Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI ASET TETAP DAN AKUNTANSI

KEWAJIBAN LANCAR

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Praktik Perusahaan Dagang
Dosen : Wilda Yanti, S.Tr.Ak.,M.Tr.E.

Di susun Oleh :
1. Tiara
2. Fadia Nur Rahmah
3. Satiawan Syah
4. Rexsi Yan Albert

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karuni-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Saya mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak dan berbagai sumber-sumber
bacaan penulisan untuk rujukan dalam penyusunan makalah ini. Semoga amal kebaikan
pihak-pihak yang terkait mendapat balasan yang berlipat ganda, amin.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya Saya penulis
sebagai tugas dari pelaksanaan kegiatan perkuliahan yang Saya laksanakan. Kritik dan saran
akan Saya terima sebagai acuan untuk Saya membuat makalah yang lebih baik lagi.

Samarinda, 21 Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
BAB I………………………………………………………………………...
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………....
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………
D. Manfaat Penulisan……………………………………………………..
BAB II……………………………………………………………………...…
A. Pengertian Aktiva Tetap………………………………………………
B. Harga Perolehan dan Cara Aset Tetap Diperoleh…………………….
C. Pengeluaran Modal dan Pendapatan………………………………….
D. Pengertian Kewajiban Lancar………………………………………..
E. Sifat Kewajiban Lancar………………………………………………

BAB III…………………………………………………………………….
A. Kesimpulan……………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dati transaksi


dicatat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama
bagi operasi perusahaan dalam satu periode. Suatu perusahaan tertentu pada dasarnya
selalu berusaaha untuk mencapai tujuan didirikannya perusahaan tersebut. Untuk
menunjang tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset)
tertentu guna memperlancar kegiatan yang dilaksanakan perusahaan.

Aktiva tetap merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan untuk
kegiatan operasionalnya. Aktiva tetap tersebut merupakan salah satu komponen dalam
neraca, sehingga ketelitian dalam pengolahan aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap
kewajaran penilaian dalam laporan keuangan. Kewajiban penilaian aktiva tetap suatu
perusahaan dapat disesuaikan dengan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
No. 16 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa asset tetap adalah asset berwujud yang
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administrative dan digunakan selama satu
periode.

Kewajiban atau hutang adalah pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan


perusahaan di masa mendatang karena tindakan atau transaksi sebelumnya.
Pengorbanan ekonomi tersebut dapat berbentuk penyerahan uang, aktiva lain, jasa-jasa
atau dilakukannya pekerjaan tertentu. Tindakan transaksi dapat berupa diterimanya
uang, barang atau jasa, diakuinya suatu biaya atau kerugian.

Dengan demikian, kita perlu mengetahui tentang apa saja yang dibahas dari
Aktiva Asset Tetap dan Kewajiban Lancar, sehingga kita dapat mengaplikasikan apa
saja yang terdapat dalam aktiva dan kewajiban sebuah perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Asset Tetap?
2. Apa sajakah sifat (karasteristik) dari Asset Tetap?
3. Bagaimana Harga Perolehan dan Cara Asset Tetap di peroleh?
4. Perbedaan Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan?
5. Apa yang dimaksud dengan Kewajiban Lancar?
6. Apa sajakah sifat (karasteristik) Kewajiban Lancer?
7. Apa yang dimaksud Kewajiban Lancer serta apa saja jenis-jenis Kewajiban
Lancer?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Asset Tetap
2. Mengetahui Apa saja sifat/karasteristik dari Asset Tetap
3. Mengetahui Apa yang dimaksud Harga Perolehan dan bagaimana cara
memperolehnya
4. Mengetahui Perbedaan antara Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan
5. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Kewajiban Lancar
6. Mengetahui Apa saja sifat/karasteristik dari Kewajiban Lancer
7. Mengetahui Apa yang dimaksud Kewajiban Lancer serta jenis-jenis Kewajiban
Lancer

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan Asset Tetap
2. Dapat mengetahui apa saja sifat/karasteristik dari Asset Tetap
3. Dapat memahami apa itu Harga Perolehan dan mengetahui bagaimana cara
memperolehnya
4. Dapat mengetahui perbedaan dari Pengeluaran Modal dan Pengeluaran
Pendapatan
5. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan Kewajiban Lancar
6. Dapat mengetahui apa saja sifat/karasteristik dari Kewajiban Lancer
7. Dapat mengetahui apa yang dimaksud Kewajiban Lancer serta jenis-jenis
Kewajiban Lancer

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva ialah kekayaan perusahaan yang berwujud dan tidak berwujud, serta
pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada
penghasilan yang akan datang.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IKI), Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud
yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dengan dibangun terlebih dahulu yang
digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Jadi, Aktiva Tetap ialah aktiva yang berwujud dan mempunyai nilai guna ekonomi
jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang
perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali
agar memperoleh laba atas penjualan tersebut.

1. Jenis-jenis Aktiva Tetap


Menurut S.Munawir (2007) jenis-jenis Aktiva Tetap sebagai berikut :
 Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung
perusahaan
 Perbaikan Tanah, seperti jalan diseputar lokasi perusahaan, tempat parker,
pagar, dan saluran air bawah tanah
 Gedung/Bangunan, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik,
dan gudang
 Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan
dan meubel
 Kendaraan merupakan fasilitas yang digunakan untuk transportasi perusahaan

2. Karasteristik Asset Tetap


Sifat umum dari aktiva/asset tetap adalah relatif digunakan dalam kegiatan
perusahaan yang normal dan memiliki umur ekonomis berjangka panjang.
Menurut PSAK No. 16 Butir 5, Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan cara dibangun yang digunakan
dalam operasional perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun. Suatu aktiva dapat dikatakan termasuk dalam aktiva tetap apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
 Mempunyai bentuk fisik
 Digunakan dalam kegiatan normal perusahaan bukan untuk dijual kembali
atau investasi
 Dapat dipakai atau digunakan secara berulang-ulang
 Masa manfaatnya lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi normal
perusahaan
 Mempunyai nilai yang cukup material artinya nilai atau harga aktiva tersebut
cukup tinggi

a. Karasteristik Aktiva/asset tetap menurut Jerry. Weygandt (2007)


 Memiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas)
 Digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan
 Tidak untuk dijual ke konsumen

b. Karasteristik Aktiva/asset tetap menurut Soemarso S. R (2005)


 Masa manfaatnya lebih dari satu tahun
 Digunakan dalam kegiatan perusahaan
 Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan
 Nilainya cukup besar

Contoh dari asset tetap adalah Kendaraan (Mobil). Mobil mempunyai masa lebih
dari satu tahun dan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, seperti mengirim
barang ke pembeli, mobil inventaris direksi perusahaan. Mobil dikategorikan sebagai
asset tetap tidak untuk dijual kembali, karena apabila dijual kembali, misalnya bagi
perusahaan dealer mobil, maka mobil dalam hal ini termasuk kelompok persediaan.
Peralatan yang nilainya relatif kecil, seperti sendok, piring, gelas meskipun manfaatnya
lebih dari satu tahun tidak dikelompokkan ke dalam asset tetap.

Dikarenakan memiliki nilai yang tinggi, penggunaan yang relatif lama dan
menjadi alat utama perusahaan menghasilkan revenue, maka investasi dalam asset tetap
(Capital Budgeting) harus diperhitungkan dengan matang.

B. Harga Perolehan
Harga Perolehan ialah harga yang dipakai sebagai dasar pelaporan nilai harta tetap
dalam neraca tetap dan akan dijadikan sebagai dasar perhitungan penyusutan harta tetap
yang bersangkutan. PSAK No. 16 butir 14 Biaya Perolehan suatu Aktiva Tetap adalah
terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN/PPN BM dan biaya lain yang
dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tetap yang bersangkutan
dapat bekerja dan dipergunakan biaya yang dimaksud adalah biaya persiapan tempat,
biaya pengiriman awal, biaya pemasangan, dan biaya konsultan.
Berikut adalah contoh biaya perolehan tanah.
Harga beli tanah Rp 100.000.000,-
Biaya pembuatan akta jual beli tanah Rp 7.500.000,-
Biaya balik nama ke perusahaan Rp 2.500.000,-
Biaya pengurugan tanah Rp 10.000.000,-
Biaya perataan tanah sampai siap dibangun Rp 15.000.000,-
JUMLAH Rp 135.000.000,-

Berdasarkan semua biaya yang dikeluarkan diatas, maka biaya perolehan untuk
tanah adalah Rp 135.000.000,-, sementara untuk mesin (peralatan) biaya perolehan
dapat terdiri dari harga beli, biaya kirim, biaya instalasi (pemasangan), biaya training
untuk operator, dan biaya set up.
Perolehan asset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara. Biasanya melalui
pembelian tunai, pembelian kredit, pembelian dengan angsuran, maupun leasing.
C. Perbedaan Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan
1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)
Merupakan pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai asset
(dikapitalisasi). Pengeluaran jenis ini dapat menambah kapasitas output aktiva
tetap, menambah tingkat keefesienan aktiva tetap, juga memperpanjang umur
ekonomis suatu aktiva tetap (manfaat ekonomisnya lebih dari satu tahun buku).

Apabila dilihat dari tingkat material, biasanya biaya-biaya ini dikeluarkan


dalam nominal yang cukup material. Selain itu, tingkat pengeluaran modal ini
jarang terjadi. Misalnya, pembelian mesin produksi, pembelian komponen mesin
produksi, meng-upgrade kapasitas mesin produksi, yang umumnya jumlah yang
dikeluarkan itu sangat material.
Jadi, pengeluaran modal merupakan pengeluaran yang tidak dibebankan
pada saat periode pengeluaran itu terjadi melainkan dikapitalisasi sebagai asset
tetap dalam neraca. Kemudian, secara periodik asset tetap ini di alokasikan
sebagai beban penyusutan pada periode mendatang.

2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)


Merupakan pengeluaran/biaya-biaya yang hanya memberikan manfaat
ekonomis pada saat periode berjalan terjadinya pengeluaran. Pengeluaran ini tidak
dikapitalisasi sebagai asset tetap pada neraca, tetapi langsung dibebankan pada
laporan laba/rugi periode berjalan. Oleh karena itu, pengeluaran ini dicatat sebagai
beban.

Dilihat dari nilai materialitasnya, pengeluaran pendapatan ini nilainya


cenderung kecil, alias tidak material bagi perusahaan. Manfaat ekonomisnya tidak
lebih dari satu tahun. Pengeluaran ini biasanya juga sering terjadi dalam
operasional perusahaan dan berulang-ulang. Contohnya seperti pengeluaran
pemeliharaan mesin, pembersihan mesin, melumasi mesin agar bisa beroperasi
seperti biasanya.

Pengeluaran seperti ini berulang terjadi dan pencatatannya langsung


dibebankan pada periode tersebut. Namun, jika seandainya ada salah satu
komponen mesin yang masih rusak, misalnya ada beberapa kabel yang harus
diganti atau plank yang di las dan kerusakannya tidak sampai membuat turun
mesin, nilainya tidak material. Maka, pengeluaran ini dicatat sebagai beban
perbaikan tidak dikapitalisasi.

D. Pengertian Kewajiban
Kewajiban Lancar adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam satu tahun atau
dalam siklus operasi perusahaan jika lebih dari satu tahun, kewajiban yang jatuh
temponya melebihi periode tersebut disebut kewajiban jangka panjang (Hongren
Harrison,2012:526).

Suatu Kewajiban akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek apabila


pelunasannya dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber aktiva lancer atau
dengan menimbulkan utang jangka pendek yang baru. Dalam bukunya (Zaki Baridwan,
2004:216) memaparkan mengenai utang jangka pendek. Utang jangka pendek dibagi
dalam tiga bagian yaitu:

1. Utang jangka pendek yang jumlahnya dapat diketahui


Utang jangka pendek dikatakan sudah pasti jika memenuhi dua syarat:
 Kewajiban untuk membayar sudah pasti, artinya sudah terjadi transaksi yang
menimbulkan kewajiban untuk membayar
 Jumlah yang harus dibayar sudah pasti
Utang jangka pendek yang sudah diketahui terdiri dari bermacam-macam jenis
sebagai berikut :
 Utang dagang, biasanya timbul dari pembelian barang-barang atau jasa dan
dari pinjaman jangka pendek. Dalam menentukan utang jangka pendek perlu
diperhitungkan utang atas pembelian barang yang masih dalam perjalanan
harus mempertimbangkan syarat penerimaan.
Contoh :
a) Pada tanggal 10 Januari 2007, PT Sejahtera membeli barang secara
kredit sebesar $500 dengan syarat 2/10,n/30.
b) Pada tanggal 15 januari 2007, PT Sejahtera membayar utang sebesar
$300.
c) Pada tanggal 9 Februari 2007, PT Sejahtera membayar sisa utangnya
Jurnal :
10/1/2007 Pembelian $ 500
Utang dagang $ 500
15/1/2007 Utang dagang $ 300
Kas $ 294
Potongan pembelian $6
09/2/2007 Utang dagang $ 200
Kas $ 200
 Utang Wesel, utang wesel dalam bentuk janji tertulis yang di klasifikasikan
utang jangka pendek adalah utang wesel dagang dan utang wesel pinjaman
jangka pendek.
1) Utang wesel dagang adalah jumlah yang dijanjikan secara tertulis akan
dibayar kepada pemasok barang, jasa dan equipmen. Umumnya, baik
jumlah yang akan dilunasi maupun tanggal pelunasan yang sudah
tercantum dalam wesel
Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 2009 perusahaan membeli barang dagangan
seharga Rp. 5.000.000 dengan menandatangani wesel 31 hari berbunga
12%.
Jurnalnya :
1/1/2009 Persediaan barang Rp. 5.000.000
Utang wesel Rp. 5.000.000
Jurnal pada tanggal pelunasan
31/1/2009 Utang wesel Rp. 5.000.000
Biaya bunga Rp. 600.000
Kas Rp. 5.600.000
2) Wesel pinjaman
Utang wesel pada pihak bank atau lembaga keuangan lain biasanya timbul
karena transaksi peminjaman uang. Apabila wesel tersebut berbunga maka
disajikan dalam neraca sebesar nominalnya dan diperlukan pengakuan
biaya bunga pada setiap akhir periode untuk disajikan dalam laporan laba-
rugi.
Jika wesel diterbitkan untuk pinjaman uang tidak bebunga, bank akan
memotong (diskon) sejumlah tertentu dari jumlah yang dipinjam dan
menyerahkan jumlah setelah dipotong kepada peminjam.
Contoh :
PT. Nita pada tanggal 1 oktober membuat wesel tidak berbunga Rp.
1.000.000 berjangka 1 tahun yang di diskontokan dengan tingkat 9%
kepada Bank Amerta
Dari transaksi tersebut PT. Nita hanya memperoleh uang sebesar Rp.
910.000 (1.000.000 – (9% - 1.000.000))
Jurnal kas untuk 1 oktober
Kas Rp. 910.000
Diskonto utang wesel Rp. 90.000
Utang wesel Rp. 1.000.000

Diskonto utang wesel harus di amortisasi sebagai biaya bunga selama


umur wesel. Saldo diskonto sebelum diamortasi disajikan sebagai
pengurang utang wesel. Pada contoh tersebut amortisasi diskonto dengan
garis lurus perbulan yakni Rp. 7500 (90.000 : 12) yang harus dibayar
setiap akhir bulan. Dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Biaya bunga Rp. 7.500
Diskonto utang wesel Rp. 7.500
Neraca pada tanggal 31 Desember yaitu :
Utang wesel Rp. 1.000.000
Diskonto utang wesel Rp. 67.500
Rp. 932.500
90.000 – (7.500 × 3) = 67.500
Biaya bunga sebesar Rp. 22.500(7.500 × 3) yang disajikan dalam laporan
laba-rugi.

3) Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu


Pada tanggal 1 januari 2013 PT. ABC menerima pinjaman jangka panjang
dari Bank sebesar Rp. 120.000.000 jangka waktu pinjaman yakni 3 tahun
dan bunga 2 % per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan sebanyak 3 kali
setiap tanggal 1 januari mulai tanggal 1 januari 2014.
Jurnal :
1/1/2013 Kas Rp. 120.000.000
Utang wesel Rp. 120.000.000
31/12/2013 Biaya bunga Rp. 2.400.000
Utang bunga Rp. 2.400.000
2/100 × 120.000.000 = 2.400.000
Neraca pada tanggal 31 Desember 2013
Utang jangka pendek ;
Utang bunga Rp. 2.400.000
Utang wesel Rp. 40.000.000
Rp. 42.400.000
Utang jangka panjang ;
Utang wesel Rp. 80.000.000 Rp.
80.000.000

Dividen yang dibagikan dalam bentuk uang atau aktiva (jika belum
dibayar) dicatat dengan mendebit rekening laba tidak dibagi dan
mengkredit utang deviden. Karena utang deviden ini akan segera dilunasi,
maka termasuk dalam kelompok utang jangka pendek. Utang dividen ini
akan timbul pada saat pengumuman pembagian deviden oleh direksi dan
terhutang sampai tanggal pembayaran. Deviden untuk saham prioritas,
walaupun jumlahnya sudah pasti, tetap sebelum tanggal pengumuman
belum merupakan utang. Utang deviden skrip akan dikelompokkan
sebagai utang jangka pendek jika segera akan dilunasi. Bagian deviden
dalam bentuk saham yang akan dibagi tidak termasuk dalam kelompok
utang jangka pendek tetapi merupakan elemen modal.
Contoh :
Pada tanggal 10 maret 2010 PT. ABC mengumumkan akan membagikan
deviden sebesar Rp. 1.000.000 yang akan dibayarkan pada tanggal 3 april
2010.
Jurnal :
Laba yang ditahan Rp. 1.000.000
Utang deviden Rp. 1.000.000

4) Uang muka dan jaminan yang dapat diterima kembali


Uang muka disini merupakan uang pembayaran dimuka dari pembeli
untuk barang-barang yang dipesan. Sebelum barang-barang diserahkan
pada pembeli, uang muka tersebut merupakan utang jangka pendek.
Jaminan yang diminta dari langganan juga merupakan utang, jika jaminan
itu dapat ditarik kembali sewaktu-waktu, maka merupakan utang jangka
pendek. Tetapi jika jaminan itu akan disimpan dalam perusahaan untuk
jangka waktu yang lama, maka termasuk dalam utang jangka panjang.
Contoh :
Pada tanggal 26 desember 2009 PT. Nusa Lestari menerima uang sebesar
Rp. 4.500.000 dari pelanggan untuk uang muka pesanan yang akan
dikirimkan ditahun berikutnya.
Jurnal :
26/12/2009 Kas Rp. 4.500.000
Uang muka penjualan Rp. 4.500.000

5) Dana yang dikumpulkan untuk pihak ke tiga


Perusahaan kadang-kadang akan menjadi pihak yang mengumpulkan
uang dari langganan atau pegawai yang nantinya akan diserahkan pada
pihak lain. Pengumpulan dana ini dapat dilakukan dengan cara
pemotongan upah pegawai atau membebani pembeli dengan jumlah-
jumlah tertentu.
Contoh : PT. ASA memungut pajak dari pembeli (PPN) yang nantinya
disetorkan ke kas Negara. Pada tanggal 5 Oktober 2005, PT. ASA menjual
barang seharga Rp. 10.000.000. Atas penjualan tersebut PT. ASA
memungut PPN 10% dari nilai penjualan. Maka jurnal untuk mencatat
penjualan dan utang PPN adalah :
Kas Rp. 11.000.000
Penjualan Rp. 10.000.000
Utang PPN Rp. 1.000.000
Pada saat menyetorkan utang PPN tersebut ke kas negara, dibuat jurnal
sebagai berikut :
Utang PPN Rp. 1.000.000
Kas Rp. 1.000.000

6) Utang biaya (biaya yang akan dibayar)


Utang biaya merupakan utang yang timbul dari pengakuan akuntansi
terhadap biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar. Yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah hutang yang timbul dari gaji dan
upah, bonus, biaya sewa dll.
Contoh :
Pada tanggal 31 Desember 2010 data yang ada pada PT. Prima
menunjukkan upah buruh yang belum dibayar selama 4 hari. Analisa
berikutnya menunjukkan bahwa upah buruh perhari yakni Rp. 20.000.
Jurnal :
Biaya gaji dan upah Rp. 80.000
Utang gaji dan upah Rp. 80.000

7) Utang Bonus
Bonus yang diberikan kepada karyawan-karyawan tertentu kadang-
kadang menimbulkan masalah tersendiri. Bonus ini dapat dihitung dengan
dasar penjualan atau laba, tergantung pada perjanjiannya. Bonus tersebut
dapat dihitung dengan cara bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi
bonus dan pph.
Contoh :
PT. RS memberikan bonus untuk kepala bagian penjualan sebesar 10%
dari laba. Laba tahun 2005 Rp. 1.000.000. Phh 15% dari laba bersih.
Misalnya B = Bonus P = Pajak Dihitung dari laba sebelum dikurangi
bonus & PPh
B = 0,10 × Rp. 1.000.000 B = Rp. 100.000 PPh = 15 % × (Rp. 1.000.000 –
Rp. 100.000) PPh = Rp. 135.000,-

8) Pendapatan diterima dimuka


Jumlah yang diterima dari langganan untuk barang-barang dan jasa-
jasa yang akan diserahkan dalam periode yang akan datang dicatat sebagai
pendapatan yang diterima dimuka dan dilaporkan dibawah kelompok
hutang jangka pendek. Contoh dari pendapatan yang diterima dimuka
adalah uang muka yang diterima untuk langganan majalah/surat-surat
kabar. Jumlah penerimaan ini merupakan pendapatan yang terima dimuka
itu adalah salah satu alat peraga sampai majalah/ surat kabarnya
diserahkan kepada pembeli.
Contoh :
PT. Prima menerima pembayaran sebanyak Rp. 50.000.000 untuk barang
dagang yang dipesan konsumen, barang dagangan tersebut harus dikirim
akhir bulan depan.
 Jurnal pada saat penerimaan kas
Kas Rp. 50.000.000
Pendapatan diterima dimuka Rp. 50.000.000
 Jurnal pada saat menyerahkan barang dagangan
Pendapatan diterima dimuka Rp. 50.000.000
Penjualan Rp. 50.000.000

2. Utang jangka pendek jumlahnya belum ditetapkan (diestimasi)


Biasanya jumlah kewajiban dari suatu barang dapat ditentukan, baik dari
kontrak maupun dari perhitungan dengan dasar suatu tariff tertentu. Akan tetapi
tidak semua utang dapat ditentukan jumlahnya, kadang-kadang terdapat utang-
utang yang sudah jelas harus dibayar, tetapi pada tanggal neraca jumlahnya masih
belum pasti. Karena jumlahnya masih belum jelas tetapi, kewajibannya sudah
pasti maka pada tanggal neraca dilakukan perhitungan jumlah kewajiban dengan
cara taksiran.
Taksiran utang ini mungkin dikelompokkan sebagai utang jangka pendek
atau jangka panjang. Tergantung pada saat pelunasan utang tersebut. Jika
pelunasannya segera maka dikelompokkan seagai utang jangka pendek, tetapi jika
pelunasannya akan dilakukan beberapa periode yang akan datang maka
dikelompokkan sebagai utang jangka panjang maka beberapa jenis utang jangka
pendek yang jumlahnya belum ditetapkan yakni :
 Taksiran utang pajak penghasilan pada akhir periode sudah diketahui laba
yang diperoleh, diperlukan untuk menaksir besarnya pajak penghasilan yang
akan menjadi beban tahun yang bersangkutan. Besarnya pajak biasanya dtaksir
dengan cara mengalihkan tarif pajak yang berlaku dengan jumlah laba. Setelah
taksiran pajak terhitung maka akan dicatat dengan jurnal yang mendebit
rekening pajak penghasilan dan dikreditkan kerekening utang pajak
penghasilan.
 Taksiran utang hadiah yang berdar kadang-kadang ditawarkan hadiah atas
pembelian barang-barang tertentu. Hadiah-hadiah ini merupakan biaya untuk
periode dimana penjualan barang-barang tersebut terjadi. Apabila hadiah-
hadiah itu habis waktunya pada akhir periode maka tidak perlu dibuat jurnal
penyesuaian. Tetapi apabila jangka waktu pengambilan hadiah melampaui
suatu periode akuntansi, maka pada akhir tahun dibuat jurnal penyesuaian
yang mendebit rekening biaya hadiah penjualan dan mengkredit rekening
utang hadiah yang beredar. Jumlah hutang hadiah yang beredar ini dihitung
dengan cara taksiran dari jumlah taksiran penjualan
 Taksiran utang garansi jika barang-barang yang dijual disertai dengan garansi
untuk perbaikan-perbaikan maka akhir periode dihitung taksiran jumlah biaya
yang akan terjadi sebagai akibat garansi tersebut. Taksiran biaya itu didebitkan
kerekening biaya garansi dan dikreditkan ke rekening utang biaya garansi.
 Taksiran utang pension apabila karyawan yang berhenti sesudah bekerja untuk
jangka waktu tertentu diberi pensiun, maka biaya pensiun yang dibayarkan
selama masa hidupnya karyawan tersebut akan dibebankan sebagai biaya
keperiode-periode dimana karyawan tersebut bekerja. Jumlah pensiun yang
akan dibayarkan ditaksir berdasarkan jumlah karyawan, umur, dan jangka
waktu pembayaran pensiun. Selanjutnya jumlah taksiran tadi dibagi dengan
taksiran jangka waktu bekerjanya karyawan tersebut. Setiap periode jumlah
taksiran ini didebitkan kerekening biaya gaji dan upah atau biaya produksi
tidak langsung dan dikreditkan kerekening hutang pensiun pada saat pensiun
dibayar, kerekning utang pensiun didebit dan rekening kas dikredit.

3. Utang-utang bersyarat (Contigent Liabilities)


Utang-utang bersyarat merupakan utang-utang yang sampai pada tanggal
neraca yang masih belum pasti apakah akan menjadi kewajiban atau tidak. Utang-
utang semacam ini timbul akibat kegiatan dimasa lalu. Untuk menentukan apakah
suatu utang itu merupakan utang bersyarat atau taksiran utang, dasarnya adalah
timbulnya kewajiban. Jika kewajiban membayar itu pasti timbul, walaupun
jumlahnya belum pasti maka utang jenis ini merupakan taksiran utang. Tetapi jika
kewajiban membayar itu masih belum pasti, mungkin jumlahnya sudah pasti atau
mungkin juga belum pasti, maka utang-utang seperti ini merupakan utang-utang
bersyarat, jadi sesungguhnya perbedaan yang ada diantara taksiran utang dengan
utang bersyarat adalah kepastian timbulnya kewajiban membayar dan bukannya
mengenai kepastian jumlahnya. Yang termasuk dalam utang-utang bersyarat yakni
 Piutang wesel di diskontokan dan piutang yang dijaminkan
 Endorsemen bersyarat atau wesel-wesel
 Sengketa hokum
 Tambahan pajak yang belum jelas kepastiannya
 Jaminan terhadap utang anak perusahaan
 Garansi terhadap penurunan harga barang-barang yang dijual utang bersyarat
dalam neraca bisa ditunjukkan dengan catatan kaki atau dilaporkan dengan
juduk tersendiri, tetapi tidak ikut dijumlahkan dengan utang-utang yang lain.

E. Sifat Kewajiban Lancar


Beberapa karasteristik dari utang lancer sebagai berikut ;
 Tanggal jatuh tempo tidak melebihi satu tahun, dan dilunasi menggunakan
sumber asset lancer.
 Secara umum timbulnya kewajiban lancer disebabkan kebutuhan kegiatan
sehari-hari perusahaan untuk berjalan lancar, dan jumlah kewajiban relatif
rendah.

Secara umum ada tiga jenis utang lancer , yaitu :


 Utang yang dapat ditentukan meliputi utang usaha, utang tagihan, utang dividen,
uang muka atau jaminan yang dapat dipulihkan, hutang biaya, utang bonus, dan
utang gaji/upah.
 Perkiraan jumlah kewajiban termasuk utang pajak penghasilan, utang hadiah,
utang garansi untuk produk yang dijual sold
 Utang bersyarat termasuk piutang, wesel tagih dan kontrak/perjanjian

Rasio lancar, ukuran penting untuk mengontrol pembayaran utang lancar. Sesuai
dengan karakteristik kewajiban lancar, pembayaran kewajiban lancar biasanya
menggunakan aktiva lancar. Untuk mengendalikan pembayaran ini, catatan akuntansi
menyertakan istilah rasio lancar, yaitu rasio ukuran utang lancar terhadap aset lancar.
Rasio ini juga penting bagi kreditur (perbankan) untuk menilai apakah perusahaan yang
mengajukan pinjaman layak dari segi kemampuannya untuk melunasi utang lancar. Jika
disetujui, beberapa perjanjian antara kreditur dan debitur meliputi jumlah utang,
pemberi dan penerima utang, dan tanggal jatuh tempo utang.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Aktiva tetap adalah aktiva yang berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dibangun dengan terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan dan
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktifa tetap mempunyai sifat relatif
digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal dan berkarasteristik, seperti
memiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas), digunakan untuk kegiatan
operasional secara berulang-ulang, dan tidak dijual kembali ke konsumen, serta
manfaat ekonomisnya yang lebih dari satu tahun.

Harga perolehan dipakai sebagai dasar pelaporan nilai harta tetap dalam sebuah
neraca tetap dan akan dijadikan sebagai dasar perhitungan penyusutan harta tetap yang
bersangkutan. Sedangkan kewajiban adalah akan jatuh tempo dalam satu tahun atau
dalam siklus operasi perusahaan jika lebih dari satu tahun kewajiban yang jatuh
temponya melebihi periode tersebut disebut kewajiban jangka panjang.

B. Saran

Akuntansi memang sangat diperlukan oleh kebanyakan perusahaan. Maka untuk


itu kita perlu pemahaman yang sangat luas mengenai pelajaran akuntansi, salah satunya
Akuntansi Aset Tetap. Setelah menyusun makalah ini, kita harus lebih memahami
bagaimana cara menghitung penyusutan dari berbagai metode serta mengenal lebih jauh
tentang asset/aktiva tetap. Kita haruslah teliti dalam mengaplikasikan akuntansi asset
tetap dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal pekerjaan.

Diharapkan dengan makalah ini, pembaca dapat menambah wawasan tentang


asset tetap dan alangkah baiknya kita mencari sumber referensi lebih banyak dari
berbagai sumber sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan semakin luas.
DAFTAR PUSTAKA

Ekhsan, M., Aeni, N., Parashakti, R., & Fahlevi, M. (2019, November). The Impact Of
Motivation, Work Satisfaction And Compensation On Employee’s Productivity In Coal
Companies. In 2019 1st International Conference on Engineering and Management in
Industrial System (ICOEMIS 2019). Atlantis Press

Fahlevi, M., Zuhri, S., Parashakti, R., & Ekhsan, M. (2019). LEADERSHIP STYLES OF
FOOD TRUCK BUSINESSES. Journal of Research in Business, Economics and
Management, 13 (2), 2437-2442.

Fahlevi, M., Saparudin, M., Maemunah, S., Irma, D., & Ekhsan, M. (2019). Cybercrime
Business Digital in Indonesia. In E3S Web of Conferences (Vol. 125, p. 21001). EDP
Sciencees

Jusup, Al. Haryono. 1993. Dasar-Dasar Akuntansi 2. Edisi 4. Yogyakarta : Bagian Penerbitan
STIE YKPN.

Hendrikson, S. Eldon., dan Nugroho W. Teori Akuntansi. Edisi 4. Jakarta : Erlangga

Tuanakotta, M. Theodorus. Teori Akuntansi 2. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai