Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGANTAR AKUNTANSI 2

Disusun Oleh:

Jefri Dimas Firmansyah (NIM :19120220)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul “Pengantar Akuntansi 2”.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
penulis dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif dan membangun, sangat kami harapkan dari para pembaca guna
peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Malang, 30 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumus Masalah...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. Sifat Kas dan Pentingnya Pengendalian Atas Kas..........................................2

B. Pengendalian Internal Atas Penerimaan Kas...................................................3

C. Pengendalian Internal Atas Pembayaran Kas..................................................9

D. Penggunaan Rekening Bank..........................................................................12

E. Rekonsiliasi Bank..........................................................................................14

F. Dana Kas Kecil..............................................................................................15

G. Penyajian Kas di Neraca................................................................................19

BAB III PENUTUP..............................................................................................20

A. Kesimpulan....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kas merupakan alat pembayaran yang sah di Indonesia dan barang-barang lain
yang dapat segera diuangkan sebesar nilai nominalnya dan dapat digunakan untuk
membayar utang jangka pendek. Kas adalah bagian dari aktiva lancar (current assets),
contoh dari kas diantaranya uang kertas, uang logam, dan sejenisnya yang dapat
dimanfaatkan sebagai alat tukar yang memiliki dasar pengukuran akuntansi. Manajamen
kas yang baik sangat diperlukan untuk mengontrol hal-hal yang bisa saja merugikan
perusahaan. Ini dikarenakan, kas adalah asset yang meiliki resiko paling tinggi dan paling
lancar (likuid). Jadi, pengertian dari kas adalah alat pembayaran yang dipergunakan oleh
perusahaan untuk membiayai kegiatan umum atau operasional perusahaan.

B. Rumus Masalah
1. Bagaimana Sifat Kas dan Pentingnya Pengendalian Atas Kas ?
2. Bagaimana Pengendalian Internal Atas Penerimaan Kas ?
3. Bagaimana Pengendalian Internal Atas Pembayaran Kas ?
4. Bagaimana Penggunaan Rekening Bank ?
5. Bagaimana Rekonsiliasi pada Bank ?
6. Bagaimana membuat Dana Kas Kecil dan, ?
7. Bagaimana Penyajian Kas di Neraca ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sifat Kas dan Pentingnya Pengendalian Atas Kas1


Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, poswel (kiriman uang lewat
pos; money orders), dan deposito. Perangko bukanlah merupakan kas melainkan
biaya yang dibayar dimuka (prepaid expense) atau beban yang ditangguhkan
(deferred expense). Pada umumnya, perusahaan menbagi kas menjadi dua
kelompok, yaitu uang yang tersedia di kasir perusahaan (cash on hand) dan uang
yang tersimpan di bank (cash in bank).
Dalam praktik, umumnya perusahaan tidak hanya memiliki satu rekening
bank saja tetapi beberapa rekening bank sekaligus pada saat yang bersamaan.
Beberapa rekening bank ini memang secara khusus di buka oleh perusahaan
dengan tujuan untuk mengakomodir masing-masing keperluan yang berbeda.
Sebagai contoh, misalkan saja perusahaan X yang memiliki empat macam
rekening bank yang berbeda. Rekening bank yang berbeda secara khusus
digunakan sebagai tempat untuk menampung seluruh hasil penerimaan tagihan
dari pelanggan; rekening bank yang kedua digunakan untuk keperluan membayar
utang usaha ke supplier; rekening bank yang ketiga digunakan khusus untuk
keperluan pembayaran gaji; dan rekening bank yang keempat (terakhir) dibuka
secara khusus oleh perusahaan untuk keperluan pembayaran selain gaji dan utang
usaha. Sisa uang kas perusahaan yang tidak tersimpan di bank umumnya tersedia
di kasir perusahaan untuk memenuhi pembayaran-pembayaran yang jumlahnya
relatif kecil(sebagai dana kas kecil / petty cash fund) dan juga untuk memenuhi
keperluan pembayaran khusus.
Kas merupakan aktiva yang paling lancar dibanding aktiva lainnya. Oleh
semodul itu, kas merupakan aktiva yang paling banyak digemari untuk dicuri,
dimanipulasi, dan diselewengkan. Dalam neraca kas selalu disajikan pada urutan
pertama, setelah itu baru diikuti dengan akun piutang usaha, dan seterusnya sesuai
dengan urutan tingkat likuiditasnya.

1
http://hanifsky.blogspot.co.id/2012/05/sifat-kas-dan-pentingnya-pengendalian.html

2
Dalam siklus normal bisnis (operasi) perusahaan, kas merupakan sesuatu
yang krusial. Dengan kas yang dimliki, perusahaan dapat membeli barang
dagangan dari supplier; lalu menjual kembali barang dagangan tersebut ke
pelanggan, yang sebagian besar dilakukan secara kredit, timbullah piutang usaha;
piutang usaha ini lalu di tagih (dikonversi) menghasilkan kas, dan seterusnya di
mana siklus akan berulang kembali. Banyak sekali transaksi yang baik secara
langsung ataupun tidak langsung memengaruhi penerimaan dan pembayaran kas.
Untuk mengamankan kas dan menjamin keakuratan (ketepatan penyajian) atas
catatan akuntansi kas, pengendalian internal yang efektif atas kas mutlak
diperlukan.

B. Pengendalian Internal Atas Penerimaan Kas2


Sebagian besar penerimaan kas perusahaan tentu saja berasal dari hasil
kegiatan normal bisnisnya, yaitu melalui penjualan tunai (baik untuk perusahaan
dagang maupun perusahaan jasa), ataupun sebagai hasil penagihan piutang usaha
dari pelanggan (dalam hal penjualan kredit). Sedangkan penerimaan kas lainnya
timbul dari kegiatan non-operasional perusahaan. Contoh sumber penerimaan kas
lainnya ini adalah berasal dari pendapatan bunga, sewa, deviden, setoran pemilik,
hasil pinjaman bank, hasil penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai, hasil
penerbitan dan penjualan saham, obligasi dan sebagainya. Mengingat kas
merupakan aktiva yang paling lancar dibanding aktiva lainnya, maka untuk
mengamankan penerimaan kas ini diperlukanlah sebuah sistem pengendalian
internal yang sangat baik dan ekstra hati-hati.

Secara garis besar, berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip


pengendalian internal atas penerimaan kas :

1. Hanya karyawan tertentu saja yang secara khusus ditugaskan untuk


menangani penerimaan kas.
2. Adanya pemisahan tugas (segregation of duties) antara individu yang
menerima kas, mencatat/membukukan penerimaan kas, dan yang
menyimpan kas.

2
http://hanifsky.blogspot.co.id/2011/11/pengendalian-internal-atas-penerimaan.html

3
3. Setiap transaksi penerimaan kas harus didukung oleh dokumen (sebagai
bukti transaksi), seperti slip berita pembayaran (pengiriman)
uang/remittance advices (dalam kasus penerimaan uang lewat pos/mail
receipts), struk/cash register record (dalam kasus penerimaan uang lewat
konter penjualan/counter receipts), dan salinan bukti setor uang tunai ke
bank(deposite slips).

Seluruh uang kas harian yang diterima perusahaan dipegang oleh


departemen kasir (kepala kasir). Salinan lembar pertama dari ringkasan total
penerimaan kas harian yang telah disiapkan oleh departemen kasir diserahkan ke
departemen akuntansi, untuk selanjutnya oleh bagian akuntansi akan
dipergunakan sebagai dasar pencatatan transaksi ke dalam jurnal (tentu saja
setelah melewati proses analisis transaksi dan identifikasi akun), lalu dibuatkan
buku besar, dan seterusnya sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada dalam siklus
akuntansi. Sedangkan salinan lembar kedua dari ringkasan total penerimaan kas
harian tadi yang telah disiapkan oleh departemen kasir diserahkan kebagian
keuangan. Dokumen asli yang memuat ringkasan total penerimaan kas harian itu
sendiri tetap akan di simpan di departemen kasir.

4. Uang kas hasil penerimaan penjualan harian atau hasil penagihan piutang
dari pelanggan harus disetor ke bank setiap hari oleh departemen kasir.

Departemen kasir (kepala kasir) akan mengisi formulir setoran bank dan
kemudian menyetorkan uang kas tadi ke bank. Salinan bukti setor bank ini, lalu
akan diserahkan oleh departemen kasir ke bagian keuangan. Jika uang kas hasil
penerimaan penjualan harian atau hasil penagihan piutang tersebut tidak sempat
disetorkan ke bank, maka simpanlah uang kas tadi dalam safe deposite box, dan
hanya satu orang tertentu saja yang ditunjuk atau memiliki kode akses untuk
membukanya, hal ini dilakukan untuk menghindari sikap saling menuduh atau
memudahkan pertanggungjawaban langsung apabila terjadi kehilangan atas uang
kas tersebut.

4
5. Dilakukannya pengecekan independen atau verifikasi internal.

Misalnya saja dalam kasus penerimaan uang lewat konter penjualan,


dimana biasanya supervisor akan memverifikasi (mengecek) kebenaran atas
jumlah penerimaan kas harian yang telah dihasilkan oleh operator mesin register
kas dengan cara mencocokkan antara total catatan register kas dengan total fisik
uang kas actual, sedangkan bagian keuangan juga akan memverifikasi (mengecek)
kebenaran atas jumlah penerimaan kas harian ini dengan cara membandingkan
antara salinan lembar ke dua dari ringkasan total penerimaan kas harian dengan
salinan bukti setor bank.

6. Mengikat karyawan yang menangani penerimaan kas dengan uang


pertanggungan.

Pengendalian atas Penerimaan Uang Lewat Pos

Dalam hal ini, uang diterima lewat kiriman pos ketika pelanggan
membayar tagihan mereka. Kas di sini biasanya dalam bentuk checks atau money
orders. Cek akan diterima oleh perusahaan bersamaan dengan slip berita
pembayaran (pengiriman) uang/remittance advices. Slip ini biasanya merupakan
bagian dari faktur tagihan yang telah dikirimkan pertama kali ke pelanggan pada
waktu terjadinya penjualan, yang kemudian dikembalikan lagi oleh pelanggan
yang bersangkutan bersamaan dengan pembayarannya. Slip ini berisi keterangan
pembayaran, yang memuat mengenai tanggal penerbitan (pembayaran) cek,
nomor tagihan, serta jumlah tagihan bersih setelah dikurangi dengan potongan-
potongan atau penyesuaian (pengurangan) harga.
Karyawan yang membuka kiriman ini seharusnya pertama kali
mencocokkan antara jumlah kas yang diterima dengan jumlah yang tertera dalam
slip berita pembayaran. Sama seperti cash register records, remittance advices ini
berfungsi sebagai catatan penerimaan kas pertama kalinya, dan juga untuk
memastikan ketepatan pembukuan dalam rekening pelanggan yang bersangkutan.
Karyawan yang membuka kiriman ini lalu akan memberikan stempel “Hanya
Untuk Disetorkan” (“For Deposit Only”) pada cek yang diterimanya. Hal ini
dilakukan untuk menutup kemungkinan bahwa cek akan dipakai untuk

5
kepentingan pribadi. Bank tidak akan memberikan kas atas cek yang telah diberi
stempel ini melainkan akan diperhitungkan langsung secara otomatis sebagai
setoran ke rekening bank perushaan. Karyawan yang membuka kiriman tadi juga
akan menyiapkan sebuah list (daftar) yang berisi cek yang diterima setiap hari.
Daftar ini menunjukkan nama pengirim (pembuat) cek, tujuan pembayaran beserta
jumlahnya.
Seluruh cek yang diterima akan diserahkan ke departemen kasir (kepala
kasir), berikut remittance advices dan daftar cek. Kepala kasir, berdasarkan cek
yang diterima berikut slip berita pembayaran dan daftar cek akan mengisi formulir
setoran bank dan membuat ringkasan total penerimaan kas harian (daily cash
summary).
Salinan lembar pertama dari ringkasan total penerimaan kas harian ini
akan diteruskan oleh kepala kasir ke departemen akuntansi sebagai dasar
pencatatan atas transaksi penerimaan uang lewat pos. Bukti setor departemen kasir
ke bank yang brupa salinan deposite slip dan salinan lembar kedua dari ringkasan
total penerimaan kas harian akan diserahkan kebagian keuangan.
Bagian keuangan lalu akan membandingkan antara salinan dari ringkasan
total penerimaan kas harian (yang memuat penerimaan uang lewat pos) dengan
salinan bukti setor bank. Pada akhirnya, bagian keuangan akan mem-fotocopy
salinan bukti setor bank tadi untuk selanjutnya diserahkan ke bagian akuntansi.

Pengendalian atas Penerimaan Uang Lewat konter Penjualan

Hampir dapat dipastikan, kita semua pasti pernah atau bahkan telah
puluhan kali pergi berbelanja ke hypermarket/supermarket, minimarket,
department stote, retail store, atau fast-food restaurants (seperti Carrefour,
Superindo, Giant, Hero, Alfamart, Indomaret, Toko Buku Gramedia, McDonald’s,
Wendy’s dan lain-lainnya). Cobalah perhatikan pada saat kita hendak mulai
membayar belanjaan yang kita beli (pesan). Operator mesin register kas (klerek)
akan menghitung jumlah keseluruhan nilai barang yang kita beli (pesan) dengan
cara memasukkan (menginput) satu per satu setiap item belanjaan, lalu nilai setiap
item belanjaan tersebut akan muncul di layer monitor mesin register kas beserta

6
jumlah totalnya yang harus dibayar. Kita akan membayar jumlah keseluruhan nilai
belanjaan kita berdasarkan struk yang telah dicetak dari mesin register kas tadi.

Dalam beberapa kasus, seperti konter-konter penjualan yang ada di


Carrefour, Superindo, Hero, dan supermarket sejenis lainnya, klerek, bahkan
akan mengidentifikasi kode barang (barcode) melalui mesin scanner, yang
kemudian secara otomatis memunculkan nama jenis barang belanjaan beserta
harganya dalam layer monitor.
Pada saat kita membayar, jangan lupa bahwa seharusnya kita memeriksa
kembali secara cermat setiap jumlah barang yang dibeli (dipesan), dengan cara
membandingkan antara data yang terekam dalam struk dengan fisik barang
belanjaan (jenis barang, kuantitas, dan harga). Data belanjaan yang telah terekam
dalam mesin register kas dan di cetak dalam bentuk struk ini berguna sebagai alat
control, yang menjamin bahwa belanjaan kita telah di bebankan dengan benar,
atau dengan kata lain untuk memastikan keakuratan nilai belanjaan. Hal ini tentu
saja sangat bermanfaat untuk menghindari terjadinya kekeliruan, baik kesalahan
yang tidak disengaja maupun kekurangan yang disengaja oleh karyawan klerek.
Pada awal shift, biasanya supervisor akan memberikan modal (dana) kas
awal kepada setiap operator register kas untuk uang kembalian (change fund).
Dana untuk uang kembalian ini akan tersedia dalam laci masing-masing klerek.
Nanti, pada setiap akhir shift, setiap operator register kas akan
mempertanggungjawabkan uang kembalian tersebut ditambah dengan uang kas
yang telah dihasilkan lewat penjualan dalam konternya. Pada umumnya, pihak
perusahaan tidak akan mentoleransi kekurangan yang terjadi dalam penghitungan
fisik atas jumlah uang kas yang harus ada di akhir shift tugas karyawan klereknya
(kecuali jika kekurangan tersebut memang dikarenakan sistem pembulatan ke
bawah yang di terapkan perusahaan). Hal ini berarti bahwa kekurangan yang
terjadi (diluar sistem perusahaan) akan menjadi tanggungan karyawan yang
bersangkutan.
Apabila kekurangan yang terjadi memang dikarenakan sistem pembulatan
ke bawah yang diterpkan perusahaan, maka pihak perusahaan akan mencatat
kekurangan kas tersebut ke dalam sebuah akun, yaitu akun “beban atas
kekurangan penerimaan kas”. Akun ini akan masuk dalam laporan laba rugi

7
sebagai beban operasional lain-lain. Sebagai contoh: Berikut ini adalah ayat
jurnal yang perlu dibuat dalam pembukuan perusahaan untuk mencatat beban
kekurangan kas sebesar Rp. 400,- dimana besarnya total penjualan adalah Rp.
4.270.150,- (berdasarkan jumlah yang tercantum dalam keseluruhan struk
penjualan shift saat itu) sedangkan fisik uang kas actual yang ada adalah hanya
sebesar Rp. 4.269.750,-:

Kas Rp 4.269.750.-
Bebas Pengeluaran Kas 400
Penjualan Rp 4.270.150

Sebaliknya jika perusahaan menerapkan kebijakan atau sistem pembulatan


keatas, maka akun “pendapatan atas kelebihan penerimaan kas” akan dikredit
sebesar sebesar selisihnya ( yaitu selisih antara jumlah yang tercantum dalam
struk dengan jumlah fisik uang kas yang ada ). Akun ini akan masuk dalam
laporan laba rugi sebagai pendapatan operasional lain-lain.
Dalam praktik, ada juga perusahaan yang menggunakan akun “selisih
penerimaan kas” untuk membukukan baik kekurangan penerimaan kas maupun
kelebihan penerimaan kas (dimana akun selisih penerimaan kas akan di debet jika
terjadi kekurangan penerimaan kas, dan sebaiknya akun selisih penerimaan kas
akan dikredit jika terjadi kelebihan penerimaan kas).
Setelah uang kas diperiksa dan dihitung oleh supervisor, supervisor akan
mencatatnya, kedalam sebuah laporan perhitungan kas ( cash count sheets ) dalam
bentuk memo. Memo ini akan diparaf baik oleh klerek yang bersangkutan maupun
supervisor. Memo yang telah di paraf ini dan catatan register kas dari masing-
masing klerek berikut uang kas-nya kemudian diserahkan ke departemen kasir
(kepala kasir). Kepala kasir, berdasarkan uang kas yang diterima dari supervisor
berikut catatan register kas dan laporan perhitungan kas akan mengisi formulir
setoran bank dan membuat ringkasan total penerimaan kas harian ( daily cash
summary ).
Salinan lembar pertama dari ringkasan total penerimaan kas harian ini
akan diteruskan oleh kepala kasir ke departemen akuntansi sebagai dasar
pencatatan atas transaksi penjualan harian. Bukti sector departemen kasir ke bank

8
yang berupa salinan deposit slip dan salinan lembar kedua dari ringkasan total
penerimaan kas harian akan diserahkan ke bagian keuangan. Bagian keuangan lalu
akan membandingkan antara salinan dari ringkasan total penerimaan kas harian
ini dengan salinan bukti setor bank. Atau bagian keuangan dapat juga
membandingkan antara salinan laporan perhitungan kas yang dibuat oleh
supervisor dengan salinan bukti setor bank. Pada akhirnya, bagian keuangan akan
mem-fotocopy salinan bukti setor bank tadi untuk selanjutnya diserahkan
kebagian akuntansi.

C. Pengendalian Internal Atas Pembayaran Kas3


Kas mungkin dikeluarkan untuk berbagai tujuan (alasan), seperti misalnya untuk
membayar beban-beban tertentu (baik sebagai pengeluaran operasional maupun
non operasional), untuk membayar utang kepada pemasok, bankir, atau pihak
kreditur lainnya, serta bisa juga kas di keluarkan untuk membeli aktiva. Pada
umumnya, pengendalian internal atas pengeluaran kas akan lebih efektif ketika
pembayaran dilakukan dengan menggunakan cek atau transfer lewat rekening
bank, dari pada dengan melibatkan uang kas secara langsung. Pengecualian dibuat
untuk pengeluaran-pengeluaran tertentu yang jumlahnya relative kecil, dimana
pengeluaran-pengeluaran ini mungkin dapat dibiayai lewat dana kas kecil (petty
cash fund).
Pengendalian internal atas pembayaran kas seharusnya memberikan
jaminan yang memadai bahwa pembayaran hanya dilakukan untuk transaksi-
transaksi yang benar-benar telah diotorisasi dengan semestinya. Di samping itu,
budgeting juga dapat menjadi sebagai salah satu alat kontrol untuk memastikan
bahwa uang kas telah digunakan secara efisien. Biasanya, manager keuangan
perusahaan secara berkala akan menyusun anggaran pengeluaran kas dengan
penuh hati-hati, dan nantinya pada setiap akhir periode kinerja dari anggaran
pengeluaran kas ini akan dievaluasi secara cermat untuk mengetahui lebih lanjut
faktor-faktor penyemodul terjadinya pengeluaran kas yang menyimpang jauh dari
atau di luar anggaran.
Pengendalian internal sesungguhnya juga harus dapat menjamin bahwa
setiap kejadian ekonomi yang sifatnya akan menghemat pengeluaran kas benar-
3
http://hanifsky.blogspot.co.id/2011/11/pengendalian-internal-atas-pembayaran.html

9
benar telah di manfaatkan dengan semestinya untuk kepentingan perusahaan,
bukan untuk kepentingan pribadi oknum karyawan tertentu. Sebagai contoh,
seharusnya kalau pengendalian internal telah diterapkan dengan baik, seperti yang
sering terjadi dalam kasus di perusahaan dagang, maka dapat dipastikan bahwa
tidak akan mungkin seorang karyawan dapat dengan leluasa melakukan
penggelapan kas atas potongan pembelian (purchase discounts) yang diberikan
oleh pemasok.
Untuk menjamin pengendalian internal yang baik maka pemisahan tugas
(segregation of duties ) sangat mutlak diperlukan. Sudah dapat dipastikan apa
yang akan terjadi apabila bagian pembelian juga merangkap dengan bagian
pembayaran dan pembukuan. Dalam hal ini, kemungkinan besar dapat di pastikan
bahwa akan terjadi yang namanya employee fraud ( tindakan kecurangan yang
dilakukan oleh karyawan ). Kalau pengendalian internal tidak diterapkan dengan
baik, maka tidak hanya potongan pembelian, tetapi potongan dagang ( trade
discounts ) juga akan atau dapat dimanipulasi. Potongan pembelian diberikan oleh
pemasok kepada perusahaan atas pembayaran yang dilakukan dalam waktu yang
segera sesuai dengan periode potongan yang tertera dalam credit term.
Sedangkan potongan dagang adalah potongan langsung yang diberikan oleh
pemasok kepada perusahaan atas pembelian barang dalam jumlah atau partai
besar.
Pada umumnya, pengendalian internal baru diterapkan oleh perusahaan
dengan skala bisnis ukuran menengah ke atas, yang di mana kegiatan
operasionalnya sudah semakin kompleks dan jenjang otorisasi mulai semakin
meluas (bertingkat). Penerapan atas pengendalian internal mengharuskan
perusahaan untuk mau tidak mau mengeluarkan tambahan biaya. Pada prinsipnya,
manfaat yang akan diperoleh dari penerapan pengendalian internal harus lebih
besar di banding pengorbanan yang dikeluarkan.
Pada perusahaan kecil, seorang manager mungkin dapat dengan leluasa
menandatangani setiap cek tanpa limit otorisasi. Sedangkan untuk perusahaan
dengan skala bisinis ukuran menengah ke atas, maka biasanya manager keuangan
atau kepala cabang memiliki batas-batas jumlah tertentu dalam hal penandatangan
cek atau melakukan pembayaran. Sebagai contoh bahwa manager keuangan yang

10
ada di kantor pusat mungkin hanya boleh menyetujui pembayaran-pembayaran
yang jumlahnya tidak melebihi 50 juta rupiah. Sehingga jika kebutuhan
pembayaran melebihi jumlah tersebut, maka harus mendapat otorisasi khusus dari
pimpinan yang ada diatasnya, dalam hal ini misalnya adalah otorisasi dari direktur
keuangan. Perusahaan yang memiliki beberapa kantor cabang juga biasanya akan
memberlakukan batas otorisasi pembayaran kas atau penandatangan cek yang
bervariasi antara kepala cabang yang satu dengan kepala cabang lainnya.
Misalnya saja bahwa kepala cabang Surabaya diperbolehkan (memiliki otorisasi)
untuk melakukan pembayaran kas atau penandatangan cek sampai dengan 40 juta
rupiah, tetapi mungkin kepala cabang Cirebon hanya memiliki batas otorisasi
maksimum 20 juta rupiah. Hal ini dapat dimengerti sehubungan dengan
kebutuhan dana kas opersaional yang berbeda.
Dalam praktik, banyak sekali tindakan kecurangan yang terjadi sebagai
akibat dari lemahnya pengendalian internal. Masalah pengendalian internal
lainnya yang tidak kalah penting (disamping masalah pemisahan tugas dan limit
otorisasi seperti yang telah di bahas di atas) adalah mengenai masalah keabsahan
dokumen. Seringkali dokumen bukti pembayaran kas dimanipulasi. Contoh yang
paling sering terjadi adalah melebih-lebihkan jumlah penggantian atas biaya
perjalanan dinas (seperti biaya makan, transport, atau uang, bensin dan lain-lain),
juga klaim atas penggantian biaya kesehatan (biaya berobat maupun penggantian
kacamata). Perlu juga diperhatikan bahwa dokumen tagihan yang telah dibayar
lunas harus segera diberi stempel “lunas” (“paid”) untuk menghidar terjadinya
pengulangan kembali oleh oknum karyawan yang tidak bertanggung jawab.
Secara garis besar berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip
pengendalian internal atas pembayaran kas dengan menggunakan cek :
1. Hanya pejabat tertentu saja yang secara khusus memiliki otorisasi untuk
menandatangani cek (biasanya manajer keuangan).
2. Adanya pemisahan tugas (segregation of duties) antara individu yang
menyetujui pembayaran kas, melakukan pembayaran kas, dan yang
mencatat/ membukukan pengeluaran kas.
3. Menggunakan cek yang telah bernomor urut tercetak, setiap cek harus
dilampiri dengan bukti tagihan.

11
4. Simpanlah blanko cek yang belum terpakai (yang telah bernomor urut
tercetak tadi) dalam save deposit box, dan hanya satu orang tertentu saja
yang ditunjuk atau memiliki akses untuk membukanya, cetak jumlah nilai
cek yang akan dibayarkan dan tujuan serta penerimaan pembayaran
dengan menggunakan mesin cetak.
5. Dilakukan pengecekan independen atau verivikasi internal. Bandingkan
antara cek dengan bukti tagihan dan cocokanlah dengan laporan bank atau
rekening Koran bulanan. Faktur tagihan yang telah dibayar lunas
(invoices) yang telah dibayar lunas harus diberi stempel lunas (“paid”).

D. Penggunaan Rekening Bank4


Sebagian besar dari kita hampir dapat dipastikan sudah tidak asing lagi
dengan rekening bank. Penggunaan rekening bank sanga efektif terutama dalam
menunjang pengendalian atas kas. Perusahaan dapat mengamankan kasnya
dengan cara menyimpannya dibank. Selain itu, seperti telah disebutkan diatas
bahwa sering kali perusahaan memanfaatkan cek atau transfer uang lewat
rekening bank untuk melakukan pembayaran kas.

Pemanfaatan rekening bank dapat mengurangi jumlah uang kas yang harus
dibawa kesana kemari, sekaligus memperkecil resiko terjadinya kehilangan atas
uang kas. Di samping itu, dengan rekening bank memungkinkan pencatatan
berganda atas seluruh transaksi perusahaan yang melalui bank, transaksi dicatat
oleh perusahaan dan juga sekaligus bank. Hubungan yang ada antara deposan
(depositor) dengan bank (depository) adalah hubungan timbal balik. Setiap kali
deposan menyetor uang ke bank maka hal ini merupakan kewajiban bagi bank,
sebaliknya jika deposan melakukan penarikan uang maka hal ini akan mengurangi
kewajiban bank. Jumlah saldo uang kas deposan yang ada di bank secara terus
menerus harus dicocokan antara menurut catatan perusahaan dengan catatan bank.

Cek adalah dokumen tertulis yang ditandatangani oleh deposan, meminta


bank untuk membayarkan sejumlah uang ke individu atau entitas tertentu. Ada
tiga pihak yang terlibat dalam proses penerbitan sampai pencairan cek yaitu
pembuat atau penarik cek, bank, dan penerima cek. Pembuat atau penarik cek
4
http://hanifsky.blogspot.co.id/2011/11/penggunaan-rekening-bank.html

12
adalah orang yang menandatangani atau menerbitkan cek dan meminta bank
untuk melakukan pembayaran. Bank adalah pihak dimana cek tersebut ditarik.
Sedangkan penerimaan cek adalah pihak dimana cek terhutang atau pihak dimana
pembayaran ditujukan.

Nama dan alamat deposan biasanya bercetak pada setiap lembar cek.
Disamping itu cek haruslah bernomor urut tercetak, sehingga cek-cek tersebut
tetap dapat dengan mudah ditelusuri baik oleh pembuat cek maupun bank.
Sebelum cek disetorkan di bank, penerima cek akan memisah remittance advices
kan terlebih dahulu. Penerima cek lalu dapat menggunakan remittance advices ini
sebagai bukti rincian penerimaan kas.

Laporan Bank (Rekening Koran)

Rekening Koran memuat hal yang sama dengan buku tabungan. Di


dalamnya, sama-sama memuat mengenai tanggal dan sandi transaksi mutasi debet,
mutasi kredit, dan saldo. Bedanya adalah kalau buku tabungan dibuka untuk
nasabah (deposan) perorangan, sedangkan rekening koran untuk nasabah
corporate (entitas). Nasabah perorangan biasanya akan mendatangi bank
bersangkutan untuk mencetak setiap transaksi bank yang terjadi ke dalam buku
tabungan, sedangkan untuk nasabah corporate, biasanya rekening koran memuat
transaksi bulanan akan dikirim langsung oleh bank ke nasabah yang bersangkutan.

Dalam satu buku tabungan biasanya bisa menampung rincian transaksi


dari beberapa periode (tergantung pada sedikit atau banyaknya transaksi bank
yang terjadi). Jika seluruh halaman yang ada dalam buku tabungan telah terpakai.
Maka bank akan menggantinya dengan buku tabungan yang baru. Sedangkan
rekening koran yang rutin dikirim oleh bank sifatnya bulanan. Setiap bulan,
nasabah akan menerima rekening koran yang meringkas seluruh transaksi bank
selama satu bulan terakhir. Sebagai contoh , rekening koran yang memuat
transaksi bank selama bulan januari baru akan diterima oleh perusahaan di bulan
februari , dan seterusnya. Dalam rekening koran juga biasanya memuat mengenai
ringkasan transaksi.

13
Sistem akuntansi atau pencatatan yang ada dalam buku tabungan maupun
rekening koran mewakili kepentingan bank. Perhatikan bahwa setiap setoran
uang, kiriman masuk (baik dari hasil penagihan piutang wesel dari pelanggan
maupun penerimaan pinjaman) serta pendapatan bunga akan dicatat oleh bank
yang bersangkutan disebelah kredit, (pada kolom mutasi kredit) baik dalam buku
tabungan maupun rekening Koran. Ini artinya adalah bahwa setiap setoran yang
dilakukan nasabah, kiriman uang masuk maupun pendapatan bunga yang menjadi
hak (milik) nasabah akan menambah jumlah kewajiban bank terhadap nasabah
bersangkutan (ingat kembali bahwa kewajiban memiliki saldo normal disebelah
kredit), yang berarti juga saldo nasabah ikut bertambah. Bank biasanya akan
menerbitkan nota kredit (credit memorandum) untuk transaksi-transaksi yang
sifatnya mengurangi kewajiban bank terhadap nasabah (mengurangi saldo
nasabah), seperti penarikan uang, beban administrasi, pajak dan cek yang
dikembalikan karena tidak cukup dana (not sufficient fund cheek). Pada waktu
bank menerima setoran cek dari nasabahnya, maka bank akan kembali
menerbitkan nota debet atas nasabah bersangkutan, lalu apabila ternyata setoran
cek tersebut tidak ada atau tidak cukup dananya, maka bank akan kembali
menerbitkan nota debet atas nasabah bersangkutan untuk membatalkan nota kredit
yang tadi.

E. Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi Bank adalah daftar transaksi dan jumlahnya yang
menyebabkan saldo kas yang dilaporkan pada laporan bank berbeda dengan saldo
kas pada pembukuan perusahaan. Rekonsiliasi laporan bank berguna untk
mengecek ketelitian dalam pencatatan dalam rekening kas dan catatan bank, selain
itu untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang belum dicatat oleh
perusahaan.
Dalam rekonsiliasi laporan bank perlu diketahui bahwa yang
direkonsilisasi adalah catatan perusahaan dan bank, sehingga harus dibuat
perbandingan antara keduanya agar dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang
ada. Perbandingan ini dilakukan dengan cara debit rekening kas dibandingkan
dengan kredit catatan bank yang bisa dilihat laporan bank kolom penerimaan, dan

14
kredit rekening kas dibandingkan dengan debit catatan bank yang bisa dilihat dari
laporan bank kolom pengeluaran.

F. Dana Kas Kecil


Seperti telah disinggung diatas bahwa pada umumnya pengendalian
internal atas pengeluaran kas akan lebih efektif ketika pembayaran dilakukan
dengan menggunakan cek atau transfer lewat rekening bank, dari pada dengan
melibatkan uang akas secara langsung. Pengecualian dibuat untuk pengeluaran-
pengeluaran tertentu yang jumlahnya relatif kecil, dimana pengeluaran-
pengeluaran ini dapat dibiayai langsung dengan menggunakan dana kas kecil
(petty cash fund). Akan menjadi sangat tidak praktis apabila perusahaan
menggunakan cek atau transfer lewat rekening bank hanya untuk membeli
perangko, vas bunga, alas meja tamu yang ada di frot office, membyar langganan
Koran (secara harian), dan lain-lain.

Alasan perlu dibuatnya (dibentuknya) sebuah sistem dana kas kecil adalah
bahwa pembayaran-pembayaran yang jumlahnya relative kecil ini yang sering
terjadi, mungkin pada akhirnya juga dapat menjadi suatu jumlah tertentu yang
cukup signifikan jika ditotal. Oleh semodul itu agar pengeluaran-pengeluaran ini
juga dapat tetap dimonitori secara baik maka pengendalian internal mutlak
diperlukan caranya dengan membentuk sistem dana kas kecil.

Dana kas kecil pertama dibentuk dengan cara mengestimasi terlebih


dahulu jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran pembayaran
sepanjang interval periode tertentu, bisa mingguan atau bulanan. Setelah estimasi
kebutuhan kas disetujui oleh pejabat yang berwenang (biasanya oleh manajer atau
direktur keuangan), cek lalu akan dibuat dan dicairkan sebesar jumlah estimasi
yang telah disetujui tadi. Ayat jurnal atas pembentukan dana kas kecil ini dibuat
dengan cara mendebet akun kas kecil dan mengkredit akun kas (cash in bank).

Uang hasil pencairan tersebut lalu disimpan oleh seorang karyawan yang
memang secara khusus ditunjuk dan diberi wewenang atas nama perusahaan
untuk membayarkan kas dari kas kecil tadi. Untuk tujuan pengendalian,
perusahaan biasanya akan membatasi jumlah maksimum tertentu dan jenis-jenis

15
pembayaran yang boleh dilakukan atas dana kecil. Kebanyakan dana kas kecil
dibentuk atas dasar jumlah yang tetap, yang dinamakan system dana tetap
(imprest fund system). Dengan menggunakan sistem ini , tidak ada ayat jurnal
tambahan yang diperlukan atas akun kas kecil, kecuali manajemen perusahaan
memang bermaksud mengubahnya (menambah atau mengurangi) jumlah kas kecil
yang sudah dibentuk.
Setiap kas kecil dibayarkan, karyawan yang menangani dana kas kecil tadi
akan mencatat setiap rincian pembayaran dalam masing-masing formulir
penerimaan kas kecil (petty cahs receipt atau petty cash voucher) yang bernomor
urut terletak dan ditandatangani baik oleh karyawan yang bersangkutan (karyawan
yang membayar/ menangani kas kecil) maupun oleh pihak yang menerima
pembayaran atas kas kecil. Formulir yang ditandatangani oleh kedua belah pihak
ini berisi mengenai tanggal dan jumlah pembayaran , nama identitas penerima
pembayaran, jenis atau tujuan pembayaran, dan nama akun yang akan dibebankan
(misalnya bahwa kas kecil yang dibayarkan untuk membeli vas bunga akan
dibebankan ke akun beban lain-lain, demikian juga kas kecil yang dikeluarkan
untuk membayar ongkos angkutan pembelian barang dagangan akan dibebankan
kedalam akun freight-in ongkos angkut masuk dan seterusnya).
Seluruh dokumen pendukung (seperti faktur tagihan) harus dilampirkan
bersama dengan formulir penerimaan kas kecil. Sepanjang waktu, besarnya
penggunaan dana kas kecil (seperti tercantum dalam petty cash recept) ditambah
dengan sisa kas yang masih ada dalam dana kas kecil , jumlah nya harus sama
dengan total dana kas kecil yang pertama kali dibentuk. Untuk menjamin
pengendalian internal atas jumlah dana kas kecil ini, perlu adanya pemeriksaan
secata tiba-tiba yang dilakukan oleh seorang independen (auditor internal) untuk
memastikan bahwa dana kas kecil telah dikelola dengan baik (tidak
dimanipulasi/diselewengkan).
Dengan sistem dana tetap, tidak ada ayat jurnal yang dibuat untuk
mencatat pembayaran kas kecil. Efek akuntansi dari setiap pembayaran kas kecil
baru akan diakui atau dicatat dalam pembukuan (melalui jurnal akuntansi) ketika
kas kecil yang telah dibayarkan tersebut diisi kembali. Dana kas kecil ini akan

16
diisi kembali pada interval periode tertentu atau ketika jumlah uang yang ada
dalam dana kas kecil telah mencapai tingkat minimum.
Permintaan pengisian atau penggantian kembali kas kecil, sebesar jumlah
kas kecil yang telah dibayarkan (seperti yang tercantum dalan petty cash receipt),
dilakukan atas inisiatif karyawan kas kecil bersangkutan (petty cash custodian).
Seluruh petty cash receipt beserta dokumen pendukungnya akan dianjutkan ke
bagian keuangan untuk selanjutnya diverifikasi mengenai kelayakan dan
keabsahan pembayaran kas kecil yang telah dilakukan oleh petty cash custodian.
Jika tidak ada masalah, bagian keuangan lalu akan menyetujui permintaan
pengisian atau penggantian kembali kas kecil dilanjutkan oleh petty cash
custodian dan cek akan dibuat sebesar jumlah penggantian tersebut. Pada saat
yang bersamaan, seluruh dokumen pendukung akan diberi stempel “Lunas” untuk
menghindari terjadinya pembayaran berganda atau diuangkannya kembali faktur
tagihan. Pengisian kembali kas kecil akan menjadikan dana kas kecil kembali ke
jumlah semula yang dibentuk. Ketika dana kas diisi kembali, seluruh akun yang
telah dibebankan atas pengeluaran kas kecil ( seperti akun beban lain-lain, akun
ongkos angkut masuk, dan seterusnya) seperti yang tercantum dalam petty cash
receipt akan didebet dan mengkredit akun kas (cash in bank).

Jurnal pembentukan kas kecil:

Kas kecil Xxx


Kas Xxx

Jurnal pengisiian dana kas kecil:

Onkos Angkut Masuk Xxx


Beban lain-lain xxx
Kas Xxx

Perhatikan bahwa dengan menggunakan sistem dana tetap, akun kas kecil
hanya akan dibuat (didebet) pada saat pembentukan dana kas kecil. Akun kas
kecil tidak akan dipengaruhi oleh jurnal pengisian kembali dana kas kecil. Ingat
juga bahwa kas kecil yang akan diisi kembali hanyalah sejumlah besar
pengeluaran yang telah diringkas dalam petty cash receipt.

17
Jika terjadi selisih pembayaran karena pembulatan, maka dalam jurnal
pengisian kembali dalam kas kecil, akun “beban atas kelebihan pembayaran kas”
akan didebet atau sebaliknya akun “pendapatan atas kekurangan pembayaran kas”
akan dikredit. Dalam laporan laba rugi, akun “beban atas kelebihan pembayaran
kas” ini akan dilaporkan sebagai beban lainnya, sedangkan akun “pendapatan atas
kekurangan atas pembayaran kas” akan dilaporkan sebagai pendapatan lainnya.
Sebagai contoh, misalnya bahwa pengeluaran kas kecil yang dilaporkan dalam
petty cash receipt adalah Rp. 1.700.600.-. Dengan asumsi bahwa dana kas kecil
yang pertama kali telah dibentuk adalah sebesar Rp. 2.000.000.- dan sisa kas kecil
ada saat ini adalah hanya sebesar Rp. 299.000.- (seharusnya Rp. 299.400,-) maka
terdapat selisih kelebihan pembayaran kas sebesar Rp.400.-. Hal ini berarti bahwa
permintaan pengisian kembali dana kas kecil akan menjadi sebesar Rp.
1.701.000.-.
Dalam praktik, ada juga paerusahaan yang menggunakan akun “selisih
pembayaran kas” untuk membukukan baik kelebihan pembayaran kas maupun
kekurangan pembayaran kas (dimana akun selisih pembayaran kas akan didebet
jika terjadi kelebihan pembayaran kas, dan sebaliknya akun selisih pembayaran
kas akan dikredit jika terjadi kekurangan pembayaran kas).
Sebagai alternatif dari imperest fund system, perusahaan dapat juga
menggunakan metode sistem dana tidak tetap (fluctuating fund sistem) dalam
melakukan pencatatan atau pembukuan atas dana kas kecilnya. Berikut adalah
ayat jurnal yang perlu dibuat apabila perusahaan memilih untuk menggunakan
metodesistem dana tidak tetap :

Jurnal pembentukan dana kas kecil:

Kas kecil Xxx


Kas Xxx
Jurnal pembayaran kas kecil:

Onkos Angkut Masuk xxx


Beban lain-lain xxx
Kas Xxx
Jurnal pengisian kembali dana kas kecil:

18
Kas kecil xxx
Kas Xxx

G. Penyajian Kas di Neraca


Kas dilaporkan di dalam neraca sebesar nilai nominal. Cara yang paling
umum untuk menyajikan kas di neraca adalah sebagai berikut :
1. Digunakan satu rekening “Kas” yang menunjukkan seluruh elemen kas
yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Kas dibagi menjadi 2 rekening yaitu :
 Rekening “Kas” yang menunjukkan saldo kas yang ada di
perusahaan.
 Rekening “Bank” yang menunjukkan saldo kas yang disimpan di
bank dalam bentuk rekening giro.
Di dalam neraca, Kas biasanya akan di tempatkan dalam kelompok
aktiva lancar. Untuk menentukan apakah sesuatu aktiva akan dicantumkan
sebagai aktiva lancar atau tidak akan tergantung pada jangka waktu yang
diperlukan untuk merubah aktiva tersebut menjadi kas. Pada prinsipnya
simpanan di bank yang dapat digolongkan sebagai kas adalah simpanan-
simpanan yang dapat sewaktu-waktu dipergunakan seperti giro. Adapun
simpanan dalam bentuk deposito tidak dapat digolongkan kedalam kas tetapi
termasuk aktiva lancar (tidak sebagai kas) atau kedalam kelompok aktiva
tidak lancar tergantung pada jangka waktu berakhirnya deposito tersebut
setelah tanggal neraca.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pengertian sempit, Kas bisa berarti “Uang”, dalam pengertian luas bisa
meliputi : uang kertas, uang logam, check, poswessel, simpanan di Bank, dan
segala sesuatu yang dapat disamakan dengan uang.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://hanifsky.blogspot.co.id/sifat-kas-dan-pentingnyapengendalian.html

diakses tanggal 15-oktober-2016

http://hanifsky.blogspot.co.id//pengendalian-internal-atas-penerimaan.html
diakses tanggal 15-oktober-2016

http://hanifsky.blogspot.co.id/pengendalian-internal-atas-pembayaran.html

di akses tanggal 15-oktober-2016

http://hanifsky.blogspot.co.id/penggunaan-rekening-bank.html

diakses tanggal 15-oktober-2016

21

Anda mungkin juga menyukai