Dosen pembimbing :
Annie Mustika Putri, SE., M.Ak., Ak., CA
Disusun Oleh:
Anisya (190301127)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat allah swt atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Akuntansi Keuangan Menengah I dengan judul “Depresiasi &
Penurunan Nilai” ini dengan baik dan lancar.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak baik moral
maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada : Annie Mustika Putri, SE., M.AK., AK., CA Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak yang membaca makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................................................................1
2. Rumus Masalah...............................................................................................................................2
3. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
1. Pengertian Depresiasi......................................................................................................................3
2. Metode Penyusutan........................................................................................................................3
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
1. Kesimpulan....................................................................................................................................12
2. Saran..............................................................................................................................................12
Daftar Pustaka................................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Aset Tetap atau Aktiva Tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode. Jenis aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan,
pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer,
dan lain-lain.
Beban – beban selama masa penggunaan aktiva tetap seperti Reparasi dan pemeliharaan,
Penggantian, Penambahan , Depresiasi aktiva tetap. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan
dalam perlakuan pajak. Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali
tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan artinya nilai
aktiva tetap selain tanah, misalnya mobil, berkurang seiring dengan realisasi masa umur
pemanfaatannya, sampai ketika masa guna itu habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah
nol. Secara umum perusahaan dalam menentukan depresiasi biasanya menggunakan metode
penetapan nilai penyusutan y ang dapat digunakan untuk menghitung nilai penyusutan dari suatu
aktiva tetap.
Sebagai alat yang dapat mendukung suatu kegiatan perusahaan aktiva tetap biasanya
memiliki masa pemakaian yang lama, sehingga bisa diharapkan dapat memberi manfaat bagi
perusahaan selama bertahun-tahun. Namun demikian, manfaat yang diberikan aktiva tetap pada
umumnya semakin menurun karena aktiva tetap tersebut mengalami penyusutan (depreciation).
Penyusutan ini biasanya dicatat pada akhir tahun sebagai laporan keuangan di neraca. Dalam
akuntansi aktiva tetap ini akan dibahas tentang metode depresiasi. Semua aset memiliki potensi
mengalami penurunan nilai, namun ada yang diatur sendiri dalam standar aset terkait atau diatur
umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan Nilai. Penurunan nilai atau impairment menjadi
bahasa yang semakin populer dalam akuntansi saat PSAK mengadopsi IFRS. Istilah impairment
sudah lama dikenal dalam akuntansi khususnya aset tetap. PSAK berbasis IFRS menggunakan
istilah penurunan nilai tak hanya untuk aset tetap tetapi juga untuk aset tak berwujud, goodwill,
aset keuangan dan investasi.
1
2. Rumus Masalah
3. Tujuan
1. Dapat memahami apa yang dimaksud Deprsiasi.
2. Mengetahui metode Penyusutan dalam menentukan nilai Depresiassi
3. Mengetahui alasan kenapa aktiva tetap disusutkan
4. Mengetahui faktor – factor yang mempengaruhi biaya depresiasi
5. Untuk mengetahui penurunan nilai.
6. Untuk mengetahui indikasi penurunan nilai.
7. Untuk mengetahui pengukuran penurunan nilai.
8. Untuk mengetahui pengakuan rugi penurunan nilai.
9. Untuk mengetahui penurunan nilai pada unit penghasil kas.
10. Untuk mengetahui perhitungan goodwill.
11. Untuk mengetahui perhitungan aset korporat.
12. Untuk mengetahui pemulihan rugi penurunan aset.
13. Untuk mengetahui penyajian dan pengungkapan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan
penggunaannya. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan.
Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut: Harus digunakan dalam
usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan. Harus mempunyai umur manfaat
tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari setahun. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai
habis, mengalami peluruhan / kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai
asalnya. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi. Properti
personal seperti hak cipta, paten atau franchise.
2. Metode Penyusutan
Dasar penyusutan aktiva tetap adalah harga perolehan dan nilai buku. Jika setelah masa pakai
dianggap masih memiliki nilai (nilai sisa), maka dasar penyusutan adalah harga perolehan
dikurangi nilai sisa. Nilai sisa adalah taksiran harga pasar aset tetap pada akhir masa manfaat.
Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan.
Ada beberapa metode penetapan nilai penyusutan yaitu;
Metode Garis Lurus (Straight Line)
Berdasarkan berlalunya waktu
jumlah penyusutan sama sepanjang masa manfaat
Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
atau Depresiasi = Hrg. Perolehan – nilai sisa .
Taksiran umur ekonomis aktiva
Dasar penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
*Contoh : Taksiran masa manfaat 5 tahun, maka tarif penyusutan = 100% : 5 = 20% per tahun.
Jika ada nilai sisa 20%, maka tarif penyusutan = (100% ‐20%) : 5 = 16% per tahun
3
Metode Saldo Menurun (Declining Balance)
Beban penyusutan menurun sejalan dengan berlalunya waktu (dari tahun ke tahun)
Makin tua aset, makin berkurang kemampuan memberikan manfaat juga menurun
Dasar penyusutan = Nilai Buku Awal Periode
Nilai Buku Awal Periode = Nilai Perolehan –Akumulasi Penyusutan
Umumnya tarif penyusutan = 2 x tarif metode garis lurus.
4
1. Alasan Kenapa Aktiva Tetap Disusutkan
Alasan kenapa suatu perusahaan melakukan penyusutan terhadap aktiva tetapnya yaitu
karena suatu aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan tujuan untuk memproduksi
barang atau jasa, memasok barang atau jasa, disewakan, atau untuk administrasi kantor di taksir
dapat digunakan lebih dari 1 periode akuntansi dan Memiliki masa manfaat yang terbatas
sehingga akan mengurangi nilai baik nilai guna, nilai pemanfaatan dan kualiatas dari aktiva
tersebut.
5
arus kas masuk dari penggunaan secara berkelanjutan yang sebagian besar independen dari arus
kas masuk dari aset-aset atau kelompok aset. Penghitungan terkini jumlah terpulihkan
menghasilkan suatu jumlah yang melebihi jumlah tercatat aset dengan margin yang substansial.
Kecil kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan saat ini akan lebih kecil dari jumlah
tercatat aset. Terlepas kapan evaluasi atas indikasi penurunan nilai dilakukan, konsep
materialitas diterapkan dalam mengidentifikasi apakah jumlah terpulihkan suatu aset perlu
diestimasi.
*contoh: PT Laut Biru pada 31 Desember 2012 melakukan pengujian atas penurunan nilai
atas asset perusahaan yaitu bangunan akibat adanya krisis ekonomi yang menurunkan nilai dari
asset perusahaan. Berdasarkan pengujian maka didapat beberapa informasi sebagai berikut.
Bangunan kantor tersebut diperoleh pada 1 Januari 2008 dengan biaya perolehan sebesar Rp
800.000.000. PT Laut Baru memperkirakan masa manfaat dari bangunan tersebut adalah 20
tahun dan memiliki nilai residu Rp 40.000.000. PT. Laut Baru menggunakan metode garis lurus
dalam menyusutkan asset tetapnya.
Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka dapat dihitung nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah
sebesar Rp 684.000.000 (Rp 700.000.000 – Rp 16.000.000) dan nilai pakai adalah
Rp 520.000.000. Berdasarkan kedua nilai tersebut maka jumlah terpulihkan adalah
Rp 684.000.000. Jumlah tersebut masih lebih tinggi dari jumlah tercatat asset, sehingga tidak
terjadi penurunan nilai.
Apabila informasi dari PT Laut Baru sama, kecuali bahwa nilai wajar dari asset adalah sebesar
Rp 500.000.000 (dengan biaya menjual yang sama) maka nilai wajar dikurangi biaya penjualan
adalah Rp 484.000.000 (Rp 500.000.000 – Rp 16.000.000). Oleh karena itu, jumlah terpulihkan
6
asset menjadi sebesar nilai pakainya Rp 520.000.000, karena nilai pakai lebih besar dari nilai
wajar dikurangi biaya penjualan. Dalam contoh ini maka terjadi penurunan nilai asset karena
jumlah tercatat asset lebih besar dari jumlah terpulihkan dan perusahaan akan mengakui kerugian
penurunan nilai yang dicatat sebagai berikut.
7
2) Mengalokasikan pada asset lainnya pada UPK secara perorate dari jumlah tercatat pada
masing-masing asset dalam UPK.
Sebagai ilustrasi, PT Lolipop melakukan pengujian atas penurunan nilai UPK Z dan memperoleh
informasi sebagai berikut.
Jumlah tercatat
Goodwill Rp 2.000.000.000
Aset tetap, pada biaya terdepresiasi Rp 6.000.000.000
Aset tak berwujud, pada biaya terdepresiasi Rp 4.000.000.000
Properti investasi, pada biaya terdepresiasi Rp 5.000.000.000
Aset keuangan, pada nilai wajar Rp 2.140.000.000
Persediaan, pada biaya Rp 1.000.000.000
Piutang dagang Rp 2.600.000.000
Total Rp 22.740.000.000
Setelah melakukan pengujian penurunan nilai, PT Lolipop menemukan bahwa jumlah
terpulihkan pada UPK Z adalah Rp 16.000.000.000 dan property investasi adalah Rp
4.000.000.000. Alokasi penurunan nilai pada asset individual adalah sebagai berikut.
Pertama, kerugian penurunan nilai yang diakui adalah terhadap property investasi yang memiliki
nilai wajar yang jelas yaitu Rp 4.000.000.000 sehingga diakui penurunan nilai sebesar Rp
1.000.000.000. Jurnal untuk mengakui penurunan nilai adalah sebagai berikut.
Kedua, membandingkan jumlah tercatat dengan jumlah terpulihkan. Nilai tercatat UPK Z kini
adalah Rp 21.740.000.000 (Rp 22.740.000.000 – Rp 1.000.000.000). Nilai tersebut lebih tinggi
dari jumlah terpulihkan, sehingga PT Lolipop akan mengakui kerugian penurunan nilai pada
UPK Z sebesar Rp 5.740.000.000 (Rp 21.740.000.000 – Rp 16.000.000.000). Jumlah kerugian
tersebut hanya dialokasikan pada asset tetap dan asset tak berwujud karena property investasi
telah diturunkan nilainya menjadi sebesar jumlah terpulihkan dan asset selain asset tetap dan
asset tak berwujud di luar dari ruang lingkup PSAK 48. Alokasi kerugian penurunan nilai adalah
sebagai berikut.
Jumlah Tercatat
Jumlah Alokasi Kerugian
Setelah Alokasi
Tercatat Penurunan Nilai
Penurunan Nilai
(Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta)
Goodwill 2.000 - 2.000 0
Aset tetap 6.000 - 2.244 3.756
Aset tak berwujud 4.000 - 1.496 2.504
Properti investasi
4.000 - 4.000
(Rp 5 miliar – Rp 1 miliar)
Aset keuangan 2.140 - 2.140
Persediaan 1.000 - 1.000
Piutang dagang 2.600 - 2.600
8
Total
21.740 - 5.740 16.000
9
Entitas menilai pada akhir setiap periode laporan apakah terdapat indikasi bahwa rugi
penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk asset
(selain Goodwill, karena untuk Goodwil tidak diperbolehkan adanya pemulihan rugi penurunan
nilai) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. entitas mempertimbangkan, minimal,
indikasi berikut ini:
Informasi yang bersumber dari luar, antara lain sebagai berikut:
Nilai wajar asset telah meningkat secara signifikan selama periode tersebut.
1) Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi selama
periode tersebut.
2) Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun selama
periode itu.
Informasi yang bersumber dari dalam, antara lain sebagai berikut:
1) Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama
periode tersebut, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu dekat
2) Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengidikasikan bahwa kinerja ekonomi asset
lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.
Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk aset
selain goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang digunakan
untuk menentukan jumlah terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir
diakui. Jika kasusnya seperti ini, jumlah tercatat aset, dinaikkan ke jumlah terpulihkannya.
Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai. Jumlah tercatat aset yang
meningkat (selain goodwill), yang disebabkan pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh
melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau depresiasi) seandainya aset tidak
mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya. Pembalikan rugi penurunan nilai
untuk aset (selain goodwill) diakui segera dalam laba rugi. Setiap pemulihan rugi penurunan nilai
aset revaluasian harus diperlakukan sebagai kenaikan penilaian kembali sesuai dengan PSAK
terkait.
*contoh: pada PT Laut Baru, pada 1 Januari 2015, PT Laut Baru
melakukan review untuk mengidentifikasi apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai
aset yang telah diakui pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada lagi atau menurun. Dari
hasil review untuk mengidentifikasi apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai aset
yang telah diakui pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada lagi atau menurun. Dari
hasil review tersebut, diperoleh hasil bahwa nilai pakai dari bangunan tersebut meningkat
menjadi Rp 560.000.000.
10
Nilai tercatat aset (Rp 456.000.000) harus dinaikkan kembali menjadi sebesar recoverable
amount (Rp 560.000.000). Akan tetapi, karena recoverable amount lebih besar dari nilai tercatat
yang seharusnya (Rp 534.000.000), maka aset hanya boleh dinaikkan kembali menjadi sebesar
nilai tercatat seharusnya, yaitu sebesar Rp 78.000.000 (Rp 534.000.000 –
Rp 456.000.000). Jurnal untuk mencatat pemulihan tersebut adalah sebagai berikut.
Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu unit penghasil kas dialokasikan kepada aset-
aset dari unit (kecuali untuk goodwill) prorate dengan jumlah tercatat dari aset-asetnya. Dalam
mengalokasikan pembalikan rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas, jumlah tercatat aset
tidak boleh dinaikkan diatas nilai yang terendah dari:
1) Jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan
2) Jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto) seandainya tidak ada
rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut dalam periode sebelumnya.
Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk aset tersebut
harus dialokasikan prorate ke aset lain dari unit itu, kecuali untuk goodwill.
11
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan:
Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali tanah atau lahan, aset
tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan artinya nilai aktiva tetap selain tanah,
misalnya mobil, berkurang seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya, sampai ketika
masa guna itu habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah nol. Depresiasi juga dapat
didifinisikan yaitu sebagian dari Harga perolehan suatu aktiva berwujud yang dialokasikan atau
diakui sebagai biaya baik setiap tahun atau setiap bulan setiap periode akuntansi.
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya.
Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum
pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan
keuangan suatu perusahaan.
Penurunan nilai akan membuat aset entitas mencerminkan manfaat ekonomi di masa depan
dan tidak akan dicatat melebihi potensi manfaat ekonomi yang akan diterima entitas di masa
mendatang. Penurunan nilai didasarkan pada konsep konservatif, kehati-hatian dan relevansi
informasi.
2. Saran:
Dengan kriteria yang harus diperhatikan dalam menentukan metode penyusutan didalam
landasan teori pada bab sebelumnya, bahwa perusahaan diharapkan untuk tetap
memperhatikan biaya yang terjadi setelah perolehan.
Penulis menyarankan agar perusahaan untuk tetap menggunakan metode yang telah
diterapkan sebelumnya, apabila perusahaan ingin menggunakan metode lain perlu untuk
dipertimbangkan lagi. Perusahaan yang sudah memakai IFRS dan menggunakan metode-
metode dan pembahasan yang sudah diterangkan. Masih perlu melakukan tinjauan kembali
untuk aktiva yang masih dapat dipakai tetapi usia manfaatnya sudah
12
Daftar Pustaka
http://id.blogspot.org/wiki/aktiva_tetap
www.idxakuntansi.co.id
www.wikipedia.com
www.akuntansi_keu.com
http://jurnal_depresiasi.blogspot
http://penyusutan_aktiva_tetap.blog.gunadarma.ac.id
http://blog.keuangandadiu.com
Martani, Dwi., Siregar, Sylvia Veronica., Wardhani, Ratna., Farahmita, Aria., Tanujaya, Edward.
2016. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasisi PSAK Edisi 2 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
13