aset terkait atau diatur umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan Nilai.
Penurunan nilai atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer dalam
akuntansi saat PSAK mengadopsi IFRS. Istilah impairment sudah lama dikenal dalam
akuntansi khususnya aset tetap. PSAK berbasis IFRS menggunakan istilah penurunan
nilai tak hanya untuk aset tetap tetapi juga untuk aset tak berwujud, goodwill, aset
keuangan dan investasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang yang telah disampaikan, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep depresiasi?
2. Bagaimana pengklasifikasian metode depresiasi?
3. Bagaimana penghitungan beban depresiasi?
4. Bagaimana perhitungan depresiasi tahun utuh?
5. Bagaimana sistem penghitungan depresiasi?
6. Bagaimana perhitungan depresiasi periode parsial?
7. Bagaimana depresiasi komponen asset?
8. Bagaimana penurunan nilai asset tetap?

1
9. Bagaimana penghitungan deplesi?
10. Bagaimana penghitungan revaluasi asset tetap?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep depresiasi?
2. Untuk mengetahui pengklasifikasian metode depresiasi?
3. Untuk mengetahui penghitungan beban depresiasi?
4. Untuk mengetahui perhitungan depresiasi tahun utuh?
5. Untuk mengetahui sistem penghitungan depresiasi?
6. Untuk mengetahui perhitungan depresiasi periode parsial?
7. Untuk mengetahui depresiasi komponen asset?
8. Untuk mengetahi penurunan nilai asset tetap?
9. Untuk mengetahui penghitungan deplesi?
10. Untuk mengetahui penghitungan revaluasi asset tetap?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DEPRESIASI

Depresiasi adalah proses sistematis dan rasional untuk mengalokasi kos atau biaya
aset tetap selama taksiran manfaat aset tetap dan pembebanannya pada perioda yang
menerima manfaat aset tetap tersebut.

Gambar 1. Proses Depresiasi

KOS/BIAYA ALOKASI
BEBAN
PEMEROLEHAN SECARA
DEPRESIASI
ASET TETAP RASIONAL DAN
SISTEMATIS

Ada dua alasan utama yang mendasari depresiasi aset tetap , yaitu aset tetap secara
langsung dan tidak langsung memberi kontribusi pada penciptaan pendapatan dan aset
tetap memiliki manfaat yang terbatas. Alasan pertama berhubungan dengan matching
concept yang menekankan pada penentuan laba perusahaan secara wajar dengan
menandingkan semua beban yang terjadi untuk menciptakan pendapatan selama
perioda tertentu. Alasan kedua berhubungan dengan karakteristik aset tetap yang
semakin lama kemampuannya semakin rendah. Selain itu, kemampuan aset tetap
berhubungan dengan teknologi yang semakin usang sehingga kurang mampu
menciptakan nilai dan bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan aset tetap
yang teknologinya lebih canggih.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam membebankan kos aset kepada
pendapatan sebagai depresiasi:
(1) Basis depresiasi: kos aset terdepresiasikan (depreciable cost or asset).
(2) Taksiran manfaat aset tetap.
(3) Metoda yang sesuai dengan pola pemanfaatan aset tetap tertentu.
Kos didepresiasikan diperoleh dengan mengurangkan kos awal (original cost) dengan
taksiran niali residu (residual value) atau nilai penghentian (disposal value). Taksiran
nilai residu adalah taksiran taksiran nilai aset tetap yang dapat diperoleh kembali pada

3
akhir umur ekonomis aset tersebut. Sebagai ilustrasi, jika suatu aset memiliki kos Rp
100.000.000 dan taksiran nilai residu Rp 10.000.000, kos aset didepresiasikan sebesar
Rp 90.000.000.
Taksiran manfaat ekonomis aset tetap adalah taksiran manfaat suatu aset tetap untuk
memberikan manfaat atau dapat beroperasi secara ekonomis. Taksiran manfaat
ekonomis digunakan sebagai dasar alokasi kos aset tetap. Taksiran manfaat ekonomis
aset tetap dapat berupa (1) taksiran manfaat umur (bulan, tahun), (2) taksiran manfaat
keluaran yang dihasilkan (jumlah unit produksi), (3) taksiran manfaat jasa (jam,
jarak), dan lain-lain.
Ada dua taksiran manfaat aset tetap yang paling mendasar, yaitu (1) taksiran manfaat
secar fisik, dan (2) taksiran manfaat secara ekonomis. Taksiran manfaat secara fisik
menunjukkan kemampuan fisik aset tetap untuk beroperasi selama jangka waktu
tertentu tetapi belum tentu dapat beroperasi secara ekonomis. Taksiran manfaat
ekonomis dihubungkan dengan kemampuan aset tetap tertentu untuk beroperasi
secara ekonomis. Taksiran manfaat secara ekonomis berkaitan dengan kemampuan
aset tetap untuk beroperasi dengan asumsi manfaat lebih besar dari biaya yang terjadi.
Faktor ekonomi berhubungan dengan ketidakcukupan (tidak sesuai permintaan atau
kebutuhan kini), ganti yang lebih ekonomis (super-sesi), dan kekunoan (usang).

2.2 METODA DEPRESIASI


Penentuan beban depresiasi tergantung pada pemilihan metoda depresiasi yang tepat.
Metoda depresiasi yang sering digunakan adalah metoda yang perhitungannya
sistematis dan rasional. Berdasar basis pembebanannya, metoda depresiasi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
(a) Metoda-metoda depresiasi berdasar waktu:
a. Metoda pembebanan tetap
(1) Metoda garis lurus (straight line)
b. Metoda pembebanan menurun
(1) Metoda jumlah angka tahun (sum-of-the-years digits)
(2) Metoda saldo menurun ganda (double declining method)
(b) Metoda-metoda depresiasi berdasar kegiatan (activity method)
a. Metoda unit output
b. Metoda unit jasa
(c) Metoda-metoda depresiasi khusus:

4
a. Metoda persediaan
b. Metoda penggantian dan penempatan
c. Metoda grup dan umur komposit
(d) Metoda nilai tunai

2.3 PERHITUNGAN BEBAN DEPRESIASI


Untuk menghitung depresiasi secara sistematis dan rasional diperlukan suatu metoda
depresiasi. Setiap metoda membutuhkan tiga komponen, yaitu basis depresiasi, tarif
depresiasi, dan perioda depresiasi. Metoda apapun yang digunakan membutuhkan tiga
komponen tersebut. Besarnya beban depresiasi dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
D = B x T (%) x P

Dalam hal ini, D = Beban Depresiasi;


T = Tarif Depresiasi; dan P = Perioda Depresiasi.
Perhitungan depresiasi untuk perioda satu tahun utuh dan perioda tahun parsial.
Berikut ini ilustrasi perhitungan depresiasi dalam tahun utuh dan tahun parsial.

2.4 PERHITUNGAN DEPRESIASI TAHUN UTUH


Metoda garis lurus merupakan metoda yang paling sederhana. Metoda ini berasumsi
bahwa aset tetap memberi manfaat yang sama setiap perioda selama jangka waktu
manfaatnya. Depresiasi dibebankan dalam jumlah yang sama selama taksiran manfaat
ekonomis aset tetap.

Ilustrasi 1.

Diketahui data aset tetap mesin PT Ambar sebagai berikut:


Kos mesin Rp 200.000.000
Taksiran nilai residu mesin Rp 15.000.000
Kos didepresiasi Rp 185.000.000
Taksiran umur ekonomis 5 tahun
Tanggal pembelian mesin 1 Januari 2010

5
Taksiran unit produk yang dapat dihasilkan oleh mesin ini adalah 100.000 unit. Unit
produk dihasilkan sejak tahun 2010 sampai dengan 2014, sebagai berikut: 20.000;
20.000; 20.000; 22.000; dan 18.000 unit. Hitunglah depresiasi sejak tahun 2009 s.d.
2014 dengan menggunakan: metoda garis lurus, metoda saldo menurun ganda, metoda
jumlah angka-angka tahun, dan metoda unit dihasilkan!

Metoda Garis Lurus (Straight Line Method)


Basis yang digunakan metoda ini adalah biaya/kos didepresiasi. Berdasar rumus
diatas, depresiasi setiap tahun dapat dihitung sebagai berikut:
Basis Depresiasi = Rp200.000.000 Rp15.000.000 = Rp185.000.000
Tarif = 1/5 x 100% = 20 %
Perioda depresiasi 12 bulan = 12/12 = 1

Dengan demikian depresiasi per tahun dihitung sebagai berikut:


D = Rp185.000.000 x 20 % x 12/12
D = Rp37.000.000
Tahun berakhirnya depresiasi adalah tahun 2014. Pada tahun ini nilai buku mesin
harus menjadi sebesar nilai residu, yaitu Rp15.000.000. tabel disusun dalam satuan
ribuan rupiah (Rp000). Tabel depresiasi selama taksiran umur manfaat sebagai
berikut:

Perioda Basis Tarif Perioda Depresiasi Akumulasi Nilai


Awal Depresiasi Buku

Rp200.000

2010 Rp185.000 0,2 1 Rp37.000 Rp37.000 163.000


2011 185.000 0,2 1 37.000 74.000 126.000
2012 185.000 0,2 1 37.000 111.000 89.000
2013 185.000 0,2 1 37.000 148.000 52.000
2014 185.000 0,2 1 37.000 185.000 15.000

Metoda Jumlah Angka-Angka Tahun (Sun Of The Years Digits)


Berdasar metoda ini depresiasi tahun-tahun awal lebih tinggi dibandingkan dengan
tahun-tahun akhir. Oleh karena itu metoda ini dikenal dengan metoda depresiasi
dipercepat. Metoda ini berasumsi manfaat mesin akan lebih besar digunakan pada
tahun-tahun awal dibandingkan dengan tahun-tahun akhir. Berdasarkan rumus diatas,
depresiasi setiap tahun dapat dihitung sebagai berikut:

6
1. Basis depresiasi adalah sebesar kos didepresiasi = Rp200.000.000
Rp15.000.000 = Rp185.000.000.
2. Tarif setiap tahun berbeda dihitung dengan rumus = Angka Tahun/Jumlah
Angka Tahun.
3. Jumlah angka-angka tahun dihitung dengan rumus = [n (n + 1)]/2, dalam hal ini
n adalah angka tahun terbesar.
4. Jumlah angka tahun = [5 (5 + 1)]/2 = 15, maka tarif setiap tahun sebagai berikut:
Perioda Tarif
1 5/15*
2 4/15
3 3/15
4 2/15
5 1/15

Perioda depresiasi 12 bulan = 12/12 = 1


Tahun berakhirnya depresiasi adalah tahun 2014. Pada tahun ini nilai buku mesin
harus menjadi sebesar nilai residu, yaitu Rp15.000.000. Tabel disusun dalam satuan
ribu rupiah (Rp000). Tabel depresiasi mesin selama taksiran umur manfaat, sebagai
berikut:

Perioda Basis Tarif Perioda Depresiasi Akumulasi Nilai buku


Awal Depresiasi

Rp200.000

2010 Rp185.000 0,33 1 Rp61.667 Rp61.667 138.333


2011 185.000 0,27 1 49.333 111.000 89.000
2012 185.000 0,20 1 37.000 148.000 52.000
2013 185.000 0,13 1 24.667 172.667 27.333
2014 185.000 0,07 1 12.333 185.000 15.000

Metoda Saldo Menurun Ganda (SMG) (Double Declining Balance Method)


Metoda SMG merupakan salah satu metoda depresiasi dipercepat. Ciri metoda ini,
tarifnya tetap, namun basisnya menurun. Berdasarkan rumus di atas, depresiasi setiap
tahun dapat dihitung sebagai berikut:
Basis depresiasi adalah nilai buku mesin yang jumlahnya berubah menurun sepanjang
umur manfaat = NB awal tahun = Kos/Biaya Akumulasi Depresiasi Mesin
Tarif depresiasi = 2 x tarif Metoda GL = 2 x 20% = 40%
Perioda depresiasi 12 bulan = 12/12 = 1

7
Tahun berakhirnya depresiasi adalah tahun 2014. Pada tahun ini nilai buku mesin
harus menjadi sebesar nilai residu, yaitu Rp15.000.000. Tabel disusun dalam satuan
ribu rupiah (Rp000). Tabel depresiasi mesin selama taksiran umur manfaat, sebagai
berikut:
Perioda Basis Tarif Perioda Depresiasi Akumulasi Nilai
Awal Depresiasi buku

Rp200.000

2010 Rp185.000 0,40 1 Rp80.000 Rp80.000 120.000


2011 185.000 0,40 1 48.000 128.000 72.000
2012 185.000 0,40 1 28.800 156.800 43.200
2013 185.000 0,40 1 17.280 174.080 25.920
2014 185.000 0,40 1 10.920 185.000 15.000

Dalam kasus ini diketahui taksiran nilai residu sebesar Rp15.000.000, sehingga
besarnya beban depresiasi pada tahun 2014 harus dibulatkan sehingga NB Mesin
menjadi sebesar nilai residu.

