DAN DEPLESI
OLEH:
AKUNTANSI PROGRAM S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya kita
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hutang Jangka Panjang ini tepat waktu.
Makalah ini merupakan makalah lanjutan dari kelompok sebelumnya yang membahas
mengenai Pelunasan Obligasi Berseri Sebelum Saat Jatuh Tempo, Prosedur Amortisasi
Agio atau Disagio Obligasi Berseri Jika Tahun Buku Tidak Sama dengan Tahun
Obligasi, Pertukaran Obligasi, dan Pelunasan Obligasi dengan Menggunakan Dana yang
Diperoleh dari Pengeluaran Obligasi Baru.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini tentunya masih sangat jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun berharap saran dan kritikan yang
konstruktif dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Dan akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun
sendiri dan seluruh pembaca pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PRAKATA.............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
9. Bagaimana penghitungan deplesi?
10. Bagaimana penghitungan revaluasi asset tetap?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep depresiasi?
2. Untuk mengetahui pengklasifikasian metode depresiasi?
3. Untuk mengetahui penghitungan beban depresiasi?
4. Untuk mengetahui perhitungan depresiasi tahun utuh?
5. Untuk mengetahui sistem penghitungan depresiasi?
6. Untuk mengetahui perhitungan depresiasi periode parsial?
7. Untuk mengetahui depresiasi komponen asset?
8. Untuk mengetahi penurunan nilai asset tetap?
9. Untuk mengetahui penghitungan deplesi?
10. Untuk mengetahui penghitungan revaluasi asset tetap?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Depresiasi adalah proses sistematis dan rasional untuk mengalokasi kos atau biaya
aset tetap selama taksiran manfaat aset tetap dan pembebanannya pada perioda yang
menerima manfaat aset tetap tersebut.
KOS/BIAYA ALOKASI
BEBAN
PEMEROLEHAN SECARA
DEPRESIASI
ASET TETAP RASIONAL DAN
SISTEMATIS
Ada dua alasan utama yang mendasari depresiasi aset tetap , yaitu aset tetap secara
langsung dan tidak langsung memberi kontribusi pada penciptaan pendapatan dan aset
tetap memiliki manfaat yang terbatas. Alasan pertama berhubungan dengan matching
concept yang menekankan pada penentuan laba perusahaan secara wajar dengan
menandingkan semua beban yang terjadi untuk menciptakan pendapatan selama
perioda tertentu. Alasan kedua berhubungan dengan karakteristik aset tetap yang
semakin lama kemampuannya semakin rendah. Selain itu, kemampuan aset tetap
berhubungan dengan teknologi yang semakin usang sehingga kurang mampu
menciptakan nilai dan bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan aset tetap
yang teknologinya lebih canggih.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam membebankan kos aset kepada
pendapatan sebagai depresiasi:
(1) Basis depresiasi: kos aset terdepresiasikan (depreciable cost or asset).
(2) Taksiran manfaat aset tetap.
(3) Metoda yang sesuai dengan pola pemanfaatan aset tetap tertentu.
Kos didepresiasikan diperoleh dengan mengurangkan kos awal (original cost) dengan
taksiran niali residu (residual value) atau nilai penghentian (disposal value). Taksiran
nilai residu adalah taksiran taksiran nilai aset tetap yang dapat diperoleh kembali pada
3
akhir umur ekonomis aset tersebut. Sebagai ilustrasi, jika suatu aset memiliki kos Rp
100.000.000 dan taksiran nilai residu Rp 10.000.000, kos aset didepresiasikan sebesar
Rp 90.000.000.
Taksiran manfaat ekonomis aset tetap adalah taksiran manfaat suatu aset tetap untuk
memberikan manfaat atau dapat beroperasi secara ekonomis. Taksiran manfaat
ekonomis digunakan sebagai dasar alokasi kos aset tetap. Taksiran manfaat ekonomis
aset tetap dapat berupa (1) taksiran manfaat umur (bulan, tahun), (2) taksiran manfaat
keluaran yang dihasilkan (jumlah unit produksi), (3) taksiran manfaat jasa (jam,
jarak), dan lain-lain.
