Anda di halaman 1dari 20

PENYALAHGUNAAN KAS

Disusun oleh :

AKUNTANSI/AUDIT FORENSIK
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2017 – 2018

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya
yang tidak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Penyalahgunaan
kas.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperoleh banyak informasi


mengenai Penyalahgunaan kas yang bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembacanya maupun pihak yang terkait di dalamnya serta dapat
memberikan motivasi atau dorongan agar memiliki rasa ingin tahu di dalam dunia
keuangan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
tulisan maupun materi. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa
penulis terima dengan tangan terbuka. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi
kepada saudara-saudara, bermanfaat untuk pembacanya dan dapat memberikan
semangat untuk membawa sesuatu ke arah yang positif.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah
SWT meridhoi segala usaha dan langkah kita semua. Amin.

Surabaya, 14 April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENYALAHGUNAAN KAS

2.2 PENYALAHGUNAAN LAPORAN KEUANGAN

2.3 PENYALAHGUNAAN NON KAS

2.4 KASUS PENYALAHGUNAAN KAS

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kas merupakan alat pembayaran yang dimiliki perusahaan dan siap digunakan
di dalam transaksi, setiap saat diinginkan. Namun kas juga merupakan aktiva yang
paling sensitive terhadap tindak kecurangan oleh karyawan, sebab kecil volume
fisiknya, tidak mencantumkan identitas pemiliknya, dan mudah ditransfer menjadi
aktiva lain. Kerugian yang mungkin timbul dari dari perbuatan tidak etis itu dapat
dihindari atau diminimumkan dengan pengendalian intern yang memadai terhadap
perubahan kas sejak diterima pertama kali hingga dikeluarkan dari perusahaan
(Karrenbrock dan Simons, 1958). Apabila pengendalian intern tidak memadai maka
akan sangat potensial terjadinya penggelapan kas.
Penyimpanan kas perusahaan dalam bentuk rekening giro bank merupakan salah
satu cara dalam pengendalian intern terhadap kas karena pihak bank memiliki
prosedur-prosedur tersendiri yang dapat memberikan keamanan terhadap kas.
Secara periodik (biasanya bulanan) bank memberikan laporan bank yang berisi
informasi mengenai saldo awal dan saldo akhir bulan, serta daftar transaksi yang
terjadi selama bulan yang bersangkutan. Antara pembukuan perusahaan dengan
laporan bank seringkali menunjukkan jumlah saldo yang berbeda. Oleh karena
setiap akhir bulan perusahaan perlu mencocokkan saldo menurut catatan perusahaan
dengan saldo menurut catatan bank yang tersaji di laporan bank. Prosedur
mencocokkan saldo kas menurut catatan perusahaan dan catatan bank dan catatan
perusahaan yang disebut rekonsiliasi bank.
Untuk mengendalikan kas perusahaan yang ada di bank yang mungkin
mengalami ketidakcocokan antara kas yang dicatat di perusahaan dank as yang
dicatat di bank maka harus dapat memahami apa itu rekonsiliasi bank. Maka dari
itu makalah ini di susun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah membuat makalah tentang pengendalian intern-rekonsiliasi
bank juga disusun untuk untuk menggambarkan prosedur rekonsiliasi bank sebagai
salah satu bentuk pengendalian intern kas agar tidak terjadi tindak kecurangan oleh

1
anggota (karyawan) perusahaan sehingga kekayaan kas perusahaan tetap aman dan
stabil.
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyalahgunaan Kas

Menurut sifatnya , kas mudah dibawa dan dipindah tangankan serta tidak disertai
identitas pemiliknya . Oleh karena itu , kas sering menjadi sasaran kecurangan-
kecurangan sehingga perlu diadakan pengawasan terhadap kas.

1. Penyalahgunaan Kas
Penyalahgunaan kas yang terjadi antara lain sebagai berikut :
a) Hasil penagihan kas tidak dicatat , tetapi digunakan untuk kepentingan
pribadi.
b) Akun piutang usaha dikredit sebesar penerimaannya , tetapi diimbangi
dengan pendebitan akun kas , melainkan didebit ke akun potongan
penjualan.
c) Penggunaan uang atau cek untuk kepentingan pribadi, tetapi dicatat
sebagai beban perusahaan .
d) Saldo kas tidak dilaporkan dalam keadaan yang sesungguhnya atau kas
masuk dan kas keluar dimanipulasi
e) Cek kitting , dilakukan dengan cara memanipulasi transfer dana
antarbank dengan tujuan agar saldo kas kelihatan lebih besar dari yang
sebenarnya .
f) Happing , berupa penundaan pencatatan penerimaan kas sejak timbulnya
piutang usaha sampai saat penerimaan kas dari piutang usaha berikutnya
.
2. Pengawasan Penggunaan Kas Agar kas tidak disalahgunakan atau tidak dijadikan
objek kecurangan perlu diadakan pengawasan penggunaan kas yang antara lain
dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Penerimaan Kas

3
Uang diterima perusahaan dari berbagai sumber seperti penjualan tunai ,
pelunasan piutang usaha , dan penerimaan pinjaman. Prosedur
pengawasan penerimaan kas dapat dilakukan dengan cara berikut ini :
 Adakan pembagian tugas antara fungsi penerimaan , pencatatan ,
dan penyimpanan kas.
 Setiap penerimaan kas dibuatkan bukti penerimaan kas dan
segera dicatat , kemudian disetorkan ke bank
 Bedakan antara fungsi pengelolaan kas dengan fungsi pencatatan
kas.
 Buat laporan kas setiap hari.
 Secara internal , tanpa pemberitahuan lebih dahulu adakah
pemeriksaan kas.
b) Pengeluaran Kas
Pengeluaran uang atau kas untuk membayar berbagai macam transaksi
harus dibuatkan prosedur pengwasannya dengan cara sebagai berikut :
 Semua pengeluaran uang yang relatif cukup besar dilakukan
dengan cek.
 Gunakan sistem voucher untuk menjamin bahwa pengeluaran kas
ditujukan untuk pengeluaran perusahaan
 Pisahkan antara pihak yang menulis , pihak yang menandatangani
, dan pihak yang mencatat pengeluaran cek.
 Buat laporan kas setiap hari.
 Adakan kas kecil untuk pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil
dan sifatnya rutin.
 Adakan pemeriksaan mendadak dalam jangka waktu yang tidak
ditentukan.
 Khusus uang yang disetor ke bank atau yang diambil dari bank
disusun rekonsiliasi bank secara periodik .
c) Pemeriksaan Kas
Pemeriksaan kas dapat dilakukan secara mendadak tanpa
memberitahukan terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut :

4
 Saldo kas perusahaan dicocokan dengan keadaan fisik uang dan
benda-benda kas lain yang ada pada kas perusahaan.
 Adakan pengujian terhadap catatan-catatan dan kegiatan-kegiatan
perusahaan , seperti kegiatan penyimpanan uang ke bank atau
pengeluaran dengan menggunakan cek.
d) Perhitungan Kas
Perhitungan kas dapat dilakukan oleh petugas yang tidak terkait dengan
pengelolaan kas dan diamati oleh saksi-saksi yang telah ditunjuk. Hasil
perhitungan harus dilaporkan secra rinci mengenai jenis dan banyaknya
nilai per satuan . Jumlah uang harus sama dengan catatan pada laporan
kas . Kemudian , hasil perhitungan dicatat dalam berita acara .
Perhitungan kas secara gari besar sebagai berikut :

PERHITUNGAN KAS

Saldo kas pada awal periode Rp xx


Ditambah:
Jumlah penerimaan kas selama periode yang bersangkutan Rp xx +
Rp xx

Dikurangi:
Jumlah pengeluaran kas selama periode yang bersangkutan Rp xx -
Saldo kas pada akhir periode Rp xx

e) Selisih Kas
Bila antara saldo kas menurut catatan dan saldo kas menurut perhitungan
fisik ternyata tidak sama , maka terdapat selisih kas . Selisih kas dapat
terjadi karena hal-hal berikut :
 Kekeliruan sewaktu menukar uang .
 Kekeliruan sewaktu memberikan pengembalian uang .
 Mengembalikan uang lebih atau kurang karena tidak ada uang
kecil (recehan)
 Jumlah yang diterima atau yang dikeluarkan lebih besar atau lebih
kecil dari yang seharusnya.

5
2.2 Penyalahgunaan Laporan Kuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu siklus akuntansi dimana
laporan ini sering digunakan oleh berbagai pihak guna mengetahui informasi laporan
keuangan yang relevan. Informasi yang disajikan merupakan kondisi yang sebenarnya
terjadi namun pada kenyataannya banyak penyalahgunaan terhadap laporan tersebut
seperti kecurangan yang akan menyesatkan bagi para penggunan terutama dalam
pengambilan keputusan.

Skandal akuntansi semakin menyebar luas dalam dunia bisnis termasuk


indonesia, skandal kecurangan ini dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa bank
diajukannya manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan perbankan,
manipulasi pajak, korpusi dan lain sebagainya.

Dibawah ini akan di uraikan menegnai Jenis-jenis penyalahgunaan dalam pencatatan


laporan keuangan :

1. Fraud Accounting

Penipuan yang disengaja bisa disebut fraud ketika seorang pegawai dengan sengaja
me-mark-up pengadaan barang dan jasa dalam instansi pemerintah untuk kepentingan
pribadinya. Kebohongan bisa disebut fraud ketika pegawai sengaja tidak melaporkan
transaksi akuntansi yang terjadi demi mengeruk keuntungan. Kecurangan disebut fraud
ketika pegawai sengaja memanipulasi laporan keuangan entitas agar laporan keuangan
terlihat “indah”. Kecurangan ini biasa disebut fraudulent financial reporting atau
kecurangan dalam pelaporan keuangan. Pencurian disebut fraud ketika seorang pegawai
dengan sengaja mencuri kas atau persediaan perusahaan dengan berbagai cara kemudian
memanipulasi dokumen-dokumen untuk menghilangkan bukti kejahatannya. Bentuk
kecurangan ini lebih dikenal dengan missappropriation of assets atau penyalahgunaan
aktiva. Kasus-kasus fraudulent financial reporting dan missappropriation of assets ini
merupakan kasus fraud yang umum terjadi baik di entitas swasta maupun pemerintah.
Dalam kaitannya dengan pelaporan keuangan, auditor berkepentingan untuk menguji
apakah suatu tindakan yang mengancung fraud mengakibatkan salah saji (misstatement)
dalam pelaporan keuangan.

Contoh fraud atas kas yang paling umum di dunia bisnis adalah lapping dan kitting.
Secara sederhana lapping didefinisikan sebagai suatu cara penggelapan uang kas dengan
cara mengundur-undur pencatatan penerimaan kas, pada dasarnya adalah tindak

6
penipuan yang dilakukan seseorang dengan tujuan menyamarkan penyalahgunaan dana,
pada umumnya dana yang dibayarkan klien / nasabah perusahaan terkait. Penyamaran
dilakukan dengan menutup kekurangan dana pada account nasabah pertama dengan
menggunakan dana dari nasabah lain yang melakukan pembayaran tepat setelah nasabah
pertama. Akibatnya pada laporan akunting terlihat adanya kekurangan pada account
nasabah kedua (padahal semestinya sudah dilakukan pembayaran penuh).Hal ini dapat
dilakukan untuk waktu yang tidak terlalu lama, dan mungkin juga dapat dilakukan
untuk waktu yang sangat lama.

2. Kiting

Kitting merupakan suatu jenis penyelewengan dengan cara tidak mencatat


pembayaran tetapi mencatat penyetorannya dalam hal melakukan transfer bank, contoh
bila pada rekening bank dari satu bagian/divisi dari suatu kelompok perusahaan yang
sama, terjadi penarikan cek pada tanggal jatuh tempo milik bagian lain dari perusahaan
tersebut tetapi dicatat dalam buku besar bagian pertama sebagai pengeluaran yang
terjadi setelah tanggal jatuh tempo. Misalnya korporasi A punya 2 anak perusahaan B &
C. Penarikan cek dilakukan atas rekening C, tetapi tercatat sebagai pengeluaran di buku
besar rekening B. Jadi dalam korporasi A tersebut perputaran dana seolah-olah
seimbang karena kedua anak perusahaan saling menutupi.

3. Window Dressing

Disamping itu kitting juga dapat dilakukan dengan cara “window dressing”.
Yang dimaksud dengan Window dressing adalah manuver yang seringkali dilakukan
oleh perusahaan, bank, reksadana dll, pada akhir periode akuntansi untuk membuat para
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain terkesan dengan penyajian laporan
keuangan terutama keadaan posisi kas di bank dibuat lebih baik dari pada kondisi
sebenarnya. Justice collaborator merupakan salah satu pelaku tindak pidana tertentu,
mengakui yang dilakukannya, bukan pelaku utama dalam kejahatan tersebut serta
memberikan keterangan sebagai saksi di dalam proses peradilan. Jadi keadaan kas yang
sebenarnya tidak baik (kekurangan kas) dibuat menjadi lebih baik dengan menaikkan
posisi atau nilai kas tersebut dari keadaan yang sebenarnya. Dengan demikian, akibat

7
dari usaha penyelewengan tersebut maka penyediaan dan penggunaan kas pada
perusahaan menjadi tidak efektif dan efisien.

Contoh : Manajer keuangan dengan cara meningkatkan atau menurunkan laba bersih
yang tercatat dalam suatu tahun, dalam kata lain ini bisa dikatakan mengatur profit
secara mulus atau mengatur pendapatan.

4. Embezzlement

Embezzlement merupakan tindakan kecurangan dalam bentuk penggelapan hak


milik organisasi untuk kepentingan pribadi (seperti penggunaan kas kecil (petty cash),
pembuatan faktur tagihan fiktif, penggelebungan biaya perjalanan dinas dll).

5. Larceny

Merupakan kecurangan yang dilakukan oleh oknum yang sebenarnya tidak memiliki
otoritas atas fungsi yang dicuranginya. Contoh : pembuatan cek kosong, pengeluaran
uang kas tanpa ijin pemilik otoritas.

6. Lapping

Lapping merupakan tindak kecurangan dalam bentuk penyalahgunaan hasil


pembayaran tagihan dari pelanggan untuk kepentingan pribadi, seperti pemakaian uang
sewa suatu aset ke rekening pribadi sementara biaya operasional aset tersebut
diambilkan dari anggaran rutin organisasi.

7. Pilferage

Pilferage adalah tindak kecurangan dalam bentuk pencurian atau pemakaian sarana
kantor dalam jumlah kecil untuk kepentingan pribadi (petty corruption). Tindakan
pilferage sangat sering dilakukan setiap saat dan berulang kali oleh hampir semua
karyawan. Tindakan pilferage dilakukan dalam bentuk, seperti: pencurian atau
pemakaian tidak bertanggung jawab alat tulis kantor (klip, kertas, pensil, dan lain-lain)
dalam jumlah kecil-kecil dan berulang. Tindakan pilferage seakan sudah menjadi umum
dan tidak dianggap sebagai sebuah kesalahan. Pada umumnya para pelaku selalu
memiliki rasionalisasi.

8
8. Creative Accounting

Creative Accounting adalah semua proses dimana beberapa pihak menggunakan


kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik,
dll) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan. Pihak-pihak yang
terlibat di dalam proses creative accounting, seperti manajer, akuntan, pemerintah,
asosiasi industri, dll.

Creative accounting melibatkan begitu banyak manipulasi, penipuan, penyajian laporan


keuangan yang tidak benar, seperti permainan pembukuan (memilih penggunaan
metode alokasi, mempercepat atau menunda pengakuan atas suatu transasksi dalam
suatu periode ke periode yang lain). Contoh kasus : Perusahaan PT. ABC lebih
menggunakan metode FIFO dalam metode arus persediaannya. Karena dari sisi FIFO
akan menghasilkan profit lebih besar dibandingkan LIFO, atau Average. Hal ini
dilakukan karenaAsumsi Inflasi Besar. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan
yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi
khusus tidak memungkinkan atau tidak praktis.

9. Whistle Blowing

Jenis ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk
membocorkan kecurangan yang telah dilakukan kepada pihak lain. Dalam kata lain
adalah membuka rahasia perusahaan.

Penyebab terjadinya kecurangan J.S.R. Veneble dan KW impley dalam buku


“internal audit” (1988, hal 424) mengemukakan bahwa :

Penyebab utama :

1. Penyembunyian : kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai


kemungkinan dari terdeteksi dan hukuman sebagai akibatnya.
2. Kesempatan/peluang : pelaku perlu berada pada tempat yang tepat, waktu yang
tepat agar mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam system.
3. Motivasi : pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas demikian
suatu kebutuhan pribadi kerusakam, kerakusan dan motivator lainnya.

9
4. Daya tarik : sasaran dari kecurangan yang perlu dipertimbangkan perlu menarik
bagi pelaku.

Penyebab skunder :

1. Perk” : kurang pengendalian, mengambil keuntungan aktiva organisasi


dipertimbangkan sebagai untuk tunjangan karyawan.
2. Hubungan antara pemberi kerja/pekerja yang jelek : yaitu saling kepercayaan
dan penghargaan telah gagal.
3. Pembalasan dendam : ketidaksukaan yang hebat terhadap organisasi dapat
menyebabkan pelaku berusaha merugikan organisasi tersebut.
4. Tantangan : karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja, mereka dapat
mancari stimulasi dengan berusaha untuk memukul system.

Berikut ini contoh dari yang mengungkapkan ketidakberesan :

 Modal kerja yang tidak cukup.

 Perputaran yang cepat dalam posisi keuangan.

 Penggunaan procuremen pemasokan sendiri.

 Biaya perjalan yang berlebihan.

 Pemindahan dana antara perusahaan afiliasi dengan divisi.

 Perubahan auditor luar.

 Biaya konsulatan atau honor legal yang berlebihan.

 Benturan kepentingan.

 Kekurangan yang tidak dapat dijelaskan dalam aktiva fisik.

 Penurunan dalam kinerja.

 Pengendalian manajemen oleh sedikit individual.

 Kesulitan penagihan.

 Banyak akun Bank.

10
 Laporan yang terlambat.

 Kondisi-kondisi mengenai kejadian-kejadian yang dapat menandai adanya


kecurangan menurut American Institute Certified Public Accountans pada tahun
1979 :

 Kemerosotan dari mutu pendapatan yang dibuktikan oleh penurunan volume atau
mutu penjualan.

 Kondisi usaha yang menciptakan tekanan yang tidak biasa seperti modal kerja yang
tidak memadai dan ekspansi yang cepat dari suatu produk.

 Struktur korporat yang rumit.

 Lokasi usaha yang menyebar secara luas oleh menejemen yang didesentralisasi
secara ketat dengan system pelaporang tanggung jawab yang tidak memadai.

 Tingakt perputaran yang tinggi dalam posisi keuangan yang penting.

 Sering terjadi perubahan auditor.

 Kelemahan material yang diketahui pengendalian intern yang dapat secara praktis
dikoreksi tapi tidak diperbaiki seperti akses terhadap peralatan komputer yang tidak
cukup dikendalikan.

 Pengumuman yang terlalu cepat atau pengharapan masa depan yang positif.

 Transaksi yang besar yang tidak biasa, khususnya pada akhir tahun dengan pengaruh
oleh material atau pendapatan.

 Namun berguna untuk menyebutkan satu demi satu tipe kecurangan umum :

 Tidak mencatat pendapatan : apabila seorang karyawan mempunyai pengendalian


atas penjualan dan penagihan kas secara relatif adalah lebih mudah mengantongi kas
tanpa mencatat penjualan.

 Pengalihan sekuritas : hal ini terjadi dalam suatu situasi yaitu terdapat akses yang
tidak diotorisasi.

11
 Pemalsuan dokumen pengeluaran : pengeluaran kas dapat didukung oleh dokumen
yang palsu.

 Pembayaran untuk biaya pribadi : biaya lain uang sifatnya pribadi dapat
disampaikan, yang tidak diotorisasi oleh perusahaan.

 Penyalahgunaan dana kas kecil : dana kas kecil dapat digunakan untuk pribadi yang
tidak diotorisasi.

 Potongan yang berlebihan kepada pelanggan.

 Sogokan atau korupsi lain : pembayaran untuk mendapatkan usaha dapat dilakukan
pejabat luar negri.

12
2.3 Penyalahgunaan Non Kas

13
2.5 Kasus Penyalahgunaan Kas

Contoh kasus :
Xerox Corporation, perusahaan berskala besar yang pernah menjadi raja fotokopi
dunia telah membuat kesalahan fatal dengan fraud revenue yang mencapai US$ 2
miliar, dan hampir bersamaan dengan waktu terjadinya skandal akuntansi keuangan
terbesar di dunia yang melibatkan perusahaan – perusahaan besar di Amerika seperti
Enron dan WorldCom. Xerox Corporation melakukan berbagai kesalahan pencatatan
accounting dalam keuangan mereka, dan untuk pertama kalinya ketika masalah ini
muncul ke permukaan, Xerox Corp telah didenda karena telah secara disengaja
melakukan pencatatan keuangan bisnis perusahaan dan pembuatan laporan keuangan
perusahaan secara tidak benar, tidak sesuai dengan standar Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP), dan kemudian setelah kejadian tersebut, ditemukan
juga selisih keuntungan “siluman” yang mencapai US$ 2 miliar selama beroperasi tahun
1997 hingga 2001 oleh Securities And Exchange Commision. Fraud Xerox Corp sebuah
skandal yang multidimensional, karena fraud accounting besar – besaran dan tidak
dapat langsung terungkap seluruhnya, melainkan secara bertahap satu demi satu.
Tidak lama setelah ditemukannya pelanggaran pertama terhadap GAAP, terungkap
pelanggaran lain terhadap GAAP yang menaikkan pengakuan pendapatan perusahaan
secara berlipat melebihi US$ 3 miliar daripada nilai yang sebenarnya, dan pada
akhirnya menaikkan pendapatan sebelum kena pajak senilai lebih dari US$ 1,5 miliar.
Hal ini dikarenakan perusahaan Xerox Corp bertujuan memenuhi standar pasar saham
Wall Street sehingga menyamarkan kinerja operasi perusahaan yang sebenarnya dari
para investor. Xerox Corp berjanji untuk melakukan penyusunan ulang laporan
keuangan perusahaan, merestrukturisasi bagian kontrol keuangan perusahaan, serta
mengurus permasalahan dan administrasi hukum yang berhubungan dengan hal ini, dan
juga membayar denda penalti sebesar US$ 10 juta. Walaupun begitu, Xerox Corp tidak
pernah mengakui ataupun menyangkal bahwa mereka telah melakukan kesalahan dan
fraud dalam menyusun laporan keuangan perusahaan dan informasi keuangan
perusahaan untuk para investor ataupun pihak lainnya.
Setelah beberapa lama, Xerox Corp akhirnya mengakui telah mencatat profit dan
penjualan melebihi nilai sebenarnya, sehingga semakin memperburuk keadaan terhadap
perusahaan – perusahaan di Amerika dan prosedur audit yang bersangkutan, karena

14
setelah terjadinya skandal bangkrutnya Enron, yang merupakan skandal terbesar
dalam fraud auditing yang terjadi sepanjang sejarah, tidak lama kemudian terungkap
banyak perusahaan – perusahaan besar lainnya yang melakukan pelanggaran terhadap
standar prosedur keuangan dan GAAP secara berturut – turut. Xerox Corp kemudian
merevisi profitnya selama periode tahun 1997 hingga 2001. Dalam laporan sebanyak
hampir 1000 halaman kepada Security And Exchange Commision, Xerox. Corp
mencatat kelebihan penjualan peralatan senilai US$ 6,4 miliar.
Namun, setelah terungkapnya skandal tersebut, laporan dari Wall Street atas kebocoran
pencatatan keuangan Xerox Corp menyebutkan bahwa saham perusahaan di pasaran
tidak anjlok secara drastis. Pada hari yang sama, setelah sempat terguncang mencapai
25% harga saham, saham Xerox Corp ditutup pada $ 6,97 dari pembukaan sebesar $
8.00, atau turun $ 1,03. Xerox Corp kemudian membentuk tim manajemen baru untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada, termasuk penyusunan ulang keuangan
perusahaan serta laporannya.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/300425845/Makalah-Akuntansi-Kas

https://plus.google.com/112865066553683342661/posts/h4yk9zhHPQ3

17

Anda mungkin juga menyukai