Anda di halaman 1dari 22

Perlakuan Akuntansi terhadap Kas, perlakuan akuntansi terhadap piutang

dan perlakuan akuntansi terhadap persedian


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah I

DOSEN PENGAMPU
Erika Apulina Sembiring, S.Pd, M.Si

DISUSUN OLEH :
Erma Safitri 2043000027
JURUSAN : Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS POTENSI UTAMA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perlakuan Akuntansi terhadap Kas, perlakuan
akuntansi terhadap persedian ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Erika Apulina
Sembiring, S.Pd, M.Si pada Akuntansi Keuangan Menengah I. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Akuntansi Keuangan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Erika Apulina Sembiring, S.Pd, M.Si, selaku dosen
Akuntansi Keuangan Menengah I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 10 Oktober 2021

Erma Safitri
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi merupakan Pelaporan keuangan yang berisi informasi-informasi yang
berguna dalam membantu pengambilan keputusan bagi para pemakainya.
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari, sesungguhnya kita telah menggunakan
jasa akuntansi. Ketika seorang pemilik warung mencatat pembelian barang dagangannya,
mencatat siapa saja yang berhutang pada warungnya, memisahkan kotak antara uang yang masuk
dari hasil penjualan dengan kotak uang yang dialokasikan untuk belanja kebutuhan barang
dagangan dan kebutuhan operasional di warungnya. Maka, pada dasarnya pemilik warung tadi
telah menerapkan teknik akuntansi. Penerapan pengetahuan di bidang akuntansi tentu semakin
luas dan kompleks jika dihadapkan pada bisnis dengan skala yang lebih besar.
Seperti ilmu-ilmu lainya, ilmu akuntansi juga berkembang sesuai perkembangan
teknologi dan peradaban manusia. Selain itu, faktor kebutuhan juga ikut serta dalam
perkembangan akuntansi itu sendiri. Akan tetapi, baik akuntansi maupun ilmu-ilmu lain tidak
berkembang dengan sendirinya tanpa adanya hal yang cukup berarti yang dapat mendorong
akuntansi tersebut berkembang dan bertahan hingga sekarang.
1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu Perlakuan Akuntansi Terhadap Kas?


2) Apa itu Perlakuan Akuntansi Terhadap Piutang?
3) Apa itu Perlakuan Akuntansi Terhadap Persediaan?
4) Cara membuat Jurnal?

1.3 Tujuan Masalah

1) Menjelaskan karakteristik proses Akuntansi


2) Untuk mengetahui tentang kas, dan piutang
3) Untuk mengetahui persedian dalam akuntansi
4) Untuk mengetahui akun-akun apa saja yang harus
disesuaikan dan persediaan
BAB II
Perlakuan Terhadap Akuntansi Kas
Sebelum perusahaan berdiri, pendiri harus membuat studi kelayakan lebih dahulu untuk
menentukan apakah perusahaan yang akan didirikan akan menguntungkan atau tidak. Untuk itu pemilik
harus membuat rencana operasional, rencana investasi, dan rencana pendanaan. Bila semuanya sudah
memenuhi persyaratan, langkah pertama perusahaan harus mencari sumber pendanaan dari pinjaman atau
dari modal sendiri, dan mengurus persyaratan pendirian. Langkah kedua perusahaan harus melakukan
kegiatan investasi dengan membeli aset tetap yang diperlukan, dan langkah terakhir adalah melakukan
kegiatan operasional. Dengan demikian, kegiatan suatu perusahaan dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu (1) kegiatan pendanaan, (2) kegiatan investasi, dan (3) kegiatan operasional. Kegiatan operasional
mencakup kegiatan utama yang terkait penjualan produk-produk atau jasa, pembelian persediaan untuk
diolah lebih lanjut atau dijual kembali, penerimaan hasil penjualan melalui piutang dan pembayaran
biaya-biaya yang diperlukan.

A. Pengertian Kas
Kas menurut pengertian sempit berarti uang, namun di dalam akuntansi istilah kas mengandung pengertian
yang lebih luas dari uang. Kas adalah kas atau setara kas yang sifatnya sangat likuid dan dapat digunakan
sewaktuwaktu untuk melunasi kewajiban lancar dan juga penggunaannya tidak dibatasi. Misalnya kas
tersebut adalah sinking fund (digunakan untuk melunasi kewajiban jangka panjang). Akuntansi meliputi
pos-pos sebagai berikut :
1. Uang tunai, baik berupa uang kertas maupun uang logam dalam negeri dan luar negeri (valuta asing)
yang ada di perusahaan.
2. Simpanan di bank dalam bentuk rekening giro, rekening tabungan, yang setiap saat dapat diambil atau
simpanan di bank yang tidak terikat oleh batasan tertentu.
3. Hal-hal yang dapat disamakan dengan kas, misalnya cek, slip penjualan kartu kredit atau kartu debet,
maupun bank draft (wesel bank) yang diterima dari pihak lain serta surat berharga lainnya yang dapat
diuangkan di bank atau lembaga keuangan lainnya sebesar nilai nominalnya.
Dengan demikian, selain hal-hal tersebut di atas berikut ini tidak dapat digolongkan sebagai kas, misalnya
cek mundur (post dated check), kas bon, prangko serta simpanan di bank yang tidak dapat diambil atau
tidak dapat digunakan untuk pembayaran setiap saat dibutuhkan (uang jaminan). Cek mundur dan kas bon
harus diperlakukan sebagai piutang sampai kertas-kertas berharga itu dapat diuangkan atau
dipertanggungjawabkan, sedangkan prangko, meterai, dan semacamnya harus diperlakukan sebagai
persekot beban atau persediaan prangko dan meterai sampai pada akhirnya digunakan dan dibebankan
sebagai biaya operasi. Simpanan di bank yang jangka waktu pengambilannya dibatasi (misalnya deposito
berjangka) harus diperlakukan sebagai investasi jangka pendek atau jangka panjang tergantung pada jangka
waktunya. Kas (baik yang ada pada perusahaan atau pada bank) yang penggunaannya telah dibatasi atau
disisihkan untuk tujuan tertentu (misalnya dana untuk ekspansi, dana pensiun, dana pelunasan utang jangka
panjang), walaupun kas tersebut berwujud uang tunai, namun karena uang tersebut tidak dapat digunakan
untuk kegiatan sehari-hari maka tidak boleh diklasifikasikan atau digabungkan dengan kas. Kas dinilai
sebesar nilai nominal uang tunai perusahaan dan nilai nominal cek dari perusahaan lain yang menjadi kas
perusahaan dan saldo rekening bank.
B. PENGENDALIAN INTERNAL KAS
Sesuai dengan sifat kas, khususnya uang tunai, kas tidak mempunyai identitas kepemilikan
(sehingga kalau hilang sulit untuk dilacak) dan mempunyai sifat mudah untuk dipindahtangankan
maka manajemen harus yakin bahwa :
1. setiap pengeluaran kas telah mendapatkan otorisasi dan sesuai dengan tujuan;
2. semua uang yang seharusnya diterima benar-benar telah diterima dan dicatat dengan benar; 3.
transaksi dicatat sedemikian rupa sehingga memungkinkan penyusunan laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi dan memungkinkan adanya pertanggungjawaban kekayaan perusahaan;
4. tidak ada penyalahgunaan terhadap uang milik perusahaan.
Di samping itu, manajemen bertanggung jawab untuk menyediakan kas yang cukup untuk kegiatan
perusahaannya sehari-hari. Oleh sebab itu, manajemen perlu menetapkan pengendalian internal terhadap
kas yang memadai. Pengawasan internal dalam arti sempit adalah adanya internal check (pengecekan silang
secara otomatis), namun dalam arti luas pengendalian internal meliputi semua proses yang dijalankan oleh
personel perusahaan dengan tujuan untuk:
1. mengamankan dan mencegah terjadinya pemborosan, penyalahgunaan dan inefisiensi dari sumber-
sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan;
2. menjamin ketelitian dan dapat dipercayainya kebenaran data operasi dan data akuntansi, serta laporan
keuangan yang dihasilkan;
3. mendorong tercapainya efisiensi dan efektivitas operasi dan dipatuhinya kebijaksanaan manajemen
4. menjamin dipatuhinya undang-undang dan peraturan yang terkait dengan kegiatan perusahaan.
Dengan demikian, antara tujuan atau tanggung jawab manajemen dengan tujuan pengendalian internal
adalah identik. Oleh karena itulah, manajemen harus merancang, menerapkan, dan mengawasi
pengendalian intern dengan sebaik-baiknya. Unsur-unsur pengendalian internal yang baik terdiri atas:
1. lingkungan pengendalian, adalah penciptaan suasana kondusif yang menimbulkan kesadaran bagi
seluruh personil perusahaan akan pentingnya adanya suatu pengendalian;
2. penilaian risiko, adalah kebijakan dan prosedur yang dapat mencegah risiko tidak dapat dicapainya tujuan
pengendalian internal;
3. aktivitas pengendalian adalah suatu kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen untuk
menjamin tercapainya tujuan pengendalian internal;
4. informasi dan komunikasi adalah sistem informasi yang menjamin bahwa seluruh transaksi telah dicatat
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum;
5. pemantauan (monitoring), kegiatan untuk menjamin bahwa pengendalian internal telah berjalan sesuai
dengan yang direncanakan.
Prinsip-prinsip pengendalian internal terhadap kas pada dasarnya dapat diringkas sebagai berikut.
1. Setiap kali terjadi penerimaan harus segera dicatat.
2. Penerimaan kas setiap hari harus segera disetorkan ke bank, secara utuh dan pada hari yang sama.
3. Harus ada pemisahan antara petugas yang menangani penerimaan dengan pembukuan kas, serta petugas
yang menyimpan kas.
4. Diadakan pemisahan antara fungsi penerimaan kas (bendahara/kasir penerima) dan fungsi pengeluaran
kas (bendahara/kasir pengguna).
5. Semua pengeluaran kas sebaiknya dilakukan dengan menggunakan check, kecuali pengeluaran-
pengeluaran yang bersifat rutin dan jumlahnya relatif kecil dapat dibayar melalui dana kas kecil.
6. Semua pengeluaran harus terlebih dahulu mendapatkan otorisasi atau persetujuan dari direktur keuangan
atau atasan bendahara.
7. Apabila check telah ditandatangani maka semua bukti-bukti pendukungnya harus diberi tanda telah
dibayar (lunas).
8. Sebaiknya digunakan Cash Register.

C. DANA KAS KECIL (PETTY CASH FUND)


Menurut prinsip pengendalian internal yang baik terhadap pengeluaran kas dikatakan bahwa pengeluaran
kas sebaiknya menggunakan check, tetapi karena urusan yang menyangkut kas dari suatu perusahaan begitu
banyak, serta meliputi jumlah rupiah yang bervariasi maka sangatlah tidak praktis dan tidak efisien kalau
pengeluaran-pengeluaran yang jumlah rupiahnya relatif kecil juga dibayar dengan menggunakan check.
Perusahaan sebaiknya menyisihkan sejumlah dana tertentu untuk tujuan membiayai
pengeluaranpengeluaran yang berjumlah kecil tersebut. Dana yang dipisahkan untuk membayar
pengeluaran jumlah kecil tersebut dinamakan Dana Kas Kecil (Petty Cash Fund). Dalam suatu perusahaan
yang besar, dana kas kecil yang dibentuk kemungkinan tidak hanya satu macam, dan tiap-tiap kas kecil
yang dibentuk ditunjuk kasir yang bertanggung jawab terhadap pengeluaranpengeluaran kas kecil termasuk
melaksanakan kegiatan administrasinya.
1. Akuntansi Dana Kas Kecil
Pada umumnya, dana kas kecil yang dibentuk dibatasi jumlahnya, demikian pula jumlah uang yang
boleh dikeluarkan oleh kasir kas kecil juga dibatasi. Secara berkala atau pada saat-saat tertentu
diadakan pengisian kembali untuk mengganti dana kas kecil yang telah digunakan. Terdapat dua cara
untuk menyelenggarakan administrasi dana kas kecil, yaitu berikut ini.
a. Sistem Dana Tetap (imprest system).
b. Sistem Dana Berfluktuasi (fluctuating system).
Berikut ini akan diuraikan sistem pencatatan kas kecil lebih terperinci.

a. Sistem dana tetap


Pada Sistem Dana Tetap, kepada kasir kas kecil diserahkan sejumlah uang dan kasir kas kecil
melaksanakan pembayaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menyimpan bukti-bukti
yang mendukung setiap pengeluaran dana kas kecil; apabila dana kas kecil sudah menipis atau
sudah sampai saat untuk diganti maka kasir kas kecil mengajukan permintaan penggantian dengan
melampirkan bukti-bukti pengeluaran yang telah terjadi. Besarnya penggantian dana kas kecil
setiap kali diminta adalah sebesar pengeluaran yang telah terjadi. Secara rinci ketentuan pokok
dalam melaksanakan sistem dana tetap adalah sebagai berikut.
1) Kas kecil disediakan khusus untuk keperluan pembayaran-pembayaran yang kecil jumlahnya,
dan tidak praktis bila dibayar dengan menggunakan cek.
2) Dana yang disediakan dalam kas kecil jumlahnya tetap (tidak boleh berubah).
3) Pengeluaran-pengeluaran kas kecil harus bisa dilakukan jika ada otorisasi dari yang berwenang.
4) Setiap ada pengeluaran dana kas kecil tidak perlu dijurnal (kasir kas kecil cukup mencatat dalam
Buku Kas Kecil).
5) Jumlah pengganti sama dengan jumlah pengeluaran kas kecil yang telah terjadi.
6) Pada saat pengisian kembali dana kas kecil, dilakukan pencatatan dalam Buku Jurnal
Pengeluaran Kas.

Contoh 1 :
1) Pembentukan Kas Kecil. Pada tanggal 1 Januari 20x9 PT. SARI memutuskan untuk
membentuk dana kas kecil, dan untuk pertama kali ditunjuk Ridwan sebagai kasir kas kecil
dan dana yang dibentuk sebesar Rp10 juta. Transaksi di atas di jurnal sebagai berikut :
Tgl Keterangan R Debet Kredit
1-1-x9 Kas Kecil; 10.000.000
Kas 10.000.000
Dibentuk dana kas kecil sebesar
Rp10 juta

2) Pengeluaran dari dana kas kecil Setiap pengeluaran uang dari dana kas kecil harus didasarkan
pada perintah pengeluaran kas kecil, dan kasir kas kecil harus menyimpan semua bukti-bukti
pengeluaran (kuitansi atau bukti kas keluar) dan mencatat transaksi tersebut dalam Buku Kas
Kecil. Misalnya, selama 2 minggu pertama bulan Januari 20x9 sebagai berikut.
Tanggal
2 : pembelian prangko ……………… Rp 160.000
3 : biaya taksi ……………………… Rp 310.000
5 : pengiriman telegram …………… Rp 280.000
6 : biaya angkut pembelian ……….. Rp 600.000
8 : biaya perjalanan dinas ………… Rp5.900.000
11 : bensin untuk kendaraan dinas … Rp 525.000
12 : pengiriman telegram …………… Rp 200.000
13 : biaya telepon …………………… Rp 1.000.000
Jumlah pengeluaran ……..…….. Rp 8.975.000

3) Pengisian kembali kas kecil Pada tanggal 14 Januari 20x9 kas kecil diisi kembali untuk
mengganti pengeluaran-pengeluaran kas kecil yang telah dilakukan. Jurnal untuk mencatat
pengeluaran cek untuk pengisian kembali dana kas kecil adalah sebagai berikut.

Tgl Uraian R Debet Kredit


14 Jan Biaya Telepon dan Telegram 1.480.000
Biaya Angkut Pembelian 600.000
Biaya Perjalanan Dinas 5.900.000
Biaya Bensin dan Oli 525.000
Macam-macam Biaya 470.000
Kas 8.975.000
Penggantian kas kecil untuk biaya-
biaya dari tgl 1 s/d 14 Januari
Setelah adanya pengisian kas kembali tersebut maka jumlah dana kas kecil tetap sebesar
Rp10.000.000 dan akan dilaporkan pada neraca sebesar itu pula. Masalah yang sering timbul
adalah apabila berdasarkan alasan tertentu pada akhir tahun buku (tanggal neraca) tidak
diadakan pengisian kembali dana kas kecil maka berarti biaya yang terjadi melalui kas kecil
belum diakui (karena belum di jurnal). Untuk mengatasi masalah tersebut maka pada akhir
tahun buku tersebut harus dibuat jurnal, seperti tersebut di atas, namun yang di “kredit"
bukannya akun Kas melainkan akun Kas Kecil. Sebagai akibat adanya jurnal pada akhir
tahun maka rekening Kas Kecil dilaporkan pada neraca sebesar Rp1.025.000 (Rp10.000.000
dikurangi Rp8.975.000). Di samping itu, pada awal tahun buku berikutnya perlu dibuat
jurnal pembalikan terhadap jurnal yang dibuat pada akhir tahun buku sebelumnya sehingga
pada saat pengisian kembali dana kas kecil nantinya dapat dilakukan jurnal sebagaimana
biasanya.
b. Sistem dana tidak tetap
Perbedaan pokok antara sistem dana tetap dengan sistem dana tidak tetap (berfluktuasi) adalah
pada saat terjadinya pengeluaran uang dari dana kas kecil. Pada sistem dana tetap, pengeluaran
oleh kasir kas kecil tidak di jurnal sedangkan pada sistem dana tidak tetap setiap terjadi
pengeluaran atau mutasi dana kas kecil selalu diikuti pencatatan dalam buku jurnal pengeluaran
kas kecil. Dengan kata lain pencatatan atas transaksi pengeluaran kas kecil tidak perlu
ditangguhkan sampai saat pengisian kembali dana kas kecil. Rekening Kas Kecil mempunyai
sifat seperti akun aktiva lainnya. Berdasarkan Contoh 1 transaksi-transaksi tersebut dicatat
dengan menggunakan sistem dana berfluktuasi sebagai berikut.
1) Saat pembentukan dana kas kecil.

Tgl Keterangan R Debet Kredit


1-1-x9 Kas Kecil; 10.000.000
Kas 10.000.000
Dibentuk dana kas kecil sebesar
Rp10 juta

2) Saat pengeluaran dana kas kecil

2-Feb Macam-macam Biaya Rp160,000


Kas kecil Rp160,000
3-Feb Macam-macam Biaya Rp310,000
Kas kecil Rp310,000
5-Feb Biaya Telepon dan telegram Rp 280.000
Kas kecil Rp 280.000
6-Feb Biaya angkut pembelian Rp 600.000
Kas kecil Rp 600.000
8-Feb Biaya perjalanan dinas Rp5.900.000
Kas kecil Rp5.900.000
11-Feb Biaya bensin dan oli Rp 525.000
Kas kecil Rp 525.000
12-Feb Biaya telegrap Rp 200.000
Kas kecil Rp 200.000
13/2 Biaya telepon Rp1.000.000
Kas kecil Rp1.000.000

c. Pengisian kembali dana kas kecil


Karena setiap kali terjadi transaksi pengeluaran dana kas kecil selalu diikuti dengan jurnal
pengeluaran kas (kecil) maka pada saat pengisian kembali dibuat jurnal, seperti pada waktu
pembentukan dana kas kecil, dan jumlah pengisian kembali ini tidak harus sama besarnya
dengan jumlah pengeluaran kas kecil yang telah terjadi. Apabila pada akhir tahun buku belum
diadakan pengisian kembali dana kas kecil maka tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian karena
setiap kali terjadi transaksi pengeluaran dana kas kecil sudah diakui adanya biaya.
BAB III
Perlakuan Terhadap Akuntansi Piutang

Piutang adalah tagihan kepada pelanggan atau pihak lain atas uang, barang atau jasa.
Untuk tujuan laporan keuangan perusahaan mengklasifikasikan piutang menjadi
piutang lancar (jangka pendek) atau piutang tidak lancar (jangka panjang). Perusahaan
mengharapkan dapat mengumpulkan piutang jangka pendek dalam tempo satu tahun
atau kurang atau selama periode siklus normal usaha, mana yang lebih lama.

A. KLASIFIKASI PIUTANG
Dalam usahanya untuk meningkatkan volume penjualan perusahaan sering kali
memberikan kemudahan kepada para pelanggannya dengan jalan memberi
kelonggaran dalam pembayaran. Tentu saja di dalam memberikan kredit ini,
perusahaan harus hati-hati, agar kredit yang telah diberikan nantinya dapat ditagih.
Namun, penjualan secara kredit ini biarpun telah diberikan secara selektif dan hati-
hati, masih ada kemungkinan ada debitur yang tidak mau atau tidak mampu melunasi
utangnya. Piutang atau tagihan yang timbul dari transaksi penjualan kredit ini dalam
akuntansi akan dikelompokkan sebagai piutang usaha. Dalam praktik piutang usaha
ini sering disertai suatu janji tertulis yang dibuat debitur. Apabila halnya demikian
maka piutang yang ada janji tertulisnya akan dikelompokkan sebagai piutang wesel.
Selain piutang usaha, perusahaan juga sering mengadakan transaksitransaksi yang
menimbulkan pos piutang yang lain, seperti piutang bunga, piutang pegawai, piutang
direksi, piutang perusahaan afiliasi. Dalam akuntansi setiap piutang di atas harus
diklasifikasikan dan disajikan dalam neraca dengan benar. Artinya, rekening piutang
harus dapat menunjukkan dengan jelas apakah piutang tersebut piutang usaha,
piutang pegawai, piutang bunga, piutang direksi atau piutang yang lain. Setiap
rekening piutang tersebut harus dilengkapi dengan buku pembantunya masing-
masing. Seluruh piutang perusahaan yang diperkirakan dapat ditagih dalam tempo
satu tahun atau kurang dihitung dari tanggal neraca harus disajikan dalam neraca
dalam kelompok aktiva lancar. Sedangkan piutang yang baru dapat ditagih lewat dari
satu tahun sejak tanggal neraca tidak boleh dikelompokkan sebagai aktiva lancar,
tetapi harus dipisahkan tersendiri dan masuk dalam kelompok investasi atau aktiva
lain-lain, bisa juga piutang jangka panjang. Penting tidaknya suatu piutang usaha
atau piutang wesel bagi perusahaan akan bervariasi dengan volume penjualan kredit
dan lamanya periode kredit yang diberikan kepada pelanggan. Semakin besar volume
penjualan kredit berarti semakin besar pula jumlah piutang perusahaan dan semakin
lama periode kredit berarti semakin besar pula jumlah piutang perusahaan.
Contoh 1
Apabila volume penjualan kredit selama satu tahun Rp600 juta dan lamanya periode
kredit 30 hari maka rata-rata piutang perusahaan akan berjumlah:
30 hari x Rp600.000.000 = Rp100.000.000
360 hari
Apabila perusahaan memperpendek kredit yang diberikan kepada pelanggan dari 30 hari menjadi
15 hari maka jumlah piutang rata-ratanya akan sebesar:
15hari x Rp60.000.000 = Rp50.000.000,00
360hari

Dengan demikian, kalau perusahaan memiliki saldo piutang rata-rata lebih dari yang dihitung di
atas berarti terdapat debitur yang membayar lebih dari yang ditentukan, demikian sebaliknya.
Selanjutnya dalam penyajian laporan keuangan piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut L
1. Piutang dapat digolongkan menjadi dua kategori pokok, yaitu:
a. piutang usaha;
b. piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan
produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang
yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain.
2. Piutang yang diperkuat dengan kesepakatan tertulis disebut wesel tagih atau piutang wesel.
3. Dalam neraca piutang usaha, wesel tagih, piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah
dengan identifikasi yang jelas.
4. Piutang dinyatakan sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak
dapat diterima. Jumlah bruto piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan
untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat diterima.
5. Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus dikelompokkan sebagai
kewajiban.
6. Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
7. Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian
untuk dibeli kembali kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan secukupnya.

B. PENILAIAN PIUTANG USAHA


Secara teoretis, piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa harus dilaporkan
sebesar nilai realisasi bersihnya atau jumlah kas yang diharapkan diterima (net realizable values).
Hal ini berarti piutang usaha dicatat sebesar jumlah netonya, setelah dipertimbangkan potongan
yang akan diambil para pelanggan dan retur dan keringanan penjualan yang diharapkan akan
terjadi. Lebih lanjut, diharapkan piutang harus dikurangi dengan beban bunga atau beban
keuangan yang belum menjadi hak perusahaan yang tersirat pada nilai nominalnya dan pos-pos
yang diharapkan tidak dapat ditagih. Tujuannya adalah untuk melaporkan jumlah tagihan dari
para pelanggan yang betul-betul dapat diterima uangnya.

1. Potongan Dagang (Trade Discount)


Banyak perusahaan yang menagih pelanggan sebesar harga jual kotornya dikurangi
dengan suatu jumlah yang disebut dengan potongan dagang (discount). Besarnya potongan
dagang bervariasi tergantung pada volume kegiatan atau jumlah pesanan dari pelanggan.
Potongan dagangan ini akan mengurangi harga jual kotor atau harga katalog dan jumlah
bersihnya yang sebenarnya akan dibebankan pada pelanggan. Jumlah bersih ini adalah jumlah
yang akan dicatat sebagai piutang usaha dan sebagai pendapatan.

2. Potongan Tunai (Cash Discounts)


Sering kali perusahaan menawarkan potongan tunai kepada pelanggan agar mereka
segera membayar utangnya. Potongan tunai hanya diberikan jika pelanggan membayar dalam
tempo yang telah ditentukan. Biasanya potongan ini dibuat amat menguntungkan bagi si
pembeli, biarpun si pembeli untuk membayar harus mengambil kredit jangka pendek dari
bank.
Contoh :
Syarat penjualan 3/10, n/30. Dalam kredit ini berarti si pembeli diberi potongan tunai
sebesar 3% untuk jangka waktu 20 hari (30 hari - 10 hari) atau dalam satu tahun tingkat kredit
yang dibebankan pelanggan jika tidak mengambil potongan tunainya sebesar 55,6% [ 3 x
360 ]
97 20
Oleh sebab itu bagi pembeli lebih menguntungkan untuk meminjam uang dari bank dan
membayarnya dalam tempo 10 hari atau kurang untuk dapat memperoleh potongan sebesar 3%. Oleh
sebab kemungkinan besar pelanggan akan mengambil potongan tunainya maka piutang dapat dicatat
sebesar jumlah bersihnya dengan anggapan seluruh potongan tunai akan diambil oleh pelanggan. Jika
ternyata potongan tunai tidak diambil dan perusahaan menerima pembayaran sebagai jumlah kotornya
maka ekstra kas yang diterimanya dicatat dalam rekening Pendapatan Potongan Tunai.
Biarpun prosedur tersebut lebih logis, namun metode pencatatan yang banyak digunakan dalam
praktik-praktik adalah mencatat piutang sebesar jumlah kotornya. Jika pembayaran diterima dalam
periode potongan, selisih antara jumlah piutang dan jumlah penerimaan kas dicatat dalam akun Potongan
Penjualan (Sales Discount).
BAB IV
Perlakuan Terhadap Akuntansi Persediaan
Akuntansi Persediaan
Sumber utama pendapatan dari suatu perusahaan adalah penjualan barangbarang atau
jasa-jasa yang dihasilkannya. Agar perusahaan memperoleh keuntungan maka harga jual
dari barang atau jasa harus lebih besar daripada biaya atas beban yang langsung atau
tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Untuk perusahaan nonjasa,
harga pokok penjualan dan harga pokok dari barang yang disimpan untuk dijual pada
masa yang akan datang merupakan pos yang amat penting guna mengukur laba dan
posisi keuangan dari suatu perusahaan. Agar laba suatu perusahaan dapat diukur secara
tepat maka harus dilakukan penandingan (matching) harga pokok penjualan dengan
pendapatan. Persediaan atau lebih dikenal dengan istilah inventory adalah merupakan
elemen yang penting karena kesalahan dalam menentukan dan menilai persediaan ini
akan berpengaruh besar terhadap perhitungan laba rugi dan neraca.

A. PENGERTIAN PERSEDIAAN

Adalah keliru kalau orang menganggap bahwa persediaan hanya menyangkut


masalah persediaan untuk barang dagangan saja. Istilah persediaan dalam akuntansi
diberi pengertian yang lebih luas, yaitu sebagai barang yang diperoleh atau dibeli guna
dijual kembali, dipergunakan untuk membantu kelancaran proses produksi atau diolah
lebih lanjut menjadi barang jadi yang siap dijual, dalam rangka kegiatan normal
perusahaan. Klasifikasi barang yang dianggap sebagai persediaan akan bervariasi
tergantung pada jenis aktivitas persediaan. Kadang-kadang malahan mencakup barang
yang biasanya tidak umum dikelompokkan sebagai persediaan. Sebagai contoh tanah dan
bangunan adalah merupakan persediaan bagi perusahaan, real estate (perumahan),
bangunan dalam proses merupakan persediaan bagi perusahaan konstruksi, dan saham
atau obligasi merupakan persediaan bagi usaha jual beli efek (broker).
Persediaan merupakan salah satu elemen aktiva yang paling aktif dalam suatu
perusahaan yang selalu dibeli atau diproduksi dan dijual kembali. Sebagian besar sumber
dana perusahaan seringkali ditanam dalam barang dagangan yang dibeli atau barang
yang diproduksi. Harga pokok barang tersebut harus dicatat (direkam), dikelompokkan,
dan diikhtisarkan selama periode akuntansi. Pada akhir periode, harga pokok ini harus
dialokasikan di antara aktivitas periode yang berjalan dengan periode yang akan datang,
yaitu antara harga pokok barang yang terjual (harga pokok penjualan) dengan barang
yang akan dijual pada periode yang akan datang (persediaan). Alokasi ini merupakan hal
yang penting dalam akuntansi keuangan karena kesalahan di dalam melakukan alokasi
akan mempunyai dampak yang serius terhadap laporan keuangan.
Menurut PSAK No. 14 (reformat 2007), istilah persediaan digunakan untuk
menyatakan aset:
1. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (barang dagang/jadi);
2. dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam
proses/pengolahan); dan atau dalam perjalanan; atau
3. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.

Persediaan meliputi barang-barang yang disebut di atas, baik yang ada dalam perusahaan,
dalam perjalanan maupun yang dititipkan pada pihak lain.

B. PENGARUH INFLASI TERHADAP PERSEDIAAN


Salah satu masalah akuntansi yang menyulitkan prosedur alokasi harga pokok
persediaan adalah pengaruh dari perubahan tingkat harga. Dalam dasawarsa terakhir
ini, hampir setiap negara mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi. Apabila
selama perusahaan menyimpan atau memproduksi barang terjadi kenaikan harga
maka apabila persediaan tersebut dijual perusahaan akan mengakui laba di atas
keuntungan normal. Kenaikan nilai persediaan yang diakibatkan karena kenaikan
harga disebut holding gains. Holding gains ini harus dibedakan dari laba kotor usaha
yang mencerminkan kelebihan (mark up) harga jual di atas harga pokok (cost).
Holding gains merupakan laba yang harus digunakan untuk mengganti persediaan
yang terjual. Dengan demikian, laba ini merupakan laba ilusi yang tidak tersedia
untuk dibagikan sebagai dividen bagi pemegang saham.

Contoh 6.1:
Sebuah perusahaan membeli 1.000 unit persediaan dengan harga @ Rp1.000,00 atau total Rp 1
juta. Pada saat pembelian diperkirakan persediaan akan laku dijual dengan harga @ Rp1.250,00
atau dengan mark up 25%. Misalkan, sebelum persediaan tersebut dijual kembali, diketahui
untuk membeli persediaan yang sama (identik) harganya naik menjadi @ Rp1.200,00
dan untuk mempertahankan mark up 25%, harga jual harus dinaikkan menjadi @ Rp.1.500,00.
Jika 1.000 unit persediaan dijual, akuntansi historis akan mengakui laba kotor sebagai berikut.
Pendapatan Penjualan Rp1.500.000,00
Harga Pokok Penjualan Rp1.000.000,00 -
Laba kotor Rp 500.000,00

Namun, untuk mengganti 1.000 unit persediaan sekarang memerlukan dana sebesar
Rp1.200,000,00 sehingga laba yang Rp500.000,00 tersebut yang Rp200.000,00 adalah
merupakan holding gains, sedangkan yang Rp300.000,00 merupakan laba kotor usaha sejati.

Seperti telah dibahas dalam modul sebelumnya, laporan keuangan historis tidak dapat
menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan sebenarnya. Selain pengaruh inflasi pada
harga pokok penjualan, kenaikan harga pengganti persediaan juga tidak dapat diungkapkan
dalam neraca yang menggunakan sistem harga pokok historis. Kegagalan untuk mengakui
holding gains secara terpisah dalam pos pendapatan ketika terjadi kenaikan harga akan
mengakibatkan aktiva yang dilaporkan dalam neraca lebih rendah daripada harga penggantinya.
Sebagai contoh dengan melanjutkan contoh sebelumnya, misalkan persediaan tersebut belum
terjual sampai dengan akhir periode. Akuntansi harga pokok historis akan melaporkan persediaan
sebesar harga perolehannya Rp1.000.000,00. Namun, apabila perusahaan mengakui adanya
holding gains yang belum direalisasi sebesar Rp200.000,00 maka persediaan akan dilaporkan
sebesar Rp1.200.000,00. Holding gains yang belum direalisasi ini, dapat dilaporkan sebagai pos
pendapatan dalam perhitungan laba rugi atau sebagai kenaikan modal sendiri. Pemilihan antara
dua alternatif tersebut tergantung pada aturan pengakuan laba yang digunakan.

Standar akuntansi di Indonesia masih didasarkan pada sistem harga pokok historis,
namun mengingat tingkat inflasi di negara kita rata-rata cukup tinggi, kiranya tidak salahlah
apabila pembaca laporan keuangan menyadari hal tersebut.

C. KLASIFIKASI PERSEDIAAN

Istilah persediaan barang dagangan (inventory of merchandise) biasanya digunakan untuk


barang-barang yang disimpan oleh perusahaan dagang (ritel), baik pedagang eceran maupun
pedagang besar, bila barang-barang tersebut diperoleh untuk dijual kembali tanpa diproses lebih
lanjut. Istilah persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi banyak digunakan
dalam perusahaan yang bergerak di dalam pengolahan bahan baku menjadi produksi yang siap
dijual. Untuk jelasnya marilah kita bahas berbagai macam jenis persediaan dan akun biaya yang
bersangkutan dengannya yang dapat dijumpai pada perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan
perusahaan pengolahan.

1. Perusahaan Jasa
Dalam perusahaan jasa, biasanya hanya terdapat satu jenis persediaan saja, yang
diberi nama Persediaan Bahan Pembantu/Persediaan Bahan Habis Pakai/Inventory of
Supplies. Persediaan ini dapat terdiri atas barang-barang seperti kertas, karbon, pita
mesin tulis, kertas formulir, prangko, meterai, dan alat-alat tulis yang lain. Sebagai
rekening, biaya dari pemakaian bahan pembantu ini dapat diberi nama dengan salah
satu nama, seperti Pemakaian Bahan Pembantu, Biaya Bahan Pembantu, Pemakaian
Bahan Habis Pakai, dan sebagainya. Pada umumnya, saat pembelian bahan habis
pakai akan dicatat sebagai elemen biaya, kemudian pada akhir periode ditentukan
berapa jumlah bahan baku yang masih ada yang harus dilaporkan dalam neraca.
Pencatatan persediaan ini dilakukan melalui jurnal penyesuaian setiap akhir periode.

Contoh :
Misal selama tahun ini Kantor Akuntan Publik Gatotkaca membeli perlengkapan kantor
seperti kertas, ball-point, prangko, amplop, dan sebagainya seharga Rp5 juta, dan pada saat akan
disusun laporan keuangan perlengkapan yang masih ada (belum digunakan) mempunyai kos
Rp1 juta. Jurnal untuk mencatat pembelian dan jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut.

Tgl Akun F Debet Kredit


Beban Perlengkapan Kantor 5.000.000
Kas (Utang Usaha) 5.000.000
(mencatat pembelian
perlengkapan kantor selama
setahun)
31/12 Persediaan Perlengkapan Kantor 1.000.000
Beban Perlengkapan Kantor 1.000.000
(mencatat penyesuaian
perlengkapan kantor yang
belum digunakan

2. Perusahaan Dagang Dalam perusahaan dagang biasanya akan terdapat dua jenis
persediaan, yaitu berikut ini.
a. Persediaan Barang Habis Pakai (perlengkapan), yang terdiri atas alat-alat tulis seperti
kertas tik, karbon dan pita mesin tik yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
administrasi; dan bahan pembantu toko yang terdiri dari bahan-bahan pembungkus,
seperti karton, kantong/tas plastik dan tali rafia. Dengan demikian, biaya pemakaian
bahan habis pakai ini akan dialokasikan ke dalam biaya administrasi dan biaya penjualan.
Biasanya banyak perusahaan yang mencatat persediaan bahan habis pakai ini dalam
kelompok rekening persekot biaya.
b. Persediaan Barang Dagangan adalah rekening khusus yang digunakan untuk mencatat
barang dagangan yang belum terjual sampai dengan tanggal neraca. Yang dimaksud
dengan barang dagangan adalah barangbarang yang dibeli perusahaan dengan tujuan
untuk dijual kembali. Jenis barang dagangan ini tentu saja akan bervariasi antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Untuk dealer mobil, barang
dagangannya akan berupa aneka macam mobil, untuk adi pasar (supermarket) barang
dagangannya akan bervariasi dari barang-barang kebutuhan dapur sampai dengan barang-
barang kosmetika dan elektronik. Rekening pasangan dari Persediaan Barang Dagangan
ini adalah rekening Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold).

Contoh 6.3.
Misal Toko Mitra yang baru saja beroperasi, selama minggu ini melakukan pembelian
barang dagangan seharga Rp100 juta dan melakukan penjualan barang dagangan
sebanyak Rp20 juta yang harga perolehannya Rp16 juta. Transaksi tersebut oleh
perusahaan akan dicatat sebagai berikut.

Misal Toko Mitra menggunakan metode pencatatan fisik:


Tgl Akun F Debet Kredit
Pembelian 100.000.000
Kas (Utang Usaha) 100.000.000
(mencatat pembelian barang
dagangan selama minggu ini)
Piutang Usaha (Kas) 20.000.000
Beban Perlengkapan Kantor 20.000.000
(mencatat penjualan barang
dagangan selama minggu ini

Misal Toko Mitra menggunakan metode pencatatan perpetual:


Tgl Akun F Debet Kredit
Persediaan barang dagangan 100.000.000
Kas (Utang Usaha 100.000.000
(mencatat pembelian barang
dagangan selama minggu ini)
Piutang Usaha (Kas) 20.000.000
Harga Pokok Penjualan 16.000.000
Penjualan 20.000.000
Persediaan Barang Dagangan 16.000.000
(mencatat penjualan barang
dagangan selama minggu ini

2. Perusahaan Industri/Manufaktur
Dalam perusahaan jenis ini akan memiliki berbagai jenis persediaan, seperti
persediaan bahan habis pakai, persediaan bahan baku, persediaan barang dalam
proses, dan persediaan barang jadi.

a. Persediaan bahan pembantu/bahan habis pakai


Rekening persediaan bahan pembantu dalam perusahaan manufaktur
sebenarnya sama dengan yang digunakan dalam perusahaan jasa ataupun
perusahaan dagang. Hanya saja dalam perusahaan manufaktur persediaan
bahan pembantu dapat dirinci lagi menjadi persediaan bahan pembantu
kantor, bahan pembantu penjualan, dan bahan penolong (bahan tak langsung).
1) Persediaan bahan habis pakai kantor Persediaan ini dapat berupa kertas
surat, karbon, pita mesin tik, dan sebagainya.
2) Persediaan bahan habis pakai penjualan Persediaan bahan pembantu
penjualan dapat berupa kantong atau tas pembungkus, tali rafia, karton
pembungkus, dan bahan habis pakai lain yang digunakan di toko.
3) Persediaan bahan habis pakai pabrik
Persediaan bahan habis pakai pabrik dapat berupa oli, bahan bakar
minyak, bahan pembersih pabrik dan bahan habis pakai lain yang
digunakan dalam di pabrik.

Banyak penulis berpendapat sebaiknya persediaan bahan pembantu kantor, bahan


pembantu penjualan dan bahan pembantu pabrik tidak dilaporkan sebagai persediaan,
tetapi dilaporkan sebagai persekot biaya.

b. Persediaan bahan baku


Bahan baku adalah barang (bahan baku) yang diperoleh perusahaan untuk
digunakan dalam proses produksi. Beberapa jenis bahan baku ada yang
langsung diambil dari sumber alam. Namun, dalam kenyataan banyak bahan
baku yang diperoleh dari perusahaan lain yang merupakan produk akhir dari
perusahaan pemasok (supplier). Sebagai contoh, kertas koran adalah
merupakan produk akhir dari perusahaan kertas, tetapi merupakan bahan
baku dari perusahaan percetakan surat kabar yang membelinya. Biarpun
istilah bahan baku atau bahan mentah dapat digunakan dalam arti luas, yaitu
seluruh bahan yang digunakan dalam proses produksi, namun istilah bahan
baku atau bahan mentah ini dibatasi pada bahan yang secara fisik membentuk
bagian pokok dari produk jadi. Sedangkan bahan yang secara tidak langsung
digunakan dalam proses produksi biasanya dikelompokkan sebagai
persediaan bahan penolong (factory supplies)/bahan pembantu pabrik.
Rekening pasangan dari rekening persediaan bahan baku adalah rekening
Pemakaian Bahan Baku atau rekening Barang Dalam Proses. Persediaan
bahan pembantu pabrik adalah bahan habis pakai yang digunakan dalam
pabrik. Bahan penolong ini ikut membantu kelancaran jalannya proses
produksi, namun karena tidak membentuk bagian pokok dari produk jadi
maka sering disebut dengan istilah bahan tidak langsung, dan bahan
dipisahkan dalam rekening tersendiri. Contoh bahan pembantu pabrik ini
antara lain adalah paku, semir dan lem pada industri sepatu; ragi, mentega
dan gula pada industri roti.
c. Persediaan barang dalam proses
Barang dalam proses (good/work in process) terdiri atas bahan baku yang
baru diproses sebagian saja sehingga masih memerlukan pengolahan lebih
lanjut untuk dapat dikelompokkan sebagai produk jadi. Harga pokok barang
dalam proses terdiri atas tiga elemen biaya sebagai berikut.
1) Biaya bahan baku.
2) Biaya tenaga kerja langsung.
3) Biaya overhead pabrik.

Biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung secara langsung dapat
diidentifikasikan pada persediaan barang dalam proses. Sedangkan biaya overhead pabrik
sulit untuk diidentifikasikan dengan barang dalam proses yang bersangkutan. Overhead
pabrik terdiri atas seluruh biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung. Overhead pabrik ini akan terdiri atas pemakaian bahan pembantu pabrik dan
tenaga kerja tidak langsung yang secara spesifik tidak dapat diidentifikasikan pada
produk atau barang dalam proses. Overhead pabrik juga mencakup biaya umum pabrik,
seperti biaya depresiasi, pemeliharaan, reparasi, pajak kekayaan, asuransi, listrik, air, dan
gaji manager pabrik. Biaya overhead pabrik dapat dibedakan menjadi biaya overhead
tetap (fixed), biaya overhead variabel dan biaya overhead semi variabel. Biaya overhead
tetap adalah biaya overhead yang jumlahnya konstan tidak tergantung pada volume
aktivitas produksi. Contoh biaya overhead tetap ini antara lain, depresiasi, asuransi, dan
sewa. Sedangkan biaya overhead variabel adalah biaya overhead yang jumlahnya
bervariasi secara proporsional dengan volume produksi. Contoh biaya overhead variabel
antara lain (tidak selalu) adalah bahan bakar, bahan pembantu pabrik, dan pemakaian
listrik. Selain itu, ada biaya overhead pabrik yang jumlahnya berubah-ubah, namun
perubahannya tidak sebanding dengan perubahan volume produksi. Biaya overhead
seperti ini akan dikelompokkan sebagai biaya overhead pabrik semi variabel. Contoh
biaya overhead semi variabel antara lain adalah biaya pemeliharaan mesin dan biaya
listrik.

d. Barang (produk) jadi


Barang jadi atau produk jadi adalah produk akhir dari suatu perusahaan
yang menanti untuk dijual. Harga pokok dari produk jadi ini merupakan
akumulasi dari harga pokok persediaan barang dalam proses. Pada saat proses
produksi selesai dikerjakan maka jumlah dalam rekening barang dalam proses
akan dipindahkan ke rekening Persediaan Barang Jadi. Diagram berikut
menggambarkan aliran harga pokok yang melalui rekening persediaan dalam
perusahaan industri .
Contoh 6.4.
Misal: Perusahaan batik Citra Dewa memperoleh pesanan untuk
membuat 12 baju batik eksklusif dengan harga per lembar Rp 3 juta.
Untuk membuat sebuah baju batik diperlukan biaya sebagai berikut:

Bahan baku Rp100.000


Perajin batik Rp200.000
Biaya overhead Rp300.000
Buatlah
jurnal pemakaian bahan
baku, pembebanan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, penyelesaian
produksi dan pengiriman produk selesai.
Daftar Pustaka
Hendriksen, Eldon S. (1992). Accounting Theory. 5th Ed. Homewood Illinois,
New York: Richard d Irwin.

Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Per 1 September 2007.


Salemba Empat, Jakarta.

Kieso, Weygand, dan Warfield. (2007) Intermediate Accounting. Twelfth Edition


John Wiley & Sons (Asia).

Kieso & Wenandt. (2004). Intermediate Accounting. 11th Ed. John Wiley &
Sons.

Slice, Skousen. (2000). Intermediate Accounting. 14th Ed. South Western College
Publishing.

Sugiarto. (2002). Pengantar Akuntansi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas


Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai