Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Pengelolaan keuangan dalam perusahaan merupakan kunci utama kegiatan operasional
perusahaan dan tidak akan terlepas dari kegiatan yang  berhubungan dengan kas. Bila
pemakaian dana tidak terkontrol akan  berakibat kas kosong yang menyebabkan
terganggunya semua kegiatan operasional perusahaan. Manajemen atas arus keluar-masuknya
dana  perusahaan yang terkontrol akan menunjukkan kredibilitas perusahaan yang  baik di
dunia bisnis. Dalam kondisi kas yang buruk, manajemen dituntut untuk segera membenahi
keuangan perusahaan. Usaha mengatasi situasi tersebut akan mengarah kepada pengawasan
arus kas dengan penataan yang baik atas manajemen arus kas. Kas adalah aktiva lancar atau
kekayaan perusahaan yang dapat digunakan untuk membayar kegiatan operasional
perusahaan atau dapat digunakan untuk membayar kewajiban saat ini. Wujud dari kas dapat
berupa uang kertas / logam, simpanan bank yang sewaktu-waktu dapat ditarik, dana kas kecil,
cek, dan sebagainya. Perlu diperhatikan, kas bukan merupakan  persediaan barang dagangan,
piutang, tanah ataupun bangunan yang kita miliki. Memang hal-hal tersebut bisa dijadikan
uang namun biasanya akan membutuhkan waktu, yang kadang kala memakan waktu cukup
lama. Kas memegang peranan penting dan menjadi salah satu pusat perhatian dan
pengawasan dalam menunjang kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Piutang timbul ketika
perusahaan menjual barang dan jasa secara kredit. Piutang meliputi semua tagihan dalam
bentuk utang kepada perorangan  badan usaha atau pihak tertagih lainnya. Prosesnya dimulai
dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada pelanggan, melakukan
pengiriman barang, penagihan dan akhirnya menerima pembayaran. Piutang adalah pos
penting dalam perusahaan karena merupakan bagian aktiva lancar yang likuid dan selalu
dalam keadaan berputar. Artinya piutang dapat dijadikan menjadi kas dengan segera dimana
jangka waktu paling lama satu tahun. Tetapi seringkali terjadi penagihan piutang yang tidak
tepat pada waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya, sementara setiap perusahaan
memerlukan aliran kas yang cukup untuk diputar dalam membiayai aktivitas operasional
perusahaan sehari-hari dan memenuhi kewajiban lancar  perusahaan tepat pada waktunya.
Semakin tinggi probabilitas piutang dapat diterima pada waktunya, semakin dapat dijadikan
jaminan bagi pembayaran kas yang telah dijadwalkan. Seberapa cepat piutang dikonversikan
menjadi kas merupakan kebijakan perusahaan dengan menghitung perputaran piutang.

II. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini akan dibahas berbagai masalah sebagai berikut :
1. Apa pos-pos yang termasuk kas?
2. Bagaimana kas dan pos-pos yang berhubungan dilaporkan?
3. Apa pengertian piutang?
4. Apa saja jenis piutang yang berbeda?
5. Bagaimana piutang dilaporkan dan dianalisis?

III.Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini, pembaca mampu:
1. Menngidentifikasikan pos-pos yang termasuk kas.
2. Mengidentifikasikan bagaimana kas dan pos-pos yang berhubungan dilaporkan.
3. Mendefinisikan piutang.
4. Mendefinisikan jenis piutang yang berbeda.
5. Menjelaskan bagaimana piutang dilaporkan dan dianalisis.
BAB II

PEMBAHASAN

I. KAS
A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN KAS?
Kas yaitu aktiva yang paling likuid, merupakan media pertukaran standar dan
dasar pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya. Pada umumnya kas
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kas terdiri dari uang logam, uang kertas, dan
dana yang tersedia pada deposito di bank. Instrument yang dapat dinegosiasikan
seperti pos wesel (money order), cek yang disahkan (certified check), cek kasir
(cashier check), cek pribadi, dan wesel bank (bank draft) juga dipandang sebagai kas.
Bagaimana dengan rekening tabungan? Bank memang memiliki hak legal untuk
meminta pemberitahuan sebelum penarikan. Akan tetapi, karena pemberitahuan
sebelumnya jarang diminta oleh bank dalam praktik, maka rekening tabungan juga
dipandang sebagai kas.
Dana pasar uang, sertifikat tabungan pasar uang, sertifikat deposito
(certificates of deposite – CD), dan jenis deposito serupa serta surat atau kertas
berharga jangka pendek yang menyediakan peluang bagi investor kecil untuk
mendapatkan suku bunga yang tinggi, lebih tepat diklasifikasikan sebagai investasi
sementara ketimbang kas. Alasannya adalah bahwa sekuritas ini biasanya
mengandung retriksi atau penalty pada saat dikonversikan menjadi kas. Namun dana
pasar uang yang memberikan hak istimewa pada rekening koran biasanya
diklasifikasikan sebagai kas.
Pos-pos tertentu dapat menimbulkan masalah klasifikasi: Cek-mundur
(postdated checks) dan I.O.U (bon utang) diperlakukan sebagai piutang. Uang-muka
perjalanan (travel advances)juga diperlukan sebagai piutang jika uang muka ini
ditagih dari karyawan atau dikurangkan dari gaji mereka. Jika tidak, uang-muka
perjalanan diklasifikasikan sebagai beban dibayar dimuka. Perangko pos yang ada di
tangan (postage stamps on hand) diklasifikasikan sebagai bagian dari persediaan
perlengkapan kantor atau sebagai beban dibayar dimuka. Dana kas kecil (petty cash
funds) dan utang kembalian atau dana pertukaran (change funds) dimasukkan dalam
aktiva lancar sebagai kas karena dana ini digunakan untuk memenuhi beban operasi
berjalan dan melikuidasi kewajiban lancar.

B. MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN KAS


Kas adalah aktiva yang paling rentan untuk disalahgunakan. Manajemen
biasanya menghadapi dua masalah akuntansi untuk transaksi kas: (1) pengendalian
yang tepat harus ditetapkan untuk menjamin bahwa tidak ada transaksi yang tidak
diotorisasi dicatat oleh pejabat atau karyawan; dan (2) menyediakan informasi yang
diperlukan untuk mengelola kas yang ada di tangan dan transaksi kas dengan tepat.
Namun, dengan perangkat pengendalian yang canggih sekalipun belum tentu mampu
menghindarkan kesalahan. Sebagai contoh, The Wall Street Journal pernah
menyajikan sebuah artikel yang berjudul “Kisah Kesalahan Sebesar $7,8 Juta
Berakhir dengan happy ending bagi sebuah bank yang ketakutan”. Cerita itu
menggambarkan bagaimana Manufacturers Hanouver Trust Co. secara tidak sengaja
memberikan dividen tunai sebesar $7,8 juta lebih tinggi kepada para pemegang
sahamnya.
Untuk melindungi kas dan menjamin keakuratan catatan akuntansi untuk kas,
dibutuhkan pengendalian internal (internal control) yang efektif atas kas. Provisi dari
Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 meminta untuk memperkeras upaya meningkatkan
kualitas pengendalian internal (untuk kas dan aktiva lainnya). Upaya tersebut
diharapkan dapat menghasilkan perbaikan pelaporan keuangan.

C. PELAPORAN KAS
Walaupun pelaporan kas secara relative bersifat langsung, namun terdapat
sejumlah masalah yang perlu mendapat perhatian khusus. Masalah-masalah ini
berhubungan dengan pelaporan:
1. Kas yang dibatasi atau restriktif
2. Overdraft bank
3. Ekuivalen kas

Kas yang Dibatasi atau Restriktif


Kas kecil, penggajian, dan dana dividen adalah contoh-contoh kas yang
disisihkan untuk tujuan tertentu. Dalam sebagian besar situasi, saldo dana ini tidak
material dan karenanya tidak dipisahkan dari kas ketika dilaporkan dalam laporan
keuangan. Jika jumlahnya material, maka kas yang dibatasi dipisahkan dari kas
regular untuk tujuan pelaporan. Kas yang dibatasi (restricted cash) diklasifikasikan
dalam kelompok Aktiva Lancar atau Aktiva Jangka Panjang, tergantung pada tanggal
ketersediaan atau pengeluaran. Klasifikasi dalam kelompok aktiva lancar adalah tepat
jika kas akan digunakan (dalam satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih
panjang) untuk membayar kewajiban yang ada atau jatuh tempo. Pada sisi lain, jika
kas dipegang untuk periode waktu yang lama, maka kas yang dibatasi ditampilkan
dalam kelompok jangka panjang dari neraca.
Kas yang diklasifikasikan dalam kelompok jangka panjang biasanya ditujukan
untuk perluasan pabrik, pelunasan hutang jangka panjang, atau dalam kasus
International Thoroughbed Breeders, untuk pencatatan biaya deposito.
Bank dan institusi pemberi pinjaman lainnya seringkali mewajibkan para
nasabah yang meminjam uang kepada mereka untuk mempertahankan saldo kas
minimum dalam rekening giro atau tabungan. Saldo minimum ini, yang dinamakan
saldo kompensasi (compensating balances) didefinisikan oleh SEC sebagai: “bagian
dari setiap rekening giro (atau setiap deposito berjangka atau sertifikat deposito) yang
diselenggarakan oleh sebuah korporasi yang merupakan pendukung atas kesepakatan
kredit yang terjadi antara korporasi dengan institusi pemberi pinjaman. Kesepakatan
semacam itu mencakup baik pinjaman yang beredar maupun kepastian tentang
ketersediaan kredit di masa depan.”
Untuk menghindari kesalahpahaman investor mengenai jumlah kas yang
tersedia guna memenuhi kewajiban yang berulang, SEC merekomendasikan agar
deposito yang dibatasi secara legal (legally restricted deposits) yang disimpan sebagai
saldo kompensasi terhadap kesepakatan pinjaman jangka pendek disajikan secara
terpisah di antara pos-pos “kas dan ekuivalen-kas” dalam Aktiva Lancar. Deposito
restriktif yang disimpan sebagai saldo kompensasi terhadap kesepakatan peminjaman
jangka panjang harus diklasifikasikan secara terpisah sebagai aktiva tidak lancar, baik
dalam kelompok investasi atau aktiva lainnya, dengan menggunakan judul seperti
“Kas pada Deposito yang Disimpan sebagai Saldo Kompensasi”. Dalam kasus dimana
terdapat ketentuan saldo kompensasi tanpa perjanjian mengenai penggunaan kas yang
dilaporkan pada neraca, ketentuan dan jumlah yang terlibat harus diungkapkan dalam
catatan.
Overdraft Bank
Overdraft bank (bank overdrafts) terjadi apabila duatu cek ditulis dalam
jumlah yang melebihi rekening kas. Hal itu harus dilaporkan dalam kelompok
kewajiban lancar dan biasanya ditambahkan ke dalam jumlah yang dilaporkan sebagai
utang usaha. Jika material, maka pos ini harus diungkapkan secara terpisah pada
bagian depan neraca atau dalam catatan yang berhungan.
Overdraft bank umumnya tidak dioffset terhadap akun kas. Pengecualian
utamanya adalah apabila kas tersedia pada akun lainnya di bank yang sama dimana
overdraft tersebut terjadi. Dalam kasus ini, diperlukan pengoffsetan.

Ekuivalen Kas
Klasifikasi lancar yang semakin popular dewasa ini adalah “kas dan
ekuivalen-kas”. Ekuivalen kas (cash equivalents) merupakan jangka pendek yang
sangat likuid, yang (1) segera bisa dikonversi menjadi sejumlah kas yang diketahui,
dan (2) begitu dekat dengan jatuh temponya sehingga resiko perubahan suku bunga
tidak signifikan. Pada umumnya, hanya investasi dengan jatuh tempo awal 3 bulan
atau kurang yang memenuhi syarat definisi ini. Contoh-contoh ekuivalen kas adalah
Treasury bill, kertas komersial (commercial paper), dan dana pasar uang. Beberapa
perusahaan menggabungkan kas dengan investasi sementara (temporary investment)
pada neraca. Dalam kasus ini, jumlah investasi sementara dijelaskan dalam tanda
kurung atau dalam catatan.

D. IKHTISAR POS-POS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAS


Kas dan ekuivalen kas meliputi media pertukaran dan instrument yang paling
tepat dinegosiasikan. Jika suatu pos tidak dapat dikonversikan menjadi uang logam
atau uang kertas dengan segera, maka pos ini diklasifikasikan secara terpisah sebagai
investasi, sebagai piutang, atau sebagai beban dibayar di muka. Kas yang tidak
tersedia untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo saat ini dipisahkan dan
diklasifikasikan dalam kelompok aktiva jangka panjang. Berikut ini klasifikasi pos-
pos yang berhubungan dengan kas.
Klasifikasi Kas, Ekuivalen Kas, dan Pos-pos Nonkas

Pos Klasifikasi Komentar

Kas Kas Jika tidak dibatasi, dilaporkan


sebagai kas.
Jika dibatasi, didentifikasi dan
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar
dan tidak lancar.

Kas kecil dan Kas Dilaporkan sebagai kas.


dana pertukaran

Surat berharga jangka Ekuivalen kas Investasi dengan jatuh tempo


pendek kurang dari 3 bulan, umumnya
digabungkan dengan kas.

Surat berharga jangka Investasi sementara Investasi dengan jatuh tempo 3


pendek hingga 12 bulan.

Cek mundur dan IOU Piutang Diasumsikan dapat tertagih.

Uang muka perjalanan Piutang Diasumsikan dapat tertagih dari


karyawan atau dikurangkan dari
gaji mereka.

Perangko di tangan Beban dibayar di muka Dapat diklasifikasikan sebagai


(seperti perangko, dll) persediaan perlengkapan kantor.

Overdraft bank Kewajiban lancar Jika ada hak untuk mengoffset,


Kurangi kas.

Saldo kompensasi Kas didefinisikan secara Diklasifikasikan sebagai aktiva lancar


terpisah sebagai atau tidak lancar dalam neraca.
deposito yang disimpan Diungkapkan secara terpisah dalam
sebagai saldo catatan yang merinci kesepakatan
kompensasi tersebut.

II. PIUTANG
Piutang (receivables) adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau
pihak-pihak lainnya. Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai
lancar (jangka pendek) atau tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current
receivables) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi
berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang
tidak lancar (noncurrent receivables). Piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam neraca
baik sebagai piutang dagang atau piutang non dagang.
Piutang dagang (trade receivables) adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan
untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal.
Piutang dagang, biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan, bisa
diklasifikan menjadi piutang usaha dan wesel tagih. Piutang usaha (accounts receivables)
adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang
usaha biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari dan merupakan akun terbuka
(open accounts) yang berasal dari perluasan kredit jangka pendek. Wesel tagih (notes
receivable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal
tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, atau
transaksi lainnya. Wesel tagih bisa bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang.
Piutang nondagang (nontrade receivables) berasal dari berbagai transaksi.
Sejumlah contoh piutang nondagang adalah:
1. Uang muka kepada karyawan dan staf.
2. Uang muka kepada anak perusahaan.
3. Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan.
4. Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran.
5. Piutang dividen dan bunga.
6. Klaim terhadap:
a. Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan.
b. Terdakwa dalam suatu perkara hokum.
c. Badan-badan pemerintah untuk pengembalian pajak.
d. Perusahaan pengangkutan untuk barang yang rusak atau hilang.
e. Kreditor untuk barang yang dikembalikan, rusak, atau hilang.
f. Pelanggan untuk barang-barang yang dapat dikembalikan (krat,container, dan
sebagainya).
Karena sifatnya yang unik, piutang nondagang umumnya diklasifikasikan dan
dilaporkan sebagai pos terpisah dalam neraca. Masalah dasar dalam akuntansi untuk
piutang usaha dan wesel tagih tidak berbeda: pengakuan, penilaian, dan disposisi.

A. PENGAKUAN PIUTANG USAHA


Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah dana yang harus diakui adalah
harga pertukaran di antara kedua belah pihak. Harga pertukaran (the exchange price)
adalah jumlah yang terutang dari debitur (seorang pelanggan atau peminjam) dan
pada umumnya dibuktikan dengan bebarapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa
faktur (invoice). Dua factor yang bisa memperumit pengukuran harga pertukaran
adalah (1) ketersediaan diskon (diskon dagang dan diskon tunai) dan (2) lamanya
waktu antara tanggal penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran (unsur bunga).

Diskon Dagang
Harga barang biasanya dapat dikenakan diskon dagang atau kuantitas. Diskon
dagang (trade discount) semacam itu digunakan untuk menghindari perubahan yang
sering terjadi dalam katalog, untuk mengutip harga yang berbeda bagi pembelian
dalam kuantitas yang berbeda, atau untuk menyembunyikan harga faktur yang
sebenarnya dari pesaing.
Diskon dagang biasanya dikutip sebagai suatu presentase. Sebagai contoh, jika
harga yang tertera pada buku teks anda adalah $90, dan penerbit menjualnya ke toko
buku mahasiswa berdasarkan daftar harga dikurangi diskon dagang sebesar 30%,
maka piutang yang dicatat oleh penerbit buku adalah $63 perbuku. Praktik yang
umum di sini adalah mengurangi diskon dagang dari daftar harga dan kemudian
menagih harga bersihnya.

Diskon Tunai (Diskon Penjualan)


Diskon tunai (diskon penjualan (sales discount)) diberikan sebagai perangsang
agar pembeli melakukan pembayaran secepatnya. Diskon semacam ini dinyatakan
dalam bentuk istilah seperti 2/10, n/30 (diskon 2% jika dibayarkan dalam 10 hari,
jumlah kotor jatuh tempo dalam 30 hari), atau 2/10, E.O.M. net 30, E.O.M. (diskon
2% jika dibayarkan dalam 10 hari dari akhir bulan, dengan pembayaran penuh
dilakukan pada hari ke-30 bulan berikutnya).
Perusahaan biasanya memanfaatkan diskon penjualan kecuali kasnya sangat
terbatas. Mengapa? Sebuah perusahaan yang menerima pengurangan 1% atas harga
jual untuk pembayaran dalam 10 hari, dimana total pembayaran jatuh tempo dalam 30
hari, secara efektif menghasilkan 18,25% (0,01 + [20/365]), atau paling tidak
menghemat biaya suku bunga.
Perusahaan biasanya mencatat transaksi penjualan dan diskon penjualan
terkait dengan mencatat piutang dan penjualan dalam jumlah kotor. Menurut metode
ini, diskon penjualan hanya diakui dalam akun apabila pembayaran diterima dalam
periode diskon. Diskon penjualan lalu akan ditunjukkan dalam laporan laba rugi
sebagai pengurang atas penjualan untuk mendapatkan penjualan bersih.
Beberapa akuntan memandang bahwa diskon penjualan yang tidak diambil
mencerminkan penalty atau denda yang ditambahkan pada harga yang ditetapkan
untuk merangsang pembayaran secepatnya. Yaitu, penjual menawarkan penjualan
kredit pada harga yang sedikit lebih tinggi daripada penjualan tunai, dan kenaikannya
dioffset oleh diskon tunai yang ditawarkan. Jadi pelanggan yang membayar dalam
periode diskon membeli secara tunai; mereka yang membayar setelah berakhirnya
periode diskon akan didenda karena harus membayar dengan jumlah yang melebihi
harga tunai. Jika penalaran ini yang digunakan, maka penjualan dan piutang dicatat
pada harga bersih dan setiap diskon yang tidak diambil kemudian didebet ke piutang
usaha dan dikredit ke diskon penjualan yang hilang.
Jika yang digunakan adalah metode kotor, maka diskon penjualan harus
dilaporkan sebagai pengurang atas penjualan dalam laporan laba rugi. Penandingan
yang tepat mengharuskan estimasi yang memadai atas jumlah diskon material yang
diharapkan akan diambil, dan harus dibebankan terhadap penjualan. Jika yang
digunakan adalah metode bersih, maka diskon penjualan yang hilang diperlakukan
sebagai pos “pendapatan lain-lain”.
Secara teroritis, pengakuan Diskon Penjualan yang Hilang telah tepat karena
piutang dilaporkan lebih dekat ke nilai realisasinya, dan angka penjualan bersih
mengukur pendapatan yang dihasilkan dari penjualan itu. Namun, dari segi praktis
metode bersih jarang digunakan karena memerlukan analisis dan pembukuan
tambahan. Sebagai contoh, metode bersih memerlukan ayat jurnal penyesuaian untuk
mencatat diskon penjualan yang hilang atas piutang usaha yang telah melewati
periode diskon.

Tidak Ada Pengakuan atas Unsur Bunga


Idealnya, piutang harus diukur dalam istilah nilai sekarang, yaitu nilai
diskonto dari kas yang akan diterima di masa depan. Jika ekspektasi penerimaan kas
memerlukan periode tunggu (waiting period), maka jumlah nominal (face amount)
piutang tidak sama nilainya dengan jumlah yang akan diterima kemudian.
Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Best Buy melakukan penjualan kredit
sebesar $1.000 dengan pembayaran jatuh tempo dalam 4 bulan. Suku bunga tahunan
yang berlaku adalah 12%, dan pembayaran dilakukan pada akhir bulan ke-4. Nilai
sekarang dari piutang ini bukanlah $1.000 tetapi $961,54 ($1.000 x 0,96154). Dengan
kata lain, $1.000 yang akan diterima 4 bulan dari sekarang tidak sama dengan $1.000
yang diterima hari ini.
Secara teoritis, setiap pendapatan setelah periode penjualan adalah pendapatan
bunga. Dalam praktik, pendapatan bunga yang berhubungan dengan piutang usaha
diabaikan karena jumlah diskon biasanya tidak material dibandingkan dengan laba
bersih periode bersangkutan. Profesi akuntansi secara khusus mengeluarkannya dari
pertimbangan bilai sekarang untuk “piutang yang berasal dari transaksi dengan
pelanggan dalam kegiatan bisnis normal yang jatuh tempo dalam jangka waktu
perdagangan umum yang tidak melampaui sekitar satu tahun”.

B. PENILAIAN PIUTANG USAHA


Pelaporan piutang melibatkan (1) klasifikasi dan (2) penilaian dalam neraca.
Klasifikasi seperti telah dibahas, melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang
akan beredar. Piutang yang diperkirakan akan tertagih dalam satu tahun atau satu
siklus operasi – tergantung mana yang lebih panjang – diklasifikasikan sebagai lancar;
sementara semua piutang lainnya diklasifikan sebagai jangka panjang.
Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Piutang jangka pendek dinilai dan
dilaporkan pada nilai realisasi bersih – jumlah bersih yang diperkirakan akan
diterima dalam bentuk kas. Penentuan nilai realisasi bersih (net realizable value)
memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur penjualan dan
pengurangan harga yang diberikan.

Piutang Usaha yang Tak Tertagih


Seperti telah dinyatakan dengan begitu tepat oleh seorang akuntan, gagasan
manajer kredit tentang surga mungkin adalah suatu tempat dimana setiap orang (pada
akhirnya) akan membayar utangnya. Penjualan atas dasar selain penjualan tunai
berisiko menimbulkan kegagalan untuk menagih piutang. Piutang usaha tak tertagih
adalah kerugian pendapatan, yang memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan yang
tepat dalam akun, penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan
dengan laba dan ekuitas pemegang saham. Kerugian pendapatan dan penurunanlaba
diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu (atau beban piutang tak tertagih).
Ada dua prosedur untuk mencatat piutang tak tertagih:
Metode penghapusan langsung (direct write – off method) mencatat piutang
tak tertagih pada tahun dimana diputuskan bahwa suatu piutang tertentu tidak akan
dapat ditagih. Tidak ada ayat jurnal yang dibuat sampai suatu akun khusus telah
ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat
dengan mengkredit Piutang Usaha dan mendebet Beban Piutang Tak Tertagih.
Metode penyisihan, suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak
tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi ini
dicatat sebagai beban dan pengurang tidak langsung terhadap piutang usaha (melalui
kenaikan akun penyisihan) dalam periode dimana penjualan itu dicatat.
Pendukung metode penghapusan langsung (direct write-off method)
berpendapat bahwa yang dicatat haruslah fakta, bukan estimasi. Metode ini
mengasumsikan bahwa dari setiap penjualan akan dihasilkan piutang usaha yang baik,
dan kejadian selanjutnya membuktikan bahwa piutang tertentu ternyata tidak tertagih
serta menjadi tidak ternilai. Dari sudut pandang praktis, metode ini sederhana dan
mudah diaplikasikan. Metode penghapusan langsung secara teoritis memiliki
kelemahan karena biasanya gagal menandingkan biaya dengan pendapatan pada
periode bersangkutan, atau menghasilkan piutang yang ditetapkan pada estimasi nilai
yang dapat direalisasi di neraca. Karenanya, pemakaian metode penghapusan
langsung tidak dipandang tepat, kecuali kalau jumlah piutang tak tertagih tidak
material.
Pendukung metode penyisihan (allowance method) merasa yakin bahwa
beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama seperti penjualan
untuk mendapatkan penandingan yang tepat atas beban dan pendapatan serta untuk
mendapatkan nilai tercatat yang tepat atas piutang usaha. Mereka mendukung
pendapat bahwa walaupun melibatkan estimasi, namun persentase piutang yang tidak
akan tertagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi pasar berjalan, dan
analisis atas saldo yang beredar. Banyak perusahaan membuat kebijakan kreditnya
dengan menciptakan piutang tak tertagih dalam presentase tertentu. (Dalam
kenyataannya banyak yang merasa bahwa kegagalan untuk mencapai presentase ini
berarti bahwa perusahaan telah kehilangan penjualan akibat kebijakan kredit yang
terlalu restriktif).
FASB memandang ketertagihan piutang sebagai kontigensi kerugian. Jadi
metode penyisihan hanya tepat dalam situasi dimana terdapat kemungkinan bahwa
nilai aktiva telah menurundan jumlah penurunan (kerugian) tersebut dapat diestimasi
secara layak.
Piutang adalah arus kas masuk prospektif, dan probabilitas penagihannya
harus dipertimbangkan dalam menilai arus kas masuk ini. Estimasi ini biasanya dibuat
atas dasar (1) presentase penjualan atau (2) piutang yang beredar.

Pendekatan Presentase-Penjualan (Laporan Laba Rugi)


Jika terdapat hubungan yang cukup stabil antara penjualan kredit tahun-tahun
sebelumnya dengan piutang tak tertagih, maka hubungan tersebut dapat dijabarkan
dalam presentase dan digunakan untuk menentukan beban piutang tak tertagih tahun
ini.
Pendekatan presentase-penjualan (percentage of sales approach)
menandingkan biaya dengan pendapatan karena hal itu mengaitkan beban pada
periode dimana penjualan dicatat. Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Chad Shumway
Corporation mengestimasikan dari pengalaman masa lalu bahwa sekitar 2% dari
penjualan kredit tidak akan tertagih. Jika Chad Shumway Corporation memiliki
penjualan kredit sebesar $400.000 pada tahun 2007, maka ayat jurnal untuk mencatat
beban piutang tak tertagih dengan menggunakan metode presentase-penjualan adalah
sebagai berikut:
Beban piutang tak tertagih 8.000
Penyisihan untuk piutang tak tertagih 8.000
Penyisihan untuk piutang tak tertagih adalah akun penilaian (yaitu, kontra-
aktiva) dan dikurangkan dari piutang dagang pada neraca. Jumlah beban piutang tak
tertagih dan kredit yang berkaitan pada akun penyisihan tidak dipengaruhi oleh setiap
saldo yang ada saat ini dalam akun penyisihan. Karena estimasi beban piutang tak
tertagih berhubungan dengan akun nominal (penjualan), dan setiap saldo dalam akun
penyisihan diabaikan, maka metode ini sering kali disebut sebagai pendekatan laporan
laba rugi (income statement approach). Karenanya penandingan biaya dengan
pendapatan secara tepat akan tercapai.

Pendekatan Persentase-Piutang (Neraca)


Berdasarkan pengalaman masa lalu,sebuah perusahaan dapat mengestimasikan
persentase piutang beredarnya yang tidak akan tertagih, tanpa mengidentifikasi
piutang tertentu. Prosedur ini menyediakan estimasi yang cukup akurat menyangku
nilai piutang yang dapat direalisasi, tetapi tidak sesuai dengan prinsip penandingan
biaya dan pendapatan. Tujuan dari metode ini adalah melaporkan nilai realisasi bersih
piutang dalam neraca; oleh karena itu, pendekatan ini disebut dengan pendekatan
persentase-piutang atau neraca (percentage-of-receivable atau balance sheet
persentase approach).
Pendekatan persentase piutang dapat diaplikasikan dengan menggunakan satu
tarif gabungan (Composite rate) yang mencerminkan estimasi piutang tak tertagih.
Pendekatan lainnya yang lebih sensitive terhadap status actual dari piutang usaha
adalah menetapkan skedul umur piutang (aging schedule) dan menerapka persentase
yang berbeda berdasarkan pengalaman masa lalu pada berbagai kategori umur. Skedul
ini mengindikasikan akun mana yang memerlukan perhatian khusus dengn
memperlihatkan umur piutang usaha seperti itu.
Skedul umur piutang biasanya tidak disusun menentukan beban piutang tak
tertagih,tetapi sebagai alat pengendalian untuk menetukan komposisi piutang dan
mengidentifikasi piutang yang diragukan.Estimasi persentase kerugian yang
dikembangkan untuk masing-masing kategori didasarkan pada pengalaman kerugian
masa lalu dan nasehat dari personil departemen kredit.
Tanpa memperhatikan apakah yang dipakai adalah tarif gabungan atau
skedulumur piutang,tujuan utama dari metode persentase pitang yang beredar untuk
tujuan pelaporan keuangan adalah melaporkan nilai realisasi bersih piutang di neraca.
Akan tetapi,metode ini memiliki kelemahan karena mungkin tidak menandingkan
beban piutang tak tertagih dalam periode terjadinya penjualan.
Penyisihan untuk piutang tak tertagih sebagai persentase dari piutang akan
bervariasi,tergantung pada iklim industry dan ekonomi.
Singkatnya metode persentase piutang menghasilkan penilaian piutang yang
lebih akurat di neraca. Namun dari sudut pandang penandingan, pendekatan
persentase penjualan memberikan hasil yang lebih baik.

Persentase-Penjualan Persentase-Piutang

Penandingan Nilai Realisasi Bersih

Penjualan Beban Piutang Tak Piutang Penyisihan untuk


Tertagih Usaha Piutang Tak Tertagih

Pendekatan Laporan Laba-Rugi Pendekatan Neraca


Judulnya akun yang dipakai untuk akun penyisihan biasanya adalah
Penyisihan untuk Piutang Tak Tertagih atau Penyisihan saja.
Tanpa memperhatikan metode mana yang dipilih, penentuan beban yang
berhubungan dengan piutang tak tertagih merupakan suatu bidang akuntansi yang
memerlukan pertimbangan mendalam. Baru-baru ini muncul kekhawatiran bahwa
serupa dengan Nortel pada cerita pembuka, sejumlah bank telah menggunakan
pertimbangan ini untuk mengelola laba. Dengan melakukan over estimasi terhadap
jumlah pinjaman yang tidak tertagih pada saat laba tinggi, bank dapat berjaga-jaga
untuk masa yang buruk di masa depan. Pada periode mendatang (kurang
menguntungkan), penyisihan yang terlalu konservatif atas akun kerugian pinjaman
dapat diturunkan untuk menaikkan laba. Dalam kasus ini, SEC mengajukan tuntutan
kepada Suntrust Banks dan meminta bank tersebut menghapus beban piutang tak
tertagih sebesar $100.000.000. Penghapusan ini menaikan laba setalah pajak sebesar
$61 juta .

Penagihan Pitang Usaha Yang Telah Dihapus


Apabila piutang usaha tertentu dipastikan tidak akan tertagih, maka saldonya
dipindahkan dari pembukuan dengan mendebet penyisihan untuk piutang tak tertagih
dan meng kredit piutang usaha.Jika penagihaan atas piutang usaha yang telah dihapus
sebelumnya dilakukan, maka perusahaan terlebih dahulu harus memunculkan kembali
piutang usaha itu dengan mendebit piutang usaha dan mengkredit pnyisihan untuk
piutang tak tertagih.Kemudian perusahaan juga harus membuat ayat jurnal untuk
mendebit kas dan mengkredit akun pelanggan sebesar jumlah yang diterima.
Jika yang dipakai adalah metode penghapusan langsung, maka jumlah yang
ditagih didebet ke kas dan dikredit ke akun pendapatan yang berjudul jumlah tak
tertagih yng dipulihkan, dengan penjelasan atau catatan yang sesuai pada akun
pelanggan bersangkutan.

C. PENGAKUAN WESEL TAGIH


Sebuah wesel tagih didukung oleh promes (promissory note) formal, yaitu
janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal di masa
depan. Wesel semacam itu merupakan instrument yang dapat di negosiasikan yang
ditandatangani oleh pembuat (maker) untuk kepentingan yang dibayar atau penerima
(payee), yang mungkin secara legal dengan secara cepat bisa menjual atau
mentransfernya ke pihak lain. Walaupun wesel berisi unsur bunga karena nilai waktu
dan uang, namun wesel diklasifikasikan sebagai berbunga dan tanpa bunga. Wesel
berbunga (interest bearing notes) memiliki suku bunga ditetapkan, sementara wesel
tanpa bunga (zero interest bearing note) (bunga nol) memasukan bunga sebagai
bagian dari nilai nominal yang tidak dinayatakan secara eksplisit. Wesel tagih
dipandang sebagai aktiva yang cukup likuid, meskipun bersifat jangka panjang,
karena dapat dengan mudah di konversikan menjadi kas.
Wesel tagih (notes receivables) sering kali diterima dari pelanggan yang ingin
memperpanjang periode pembayaran piutangnya. Wesel kadang juga digunakan untuk
pelanggan berisiko tinggi atau pelanggan baru. Selain itu, wesel sering kali digunakan
dalam pinjaman kepada karyawan dan anak perusahaan serta dalam penjualan
property, pabrik, dan peralatan. Dalam sejumlah industry (misal industri hiburan dan
kapal olahraga) semua penjualan kredit didukung oleh wesel. Akan tetapi mayoritas
wesel berasal dari transaksi peminjaman. Masalah dasar dalam akuntansi untuk wesel
tagih serupa dengan yang ada dalam piutang usaha: pengakuan, penilaian, dan
disposisi.
Wesel jangka pendek biasanya dicatat pada nilai nominal (dikurangi
penyisihan) karena bunga implisit dalam jatuh tempo adalah tidak material. Secara
umum wesel tagih yang diperlukan sebagai ekuivalen kas (jatuh tempo dalam 3 bulan
atau kurang) bukan merupakan subjek amortisasi premi atau diskonto.
Akan tetapi, wesel tagih jangka panjang harus dicatat dan dilaporkan kepada
nilai sekarang dari kas yang diperkirakan akan tertagih. Jika suku bunga
ditetapkan atas wesel berbunga sama dengan suku bunga efektif (pasar), maka wesel
itu dijual pada nilai nominal. Jika suku bunga ditetapkan berbeda dengan suku bunga
pasar, maka kas yang dipertukarkan ( nilai sekarang) berbeda dengan nilai nominal
dari wesel. Selisih antara nilai nominal dengan kas yang ditukarkan, apakah diskonto
atau premi akan dicatat dan diamotisasikan sepanjang umur wesel agar mendekati
suku bunga efektif (pasar). Hal ini mengilustrasikan salah satu situasi dimana konsep
nilai waktu dari uang diterapkan dalam pengukuran akuntansi.

Wesel Yang Diterbitkan Pada Nilai Nominal


Untuk mengilustrasikan pendiskontoan wesel yang diterbitkan pada nilai
nominal, asumsikan bahwa Bigelow Corp, meminjamkan $10.000 kepada
Scandinavian Imports dan menerima wesel berbunga dengan jangka waktu 3 tahun
senilai $10.000, dengan suku bunga tahunan 10%. Suku bunga pasar wesel dengan
resiko serupa juga 10%.

Wesel Yang Diterbitakn Bukan Pada Nilai Nominal


Wesel Berbunga Nol
Jika yang diterima adalah wesel berbunga nol, maka nilai sekarangnya adalah
kas yang dibayarkan kepada penerbit wesel. Karena baik jumlah masa depan maupun
nilai sekarang wesel telah diketahui, maka suku bunga dapat dihitung. Suku bunga
implisit ( implicit interest rate) adalah suku bunga yang akan menyamakan kas yang
dibayarkan dengan jumlah piutang di masa depan. Selisih antara jumlah masa depan
(niali nominal) dengan nilai sekarang (kas yang dibayarkan) dicatat sebagai diskonto
dan diamortisasikan ke pendapatan bunga sepanjang umur wesel.
Diskonto atas wesel tagih merupakan akun penilaian (valuation account) dan
dilaporkan dalam neraca sebagai akun kontra-aktiva. Diskonto ini kemudian harus
diamortisasikan dan pendapatan bunga diakui setiap tahun dengan menggunakan
metode bunga efektif (effective interest method).

Wesel Berbunga
Jika nilai sekarang melebihi nilai nominal, maka wesel tersebut dipertukarkan
pada premi. Premi atas wesel tagih dicatat sebagai debet dan diamortisasikan
menggunakan metode bunga efektif sepanjang umur wesel sebagai pengurang
tahunan dalam jumlah pendapatan bunga yang diakui.

Wesel yang Diterima untuk Properti, Barang atau Jasa


Jika wesel diterima sebagai pertukaran property,barang atau jasa dalam suatu
transaksi yang wajar (at arm’s length), yang suku bunga ditetapkan diasumsikan
cukup wajar kecuali :
1. Tidak ada suku bunga yang ditetapkan, atau
2. Suku bunga yang ditetapkan tidak masuk akal, atau
3. Jumlah nominal dari wesel berbeda secara material dari harga jual tunai saat ini
untuk pos pos yang serupa atau dari nilai pasar sekarang instumen utang.
Dalam situasi ini, nilai sekarang wesel diukur oleh nilai wajar property barang
atau jasa atau oleh jumlah yang secara layak mendekati nilai pasar wesel.
Sebagai ilustrasi, Oasis Development Co. menjual kios kepada Rusty Pelican
untuk dijadikan lokasi restoran dan menerima wesel berjangka waktu 5 tahun yang
memiliki nilai jatuh tempo sebesar $35.247 sebagai penukar dan tidak ada suku bunga
ditetapkan. Tanah tersebut pada awalnya dibeli oleh Oasis seharga $14.000 dan pada
tanggal penjualan memiliki taksiran nilai wajar sebesar $20.000. Berdasarkan kriteria
diatas, maka dibolehkan untuk menggunakan nilai pasar wajar tanah, sebesar
$20.000, sebagai nilai sekarang wesel. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan adalah
sebagai berikut :
Wesel Tagih 35.247
Diskonto atas wesel tagih ($35.247 - $20.000) 15.247
Tanah 14.000
Keuntungan atas penjualan ($20.000 - $14.000) 6.000
Diskonto diatas harus diamortisasikan ke pendapatan bunga sepanjang umur
wesel (5tahun) dengan menggunakan metode bunga efektif.

Pilihan Suku Bunga


Dalam transaksi wesel, suku bunga efektif atau riil sudah jelas atau dapat
ditentukan melalui faktor faktor lainya yang terlibat dalam pertukaran,seperti nilai
pasar wajar dari apa yang diserahkan atau dterima.Namun jika nilai pasar wajar
property,barang,jasa atau hak hak lainnya tidak dapat ditentukan dan jika wesel tidak
memiliki pasar yang tersedia,maka masalah penentuan nilai sekarang wesel menjadi
lebih sulit.Untuk mengestimasi nilai sekarang wesel dalam situasi semaca itu,suku
bunga yang berlaku yang mungkin berbeda dari suku bunga ditetapkan harus
diperkirakan.Proses perkiraan suku bunga ini dinamakan dengan erhitungan suku
bunga yang layak (imputation) dan hasilnya dinamakan suku bunga terkait (imputed
interest rate).
Pilihan suku bunga ini dipengaruhi oleh suku bunga yang berlaku bagi
penerbit instrument serupa dengan peringkat kredit yang sama.Suku bunga ini juga
dipengaruhi secara khusus oleh ketentuan restriktif,jamian,skedul pembayaran,suku
bunga premier yang berlaku,dan sebagainya.Penentuan suku bunga taksirandilakukan
saat wesel diterima;perubahan dalam suku bunga yang berlaku yang terjadi setelah
tanggal penerimaan wesel diabaikan.
D. PENILAIAN WESEL TAGIH
Seperti piutang usaha, wesel tagih jangka pendek dicatat dan dilaporkan pada
nilai realisasi bersihnya; yaitu, pada jumlah nominalnya dikurangi semua penyisihan
yang diperlukan. Akun penyisihan wesel tagih yang utama adalah Penyisihan untuk
wesel tak tertagih. Perhitungan dan estimasi yang terlibat dalam menilai wesel tagih
jangka pendekdan dalam mencatat beban piutang tak tertagihbserta penyisihan
yang berhubungan sama persis dengan wesel dagang. Baik metode persentase
penjualan maupun metode analisis piutang dapat digunakan untuk mengestimasi
jumlah piutang tak tertagih.
Namun wesel tagih jangka panjang menimbulkan masalah estimasi tambahan.
Kita hanya perlu melihat masalah yang dihadapi oleh institusi keuangan, terutama
bank-bank pusat uang, dalam menagih piutang dari pinjaman energi, pinjaman riil
estat, dan pinjaman kepada negara kurang berkembang.
Wesel tagih dipandang berkurang nilainya (impaired) jika terdapat
kemungkinan bahwa kreditor tidak akan mampu menagih seluruh jumlah yang
terutang (baik pokok maupun bunga) aesuai dengan ketentuan kontraktual pinjaman.

E. DISPOSISI PIUTANG USAHA DAN WESEL TAGIH


Dalam peristiwa yang normal,piutang usaha dan wesel tagih dapat ditagih
pada saat jatuh tempo dan dikeluarkan dari pembukuan. Namun, sering dengan
meningkatnya ukuran dan signifikan dari penjualan kredit dan piutang, ”peristiwa
yang normal ini” telah berubah. Dalam rangka mempercepat penerimaan kas dari
piutang, pemilik dapat mentransfrer piutang usaha atau wesel tagih kepada
perusahaan lainya secara tunai.
Ada banyak alasan untuk transfer semacam ini sebelumnya. Pertama untuk
alasan kompetitif penyediaan pembiayaan penjualan kepada pelanggan bisa di
katakan wajib dalam banyak industri. Dalam penjualan barang yang tahan lama,
seperti mobil, truk, peralatan industry dan pertanian, computer, dan peralatan rumah
tangga, sebagian besar ini telah menciptakan anak perusahaan yang dimiliki secara
penuh, yang berspesialisasi dalam pembiayaan piutang. General Motors Corp
memiliki General Motors Acceptance Corp (GMAC), dan John Deere memiliki John
Deere Credit.
Kedua pemilik piutang (holder) mungkin menjual piutang karena memerlukan
kas dan akses ke kredit normal tidak tersedia atau sangat mahal.selain itu, sebuah
perusahaan juga mungkin menjual piutang, bukan meminjam, untuk menghindari
pelanggaran terhadap kesepakatan peminjaman yang sudah ada.
Terakhir penagihan piutang sering kali memerlukan banyak waktu dan mahal.
Perusahaan kartu kredit seperti MasterCard, VISA, American Express, Diners Club,
discover, dan lain-lain lalu mengambil alih proses penagihan dan membayar kas
kepada perusahaan penjual.
Sebaliknya beberapa pembeli (purchassers) piutang mungkin membelinya
untuk mendapatkan perlindungan hukum atas hak kepemilikan yang diterima pembeli
aktiva versus hak yang diterima penjual yang dijamin kreditor. Selain itu, bank dan
institusi pemberi pinjaman lainnya mungkin juga terpaksa membeli piutang karena
adanya batasan legal yaitu mereka tidak dapat lagi memberikan pinjaman tambahan
tetapi bisa membeli piutang dan menarik biaya untuk jasa ini.
Transfer piutang kepada pihak ketiga dapat dilakukan dalam salah satu dari
dua cara berikkut :
1. Peminjaman yang dijamin
2. Penjualan piutang

Peminjaman yang Dijamin


Piutang seringkali digunakan sebagai jaminan dalam suatu transaksi
peminjaman. Kreditor seringkali meminta debitor menunjuk (menetapkan) atau
menggadaikan piutang sebagai jaminan pinjaman. Jika pinjaman tidak bayar pada saat
jatuh tempo, maka kreditor memiliki hak untuk mengkonversi jaminan itu menjadi
kas yaitu untuk menagih piutang.

PenjualanPiutang
Penjualan piutang semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Jenis
penjualan yang umum dilakukan adalah penjualan piutang kepada factor. Faktor
adalah perusahaan pembiayaan atau bank yang membeli piutang dari perusahaan
untuk mendapatkan imbalan (fee) dan kemudian menagih piutang secara langsung
dari pelanggan. Anjak piutang (factoring receivables) secara tradisional berhubungan
dengan industry tekstil, sepatu, furniture, dan peralatan rumah tangga.
(2) Meminta penelaahan kredit
FACTOR
(6) melakukan pembayaran
(3) Menyetujui kredit
(4) Menyerahkan kas

PELANGGAN PERUSAHAAN
(1) Menyampaikan pesanan
Pengecer atau Grosir Perusahaan Manufaktur
(5) Mengirimkan barang atau Distributor

Seperti disebutkan dalam cerita pembuka, salah satu fonomena baru dalam
penjualan (transfer) piutang adalah sekuritisasi. Sekuritisasi dapat berupa pool aktiva
seperti piutang katru kredit, piutang hipotik, atau piutang pinjaman mobil dan menjual
sebagian pembayaran bunga dan pokok dalam pool tersebut. Sebenarnya ini sama saja
dengan menciptakan sekuritas yang didukung oleh pool aktiva tersebut. Hampir setiap
pembayaran jangka panjang bisa merupakan calon sekuritisasi.
Perbedaan antara factoring dengan sekuritisasi adalah bahwa factoring
biasanya melibatkan penjualan kepada satu perusahaan saja, biayanya tinggi, kualitas
piutang rendah, dan penjual kemudian tidak perlu menagih piutang. Dalam sekuritas
banyak investor terlibat, marjinnya sedikit, kualitas piutang tinggi, dan penjual
biasanya terus menagih piutang.
Baik dalam transaksi factoring maupun sekuritisasi, piutang dapat dijual atas
dasar tanpa tanggung-renteng atau dengan tanggung-renteng.

Penjualan tanpa Tanggung-Renteng


Jika piutang dijual tanpa tanggung-renteng (without recourse), maka pembeli
menanggung resiko ketertagihan piutang dan setiap kerugian kredit. Transfer piutang
usaha dalam transaksi tanpa tanggung renteng serupa dengan penjualan piutang usaha
secara langsung baik dalam bentuk (transfer kepemilikan) maupun dalam
sebstansinya (transfer pengendalian). Dalam transaksi tanpa tanggung renteng, seperti
dalam setiap penjualan aktiva, penjual mendebet Kas untuk hasil yang diterima dan
mengkredit Piutang Usaha sebesar nilai nominal piutang. Selisihnya yang dikurangi
dengan setiap provisi untuk penyesuaian piutang yang mungkin (diskon, retur,
pengurangan harga, dan sebagainya), diakui sebagai Kerugian atas Penjualan Piutang.
Penjual menggunakan akun Terhutang dari Factor (dilaporkan sebagai piutang) untuk
mencatat hasil yang ditahan oleh factor untuk menutupi diskon penjualan, retur
penjualan, dan pengurangan harga.
Penjualan dengan Tanggung-Renteng
Jika piutang dijual dengan tanggung renteng (with recourse), maka penjual
menjamin pembayaran kepada pembeli seandainya debitor tidak mampu membayar.
Untuk mencatat transaksi jenis ini, digunakan pendekatan komponen keuangan
(finansial components approach), karena penjual akan terus terlibat dengan piutang.
Dalam pendekatan ini, setiap pihak yang telibat mengakui aktiva dan kewajiban yang
mereka kendalikan setelah penjualan.

Peminjaman yang Dijamin vs. Penjualan


FASB telah menyimpulkan bahwa penjualan hanya terjadi jika penjual
menyerahkan kendali atas piutang kepada pembeli. Tiga kondisi berikut harus
terpenuhi sebelum suatu penjualan bisa dicatat:
1. Aktiva yang ditransfer telah dipisahkan dari pelaku transfer (ditempatkan di luar
jangkauan pelaku transfer dan kreditornya).
2. Penerima transfer telah mendapatkan hak untuk menggadaikan atau menukar
aktiva yang ditransfer ataupun manfaat dalam aktiva yang ditransfer tersebut.
3. Pelaku transfer tidak lagi memiliki kendali yang efektif atas aktiva yang
ditransfer baik melalui kesepakatan pembelian kembali maupun menebusnya
sebelum jatuh tempo.
Jika ketiga kondisi di atas telah terpenuhi, maka penjualan dapat terjadi. Jika
tidak, maka pelaku transfer harus mencatat transfer itu sebagai peminjaman yang
dijamin. Jika akuntansi untuk penjualan sudah tepat, maka pihak yang terlibat masih
harus mempertimbangkan aktiva yang diperoleh dan kewajiban yang akan ditanggung
dalam transaksi itu. Aturan akuntansi untuk transfer piutang akan di jelaskan pada
gambar dibawah ini. Jika masih ada keterlibatan dalam transaksi penjualan, maka
aktiva yang diperoleh dan kewajiban yang ditanggung harus dicatat pada nilai
wajarnya.
Transfer Piutang

Apakah memenuhi tiga kondisi?


Aktiva yang ditransfer telah dipisahkan dari pelaku transfer.
Penerima transfer telah memiliki hak untuk menggadaikan atau menjual
aktiva.
Pelaku transfer tidak lagi memiliki kendali melalui kesepakatan
pembelian kembali.

Apakah masih ada keterlibatan? Catat sebagai peminjaman


yang dijamin:
Mencatat kewajiban
Mencatat beban bunga
Catat sebagai penjualan: Catat sebagai
Gunakan pendekatan penjualan:
komponen keuangan: Mengurangi piutang
Mengurangi piutang Mencatat keuntungan
Mengakui aktiva yang atau kerugian
diperoleh dan
kewajiban yang
ditanggung

Mencatat keuntungan
atau kerugian

F. Penyajian Dan Analisis


Penyajian Piutang
Aturan umum dalam mengklasifikasikan piutang adalah:
1. Memisahkan berbagai jenis piutang yang dimiliki perusahaan, jika material;
2. Menjamin bahwa akun penilaian secara tepat mengoffset akun piutang yang
terkait;
3. Menentukan bahwa piutang yang diklasifikasikan dalam kelompok aktiva lancar
akan dikonversikan menjadi kas dalam satu tahun atau satu siklus operasi,
tergantung mana yang lebih panjang;
4. Mengungkapkan setiap kontingensi kerugian yang ada pada piutang;
5. Mengungkapkan setiap piutang yang digadaikan sebagai jaminan;
6. Mengungkapkan semua konsentrasi yang signifikan dari resiko kredit yang
berasal dari piutang.
Analisis Piutang
Rasio Perputaran Piutang
Rasio keuangan sering kali digunakan untuk mengevaluasi likuiditas piutang
adalah rasio perputaran piutang (receivables turnover ratio). Rasio ini mengukur
berapa kali, secara rata-rata piutang berhasil ditagih selama satu periode. Rasio ini
dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan piutang rata-rata (bersih) yang
beredar selama tahun berjalan. Secara teoritis, penyebutnya hanya memasukkan
penjualan kredit bersih. Namun informasi ini seringkali tidak tersedia, dan jika jumlah
relative dari penjualan tunai dan penjualan kredit tetap konstan secara wajar, maka
kecenderungan yang ditunjukkan oleh rasio perputaran piutang tetap absah. Kecuali
kalau faktor-faktor musiman signifikan, jumlah piutang rata-rata yang beredar dapat
dihitung dari saldo awal dan akhir piutang dagang bersih.

Penjualan bersih = Perputaran Piutang Usaha

Piutang usaha rata-rata (bersih)

G. PENGENDALIAN KAS
Penggunaan Rekening Bank
Sebuah perusahaan dapat memiliki jumlah dan lokasi bank serta jenis rekening
bank yang bervariasi untuk meraih tujuan pengendalian yang diinginkan. Bagi
perusahaan besar yang beroperasi di banyak lokasi, lokasi rekening bank dapat
menjadi hal yang penting. Pembentukan rekening penagihan pada lokasi yang
strategis dapat mempercepat arus kas ke dalam perusahaan dengan memperpendek
waktu antara pengiriman pembayaran dari pelanggan dan penggunaan kas oleh
perusahaan. Berbagai pusat penagihan biasanya digunakan untuk mengurangi ukuran
pengambangan tagihan (collection float) perusahaan, yaitu perbedaan antara jumlah
deposito menurut catatan perusahaan dengan jumlah kas yang telah tertagih menurut
catatan bank.
Rekening lockbox (lockbox accounts) sering kali digunakan oleh perusahaan
besar dengan multilokasi untuk melakukan penagihan pada kota-kota di daerah
penagihan pelanggan yang paling berat. Perusahaan menyewa sebuah kotak pos dan
memberi kuasa kepada bank local untuk mengambil pengiriman cek pelanggan yang
diposkan ke nomor kotak tersebut. Bank akan mngosongkan kotak itu paling tidak
sekali sehari dan langsung mengkredit rekening perusahaan sebesar jumlah yang
ditagih. Keunggulan terbesar dari lockbox adalah bahwa hal itu mempercepat
ketersediaan kas yang ditagih. Secara umum, dalam suatu kesepakatan lockbox, bank
akan membuat microfilm cek-cek untuk tujuan pencatatan dan menyediakan slip
deposito kepada perusahaan, daftar penagihan, dan surat menyurat dari pelanggan.
Jika pengendalian atas kas membaik dan jika laba yang dihasilkan dari percepatan
penerimaan dana melampaui biaya dari sistem lockbox, maka sistem ini layak untuk
dipakai.
Rekening koran umum (general checking account) adalah rekening bank
yang utama dalam sebagian besar perusahaan dan biasanya merupakan satu-satunya
rekening bank yang dimiliki perusahaan kecil. Kas disetorkan ke dalam dan
dikeluarkan dari rekening ini karena semua transaksi diputar melalui rekening
tersebut. Deposito dari dan pengeluaran ke semua rekening bank lainnya dilakukan
melalui rekening koran umum.
Rekening bank imprest (imprest bank accounts) digunakan untuk membuat
sejumlah kas tertentu bagi tujuan yang terbatas. Rekening ini berfungsi sebagai
rekening kliring untuk sejumlah besar cek atau untuk jenis cek tertentu.
Jumlah khusus dan spesifik untuk dikliring melalui rekening imprest (imprest
account) didepositokan dengan mentransfer dari rekening koran umum atau sumber
lain. Rekening bank imprest seringkali digunakan untuk mengeluarkan cek gaji,
dividen, komisi, bonus, beban-beban rahasia (misalnya gaji pegawai), dan beban
perjalanan.

Sistem Kas Kecil Imprest


Hampir setiap perusahaan perlu membayar sejumlah kecil uang untuk banyak
hal seperti makan siang karyawan, ongkos taksi, perlengkapan kantor yang kecil dan
beban rupa-rupa lainnya. Pemakaian cek untuk pembayaran semacam itu tidaklah
praktis, namun pengendalian tertentu terhadap pembayaran ini juga penting. Metode
yang sederhana untuk mendapatkan pengendalian yang baik, tanpa melanggar aturan
pengeluaran dengan cek, adalah sistem imprest untuk kas kecil (imprest system for
petty cash). Sistem itu bekerja sebagai berikut:
1. Seseorang ditugasi untuk mengawasi kas kecil dan diberikan sejumlah kecil uang
untuk melakukan pembayaran bernilai kecil. Transfer dana ke kas kecil dicatat
sebagai berikut:
Kas kecil 300
Kas 300
2. Ketika pengeluaran dilakukan pengawas kas kecil mendapatkan tanda terima yang
telah ditandatangani dari setiap individu yang menerima pembayaran kas itu. Jika
mungkin, bukti pengeluaran kas harus dilampirkan pada tanda terima kas kecil.
Transaksi kas kecil tidak dicatat sampai dana itu diisi kembali, dan kemudian ayat
jurnal yang terkait dicatat oleh orang lain, bukan oleh pengawas kas kecil.
3. Ketika kas kecil telah menipis, pengawas dapat meminta tambahan kas dari kasir
umum untuk pengisian kembali yang didukung oleh tanda terima kas kecil dan
bukti pengeluaran lain. Pengawas kas kecil menerima cek perusahaan untuk
mengisi kembali dana itu. Pada titik ini, pencatatan transaksi dilakukan
berdasarkan penerimaan kas kecil:
Beban perlengkapan kantor 42
Beban perangko 53
Beban hiburan 76
Kelebihan dan kekurangan kas 2
Kas 173
4. Jika diputuskan bahwa jumlah kas yang terdapat dalam dana kas kecil berlebihan,
penyesuaian dibuat sebagai berikut (penurunan dana kas kecil dari $300 menjadi
$250):
Kas 50
Kas kecil 50
Ayat jurnal yang dibuat pada akun kas kecil hanya untuk menaikkan atau
menurunkan besarnya dana.
Akun kelebihan dan kekurangan kas (cash over and short) digunakan apabila
dana kas kecil tidak berjalan sebagaimana mestinya akibat terjadinya kesalahan
(kelalaian melakukan pengembalian yang benar, kelebihan pembayaran beban, tanda
terima yang hilang, dan sebagainya). Jika kas ternyata kurang (yaitu, jumlah
penerimaan dan kas dalam dana lebih rendah dari jumlah imprest), kekurangannya
didebet kea kun kelebihan atau kekurangan kas. Jika lebih, kelebihannya dikredit ke
akun kelebihan dan kekurangan kas. Akun ini dibiarkan terbuka sampai akhir tahun,
yaitu pada saat akun ini ditutup dan umumnya ditampilkan dalam laporan laba rugi
sebagai “Beban atau Pendapatan Lain-lain”.
Biasanya terdapat pos pos beban dalam dana itu kecuali pada saat kas kecil
baru saja diisi-ulang; karena itu, jika laporan keuangan yang akurat diinginkan, maka
dana kas kecil harus diisi ulang pada setiap akhir periode akuntansi dan juga ketika
hamper habis.
Menurut sistem imprest, pengawas kas kecil bertanggung jawab setiap saat
terhadap jumlah dana yang berada di tangan baik sebagai kas maupun dalam bentuk
tanda terima yang telah ditandatangani. Tanda terima ini memberikan bukti yang
diperlukan oleh staf pengeluaran untuk menerbitkan cek pengisian ulang. Dua
prosedur tambahan harus diterapkan untuk menciptakan pengendalian yang lebih
menyuluh atas dana kas kecil :
1. Perhitungan mendadak atas dana dilakukan dari waktu ke waktu oleh atasan
pengawas kas kecil untuk memastikan bahwa dana tersebut diperhitungkan secara
memuaskan.
2. Tanda terima kas kecil dibatalkan atau dihancurkan setelah diserahkan untuk
pengisian ulang,sehingga tanda terima tidak dapat digunakan untuk meminta
pengisian ulang yang kedua.

Perlindungan Fisik Atas Saldo Kas


Penerimaan dan pengeluaran kas tidak hanya harus dilindungi dengan sarana
pengendalian internal, tetapi kas di tangan dan kas di bank juga harus dilindungi.
Karena penerimaan akan menjadi kas di tangan dan pengeluaran akan dilakukan dari
kas yang ada di bank, maka pengendalian yang memadai atas penerimaan dan
pengeluaran merupakan bagian dari perlindungan atas saldo kas. Namun beberapa
prosedur lainnya juga perlu dipertimbangkan.
Perlindungan fisik atas kas begitu penting sehingga tidak memerlukan banyak
pembahasan. Setiap upaya harus ditujukan untuk meminimisasi kas di tangan yang
berada di kantor. Kas di tangan hanya boleh terdiri dari dana kas kecil, penerimaan
harian, dan barangkali dana untuk pertukaran hari ini. Sebisa mungkin dana dana ini
harus disimpan dalam lemari besi, kotak penyimpanan atau laci kas yang terkunci.
Penerimaan harian harus dikirimkan ke bank secepat mungkin. Penyajian jumlah kas
yang tersedia secara akuratbaik dalam laporan menejemen internal maupun dalam
laporan keuangan eksternal juga sangat penting.
Setiap perusahaan memiliki catatan atas kas yang diterima, dikeluarkan dan
saldonya. Namun karena banyaknya transaksi kas, maka kesalahan atau kelalaian
dapat saja terjadi dalam melakukan pencatatan. Karena itu, secara periodic perusahaan
perlu membuktikan saldo yang disajikan dalam buku besar. Kas yang sebenarnya ada
di kantor kas-kecil, dana pertukaran, dan penerimaan yang belum didepositokan dapat
dihitung dan dibandingkan dengan catatan perusahaan. Kas yang berada dalam
deposito tidak tersedia untuk dihitung dan dibuktikan dengan membuat rekonsiliasi
bank rekonsiliasi atas catatan perusahaan dengan catatan bank tentang kas
perusahaan.

Rekonsiliasi Saldo Bank


Pada akhir setiap bulan kalender, bank akan mengirimkan salinan rekening
bank atau rekening koran (bank statement) kepada setiap nasabahnya bersama dengan
cek nasabah yang telah dibayarkan oleh bank selama bulan berjalan. Jika tidak ada
kesalahan yang dibuat oleh bank atau nasabah, jika semua deposito yang dilakukan
dan semua cek yang ditarik oleh nasabah sampai pada bank dalam bulan yang sama,
dan jika tidak terjadi transaksi tidak biasa yang memperngaruhi baik catatan kas
perusahaan ataupun bank, maka saldo kas yang dilaporkan oleh bank dalam laporan
bank akan sama dengan saldo yang terdapat dalam catatan nasabah kondisi ini jarang
terjadi karena satu atau bebrapa alasan berikut. Karena itu, selisih antara catatan kas
depositor dengan catatan bank merupakan hal yang biasa dan sudah diperkirakan.
Dengan demikian, keduanya harus direkonsiliasi untuk menentukan sumber
perbedaan di antara kedua jumlah itu.
Pos-pos rekonsiliasi, di antaranya:
1. DEPOSITO DALAM PERJALANAN. Deposito kas akhir bulan yang telah
dicatat dalam pembukuan depositor untuk satu bulan baru diterima dan dicatat
oleh bank pada bulan berikutnya.
2. CEK-CEK YANG BEREDAR. Cek-cek yang ditulis oleh depositor dicatat ketika
ditulis tetapi semungkin belum dicatat atau di kliring oleh bank sampai bulan
berikutnya.
3. BEBAN BANK. Beban yang dicatat oleh bank terhadap saldo depositor untuk
pos-pos seperti jasa bank, pemrosesan cek, cek kosong (note sufficient funds
[NSF] checks) dan sewa safe deposit box. Depositor mungkin belum mngetahui
beban-beban ini sampai menerima laporan bank atau rekening koran.
4. KREDIT BANK. Penagihan atau deposito oleh bank atas nama depositor yang
mungkin belum diketahui oleh depositor sampai diterimanya laporan bank.
Contohnya adalah penagihan wesel untuk depositor dan bunga yang dihasilkan
pada rekening koran berbunga.
5. KESALAHAN BANK ATAU DEPOSITOR. Kesalahan bank yang dilakukan
oleh bank maupun oleh depositor yang dapat mnyebabkan saldo bank berbeda
dengan saldo pembukuan depositor.
Rekonsiliasi bank (Bank reconciliation) adalah skedul yang menjelaskan
setiap perbedaan antara catatan kas bank dengan catatan kas perusahaan. Jika
perbedaan ini hanya berasal dari transaksi yang belum dicatat oleh bank, maka catatan
kas perusahaan dipandang yang benar. Namun, jika bebrapa bagian dari beberapa
perbedaan itu berasal dari pos pos lain, maka catatan bank atau catatan perusahaan
harus disesuaikan.
Rekonsiliasi bank bisa dibuat dalam dua bentuk. Bentuk yang pertama
merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku atau sebaliknya. Bentuk lainnya
merekonsiliasi baik saldo bank maupun saldo buku dengan saldo kas yang benar.
Bentuk yang terakhir ini lebih lazim digunakan.
Bentuk rekonsiliasi ini terdiri dari dua bagian: (1) Saldo per laporan bank dan
(2) Saldo per buku depositor. Kedua bagian ini berakhir dengan saldo kas yang tepat
yang sama. Saldo kas yang tepat adalah jumlah dimana pembukuan harus disesuaikan
dan jumlah yang dilaporkan dalam neraca. Ayat jurnal penyesuaian harus dibuat
untuk seluruh pos-pos penambahan dan pengurangan yang muncul dalam saldo per
buku depositor. Setiap kesalahan yang berasal dari bank harus segera diberi tahu
kepada bank.

Saldo per laporan bank (akhir periode) $$$


Ditambah: Deposito dalam perjalanan $$
Penerimaan yang belum didepositokan (kas di tangan) $$
Kesalahan bank yang membuat saldo laporan bank terlalu rendah $$ $$
$$$
Dikurangi: Cek-cek yang beredar $$
Kesalahan bank yang membuat saldo laporan bank terlalu tinggi $$ $$

Saldo kas yang tepat $$$

Saldo per buku depositor $$$


Ditambah: Kredit bank dan penagihan yang belum dicatat dalam buku $$
Kesalahan pembukuan yang membuat saldo buku terlalu rendah $$ $$
$$$
Dikurangi: Biaya bank yang belum dicatat dalam pembukuan $$
Kesalahan pencatatan yang membuat saldo buku terlalu tinggi $$ $$

Saldo kas yang tepat $$$


BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Kas yaitu aktiva yang paling likuid, merupakan media pertukaran standar dan dasar
pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya. Pada umumnya kas
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kas terdiri dari uang logam, uang kertas, dan dana
yang tersedia pada deposito di bank. Instrument yang dapat dinegosiasikan seperti pos
wesel (money order), cek yang disahkan (certified check), cek kasir (cashier check), cek
pribadi, dan wesel bank (bank draft) juga dipandang sebagai kas.
Piutang (receivables) adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-
pihak lainnya. Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai lancar
(jangka pendek) atau tidak lancar (jangka panjang). Piutang selanjutnya diklasifikasikan
dalam neraca baik sebagai piutang dagang atau piutang non dagang.

II. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentulah masih ditemukan banyak kesalahan
baik dari isi maupun cara penulisannya. Untuk itu, kami sebagai pemakalah mohon maaf
apabila pembaca tidak merasa puas dengan makalah yang kami sajikan. Kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan agar dapat menambah wawasan dalam
memperbaiki penulisan makalah kami.
REFERENSI

 Winarno,

 www.google.com

Anda mungkin juga menyukai