Anda di halaman 1dari 16

Akutansi Akuntansi Menengah 1

Dosen pembimbing :
Annie Mustika Putri, SE., M.Ak., Ak., CA

Disusun Oleh:

Anisya (190301127)

Ayu Zarni Putri (190301219)

Nur utami (190301174)

Wahyu Shabrina (190301177)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat allah swt atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Akuntansi Keuangan Menengah I dengan judul “Depresiasi &
Penurunan Nilai” ini dengan baik dan lancar.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak baik moral
maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada : Annie Mustika Putri, SE., M.AK., AK., CA Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak yang membaca makalah ini.

Pekanbaru, 24 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................................................................1
2. Rumus Masalah...............................................................................................................................2
3. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
1. Pengertian Depresiasi......................................................................................................................3
2. Metode Penyusutan........................................................................................................................3
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
1. Kesimpulan....................................................................................................................................12
2. Saran..............................................................................................................................................12
Daftar Pustaka................................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Aset Tetap atau Aktiva Tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode. Jenis aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan,
pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer,
dan lain-lain.

Beban – beban selama masa penggunaan aktiva tetap seperti Reparasi dan pemeliharaan,
Penggantian, Penambahan , Depresiasi aktiva tetap. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan
dalam perlakuan pajak. Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali
tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan artinya nilai
aktiva tetap selain tanah, misalnya mobil, berkurang seiring dengan realisasi masa umur
pemanfaatannya, sampai ketika masa guna itu habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah
nol. Secara umum perusahaan dalam menentukan depresiasi biasanya menggunakan metode
penetapan nilai penyusutan y ang dapat digunakan untuk menghitung nilai penyusutan dari suatu
aktiva tetap.

Setiap perusahaan didirikan untuk mendapatkan keuntungan (profit) seoptimal mungkin,


sehingga dapat memperluas jaringan usaha yang dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan
lainnya. Untuk itu diperlukan adanya metode penilaian dan pencatatan yang tepat yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam rangka mengelola segala aktivitas perusahaan seperti
bangunan/gedung sebagai kantor, peralatan, dan kendaraan sebagai alat transportasi.

Sebagai alat yang dapat mendukung suatu kegiatan perusahaan aktiva tetap biasanya
memiliki masa pemakaian yang lama, sehingga bisa diharapkan dapat memberi manfaat bagi
perusahaan selama bertahun-tahun. Namun demikian, manfaat yang diberikan aktiva tetap pada
umumnya semakin menurun karena aktiva tetap tersebut mengalami penyusutan (depreciation).
Penyusutan ini biasanya dicatat pada akhir tahun sebagai laporan keuangan di neraca. Dalam
akuntansi aktiva tetap ini akan dibahas tentang metode depresiasi. Semua aset memiliki potensi
mengalami penurunan nilai, namun ada yang diatur sendiri dalam standar aset terkait atau diatur
umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan Nilai. Penurunan nilai atau impairment menjadi
bahasa yang semakin populer dalam akuntansi saat PSAK mengadopsi IFRS. Istilah impairment
sudah lama dikenal dalam akuntansi khususnya aset tetap. PSAK berbasis IFRS menggunakan
istilah penurunan nilai tak hanya untuk aset tetap tetapi juga untuk aset tak berwujud, goodwill,
aset keuangan dan investasi.

1
2. Rumus Masalah

1. Apa Pengertian Depresiasi?


2. Bagaimana Metode Penyusutan?
3. Alasan Kenapa Aktiva Tetap Disusutkan?
4. Faktor – Factor Yang Mempengaruhi Biaya Depresiasi!
5. Apa definisi penurunan nilai?
6. Apa indikasi penurunan nilai?
7. Bagaimana pengukuran penurunan nilai?
8. Bagaimana pengakuan rugi penurunan nilai?
9. Bagaimana penurunan nilai pada unit penghasil kas?
10. Bagaimana perhitungan goodwill?
11. Bagaimana perhitungan aset korporat?
12. Bagaimana pemulihan rugi penurunan asset?
13. Bagaimana penyajian dan pengungkapan?

