Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STANDAR AKUNTANSI IMPAIRMENT DAN

AKUNTANSI ASET TERSEDIA UNTUK DIJUAL

MATA KULIAH ANALISIS STÁNDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Disusun Oleh :

Cintiya Apriyanti Agino (7193220025)

Diana Defrisca (7193520018)

Sri Alecia Sandhova (7193520058)


Bayu Pramuja (7193520063)

Konsentrasi Akuntansi Keuangan

Dosen Pengampu:

OK SOFYAN HIDAYAT, SE., M.Si., Ak.,

CA. PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Standar Akuntansi Impairment dan Akuntansi Aset tersedia Untuk
Dijual” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada dosen pengampu mata kuliah Analisis Standar Akuntansi
Keuangan Kelas Konsentrasi Akuntansi Keuangan yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Standar Akuntansi Impairment dan
Akuntansi Aset tersedia Untuk Dijual. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 10 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Konsep Umum Impairment....................................................................................2
2.2 Impairment Aset Tetap Dan Goodwill.................................................................13
2.3 Aset lancar Tersedia Untuk Dijual......................................................................18
BAB III PENUTUP..............................................................................................19
3.1 Kesimpulan................................................................................................19
3.2 Saran………………………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penurunan nilai atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer
dalam akuntansi saat PSAK mengadopsi IFRS. Sebenarnya istilah impairment
sudah lama dikenal dalam akuntansi khususnya aset tetap. PSAK berbasis
IFRS menggunakan istilah penurunan nilai tidak hanya untuk aset tetap tetapi
juga untuk aset takberwujud, goodwill, aset keuangan dan investasi.

PSAK 16 tentang Aset tetap menjelaskan bahwa Aset tetap dinilai sebesar
harga perolehan atau nilai revaluasi terakhir dikurangi dengan akumulasi
penyusutan dan penurunan nilai. Penurunan nilai disebutkan dalam paragrap
pengukuran. PSAK 19 tentang aset takberwujud menyebutkan hal yang sama.
Bahkan disebutkan goodwill tidak boleh lagi diamortisasi tetapi diimpairment.
PSAK 55 tidak menyebutkan penyisihan piutang untuk piutang yang tidak
dapat ditagih tetapi mengistilahkannya dalam bahasa umum sebagai
penurunan aset keuangan. Impairment diatur khusus dalam PSAK 48
Penurunan Nilai. PSAK 48 diterapkan untuk semua aset kecuali untuk
persediaan, aset keuangan, kontrak konstruksi, kontrak asuransi, property
investasi yang diukur dengan nilai wajar, aset tidak lancar dimiliki untuk
dijual (PSAK 58) dan aset pajak tangguhan (PSAK 46).

Paparan ini hanya membahas penurunan nilai yang berlaku umum dalam
PSAK 48, tidak menyoroti penurunan nilai yang berlaku dalam PSAK khusus.
Konsep penurunan nilai dalam PSAK ini menjadi kerangka dasar akuntansi
penurunan nilai, namun untuk beberapa aset yang telah disebutkan di atas,
penurunan nilai menggunakan kaidah yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai


berikut :
a. Apa Konsep umum dari Impairment?
b. Apa itu Impairment Aset Tetap dan Goodwill?
c. Apa saja Aset Lancar Untuk Dijual?
1
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Konsep Umum Impairment.


b. Untuk mengetahui Impairment dan Goodwill.
c. Untuk mengetahui Aset lancar Untuk Dijual.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Umum Impairment
2.1.1 Pengertian Impairment

Impairment atau penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai
terpulihkan. Nilai terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi
dengan biaya penjualan dan nilai pakai. Kerugian penurunan nilai merupakan selisih
antara nilai tercatat dikurangi dengan nilai terpulihkan. Kerugian tersebut diakui dalam
laporan laba rugi pada saat terjadinya. Pemulihan terhadap penurunan nilai dapat
dilakukan.
Penurunan nilai didasarkan pada prinsip konservatisme dan kehati-hatian. Aset
tidak boleh dicatat overstated, dari nilai dapat diperoleh kembali. Sesuai definisi aset
adalah manfaat ekonomi yang di masa depan yang diharapkan akan mengalir dalam
suatu entitas. Aset harus disajikan sebesar nilai yang mencerminkan manfaat ekonomi
yang akan diperoleh di masa depan. Saat nilai yang akan diperoleh di masa depan lebih
rendah dari nilai tercatat, maka aset tersebut harus diturunkan.
Pengukuran penurunan nilai dapat dilakukan untuk satu unit aset tunggal
maupun satu kelaompok aset. Ada aset yang dapat menghasilkan arus kas independen
dari aset atau kelompok aset lain. Jika satu aset dapat menghasilkan arus kas independen
maka pengukuran penurunan nilai dilakukan berdasarkan unit aset tersebut. Namun ada
beberapa aset yang dapat menghasilkan arus kas jika berada dalam kelompok aset,
sehingga penurunan nilai dilakukan untuk satu unit penghasil kas. Contoh unit penghasil
kas adalah investasi asosiasi, investasi di anak perusahaan, suatu unit pabrik .
Aset dapat diperoleh kembali melalui penjualan (value through sales) dan
penggunaan (value through sales). Jika aset tersebut dijual maka entitas akan
mendapatkan nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan. Nilai wajar adalah nilai
yang dihasilkan dari penjualan suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi yang
mengerti dan berkehendak beban tanpa tekanan. Nilai pakai adalah nilai aset jika
digunakan terus sampai akhir masa manfaat. Nilai pakai dihitung dari nilai sekarang dari
taksiran arus kas yang dapat diharapkan akan diterima aset atau unit penghasil kas di
masa mendatang. Biaya pelepasan adalah tambahan tambahan yang secara langsung
terkait dengan pelepasan aset atau unit penghasil kas.
3
Dalam penurunan nilai, yang dipilih adalah nilai tertinggi antara nilai yang dapat
diperoleh kembali dengan nilai yang digunakan. Sebagai ilustrasi suatu kendaraan nilai
tercatatnya 400juta, nilai jual dikurangi biaya penjualan 350 juta dan nilai pakainya 300
juta. Manajer akan memilih menjual aset tersebut dengan harga 350 juta daripada terus
memakainya, karena nilai pakai aset tersebut hanya 300 juta. Namun jika nilai pakainya
370 juta dan nilai jual dikurangi biaya penjualan 310 juta, maka manajer akan memilih
terus menggunakan aset tersebut sampai akhir masa manfaatnya.

2.1.2 Prosedur Penurunan Nilai


Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas harus menilai apakah terdapat
indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi, entitas harus
mengukur nilai terpulihkan aset. Jika nilai terpulihkan tersebut lebih rendah dari nilai
tercatat aset, maka entitas harus menyesuaikan nilai aset tersebut dan mengakui
kerugian penurunan nilai. Entitas memberikan pengungkapan yang memadai atas
penurunan nilai tersebut.
Pada saat menilai indikasi penurunan nilai, entitas mempertimbangkan faktor
ekternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor di luar entitas yang
mengindikasikan dan mempengaruhi penurunan nilai aset seperti, penurunan nilai pasar
aset yang sangat signifikan melebihi penurunan nilai akibat pemakaian atau berlalunya
waktu, perubahan lingkungan seperti teknologi, ekonomi, teknologi, suku bunga pasar
dan lingkup operasi entitas. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam entitas dan
faktor teknis terkait aset tersebut seperti, keusangan dan kerusakan fisik, kinera aset
yang buruk dan perubahan signifikan dalam perusahaan yang menyebabkan aset tidak
dimanfaatkan.
Pengujian adanya indikasi penurunan nilai merupakan tahapan awal dalam
menentukan penurunan nilai. Jika tidak ada indikasi, maka aset tidak mengalami
penurunan nilai sehingga tidak perlu melakukan pengukuran penurunan nilai. Namun
jika aset tersebut memiliki indikasi penurunan nilai, maka dalam pengukuran penurunan
nilai dapat dipastikan bahwa nilai tercatat lebih tinggi dari pada nilai terpulihkan.
Khusus untuk aset takberwujud yang memiliki masa manfaat tidak terbatas dan
yang belum digunakan, entitas langsung melakukan pengujian atas penurunan nilai.
Entitas tidak perlu melakukan pengujian ada tidaknya indikasi namun langsung
membandingkan antara nilai tercatat dan nilai terpulihkan setiap tahun. Pengujian
4
penurunan nilai dilakukan kapan saja dalam periode tahunan, asalkan dilakukan pada
saat yang sama setiap tahunnya.
Langkah kedua setelah ditemukan indikasi penurunan nilai adalah menentukan
nilai terpulihkan. Entitas harus menghitung nilai wajar aset dan biaya penjualan aset dan
nilai pakai aset. Kedua nilai tersebut tidak harus tersedia semuanya. Jika salah satu nilai
tersebut lebih besar dari nilai tercatat, maka tidak perlu dilakukan proses penurunan nilai
berikutnya. Artinya nilai terpulihkan akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari nilai
tercatat sehingga tidak terjadi penurunan nilai. Dalam kondisi lain, nilai pasar aset sulit
dilakukan karena tidak ada dasar untuk menentukan nilai pasar. Entitas dapat
menggunakan pakai sebagai nilai terpulihkan. Namun sebaliknya jika entitas tidak
meyakini nilai pakai aset, maka nilai wajar dikurangi biaya penjualan digunakan sebagai
nilai terpulihkan.
Penentuan nilai terpulihkan dilakukan untuk aset secara individual, kecuali aset
tersebut tidak menghasilkan arus masuk indipenden dari aset lain. Untuk aset yang arus
kasnya baru dapat ditentukan dalam satu kelompok aset, penentuan jumlah terpulihkan
dilakukan untuk satu kelompok aset yang menghasilkan arus kas, disebut sebagai unit
penghasil kas.
Kaidah menentukan nilai wajar mengikuti hirarki umum penentuan nilai wajar
mulai dari menggunakan harga dalam perjanjian penjualan mengikat, pasar aktif, nilai
pasar aset pada transaksi terkini dan nilai pasar aset serupa. Standar tidak menjelaskan
perlunya penilai untuk menentukan nilai wajar dalam penurunan nilai, namun entitas
dapat menggunakan informasi penilai untuk menentukan nilai wajar jika harga pasar
aktif tidak tersedia.
Biaya penjualan adalah seluruh biaya untuk melepaskan aset tersebut. Contoh
biaya penjualan adalah biaya hukum, biaya pajak transaksi, biaya pemindahan, biaya
tambahan untuk menjadikan aset dalam keadaan siap dijual. Namun biaya pemutusan
hubungan kerja dan biaya terkait regorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan
bagian dari biaya penjualan.
Nilai pakai adalah nilai kini arus kas di masa depan yang diharapkan akan
diperoleh entitas dari pemakaian aset tersebut. Untuk memperoleh nilai pakai langkah
yang harus dilakukan adalah mengestimasi arus kas masuk dan arus kas keluar di masa
depan dari pemakaian dan pelepasan aset serta menerapkan tingkat diskonto yang tepat
atas arus kas masa depan tersebut. Estimasi arus kas masa depan harus memperhatikan
faktor ketidakpastian, kondisi ekonomi, tingkat dan suku bunga. Asumsi yang
5
digunakan dalam proyeksi harus mencerminkan estimasi terbaik manajemen mengenai
kemungkinan yang akan terjadi selama penggunaan aset tersebut. Estimasi arus dan
tingkat diskonto harus menggambarkan asumsi yang konsisten mengenai kenaikan harga
yang dikaitkan pada inflasi umum.
Tarif diskonto yang digunakan mencerminkan penilaian pasar atas nilai waktu
uang dan risiko spesifik. Diskonto yang digunakan mencerminkan tingkat pengembalian
yang disyaratkan investor jika mereka memilih suatu investasi yang menghasilkan arus
kas dengan jumlah, waktu, profil risiko yang sama dengan aset tersebut.
Dalam praktik tidak mudah menghitung nilai pakai suatu aset. Arus kas entitas
dihasilkan dari kegiatan operasi yang merupakan gabungan dari sumber daya entitas
yang tidak mudah untuk dipisahkan kontribusinya. Untuk aset investasi di perusahaan
asosiasi atau anak perusahaan, arus lebih mudah untuk diidentifikasi, namun aset secara
individu atau kelompok aset sulit untuk mengidintifikasi dan menghitung arus kas.
Sebagai contoh arus kas angkutan pariwisata tidak dapat dilepaskan dari fungsi
pemasaran dan kesediaan sumber daya pendukung. Terkadang sulit untuk menentukan
secara spesifik arus kas dari sumber daya pendukung, aktivitas tidak langsung dan
aktivitas yang dimanfaatkan bersama beberapa aset.
Entitas akan menentukan nilai terpulihkan dengan memilih nilai yang lebih
tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan atau nilai pakai. Dalam kondisi
khusus, jika tidak tersedia keduanya atau tersedia namun nilainya tidak dapat diandalkan
maka nilai yang tersedia dan dapat diandalkan tersebut merupakan nilai terpulihkan.
Langkah ketiga adalah menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai atau
tidak dengan membandingkan nilai tercatat dengan nilai terpulihkan. Jika nilai tercatat
lebih rendah dari nilai terpulihkan, aset tidak mengalami penurunan nilai. Entitas akan
mengakui penurunan nilai sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai pakai. Aset akan
disesuaikan/diturunkan nilainya sebesar nilai pakai. Kerugian penurunan nilai disajikan
dalam laporan laba rugi periode berjalan. Entitas harus mengungkapkan aset yang
mengalami penurunan nilai dalam catatan atas laporan keuangan.
Penurunan nilai untuk unit penghasil kas dalam bentuk investasi pada anak
perusahaan atau investasi asosasi dialokasikan ke aset dari unit penghasil kas tersebut.
Penurunan nilai pertama kali dialokasikan untuk menurunkan nilai goodwill, jika masih
tersisa akan dialokasikan prorate atas aset tetap atau aset takberwujus selain goodwill
yang dimiliki entitas.
Kerugian penurunan nilai pada periode berikutnya dapat dipulihkan. Pemulihan
6
aset dilakukan sebesar nilai tercatat aset pada periode tersebut (nilai tercatat pada
periode tersebut jika tidak tidak terjadi penurunan nilai). Kecuali untuk goodwill,
penurunan nilai yang telah dilakukan tidak dapat dipulihkan. Pemulihan penurunan nilai
diakui dalam laporan laba rugi sebagai kentungan yang disajikan dalam laporan laba
rugi periode berjalan.

7
2.2 Impairment Aset Tetap Dan Goodwill
2.2.1 Impairment Aset Tetap
Impairment aset terjadi jika nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat
dipulihkan. Aset yang mengalami penurunan nilai harus disesuaikan dan dampak
penyesuaian tersebut akan diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi. Semua
aset memiliki potensi mengalami penurunan nilai, namun ada yang diatur sendiri
dalam standar aset terkait atau diatur umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan
Nilai.

Contoh perhitungan Impairment Aset Tetap (Mesin)

PT.SUKSES memiliki sebuah mesin produksi yang diperoleh seharga 100 juta
rupiah dan mulai digunakan pada tanggal 4 Januari 2019. Mesin tersebut
diperkirakan memiliki usia ekonomis selama 10 tahun.Pada tanggal 31 Desember
2020, PT. VNL memperkirakan kemungkinan terjadinya impairment. Nilai value
in use diperkirakan sebesar 75 juta rupiah. Dalam kasus ini, maka kamu terlebih
dahulu harus menghitung nilai depresiasi mesin per tahunnya.

Besar Depresiasi per Tahun = 100.000.000/10 tahun = 10.000.000 per tahun

Dengan demikian, maka nilai sisa buku mesin per 31 Desember 2020 adalah:

Nilai sisa buku per 31 Des 2020 = 100.000.000 – (2 x 10.000.000) = 80.000.000

Apabila dibandingkan, nilai sisa buku mesin per 31 Desember 2020 adalah sebesar
80 juta rupiah sedangkan nilai value in use adalah sebesar 75 juta rupiah sehingga
terdapat selisih 5 juta dengan posisi nilai sisa buku mesin lebih besar dibanding
value in use. Hal ini menunjukkan adanya loss on impairment asset.

8
Impairment asset dalam laporan keuangan dapat ditulis sebagai berikut.

2.2.2 Impairment Goodwill


Goodwill Impairment adalah pengurang pendapatan yang dicatat perusahaan
pada laporan laba rugi setelah mengidentifikasi bahwa aset yang diperoleh terkait
dengan goodwill tersebut tidak memiliki kinerja keuangan seperti yang diharapkan
pada saat akuisisi.
Penurunan nilai Goodwill bisa terjadi pada saat perusahaan sudah
memutuskan untuk membayar lebih besar nilai buku dari asset yang sudah
diakuisisinya, kemudian ternyata nilai dari asset tersebut malah semakin menurun.
Selisih dari nilai yang perusahaan bayarkan untuk bisa mendapatkan asset tersebut
dan nilai bukunya itulah yang disebut sebagai Goodwill. Pada saat goodwil
mengalami penurunan nilai, maka perusahaan juga harus melakuan penyesuaian.
Goodwill sering dicatat ketika satu perusahaan membeli yang lain lebih dari
yang menurut pasar layak – Ini mewakili perbedaan antara nilai pasar wajar dan
harga pembelian perusahaan.Jika nilai perusahaan yang dibeli turun secara
permanen di bawah nilai bukunya, maka nilai goodwill pada neraca adalah yang
pertama kali terpengaruh. Jadi, ketika nilai perusahaan yang dibeli turun secara
permanen, penurunan nilai goodwill dicatat.
Pengujian Penurunan Nilai Good Will
1) Penilaian Situasi Saat Ini
Kondisi saat ini dari bisnis yang diakuisisi perlu dinilai untuk memahami
apakah diperlukan pengujian penurunan nilai. Seperti telah disinggung di atas,
peristiwa seperti perubahan kebijakan pemerintah, perubahan manajemen, atau
jatuhnya harga saham, kemungkinan bangkrut akan memicu kemerosotan
kondisi keuangan. Perusahaan diharuskan untuk menilai nilai wajar perusahaan
atau unit pelaporan pada paruh pertama tahun fiskal, apakah perlu dicatat
penyesuaian penurunan nilai atau tidak.

9
2) Indetifikasi Gangguan

Nilai pasar wajar unit pelaporan saat ini harus dibandingkan dengan nilai
tercatatnya. Nilai tercatat unit pelapor harus mencakup goodwill dan aset tidak
berwujud yang belum diakui. Tidak terdapat penurunan nilai goodwill jika nilai
pasar wajar unit pelaporan saat ini lebih besar dari nilai tercatatnya, dan tidak
perlu melakukan langkah berikutnya. Jika nilai tercatat lebih besar dari nilai
pasar wajar unit pelaporan saat ini, maka penurunan nilai perlu dihitung.

3) Perhitungan Penurunan Nilai


Dengan membandingkan nilai pasar wajar unit pelaporan saat ini dengan nilai
tercatatnya, jika nilai tercatatnya lebih besar, maka penurunan nilai ini perlu
dihitung. Nilai penurunan nilai maksimum adalah nilai tercatatnya, karena tidak
boleh melebihi nilai ini.

Contoh Perhitungan Impairment Goodwill

YZ Inc. mengakuisisi aset ABC Inc. sebesar $ 15 juta; asetnya bernilai $ 10 juta,
dan goodwill sebesar $ 5 juta dicatat di neraca. Setahun kemudian, XYZ Inc.
menilai dan menguji penurunan nilai asetnya dan menyimpulkan bahwa
pendapatan ABC Inc. telah menurun drastis. Karena itu, nilai aset perusahaan ABC
Inc. saat ini turun dari
$ 10 juta menjadi $ 7 juta, sehingga mengakibatkan penurunan nilai aset sebesar $
3 juta. Akhirnya, nilai aset goodwill turun dari $ 5 juta menjadi $ 2 juta.

1. Neraca Keuangan
Goodwill berkurang dari $ 5 juta menjadi $ 2 juta.
2. Laporan Laba Rugi
Biaya penurunan nilai sebesar $ 3 juta dicatat, yang mencerminkan penurunan
laba bersih sebesar $ 3 juta.
3. Laporan Arus Kas
Dalam laporan arus kas, biaya yang mengurangi penghasilan kena pajak dimasukkan.
Beban penurunan nilai adalah beban non tunai yang tidak dapat dikurangkan dari pajak,
sehingga tidak mempengaruhi laporan arus kas.

2.3 Aset Lancar Tersedia Untuk Dijual


2.3.1 Peraturan Standar Akuntansi Keuangan 58

10
PSAK 58 tentang Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada
tanggal 15 Desember 2009. PSAK 58 ini merevisi PSAK 58 tentang Operasi dalam
Penghentian yang telah dikeluarkan pada 6 Mei 2003. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan telah mengesahkan penyesuaian atas PSAK 58 tentang Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan pada tanggal 27
Agustus 2014.

2.3.2 Pengakuan Aset Tidak Lancar Yang Dimiliki Untuk Dijual


Entitas mengklasifikasikan suatu aset tidak lancar sebagai dimiliki untuk
dijual jika jumlah tercatatnya akan dipulihkan terutama melalui transaksi penjualan
daripada melalui pemakaian berlanjut. Aset harus berada dalam keadaan segera
dapat dijual dengan syarat-syarat yang biasa dan umum diperlukan dalam
penjualan aset tersebut dan penjualannya harus sangat mungkin terjadi (highly
probable).
Penjualan dikatakan sangat memungkinkan terjadi, jika :

1. Manajemen harus berkomitmen terhadap rencana penjualan aset dan aktif


mencari pembeli dan menyelesaikan rencana tersebut.
2. Aset harus dipasarkan secara aktif pada harga yang pantas sesuai dengan nilai
wajar kininya
3. Penjualan diperkirakan memenuhi ketentuan pengakuan sebagai penjualan
dalam waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi
4. Tidak mungkin terjadi perubahan signifikan atau pembatalan atas rencana

2.3.3 Pengukuran Aset Tidak Lancar Yang Dimiliki Untuk Dijual


Entitas mengukur aset tidak lancar yang diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual pada nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat dan nilai wajar
setelah dikurangi biaya untuk menjual. Entitas mengukur aset tidak lancar yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk didistribusikan kepada pemilik pada nilai
yang lebih rendah antara jumlah tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya
untuk mendistribusikan.

11
Entitas tidak boleh menyusutkan (atau mengamortisasi) aset tidak lancar
yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau selama menjadi bagian dari
kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual.

2.3.4 Penghentian Aset Tidak Lancar Yang Dimiliki Untuk Dijual


Pada saat terjual (penghentian), selisih antara nilai tercatat kini dengan
perolehan (proceed) diakui sebagai keuntungan/kerugian pelepasan aset.
Keuntungan atau kerugian ini bukan merupakan penyesuaian atas penurunan nilai
yang diakui sebelumnya.

Contoh Soal Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual

PT. Gayeng mempunyai asset tetap yang diperoleh pada Desember 2004 pada biaya 100
juta. Aset tersebut diestimasikan mempunyai nilai residu sebesar Rp 10 juta dengan
masa manfaat 10 tahun. Pada tanggal 1 Desember 2007, aset tersbt diklasifikasikan
sebagai asset yang dimiliki untuk dijual. Aset tersebut mempunyai nilai wajar
diestimasikan Rp 80 juta dengan biaya untuk menjual aset tersebut adalah Rp 30 juta.
Pada tanggal 30 Juni 2008, aset tersebut terjual senilai Rp 77 Juta. Maka jurnal dari
setiap kejadian diatas adalah:

Jawab :

Depresiasi per tahun: (100 juta - 10 juta) / 10 tahun = 9 juta per tahun
Jurnal: 01 Desember 2007 (01 Des 2004 s.d 01 Des 2007 adalah 3 tahun)
Aset yang dimiliki untuk dijual Rp 73.000.000 -
Akumulasi depresiasi Rp 27.000.000 -
Aset tetap - Rp 100.000.000

Jurnal 30 Juni 2008


Kas Rp 77.000.000 -
Aset dimiliki untuk dijual - Rp 73.000.000
Keuntungan penjualan aset - Rp 4.000.000

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aset tetap adalah aset berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.
untuk digunakan (bukan barang dagangan), digunakan dalam operasi
perusahaan yang utama (bukan investasi jangka panjang), Dimiliki untuk
digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi perusahaan (bukan
perlengkapan) Memiliki nilai yang relatif tinggi, Dikarenakan memiliki nilai
yang tinggi, penggunaan yang relatif lama dan menjadi alat utama perusahaan
menghasilkan revenue, maka investasi dalam aset tetap (Capital Budgeting)
harus diperhitungkan dengan matang.
Aset tidak berwujud merupakan aset non moneter yang dapat diidentifikasi
dan tidak mempunyai wujud fisik, seperti merek dagang, hak paten, goodwill,
dan aset tidak berwujud yang berhubungan dengan teknologi. Salah satunya
seperti merek dagang yang dimiliki oleh perusahaan.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, bentuk
penyusunan maupun materinya mememiliki kekurangan dan masih memerlukan
tambahan dari pembaca, baik itu dari segi referensi ataupun tulisannya. Maka dari itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

guru, M. s. (2021, September 30). Aset Tidak Lancar Yang Dimiliki Untuk Dijual. Retrieved
from Akuntansi Mandiri.com: http://www.akuntansimandiri.com/2021/03/aset-tidak-
lancar-yang-dimiliki-untuk.html?m=1
Indonesia, I. A. (n.d.). PSAK 58 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan. Retrieved from SAK (Standar Akuntansi Keuangan):
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-40-psak-58-
aset-tidak-lancar-yang-dimiliki-untuk-dijual-dan-operasi-yang-dihentikan
Lyman, C. (2022, January 26). Contoh dan Cara Menghitung Impairment Asset. Retrieved
from Pintu.co.id: https://pintu.co.id/blog/contoh-dan-cara-menghitung-impairment-
asset#cara-menghitung-impairment-asset
Ramadhani, N. (2022, Mei 13). Impairment Adalah: Pengertian, Contoh dan Cara
Perhitungannya. Retrieved from
Akseleran.co.id:
https://www.akseleran.co.id/blog/impairment-
adalah/#Cara_Menghitung_Impairment_Asset

14
15

Anda mungkin juga menyukai