Metoda Unit Dihasilkan


Berdasarkan metoda ini, kos atau biaya esin dialokasikan berdasar jumlah unit produk
yang dihasilkan. Langkah pertama adalah menghitung besarnya depresiasi per unit
produk dengan menggunakan rumus:
Depresiasi per unit = (Kos/Biaya Taksiran NR)/Taksiran Unit Dihasilkan
Depresiasi per unit = (Rp200.000.000 Rp15.000.000)/100.000 unit
Depresiasi per unit = Rp1.850 per unit
Tabel depresiasi dapat dibuat sebagai berikut:
Perioda Unit (000) Tarif Depresiasi Akumulasi Nilai buku
Awal Depresiasi

Rp200.000

2010 20 Rp1.850 Rp37.000 Rp37.000 163.000


2011 20 1.850 37.000 74.000 126.000
2012 20 1.850 37.000 111.000 89.000
2013 22 1.850 40.700 151.700 48.300
2014 18 1.850 33.300 185.000 15.000
100 185.000

Selain berbasis unit dihasilkan, metoda ini juga dapat menggunakan ukuran yang lain
untuk menghitung tarif depresiasi, yaitu ukuran jasa, misalnya jarak tempuh

8
(kilometer) atau waktu pemanfaatan (jam kerja). Apabila ukuran jasa yang digunakan,
penghitungan tarif menggunakan cara yang sama dengan ukuran unit dihasilkan.

2.5 SISTEM DEPRESIASI


Depresiasi dapat dihitung dengan dua pendekatan atau sistem, yaitu: (1) pendekatan
individual, dan (2) pendekatan sistem. Contoh aplikasi pendekatan individual sudah
ditunjukkan pada ilustrasi perhitungan depresiasi sebelumnya. Berdasarkan
pendekatan individual, depresiasi dihitung untuk setiap aset tetap. Pendekatan sistem
bertujuan menurunkan biaya perhitungan depresiasi. Catatan yang berhubungan
dengan depresiasi aset tetap tidak dilakukan secara individual tetapi secara kelompok.
Perhitungan depresiasi dilakukan secara keseluruhan. Contoh metoda depresiasi
dengan pendekatan sistem, yaitu metoda sediaan, metoda kelompok, dan metoda
umur komposit.

Metoda Sediaan
Metoda ini dikenal juga dengan sistem taksiran (appraisal system). Metoda ini
diterapkan tanpa memperhatikan adanya alat-alat yang rusak, cacat, atau hilang.
Metoda ini sering digunakan untuk aset tetap yang memiliki kos relatif rendah.
Metoda depresiasi ini umunya digunakan pada perusahaan-perusahaan yang memiliki
aset tetap berbentuk kecil (hands tool) dan memiliki nilai yang relatif rendah, seperti
di bengkel. Depresiasi dihitung dengan menaksir nilai aset tetap pada akhir perioda
dan dibandingkan dengan nilai aset tetap pada awal perioda. Penurunan nilai aset
tetap diakui sebagai depresiasi dan dikredit secara langsung pada rekening aset tetap
yang bersangkutan. Aliran kas yang timbul dari penjualan aset tetap akan menurunkan
beban depresiasi.

Ilustrasi 2.
Pada tanggal 3 Maret 2012 Tn. Rajin mendirikan sebuah bengkel mobil. Tn. Rajin
telah membeli peralatan bengkel senilai Rp30.500.000. pada akhir tahun 2012 nilai
peralatan bengkel adalah Rp28.500.000. Pada tahun 2013 Tn. Rajin membeli
peralatan tambahan senilai Rp10.750.000 dan menjual alat-alat yang sudah usang
sebesar Rp4.000.000 secara tunai. Taksiran nilai peralatan pada akhir tahun 2013

9
adalah Rp35.000.000. Tentukan depresiasi peralatan bengkel pada tahun 2012 dan
tahun 2013!
Depresiasi Peralatan tahun 2012:
Depresiasi Peralatan 2012 = Nilai peralatan akhir perioda nilai peralatan awal
perioda
Depresiasi Peralatan 2012 = Rp30.500.000 Rp28.500.000
Depresiasi Peralatan 2012 = Rp2.000.000
Depresiasi Peralatan tahun 2013:
Depresiasi Peralatan 2013 = Nilai peralatan akhir perioda + pembelian alat baru
nilai peralatan awal perioda hasil penjualan alat bengkel
Depresiasi Peralatan 2013 = Rp28.500.000 + Rp10.750.000 Rp35.000.000
Rp2.500.000
Depresiasi Peralatan 2013 = Rp30.500.000 Rp 28.500.000
Depresiasi Peralatan 2013 = Rp1.750.000
Ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat depresiasi pada 31 Desember 2012:
Beban Depresiasi Peralatan Bengkel Rp2.000.000
Peralatan Bengkel Rp2.000.000
Ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat depresiasi pada 31 Desember 2013:
Beban Depresiasi Peralatan Bengkel Rp1.750.000
Peralatan Bengkel Rp1.750.000

Metoda Tarif Komposit dan Umur Komposit


Berdasarkan metoda ini, aset tetap diklasifikasikan menurut karakteristik atau tujuan
tertentu. Metoda tarif komposit (kelompok) digunakan untuk aset-aset yang homogen,
sedangkan umur komposit digunakan untuk aset-aset heterogen. Langkah selanjutnya
adalah menghitung tarif komposit. Depresiasi setiap tahun ditentukan dengan
mengalikan tarif komposit dengan kos aset total dalam suatu kelompok. Tarif
depresiasi komposit dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Depresiasi Kelompok Tahunan
(Metoda Garis Lurus)
Tarif Komposit =
Kos Aset Tetap Kelompok

Kos Didepresiasi
Umur Komposit =
Beban Depresiasi Tahunan

10
Aset Kos/Biaya Nilai Kos Taksiran Beban
Tetap Residu Didepresiasi Umur Depresiasi
A Rp300.000 Rp25.000 Rp275.000 5 Rp55.000
B 500.000 40.000 460.000 10 46.000
C 1.200.000 100.000 1.100.000 15 73.333
D 800.000 75.000 725.000 20 36.250
Rp2.800.000 Rp240.000 Rp2.560.000 Rp210.583

Tarif komposit = Rp210.583/ Rp2.800.000 = 7,53%


Umur komposit = Rp240.000/ Rp210.583 = 12,16 tahun
Ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat depresiasi pada 31 Desember 2013:
Beban Depresiasi Peralatan Bengkel Rp210.583
Peralatan Bengkel Rp210.583
Apabila aset tetap dalam kelompok dijual atau ada tambahan aset tetap baru, tarif
komposit tidak berubah. Ketika aset tetap dalam kelompok dijual atau dihentikan,
akun akumulasi depresiasi didebit sebesar selisih antara kos aset tetap dengan kas
yang diterima dari penjualan atau penghentian aset tetap.

Metoda Penghentian dan Penempatan (Retirement and Replacement)


Metoda depresiasi ini sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan umum (public
utility). Depresiasi diakui saat terjadi depresiasi, yaitu pada perioda penghentian aset
(retirement) atau saat aset tetap ditempatkan (replacement). Perbedaan antara metoda
penghentian dan penempatan terletak pada penentuan kos yang dipakai sebagai dasar
penghitungan depresiasi. Berdasarkan metoda penghentian, depresiasi ditentukan
sebesar nilai aset yang dihentikan dikurangi nilai residu aset dihentikan, yaitu dengan
mendebit rekening depresiasi dan mengkredit rekening aset tetap bersangkutan.
Berdasarkan metoda penempatan, depresiasi ditentukan sebesar nilai aset tetap yang
ditempatkan dikurangi nilai residu. Jika aset yang diganti dapat dijual, hasil penjualan
diperlakukan sebagai pengurang nilai residu.

Ilustrasi 3
PT Kereta Api Nusantara (KAN) bergerak dalam bidang angkutan kereta api. Pada
awal tahun 2011, PT KAN telah memasang rel kereta api dan memiliki rekening rel
kereta api sebesar Rp250.000.000. pada tahun 2014 PT KAN menggantikan rel-rel tua

11
yang rusak senilai Rp100.000.000 dengan rel-rel yang baru dengan kos
Rp175.000.000. PT KAN tidak mencatat depresiasi atas asset ini pada tahun 2011,
2012, dan 2013. Pencatatan depresiasi akan dilakukan sesuai metode depresiasi yang
digunakan.

Metode penghentian
Tahun 2014:
Beban Depresiasi Rel Kereta Api Rp100.000.000
Rel Kereta Api Rp100.000.000
Rel Kereta Api Rp175.000.000
Kas/Utang Rp175.000.000

Metode penempatan
Tahun 2014:
Beban Depresiasi Rel Kereta Api Rp175.000.000
Kas/Utang Rp175.000.000

Metode Nilai Tunai


Metode nilai tunai hanya digunakan secara terbatas, khususnya dalam perusahaan-
perusahaan umum. Ketidaksukaan terhadap metode ini adalah jumlah depresiasi yang
semakin meningkat. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2008 PT Leo membeli sebuah bus
seharga Rp4.000.000. bus tersebut diharapkan dapat menimbulkan aliran kas masuk
setiap tahun sebesar 10% selama umur ekonomi 5 tahun. Nilai anuitas aliran kas
harapan dihitung sebagai berikut:
Kos
Aliran Kas Harapan =
Faktor Diskonto PV
,
i = 10%, n = 5
Rp4.000.000
Aliran Kas Harapan = 3,7908

Aliran Kas Harapan = Rp1.055.200 (pembulatan)

Tabel berikut menunjukkan skedul depresiasi berdasarkan metode nilai tunai:

12
Tahun Aliran Kas Pend. Bunga Depresiasi Nilai Buku Bus
1 2 3 4 5
Rp4.000.000,00
2008 Rp1.055.200 Rp400.000,00 Rp655.200,00 3.344.800,00
2009 1.055.200 334.480,00 720.720,00 2.624.080,00
2010 1.055.200 262.408,00 792.792,00 1.831.288,00
2011 1.055.200 183.128,80 872.071,20 959.216,80
2012 1.055.200 95.921,68 959.278,32 (61,52)

Kolom (2) dan (3) menunjukkan nilai harapan yang memungkinkan dapat diperoleh
atau memungkinkan juga tidak. Jumlah depresiasi yang harus diakui secara periodik
ada pada kolom (4) dan kolom (5) menunjukkan nilai buku asset tetap.

2.6 DEPRESIASI PERIODE PARSIAL


Penggunaan metode depresiasi berdasarkan waktu akan menimbulkan masalah dalam
menentukan periode depresiasi, sebab pemerolehan atau penghentian asset tetap tidak
selalu terjadi pada awal atau akhir periode. Ada beberapa kebijakan yang menyangkut
penentuan periode depresiasi sebagai dasar penentuan depresiasi periode, jika
perolehan dan penghentian asset dilakukan dalam periode parsial: (a) periode
depresiasi diakui berdasarkan pembulatan bulan terdekat, (b) periode depresiasi diakui
berdasarkan pembulatan tahun terdekat, (c) periode depresiasi diakui berdasarkan
pembulatan tengah tahun terdekat, (d) periode depresiasi diakui sebesar setengah
tahun pada awal perolehan dan setengah tahun pada akhir periode penghentian, (e)
periode depresiasi diakui satu tahun penuh pada periode perolehan asset tetap dan
tidak diakui pada akhir periode penghentian, dan (f) periode depresiasi diakui satu
tahun penuh pada akhir periode penghentian asset tetap, dan tidak diakui pada awal
periode perolehan. Perhitungan depresiasi parsial dapat dilakukan dengan
menggunakan metode depresiasi tertentu. Berdasarkan ilustrasi 1 di atas, jika mesin
dibeli pada tanggal 1 April 2010, buatlah tabel depresiasi selama periode manfaat
mesin tersebut. Oleh karena pembelian mesin dilakukan pada tanggal 1 April 2010,
perhitungan depresiasi bersifat parsial. Secara sederhana kasus ini dapat diselesaikan
dengan memilih salah satu alternative dari (a) (f) di atas.

13
Metode Garis Lurus (dalam Rp000)
Periode Kos Tarif Depresiasi Akumulasi Nilai Buku
Didepresiasi Depresiasi
Awal Rp185.000 Rp200.000
2010 185.000 0,20 x 9/12 Rp27.750 Rp27.750 172.250
2011 185.000 0,20 x 12/12 37.000 64.750 135.250
2012 185.000 0,20 x 12/12 37.000 101.750 98.250
2013 185.000 0,20 x 12/12 37.000 138.750 61.250
2014 185.000 0,20 x 12/12 37.000 175.750 24.250
2015 185.000 0,20 x 3/12 9.250 185.000 15.000

Jika perusahaan menggunakan saldo menurun ganda, ada duacara menentukan


depresiasi parsial, yaitu dengan pendekatan dua tahap dan pendekatan satu tahap.

Metode Saldo Menurun Ganda (Pendekatan Dua Tahap)


Pendekatan 1, Tahap 1 (dalam Rp000)
Nilai Buku Akumulasi
Periode Tarif Depresiasi Nilai Buku
Awal Depresiasi
Awal Rp200.000
1 Rp200.000 0,40 Rp80.000 Rp80.000 120.000
2 120.000 0,40 48.000 128.000 72.000
3 72.000 0,40 28.800 156.800 43.200
4 43.200 0,40 17.280 174.080 25.920
5 25.920 0,40 10.920 185.000 15.000

Pendekatan 1, Tahap 2 (dalam Rp000)


Tahun Depresiasi Periode Depresiasi Akumulasi Nilai Buku
per Periode Depresiasi
2010 Rp200.000
2010 Rp80.000 0,75 Rp60.000 Rp60.000 140.000
2011 80.000 0,25 20.000
48.000 0,75 36.000
56.000 116.000 84.000

14
2012 48.000 0,25 12.000
28.800 0,75 21.600
33.600 149.600 50.400
2013 28.800 0,25 7.200
17.280 0,75 12.960
20.160 169.760 30.240
2014 17.280 0,25 4.320
10.920 0,75 8.190
12.510 182.270 17.730
2015 10.920 0,25 2.730 185.000 15.000

Metode Saldo Menurun Ganda (Pendekatan Satu Tahap)


Pendekatan 2 (dalam Rp000)
Tahun Nilai Buku Tarif Periode Depresiasi Akumulasi Nilai Buku
Awal Depresiasi Akhir
2010 Rp200.000
2010 Rp200.000 0,40 0,75 Rp60.000 Rp60.000 140.000
2011 140.000 0,40 1,00 56.000 116.000 84.000
2012 84.000 0,40 1,00 33.600 149.600 50.400
2013 50.400 0,40 1,00 20.160 169.760 30.240
2014 30.240 0,40 1,00 12.096 181.856 18.144
2015 18.144 0,40 0,25 3.144 185.000 15.000

Jika perusahaan menggunakan metode JAAT, ada dua cara menetukan depresiasi
parsial, yaitu dengan pendekatan dua tahap dan pendekatan satu tahap.
Metode Jumlah Angka-Angka Tahun (JAAT)
Pendekatan 1: Tahap 1 (dalam Rp000)
Periode Kos Tarif Depresiasi Akumulasi Nilai Buku
Depresiasi Depresiasi Akhir
Awal Rp200.000
1 Rp185.000 0,33 Rp61.000 Rp61.050 138.950
2 185.000 0,27 49.950 111.000 89.000
3 185.000 0,20 37.000 148.000 52.000

15
4 185.000 0,13 24.050 172.050 27.950
5 185.000 0,07 12.950 185.000 15.000

Metode Jumlah ANgka-Angka Tahun


Pendekatan 1: Tahap 2 (dalam Rp000)
Tahun Depresiasi Periode Depresiasi Akumulasi Nilai Buku
per Periode Depresiasi
2010 Rp200.000
2010 Rp61.050 0,75 Rp45.000 Rp45.000 155.000
2011 61.050 0,25 15.000
49.950 0,75 36.000
51.000 96.000 104.000
2012 49.950 0,25 12.000
37.000 0,75 27.000
39.000 135.000 65.000
2013 37.000 0,25 9.000
24.050 0,75 18.000
27.000 162.000 38.000
2014 24.050 0,25 6.000
12.950 0,75 9.000
15.000 177.000 23.000
2015 12.950 0,25 8.000 185.000 15.000

Metode Jumlah Angka-Angka Tahun


Pendekatan 2 (dalam Rp000)
Tahun Kos/Biaya (Trf X + (Trf. X Total Depresiasi Akumulasi Nilai Buku
Per) Per) Depresiasi
2010 Rp200.000
2010 Rp180.000 0,33 0,75 0,25 Rp45.000 Rp45.000 155.000
2011 180.000 0,33 0,25 0,27 0,75 0,29 51.300 96.300 103.700
2012 180.000 0,27 0,75 0,20 0,75 0,22 39.000 135.300 64.700
2013 180.000 0,20 0,25 0,13 0,75 0,15 27.000 162.300 37.700
2014 180.000 0,13 0,75 0,07 0,75 0,08 15.000 177.300 22.700
2015 180.000 0,07 0,25 0,02 7.700 185.000 15.000

16
2.7 DEPRESIASI KOMPONEN ASET
IFRS meminta setiap komponen asset tetap yang nilainya signifikan harus dilaporkan
secara terpisah. Perhitungan depresiasi dilakukan secara terpisah. Misalnya, PT.
Udara Bebas membeli sebuah pesawat terbang senilai Rp180.000.000.000 pada tahun
2010. Pesawat terbang tersebut memiliki taksiran masa manfaat 20 tahun dan nilai
residu sebesar Rp0. Semua pesawat terbang yang dimiliki PT Udara Bebas
didepresiasi menggunakan Metode Garis Lurus. Komponen pesawat terbang yang
dimiliki PT Udara Bebas adalah sebagai berikut:
Komponen Nilai Komponen Umur Manfaat Komponen
Badan Pesawat Rp90.000.000.000 20 tahun
Mesin Pesawat 80.000.000.000 8 tahun
Komponen Lain 10.000.000 5 tahun

Perhitungan depresiasi komponen pesawat terbang pada tahun 2011 dilakukan sebagai
berikut:
Umur Manfaat Depresiasi
Komponen Nilai Komponen
Komponen Komponen
Badan Pesawat Rp90.000.000.000 20 tahun Rp4.500.000.000
Mesin Pesawat 80.000.000.000 8 tahun 10.000.000.000
Komponen Lain 10.000.000 5 tahun 2.000.000.000
Rp180.000.000.000 Rp16.500.000.000

PT Udara Bebas mencatat depresiasi pada 31 Desember 2011 sebesar


Rp16.500.000.000, sebagai berikut:
Beban Depresiasi Rp16.500.000.000
Depresiasi Akumulasian-Pesawat Rp16.500.000.000
Dalam situasi tertentu perusahaan tidak memiliki data kos atau biaya untuk setiap
komponen asset tetap. Dalam kondisi ini perusahaan harus menggunakan pendekatan
taksiran dengan mereferensi informasi harga pasar kini (jika tersedia), mendiskusikan
dengan ahli, atau menggunakan pendekatan lain yang layak.

17
2.8 PENURUNAN NILAI ASET TETAP (IMPAIRMENT)
Krisi yang melanda dunia tahun 2008 telah mempengaruhi kinerja institusi keuangan
dan nonkeuangan. Hasilnya, banyak perusahaan yang melakukan penurunan nilai
asset tetapnya. Proses ini dikenal dengan impairmen. Asset tetap diturunkan nilainya
ketika asset tersebut tidak lagi dapat menutupi nilai bukunya, baik melalui
penggunaan atau menjual asset tersebut. Entitas bisnis harus menguji apakah terjadi
impairmen atau tidak dengan cara:
(a) Melakukan review atas asset, apakah kemampuan menghasilkan uang melalui
penggunaan atau menjualnya menurun. Review dilakukan dengan
menggunakan informasi internal dan eksternal.
(b) Jika ada indikasi impairmen, perlu melakukan pengujian impairmen:

a. Membandingkan nilai terulihkan (NT) (recoverable amount) dengan nilai


nuku asset (NB) (book value); jika NB lebih tinggi dari NT, jumlah
selisih merupakan rugi impairmen.

b. Jika NB lebih rendah daripada NT, tidak ada impairmen dan tidak ada
pencatatan yang dibutuhkan.

Gambar 2. Penentuan Rugi Impairmen dan Nilai Terpulihkan

NILAI BUKU DIBANDINGKAN NILAI


TERPULIHKAN

MANA YANG
LEBIH TINGGI

NB > NT NB < NT

TIDAK ADA NILAI WAJAR NILAI


RUGI
RUGI KOS MANFAAT
IMPAIRMEN
IMPAIRMEN PENJUALAN ASET

18
Nilai Terpulihkan (NT) adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar yang
dikurangi kos penjualan atau nilai manfaat (value-in-use). Nilai wajardikurangi kos
penjualan adalah nilai jual asset setelah dikurangi kos disposal. Nilai manfaat (value-
in-use) adalah nilai sekarang aliran kas yang diharapkan dari pemanfaatan asset pada
masa depan dan kemungkinan penjualan asset pada akhir masa manfaat. Gambar 2,
menunjukkan penentuan rugi impairmen dan nilai terpulihkan.

Ilustrasi Impairmen 1.
Pada tanggal 31 Desember 2013, PT Hani memiliki peralatan dengan kos
Rp260.000.000, dan akumulasi depresiasi sebesar Rp120.000.000. peralatan dittaksir
memiliki umur manfaar 4 tahun, dan nilai residu sebesar Rp20.000.000. Berikut ini
informasi yang berhubungan dengan peralatan:
(a) Nilai buku peralatan pada 31 Desember 2014 sebesar Rp140.000.000
(Rp260.000.000-Rp120.000.000).
(b) Beban depresiasi untuk tahun 2014 sebesar Rp60.000.000 (dihitung
menggunakan metode garis lurus) telah dicatat.
(c) Nilai terpulihkan peralatan pada 31 Desember 2014 sebesar Rp110.000.000
(d) Sisa umur manfaat peralatan adalah 2 tahun
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan terjadi rugi impairmen. Ayat jurnal yang
perlu dibuat adalah:
Rugi Impaimen Rp30.000.000
Depresiasi Akumulasian-Peralatan Rp30.000.000
Nilai buku peralatan pada 31 Desember 2014 adalah Rp110.000.000. untuk tahun
2015 PT Hani menetapkan taksiran umur manfaat tidak berubah, namun taksiran nilai
residu menjadi nol. PT Hani tetap menggunakan metode garis lurus. Ayat jurnal untuk
mencatat depresiasi pada 31 Desember 2015 adalah:
Beban Depresiasi Peralatan (Rp110.000.000/2thn) Rp55.000.000
Depresiasi Akumulasian-Peralatan Rp55.000.000
Nilai buku peralatan pada 31 Desember 2015 adalah Rp 55.000.000. Apabila
ditentukan nilai terpulihkan peralatan pada tanggal 31 Desember 2015 adalah Rp
40.000.000, terjadi rugi impairmen sebesar Rp 15.000.000, dan diakui rugi impairmen
tambahan dalam ayat jurnal berikut ini:
Rugi Impairmen Rp 15.000.000
Depresiasi Akumulasian-Peralatan Rp 15.000.000

19
Dengan demikian, pada awal tahun 2016 nilai buku peralatan tersisa sebesar
Rp40.000.000.

Ilustrasi Impairment 2.
Melanjutkan ilustri 1 di atas, informasi harga pasar peralatan sangat mungkin sulit
diperoleh, dan PT Hani bisa menggunakan nilai manfaat(value-in use). Diketahui nilai
manfaat lebih tinggi daripada nilai wajar setelah dikurangi kos penjualan. PT Hani
mengguakan tingkat bunga 8% untuk menentukan besarnya aliran kas masa depan
sebesar Rp 30.000.000 per tahun selama empat tahun. Nilai manfaat peralatan PT
Hani adalah :
PV, aliran kas x faktor diskonto anuitas
i= 8%/n:4thn = (Rp 30.000.000 x 3,31213) = Rp 99.463.900
PV, nilai residu x faktor dikonto nilai tunggal
i= 8%/n = 4 thn = (Rp 20.000.000 x 0,73503) = Rp 14.700.600
Nilai manfaat peralatan ( value-in use ) Rp 114.064.500
Rugi impairmen tahun 2014 dihitung sebagai berikut :
Nilai buku peralatan Rp 140.000.000
Nilai manfaat peralatan Rp 114.064.500
Rugi impairmen peralatan Rp 25.935.500
Ayat jurnal untuk mencatat rugi impairmen ini adalah
Rugi impairmen Rp 25.935.500
Depresi Akumulasian-Peralatan Rp 25.935.500

Kenaikan Niali Terpulihkan ( Recoverable Amount)


Pada masa yang akan datang kemungkinan niali terpiluhkan akan kembali naik dan
lebih tinggi dibandingkan dengan niai buku. Berikut ilustrasinya, Pt Reina membeli
sebuah mesin pada tanggal 1 Januari 2012 dengan harga Rp 300.000.000 , taksiran
umur manfaat tiga tahun, da tanpa nilai residu. Berikut ini jumlah beban depresiasi
dan nilai buku mesin tersebut selama tiga tahun, dengan asumsi tanpa impairmen :
Tahun Beban Depresiasi Nilai Buku
2012 Rp 100.000.000 Rp 200.000.000
2013 100.000.000 100.000.000
2014 100.000.000 0

20
Apabila pada 31 Desember 2012 diketahui nilai terpulihkan sebesar Rp 180.000.000,
sehingga terjadi rugi impairmen sebesar Rp 20.000.000. Ayat jurnal untuk mencatat
rugi impairmen adalah :
Rugi Impairmen Rp20.000.000
Depresiasi Akumulasian-Peralatan Rp20.000.000
Berdasarkan ayat jurnal diatas, rencana beban depresiasi dan nilai buku mesin pada
dua tahun ke depan, sebagai berikut :
Tahun Beban Depresiasi Nilai Buku
2013 Rp 90.000.000 Rp 90.000.000
2014 90.000.000 0

A pabila pada akhir tahun2013, ditentukan nilai terpulihkan sebesar Rp 95.000.000


lebihbesar dari nila buku mesin Rp 90.000.000. PT Reina melakukan pembalikan ayat
jurnal yang telah dibuat sebelumya, sebagai berikut :
Depresiasi Akumulasi Peralatan Rp 5.000.000
Pemulihan Rugi Impairmen Rp 5.000.000
Rekening pemulihan rugi impairmen dilaporkan pada bagian pendapatan dan eban
lain-lain dalam laporan laba-rugi. Pada tanggal 31 Desember 2013, nilai buku mesin
menjadi sebesar Rp 95.000.000. prosedur pengujian impairmen di atas dilakukan
dengan asumsi bahwa mesin di atas merupakan mesin tunggal sebagai pencipta kas.
Ketentuan umum tentang pembalikan impairmen adalah jumlah pemulihan kerugian
dibatasi sejumlah nilai buku jika impairmen tidak terjadi. Misalnya, ketika tidak ada
impairmen nilai buku peralatan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 100.000.000.
pemulihan rugi impairmen sebesar Rp 5.000.000 diizinkan seab hanya menghasilkan
nilai buku sebesar Rp 95.000.000. Pemulihan rugi di atas Rp10.000.000 tidak
diizinkan. Misalnya, jika nilai terpulihkan pada akhir tahun 2013 adalah Rp
102.000.000 lebih besar dari nilai buku peralatan sebesar Rp 100.000.000,
pembalikan impairman hanya diizinkan maksimal sebesar Rp 10.000.000.

Unit Pencipta Kas (Cash Generating Unit)


Dalam kasus tertentu sulit untuk menetukan impairmen aset tunggal sebab aset
tunggal mecipta kas hanya dengan dukungan dan kombinasi dengan aset yang lain.
Dalam kondisi ini, perusahaan harus mengidentifikasi sekelompk aset. Kelompok aset
ini disebut unit pencipta kas (cash generating unit). Jika ada dua aset yang terkait

21
dalam penciptaan kas, perusahaan harus mengevaluasi kedua aset tersebut bersama
sebagai unit pencipta kas untuk menentukan impairmen.

Impairmen Aset yang Akan Dihentikan


Aset tetap yang akan dihentikan tidak membutuhkan impairmen. Dalam kasus ini,
aset tetap dilaporkan sebesar LCNRV (lihat bab sediaan). Hal ini disebabkan 22sset
tersebut akan dihentikan dalam awktu singkat. Aset yang akan didisposal perlakuan
akuntansinay seperti sediaan. Aset tetap seperti ini tidak didepresiasi dan diamortisasi.
Perusahaan harus melaporkan 22sset tersebut sebesar LCNRV. Perusahaan dapat
menaikkan dan menurunkan 22sset untuk dihentikan pada masa depan, sepanjang
nilai buku setelah dinaikkan tidak melebihi nilai buku 22sset sebelum impairmen.
Perusahaan harus melapor laba atau rugi yang berhubungan dengan 22sset terkurangi
(impaires asset) sebagai bagian laba operasi dalam pendapatan dan beban lain-lain.

2.9 ASET SUMBER ALAM


Aset sumber alam (wasting asset) dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu :
(a) aset biologik, seperti lahan kayu, dan (b) sumber daya mineral, minyak, gas, dan
mineral. Akuntansi aset biologik menggunakan pendekatan nilai wajar, dan materi ini
telah dijelaskan dalam Bab 11. Sumber daya mineral memiliki karakteristik, (1) habis
digunakan melalui penambangan , (2) tidak dapat diganti, (3) pemulihan kembali
sumber daya alam berlangsung secara alamiah. Contoh aset sumber alam adalah,
minyak, batubara, biji besi, dan logam mulia(emas dan perak).

Akuntansi Aset Sumber Daya Alam


Masalah akuntansi aset sumber alam pada hakekatnya serupa dengan aset tetap.
Masalah akuntansi yang utama adalah (1) penentuan basis deplesiasi (depletion base),
dan (2) penghapusan kos aset sumber alam.

Penentuan Dasar Deplesi


Kos aset sumber daya mineral dibentuk oleh tiga komponen pengeluaran, yaitu : (1)
os sebelum eksplorasi (pre-exploratory cost), (2) kos eksplorasi (exploratory cost),
dan (3) kos pengembangan (development cost). Kos praeksplorasi adalah kos yang
terjadi sebelum hak legal untuk mengeksplorasi wilayah tertentu dilakukan. Kos ini

22
merupakan kos prospek untuk memprediksi keberadaan sumber daya mineral di suatu
wilayah tertentu. Ks ini diakui sebagai beban saat terjadi.
Kos eksplorasi adalah kos yang berhubungan dengan pemerolehan hak melakukan
eksplorasi, melakukan studi-studi topografis, geologis, geokemis, dan geofisis;
eksplorasi , penyampelan dan aktivitas pengevaluasian kelayakan teknis dan
komersial penambangan sumber daya mineral. Ada dua pendekatan untuk
menentukan perlakuan akuntansi atas kos pengeboran. Pendekatn full cost
mendukung semua cost pengeboran harus dikapitalisasi. Pendekatan ini didasarkan
pada argumen sebagai berikut: (1) biaya tersebut tidak dapat dihindari, (2)
keberhasilan perusahaan diukur dari kemampuannya untuk menemukan dan
mengembangkan sumber daya alam, (3) kos perolehan sumber daya alam didasarkan
apada keseluruhan sumber yang menghasilkan. Sedangkan pendekatan successful
effort menyatakan bahwa hanya kos pengeboran yang sukses yang dapat dikapitalisasi
sebagai aset. Pendekatan ini didukung dengn argumen: (1) usaha da prestasi yang
dihasilkn harus dapat dipertemukan secara layak, (2) aset sumber daya mineral yang
melampaui nilai mineral yang sesungguhnya terkandung dapat dihindari, (3)
pendekatan ini menggambarkan prinsip kos historis dari masing-masing pusat kos.
Kos pengembangan meliputi (a) kos peralatan berwujud(tangiable equipment cost),
(b) kos pengembangan tak berwujud(intangible development cost). Kos
pengembangan berwujud meliputi semua peraltan transportasi dan peralatan berat
yang diperlukan untuk produksi, dan bukan merupkan basis perhitungan deplesi.
Peralatan harus dikelola terpisah layaknya aset tetap. Kos pengembangan tak
berwujud harus dipertimbangkan sebagai komponen penentuan deplesi.
Kos lain yang umum terjadi adalah kos restorasi. Kos ini berhubungan dengan usaha
pemulihan lahan ke dalam kondisi alamiah. Kos ini termasuk komponen basis
perhitungan deplesi. Umumnya, pemerintah mewajibkan perusahaan ekstraksi sumber
alam untuk membuat program restorasi lahan tambang.

Penghapusan Sumber Daya Mineral


Setelah basis deplesi ditentukan, kos sumber daya mineral dialokasi pada perioda
akuntansi tertentu. Proses ini dikenal dengan deplesi. Deplesi adalah prosese alokasi
manfaat potensia aset sumber daya mineral untuk dipertemukan dengan pendapatan
yang dihasilkan dari aset tersebut dalam perioda tertentu. Secara normal deplesi
dihitung menggunakan metoda unit produksi(unit of production method), dengan

23
perkataan lain deplesi merupakan jumlah unit sumber daya mineral yang diambil tau
diproduksi dalam suatu perioda akuntansi.

Ilustrasi Perhitungan Deplesi


Sebagai ilustrasi, PT Latanusa memperoleh hak untuk mengguakan tanah seluas 1.000
are di daerah Gunung Kidul untuk mengeksplorasi sumber minyak. Proyek ini dikenal
dengan proyek A. Biaya sewa yang dikeluarkan umtuk proyek A sebesar Rp
100.000.000, biaya eksplorasi yang berkaitan langsung dengan penemuan sumber
alam tersebut sebesar Rp 1.200.000.000. diperkirakan sumber daya mineral yang
ditemukan tersebut akan menghasilkan 1.000.000 barrel minyak, maka deplesi per
barrel dihitung sebagai berikut :
Kos sumber daya mineral = Rp1.500.000.000
Nilai residu = Rp0
Taksiran unit tersedia = 1.000.000 barrel
Tarif deplesi dihitung sebgai berikut :
(Rp1.500.000.000-Rp0)/1.000.000 barrel = Rp 1.500 per barrel
Jika PT Latanusa mengekstraksi sebanyak 50.000 barrel pada tahun pertama,
deplesi untuk tahun ini adalah Rp1.500 x 100.000 barrel= Rp150.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat deplesi adalah :
Sediaan Minyak Rp150.000.000
Deplesi Akumulasi Rp150.000.000
Rekening sediaan minyak dikredit dan beban deplesi di debit ketika aset mnyak
berhasil dijua. Jumlah minyak yang belum terjua tetap diakui sebagai sediaan dan
dilaporkan dalammaset lancar, sebagai berikut :
Aset Lancar
Sediaan Minyak Rp 150.000.000
Aset Tak Lancar
Pertambangan minyak (proyek A) kos Rp 1.500.000.000
Deplesi akumulasian Rp 150.000.000
Nilai Buku Tambang minyak Rp 1.350.000.000

24
2.10 REVALUASI ASET TETAP
Entitas bisnis dapat memilih opsi kos atau nilai wajar untuk menilai aset berwujud.
Ketika entitas memilih opsi nlai wajar maka aset berujud dinlai menggunakan nilai
wajar dan menyiapkan penyesuaian dan menentukan laba rugi belum direalisasi
(sering disebut revaluation surplus) atas aset berwujud yang direvaluasi.

Perevaluasian Tanah
PT Saluta membeli sebidang tanah dengan kos Rp 250.000.000 pada tanggal 4 Januari
2012 perusahaan memilih menggunakan akuntansi revaluasi untuk periode
selanjutnya. Pada 31 Desember 2012, tanah memiliki nilai awajar sebesar Rp
280.000.000. Ayat jurnal untuk mencatat tanah sebesar nilai wajar adalah :
Tanah Rp 30.000.000
Laba Revaluasi Belum Direalisasi Tanah Rp 30.000.000
Tanh dilaporkan sebesar Rp 280.000.000 dalam laporan posisi keuangan, laba rugi
revaluasi belum direalisasi sebagai pendapatan komprehensif lain dalam laporan laba
komprehensif.

Perevaluasian Aset Terdepresiasikan


Ilustasi berikut menunjukn perevaluasian aset yang dapat didepresiasi. PT Twiter
membeli mesin seharga Rp 600.000.000. Pada tanggal 2 Januari 2013. Peralatan
ditaksir memiliki umur manfaat 5 tahun, depresiasi menggunakan metode garis lurus,
dan nilai residu adalah nol. Twiter memilih opsi merevaluasi aset tetapnya menjadi
sebesar nilai wajar. Pada tanggal 31 Desember 2013, Twiter mecatat depresiasi
sebagai berikut :
Belum Depresiasi_Mesin Rp 120.000.000
Depresiasi Akumulasian_Mesin Rp 120.000.000
Setelah memposting ayat jurnal diatas, mesin memiliki nilai buku Rp 480.000.000. PT
Twiter menerima hasil apraisal pihak independen yang menunjukkan nilai wajar
mesin adalah Rp 540.000.000 untuk mencatat dan melaporkan nilai mesin sebesar
nilai wajar perlu diikuti prosedur berikut ini :
a) Menurunkan nilai rekening Depresiasi Akumulasian-Aset menjadi nol.
b) Menurunkan nilai rekening Mesin sebesar Rp 60.000.000, sehingga menjadi l
sebesar nilai wajar Rp 540.000.000.

25
c) Mencatat Laba Revaluasi Belum Direaliasi sebesar Rp 60.000.000 (Rp
540.000.000-Rp 480.000.000).
Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
Depresiasi Akumulasian-Mesin Rp 120.000.000
Mesin Rp 60.000.000
Laba Revaluasi Belum Direalisasi-Mesin Rp 60.000.000
Komponen realisasi mesin dilaporkan dalam laporan keuangan sebagai berikut:
Laporan Laba Komprehensif:
Pendapatan komprehensif lain
Laba revaluasi belum direalisasi-mesin Rp 60.000.000
Laporan Posisi Keuangan:
Aset Tak Lancar:
Mesin Rp 540.000.000
Depresiasi Akumulasian-Mesin 0
Nilai Buku Mesin Rp 540.000.000
Ekuitas:
Pendapatan komprehensif lain akumulasian Rp 60.000.000
Sebagai ringkasan, kenaikan nilai revaluasi secara umum diakui dalam ekuitas.
Penurunan nilai revaluasi dicatat sebagai beban (rugi impairmen), kecuali menutupi
kenaikan revaluasi pada perioda sebelumnya. Jika nilai revaluasi naik menutupi
revaluasi turun (terjadi beban), jumlah kenaikannya diakui sebagai penghasilan.

Pelaporan Aset Tetap


Aset tetap dalam neraca disajikan sebesar nilai buku. Berikut ini pelaporan aset tetap
dalam neraca:
Aset Tetap
Tanah Rp 160.000.000
Mesin dan peralatan 220.000.000
Depresiasi Akumulasian (200.000.000)
Nilai Buku Mesin dan Peralatan 20.000.000
Total Aset Tetap Rp 180.000.000

26
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Depresiasi merupakan suatu proses sistematis dan rasional untuk
mengalokasikan kos atau biaya asset tetap selama taksiran manfaat asset tetap dan
pembebanannya pada periode yang menerima manfaat asset tetap ttersebut. Ada dua
taksiran manfaat asset tetap yang paling mendasar, yaitu taksiran manfaat secara fisik
dan taksiran manfaat secara ekonomis. Penentuan beban depresiasi tergantung pada
pemilihan metode depresiasi yang tepat.depresiasi dapat dihitung dengan dua
pendekatan, yaitu pendekatan individual dan pendekatan system.
Impairmen merupakan penurunan nilai asset tetap, dimana asset tetap
diturunkan nilainya ketika asset tersebut tidak lagi dapat menutupi nilai bukunya, baik
melalui penggunaan atau menjual asset tersebut. Namun, asset tetap yang akan
dihentikan tidak membutuhkan impairmen karena asset tersebutakan dihentikan pada
waktu singkat.
Deplesi adalah metode akuntansi untuk mengurangi nilai sumber daya alam
secara bertahap sampai menjadi nol selama beberapa periode atau beberapa tahun.
Deplesi dihitung berdasarkan seberapa banyak penghasilan yang didapat dari jumlah
aset yang diambil dari total cadangan sumber daya alam dalam satu periode akuntansi.

27
Daftar Pustaka

Giri, Efraim Ferdinan. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah 1 Perspektif IFRS. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN

Anda mungkin juga menyukai