DOSEN PENGAMPU
Erika Apulina Sembiring, S.Pd, M.Si
DISUSUN OLEH :
Erma Safitri_2043000027
Sindy Rahmayanti_2043000032
Dwi Raja Guk Guk_2043000055
JURUSAN : Akuntansi
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Aktiva Tetap Berwujud
dan Aktiva Tetap Tak Berwujud ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Erika
Apulina Sembiring, S.Pd, M.Si pada Akuntansi Keuangan Menengah I. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Akuntansi Keuangan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Erika Apulina Sembiring, S.Pd, M.Si, selaku
dosen Akuntansi Keuangan Menengah I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Sedangkan Aktiva tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif
yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki
wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau
dokumen lain. Dimana Aktiva tidak berwujud merupakan bagian dari Aset Nonlancar
lainnya yang di neraca diklasifikasikan dan disajikan sebagai Aset Lainnya.
Dengan penjelasan yang sangat minim ini tentu saja berpotensi pada kurang
akuratnya pencatatan terhadap transaksi Aktiva tidak berujud tersebut. Sebagai bagian
dari neraca, aktiva tidak berwujud juga memerlukan standar akuntansi untuk memberi
penjelasan yang terkait dengan pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan dan
penyajian dalam laporan keuangan. Selain itu juga terdapat kemungkinan adanya
perlakuan khusus, contohnya yang terkait dengan amortisasi dan penghentian serta
penghapusannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok kami membuat
makalah yang berjudul “Aktiva Tidak Berwujud”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dan karakteristik aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud?
2. Apakah klasifikasi dan prinsip dasar akuntansi untuk aktiva tetap berwujud dan tidak
berwujud?
3. Bagaimanakah pencatatan dan penilaian aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud
tersebut?
4. Apakah yang dimaksud dengan contoh aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud yang
dapat dipertukarkan?
5. Bagaimana penyajian aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud dalam laporan
keuangan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan karakteristik aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud.
2. Menjelaskan klasifikasi dan prinsip dasar akuntansi untuk aktiva tetap berwujud dan
tidak berwujud.
3. Menjelaskan cara pencatatan dan penilaian aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud
tersebut.
4. Menjelaskan yang dimaksud dengan contoh aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud
yang dapat dipertukarkan
5. Menjelaskan cara penyajian aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud dalam laporan
keuangan
Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang mempunyai wujud yang sifatnya
relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.
Pencantuman di Neraca:
Aktiva yg umurnya terbatas harga perolehan – akumulasi
depresiasi/deplesi
Yang termasuk dalam komponen biaya perolehan aset tetap meliputi harga perolehan,
biaya yang dapat diatribusikan langsung dan estimasi biaya pembongkaran dan
pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi (dismantling cost). Yang dimaksud dengan
biaya yang dapat diatribusikan langsung meliputi:
a. biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dalam pembangunan atau akuisis aset
tetap
b. biaya penyiapan lahan untuk pabrik
c. biaya penanganan dan penyerahan awal
d. biaya perakitan dan instalasi
e. biaya pengujian aset
f. komisi profesional
Sedangkan menurut UU PPh, harga perolehan suatu aset diatur sebagai berikut:
a. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah
jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima.
b. Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar‐menukar harta adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
c. Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali
ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
d. Apabila terjadi pengalihan harta:
1) yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
b, maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai sisa buku dari
pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak;
2) yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a,
maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari harta
tersebut.
e. Apabila terjadi pengalihan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c,
maka dasar penilaian harta bagi badan yang menerima pengalihan sama dengan nilai
pasar dari harta tersebut.
f. Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai
berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata‐rata atau dengan cara
mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama.
Misal : dibeli mesin pabrik Rp. 55.000.000, pengeluaran yang berkaitan dengan
pembelian mesin antara lain : PPN sebesar Rp. 5.500.000; Premi asuransi
sebesar Rp. 550.000 dan biaya pemasangan sebesar Rp. 1.450.000 maka harga
perolehannya :
Jurnal
Perolehan aset tetap juga diperoleh dari hibah pemerintah.Dalam hal hibah
pemerintah inilah tidak oleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa entitas
tersebut akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah dan hibah diperoleh
Paragraf 7 PSAK 16(Revisi 2007) memberikan kriteria atas biaya
perolehan aset tetap yang harus diakui sebagai aset.Biaya perolehan aset harus
diakui sebagai aset jika dan hanya jika :
1. besar kemungkinan manfaat ekonomi dimasa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas
2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
PT “Gegana” membeli aktiva tetap dari sebuah perusahaan berupa Kendaraan dengan
harga senilai Rp 500.000.000.
Jurnal
Kendaraan 500.000.000 -
Kas - 500.000.000
(gabungan)
Pembelian dalam satu paket (gabungan) sering disebut sebagai pembelian
secara lump-sum. Harga paket (borongan)didasarkan pada harga perolehan
masing-masing aktiva tetap yang ditentukan dengan harga pasar .
Misal:
PT LISA pada tanggal 1 januari 2010 membeli tanah, gedung dan peralatan
dengan harga total 100.000.000 dan harga pasar masing- masing sebesar
45.000.000 untuk tanah, 75.000.000 untuk gedungnya dan 30.000.000 untuk
peralatan. Hitunglah alokasi harga perolehan masing-masing aktiva tersebut
dan buatlah jurnalnya.
CONTOH
PT “Jimbaran” membeli gedung seharga Rp 500 jt pada tanggal 01 Januari 2009.
Pembayaran pertama sebesar Rp 200 jt dan sisanya diangsur tiap tanggal 31
Desember selama 3 tahun dengan bunga 10% per tahun.
CONTOH
Pada awal tahun 2009, PT “Seloka” menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga
perolehan mesin produksi sebesar Rp 20 jt, akumulasi depresiasi sampai tanggal pertukaran
sebesar Rp 15 jt sehingga nilai bukunya sebesar Rp5 jt. Nilai wajar mesin produksi tersebut
sebesar Rp Rp 8 jt dan PT “Seloka” harus membayar uang sebesar Rp 17 jt.
Truk 25.000.000 -
Akumulasi Depresiasi Mesin 15.000.000 -
Kas - 17.000.000
Mesin - 20.000.000
Laba Pertukaran Mesin - 3.000.000
Apabila terdapat selisih nilai wajar, maka nilai wajar aktiva tetap baru
ditetapkan sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan.
Sebaliknya, apabila nilai buku aktiva yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar aktiva
yang diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus diturunkan (write down), dan
nilai baru sesudah penurunan digunakan sebagai nilai wajar aktiva yang diterima.
CONTOH
PT “Gegana” menukarkan truk merk Toyota dengan truk baru merk Suzuki. Harga
perolehan truk Toyota Rp 100 jt dan akumulasi depresiasi sebesar Rp 40 jt. Harga pasar
(nilai wajar)Truk Suzuki Rp 250 jt. Dalam pertukaran tersebut, PT “Gegana” masih harus
menambah uang tunai sebesar Rp 200 jt.
Perhitungan:
Harga Perolehan truk Toyota 100.000.000
Akumulasi Depresiasi truk Toyota 40.000.000
Nilai Buku truk Toyota 60.000.000 -
Kas yang dibayarkan 200.000.000
Harga Perolehan truk Suzuki 260.000.000
+
Jurnal:
Kas - 200.000.000
Truk Toyota - 100.000.000
Contoh:
Pada tanggal 27 januari 2010 PT Bejobanget menerima sumbangan dari pemerintah
daerah berupa tanah. Nilai wajar tanah dilokasi setempat adalah 75 juta. Hitunglah harga
perolehan tanah dan buatlah jurnal yang diperlukan.
Karena nilai wajar tanah sebesar 75 juta rupiah maka harga perolehan tanah
sumbangan tersebut sebesar 75 juta rupiah juga.
Jurnal
27/1 Tanah 75.000.000
Modal donasi dari sisi akuntansi pajak mengacu pada pasal 10 ayat (4)
UndangUndang Pajak Penghasilan yang mengatur berikut ini.
1. Apabila terjadi pengalihan harta berupa bantuan,sumbangan,harta hibah,atau
warisan,syarat yang harus dipenuhi berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
b
Tidak termasuk sebagai objek pajak adalah :
b. Warisan
2. Apabila tidak memenuhi syarat yang diperlukan sesuai pasal 4 ayat (3) huruf a Undang-
Undang Pajak Penghasilan ,maka dasar penilaian bagi yang menerima penghibahan sama
dengan nilai pasar dari harta tersebut.
Dengan memperhatikan penggolongan dan implikasinya terhadap
bantuan,sumbangan,dan hibah,maka perlakuan kauntansi bagi pihak penerima bantuan
akan dikreditkan pada akun “ekuitas atau modal” sehingga diperlakukan secara fiskal
penghasilannya,sebaliknya,pihak pemberi bantuan membukukannnya berdasarkan harga
atau nilai sisa buku.
Jurnal :
Nilai aktiva tetap akan menjadi berkurang karena adanya pemakaian aktiva tetap tersebut
sehingga dalam akuntansi dikenal dengan penyusutan aktiva tetap. Penyusutan atau depresiasi
adalah pengalokasian harga perolehan dari suatu aktiva tetap karena adanya penurunan nilai aktiva
tetap tersebut.
Harga Perolehan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya penyusutan. Harga
perolehan menjadi dasar penghitungan seberapa besar depresiasi yang harus dialokasikan per
periode akuntansi. Harga ini diperoleh dari sejumlah uang yang dikeluarkan dalam memperoleh
aktiva tetap hingga siap digunakan.
Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada
saat penarikan atau penghentian (retirement) aktiva. Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya
suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya
alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah baiknya
jika aktiva dapat di daur ulang.
Sebagian besar aktiva memiliki dua jenis umur, yaitu umur fisik dan juga umur fungsional.
Umur fisik dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki
umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut masih dalam kondisi baik (walaupun mungkin sudah
menurun fungsinya).
Sedangkan umur fungsional biasanya dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam
penggunaanya. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila aktiva tersebut
masih memberikan kontribusi bagi perusahaan. Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam
kondisi sangat baik, akan tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bisa saja aktiva
tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini
biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk membuat suatu produk.
Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan jaman. Kondisi ini biasanya terjadi pada jenis
aktiva yang bersifat dekoratif seperti furniture, hiasan dinding, dan lain sebagainya. Dalam
penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah umur fungsional yang
biasa dikenal dengan umur ekonomis.
d. METODE PENYUSUTAN SESUAI KETENTUAN KOMERSIAL
Dalam praktik akuntansi komersial metode penyusutan dapat digunakan sesuai pengelompokan
menurut kriteria:
1. Dasar waktu
a.Metode garis lurus (straight line method)Dalam metode ini, biaya penyusutan dialokasikanberdasar
berjalannya waktu, dalam jumlah-jumlah yang sama selama masa manfaat asset tetap berwujud
tersebut.
Cara penghitungan persentase penyusutan dapat dengan mudah dilakukan apabila diketahui masa
manfaat. Masa manfaat aset tetap selama 5 tahun maka:
1.) Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method)
Metode ini sering disebut metode jumlah angka tahun yang akan menghasilkan jumlah penyusutan
yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Tarif penyusutan ditetapkan dengan pecahan, yaitu pembilang adalah angka tahun yang ada
selama masa manfaat aset tetap, sebagai contoh 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, sedangkan pembilang
untuk tahun pertama adalah penjumlahan angka tahun sampai dengan angka tahun terakhir.
Sebagai contoh, apabila masa manfaat hanya 5 tahun, maka penjumlahannya (1 + 2 + 3 + 4 + 5) =
15. Penghitungan penyusutan dapat dilakukan:
2.) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance method)
Dalam metode ini, besarnya biaya penyusutan semakin lama menjadi lebih kecil dari tahun ke
tahun, dengan dasar pemikiran bahwa kapasitas asset tetap dalam memberikan jasanya dari tahun
ke tahun semakin menurun.
Pada umumnya, tarif penyusutan adalah dua kali tarif penyusutan apabila menggunakan metode
ganis lurus tanpa memerhatikan nilai residu (recidual value) sebagaimana contoh yang lalu:
= Rp72.000.000,00
Demikian selanjutnya untuk tahun berikutnya sampai dengan akhir masa manfaat.
Dan perhitungan di atas pada awal tahun ke 5, terdapat persoalan yaitu nilai sisa buku Rp
38.880.000 tidak dapat digunakan dasar penghitungan biaya penyusutan tahun ke 5, karena aset
tetap yang bersangkutan tidak boleh disusutkan yang mengakibatkan nilai sisa buku di bawah nilai
residu. Hal mi dapat dibuktikan sebagai berikut:
Namun demikian, karena telah ditetapkan bahwa nilai residu ke-5 adalah sebesar Rp 40.000.000
maka perlu dilakukan terhadap biaya penyusutan yang telah dicatat, yaitu pengurangan biaya
sebesar Rp 1.120.000.
2. Dasar penggunaan
a. Metode jam jasa (service hours method)
Pada metode ini besarnya penyusutan dihitung dengan mendasarkan teori bahwa pembelian
aset tetap ditunjukkan dari jumlah jam jasa langsung dan dalam metode ini mengakui estimasi
masa manfaat asset yang diukur dalam jam jasa.
Contoh, berdasarkan data aset tetap yang digunakan menunjukkan estimated service life sebesar
20.000 jam, harga perolehan aset Rp 100.000.000 dan nilai residu Rp 5.000.000.
Apabila aset tersebut manfaatnya 5 tahun dengan jam jasa yang telah diketahui maka daftar biaya
penyusutan akan tampak:
Contoh :
Aset tetap berupa mesin harga perolehannya Rp 300.000.000. Nilai Residu pada akhir tahun ke-5
sesuai masa manfaatnya Rp 40.000.000. Mesin diperkirakan dapat menghasilkan 20.000.000 unit
produksi. Besarnya tarif penyusutan dihitung tahun pertama dengan produksi sebenarnya
3.000.000 unit.
Demikian pula selanjutnya untuk tahun kedua sampai dengan tahun ke-5. Besarnya penyusutan
akan bervariasi karena sangat bergantung pada produksi sebenarnya yang dapat dihasilkan oleh
mesin tersebut.
20.000.00 260.000.000
0
Menggunakan dasar kriteria lainnya bahwa biaya penyusutan dapat dihitung dengan dasar jenis
dan kelompok. Pengelompokan ini dikenali dalam kelompok atau dalam perpajakan dikenali
dengan golongan 1, golongan 2, golongan 3, dan golongan bangunan. Ketentuan Pasal 11 Undang-
Undang Pajak Penghasilan mengelompokkannya ke dalam “Bukan Bangunan” dan kelompok
“Bangunan”. Akuntansi komersial mengelompokkan aset berdasarkan masa manfaat.
Contoh:
Aset tetap yang dibeli terkelompokkan ke dalam aset tetap yang masa manfaatnya 5 tahun dan
seterusnya. Apabila PT Maju mempunyai 5 truk dengan nilai perolehan dan nilai residu sesuai
daftar berikut ini, penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus. Alokasi biaya penyusutan
tampak:
Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak Penghasilan telah menjelaskan tentang
pengeluaran -pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan tidak berwujud serta pengeluaran
lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun pembebanannya dilakukan melalui
penyusutan atau amortisasi. Pasal 9 ayat (2), pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan
pembayaran di muka, sebagai contoh sewa untuk beberapa tahun yang dibayarakan sekaligus
pembebananya akan dilakukan melalui alokasi-alokasi per tahun.
Penyusutan menurut akuntansi pajak ini tidak mempertimbangkan nilai sisa (residual
value), sehingga diartikan bahwa seluruh harga perolehan tersebut disusutkan. Sebenarnya banyak
cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh asset tetap telah disampaikan dalam akuntansi
konvensional. Tetapi dapat teridentifikasi bahwa aset tetap dapat diperoleh melalui:
4. penyertaan modal,
5. membangun sendiri,
1. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta.
2. Harta perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta.
3. Harta perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha.
4. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta karena hibah, bantuan,
atau sumbangan, dan warisan.
5. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta termasuk setoran tunai
yang diterima oleh badan sebagai pengganti penyertaan modal.
Harga Perolehan Atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Jual Beli Harta
Harta perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta ditentukan sebagai
berikut:
a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang sesungguhnya dibayar;
Termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh harta tersebut, seperti bea masuk, biaya pengangkutan, dan biaya pemasangan.
b.Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang sesungguhnya diterima.
b.Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang seharusnya diterima.
Harga Perolehan Atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Tukar-Menukar Harta
Dalam hal terjadi transaksi tukar menukar harta dengan harta lain, maka nilai perolehan atau
nilai penjualan harta tersebut adalah:
1. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang seharusnya dikeluarkan berdasarkan
harga pasar;
2. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang berdasarkan harga pasar (Pasal 10 ayat
(2) Undang-Undang PPh)
Harga Perolehan atau Harga Pejualan dalam Hal Terjadi Pengalihan Harta karena Hibah,
Bantuan atau Sumbangan, dan Warisan
Apabila terjadi pengalihan harta karena hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dan bantuan atau sumbangan, dengan syarat hibah, bantuan atau sumbangan tersebut
tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau hubungan
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan, serta warisan, maka dasar penilaian atau nilai
perolehan bagi pihak yang menerima pengalihan harta adalah:
Apabila terjadi pengalihan harta karena hibah yang diterima oleh bukan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang di tetapkan oleh
Menteri Keuangan, dan bantuan atau sumbangan, dengan syarat hibah, bantuan atau sumbangan
tersebut tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau
hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan, serta warisan, maka dasar penilaian
atau nilai perolehan bagi pihak yang menerima pengalihan harta adalah sama dengan nilai pasar
dari harta tersebut.
Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam Hal Terjadi Pengalihan Harta Termasuk
Setoran Tunai yang Diterima Oleh Badan sebagai Pengganti Penyertaan Modal
Penyertaan Wajib Pajak dalam permodalan suatu badan dapat dipenuhi dengan setoran
tunai atau pengalihan harta. Apabila terjadi pengalihan harta termasuk setoran tunai diterima oleh
badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal, maka dasar penilaian
harta bagi badan yang menerima pengalihan adalah sama dengan nilai pasar dari harta yang
dialihkan
tersebut.
Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4
tahun.
Kelompok 2: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 8
tahun.
Kelompok 3: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16
tahun.
Kelompok 4: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20
tahun.
Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight line method) dan
metode saldo menurun (declining balance method).
Wajib pajak diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk melakukan penyusutan.
Metode garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap terwujud.
Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan digunakan untuk kelompok harta
berwujud bukan bangunan saja.
Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud, metode, serta tarif penyusutannya:
TARIF DEPRESIASI
KELOMPOK HARTA MASA
BERWUJUD MANFAAT SALDO
GARIS LURUS
MENURUN
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5% –
Untuk lebih memudahkan Wajib Pajak dan memberikan keseragaman dalam pengelompokan
harta tetap berwujud, maka keluarlah Peraturan Menteri Keuangan No. 96/KMK.03/2009 Tanggal
15 Mei 2009 mengatur tentang jenis-jenis harta yang termasuk kedalam kelompok harta berwujud
bukan bangunan untuk keperluan penyusutan, berlaku sejak 1 Januari 2009 sebagai berikut.
9 Industri semi konduktor Auto frame loader, automatic logic handler, baking
oven, ball shear tester, bipolar test handler
(automatic), cleaning machine, coating machine,
curing oven, cutting press, dambar cut machine,
dicer, die bonder, die shear test, dynamic burn-in
system oven, dynamic test handler, eliminator
(PGE-01), full automatic handler, full automatic
mark, hand maker, individual mark, inserter
remover machine, laser marker (FUM A-01), logic
test system, marker (mark), memory test system,
molding, mounter, MPS automatic, MPS manual,
O/S tester manual, pass oven, pose checker, re-form
machine, SMD stocker, taping machine, tiebar cut
press, trimming/forming machine, wire bonder,
wire pull tester.
10 Jasa Persewaan Peralatan Spoolling Machines, Metocean Data Collector
Tambat Air Dalam
11 Jasa Telekomunikasi Seluler Mobile Switching Center, Home Location Register,
Visitor Location Register. Authentication Centre,
Equipment Identity Register, Intelligent Network
Service Control Point, intelligent Network Service
Managemen Point, Radio Base Station, Transceiver
Unit, Terminal SDH/Mini Link, Antena
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 3
Khusus untuk bangunan tidak permanen dimaksudkan adalah bangunan yang bersifat sementara
dan terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan yang
masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun, misalnya bangunan berupa barak atau asrama dari
kayu.
Ketentuan pasal 11 ayat 8 UU PPh, bahwa telah terjadi penjualan atau penarikan harta (pasal 4
ayat 1) huruf d atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka nilai buku harta tersebut
dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang
diterimaatau diperoleh, dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan, sehingga
keuntungan atau kerugian karena pengalihan atau penarikan harta dikenakan pajak dalam tahun
dilakukan pengalihan harta. Apabila harta tersebut dijual atau terbakar, maka penerimaan neto dari
penjualan harta yaitu selisih antara harga penjualan dengan biaya yang dikeluarkan berkenaan
dengan penjualan, dan/atau penggantian asuransinya dibukukan sebagai penghasilan. Pada tahun
terjadinya penjualan atau tahun diterimanya penggantian asuransi dan Nilai Sisa Bukunya
dibebankan sebagai kerugian dalam tahun pajak yang bersangkutan. Dalam hal ini penggantian
asuransi ternyata jumlah yang diterima baru dapat diketahui dengan pasti beberapa waktu
kemudian, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak agar
jumlah sebesar kerugian dapat dibebankan dalam tahun penggantian asuransi tersebut. Namun
demikian, apabila terjadi pengalihan harta karena bantuan, sumbangan, hibah, atau warisan (yang
memenuhi syarat pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b UU PPh) berupa harta berwujud, maka
jumlah sisa bukunya tidak boleh dibebankan sebagai kerugian oleh pihak yang mengalihkan.
Dengan kewenangan tersebut keluarlah Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep. -520/PJ./2001
Tanggal 11 Desember 2002 tentang Jenis-Jenis Harta yang Digunakan dalam Usaha Jasa
Telekomunikasi Seluler yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk
keperluan penyusutan.
Untuk penghitungan penyusutan fiskal atas jenis-jenis harta tersebut diatur sebagai berikut :
1. Biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan digunakan perusahaan
untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan 50% dari
jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui penyusutan asset tetap (harta berwujud
bukan bangunan) kelompok 1 (perhatikan pengelompokan sesuai Keputusan Menteri
Keuangan terakhir No.138/KMK.03/2002)
2. Biaya perolehan, pembelian, atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus, atau yang
sejenis yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk antar-jemput para pegawai, dapat
dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui penyusutan sebagai asset tetap
kelompok 2 (perhatikan pengelompokan sesuai Keputusan Menteri Keuangan terakhir
No.138/KMK.03/2002)
3. Biaya perolehan, pembelian, perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis yang
dimiliki dan digunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya
perolehan, pembelian, atau perbaikan besar melalui penyusutan asset tetap (harta berwujud
bukan bangunan) kelompok 2 (perhatikan Keputusan Menteri Keuangan
terakhirNo.138/KMK.03/2002)4.Dalam hal pembebanan biaya tersebut pada butir 1, butir
2, dan butir 3,ternyata penghasilan Wajib Pajak dimaksud dikenakan Pajak Penghasilan
yang bersifat final atau berdasarkan norma penghitungan khusus, maka pembebanan biaya-
biaya tersebut telah termasuk dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang bersifat final
atau norma penghitungan khusus, sehingga ketentuan pembebanan tidak diberlakukan.
Demikian halnya atas biaya-biaya yang dibebankan sebagai biaya perusahaan maka juga
tidak dianggap sebagai penghasilan bagi pegawai perusahaan yang bersangkutan.
n. KETENTUAN LAIN
Penyimpangan dari ketentuan Pasal 11 ayat (1) UU PPh yang mengatur masalah penyusutan
bahwa Menteri Keuangan selanjutnya mempunyai kewenangan mengatur tersendiri untuk
penyusutan harta berwujud yang digunakan dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik
bidang-bidang usaha tertentu seperti pertambangan minyak dan gas bumi, serta perkebunan
tanaman keras.
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi
aktiva jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk jumlah
setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ), dan akuntansi untuk jumlah jika
nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.
2. Mencatat Biaya Aktiva Tak Berwujud yang Dibuat secara Internal.
Kadang kala perusahaan membuat sendiri aktiva tak berwujud, seperti paten. Hanya biaya
yang secara spesifik dapat diidentifikasi dari penciptaan aktiva tak berwujud tersebut hanya akan
diidentifikasi. Jadi, walaupun perusahaan telah mengeluarkan biaya penelitian yang sangat besar
untuk membentuk hal yang dipatenkan, namun hanya biaya untuk mendapatkan paten tersebut
yang dikapitalisasi sebagai aktiva. Karena kendala ini, biaya yang dikapitalisasi untuk aktiva tak
berwujud yang dibuat secara internal mungkin tidak mencerminkan nilainya, sedangkan biaya
yang dikapitalisasi untuk aktiva tak berwujud yang dibeli melalui transaksi yang wajar
diasumsikan mencermikan nilainya
Beberapa fakor yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi umur aktiva tak berwujud :
Ketentuan hukum, peraturan, atau kontraktual yang dapat membatasi umur manfaat maksimum.
Ketentuan untuk pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan ( extension ) yang dpat mengubah batas
umur masa manfaat aktiva tersebut.
Pengaruh keusangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya yang dapat mengurangi umur
manfaat.
Perkiraan umur pelayanan ( service life ) dari seorang atau kelompok pegawai.
Tindakan yang diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya yang dapat membatasi keunggulan
kompetitif yang sudah ada.
Umur manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak dapat diproyeksikan dengan layak.
Apakah aktiva tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor individual dengan umur manfaat efektif
yang bervariasi.
Menurut sifatnya itu, maka aktiva tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya aktiva
tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditentukan atau umur hukum
tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya.
a) Penurunan Nilai Aktiva Tak Berwujud
Jika jumlah yang tidak didiskontokan atas arus kas masuk yang diharapkan dari penggunaan
aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi lebih kecil dari nilai buku yang belum
diamortisasikan, maka aktiva tak berwujud disesuaikan ke nilai wajarnya. Kerugian penurunan ini
langsung diakui sebesar perbedaan antara nilai buku dan nilai wajar. Nilai buku aktiva yang telah
direvisi akan diamortisasi selama sisa umur manfaat aktiva tersebut, tetapi periode amortisasi tidak
lebih dari 40 tahun
b) Pelepasan Aktiva Tak Berwujud
Ketika sebuah aktiva tak berwujud dijual, dipertukarkan, atau dilepaskan, biaya yang belum
diamortisasi harus dihilangkan dari akun keuntungan atau kerugian pelepasan diakui dan dicatat.
Keuntungan atau kerugian adalah sama dengan perbedaan antara hasil bersih dari pelepasan dan
biaya yang belum diamortisasi.
60.000.000
Tarif deplesi= x 100 %=12 %
500.000.000
1. Hak Paten (patent) : hak diberikan kepada pihak yang menemukan hal untuk menjual,
membuat, mengawasi
2. Hak Cipta (copyright) : hak diberikan kpd seorang pengarang atau pencipta untuk
menerbitkan, menjual, mengawasi
3. Merek Dagang (trade mark) : didaftarkan terlebih dahulu dan dilindungi oleh UU yang
penggunaan tidak terbatas.
4. Waralaba (franchise) : hak yang diberikan oleh pihak tertentu (franchisor) kepada pihak
lain atas penggunaan fasilitas franchisor.
5. Leasehold : hak dari penyewa untuk menggunakan aset tetap dalam perjanjian sewa
menyewa.
6. Goodwill : sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan / kondisi
normal faktor tertentu yang mendukung
7. Biaya Yang Ditangguhkan (deffered cost) : pembayaran dimuka
Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Tak Berwujud
Pada dasarnya permasalahan akuntansi atas aktiva tetap tak berwujud (intangible asset) sama saja
dengan aktiva tetap berwujud, yaitu :
Sama halnya dengan Tangible Asset, Perolehan atas Intangible Asset juga dicatat sebesar nilai
faktur ditambah dengan pengeluaran-pengeluaran yang menyertainya.
2. Pengeluaran-Pengeluaran setelah perolehan (Expenditures)
3. Amortisasi (Amortization)
Amortisasi adalah pengalokasian harga perolehan ke beban usaha (biaya), yang pada aktiva tetap
dikenal dengan depresiasi (penyusutan). Penghitungan maupun pencatatan atas amortisasi sama
saja dengan cara penghitungan maupun pencatatan atas penyusutan aktiva tetap berwujud.
(-). Amortisasi kebanyakan merupakan biaya usaha dan jarang digolongkan ke dalam harga pokok
produksi, kecuali merk dagang yang memang digolongkan ke dalam kelompok harga pokok
penjualan.
(-). Amortisasi lebih baik jika dihitung menggunakan metode garis lurus saja, karena pada
dasarnya intangible asset tidak dipengaruhi, bahkan tidak ada hubungannya dengan output produk
yang dihasilkan oleh perusahaan.
4. Pelaporan (disclosure)
Intangible asset dilaporkan hanya nilai bersihnya (net value) setelah dikurangi akumulasi
amortisasinya. Akumulasi amortisasi tidak pernah dimnculkan di dalam neraca.
Khusus mengenai Perlakuan Goodwill, lebih jauh dan lebih detail lagi dapat di baca di artikel lain:
PERLAKUAN GOODWILL , disana dilengkapi dengan jurnal dan contoh kasusnya.