3. Tujuan
1. Dapat memahami apa yang dimaksud Deprsiasi.
2. Mengetahui metode Penyusutan dalam menentukan nilai Depresiassi
3. Mengetahui alasan kenapa aktiva tetap disusutkan
4. Mengetahui faktor – factor yang mempengaruhi biaya depresiasi
5. Untuk mengetahui penurunan nilai.
6. Untuk mengetahui indikasi penurunan nilai.
7. Untuk mengetahui pengukuran penurunan nilai.
8. Untuk mengetahui pengakuan rugi penurunan nilai.
9. Untuk mengetahui penurunan nilai pada unit penghasil kas.
10. Untuk mengetahui perhitungan goodwill.
11. Untuk mengetahui perhitungan aset korporat.
12. Untuk mengetahui pemulihan rugi penurunan aset.
13. Untuk mengetahui penyajian dan pengungkapan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan
penggunaannya. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan.
Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut: Harus digunakan dalam
usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan. Harus mempunyai umur manfaat
tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari setahun. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai
habis, mengalami peluruhan / kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai
asalnya. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi. Properti
personal seperti hak cipta, paten atau franchise.
2. Metode Penyusutan
Dasar penyusutan aktiva tetap adalah harga perolehan dan nilai buku. Jika setelah masa pakai
dianggap masih memiliki nilai (nilai sisa), maka dasar penyusutan adalah harga perolehan
dikurangi nilai sisa. Nilai sisa adalah taksiran harga pasar aset tetap pada akhir masa manfaat.
Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan.
Ada beberapa metode penetapan nilai penyusutan yaitu;
 Metode Garis Lurus (Straight Line)
Berdasarkan berlalunya waktu
jumlah penyusutan sama sepanjang masa manfaat
 Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
 atau Depresiasi =  Hrg. Perolehan – nilai sisa           .  
Taksiran umur ekonomis aktiva
Dasar penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
*Contoh : Taksiran masa manfaat 5 tahun, maka tarif penyusutan = 100% : 5 = 20% per tahun.
Jika ada nilai sisa 20%, maka tarif penyusutan = (100% ‐20%) : 5 = 16% per tahun

 Metode jam jasa (servie hours method)


Metode ini biasanya digunakan untuk mesin produksi dan kendaraan.
Dengan asumsi bahwa aktiva tersebut akan cepat rusak bila digunakan dengan waktu penuh.
 Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
 atau Depresiasi =  Hrg. Perolehan – nilai sisa           .  
Taksiran jam pemakaian total
Dasar penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
*Contoh : mesin dengan harga perolehan Rp. 6.000, nilai sisa Rp. 400 dengan asumsi mesin
tersebut dapat digunakan selama 10.000jam depresiasi per-jam dapat dihitung dengan cara:

Tarif Depresiasi = (Rp. 6.000 – Rp. 400) : 10.000 = Rp. 0.56/jam


Apabila pada tahun pertama mesin dipakai selama 2,000 jam, maka biaya depresiasinya adalah
= 2.000 x Rp. 0.56 = Rp. 1.120

3
 Metode Saldo Menurun (Declining Balance)
Beban penyusutan menurun sejalan dengan berlalunya waktu (dari tahun ke tahun)
Makin tua aset, makin berkurang kemampuan memberikan manfaat juga menurun
 Dasar penyusutan = Nilai Buku Awal Periode
 Nilai Buku Awal Periode = Nilai Perolehan –Akumulasi Penyusutan
 Umumnya tarif penyusutan = 2 x tarif metode garis lurus.

 Metode Jumlah Angka‐Angka Tahun (Sum of Years Digit)


Dasar penyusutan adalah jumlah angka tahun masa manfaat
*Contoh:
 Masa manfaat 5 tahun, maka dasar penyusutan adalah 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
 Tarif penyusutan tahun I = 5/15; Tarif penyusutan tahun II = 4 /15, dst.
 Beban Penyusutan Tahun I = 5/15 x (Harga Perolehan –Nilai Sisa)
 
 Metode Nilai Produksi (Unit of Production)
Dasar penyusutan adalah kapasitas produksi yang dihasilkan selama aset dapat
digunakan (selama masa manfaat)
Tarif Penyusutan = Produksi Aktual Tahun Berjalan / Kapasitas Produksi selama masa
manfaat
*Contoh:
 Tarif Penyusutan =245,000/1,000,000 x 100% = 24.5%
 Beban Penyusutan = 24.5% x (Harga Perolehan –Nilai Sisa)

- Langkah‐Langkah Menghitung Penyusutan Aset Tetap :


1) Susun daftar aset tetap dengan mengelompokkannya berdasarkan jenis;
2) Untuk masing‐masing jenis aset tetap tentukan masa manfaat;
3) Untuk masing‐masing aset tetap tentukan nilai sisa di akhir masa manfaat;
4) Untuk masing‐masing aset tetap hitung dasar penyusutan, yakni nilai perolehan
dikurangi prakiraan nilai sisa;
5) Susun suatu jadwal penyusutan untuk masing‐masing aset tetap;
6) Terapkan penyusutan secara berkala dengan metode garis lurus (straight line
method)

CONTOH Kebijakan Penyusutan Aset Tetap:


Sebuah notebook computer dibeli tanggal 1 Juli 2009. Harga perolehan Rp. 10 juta, nilai sisa
ditaksir 20% dari harga perolehan. Bagaimana menyusutkannya? (metode garis lurus)
Penyusutan Tahunan = (100% ‐20%) x Rp. 10 juta : 4 tahun
=Rp. 2 juta per tahun
=Rp. 1 juta per enam bulan

4
1. Alasan Kenapa Aktiva Tetap Disusutkan
Alasan kenapa suatu perusahaan melakukan penyusutan terhadap aktiva tetapnya yaitu
karena suatu aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan tujuan untuk memproduksi
barang atau jasa, memasok barang atau jasa, disewakan, atau untuk administrasi kantor di taksir
dapat digunakan lebih dari 1 periode akuntansi dan Memiliki masa manfaat yang terbatas
sehingga akan mengurangi nilai baik nilai guna, nilai pemanfaatan dan kualiatas dari aktiva
tersebut.

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Depresiasi 


Ada beberapa Faktor – factor yang mempengaruhi biaya depresiasi diantaranya sebagai
berikut :
Harga perolehan (hp) adalah uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dari semua biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aktiva.
Nilai residu (sisa) adalah nilai suatu aktiva jika aktiva tersebut habis masa manfaatnya, ditukar
dengan aktiva lain, atau dijual. Nilai ini merupakan estimasi.
Taksiran umur ekonomis adalah umur kegunaan (masa manfaat) dari suatu aktiva. Nilai ini
merupakan taksiran berdasarkan cara-cara pemeliharaan dan kebijakan yang dianut oleh
perusahaan.

3. Apa definisi penurunan nilai


Penurunan nilai dari asset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat asset (carrying
amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount). Dalam kondisi dimana suatu entitas
menghadapi penurunan nilai dari aset-asetnya, maka banyak entitas yang melakukan
penghapusan (write-off) terhadap aset jangka panjangnya. Standart akuntansi menyatakan bahwa
suatu entitas harus mengevaluasi apakah terdapat indikasi penurunan nilai terhadap aset yang
dimilikinya.

4. Apa indikasi penurunan nilai


Menurut PSAK 48 tentang Penurunan Asset bahwa pada setiap akhir periode
pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu asset pengalami penurunan
nilai. Dalam menilai apakah indikasi bahwa asset mungkin mengalami penurunan nilai, entitas
harus mempertimbangkan minimum hal-hal berikut ini. Informasi dari sumber-sumber
ekternal, antara lain sebagai berikut. Selama periode tersebut, nilai pasar asset telah turun secara
signifikan lebih dari yang diharapkan . Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik
asset.
Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan segnifikan yang berdampak
merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu asset digunakan atau diharapkan
akan digunakan. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja
ekonomi asset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan. Untuk suatu investasi
dalam entitas anak, antitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang disajikan dalam
laporan keuangan terpisah berdasarkan metode biaya. Jika aset tak berwujud tidak menghasilkan

5
arus kas masuk dari penggunaan secara berkelanjutan yang sebagian besar independen dari arus
kas masuk dari aset-aset atau kelompok aset. Penghitungan terkini jumlah terpulihkan
menghasilkan suatu jumlah yang melebihi jumlah tercatat aset dengan margin yang substansial.
Kecil kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan saat ini akan lebih kecil dari jumlah
tercatat aset. Terlepas kapan evaluasi atas indikasi penurunan nilai dilakukan, konsep
materialitas diterapkan dalam mengidentifikasi apakah jumlah terpulihkan suatu aset perlu
diestimasi.

5. Bagiamana Pengukuran Penurunan Nilai


Setelah suatu entitas mengevaluasi adanya indikasi penurunan nilai, dan ternyata
menemukan adanya indikasi penurunan nilai maka harus dilakukan pengujian atas penurunan
nilai. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan antara jumlah tercatat dari asset
dengan jumlah terpulihkannya. Apabila tercatat lebih rendah dari jumlah terpulihkan, maka tidak
terdapat penurunan nilai. Apabila terdapat indikasi-indikasi penurunan nilai, maka entitas
diharuskan membuat estimasi formal jumlah terpulihkannya. Nilai ini mencerminkan nilai yang
dapat dihasilkan oleh asset tersebut bila asset terjual setelah dikurangi biaya untuk melakukan
penjualan.

*contoh: PT Laut Biru pada 31 Desember 2012 melakukan pengujian atas penurunan nilai
atas asset perusahaan yaitu bangunan akibat adanya krisis ekonomi yang menurunkan nilai dari
asset perusahaan. Berdasarkan pengujian maka didapat beberapa informasi sebagai berikut.

                          Harga Jual                                   = Rp 700.000.000


                          Biaya penjualan                           = Rp   16.000.000
                          Nilai pakai (value in use)             = Rp 684.000.000

Bangunan kantor tersebut diperoleh pada 1 Januari 2008 dengan biaya perolehan sebesar Rp
800.000.000. PT Laut Baru memperkirakan masa manfaat dari bangunan tersebut adalah 20
tahun dan memiliki nilai residu Rp 40.000.000. PT. Laut Baru menggunakan metode garis lurus
dalam menyusutkan asset tetapnya.

Nilai tercatat bangunan kantor per 31 Desember 2012


Biaya perolehan = Rp 800.000.000
Akumulasi penyusutan = 5 x = Rp 190.000.000
Nilai tercatat per 31 Desember 2015 = Rp 610.000.000

Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka dapat dihitung nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah
sebesar Rp 684.000.000 (Rp 700.000.000 – Rp 16.000.000) dan nilai pakai adalah
Rp 520.000.000. Berdasarkan kedua nilai tersebut maka jumlah terpulihkan adalah
Rp 684.000.000. Jumlah tersebut masih lebih tinggi dari jumlah tercatat asset, sehingga tidak
terjadi penurunan nilai.
Apabila informasi dari PT Laut Baru sama, kecuali bahwa nilai wajar dari asset adalah sebesar
Rp 500.000.000 (dengan biaya menjual yang sama) maka nilai wajar dikurangi biaya penjualan
adalah Rp 484.000.000 (Rp 500.000.000 – Rp 16.000.000). Oleh karena itu, jumlah terpulihkan

6
asset menjadi sebesar nilai pakainya Rp 520.000.000, karena nilai pakai lebih besar dari nilai
wajar dikurangi biaya penjualan. Dalam contoh ini maka terjadi penurunan nilai asset karena
jumlah tercatat asset lebih besar dari jumlah terpulihkan dan perusahaan akan mengakui kerugian
penurunan nilai yang dicatat sebagai berikut.

Rugi Penurunan Nilai – Aset Tetap                                     Rp 90.000.000


Akumulasi Penurunan Nilai – Aset Tetap                              Rp 90.000.000

6. Bagaimana Pengakuan Rugi Penurunan Nilai


Rugi penurunan nilai adalah  nilai terpulihkan lebih kecil dari nilai tercatat, nilai tercatat
asset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan. Rugi penurunan nilai asset yang tidak
direvaluasi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Namun demikian, kerugian penurunan
nilai atas asset revaluasian diakui dalam pendapatan  komprehensif  lain, sepanjang kerugian
penurunan  nilai tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk asset yang sama. Rugi penurunan
nilai atas asset revaluasian mengurangi surplus revaluasi untuk asset tersebut. Ketika jumlah
estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari nilai tercatat asset yang terkait, entitas mengakui
liabilitas jika, dan hanya jika, hal ini disyaratkan oleh standar akuntansi lainnya. Setelah
pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) asset disesuaikan di masa depan
untuk mengalokasikan nilai tercatat asset revision, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara
sisitematis selama sisa manfaatnya.

7. Bagaimana penurunan nilai pada unit penghasil kas


Unit Penghasil Kas (UPK) asset adalah kelompok terkecil dari asset yang termasuk asset
tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk dari asset atau
kelompok asset lain. Jika terdapat indikasi bahwa suatu asset turun nilainya, jumlah terpulihkan
diestimasi untuk asset individual. Jika tidak mungkin mengestimasi jumlah terpulihkan asset
individual, entitas menentukan nilai terpulihkan dari UPK yang mana asset tercakup (asset dari
unit penghasil kas). Mengidentifikasi UPK memerlukan pertimbangan tersendiri. Jika jumlah
terpulihkan tidak dapat ditentukan untuk asset individual, entitas mengidentifikasi agregasi
terendah atas asset yang menghasilkan arus kas masuk yang berdiri sendiri. UPK diidentifikasi
secara konsisten dari periode ke periode untuk asset atau jenis asset yang sama, kecuali
perubahan dapat dijustifikasi.(CONTOH)
Jumlah terpulihkan dari suatu asset individual tidak dapat ditentukan jika:
 Nilai pakai asset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi nilai biaya
penjualan (contoh, apabila arus kas masa depan dari penggunaan asset tidak dapat
diestimasikan menjadi tak berarti)
 Asset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok asset lain.

8. Bagaimana perhitungan goodwill


Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwiil yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis
harus, sejak tanggal akuisisi, dialokasikan pada unit penghasil kas pihak pengakuisisi, (atau
kelompok unit penghasil kas)  yang diharapkan memberikan manfaat dari senergi kombinasi.
Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk menurunkan jumlah tercatat dari asset dengan tahapan
sebagai berikut:
1) Menurunkan jumlah tercatat dari goodwill yang telah dialokasikan pada UPK

7
2) Mengalokasikan pada asset lainnya pada UPK secara perorate dari jumlah tercatat pada
masing-masing asset dalam UPK.
Sebagai ilustrasi, PT Lolipop melakukan pengujian atas penurunan nilai UPK Z dan memperoleh
informasi sebagai berikut.
Jumlah tercatat                                                                       
Goodwill Rp   2.000.000.000
Aset tetap, pada biaya terdepresiasi Rp   6.000.000.000
Aset tak berwujud, pada biaya terdepresiasi Rp   4.000.000.000
Properti investasi, pada biaya terdepresiasi Rp   5.000.000.000
Aset keuangan, pada nilai wajar Rp   2.140.000.000
Persediaan, pada biaya Rp   1.000.000.000
Piutang dagang Rp   2.600.000.000
            Total Rp 22.740.000.000
Setelah melakukan pengujian penurunan nilai, PT Lolipop menemukan bahwa jumlah
terpulihkan pada UPK Z adalah Rp 16.000.000.000 dan property investasi adalah Rp
4.000.000.000. Alokasi penurunan nilai pada asset individual adalah sebagai berikut.
Pertama, kerugian penurunan nilai yang diakui adalah terhadap property investasi yang memiliki
nilai wajar yang jelas yaitu Rp 4.000.000.000 sehingga diakui penurunan nilai sebesar Rp
1.000.000.000. Jurnal untuk mengakui penurunan nilai adalah sebagai berikut.

Rugi Penurunan Nilai – Properti Investasi                          Rp 90.000.000


Properti Investasi                                                                   Rp 90.000.000

Kedua, membandingkan jumlah tercatat dengan jumlah terpulihkan. Nilai tercatat UPK Z kini
adalah Rp 21.740.000.000 (Rp 22.740.000.000 – Rp 1.000.000.000). Nilai tersebut lebih tinggi
dari jumlah terpulihkan, sehingga PT Lolipop akan mengakui kerugian penurunan nilai pada
UPK Z sebesar Rp 5.740.000.000 (Rp 21.740.000.000 – Rp 16.000.000.000). Jumlah kerugian
tersebut hanya dialokasikan pada asset tetap dan asset tak berwujud karena property investasi
telah diturunkan nilainya menjadi sebesar jumlah terpulihkan dan asset selain asset tetap dan
asset tak berwujud di luar dari ruang lingkup PSAK 48. Alokasi kerugian penurunan nilai adalah
sebagai berikut.

Jumlah Tercatat
Jumlah Alokasi Kerugian
Setelah Alokasi
Tercatat Penurunan Nilai
Penurunan Nilai
(Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta)
Goodwill 2.000 - 2.000 0
Aset tetap 6.000 - 2.244 3.756
Aset tak berwujud 4.000 - 1.496 2.504
Properti investasi
4.000 - 4.000
(Rp 5 miliar – Rp 1 miliar)
Aset keuangan 2.140 - 2.140
Persediaan 1.000 - 1.000
Piutang dagang 2.600 - 2.600

8
Total
21.740 - 5.740 16.000

Pertama, dialokasikan terlebih dahulu pada nilai goodwill yaitu sebesar Rp 2.000.000.000.


Kedua, dialokasikan pada asset tetap dan asset tak berwujud.

Alokasi terhadap asset tetap adalah sebagai berikut.


            Alokasi Kerugian Penurunan Nilai pada Aset Tetap

            = (Rp 5.740.000.000 – Rp 2.000.000.000) x 


            = Rp 2.244.000.000
Alokasi terhadap asset tak berwujud adalah sebagai berikut.
            Alokasi Kerugian Penurunan Nilai pada Aset Tak Berwujud

            = (Rp 5.740.000.000 – Rp 2.000.000.000) x 


            = Rp 1.496.000.000
Pencatatan atas alokasi tersebut adalah sebagai berikut.

Rugi penurunan Nilai – Aset Tetap Rp 5.740.000.000


Goodwill Rp 2.000.000.000
Aset Tetap Rp 2.244.000.000
Aset Tak Berwujud Rp 1.496.000.000

9. Bagaimana perhitungan aset korporat


Aset korporat termasuk asset kelompok atau divisi seperti bangunan kantor pusat atau divisi
dari entitas, perlengkapan EDP, atau pusat penelitian. Karakteristik khusus asset korporat adalah
bahwa asset korporat tidak menghasilkan arus kas masuk secara independen dari asset atau 
kelompok asset lain dan jumlah  tercatatnya tidak sepenuhnya diatribusikan ke unit penghasil kas
yang sedang ditelaah. Jika sebagian jumlah tercatat asset korporat, adalah sebagai berikut:
1) Dapat dialokasikan dengan  dasar yang layak dan konsisten terhadap unit tersebut.
2) Tidak dapat dialokasikan pada suatu dasar yang layak dan konsisten ke unit itu, entitas
harus
a. Membandingkan jumlah tercatat unit, di luar asset korporat, dengan jumlah terpulihkan
dan mengakui setiap rugi penurunan nilai
b. Mengidentifikasi kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang mencakup unit
penghasil kas yang telaah dan yang sebagian dari jumlah tercatat asset korporat dapat
dialokasikan atas dasar yang layak dan konsisten
c. Membandingkan jumlahtercatat dari kelompok unit penghasil kas tersebut (termasuk
bagian dari jumlah tercatat asset korporat yang dialokasikan ke kelompok dari unit
tersebut) dengan jumlah terpulihkan dari kelompok unit itu.

10. Bagaimana pemulihan rugi penurunan asset

9
Entitas menilai pada akhir setiap periode laporan apakah terdapat indikasi bahwa rugi
penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk asset
(selain Goodwill, karena untuk Goodwil tidak diperbolehkan adanya pemulihan rugi penurunan
nilai) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. entitas mempertimbangkan, minimal,
indikasi berikut ini:
Informasi yang bersumber dari luar, antara lain sebagai berikut:
Nilai wajar asset telah meningkat secara signifikan selama periode tersebut.
1) Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi selama
periode tersebut.
2) Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun selama
periode itu.
Informasi yang bersumber dari dalam, antara lain sebagai berikut:
1) Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama
periode tersebut,  atau diharapkan akan terjadi dalam waktu dekat
2) Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengidikasikan bahwa kinerja ekonomi asset
lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.
Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk aset
selain goodwill  harus dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang digunakan
untuk menentukan jumlah terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir
diakui. Jika kasusnya seperti ini, jumlah tercatat aset, dinaikkan ke jumlah terpulihkannya.
Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai. Jumlah tercatat aset yang
meningkat (selain goodwill), yang disebabkan pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh
melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau depresiasi) seandainya aset tidak
mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya. Pembalikan rugi penurunan nilai
untuk aset (selain goodwill) diakui segera dalam laba rugi. Setiap pemulihan rugi penurunan nilai
aset revaluasian harus diperlakukan sebagai kenaikan penilaian kembali sesuai dengan PSAK
terkait.
*contoh:  pada PT Laut Baru, pada 1 Januari 2015, PT Laut Baru
melakukan review untuk mengidentifikasi apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai
aset yang telah diakui pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada lagi atau menurun. Dari
hasil review untuk mengidentifikasi apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai aset
yang telah diakui pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada lagi atau menurun. Dari
hasil review tersebut, diperoleh hasil bahwa nilai pakai dari bangunan tersebut meningkat
menjadi Rp 560.000.000.

Nilai tercatat bangunan kantor per 1 Januari 2015 (seharusnya)


Biaya perolehan = Rp 800.000.000
Akumulasi penyusutan= 7 x = Rp 266.000.000
Nilai tercatat per 1 Januari 2015 = Rp 534.000.000
Nilai tercatat bangunan kantor per 1 Januari 2015 (setelah ada penurunan nilai)
Nilai tercatat pada 31 Desember 2012 = Rp 520.000.000
Akumulasi penyusutan= 2 x = Rp   64.000.000
Nilai tercatat per 1 Januari 2015 = Rp 456.000.000
Recoverable amount per 1 Januari 2015 = Rp 560.000.000

10
Nilai tercatat aset (Rp 456.000.000) harus dinaikkan kembali menjadi sebesar recoverable
amount  (Rp 560.000.000). Akan tetapi, karena recoverable amount  lebih besar dari nilai tercatat
yang seharusnya (Rp 534.000.000), maka aset hanya boleh dinaikkan kembali menjadi sebesar
nilai tercatat seharusnya, yaitu sebesar Rp 78.000.000 (Rp 534.000.000 –
Rp 456.000.000). Jurnal untuk mencatat pemulihan tersebut adalah sebagai berikut.

Akumulasi Penurunan Nilai Bangunan Kantor                   Rp 90.000.000


Laba Pemulihan Kembali Nilai Aset Tetap                            Rp 90.000.000

Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu unit penghasil kas dialokasikan kepada aset-
aset dari unit (kecuali untuk goodwill) prorate dengan jumlah tercatat dari aset-asetnya. Dalam
mengalokasikan pembalikan rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas, jumlah tercatat aset
tidak boleh dinaikkan diatas nilai yang terendah dari:
1) Jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan
2) Jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto) seandainya tidak ada
rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut dalam periode sebelumnya.
Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk aset tersebut
harus dialokasikan prorate ke aset lain dari unit itu, kecuali untuk goodwill.

11. Bagaimana penyajian dan pengungkapan


Terkait dengan depresiasi dan penurunan nilai, maka dalam penyajiannya pada laporan keuangan
suatu entitas harus mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut.
1) Keberadaan dan jumlah pembatasan hak milik dan aset tetap yang dijaminkan untuk
utang.
2) Jumlah pengeluaran yang diakui sebagai aset dalam penyelesaian.
3) Jumlah komitemen kontraktual dalam memperoleh aset tetap.
4) Jumlah kompensasi pihak ketiga atas aset tetap yang dimasukkan ke laba rugi.
5) Jika ada perubahan estimasi terkait dengan masa manfaat, nilai residu atau metode
penyusutan.

11
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan:
Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali tanah atau lahan, aset
tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan artinya nilai aktiva tetap selain tanah,
misalnya mobil, berkurang seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya, sampai ketika
masa guna itu habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah nol. Depresiasi juga dapat
didifinisikan yaitu sebagian dari Harga perolehan suatu aktiva berwujud yang dialokasikan atau
diakui sebagai biaya baik setiap tahun atau setiap bulan setiap periode akuntansi.
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya.
Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum
pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan
keuangan suatu perusahaan.

Terdapat beberapa metode dalam perhitungan depresiasi, sebagai berikut :


 Metode garis lurus (straight-line, SL)
 Metode declining balance (DB)
 Metode sum-of-the-years-digits (SYD)
 Metode Declining Balance dengan Peralihan ke Garis Lurus
 Metode Unit Produksi
Tetapi di dalam 5 metode perhitungan depresiasi yang sering digunakan adalah metode garis
lurus karena metode ini paling mudah diaplikasikan.

Penurunan nilai akan membuat aset entitas mencerminkan manfaat ekonomi di masa depan
dan tidak akan dicatat melebihi potensi manfaat ekonomi yang akan diterima entitas di masa
mendatang. Penurunan nilai didasarkan pada konsep konservatif, kehati-hatian dan relevansi
informasi.

2. Saran:

 Dengan kriteria yang harus diperhatikan dalam menentukan metode penyusutan didalam
landasan teori pada bab sebelumnya, bahwa perusahaan diharapkan untuk tetap
memperhatikan biaya yang terjadi setelah  perolehan.
 Penulis menyarankan agar perusahaan untuk tetap menggunakan metode yang telah
diterapkan sebelumnya, apabila perusahaan ingin menggunakan metode lain perlu untuk
dipertimbangkan lagi.  Perusahaan yang sudah memakai IFRS dan menggunakan metode-
metode dan pembahasan yang sudah diterangkan. Masih perlu melakukan tinjauan kembali
untuk aktiva yang  masih dapat dipakai tetapi usia manfaatnya sudah

12
Daftar Pustaka

http://id.blogspot.org/wiki/aktiva_tetap
www.idxakuntansi.co.id
www.wikipedia.com
www.akuntansi_keu.com
http://jurnal_depresiasi.blogspot
http://penyusutan_aktiva_tetap.blog.gunadarma.ac.id
http://blog.keuangandadiu.com
Martani, Dwi., Siregar, Sylvia Veronica., Wardhani, Ratna., Farahmita, Aria., Tanujaya, Edward.
2016. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasisi PSAK Edisi 2 Buku 1.  Jakarta: Salemba Empat

13

Anda mungkin juga menyukai