Oleh Kelompok 2:
Akuntansi Perpajakan
Sekolah Vokasi
Universitas Warmadewa
2023
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan sebuah entitas, baik entitas yang berorientasi pada laba (profit)
maupun non-laba (profit), tidak dapat dipisahkan dari kas. Di dalam suatu perusahaan, kas
adalah suatu elemen penting dalam aktivitas operasional, investasi, maupun pendanaan
perusahaan tersebut. Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan likuiditas atau
ketersediaan kas, maka kehidupan perusahaan tersebut akan terganggu. Di samping itu, kas
adalah aset perusahaan yang paling mudah untuk diselewengkan dikarenakan sifatnya yang
sangat likuid dan bebas dipergunakan kapanpun untuk semua kegiatan perusahaan.
Menurut L. Suparwoto (1990:70), untuk menghindari terjadinya berbagai
macam penyelewengan terhadap kas, maka diperlukan adanya sistem pengendalian
(pengawasan) yang cukup terhadap kas. Sistem pengendalian intern (SPI) yang baik akan
mengurangi potensi penyelewengan terhadap kas perusahaan. Contoh metode klasik dalam
penerapan SPI terhadap kas, yaitu penggunaan sistem voucher, pemisahan tanggung jawab
antara pencatat dan pemegang kas, dan pemberian cuti untuk menghindari fraud.
Pemeriksaan pada kas dan setara kas menjadi salah fokus utama auditor dalam
tugasnya melakukan audit kepada perusahaan/entitas non-laba. Apabila auditor tidak
mendapatkan temuan-temuan yang janggal pada saat pemeriksaan kas dan setara kas dan
penilaian yang baik terhadap pengendalian internal kas perusahaan, auditor akan lebih
mudah untuk melanjutkan pemeriksaan pada elemen neraca perusahaan yang lainnya.
Sebaliknya, jika auditor menilai bahwa pengendalian internal terhadap kas perusahaan
tidak berjalan dengan baik, auditor akan melakukan uji substantif secara intensif terhadap
kas perusahaan.
2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Sifat dan Contoh Kas dan Setara Kas
1.2.2 Tujuan Pemeriksaan Kas dan Setara Kas serta Prosedurnya
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sifat dan contoh kas dan setara kas
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tujuan pemeriksaan kas dan setara
kas serta prosedurnya
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1. Kas kecil (rupiah/asing)
2. Saldo rekening giro di Bank (rupiah/asing)
3. Bon sementara (IOU)
4. Bon kas kecil yang belum di kompensasi
5. Cek tunai yang akan di depositokan
• Contoh bukan kas:
1. Deposito berjangka (time deposit) yang jatuh tempo lebih dari 3 bulan
2. Check mundur dan check kosong
3. Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund)
4. Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik didalam maupun diluar
negeri
Setara kas adalah investasi yang sifatnya likuid, berjangka pendek, dan yang
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan
nilai yang signifikan. Pada umumnya, hanya investasi dengan jatuh tempo asli tiga bulan
atau kurang yang memenuhi syarat sebagai setara kas.
• Persyaratan Setara Kas:
1. Investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui
(jatuh tempo dalam waktu ≤ 3 bulan dari tanggal perolehan) tanpa menghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan
2. Cerukan (Bank overdraft)
3. Dapat dicairkan segera dengan bentuk kas
4. Jatuh tempo pendek, kecil kemungkinan terjadi perubahan nilai akibat perubahan suku
bunga
• Contoh setara kas yaitu :
1. Deposito berjangka
2. Sertifikat deposito
3. Sertifikat Bank Indonesia
4. Comercial Paper
5. Sekuritas utang pemerintah
• Contoh bukan setara kas:
1. Investasi dalam bentuk saham (saham preferen yang dibeli dan akan segera jatuh tempo
serta tanggal penebusan/redemption date telah ditentukan)
5
2. Surat utang pemerintah yang dibeli 3 tahun lalu tidak dapat jadi setara kas selama 3
bulan menjelang jatuh tempo
3. Marketable securities
6
g. Blanko check dan giro harus disimpan ditempat aman dan harus dihindari
penandatanganan check dalam bentuk blanko. Penandatanganan check harus
dilampirkan bukti–bukti pendukung yang lengkap
h. Sebaiknya check dan giro ditulis atas nama dan ditandatangani oleh 2 orang untuk
menghindari penyalahgunaan
i. Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang jaminan, untuk back
up seandainya terjadi kehilangan atau kecurangan yang dilakukan oleh kasir
j. Digunakan kuwitansi yang bernomor urut tercetak (prenumbered)
k. Bukti-bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar harus di stempel
lunas, untuk menghindari kemungkinan untuk diproses pembayaran dua
kali (double payment)
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per-tanggal neraca
betul-betul ada dan dimiliki perusahaan (existence). Yang dapat dilakukan dengan
melakukan cash opname baik pada cash on hand maupun pada cash on Bank pada
periode audit. Selain itu dapat dilakukan konfirmasi rekening Bank yang dimiliki
perusahaan dan konfirmasi terhadap investasi pada saham/efek “diperdagangkan”
(trading) yang sifatnya jangka pendek jika perusahaan memilikinya.
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas.
Biasanya pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas terjadi pada entitas
non-laba, sebagai contoh sebuah yayasan akan menyajikan hadiah atau wakaf berupa
kas sebagai sumbangan terikat jika hadiah atau wakaf itu diterima dengan persyaratan
yang membatasi penggunaan aset tersebut.
4. Untuk memeriksa seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta asing, apakah
saldo tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia (hasil dari penjumlahan kurs jual penutupan dengan kurs beli penutupan
kemudian dibagi 2) pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi komprehensif tahun berjalan.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS) dalam hal penyajian dan pengungkapan
(Presentation and Disclosure)
Menurut pendapat Soekrisno Agoes (2012:169), prosedur pada pemeriksaaan kas dan
setara kas mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Memahami dan mengevaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan kas dan bank. Istilah siklus “dari awal sampai akhir” (cradle-to-grave)
7
membuat auditor sangat menaruh perhatian terhadapa internal control
perusahaan/entitas. Internal control questionnaire (ICQ) dapat digunakan sebagai sebuah
alat untuk mendapatkan pandangan terhadap internal control perusahaan. Selanjutnya
auditor dapat membuat flowchart dan penjelasan narrative sebagai tidak lanjut dari proses
tanya jawab kepada klien dengan ICQ tersebut. Hasil pengujian internal control atas kas
dan setara kas akan menentukan luasnya lingkup uji substantif yang akan dilakukan auditor.
Semakin besar resiko internal control suatu perusahaan, atau dapat dikatakan bahwa internal
control perusahaan tersebut tidak berjalan efektif, maka lingkup uji substantif akan diperluas
serta bukti audit yang diperlukan kuantitasnya menjadi lebih banyak.
2. Membuat top schedule kas dan setara kas per tanggal neraca (misal per 31-12-2011), atau
kalau belum selesai,boleh per 31-10-2011 atau 31-11-2011. Penambahan mutasi akan
diperiksa kemudian, apakah ada hal-hal yang unusual (di luar kebiasaan) atau tidak. top
schedule adalah salah satu Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang berfungsi sebagai lembar
awal yang menunjukkan hasil pemeriksaan auditor secara umum atau kesimpulan atas pos
yang bersangkutan.
3. Melakukan perhitungan fisik uang kas atau kas opname per-tanggal neraca, bisa juga
sebelum atau sesudah tanggal neraca. perhitungan fisik uang kas atau kas opname, selain
dapat digunakan pada kas besar perusahaan/entitas, dapat dilakukan juga pada petty
cash/kas kecil yang dimiliki perusahaan/entitas tersebut, dengan memperhatikan sistem
yang digunakan, yaitu imprest fund system atau fluctuating fund system.
4. Mengirim konfirmasi atau mendapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak
dilakukan kas opname. Hal ini terkait dengan pertimbangan cost-benefit oleh auditor atas
saldo kas pada cabang perusahaan yang jauh tidak terlalu besar.
5. Mengirim konfirmasi untuk seluruh bank yang dimiliki perusahaan. Surat konfirmasi atas
saldo kas bank biasanya juga berisi jumlah kredit perusahaan tersebut, pendiskontoan wesel
tagih, dan lain-lain.
6. Meminta rekonsiliasi bank per tanggal neraca (misalkan per 31-12-2011), kalau terpaksa,
kalau belum selesai yang Desember, dapat diminta untuk tanggal neraca per 31-11-2011.
7. Melakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut. Hal ini dilakukan untuk memeriksa
rekonsiliasi tersebut serta mengusulkan audit adjustment jika terdapat kesalahan.
8. Melakukan pengkajian ulang (review) jawaban konfirmasi bank, notulen rapat dan
perjanjian kredit untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki
perusahaan. Pembatasan dapat terjadi karena pembekuan rekening bank yang dimiliki
perusahaan oleh pihak Dirjen Pajak sehubungan dengan permasalahan pajak perusahaan.
8
Selain itu juga terdapat kemungkinan pembatasan yang disebabkan oleh pembentukan
“sinking fund” untuk pelunasan obligasi atau ekspansi perusahaan.
9. Memeriksa interbank transfer (transfer antarbank) ± 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal
neraca, untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan window dressing.
Kasus kitting dapat terjadi jika perusahaan memiliki lebih dari satu rekening bank dan
perusahaan melakukan transfer antarbank namun pencatatan pembukuan terkait mutasi pada
salah satu bank belum dilakukan, khususnya mutasi berkurangnya saldo kas bank karena
transfer dana. Hal tersebut menimbulkan overstated yang selanjutnya akan
menimbulkan window dressing agar laporan keuangan terlihat lebih “cantik”.
10. Memeriksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan subsequent
collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan. Hal ini dilakukan
untuk memastikan apakah kewajaran angka piutang per tanggal neraca atau
terdapat unrecorded liabilities (kewajiban yang belum tercatat).
11. Memeriksa pengakuan dan konversi kas dan setara kas (jika ada) dalam mata uang asing.
Konversi kas dalam mata uang asing harus menggunakan kurs tengah BI per tanggal neraca
pukul 16.00 dan mencatat selisih kurs yang timbul akibat konversi tersebut.
12. Memeriksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas laporan keuangan
(CALK), sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Menurut SAK ETAP Bab 7 tentang Laporan Arus Kas, Giro yang
mengalami overdraft/cerukan bank akibat kelebihan penarikan melebihi saldo pada
umumnya termasuk aktivitas pendanaan sejenis dengan pinjaman. Oleh karena itu giro
bersaldo kredit perlu direklasifikasi ke dalam pos utang lancar.
13. Membuat kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau memo tersendiri mengenai
kewajaran dari cash on hand dan cash on bank, setelah seluruh pekerjaan dalam prosedur
pemeriksaan kas dan setara kas pada poin 1 (satu) sampai dengan 12 (dua belas) telah
dijalankan. Kesimpulan pada Top Schedule memberikan gambaran menyeluruh terkait hasil
pemeriksaan kas dan setara kas perusahaan/entitas. Kewajaran atau ketidakwajaran kas dan
setara kas perusahaan/entitas akan menjadi tolok ukur siklus “dari awal sampai akhir”
(cradle-to-grave) sudah berjalan baik atau belum bagi perusahaan tersebut. Hal tersebut
selanjutnya dapat menjadi masukan dalam management letter KAP kepada manajemen
perusahaan.
9
BAB III
KESIMPULAN
Menurut SAK, kas dan setara kas diklasifikasikan sebagai aset lancar (current
assets) jika penggunaannya tidak dibatasi (PSAK No. 1). Untuk memenuhi persyaratan setara
kas, investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang diketahui tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat
memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan
atau kurang dari tanggal perolehannya (PSAK No. 2). Saldo kredit pada perkiraan Bank
disajikan pada kelompok kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek. Pinjaman Bank pada
umumnya merupakan aktivitas pendanaan. Namun demikian, cerukan (Bank overdraft)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan kas perusahaan. Dalam keadaan
tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan setara kas. Karakteristik dari pengaturan
perBankan tersebut timbul, flukuasi saldo Bank dari positif ke overdraft.
10
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, 2012, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik, Edisi ke- 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Per 1 Juli 2009, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Per Mei 2009, Jakarta.
11