Ada dua taksiran manfaat aset tetap yang paling mendasar, yaitu (1) taksiran manfaat
secar fisik, dan (2) taksiran manfaat secara ekonomis. Taksiran manfaat secara fisik
menunjukkan kemampuan fisik aset tetap untuk beroperasi selama jangka waktu
tertentu tetapi belum tentu dapat beroperasi secara ekonomis. Taksiran manfaat
ekonomis dihubungkan dengan kemampuan aset tetap tertentu untuk beroperasi
secara ekonomis. Taksiran manfaat secara ekonomis berkaitan dengan kemampuan
aset tetap untuk beroperasi dengan asumsi manfaat lebih besar dari biaya yang terjadi.
Faktor ekonomi berhubungan dengan ketidakcukupan (tidak sesuai permintaan atau
kebutuhan kini), ganti yang lebih ekonomis (super-sesi), dan kekunoan (usang).
4
a. Metoda persediaan
b. Metoda penggantian dan penempatan
c. Metoda grup dan umur komposit
(d) Metoda nilai tunai
Ilustrasi 1.
5
Taksiran unit produk yang dapat dihasilkan oleh mesin ini adalah 100.000 unit. Unit
produk dihasilkan sejak tahun 2010 sampai dengan 2014, sebagai berikut: 20.000;
20.000; 20.000; 22.000; dan 18.000 unit. Hitunglah depresiasi sejak tahun 2009 s.d.
2014 dengan menggunakan: metoda garis lurus, metoda saldo menurun ganda, metoda
jumlah angka-angka tahun, dan metoda unit dihasilkan!
Rp200.000
6
1. Basis depresiasi adalah sebesar kos didepresiasi = Rp200.000.000
Rp15.000.000 = Rp185.000.000.
2. Tarif setiap tahun berbeda dihitung dengan rumus = Angka Tahun/Jumlah
Angka Tahun.
3. Jumlah angka-angka tahun dihitung dengan rumus = [n (n + 1)]/2, dalam hal ini
n adalah angka tahun terbesar.
4. Jumlah angka tahun = [5 (5 + 1)]/2 = 15, maka tarif setiap tahun sebagai berikut:
Perioda Tarif
1 5/15*
2 4/15
3 3/15
4 2/15
5 1/15
Rp200.000
7
Tahun berakhirnya depresiasi adalah tahun 2014. Pada tahun ini nilai buku mesin
harus menjadi sebesar nilai residu, yaitu Rp15.000.000. Tabel disusun dalam satuan
ribu rupiah (Rp000). Tabel depresiasi mesin selama taksiran umur manfaat, sebagai
berikut:
Perioda Basis Tarif Perioda Depresiasi Akumulasi Nilai
Awal Depresiasi buku
Rp200.000
Dalam kasus ini diketahui taksiran nilai residu sebesar Rp15.000.000, sehingga
besarnya beban depresiasi pada tahun 2014 harus dibulatkan sehingga NB Mesin
menjadi sebesar nilai residu.
Rp200.000
Selain berbasis unit dihasilkan, metoda ini juga dapat menggunakan ukuran yang lain
untuk menghitung tarif depresiasi, yaitu ukuran jasa, misalnya jarak tempuh
8
(kilometer) atau waktu pemanfaatan (jam kerja). Apabila ukuran jasa yang digunakan,
penghitungan tarif menggunakan cara yang sama dengan ukuran unit dihasilkan.
Metoda Sediaan
Metoda ini dikenal juga dengan sistem taksiran (appraisal system). Metoda ini
diterapkan tanpa memperhatikan adanya alat-alat yang rusak, cacat, atau hilang.
Metoda ini sering digunakan untuk aset tetap yang memiliki kos relatif rendah.
Metoda depresiasi ini umunya digunakan pada perusahaan-perusahaan yang memiliki
aset tetap berbentuk kecil (hands tool) dan memiliki nilai yang relatif rendah, seperti
di bengkel. Depresiasi dihitung dengan menaksir nilai aset tetap pada akhir perioda
dan dibandingkan dengan nilai aset tetap pada awal perioda. Penurunan nilai aset
tetap diakui sebagai depresiasi dan dikredit secara langsung pada rekening aset tetap
yang bersangkutan. Aliran kas yang timbul dari penjualan aset tetap akan menurunkan
beban depresiasi.
Ilustrasi 2.
Pada tanggal 3 Maret 2012 Tn. Rajin mendirikan sebuah bengkel mobil. Tn. Rajin
telah membeli peralatan bengkel senilai Rp30.500.000. pada akhir tahun 2012 nilai
peralatan bengkel adalah Rp28.500.000. Pada tahun 2013 Tn. Rajin membeli
peralatan tambahan senilai Rp10.750.000 dan menjual alat-alat yang sudah usang
sebesar Rp4.000.000 secara tunai. Taksiran nilai peralatan pada akhir tahun 2013
9
adalah Rp35.000.000. Tentukan depresiasi peralatan bengkel pada tahun 2012 dan
tahun 2013!
Depresiasi Peralatan tahun 2012:
Depresiasi Peralatan 2012 = Nilai peralatan akhir perioda nilai peralatan awal
perioda
Depresiasi Peralatan 2012 = Rp30.500.000 Rp28.500.000
Depresiasi Peralatan 2012 = Rp2.000.000
Depresiasi Peralatan tahun 2013:
Depresiasi Peralatan 2013 = Nilai peralatan akhir perioda + pembelian alat baru
nilai peralatan awal perioda hasil penjualan alat bengkel
Depresiasi Peralatan 2013 = Rp28.500.000 + Rp10.750.000 Rp35.000.000
Rp2.500.000
Depresiasi Peralatan 2013 = Rp30.500.000 Rp 28.500.000
Depresiasi Peralatan 2013 = Rp1.750.000
Ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat depresiasi pada 31 Desember 2012:
Beban Depresiasi Peralatan Bengkel Rp2.000.000
Peralatan Bengkel Rp2.000.000
Ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat depresiasi pada 31 Desember 2013:
Beban Depresiasi Peralatan Bengkel Rp1.750.000
Peralatan Bengkel Rp1.750.000
Kos Didepresiasi
Umur Komposit =
Beban Depresiasi Tahunan
10
Aset Kos/Biaya Nilai Kos Taksiran Beban
Tetap Residu Didepresiasi Umur Depresiasi
A Rp300.000 Rp25.000 Rp275.000 5 Rp55.000
B 500.000 40.000 460.000 10 46.000
C 1.200.000 100.000 1.100.000 15 73.333
D 800.000 75.000 725.000 20 36.250
Rp2.800.000 Rp240.000 Rp2.560.000 Rp210.583
Ilustrasi 3
PT Kereta Api Nusantara (KAN) bergerak dalam bidang angkutan kereta api. Pada
awal tahun 2011, PT KAN telah memasang rel kereta api dan memiliki rekening rel
kereta api sebesar Rp250.000.000. pada tahun 2014 PT KAN menggantikan rel-rel tua
11
yang rusak senilai Rp100.000.000 dengan rel-rel yang baru dengan kos
Rp175.000.000. PT KAN tidak mencatat depresiasi atas asset ini pada tahun 2011,
2012, dan 2013. Pencatatan depresiasi akan dilakukan sesuai metode depresiasi yang
digunakan.
Metode penghentian
Tahun 2014:
Beban Depresiasi Rel Kereta Api Rp100.000.000
Rel Kereta Api Rp100.000.000
Rel Kereta Api Rp175.000.000
Kas/Utang Rp175.000.000
Metode penempatan
Tahun 2014:
Beban Depresiasi Rel Kereta Api Rp175.000.000
Kas/Utang Rp175.000.000
12
Tahun Aliran Kas Pend. Bunga Depresiasi Nilai Buku Bus
1 2 3 4 5
Rp4.000.000,00
2008 Rp1.055.200 Rp400.000,00 Rp655.200,00 3.344.800,00
2009 1.055.200 334.480,00 720.720,00 2.624.080,00
2010 1.055.200 262.408,00 792.792,00 1.831.288,00
2011 1.055.200 183.128,80 872.071,20 959.216,80
2012 1.055.200 95.921,68 959.278,32 (61,52)
Kolom (2) dan (3) menunjukkan nilai harapan yang memungkinkan dapat diperoleh
atau memungkinkan juga tidak. Jumlah depresiasi yang harus diakui secara periodik
ada pada kolom (4) dan kolom (5) menunjukkan nilai buku asset tetap.
13
Metode Garis Lurus (dalam Rp000)
Periode Kos Tarif Depresiasi Akumulasi Nilai Buku
Didepresiasi Depresiasi
Awal Rp185.000 Rp200.000
2010 185.000 0,20 x 9/12 Rp27.750 Rp27.750 172.250
2011 185.000 0,20 x 12/12 37.000 64.750 135.250
2012 185.000 0,20 x 12/12 37.000 101.750 98.250
2013 185.000 0,20 x 12/12 37.000 138.750 61.250
2014 185.000 0,20 x 12/12 37.000 175.750 24.250
2015 185.000 0,20 x 3/12 9.250 185.000 15.000
14
2012 48.000 0,25 12.000
28.800 0,75 21.600
33.600 149.600 50.400
2013 28.800 0,25 7.200
17.280 0,75 12.960
20.160 169.760 30.240
2014 17.280 0,25 4.320
10.920 0,75 8.190
12.510 182.270 17.730
2015 10.920 0,25 2.730 185.000 15.000
Jika perusahaan menggunakan metode JAAT, ada dua cara menetukan depresiasi
parsial, yaitu dengan pendekatan dua tahap dan pendekatan satu tahap.
Metode Jumlah Angka-Angka Tahun (JAAT)
Pendekatan 1: Tahap 1 (dalam Rp000)
Periode Kos Tarif Depresiasi Akumulasi Nilai Buku
Depresiasi Depresiasi Akhir
Awal Rp200.000
1 Rp185.000 0,33 Rp61.000 Rp61.050 138.950
2 185.000 0,27 49.950 111.000 89.000
3 185.000 0,20 37.000 148.000 52.000
15
4 185.000 0,13 24.050 172.050 27.950
5 185.000 0,07 12.950 185.000 15.000
16
2.7 DEPRESIASI KOMPONEN ASET
IFRS meminta setiap komponen asset tetap yang nilainya signifikan harus dilaporkan
secara terpisah. Perhitungan depresiasi dilakukan secara terpisah. Misalnya, PT.
Udara Bebas membeli sebuah pesawat terbang senilai Rp180.000.000.000 pada tahun
2010. Pesawat terbang tersebut memiliki taksiran masa manfaat 20 tahun dan nilai
residu sebesar Rp0. Semua pesawat terbang yang dimiliki PT Udara Bebas
didepresiasi menggunakan Metode Garis Lurus. Komponen pesawat terbang yang
dimiliki PT Udara Bebas adalah sebagai berikut:
Komponen Nilai Komponen Umur Manfaat Komponen
Badan Pesawat Rp90.000.000.000 20 tahun
Mesin Pesawat 80.000.000.000 8 tahun
Komponen Lain 10.000.000 5 tahun
Perhitungan depresiasi komponen pesawat terbang pada tahun 2011 dilakukan sebagai
berikut:
Umur Manfaat Depresiasi
Komponen Nilai Komponen
Komponen Komponen
Badan Pesawat Rp90.000.000.000 20 tahun Rp4.500.000.000
Mesin Pesawat 80.000.000.000 8 tahun 10.000.000.000
Komponen Lain 10.000.000 5 tahun 2.000.000.000
Rp180.000.000.000 Rp16.500.000.000
17
2.8 PENURUNAN NILAI ASET TETAP (IMPAIRMENT)
Krisi yang melanda dunia tahun 2008 telah mempengaruhi kinerja institusi keuangan
dan nonkeuangan. Hasilnya, banyak perusahaan yang melakukan penurunan nilai
asset tetapnya. Proses ini dikenal dengan impairmen. Asset tetap diturunkan nilainya
ketika asset tersebut tidak lagi dapat menutupi nilai bukunya, baik melalui
penggunaan atau menjual asset tersebut. Entitas bisnis harus menguji apakah terjadi
impairmen atau tidak dengan cara:
(a) Melakukan review atas asset, apakah kemampuan menghasilkan uang melalui
penggunaan atau menjualnya menurun. Review dilakukan dengan
menggunakan informasi internal dan eksternal.
(b) Jika ada indikasi impairmen, perlu melakukan pengujian impairmen:
b. Jika NB lebih rendah daripada NT, tidak ada impairmen dan tidak ada
pencatatan yang dibutuhkan.
MANA YANG
LEBIH TINGGI
NB > NT NB < NT
18
Nilai Terpulihkan (NT) adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar yang
dikurangi kos penjualan atau nilai manfaat (value-in-use). Nilai wajardikurangi kos
penjualan adalah nilai jual asset setelah dikurangi kos disposal. Nilai manfaat (value-
in-use) adalah nilai sekarang aliran kas yang diharapkan dari pemanfaatan asset pada
masa depan dan kemungkinan penjualan asset pada akhir masa manfaat. Gambar 2,
menunjukkan penentuan rugi impairmen dan nilai terpulihkan.
Ilustrasi Impairmen 1.
Pada tanggal 31 Desember 2013, PT Hani memiliki peralatan dengan kos
Rp260.000.000, dan akumulasi depresiasi sebesar Rp120.000.000. peralatan dittaksir
memiliki umur manfaar 4 tahun, dan nilai residu sebesar Rp20.000.000. Berikut ini
informasi yang berhubungan dengan peralatan:
(a) Nilai buku peralatan pada 31 Desember 2014 sebesar Rp140.000.000
(Rp260.000.000-Rp120.000.000).
(b) Beban depresiasi untuk tahun 2014 sebesar Rp60.000.000 (dihitung
menggunakan metode garis lurus) telah dicatat.
(c) Nilai terpulihkan peralatan pada 31 Desember 2014 sebesar Rp110.000.000
(d) Sisa umur manfaat peralatan adalah 2 tahun
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan terjadi rugi impairmen. Ayat jurnal yang
perlu dibuat adalah:
Rugi Impaimen Rp30.000.000
Depresiasi Akumulasian-Peralatan Rp30.000.000
Nilai buku peralatan pada 31 Desember 2014 adalah Rp110.000.000. untuk tahun
2015 PT Hani menetapkan taksiran umur manfaat tidak berubah, namun taksiran nilai
residu menjadi nol. PT Hani tetap menggunakan metode garis lurus. Ayat jurnal untuk
mencatat depresiasi pada 31 Desember 2015 adalah:
Beban Depresiasi Peralatan (Rp110.000.000/2thn) Rp55.000.000
Depresiasi Akumulasian-Peralatan Rp55.000.000
Nilai buku peralatan pada 31 Desember 2015 adalah Rp 55.000.000. Apabila
ditentukan nilai terpulihkan peralatan pada tanggal 31 Desember 2015 adalah Rp
40.000.000, terjadi rugi impairmen sebesar Rp 15.000.000, dan diakui rugi impairmen
tambahan dalam ayat jurnal berikut ini:
Rugi Impairmen Rp 15.000.000
Depresiasi Akumulasian-Peralatan Rp 15.000.000
19
Dengan demikian, pada awal tahun 2016 nilai buku peralatan tersisa sebesar
Rp40.000.000.
Ilustrasi Impairment 2.
Melanjutkan ilustri 1 di atas, informasi harga pasar peralatan sangat mungkin sulit
diperoleh, dan PT Hani bisa menggunakan nilai manfaat(value-in use). Diketahui nilai
manfaat lebih tinggi daripada nilai wajar setelah dikurangi kos penjualan. PT Hani
mengguakan tingkat bunga 8% untuk menentukan besarnya aliran kas masa depan
sebesar Rp 30.000.000 per tahun selama empat tahun. Nilai manfaat peralatan PT
Hani adalah :
PV, aliran kas x faktor diskonto anuitas
i= 8%/n:4thn = (Rp 30.000.000 x 3,31213) = Rp 99.463.900
PV, nilai residu x faktor dikonto nilai tunggal
i= 8%/n = 4 thn = (Rp 20.000.000 x 0,73503) = Rp 14.700.600
Nilai manfaat peralatan ( value-in use ) Rp 114.064.500
Rugi impairmen tahun 2014 dihitung sebagai berikut :
Nilai buku peralatan Rp 140.000.000
Nilai manfaat peralatan Rp 114.064.500
Rugi impairmen peralatan Rp 25.935.500
Ayat jurnal untuk mencatat rugi impairmen ini adalah
Rugi impairmen Rp 25.935.500
Depresi Akumulasian-Peralatan Rp 25.935.500
20
Apabila pada 31 Desember 2012 diketahui nilai terpulihkan sebesar Rp 180.000.000,
sehingga terjadi rugi impairmen sebesar Rp 20.000.000. Ayat jurnal untuk mencatat
rugi impairmen adalah :
Rugi Impairmen Rp20.000.000
Depresiasi Akumulasian-Peralatan Rp20.000.000
Berdasarkan ayat jurnal diatas, rencana beban depresiasi dan nilai buku mesin pada
dua tahun ke depan, sebagai berikut :
Tahun Beban Depresiasi Nilai Buku
2013 Rp 90.000.000 Rp 90.000.000
2014 90.000.000 0
21
dalam penciptaan kas, perusahaan harus mengevaluasi kedua aset tersebut bersama
sebagai unit pencipta kas untuk menentukan impairmen.
22
merupakan kos prospek untuk memprediksi keberadaan sumber daya mineral di suatu
wilayah tertentu. Ks ini diakui sebagai beban saat terjadi.
Kos eksplorasi adalah kos yang berhubungan dengan pemerolehan hak melakukan
eksplorasi, melakukan studi-studi topografis, geologis, geokemis, dan geofisis;
eksplorasi , penyampelan dan aktivitas pengevaluasian kelayakan teknis dan
komersial penambangan sumber daya mineral. Ada dua pendekatan untuk
menentukan perlakuan akuntansi atas kos pengeboran. Pendekatn full cost
mendukung semua cost pengeboran harus dikapitalisasi. Pendekatan ini didasarkan
pada argumen sebagai berikut: (1) biaya tersebut tidak dapat dihindari, (2)
keberhasilan perusahaan diukur dari kemampuannya untuk menemukan dan
mengembangkan sumber daya alam, (3) kos perolehan sumber daya alam didasarkan
apada keseluruhan sumber yang menghasilkan. Sedangkan pendekatan successful
effort menyatakan bahwa hanya kos pengeboran yang sukses yang dapat dikapitalisasi
sebagai aset. Pendekatan ini didukung dengn argumen: (1) usaha da prestasi yang
dihasilkn harus dapat dipertemukan secara layak, (2) aset sumber daya mineral yang
melampaui nilai mineral yang sesungguhnya terkandung dapat dihindari, (3)
pendekatan ini menggambarkan prinsip kos historis dari masing-masing pusat kos.
Kos pengembangan meliputi (a) kos peralatan berwujud(tangiable equipment cost),
(b) kos pengembangan tak berwujud(intangible development cost). Kos
pengembangan berwujud meliputi semua peraltan transportasi dan peralatan berat
yang diperlukan untuk produksi, dan bukan merupkan basis perhitungan deplesi.
Peralatan harus dikelola terpisah layaknya aset tetap. Kos pengembangan tak
berwujud harus dipertimbangkan sebagai komponen penentuan deplesi.
Kos lain yang umum terjadi adalah kos restorasi. Kos ini berhubungan dengan usaha
pemulihan lahan ke dalam kondisi alamiah. Kos ini termasuk komponen basis
perhitungan deplesi. Umumnya, pemerintah mewajibkan perusahaan ekstraksi sumber
alam untuk membuat program restorasi lahan tambang.
23
perkataan lain deplesi merupakan jumlah unit sumber daya mineral yang diambil tau
diproduksi dalam suatu perioda akuntansi.
24
2.10 REVALUASI ASET TETAP
Entitas bisnis dapat memilih opsi kos atau nilai wajar untuk menilai aset berwujud.
Ketika entitas memilih opsi nlai wajar maka aset berujud dinlai menggunakan nilai
wajar dan menyiapkan penyesuaian dan menentukan laba rugi belum direalisasi
(sering disebut revaluation surplus) atas aset berwujud yang direvaluasi.
Perevaluasian Tanah
PT Saluta membeli sebidang tanah dengan kos Rp 250.000.000 pada tanggal 4 Januari
2012 perusahaan memilih menggunakan akuntansi revaluasi untuk periode
selanjutnya. Pada 31 Desember 2012, tanah memiliki nilai awajar sebesar Rp
280.000.000. Ayat jurnal untuk mencatat tanah sebesar nilai wajar adalah :
Tanah Rp 30.000.000
Laba Revaluasi Belum Direalisasi Tanah Rp 30.000.000
Tanh dilaporkan sebesar Rp 280.000.000 dalam laporan posisi keuangan, laba rugi
revaluasi belum direalisasi sebagai pendapatan komprehensif lain dalam laporan laba
komprehensif.
25
c) Mencatat Laba Revaluasi Belum Direaliasi sebesar Rp 60.000.000 (Rp
540.000.000-Rp 480.000.000).
Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
Depresiasi Akumulasian-Mesin Rp 120.000.000
Mesin Rp 60.000.000
Laba Revaluasi Belum Direalisasi-Mesin Rp 60.000.000
Komponen realisasi mesin dilaporkan dalam laporan keuangan sebagai berikut:
Laporan Laba Komprehensif:
Pendapatan komprehensif lain
Laba revaluasi belum direalisasi-mesin Rp 60.000.000
Laporan Posisi Keuangan:
Aset Tak Lancar:
Mesin Rp 540.000.000
Depresiasi Akumulasian-Mesin 0
Nilai Buku Mesin Rp 540.000.000
Ekuitas:
Pendapatan komprehensif lain akumulasian Rp 60.000.000
Sebagai ringkasan, kenaikan nilai revaluasi secara umum diakui dalam ekuitas.
Penurunan nilai revaluasi dicatat sebagai beban (rugi impairmen), kecuali menutupi
kenaikan revaluasi pada perioda sebelumnya. Jika nilai revaluasi naik menutupi
revaluasi turun (terjadi beban), jumlah kenaikannya diakui sebagai penghasilan.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Depresiasi merupakan suatu proses sistematis dan rasional untuk
mengalokasikan kos atau biaya asset tetap selama taksiran manfaat asset tetap dan
pembebanannya pada periode yang menerima manfaat asset tetap ttersebut. Ada dua
taksiran manfaat asset tetap yang paling mendasar, yaitu taksiran manfaat secara fisik
dan taksiran manfaat secara ekonomis. Penentuan beban depresiasi tergantung pada
pemilihan metode depresiasi yang tepat.depresiasi dapat dihitung dengan dua
pendekatan, yaitu pendekatan individual dan pendekatan system.
Impairmen merupakan penurunan nilai asset tetap, dimana asset tetap
diturunkan nilainya ketika asset tersebut tidak lagi dapat menutupi nilai bukunya, baik
melalui penggunaan atau menjual asset tersebut. Namun, asset tetap yang akan
dihentikan tidak membutuhkan impairmen karena asset tersebutakan dihentikan pada
waktu singkat.
Deplesi adalah metode akuntansi untuk mengurangi nilai sumber daya alam
secara bertahap sampai menjadi nol selama beberapa periode atau beberapa tahun.
Deplesi dihitung berdasarkan seberapa banyak penghasilan yang didapat dari jumlah
aset yang diambil dari total cadangan sumber daya alam dalam satu periode akuntansi.
27
Daftar Pustaka
Giri, Efraim Ferdinan. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah 1 Perspektif IFRS. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN