Anda di halaman 1dari 96

No Kode: DAR2/Profesional/857/005/2022

PENDALAMAN MATERI AKUNTANSI

MODUL 1
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
KB 4 Unsur dan Elemen Laporan Keuangan Perusahaan Dagang

Nama Penulis:
Patriani Wahyu Dewanti, S.E., M.Acc.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi


2022
A. Pendahuluan
Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya adalah
membeli, menyimpan, dan menjual kembali barang dagang tanpa memberikan
nilai tambah terhadap barang dagang tersebut. Nilai tambah disini maksudnya
adalah adanya kegiatan mengolah atau mengubah bentuk maupun sifat dari barang
sedemikian rupa. Dalam perusahaan dagang tidak terdapat kegiatan pemberian
nilai tambah tersebut. Perusahaan dagang memperoleh pendapatan dari kegiatan
operasi yang dilakukan yakni transaksi jual beli barang dagang. Dalam kegiatan
belajar ini akan dibahas mengenai unsur dan elemen dalam laporan keuangan
beserta transaksi-transaksi yang terjadi. Unsur laporan keuangan terdiri dari
Laporan Posisi Keuangan (Neraca), Laporan Laba Rugi, dan Laporan perubahan
posisi keuangan sedangkan elemen laporan keuangan terdiri dari aset, liabilitas
dan ekuitas. Kegiatan belajar 4 ini membahas mengenai unsur dan elemen laporan
keuangan beserta dengan contoh transaksi yang berkaitan dengan perusahaan
dagang.
Modul ini memiliki relevansi untuk mendukung pelaksanaan program
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan. Setelah mengikuti pembelajaran
pada modul 1 dan kegiatan belajar 2 ini peserta mampu meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan khususnya kompetensi profesional Akuntansi dan Keuangan
pada materi unsur dan elemen laporan keuangan. Dengan modul kegiatan belajar
4 ini diharapkan peserta memiliki pemahaman, penguasaan konsep, dan penerapan
konsep mengenai unsur dan elemen laporan keuangan akuntansi dasar perusahaan
dagang. Modul 1 Kegiatan Belajar 2 ini dibagi menjadi tiga materi: (1) Unsur-
unsur Laporan Keuangan Perusahaan Dagang, (2) Elemen - elemen Laporan
Keuangan Perusahaan Dagang, (3) Transaksi yang berkaitan dengan Elemen-
elemen Laporan Keuangan Perusahaan Dagang
Agar mahasiswa berhasil menguasai materi-materi unsur dan elemen
Laporan Keuangan Perusahaan Dagang di atas, ikutilah petunjuk belajar berikut:
1. Baca capaian/sub-capaian dengan cermat sebelum membaca materi kegiatan
belajar.
2. Baca materi kegiatan belajar dengan cermat.
3. Kerjakan latihan sesuai petunjuk/rambu-rambu yang diberikan. Jika tersedia
kunci latihan, janganlah melihat kunci sebelum mengerjakan latihan.
4. Baca rangkuman, kemudian kerjakan tes formatif secara jujur tanpa terlebih
dahulu melihat kunci.
5. Jika petunjuk di atas Anda ikuti dengan disiplin, Anda akan berhasil.
6. Selamat belajar.

B. Inti
1. Capaian Pembelajaran (CP)
Mampu memahami, menguasai dan menerapkan konsep akuntansi dasar dan
akuntansi keuangan. Mampu menguasai praktikum akuntansi perusahaan.

2. Sub Capaian Pembelajaran


Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Menjelaskan Unsur – unsur Laporan Keuangan.
b. Mengidentifikasi Unsur – unsur Laporan Keuangan
c. Menghitung Unsur – unsur Laporan Keuangan
d. Menyusun Unsur – unsur Laporan Keuangan
e. Menjelaskan Elemen-elemen Laporan Keuangan.
f. Mengidentifikasi Elemen-elemen Laporan Keuangan
g. Menghitung Elemen-elemen Laporan Keuangan
h. Membuat Jurnal Elemen-elemen Laporan Keuangan

3. Pokok – Pokok Materi


a. Unsur – unsur Laporan Keuangan.
b. Elemen-elemen Laporan Keuangan.
c. Transaksi dan Pencatatan yang Berkaitan dengan Aset pada Perusahaan
Dagang.

4. Uraian Materi
a. Unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan suatu entitas bertujuan utama untuk memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan.
Ketiga jenis informasi utama tersebut dilaporkan masing-masing pada tiga
jenis laporan yaitu:
1) Laporan Posisi Keuangan
Pada umumnya laporan posisi keuangan disebut dengan Laporan
Posisi Keuangan (Neraca), yang melaporkan posisi keuangan
perusahaan dagang. Merupakan laporan yang berisi daftar kekayaan,
kewajiban perusahaan dan hak residual pemilik perusahaan. Laporan
ini menunjukkan komposisi jumlah aset, liabilitas dan ekuitas
perusahaan pada periode tertentu. Total aset harus sama dengan total
liabilitas dan ekuitas.
2) Laporan Laba Rugi
Melaporkan kinerja perusahaan dagang. Laporan yang memberikan
informasi mengenai kinerja operasional perusahaan yang
menimbulkan perubahan pada jumlah ekuitas yang bukan berasal dari
transaksi dengan atau kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik, misalnya setoran modal atau pembagian deviden. Laporan ini
juga memberikan informasi pendapatan dan beban perusahaan yang
menghasilkan laba atau rugi perusahaan.
3) Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan ini disusun agar pemangku kepentingan dapat mengetahui
perubahan yang terjadi atas komponen ekuitas di setiap periode.
4) Laporan Arus Kas
Laporan ini menginformasikan tentang penggunaan dan penerimaan
dana kas dan setara kas selama satu periode. Laporan arus kas sangat
penting, karena tanpa kas perusahaan tidak akan bertahan. Laba
merupakan refleksi pengukuran di masa depan, akan tetapi kas
merupakan lebih penting dibandingkan laba. Arus kas yang positif
dapat memberikan sinyal positif bagi investor dan kreditor. Kreditor
akan mengamati arus kas secara detail, karena mereka harus
memastikan bahwa pinjaman yang mereka berikan dapat dibayarkan
saat jatuh tempo. Nilai arus kas yang tinggi menunjukkan bahwa
aktivitas operasional perusahaan berjalan baik, sebaliknya rendahnya
nilai arus kas mengindikasikan bahwa kas yang diperoleh dari aktivitas
operasi perusahaan buruk sehingga perusahaan harus meminjam atau
menerbitkan saham untuk mendapatkan pendanaan.

b. Elemen Laporan Keuangan


Dalam Laporan Keuangan terdapat elemen-elemen yang terkait langsung
untuk menggambarkan posisi keuangan. Elemen-elemen tersebut yaitu aset,
liabilitas, ekuitas.
1) Aset
Aset merupakan sumber daya yang dikuasai entitas bisnis sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh entitas (Hans Kartikahadi, dkk.., 2019). Kriteria
utama suatu aset adalah manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam
aset tersebut, yaitu potensi untuk memberikan sumbangan, baik langsung
maupun tidak langsung arus kas atau setara kas pada entitas. Potensi tersebut
dapat berbentuk sesuatu yang produktif, yang dapat menghasilkan kas atau
setara kas, atau mampu mengurangi pengeluaran kas atau menurunkan biaya.
Manfaat ekonomi suatu aset dapat terwujud dalam beberapa cara:
a) Sebagai alat produksi penghasil barang atau jasa
b) Dipertukarkan dengan aset lain
c) Untuk menyelesaikan liabilitas
d) Dibagikan kepada para pemilik entitas
Aset dapat diperoleh berdasarkan produksi, pembelian, pertukaran, atau
sumbangan. Ditinjau dari segi hukum, hak atas suatu aset tidak semata berupa
hak milik, tapi dapat juga berupa hak sewa, hak pakai, maupun hak tagih.
Adanya perbedaan hak tersebut akan memengaruhi jenis dan penggolongan aset
dalam laporan keuangan. Klasifikasi aset sebagai berikut:
(1) Aset Lancar
Aset yang digolongkan sebagai aset lancar adalah jika aset tersebut (SAK
ETAP 2009, par 4.6):
(1) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas.
(2) Dimiliki untuk diperdagangkan.
(3) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan.
(4) Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari
pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya
12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
Termasuk dalam aset lancar adalah kas, setara kas, piutang, persediaan dan
surat berharga jangka pendek
(2) Aset Tidak Lancar
Aset tak lancar merupakan aset yang tidak memenuhi karakteristik
aset lancar. Aset tak lancar meliputi investasi jangka panjang, aset tetap,
properti investasi, dan aset tak berwujud. Berikut akan kita bahas aset tetap
dan aset tak berwujud.
(1) Aset tetap (fixed asset/plant asset/property/plant/equipment)
merupakan aset yang memiliki umur manfaat yang panjang atau relatif
permanen yang dimiliki oleh perdagangan. Aset tetap memiliki
karakteristik:
(a) Memiliki bentuk fisik sehingga dapat dikatakan aset yang berwujud.
(b) Dimiliki dan digunakan oleh perdagangan dalam kegiatan
operasinya.
(c) Bukan merupakan sesuatu yang akan dijual sebagai bagian dari
kegiatan operasi perdagangan.
Termasuk dalam aset tetap diantaranya adalah tanah, gedung atau
bangunan, mesin, kendaraan, dan peralatan. Aset tersebut umumnya
memiliki umur manfaat lebih dari 1 tahun untuk digunakan secara
normal dalam kegiatan operasi perdagangan.
PSAK 16 menyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang, (a)
dilimiki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administrative; dan (b) diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari
satu periode.
(2) Aset tak berwujud merupakan aset nonmoneter teridentifikasi tanpa
wujud fisik. Aset tak berwujud dapat diperoleh dengan membeli dari
pihak luar atau dengan mengembangkannya sendiri secara internal.
Contoh aset tak berwujud paten, hak cipta, merek dagang, dan goodwill.
Aset ini digunakan oleh perdagangan dalam menjalankan operasinya
dan tidak ditujukan untuk dijual.
2) Liabilitas
Liabilitas dapat didefinisikan atas klaim kreditor atas total aset atau
utang perusahaan dan obligasi. Perusahaan memiliki kewajiban untuk
membayar klaim kreditor tersebut, utang dan obligasi pada suatu waktu di
masa depan sesuai dengan jatuh temponya. Liabilitas terdiri dari :
(1) Liabilitas jangka pendek
Liabilitas jangka pendek merupakan liabilitas atau kewajiban yang akan
jatuh tempo dalam jangka pendek (umumnya satu tahun atau kurang)
dan akan dibayarkan dengan menggunakan aset lancar. Liabilitas jangka
pendek yang paling umum adalah wesel bayar dan utang usaha.
Liabilitas jangka pendek lainnya yang biasanya terdapat dalam buku
besar adalah utang gaji, utang bunga, utang pajak dan pendapatan
diterima dimuka.
(2) Liabilitas jangka panjang
Liabilitas atau kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka panjang
(biasanya lebih dari satu tahun) disebut liabilitas jangka panjang.
Liabilitas jangka panjang akan dilaporkan dibawah liabilitas jangka
pendek, dan memiliki jatuh tempo atau jangka waktu lebih dari satu
tahun. Yang termasuk liabilitas jangka panjang adalah utang bank, utang
obligasi, wesel jangka panjang.
3) Ekuitas
Ekuitas merupakan hak pemilik terhadap aset perusahaan disajikan di
laporan posisi keuangan dibawah bagian liabilitas. Jumlah ekuitas
pemilik dan jumlah liabilitas harus sama dengan jumlah aset.
c. Transaksi dan Pencatatan yang Berkaitan dengan Aset pada Perusahaan
Dagang
Transaksi bisnis merupakan aktivitas yang secara langsung mengubah
kondisi keuangan entitas atau secara langsung memengaruhi hasil
operasionalnya. Yang termasuk aset dalam elemen laporan keuangan adalah
sebagai berikut :
1) Aset Lancar
(1) Kas
Aset keuangan paling likuid adalah kas. Kas merupakan alat tukar
dan biasanya menjadi dasar pengukuran dan pengakuan seluruh
transaksi dalam laporan keuangan. Kas diakui sesuai dengan nilai
wajarnya pada saat pengakuan awal. Kas merupakan aset jangka pendek
maka nilai nominal kas dan setara kas biasanya sesuai dengan nilai
wajarnya dan tidak mengalami penurunan nilai. Kas merupakan akun
yang paling pertama dalam aset lancar di laporan posisi keuangan.
Beberapa definisi yang penting untuk diketahui :
Kas : terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand
deposit). Kas dapat berupa uang yang berada di entitas (kas kecil)
maupun kas yang disimpan pada rekening bank (Bank) yag dapat
diambil sewaktu-waktu.

Kas Kecil : terjadi jika entitas biasanya melakukan transaksi


pengeluaran uang dengan jumlah kecil. Entitas menggunakan kas kecil
sebagai mekanisme pengendaliannya. Pengeluaran kas kecil pada
umumnya digunakan untuk pengeluaran yang bersifat rutin misalnya
membeli perangko, materai atau pembelian lainnya yang bersifat tidak
material.
Bank : Saldo Kas yang tersedia pada rekening entitas di bank yang
dapat sewaktu waktu dipergunakan.

Setara Kas : investasi jangka pendek yang siap dikonversikan ke kas


dan dekat dengan jatuh temponya sehingga tidak memberikan risiko
yang signifikan pada suku tingkat bunga. Namun, setara kas bukanlah
kas tetapi dapat juga dikatakan setara kas karena dapat dikonversikan
menjadi kas pada waktu dekat.

Mengelola Kas Kecil


Dana kas kecil biasanya digunakan untuk pembayaran pengeluaran sehari-
hari yang bersifat rutin dan insidentil serta jumlahnya relatif kecil. Contohnya
pembayaran makanan rapat, pembelian materai, dan lain lain.
Dana Kas Kecil (petty cash)
Kas Kecil (petty cash) adalah sejumlah dana yang dibentuk khusus untuk
pengeluaran yang bersifat rutin dan relatif kecil jumlahnya. Kas kecil dibentuk
secara berkala dengan jumlah tertentu sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Dana kas kecil terdiri dari 2 sistem, yaitu sistem dana tetap (imprest fund
system) dan sistem fluktuasi (fluctuating fund system)
Sistem dana tetap (imprest fund system)
Dana kas kecil sistem imprest atau sistem dana tetap adalah suatu
mekanisme pembentukan kas kecil dimana dana yang dibentuk tetap setiap
periodiknya. Setiap pengeluaran tidak dibuat jurnal tetapi dibuat bukti
pengeluarannya. Jurnal akan dibuat setiap pemegang kas kecil mengajukan
penggantian pada perusahaan sebesar jumlah dana yang telah dikeluarkan.
Setelah penggantian saldo dana kas kecil akan kembali sesuai dengan jumlah
yang ditetapkan. Pada kas kecil jurnal diselenggarakan dua kali, yaitu :
1) Pada waktu pembentukan
2) Pada waktu pengisian kembali
Sistem fluktuasi (fluctuating system)
Dalam sistem ini dana kas kecil tidak ditetapkan sejumlah tertentu
sehingga saldonya bervariasi dari waktu ke waktu. Penggantian tidak didasari
jumlah terpakai tetapi seringkali ditetapkan sejumlah tertentu. Misalnya untuk
pertama kali dibentuk dana kas kecil sebesar Rp5.000.000,00. Setiap bulan
ditambahkan dana sejumlah nilai yang sama tanpa memperhatikan jumlah dana
yang terpakai. Akibatnya saldo kas akan berubah-ubah.
Contoh :
PT. ABC menyelenggarakan kas kecil untuk pengeluaran-pengeluaran dalam
jumlah kecil dalam perdagangan. Kas tersebut mulai dibentuk pada tanggal 2
Desember 2017 dengan mengisi dana kas kecil sebesar Rp 2.000.000,00 dari
Kas. Untuk selanjutnya kas kecil diisi kembali pada tanggal 15.
Pengeluaran dana kas kecil adalah sebagai berikut :
03 Desember Dibeli materai Rp 300.000,00
08 Desember Dibayar rekening listrik Rp 320.000 dan air Rp 230.000,00
11 Desember Dibayar biaya iklan pada harian kompas Rp 250.000,00
15 Desember Dana kas kecil diisi kembali
Jurnal dengan sistem dana tetap :
Jurnal pengisian kas kecil:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017 2 Kas Kecil Rp2.000.000,00
Des. Kas Rp2.000.000,00
(Untuk mencatat pembentukan
kas kecil)

Jurnal saat pengisian kembali:


Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 15 Perlengkapan Kantor Rp300.000,00
Des. Biaya Listrik Rp320.000,00
Biaya Air Rp230.000,00
Rp250.000,00
Biaya Iklan
Rp 1.100.000,00
Kas (dari bank)
(Untuk mencatat pengisian
kembali dana kas kecil)
Jurnal dengan sistem fluktuasi :
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017 2 Kas Kecil Rp.2.000.000,00
, Kas Rp2.000.000,00
Des. (Untuk mencatat pembentukan
kas kecil)
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017 3 Perlengkapan Kantor Rp300.000,00
, Kas Kecil Rp300.000,00
Des. (Untuk mencatat pengeluaran
pembelian materai

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2017 8 Biaya Listrik Rp320.000,00
, Biaya Air Rp230.000,00
Des. Kas kecil Rp550.000,00
(Untuk mencatat pembayaran
biaya listrik dan biaya air)

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2017 11 Biaya Iklan Rp250.000,00
, Kas kecil Rp250.000,00
Des. (Untuk mencatat pembayaran
biaya iklan)

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2017 15 Kas Kecil Rp2.000.000,00
, Kas Rp2.000.000,00
Des. (Untuk mencatat pengisian
kas kecil

Rekonsiliasi Catatan Bank


Dalam mengelola kas biasanya perdagangan tidak menyimpan keseluruhan
kas dalam bentuk cash on hand karena risiko yang tinggi apabila menyimpan
dalam bentuk uang tunai, oleh karena itu pada umumnya perdagangan
menyetorkan kas nya ke bank agar terhindar dari risiko.
Bank akan memberikan laporan atas aktivitas rekening perdagangan setiap
periodik. Setelah menerima laporan tersebut, maka perdagangan akan
melakukan perbandingan antara pencatatan bank dengan pencatatan
perdagangan, yang biasanya terjadi perbedaan sehingga perdagangan harus
membuat rekonsiliasi bank. Beberapa istilah yang terkait dalam laporan
rekonsiliasi bank adalah sebagai berikut :
(1) Setoran dan perjalanan : merupakan deposit yang disetor pada akhir bulan
namun baru diakui oleh bank pada awal bulan depan. Transaksi ini telah
dicatat oleh perusahaan pada bulan penyetoran namun belum tercatat oleh
bank.
(2) Cek masih beredar : merupakan cek yang telah dibuat dan telah
dikeluarkan namun belum dicairkan oleh pelanggan penerima cek ke
bank. Karena cek memiliki kadaluarsa lebih dari sebulan, pemasok yang
menerima cek dapat saja mencairkan cek perdagangan pada bulan
berikutnya. Transaksi ini telah dicatat oleh nasabah sebagai pengeluaran
kas namun belum tercatat oleh bank.
(3) Biaya bank atau beban administrasi bank: merupakan yang meliputi biaya
administrasi, biaya kliring, biaya penagihan piutang lewat bank, biaya
cetak buku cek dan biaya lainnya yang dibebankan ke rekening nasabah
sehubungan dengan pemanfaatan fasilitas atau jasa yang diberikan bank.
Nasabah biasanya baru mengetahui bahwa bank menagih biaya-biaya
tersebut ketika mendapatkan laporan bank. Biasanya bank langsung
memotong saldo nasabah untuk pembayaran biaya-biaya tersebut.
Transaksi ini telah dicatat oleh bank namun belum tercatat oleh nasabah.
(4) Penerimaan uang melalui bank (kredit bank) : penagihan atau penyetoran
yang terjadi yang menambah saldo nasabah yang mungkin belum
diketahui oleh nasabah tersebut (perusahaan). Misalnya ada yang
menyetorkan uang ke rekening nasabah tanpa sepengetahuannya. Atau
bank berhasil menagih piutang pelanggan yang sebelumnya telah
dinyatakan sebagai piutang macet. Transaksi ini telah dicatat oleh bank
namun belum tercatat oleh nasabah (perusahaan). Contoh transaksi ini
adalah cek beredar, cek kosong, jasa giro, teknologi dana transfer
(electronic fund transfer/EFT).
(5) Kesalahan dalam pencatatan (error) : Kesalahan pencatatan yang
dilakukan oleh bank atau nasabah. Hal ini menyebabkan adanya
perbedaan antara pencatatan yang dilakukan oleh bank dan nasabah.
Ilustrasi Rekonsiliasi Bank :
Data PT. A, sebagai berikut :
(a) Saldo perkiraan kas di bank menurut catatan perdagangan pada
tanggal 31 desember 2015 menunjukkan saldo debet sebesar
Rp6.080.000,00. Sedangkan rekening koran pada tanggal yang sama
memperlihatkan saldo kredit sebesar Rp5.787.000,00.
(b) Pembayaran utang kepada PT. Jaya sebesar Rp3.650.000,00 dengan
menyerahkan cek no. AGH-052, oleh perusahaan dicatat sebesar
Rp6.350.000,00.
(c) Setoran uang ke bank pada tanggal 31 Desember 2015 sebesar
Rp2.930.000,00 baru dibukukan oleh bank yang bersangkutan pada
tanggal 2 januari 2016.
(d) Rekening koran menunjukkan adanya penerimaan tagihan sebesar
Rp 1.850.000,00 pada tanggal 27 Desember 2015. Bank
memperhitungkan biaya penagihan sebesar Rp50.000,00.
(e) Cek yang sudah dikeluarkan oleh perdagangan tetapi belum
diuangkan oleh pemegangnya sampai dengan tanggal 31 Desember
2015 berjumlah Rp2.070.000,00
(f) Bunga (jasa giro) yang diberikan bank atas simpanan perdagangan
sebesar Rp42.000,00 belum dibukukan oleh perdagangan.
(g) Bank memberikan nota debet kepada perdagangan atas :
• Tolakan setoran yang berupa cek dari PT. Abadi sebagai
pelunasan utangnya sebesar Rp850.000,00.
• Biaya administrasi bank untuk bulan Desember 2015 sebesar
Rp25.000,00
(h) Setoran perdagangan cek sebesar Rp1.550.000,00 ternyata dalam
rekening koran bank malahan dicatat di sebelah debet seolah-olah
sebagai penarikan uang oleh perdagangan.
Diminta :
• Buatlah rekonsiliasi saldo bank dan saldo buku untuk mencari saldo kas di
bank yang benar per tanggal 31 Desember 2015.
• Membuat ayat jurnal koreksi yang diperlukan
Pembahasan:
PT. A
REKONSILIASI BANK
31 DESEMBER 2015
Saldo Menurut Bank Rp5.787.000,00
Ditambah : Rp3.100.000,00
Setoran dalam perjalanan Rp2.930.000,00
Kesalahan pencatatan Rp3.100.000,00
Dikurangi :
Cek yang masih beredar (Rp2.070.000,00)
Saldo yang benar Rp9.747.000,00

Saldo Menurut Perusahaan Rp6.080.000,00


Ditambah:
Kesalahan Pencatatan Rp2.700.000,00
Piutang ditagih bank (kredit bank) Rp1.850.000,00
Jasa Giro Rp 42.000,00
Dikurangi :
Cek kosong (cek tidak cukup dana) (Rp 850.000,00)
Biaya penagihan bank (Rp50.000,00)
Biaya jasa bank (Rp25.000,00)
Saldo yang benar Rp9.747.000,00
Jurnal Koreksi :
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2015 Kas di bank Rp2.700.000,00
Des. Utang usaha Rp2.700.000,00
(Untuk mencatat
kesalahan pencatatan
pembayaran utang
kepada PT. Jaya)

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2017, Beban administrasi lain Rp75.000,00
Des. Kas di bank Rp75.000,00
(Untuk mencatat biaya
penagihan bank dan biaya
jasa bank)

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2017, Kas di bank Rp42.000,00
Des. Pendapatan bunga Rp42.000,00
(Untuk mencatat jasa giro
bank)

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2017, Piutang usaha Rp850.000,00
Des. Kas di bank Rp850.000,00
(Untuk mencatat cek kosong
dari PT. Abadi)

Tanggal Akun dan Deskripsui Ref Debit Kredit


2017, Kas Rp1.850.000,00
Des. Piutang usaha Rp1.850.000,0
(Untuk penagihan 0
piutang oleh bank)

(2) Piutang
Piutang merupakan klaim yang dimiliki atas pelanggan atau pihak
lain untuk uang, barang atau jasa. Perusahaan biasanya memiliki piutang
dari transaksi penjualan atau pendapatan jasa. Piutang mencakup seluruh
uang yang diklaim terhadap entitas lain termasuk perorangan, perdagangan
dan organisasi lain. Piutang merupakan bagian signifikan dari total aset
lancar.
Pada saat pengakuan awal, piutang diakui sesuai dengan nilai
wajarnya. Umumnya nilai transaksi piutang merupakan nilai wajarnya
sehingga piutang dicatat pertama kali sesuai dengan nilai transaksinya.
Pengukuran selanjutnya, piutang diukur dengan menggunakan metode
biaya perolehan diamortisasi (amortised cost).
Piutang dapat diklasifikan sebagai piutang jangka pendek dan piutang
jangka panjang. perusahaan mengklasifikasikan suatu piutang sebagai
piutang jangka pendek ketika piutang tersebut akan tertagih dalam satu
tahun atau siklus operasi normal, manapun yang lebih lama. Jika tidak
termasuk dalam kondisi tersebut, maka diklasifikasikan sebagai piutang
jangka panjang. Piutang jangka pendek dapat juga diklasifikasikan sebagai
piutang lancar dan piutang jangka panjang sebagai piutang tidak lancar.
Ketika piutang diakui akibat penjualan barang atau jasa, maka dapat
diklasifikasikan sebagai trade receivables. Biasanya perdagangan
membagi klasifikasi trade receivables menjadi Piutang usaha atau
accounts receivables dan wesel tagih atau notes receivables.

(1) Piutang usaha


Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari penjualan barang dan
jasa secara kredit. Piutang termasuk dalam kategori aset keuangan yang
diakui sebesar nilai wajarnya pada awalnya. Pengakuan Piutang usaha
dapat terpengaruh dengan adanya potongan harga. Potongan harga dapat
terbagi menjadi trade discount dan cash discount. Trade discount adalah
potongan harga yang dilakukan kepada barang atau jasa yang dijual,
biasanya ditulis dalam persentase. Trade discount misalnya sering
diberikan untuk pembelian yang volumenya besar, seperti potongan harga
10% dari harga normal apabila membeli barang minimal satu lusin atau
kondisi lain adalah trade discount dapat diberikan apabila perdagangan
menghabiskan persediaan barang dagangan produk lama, sementara
perdagangan berencana untuk mengeluarkan produk baru. Cash discount
adalah potongan harga yang timbul akibat jangka waktu pelunasan Piutang
usaha, biasanya tertera dalam perjanjian piutang misalnya 2/10,n/30 yang
berarti bahwa perdagangan mendapatkan potongan tunai sebesar 2%
apabila dilunasi dalam kurun waktu maksimal 10 hari semenjak tanggal
pembelian dan maksimum jangka waktu pelunasan adalah 30 hari.

Pengukuran Awal Piutang usaha


Piutang usaha pada perusahaan jasa dicatat ketika jasa telah diberikan
akan tetapi pembayaran secara termina tau tempo sedangkan pada perusahaan
dangang, piutang usaha dicatat pada saat terjadi penjualan kepada pelanggan
dengan pembayaran secara termina atau tempo.
Pengukuran Piutang usaha adalah sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasi (net realizable value). Dalam mengestimasi nilai bersih yang dapat
direalisasi, harus mempertimbangkan hal-hal berikut :
• Retur penjualan
• Potongan penjualan
• Cadangan piutang tak tertagih (penurunan nilai)
Pencatatan Piutang usaha
Piutang usaha dicatat sebesar nilai pengakuannya atau sesuai dengan harga
perolehannya.
Ilustrasi :
PT Rahadian pada tanggal 5 Maret 2019 menjual barang dagangan kepada
PT Fedny seharga Rp. 10.000.000 dengan termin 2/10, n/30. Pada tanggal 7
maret 2019 ada beberapa barang yang cacat sehingga dikembalikan kepada PT
Rahadian. Bila dihitung barang yang dikembalikan tersebut sebesar Rp.
500.000. Pada tanggal 15 maret 2019 PT Rahadian menerima pelunasan dari
PT FEDNY sebesar saldo tagihannya. Jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat
transaksi-transaksi tersebut sebagai berikut:

Jurnal untuk mencatat Piutang usaha dari penjualan kredit


Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 5 Piutang usaha Rp10.000.000,00
Maret Penjualan Rp10.000.000,00
(Untuk mencatat
penjualan kredit)

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2017, 7 Retur Penjualan Rp500.000,00
Maret. Piutang usaha Rp500.000,00
(Untuk mencatat
retur penjualan)
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 15 Kas Rp9.310.000,00
Maret. Potongan Penjualan Rp 190.000,00
Piutang usaha Rp9.500.000,00
(Untuk mencatat
pelunasan penjualan
kredit)

Piutang usaha dicatat dan dilaporkan dalam Laporan Posisi Keuangan


(Neraca) sebesar nilai kas bersih (neto) yang bisa direalisasikan yaitu jumlah
piutang setelah dikurangi Cadangan/Kerugian Piutang Tak tertagih (CKP).
Penyajian Piutang usaha
Piutang usaha disajikan dalam kelompok aset lancar. Nilai piutang disajikan di
laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan cadangan kerugian
penurunan piutang. Piutang biasanya disajikan dalam satu baris, tetapi dapat
juga disajikan secara detail sub komponennya. Jika disajikan dalam satu baris,
maka sub komponennya disajikan dalam catatan atas laporan keuangannya.
Ilustasi penyajian di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) :
Aset Lancar
Piutang usaha Rp5.000.000,00
(-) Cadangan kerugian piutang (CKP) Rp500.000,00
Nilai Realisasi bersih Rp4.500.000,00
Kerugian Piutang
Piutang usaha yang dimiliki oleh perdagangan belum tentu seluruhnya
dapat tertagih. Hal ini disebabkan karena debitur tidak mau membayar
utangnya, tidak mampu membayar atau dinyatakan bangkrut, tidak diketahui
keberadaanya dsb. Piutang usaha yang tidak dapat ditagih biasanya dinamakan
kerugian piutang dan dalam akuntansi dicatat dalam akun kerugian piutang.
Kerugian piutang biasanya dihitung karena adanya piutang yang tidak tertagih.

Metode Estimasi Kerugian Piutang


Estimasi jumlah piutang tak tertagih umumnya dibuat berdasarkan pengalaman
masa lalu, rata-rata industri dan prakiraan masa depan. Dua metode yang
biasanya digunakan dalam mengestimasi jumlah piutang tak tertagih adalah
sebagai berikut :

Metode Persentase penjualan


Piutang usaha terjadi karena adanya transaksi penjualan secara kredit, sehingga
beban piutang tidak tertagih dapat diestimasi sebagai persentase dari penjualan
kredit.
Ilustrasi :
Total penjualan kredit : Rp3.000.000,00.
Persentase beban piutang tak tertagih : 5% terhadap penjualan kredit.
Saldo Penyisihan Piutang Tak Tertagih : Rp500.000,00
Beban Piutang Tak Tertagih : Rp3.000.000,00 x 5%
= Rp.150.000,00.

Jurnal penyesuaian untuk piutang tak tertagih 31 Desember 2019 adalah


sebagai berikut :

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 31 Beban piutang tak tertagih Rp150.000,00
Des. Penyisihan piutang tak Rp150.000,00
tertagih (Untuk mencatat
beban piutang tak tertagih

Setelah ayat jurnal penyesuaian sebelumnya dipindahkan ke buku besar,


Beban piutang tak tertagih akan memiliki saldo sebesar Rp150.000,00, dan
Penyisihan Piutang Tak Tertagih akan memiliki saldo sebesar : Rp500.000,00
+ Rp150.000,00 = Rp650.000,00.

Metode Analisis piutang


Metode ini berdasarkan asumsi bahwa semakin lama piutang tidak dilunasi,
maka semakin kecil kemungkinan piutang akan tertagih. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
(a) Menentukan tanggal jatuh tempo setiap akun piutang pelanggan
(b) Menentukan jumlah hari piutang yang telah lewat jatuh tempo, yaitu selisih
antara tanggal piutang jatuh tempo dengan tanggal analisis piutang
disiapkan.
(c) Setiap akun ditempatkan pada setiap kelompok umur berdasarkan tanggal
lewat jatuh temponya.
Contoh pengelompokkan tanggal jatuh tempo:

Kelompok Tanggal Lewat JatuhTempo


Belum Jatuh Tempo
1-30 hari lewat jatuh tempo
31-60 hari lewat jatuh tempo
61-90 hari lewat jatuh tempo
91-180 hari lewat jatuh tempo
181-365 hari lewat jatuh tempo
Lebih dari 365 hari lewat jatuh tempo

Ilustrasi :
Asumsikan bahwa Putra Jaya menjual barang kepada Indira, pada tanggal 29
Agustus dengan syarat 2/10. n/30. sebesar Rp 4.500.000,00. Langkah-langkah
menghitung estimasi piutang tak tertagih adalah sebagai berikut :
(a) Menentukan tanggal jatuh tempo piutang.
Tanggal Penjualan : 29 Agustus
Syarat Kredit :30 Hari
Tanggal jatuh tempo seharusnya :
Bulan Agustus sampai dengan tgl 31: 31 – 29 : 2 hari
Bulan September : 30 – 2 : 28 September
Sehingga tanggal jatuh tempo Indira adalah 28 September
(b) Menentukan jumlah hari piutang yang telah lewat jatuh tempo, yaitu selisih
antara tanggal piutang jatuh tempo dengan tanggal analisis piutang disiapkan
Pada tgl 31 Desember Indira belum membayar piutang kepada Putra Jaya
Umur jatuh tempo :
September : 30 – 28 : 2 hari
Oktober : 31 hari
November : 30 hari
Desember : 31 hari
Total hari lewat jatuh tempo : 94 hari
(c) Setiap akun ditempatkan pada setiap kelompok umur berdasarkan tanggal
lewat jatuh temponya.
(d) Menentukan jumlah setiap umur.
(e) Jumlah setiap kelompok kemudian dikalikan dengan persentase
Daftar Umur Piutang Usaha per 31 Desember 2019
Lewat
Jatuh
Tgl Syarat Tgl Jatuh Belum Jatuh Tempo
No Pelanggan Invoice Kredit Tempo Jumlah Piutang tempo (hari) Jatuh Tempo
1-30 31-60 61-90 91-180 181-365 >365

1 Ardita 5-Apr 30 5-May 1,000,000.00 240.00 1,000,000.00


Bawan 8-May 45 22-Jun 1,500,000.00 192.00 1,500,000.00
Indira 29-Aug 30 28-Sep 4,500,000.00 94.00 4,500,000.00
Riana 15-Dec 30 14-Jan 2,000,000.00 2,000,000.00 -

Total Piutang 9,000,000.00 2,000,000.00 526.00 - - - 4,500,000.00 2,500,000.00 -


Prosentase Tidak tertagih 5% 10% 20% 30% 50% 100%

Estimasi Piutang Tidak


Tertagih 2,600,000.00 - - - 1,350,000.00 1,250,000.00 -
Diketahui saldo sebelum penyesuaian piutang tidak tertagih adalah Rp
1.250.000,00, sedangkan total nilai estimasi pada 31 Desember 2019 adalah
Rp2.600.000,00, sehingga jumlah yang harus ditambahkan ke akun penyisihan
piutang tak tertagih adalah sejumlah Rp2.600.000,00 – Rp1.250.000,00
menjadi Rp1.350.000,00. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut :

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019, 31 Beban piutang tak tertagih Rp1.350.000,00
Des. Penyisihan piutang tak tertagih Rp1.350.000,00
(Untuk mencatat beban piutang tak
tertagih

Metode Pencatatan Kerugian Piutang


Terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat adanya kerugian
piutang yaitu :
(a) Metode Penyisihan Piutang Tak Tertagih (Allowance method)
Pada metode ini membandingkan antara pengeluaran (expenses)
dengan pendapatan (revenues), piutang dinyatakan sebesar kas bersih nilai
realisasi (net realizable value), diperlukan untuk tujuan pelaporan keuangan
Metode ini digunakan apabila kerugian piutang cukup besar jumlahnya.
Tiga hal yang penting berkaitan dengan metode cadangan yaitu:
➢ Piutang yang tidak tertagih ditaksir jumlahnya terlebih dahulu dan
diakui sebagai biaya pada periode penjualan, bila piutang tak tertagih
berasal dari tahun 2019 maka kerugian piutang diakui pada tahun 2019
juga.
➢ Taksiran kerugian piutang dicatat dengan mendebet beban kerugian
piutang dan mengkredit penyisihan kerugian piutang melalui jurnal
penyesuaian.
➢ Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebet
rekening cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening Piutang
usaha pada saat suatu piutang itu dihapus dari pembukuan.
(b) Metode penghapusan langsung (Direct write off method).
Dalam metode ini perdagangan tidak perlu melakukan taksiran atas
kerugian piutang sehingga rekening cadangan kerugian piutang tidak
digunakan. Apabila suatu piutang diyakini tidak dapat ditagih lagi, maka
kerugian atas piutang tersebut langsung didebetkan ke dalam rekening
kerugian piutang dan mengkredit rekening Piutang usaha. Pada metode
penghapusan langsung tidak membandingkan antara pengeluaran
(expenses) dengan pendapatan (revenues), piutang tidak dinyatakan
sebesar kas bersih nilai realisasi (net realizable value), tidak dapat diterima
untuk tujuan pelaporan keuangan
Rekening kerugian piutang hanya akan menunjukkan jumlah
kerugian yang sesungguhnya diderita dan Piutang usaha akan dilaporkan
dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca) sejumlah brutonya, selain itu
kerugian seringkali dilaporkan pada periode yang berbeda dari periode
penjualannya sehingga tidak dapat memberikan gambaran tentang nilai
piutang bersih yang dapat direalisasi, oleh karena itu metode ini tidak
diakui untuk pelaporan keuangan kecuali bila kerugian piutangnya
jumlahnya tidak material/kecil.

Metode Penyisihan Piutang Tak Tertagih Metode Penghapusan Langsung


Pencatatan Taksiran Kerugian Piutang Dalam metode ini tidak
dilakukan taksiran atas
Beban Piut. tak tertagih xxx kerugian piutang
Peny. Piut. Tak Tertagih xxx

Pencatatan Penghapusan Piutang usaha Pencatatan Penghapusan Piutang


usaha
Peny Piut. Tak Tertagih xxx
Piutang usaha xxx Beban Piut. Tak Tertagih xxx
Metode Penyisihan Piutang Tak Tertagih Metode Penghapusan Langsung
Piutang usaha xxx

Penerimaan Kembali piutang yang Penerimaan Kembali piutang


sudah dihapus yang sudah dihapus

Piutang usaha xxx Piutang usaha xxx


Peny Piut. Tak Tertagih xxx Beban Piut. Tak Tertagih xxx
(Untuk mencatat kembali piutang (Mencatat kembali piutang yang
yang sudah dihapus) sudah dihapus)

Kas xxx Kas xxx


Piutang usaha xxx Piutang usaha xxx
(Untuk mencatat penerimaan kas) (mencatat penerimaan kas)

Ilustrasi pencatatan piutang tak tertagih


Pada Agustus 2018 PT Rahadian melakukan penjualan kredit kepada
PT FEDNY sebesar Rp5.000.000,00. Hingga akhir tahun 2018 terdapat piutang
sebesar Rp500.000,00 yang belum dapat ditagih. Manajemen memperkirakan
Rp100.000,00 tidak akan dapat ditagih. Pada bulan Agustus 2019 bagian
penagihan menyatakan bahwa piutang sebesar Rp50.000,00 dihapus dari
pembukuan karena tidak mungkin dapat diterima pelunasannya dari PT
FEDNY. Secara tidak terduga pada bulan November 2019 PT FEDNY
melakukan pelunasan utangnya yang belum terbayar.
Diminta :
Buatlah jurnal penyesuaian dan jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat
transaksi di atas baik dengan metode penyisihan maupun dengan metode
penghapusan langsung
Jawaban:

Metode Penyisihan
Jurnal pencatatan taksiran kerugian piutang
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2018, 31 Beban piutang tak tertagih Rp100.000,00
Des. Penyisihan piutang tak tertagih Rp100.000,00
(Untuk mencatat taksiran kerugian
piutang)

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2018, 31 Penyisihan piutang tak tertagih Rp50.000,00
Des. Piutang usaha Rp50.000,00
(Untuk mencatat penyisihan piutang
tak tertagih)

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019, 30 Piutang usaha Rp50.000,00
Agus. Penyisihan piutang tak tertagih Rp50.000,00
(Untuk mencatat penghapusan
piutang tak tertagih)

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019, 30 Piutang usaha Rp50.000,00
Nov. Penyisihan piutang tak Rp50.000,00
tertagih (Untuk mencatat kembali
piutang yang sudah dihapus)

Tanggal Akun dan Deskripsui Debit Kredit


2019, 30 Kas Rp50.000,00
Nov. Piutang usaha Rp50.000,00
(Untuk mencatat pelunasan
piutang usaha)

Metode Penghapusan Langsung


Pencatatan Taksiran Kerugian Piutang
Catatan: Dalam metode ini tidak dilakukan taksiran atas kerugian piutang.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 31 Beban piutang tak tertagih Rp50.000,00
Agus. Piutang usaha Rp50.000,00
(Untuk mencatat penghapusan
piutang usaha)
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 30 Piutang usaha Rp50.000,00
.Nov Beban piutang tak tertagih Rp50.000,00
(Untuk mencatat kembali piutang
yang sudah dihapus)

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019, 30 Kas Rp50.000,00
Nov. Piutang usaha Rp50.000,00
(Untuk mencatat pelunasan
piutang usaha)

Catatan :
Penghapusan piutang akan mengurangi rekening Piutang usaha melalui
rekening CKP, tetapi nilai tunai yang dapat direalisasikan dari piutang tidak
berubah.

Piutang usaha
Saldo 500.000 Agust 50.000

Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Agust 50.000 saldo 100.000

Sebelum penghapusan Sesudah penghapusan


Piutang usaha Rp. 500.000 Rp. 450.000
CKP Rp. 100.000 Rp. 50.000
Nilai tunai piutang Rp. 400.000 Rp. 400.000

Piutang Lain-lain
Selain Piutang usaha, perdagangan juga dapat memiliki piutang lain-lain.
Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul selain dari penjualan barang dan
jasa, contohnya adalah piutang bunga, pinjaman pejabat perdagangan,
pinjaman karyawan, uang muka karyawan dan piutang restitusi pajak. Piutang
lain-lain dapat memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun, sehingga terkadang
terjadi pengelompokkan transaksi tersebut dalam aset tidak lancar.
(3) Wesel Tagih (Piutang Wesel)
Wesel tagih adalah perjanjian tertulis untuk menerima sejumlah uang
pada suatu tanggal jatuh tempo. Perjanjian ini merupakan hasil negosiasi
dari debitur dan kreditur. Pada wesel ini terdapat bunga karena nilai uang
terpengaruhi oleh time of value money. Wesel merupakan janji tertulis yang
tidak bersyarat, dibuat oleh pihak yang satu untuk pihak yang lain,
ditandatangani oleh pihak pembuatnya, untuk membayar sejumlah uang
atas permintaan atau pada suatu tanggal yang ditetapkan pada masa yang
akan datang kepada pihak yang memerintahkan atau membawanya.
Penerbit wesel disebut wesel bayar (notes payable) karena penerbit berjanji
untuk membayar. Sedangkan penerima wesel disebut wesel tagih (notes
receivable) karena penerima memiliki hak klaim untuk menagih. Janji
untuk membayar ini dituangkan dalam selembar surat berharga yang
didalamnya menyebutkan tanggal penerbitan, tanggal pembayaran, jumlah
nominal, tingkat bunga, pihak yang akan membayar dan bank yang
ditunjuk untuk melakukan pembayaran.
Karakteristik Wesel Tagih
Wesel tagih atau surat perjanjian piutang (promissory note) merupakan
janji tertulis untuk membayar sejumlah uang (nilai nominal), biasanya disertai
dengan bunga, pada saat diminta atau pada waktu yang telah ditentukan di
kemudian hari. Karakteristik wesel tagih atau surat perjanjian piutang sebagai
berikut :
(1) Surat tersebut ditandatangani oleh orang atau perdagangan yang membuat
janji.
(2) Pihak yang berhak menerima uang dari wesel tagih disebut penerima
pembayaran (payee), dan pihak yang membuat janji disebut pembuat janji
(maker).
(3) Nilai nominal (face amount) merupakan jumlah saat disepakati di awal.
Tanggal penerbitan (issuance date) merupakan tanggal saat wesel
diterbitkan.
(4) Tanggal jatuh tempo (due date atau maturity date) merupakan tanggal saat
wesel harus dibayar.
(5) Periode wesel tagih merupakan tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo.
(6) Tingkat bunga (interest rate) merupakan tingkat bunga yang harus
dibayarkan atas nilai nominal pada perjanjian wesel tagih.
(7) Apabila pembeli sebagai pihak yang menerbitkan wesel tidak melunasi
weselnya pada saat jatuh tempo, maka bank akan menagih pada pihak yang
mendiskontokan (penjual). Penjual akan menagih sebesar yang dibayarkan
bank kepada pembeli
Ilustrasi :
CV. Abadi memiliki selembar piutang wesel kepada Firma Gemilang. Wesel
tersebut bernilai nominal Rp3.400.000,00 jangka waktu 90 hari, bunga 12%
tertanggal 10 Mei 2019
Diminta :
(1) Tentukan tanggal jatuh tempo wesel tersebut.
(2) Buatlah jurnal untuk mencatat pelunasan wesel tersebut, dengan asumsi
Firma Gemilang melunasi wesel tersebut pada tanggal jatuh temponya.
Penyelesaian :
(1) Tanggal jatuh tempo wesel adalah 8 Agustus, yang dihitung dengan cara
berikut:
Jangka Waktu Wesel 90 Hari
Mei (31-10) 21
Juni 30
Juli 31
82
Tanggal jatuh tempo 8 Agustus 2019
(2) Bunga wesel sampai dengan tanggal jatuh tempo adalah sebagai berikut:
Nilai nominal x Tingkat Bunga x Jangka Waktu = Bunga Wesel
Rp3.400.000,00 x 12% x 90/360 = Rp102.000,00

Jurnal untuk mencatat pelunasan wesel dari Firma Gemilang adalah sebagai
berikut:

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 8 Kas Rp3.502.000,00
Agus Piutang wesel Rp3.400.000,00
. Pendapatan bunga Rp 102.000,00
(Untuk mencatat pelunasan
piutang wesel)

Pendiskontoan Piutang Wesel


Penjualan piutang wesel sebelum tanggal jatuh temponya disebut
pendiskontoan piutang wesel karena pemegang wesel akan menerima
pembayaran yang jumlahnya lebih kecil daripada nilai jatuh tempo wesel yang
bersangkutan. Harga jual wesel yang lebih rendah ini akan menyebabkan
pendapatan bunga yang diterima pemegang wesel menjadi berkurang. Hal ini
wajar, karena bagian pendapatan bunga yang tidak jadi diterima ini merupakan
harga yang harus dibayar untuk penerimaan kas yang lebih cepat dari tanggal
seharusnya (tanggal jatuh tempo wesel).
Ilustrasi 1 :
PT. Abadi mempunyai piutang wesel pada PT. Gempita yang ditarik pada
tanggal 10 Oktober 2015. Nilai nominal wesel Rp1.500.000,00, bunga 10%,
jangka waktu 90 hari. Ini berarti wesel tersebut akan jatuh tempo pada tanggal
18 Januari 2016. Pada tanggal 9 Desember 2015, PT. Abadi mendiskontokan
wesel tersebut kepada Bank Universal dengan diskonto 12%. Tingkat diskonto
ini lebih tinggi dari bunga wesel, karena bank ingin memperoleh pendapatan
yang lebih besar. PT. Abadi bersedia untuk menerima tarif diskonto yang lebih
tinggi ini karena ingin memperoleh kas lebih cepat. Periode diskonto dalam
kasus ini adalah 40 hari (22 hari di bulan Desember dan 18 hari pada bulan
Januari). Nilai wesel didiskonto adalah jumlah pembayaran yang diterima oleh
PT. Abadi dari bank. Perhitungan nilai wesel diskonto adalah sebagai berikut:

Nilai Nominal Wesel Rp 1.500.000,00

Ditambah

Bunga (Rp1.500.000,00 x 10% x 90/360) Rp37.500,00

Nilai Jatuh Tempo Wesel Rp 1.537.500,00

Dikurangi

Diskonto (Rp1.537.500,00x12%x40/360) Rp 20.500,00

Harga Jual Wesel (nilai wesel diskonto) Rp 1.517.000,00

Pada tanggal jatuh tempo, bank menerima Rp1.537.500,00 dari pihak tertarik
yang berarti memperoleh pendapatan sebesar Rp20.500,00 (Rp1.537.500,00 –
Rp1.517.000,00). Dalam perhitungan di atas perlu diperhatikan dua hal penting,
yaitu :
(1) Diskonto dihitung dari nilai jatuh tempo (nilai nominal ditambah bunga),
bukan dari nilai nominal wesel, kecuali jika wesel tidak berbunga
(2) Periode diskonto dihitung mundur ke belakang mulai dari tanggal jatuh
tempo (18 Januari 2016 sampai tanggal pendiskontoan wesel (9 Desember
2015).
Perhatikan berikut ini :
(a) Tgl 20 Oktober 2015 sampai dengan Tgl 18 Januari 2016
Nominal Rp1.500.000,00
Bunga (90 hari) Rp37.500,00
Nilai Jatuh Tempo Wesel Rp1.537.500,00
(b) Tgl 9 Desember 2011 sampai dengan Tgl 18 januari 2016
Nilai diskonto Rp1.517.000,00
Diskonto (40 hari) Rp 20.500,00
Nilai Jatuh Tempo Wesel Rp1.537.500,00

Jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut :


Des 9. Kas Rp1.517.000,00
Piutang Wesel Rp1.500.000,00
Pendapatan Bunga Rp 17.000,00
(untuk mencatat pendiskontoan wesel)
Ilustrasi 2 :
Pada tanggal 1 Februari 2019 PT. Cemerlang mengeluarkan wesel untuk
membayar barang dagangannya kepada PT. Sinar senilai Rp 30.000.000,00
dengan bunga 3%. Wesel akan jatuh tempo selama 60 hari. Pada tanggal 2
Maret 2016, PT. Cemerlang membutuhkan dana kemudian ia menjual wesel
tersebut kepada Bank Cahaya dengan tingkat diskonto 5%.
Tanggal jatuh tempo piutang wesel 60 hari setelah tgl 1 Februari 2019 :
Februari : 28 hari
Maret : 31 hari
April : 1 hari
60 hari
Tanggal jatuh tempo wesel adalah 1 April 2019
Wesel didiskontokan ke Bank
Februari : 28 hari
Maret : 2 hari
30 hari
Perhitungan bunga piutang wesel :
Bunga : Rp 30.000.000,00 x 3% x 60/350 : Rp 150.000,00
Nilai jatuh tempo wesel :
Rp 30.000.000,00 + Rp 150.000,00 : Rp 30.150.000,00
Perhitungan diskonto :
Nilai diskonto : Rp 30.000.000 x 5% x 3/360 : Rp 125.000,00
Jumlah uang yang diterima :
Rp 30.150.000,00 – Rp 125.000,00 : Rp 30.125.000,00
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 2 Kas Rp30.125.000,00
Maret. Bunga diskonto Rp 125.000,00
Piutang wesel Rp30.000.000,00
Pendapatan bunga Rp 150.000,00
(Untuk mencatat
pendiskontoan piutang
wesel)

Penentuan Tanggal Jatuh Tempo


Saat jatuh tempo (tanggal harus dibayar) sebuah surat wesel dapat
dinyatakan dengan tiga cara :
(a) Atas penagihan, artinya pihak tertarik akan membayar wesel pada saat
ditagih oleh pemegang wesel. Dalam hal ini tidak disebutkan secara pasti
tanggal pengalihannya.
(b) Pada tanggal tertentu, artinya tanggal jatuh tempo ditulis eksplist dalam surat
wesel. Contoh : pada tanggal 23 Juli 2012 harap dibayar....(atau saya berjanji
membayar....).
(c) Pada akhir masa tertentu : artinya setelah sekian hari, bulan atau tahun, wesel
harus dibayar. Contoh : enam puluh hari sesudah tanggal tersebut di atas.
Apabila jangka waktu sebuah wesel dinyatakan dalam bulan, maka tanggal
jatuh tempo dihitung dengan jumlah bulan dari tanggal penarikan wesel.

Ilustrasi :
Tanggal penarikan wesel adalah 17 Juli dengan jangka waktu 30 hari, maka
tanggal jatuh temponya adalah :
Jangka Waktu Wesel 60 hari
Juli (31-17) 14
Agustus 31
Jumlah hari juli dan agustus 45 hari
Tanggal jatuh tempo wesel 15 September

Wesel Tagih Gagal Bayar (dishonored wesel)


Apabila pembeli sebagai pihak yang menerbitkan wesel tidak melunasi
weselnya pada saat jatuh tempo, maka bank akan menagih pada pihak yang
mendiskontokan (penjual). Penjual akan menagih sebesar yang dibayarkan
bank kepada pembeli

A Pembeli B Penjual C Bank


(4) Persediaan
Persediaan adalah suatu aset lancar signifikan bagi perusahaan pada
umumnya, terutama perusahaan dagang, manufaktur, pertanian, kehutanan,
pertambangan, kontraktor bangunan. Hal ini menyebabkan akuntansi untuk
persediaan menjadi suatu masalah penting bagi perusahaan-perusahaan
tersebut.
Menurut PSAK 14 Persediaan adalah aset :
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
(1) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut
(2) Dalam bentuk badan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Terkait dengan definisi di atas, terdapat beberapa poin penting, yaitu :
(1) Persediaan merupakan aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan
usaha normal. Ini berarti aset yang dikelompokkan sebagai persediaan
adalah aset yang memang selalu dimaksud untuk dijual atau digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
(2) Perlengkapan yang dimaksudkan sebagai persediaan adalah
perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, sehingga
perlengkapan kantor (seperti alat tulis kantor) dengan tujuan untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
(3) Perlengkapan tersebut juga harus merupakan perlengkapan yang
digunakan secara reguler dalam proses produksi dan bukan
perlengkapan yang hanya bisa digunakan dengan aset tetap.
Klasifikasi persediaan bergantung dari jenis usaha entitas. Perusahaan
dagang lazimnya hanya mempunyai persediaan Barang Dagangan
(Merchandise Inventory).
Menurut PSAK 14, persediaan harus diukur pada harga terendah
antara biaya perolehan dan nilai realisasi rendah (the lower of cost and net
realizable value). Pada awal perolehannya, persediaan diakui sebesar harga
perolehannya, yang dimaksud dengan biaya perolehan adalah penjumlaha
seluruh biaya yang terjadi yang diperlukan untuk membawa persediaan dalam
kondisi dan ke lokasi untuk dijual atau siap digunakan.
Sangat penting untuk dipahami pembedaan biaya perolehan
persediaan (inventory cost) dengan beban periodik (period expenses). Biaya
perolehan persediaan sesuai dengan pembatasan tersebut di atas adalah unsur
biaya yang seharusnya dikapitalisasikan (dibukukan sebagai asset) sebagai
persediaan. Kemudian setelah terjual baru dibukukan sebagai beban, yaitu
harga pokok penjualan. Sedangkan beban periodik adalah biaya yang tidak
berhubungan langsung dengan perolehan (pembelian dan produksi) dan harus
langsung diperhitungkan, dibebankan dan dilaporkan sebagai beban pada saat
timbul. Terdapat tiga komponen biaya perolehan, yaitu:
(1) Biaya Pembelian
Biaya pembelian persediaan terditi dari harga pembelian, bea masuk dan
pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh
perusahaan kepada kantor pajak), biaya pengangkutan, penanganan dan
biaya lainnya yang secara langsung dapat didistribusikan pada perolehan
barang dagangan, bahan baku dan bahan pelengkap produksi.
(2) Biaya Konversi
Biaya konversi berlaku di perusahaan manufaktur yang bahan baku dan
perlengkapan lainnya dibeli dan kemudian melalui proses produksi
dikonversi menjadi barang jadi untuk dijual.
(3) Biaya Lain-lain
Biaya lain-lain merupakan biaya yang berkaitan dengan timbulnya
persediaan agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap
untuk dijual atau dipakai.
Dalam laporan keuangan, persediaan biasanya disajikan dalam aset
lancar, selain nilai persediaan, hal-hal berikut yang juga dilaporkan
adalah:
(1) Metode untuk menghitung biaya persediaan (FIFO, LIFO atau biaya
rata-rata tertimbang)
(2) Metode penilaian persediaan (biaya, atau nilai pasar atau biaya yang
lebih rendah)
Persediaan wajib diungkapkan, berikut adalah pengungkapan wajib
terkait persediaan:
(1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan,
termasuk rumus biaya yang dipakai.
(2) Total jumlah tercatat persediaan dan jumlan nilai tercatat menurut
klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan.
(3) Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi neto.
(4) Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui
sebagai penghasil selama periode.
(5) Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihhan nilai
persediaan yang diturunkan.
(6) Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan
kewajiban.
Persediaan umumnya disajikan di neraca di bagian aset lancar,
akuntansi persediaan berperan penting atas kewajaran laporan
keuangan. Kesalahan dalam akuntansi pembelian, penjualan dan
persediaan akhir akan mempunyai dampak atas laporan posisi keuangan
(neraca) dan atau perhitungan rugi laba. Kesalahan perhitungan dan
penyajian persediaan akan berdampak atas kewajaran perhitungan aset
lancar, aset modal kerja neto, rasio lancar, harga pokok pejualan, laba
bruto dan laba neto usaha.
2) Aset Tetap
Suatu aset dapat digolongkan sebagai aset tetap apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a) Mempunyai bentuk fisik (tangible), dapat dilihat atau diraba.
b) Digunakan dalam aktivitas dagang, dalam keadaan dagang normal
tidak ada maksud atau rencana untuk dijual. Hanya aset berwujud yang
digunakan dalam kegiatan sehari-hari yang dapat dikategorikan
sebagai aset tetap, sedangkan aset yang bertujuan untuk dijual kembali
dinamakan persediaan.
c) Mempunyai masa penggunaan lebih dari satu tahun atau memberikan
manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi.
PSAK No. 16 menyatakan bahwa “suatu benda berwujud yang
memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan
sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya
perolehan.” Yang dimaksud dengan biaya (harga) perolehan aset tetap
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan
lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau
konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap
untuk digunakan Berdasarkan sifat dan karakteristiknya aset tetap dapat
dikelompokkan sebagai berikut : tanah, bangunan. Mesin dan peralatan
pabrik, peralatan dan perabotan kantor serta kendaraan.
Transaksi untuk aset tetap meliputi perolehan, penyusutan, dan
penghapusan. Berikut merupakan transaksi dan pencatatannya dalam
perusahaan dagang:
Perolehan Aset Tetap
Jika dilihat dari perolehannya aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara,
diantaranya melalui pembelian, dibangun sendiri, pertukaran, kombinasi
bisnis, sewa, atau hibah.
Pengakuan Awal
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika :
• Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan
aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan
• Biaya perolehan aset diukur secara andal
Biaya Perolehan
Nilai moneter dari suatu aset tetap dapat dibedakan atas 2 kelompok besar yaitu
nilai moneter dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aset tetap
tersebut pertama kali dan biaya-biaya yang dikeluarkan setelah perolehan aset
tetap, seperti biaya perbaikan, biaya perawatan, biaya penggantian dan biaya
lainnya.
Komponen biaya perolehan
Biaya perolehan aset tetap meliputi :
• Harga pembelian
• Biaya-biaya yang terkait dengan ekspedisi atau membawa aset tetap ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset tetap siap digunakan sesuai
dengan keinginan dan maksud manajemen;
• Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset. kewajiban biaya tersebut timbul ketika aset tersebut
diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode
tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.

(1) Jenis-jenis aset tetap


a) Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya
perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak
digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening
investasi jangka panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari
berbagai elemen seperti harga beli, komisi pembelian, bea balik
nama, biaya penelitian tanah, iuran (pajak) selama tanah belum
dipakai, biaya merobohkan bangunan lama, biaya perataan tanah,
pembersihan dan pembagian, pajak yang jadi beban pembeli pada
waktu pembelian tanah.
Biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki keadaan tanah
tetapi mempunyai umur yang terbatas tidak dikapitalisasi dalam
rekening tanah tetapi dicatat sendiri dalam rekening jalan dan
jembatan (contohnya biaya membuat jalan, trotoar, dan saluran air).
Jika tanah dimiliki untuk tujuan investasi maka semua biaya yang
timbul dalam hubungannya dengan tanah tersebut selama masa
pemilikan dikapitalisasi menambah harga perolehan tanah.
Khusus untuk perseroan terbatas (PT), apabila tanah yang
dimiliki tidak merupakan hak milik tetapi berupa “hak atas tanah”
yang umurnya terbatas maka “hak atas tanah” ini disusutkan selama
umurnya dan dicantumkan dalam kelompok aset tetap tidak
berwujud.

b) Bangunan
Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya
harus dialokasikan pada tanah dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi
sebagai harga perolehan gedung adalah harga beli, biaya perbaikan
sebelum gedung itu dipakai, komisi pembelian, bea balik nama,
pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu
pembelian. Apabila gedung dibuat sendiri maka harga perolehan
gedung terdiri dari biaya pembuatan gedung, biaya perencanaan
gambar, biaya pengurusan izin bangunan, pajak selama masa
pembangunan gedung, bunga selama masa pembuatan gedung,
asuransi selama masa pembuatan gedung. Alat-alat perlengkapan
gedung seperti tangga berjalan, lift, dan lain-lain dicatat tersendiri
dalam rekening alat-alat gedung dan akan didepresiasi selama umur
alat-alat tersebut.

c) Mesin dan Alat-alat


Yang merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah
harga beli, pajak yang menjadi beban pembeli, biaya angkut,
asuransi selama dalam perjalanan, biaya pemasangan, biaya yang
dikeluarkan selama masa percobaan mesin. Apabila mesin itu dibuat
sendiri maka harga perolehannya terdiri dari semua biaya yang
dikeluarkan untuk membuat mesin. Apabila mesin disewa dari pihak
lain, biaya sewanya tidak dikapitalisasi tetapi dibebankan sebagai
biaya pada periode terjadinya.

d) Alat-Alat Kerja
Alat-alat kerja yang dimiliki bisa berupa alat-alat untuk mesin
atau alat-alat tangan seperti drei, catut, pukul besi dan lain-lain.
Karena harga perolehannya relatif kecil maka biasanya alat-alat ini
tidak didepresiasi tetapi diperlukan langkah sebagai berikut: Pada
waktu pembelian dikapitalisasi, kemudian setiap akhir periode
dihitung fisiknya, selisihnya dicatat sebagai biaya untuk periode itu
dan rekening alat-alat kerja dikredit, atau dikapitalisasi sebagai aset
dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai persediaan normal,
kemudian setiap kali terjadi pembelian baru dibebankan sebagai
biaya.

e) Perabot (Mebelair) dan Alat-alat Kantor


Contoh perabot antara lain meja, kursi, lemari; sedangkan alat-
alat kantor antara lain mesin tik, dan mesin hitung. Pembelian atau
pembuatan alat-alat ini harus dipisah-pisahkan untuk fungsi-fungsi
produksi, penjualan dan administrasi, sehingga depresiasinya dapat
dibebankan pada masing-masing fungsi tersebut. Yang termasuk
dalam harga perolehan perabot dan alat-alat kantor adalah harga beli,
biaya angkut, dan pajak yang menjadi tanggungan pembeli.
Sama halnya dengan perabot dan alat-alat kantor, maka
kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan untuk setiap fungsi
yang berbeda. Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah
harga faktur, bea balik nama, dan biaya angkut. Pajak-pajak yang
dibayar setiap periode seperti pajak kendaraan bermotor, Jasa
Raharja, dan lain-lain dibebankan sebagai biaya pada periode yang
bersangkutan. Harga perolehan kendaraan ini didepresiasi selama
masa kegunaannya.

(2) Perolehan Aset tetap


Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-
masing cara perolehan akan memengaruhi penentuan harga perolehan.
Berikut akan dibicarakan masing-masing perolehan aset tetap dan
penentuan harga perolehan:
a) Pembelian Tunai
Aset tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat
sebesar jumlah uang yang dikeluarkan. Jumlah uang yang
dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap termasuk harga faktur dan
semua biaya yang dikeluarkan agar aset tetap tersebut siap untuk
dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya
balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-
biaya di atas dikapitalisasi sebagai harga perolehan aset tetap.
Apabila dalam pembelian aset tetap ada potongan tunai, maka
potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga
faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat atau tidak.
Ilustrasi:
Perusahaan membeli Mobil dengan harga Rp200.000.000,00; perusahaan
juga membayar biaya angkut sebesar Rp500.000; biaya balik nama
Rp2.000.000,00. maka perhitungan harga perolehan mobil adalah sebagai
berikut:
Harga mobil Rp200.000.000,00
Biaya angkut Rp 500.000,00
Biaya balik nama Rp 2.000.000,00
Total harga perolehan Rp202.500.000,00

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 5 Kendaraan Rp202.500.000,0
Jan. Kas 0 Rp202.500.000,00
(Untuk mencatat
pembelian kendaraan
secara tunai)
b) Pembelian secara Lumpsum/ Gabungan

Apabila dalam pembelian diperoleh lebih dari satu macam aset


tetap maka harga perolehan harus dialokasikan berdasarkan alokasi
yang logis pada masing-masing aset tetap, misalnya berdasarkan
perbandingan harga pasar relatif atau perbandingan jumlah pajak
atas masing-masing aset yang bersangkutan. Menurut PSAK No. 16,
harga perolehan dari setiap aset tetap yang diperoleh secara
gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan
tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aset yang
bersangkutan.

Ilustrasi:
Perusahaan membeli tanah dan bangunan di atasnya dengan harga gabungan
Rp450.000.000,00. Berdasarkan data dari kantor pajak, dari jumlah pajak
atas tanah dan bangunan tersebut, 60% dikenakan atas bangunan dan 40%
dikenakan atas tanah. Berdasarkan perbandingan pajak yang dikenakan aset
tersebut, harga perolehan dialokasikan sebagai berikut :
HP tanah 40% x Rp450.000.000,00 = Rp180.000.000,00
HP bangunan 60% x Rp450.000.000,00 = Rp270.000.000,00

Jumlah Rp450.000.000,00

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 01 Tanah Rp180.000.000,00
Jan . Bangunan Rp270.000.000,00
Kas Rp350.000.000,00
(Untuk mencatat
pembelian secara
gabungan)

c) Perolehan Melalui Pertukaran

Ditukar Dengan Surat-Surat Berharga


Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau
obligasi perusahaan, dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi
yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau
obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aset tetap ditentukan
berdasarkan harga pasar aset tersebut. Apabila harga pasar surat
berharga dan aset tetap yang ditukar kedua-duanya tidak diketahui,
dalam keadaan seperti ini nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan
pimpinan perusahaan.
Nilai pertukaran ini dijadikan sebagai dasar pencatatan harga
perolehan aset tetap dan nilai-nilai surat-surat berharga yang
dikeluarkan. Pertukaran aset tetap dengan saham atau obligasi
perusahaan akan dicatat dalam rekening modal saham atau utang
obligasi sebesar nilai nominalnya, selisih nilai pertukaran dengan
nilai nominal dicatat dalam rekening agio/disagio.
Ilustrasi:
PT Mirana menukar sebuah mesin dengan 1.000 lembar saham biasa
nominal @ Rp10.000,00. Pada saat pertukaran harga pasar saham
sebesar Rp11.000,00 per lembar. Harga perolehan mesin adalah
Rp11.000.000,00 untuk selisih nilai pertukaran sebesar Rp1.000.000,00
dicatat sebagai agio saham. Apabila dalam pertukaran ini perusahaan
menambah dengan uang maka harga perolehan mesin adalah jumlah
uang yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang
dijadikan penukar. Yang dimaksudkan dengan harga pasar surat
berharga adalah harga yang terjadi dalam bursa surat berharga atau
dalam transaksi dengan pihak lain yang bebas.

d) Ditukar dengan aset tetap yang lain

Banyak pembelian aset tetap dilakukan dengan cara “tukar tambah”


dimana aset lama digunakan untuk membayar harga aset baru, baik
seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Dalam
kondisi ini, harga perolehan aset tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai
wajar aset tetap yang dilepas atau diperoleh, mana yang lebih andal,
ekuivalen dengan nilai wajar aset tetap yang dilepaskan setelah
disesuaikan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer. Bila harga pasar
aset lama maupun baru tidak dapat ditentukan, maka nilai buku aset lama
akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Masalah
lainnya adalah pengakuan rugi atau laba akibat pertukaran aset tetap
tersebut. Pembicaraan mengenai masalah rugi atau laba pertukaran akan
dipisahkan menjadi dua yaitu pertama untuk pertukaran aset tetap yang
tidak sejenis, yang kedua pertukaran aset tetap yang sejenis.

e) Pertukaran Aset Tetap Yang Tidak Sejenis

Yang dimaksud dengan pertukaran aset tetap tidak sejenis adalah


pertukaran aset tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti
misalnya pertukaran tanah dengan mesin-mesin,tanah dengan gedung,
dan lain-lain. Perbedaan antara nilai wajar aset tetap yang diserahkan
dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan aset yang
diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau
rugi pertukaran aset tetap. Penentuan harga perolehan dalam pertukaran
seperti ini harus didasarkan pada nilai wajar aset yang diserahkan tidak
dapat diketahui, maka harga perolehan aset baru didasarkan pada nilai
wajar aset baru.

Ilustrasi:

Awal tahun 2017 PT Maju Jaya menukarkan mesin produksi dengan truk
baru, harga perolehan mesin produksi sebesar Rp200.000.000,00 dengan
akumulasi depresiasi sampai tanggal pertukaran sebesar Rp150.000.000,00
sehingga nilai bukunya sebesar Rp50.000.000,00. Nilai wajar mesin
produksi tersebut sebesar Rp80.000.000,00 dan PT Maju Jaya harus
membayar uang sebesar Rp170.000.000,00 dengan harga perolehan truk
sebesar Rp250.000.000,00. Perhitungannya sebagai berikut:

Nilai wajar mesin produksi Rp80.000.000,00


Uang tunai yang dibayarkan Rp170.000.000,00
Harga perolehan truk Rp250.000.000,00

Laba pertukaran mesin dihitung sebagai berikut :


Nilai wajar mesin Rp80.000.000,00
Harga perolehan mesin Rp200.000.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp150.000.000,00
Laba pertukaran mesin Rp30.000.000,00
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 01 Truk Rp250.000.000,00
Jan . Akumulasi Dep. Mesin Rp150.000.000,00
Mesin Rp 200.000.000,00
Kas Rp170.000.000,00
Laba Rp 30.000.000,00
(Untuk mencatat
pertukaran aset tetap)

Apabila mesin di atas ditukarkan pada pertengahan tahun 2017 dan


bukannya awal tahun 2017, maka pertama kali harus diadakan pencatatan
depresiasi untuk ½ tahun 2017 dan baru dilakukan pencatatan transaksi
pertukaran. Bila diketahui umur ekonomis mesin adalah 5 tahun.
Perhitungan 6/12 x 1/5 x Rp200.000.000,00 = Rp20.000.000,00
Sehingga akumulasi depresiasi mesin adalah Rp170.000.000,00
Laba pertukaran mesin dapat dihitung sebagai berikut :
Nilai wajar mesin Rp80.000.000,00
Harga perolehan mesin Rp200.000.000,00
Depresiasi s.d awal 2017 Rp150.000.000,00
Depresiasi 6 bulan Rp20.000.000,00 +
Rp170.000.000,00
Laba pertukaran mesin Rp50.000.000,00

f) Pertukaran Aset Tetap Sejenis

Yang dimaksud dengan pertukaran aset tetap yang sejenis adalah


pertukaran aset tetap yang sifat dan fungsinya sama seperti pertukaran
mesin produksi merek A dengan merek B, mobil merek A dengan merek
B, dan seterusnya. Dalam hubungannya dalam aset tetap yang sejenis
PSAK No 16 menyatakan bahwa laba atau rugi yang timbul akibat
perbedaan nilai wajar aset tetap yang diperoleh dengan yang diserahkan
tidak boleh diakui sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengoreksi
nilai wajar aset yang diperoleh. Bila terdapat selisih wajar, maka nilai
wajar aset tetap baru ditetapkan sebesar nilai buku aset yang dilepaskan.
Sebaliknya bila nilai buku aset yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai
wajar aset yang diterima, maka nilai buku aset yang diserahkan harus
diturunkan (write down), nilai baru sesudah penurunan digunakan
sebagai nilai wajar aset yang diterima. Apabila dalam transaksi
pertukaran itu perusahaan harus membayar uang dalam jumlah tertentu,
maka harga perolehan aset yang diterima sama dengan nilai buku aset
yang dilepaskan ditambah uang yang dibayarkan. Sebaliknya apabila
perusahaan menerima uang dalam transaksi pertukaran itu, maka harga
perolehan aset yang diterima adalah sebesar nilai buku aset yang
dilepaskan dikurangi uang yang diterima.

Ilustrasi Pertukaran Dengan Mengeluarkan Kas:

PT Kamila menukarkan truk merek A dengan truk baru merek B. harga


perolehan truk A sebesar Rp100.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya
sebesar Rp40.000.000,00. Truk B harga pasarnya (nilai wajar)
Rp260.000.000,00. PT Kamila membayar Rp200.000.000,00 tunai.
Perhitungannya sebagai berikut:
Harga perolehan truk A Rp100.000.000,00
Akumulasi depresiasi Rp40.000.000,00
Nilai buku truk A Rp60.000.000,00
Kas yang dibayarkan Rp200.000.000,00
Harga perolehan truk B Rp260.000.000,00
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 01 Truk B Rp260.000.000,
Jan . Akumulasi Dep. Mesin 00
Mesin Rp40.000.000,0 Rp100.000.000,0
Kas 0 0
Laba Rp200.000.000,0
(Untuk mencatat 0
pertukaran aset tetap
sejenis)
Ilustrasi Pertukaran Dengan Penerimaan Kas:
Sebagai contoh, misalnya CV Sregep Abadi menukarkan truk A dengan truk B.
Harga perolehan truk A sebesar Rp150.000.000,00 dan akumulasi
depresiasinya sebesar Rp70.000.000,00. Harga pasar (nilai wajar) truk B
Rp85.000.000,00 dan CV Sregep Abadi menerima uang Rp5.000.000,00.
Perhitungan harga perolehan truk B sebagai berikut:
Harga perolehan truk A Rp150.000.000,00
Akumulasi depresiasi Rp70.000.000,00
Nilai buku truk A Rp80.000.000,00
Kas yang diterima Rp5.000.000,00
Harga perolehan truk B Rp75.000.000,00

g) Pembelian Angsuran

Apabila aset tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam


harga perolehan aset tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama
masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan
tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan
sebagai biaya bunga.
Ilustrasi:
CV Firda Jaya pada tanggal 1 Januari 2017 membeli mesin dengan harga
Rp30.000.000. pembayaran pertama Rp15.000.000,00 dan sisanya diangsur
tiap tanggal 31 Desember selama 3 tahun dengan bunga 12% pertahun.
Pencatatan harga perolehan mesin dan pembayaran angsuran sebagai
berikut :

31 Desember 2017
Pembayaran angsuran I Rp5.000.000,00
Bunga : 12% x Rp15.000.000,00 = Rp1.800.000,00 +
Rp6.800.000,00
Pembayaran angsuran II Rp5.000.000,00
Bunga : 12% x Rp10.000.000,00 =Rp1.200.000,00 +
Rp6.200.000,00
Pembayaran angsuran III Rp5.000.000,00
Bunga : 12% x Rp5.000.000,00 =Rp600.000,00+
Rp5.600.000,00

Harga perolehan mesin = Rp30.000.000,00 – Rp3.600.000,00


= Rp26.400.000,00

h) Diperoleh dari Hadiah/Donasi/Hibah

Aset tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi, pencatatannya bisa


dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima
hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut
jauh lebih kecil dari nilai aset tetap yang diterima. Apabila aset tetap
dicatat sebesar biaya yang telah dikeluarkan, maka hal ini akan
menyebabkan jumlah aset dan modal terlalu kecil, juga beban depresiasi
menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi hal ini maka aset yang diterima
sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.

Ilustrasi:
Misalnya UD Umami menerima hadiah berupa tanah dan gedung yang
dinilai sebagai berikut :
Tanah Rp75.000.000,00
Gedung Rp100.000.000,00+
Rp175.000.000,00
Apabila dalam penerimaan hadiah tersebut UD Umami mengeluarkan
biaya sebesar Rp10.000.000,00 maka modal hadiah akan dikredit dengan
jumlah Rp175.000.000,00. Apabila donasi yang diterima itu belum pasti
akan menjadi milik perusahaan (karena tergantung pada terlaksananya
perjanjian) maka aset dan modal dicatat sebagai elemen yang belum pasti
(contingent). Bila hak atas aset tersebut sudah diterima maka barulah
contingent atas aset dicatat sebagai harta (aset).

i) Penyusutan Aset Tetap


Aset tetap yang terus digunakan, seiring berjalannya waktu akan kehilangan
kapasitasnya untuk digunakan, maka dalam akuntansi dikenal istilah
penyusutan atau depresiasi (depreciation) kecuali tanah.
Depresiasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
(a) Penyusutan fisik, terjadi karena penggunaan dan disebabkan oleh cuaca.
(b) Penyusutan fungsional, terjadi saat aset tetap tidak lagi dapat
menyediakan jasa pada tingkat yang diharapkan, misalnya saja peralatan
menjadi dianggap kuno karena adanya perubahan teknologi.

Hal penting yang harus diketahui dalam rangka menghitung biaya


penyusutan:

(a) Harga Perolehan, yaitu keseluruhan pengeluaran yang layak dibebankan


untuk memperoleh suatu aset tetap.
(b) Umur Ekonomis, yaitu umur aset tetap sejak siap digunakan hingga aset
tetap tersebut secara ekonomis sudah tidak menguntungkan lagi untuk
digunakan.
(c) Nilai sisa atau nilai residu, yaitu nilai aset tetap setelah habis umur
ekonomisnya atau jumlah yang diharapkan akan diperoleh melalui
penjualan aset yang bersangkutan setelah penghentian pemakaian.
(d) Metode penyusutan, yaitu cara mengalokasikan harga perolehan
sebagai biaya operasional sepanjang umur aset. Hasil perhitungannya
adalah biaya depresiasi per tahun dari aset tetap tersebut.
Penyusutan aset tetap tersebut dicatat sebagai beban setiap tahunnya
sepanjang umur manfaatnya. Beban ini disebut Beban Penyusutan
(depreciation expense) yang dalam jurnal penyesuaian dicatat di sisi debit.
Sedangkan akun yang dikredit adalah Akumulasi Penyusutan (accumulated
depreciation). Berikut adalah ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat
penyusutan tersebut:
Tanggal Akun Ref Debit Kredit
2017, 31 Beban penyusutan xxx
Des. Akumulasi xxxx
penyusutan (Untuk beban
penyusutan)

Biaya yang
Biaya Nilai
dapat
Perolehan Residu
Disusutkan

Umur Manfaat

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Beban Penyusutan Periodik

Gambar 4.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Beban


Penyusutan

Beban penyusutan aset tetap dapat dihitung dengan beberapa metode,


diantaranya tiga metode berikut yang paling sering digunakan:
a) Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus ini merupakan metode yang paling banyak digunakan.
Penghitungan beban penyusutan dengan metode garis lurus, jumlah beban
penyusutan aset tetap akan sama untuk setiap tahun selama umur manfaatnya.
Rumus untuk menghitung penyusutan aset tetap dengan metode garis lurus
adalah sebagai berikut:

Biaya Perolehan − Nilai Residu


Penyusutan Tahunan =
Umur Manfaat

Sebagai ilustrasi penghitungannya, perhatikan kasus berikut:

Perusahaan membeli peralatan kantor pada tanggal 1 Januari 2018


dengan rincian berikut:
Biaya perolehan Rp24.000.000,00
Umur manfaat yang diharapkan 5 Tahun
Estimasi nilai residu Rp2.000.000,00

Penghitungan penyusutan dengan metode garis lurus sebagai berikut:


Biaya Perolehan − Nilai Residu
Penyusutan Tahunan =
Umur Manfaat
Rp24.000.000,00 − Rp2.000.000,00
=
5
= Rp4.400.000,00
Dari perhitungan tersebut, maka penyusutan pertahunnya sebesar
Rp4.400.000,00. Ayat jurnal penyesuaian untuk penyusutan peralatan kantor di
tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2018, 31 Beban penyusutan Rp4.400.000,00
Des. Akumulasi penyusutan – peralatan kantor Rp4.400.000,00
Namun, kadangkala aset dibeli tidak diawal tahun, sehingga dalam tahun
tersebut hanya digunakan dalam jangka waktu beberapa bulan saja, maka
penyusutan dihitung secara proporsional. Misalnya, peralatan diperoleh tanggal
1 Juli 2018, penyusutan pada tahun tersebut berakhir tanggal 31 Desember
2018. Maka perhitungan penyusutannya adalah:
Penyusutan untuk tahun pertama selama 1 Juli s.d. 31 Desember 2018 (6 bulan)
= 6/12 x Rp4.400.000,00 = Rp2.200.000,00
b) Metode Unit Produksi (Units-of-Production Method)
Penghitungan penyusutan aset tetap dengan metode ini menghasilkan
jumlah beban penyusutan yang sama untuk setiap unit yang diproduksi atau
setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aset. Tergantung pada jenis aset
tetapnya, metode unit produksi ini dapat dinyatakan dalam satuan jam,
kilometer (km), atau jumlah kuantitas lainnya. Untuk menghitung
penyusutan dengan metode unit produksi, berikut adalah langkah-
langkahnya:
Langkah 1: Menentukan penyusutan per-unit:
Biaya perolehan − Nilai residu
Penyusutan per unit =
Total Unit Produksi
Langkah 2: Menghitung beban penyusutan
Beban penyusutan = Penyusutan per unit x Total unit produksi yang digunakan
Sebagai ilustrasinya dapat dilihat dalam kasus berikut:

Perdagangan membeli kendaraan pada tanggal 1 Januari 2018


dengan rincian berikut:
Biaya perolehan Rp510.000.000,00
Umur manfaat 200.000 km
Penggunaan sepanjang tahun 2018 10.000 km
Estimasi nilai residu Rp10.000.000,00

Penyusutan untuk tahun 2018 dapat dihitung sebagai berikut:


Langkah 1: Menentukan penyusutan per km:
Biaya perolehan−Nilai residu
Penyusutan per km = Total Unit Produksi
Rp510.000.000,00−Rp10.000.000,00
= 200.000 km

= Rp2.500,00 per km

Langkah 2: Menghitung beban penyusutan


Beban penyusutan = Penyusutan per unit x Total unit produksi yang digunakan
Beban penyusutan = Rp2.500,00 x 10.000 km = Rp25.000.000,00
Pencatatan untuk penyusutan kendaraan tersebut selama tahun 2018 dalam ayat
jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2018, 31 Beban penyusutan Rp25.000.000,00
Des. Akumulasi penyusutan – kendaraan Rp25.000.000,00
c) Metode Saldo Menurun Ganda (Double-Declining-Balance Method)
Penghitungan penyusutan aset tetap dengan metode ini menghasilkan
beban periodik yang semakin menurun selama estimasi umur manfaat aset.
Dengan kata lain, metode ini memberikan penyusutan yang lebih besar di
tahun pertama manfaat aset tetap, diikuti jumlah penyusutan yang menurun
sehingga sering disebut Metode Penyusutan Akselerasi (accelerated
depreciation method).

Perdagangan membeli peralatan kantor pada tanggal 1 Januari


2018 dengan rincian berikut:
Biaya perolehan Rp24.000.000,00
Umur manfaat yang diharapkan 5 Tahun
Estimasi nilai residu Rp2.000.000,00

Langkah-langkah dalam menghitung penyusutan dengan metode ini sekaligus


digambarkan dalam kasus berikut:
Langkah 1 : Menentukan persentase garis lurus, menggunakan umur
manfaat yang diharapkan.
Persentase garis lurus = (100% / 5 tahun) = 20%
Langkah 2 :Menentukan saldo menurun ganda dengan mengalikan 2 x tarif
garis lurus dari langkah 1.
Tarif saldo menurun ganda = 2 x 20% = 40%
Langkah 3 : Menghitung beban penyusutan dengan mengalikan tarif saldo
menurun ganda dari langkah 2 dengan nilai buku aset.
Beban penyusutan = Rp24.000.000,00 x 40%
Beban penyusutan = Rp9.600.000,00
Untuk tahun pertama, nilai buku (book value) aset adalah biaya perolehan awal
sebesar Rp24.000.000,00. Setelah tahun pertama, nilai buku aset menurun,
akibatnya penyusutan juga akan menurun. Penyusutan untuk umur manfaat
peralatan tersebut selama 5 tahun digambarkan sebagai berikut:
Akumulasi Tingkat
Nilai Buku Nilai Buku
Harga Penyusutan Saldo
Tahun pada Awal Penyusutan pada Akhir
Perolehan pada Awal Menurun
Tahun Tahun
Tahun Ganda
1 Rp24.000.000,00 - Rp24.000.000,00 x 40% Rp9.600.000,00 Rp14.400.000,00
2 Rp24.000.000,00 Rp9.600.000,00 Rp14.400.000,00 x 40% Rp5.760.000,00 Rp8.640.000,00
3 Rp24.000.000,00 Rp15.360.000,00 Rp8.640.000,00 x 40% Rp3.456.000,00 Rp5.184.000,00
4 Rp24.000.000,00 Rp18.816.000,00 Rp5.184.000,00 x 40% Rp2.073.600,00 Rp3.110.400,00
5 Rp24.000.000,00 Rp20.889.600,00 Rp3.110.400,00 - Rp1.110.400,00 Rp2.000.000,00

d) Metode Jumlah Angka Tahun


Untuk mencari depresiasi per tahun, pertama-tama kita jumlahkan
umur penggunaan aktiva tersebut.
Contoh Soal:
CV Kharisma Niaga membeli mesin pengaduk adonan dengan harga faktur
Rp250.000.000,00 biaya pemasangan dan biaya lain yang dikapitalisasikan
Rp30.000.000,00 Mesin tersebut diperkirakan dapat memproduksi
sebanyak 5.000.000 unit kue selama umur ekonomisnya. Pada tahun 2005
diproduksi kue sebanyak 500.000 unit. Nilai residu mesin adalah
Rp20.000.000,00 Umur ekonomis Mesin Pengaduk Adonan 5 tahun.
Pertanyaan:
Hitunglah penyusutan mesin yang dicatat CV Kharisma Niaga!
Jawaban:
Karena n pada soal diatas adalah 5 tahun,
maka: 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15.
HP = Rp250.000.000,00 + Rp30.000.000,00 = Rp280.000.000,00
NR= Rp20.000.000,00
HP – NR = Rp280.000.000,00 - Rp20.000.000,00 = Rp260.000.000,00
Depresiasi tahun 1 = 5/15 x Rp260.000.000,00= Rp. 86.666.667,00
Depresiasi tahun 2 = 4/15 x Rp260.000.000,00 = Rp.69.333.333,00
Depresiasi tahun 3 = 3/15 x Rp260.000.000,00= Rp. 52.000.000,00
Depresiasi tahun 4 = 2/15 x Rp260.000.000,00= Rp. 34.666.667,00
Depresiasi tahun 5 = 1/15 x Rp260.000.000,00 = Rp. 17.333.333,00
Program Depresiasi dengan Metode Jumlah Angka Tahun:
Nilai Buku Akhir
Harga Depresiasi Akumulasi
Tahun Tahun
Perolehan /tahun Depresiasi
(HP – Akumulasi)
1 280.000 86.666.667 86.666.667 193.333.333
2 280.000 69.333.333 156.000.000 124.000.000
3 280.000 52.000.000 208.000.000 72.000.000
4 280.000 34.666.667 242.666.667 37.333.333
5 280.000 17.333.333 260.000.000 20.000.000

j) Penghentian Aset Tetap

Penghentian aset tetap bisa dikarenakan 3 hal yaitu:

(a) Transaksi Penjualan Aset Tetap


Apabila timbul selisih antara nilai buku dengan harga jual aset tetap,
maka diakui sebagai laba atau rugi penjualan aset tetap.
Harga jual > Nilai buku maka laba
Harga jual < Nilai buku maka rugi

Ilustrasi:
Tanggal 1 Januari 2018 PT Bagong memperoleh gedung dengan biaya
Rp 600.000.000,00; biaya penyusutan gedung dengan metode garis lurus
dengan masa manfaat 20 tahun dengan nilai residu Rp 60.000.000,00.
Pada 31 Juni 2009, gedung dijual secara tunai Rp 440.500.000,00.
Pencatatannya:

Mencatat pemutakhiran depresiasi

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 31 Beban penyusutan gedung Rp13.500.000,00
Jun. Akumulasi Rp13.500.000,00
penyusutan gedung
(Untuk beban penyusutan)

Pencatatan ini menyebabkan nilai akumulasi depresiasi menjadi Rp


229.500.000,00 dari perhitungan:
Beban depresiasi gedung 2011-2018
(Rp 600.000.000,00-Rp 60.000.000,00)/20 x 8 tahun = Rp 216.000.000,00
Beban depresiasi gedung 2019
(Rp 600.000.000,00-RP 60.000.000,00)/20 x ½ tahun = Rp 13.500.000,00 +
Akumulasi depresiasi gedung = Rp 229.500.000,00
Jurnal pencatatan atas transaksi penjualan gedung :
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 31 Kas Rp440.500.000,00
Jun. Akumulasi penyusutan gedung Rp229.500.000,00
Gedung Rp600.000.000,00
Laba penjualan gedung Rp 70.000.000,00
(Untuk mencatat penjualan
gedung)

(b) Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap


Ilustrasi:
UD Kinanthi memiliki mesin yang diperoleh pada tanggal 1 Januari
2010 dengan kos Rp 1.000.000, umur ekonomis 10 tahun, dan nilai
residu Rp 100.000, penyusutan menggunakan metode garis lurus. Jika
30 Juni 2018 berhenti dioperasikan maka pencatatannya:

Depresiasi : (1.000.000-100.000)/10 = 90.000

Akumulasi depresiasi =( 90.000 x 9)+45.000 = Rp 855.000,00

Mencatat depresiasi selama 6 bulan:

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 30 Beban penyusutan mesin Rp45.000,00
Jun. Akumulasi penyusutan mesin Rp45.000,00
(Untuk mencatat beban penyusutan)

Mencatat penghentian mesin:

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 30 Akumulasi penyusutan Rp855.000,00
Jun. Rugi penghentian mesin Rp145.000,00
Mesin Rp1.000.000,00
(Untuk mencatat penghentian mesin)

3) Aset Takberwujud
Aset takberwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi,
yang memiliki substansi fisik. Nilai dari aset tak berwujud berasal dari hak
atau keistimewaan yang diperoleh perdagangan dari memiliki aset tersebut.
Biaya perolehan aset takberwujud adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk
memperoleh aset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat
diterapkan , jumlah didistribusikan ke aset pertama kali diakui sesuai
dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain, contohnya PSAK 53:
Pembayaran Berbasis Saham. Contoh aset takberwujud adalah paten, hak
cipta, merek produk, waralaba, goodwill, piranti lunak. PSAK 19
mengidentifikasi aset tak berwujud adalah aset nonmoneter teridentifikasi
tanpa wujud fisik. Agar diakui sebagai aset tak berwujud perusahaan diakui
jika dan hanya jika kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat
ekonomis masa depan dari set tersebut, biaya perolehan aset tersebut dapat
diukur secara andal.
Aset Tak Periode
Deskripsi Beban Periodik
Berwujud Amortisasi
Hak Paten Hak eksklusif untuk Estimasi umur Beban
memperoleh keuntungan manfaat Amortisasi
atas inovasi. melebihi umur
legal
Hak Cipta Hak eksklusif untuk Estimasi umur Beban
memperoleh keuntungan manfaat Amortisasi
dari sastra, artistik atau melebihi umur
komposisi musik legal
Merek Hak eksklusif untuk Tidak ada Rugi penurunan
Dagang menggunakan nama, nilai jika nilai
istilah atau simbol wajar kurang
dari nilai
tercatat.
Goodwill Kelebihan harga Tidak ada Rugi penurunan
pembelian bisnis diatas nilai jika nilai
nilai wajar aset (aset- wajar kurang
liabilitas) dari nilai
tercatat.

Ilustrasi
Hak Paten
Perusahaan mendapatkan hak paten pada awal tahun fiskal senilai
Rp100.000.000,00. Umur manfaatnya diperkirakan 5 tahun, ayat jurnal
penyesuaian untuk paten adalah sebagai berikut :
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 31 Beban amortisasi-hak paten Rp20.000.000,00
Des. Hak paten Rp20.000.000,00
(Untuk mencatat beban
amortisasi hak paten)
Goodwill
Definisi aset takberwujud mensyaratkan keteridentifikasian untuk aset
takberwujud sehingga dapat dibedakan dari goodwill. Goodwill dalam suatu
kombinasi bisnis diakusi sebagai aset yang merepresentasikan manfaat
ekonomik masa depan yang muncul dari aset lain yang diakuisisi dalam
kombinasi bisnis tersebut yang tidak diidentifikasikan secara individual dan
diakui secara terpisah. Manfaat ekonomik masa depan dapat dihasilkan dari
sinergi antara aset teridentifikasi yag diperoleh atau dari aset yang secara
individual, tidak memenuhi syarat untuk diakui dalam laporan keuangan.
PSAK 22 menjelaskan goodwill definisinya adalah suatu aset yang
merepresentasikan manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset lain
yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak dapat diidentifikasi secara
individual dan diakui secara terpisah. Pengukuran goodwill diukur sebagai
kelebihan nilai wajar imbalan yang secara efektif dialihkan (kepentingan
kelompok usaha pada Entitas A) atas nilai neto aset dan liabilitas teridentifikasi
Entitas A yang diakui sebagai berikut:

Rp (dalam ribuan)
Imbalan yang secara efektif dialihkan 1.600,00
Nilai neto aset dan liabilitas teridentifikasi
Entitas A yang diakui
Aset Lancar 500,00
Aset tidak lancar 1.500,00
Liabilitas jangka pendek (300,00)
Liabilitas jangka panjang (400,00) (1.300,00)
Goodwill 300,00
4) Liabilitas (Liabilities)
a) Definisi Liabilitas
Saat sebuah perusahaan atau bank memberikan fasilitas, sama
artinya dengan memberikan pinjaman. Perusahaan atau bank yang
memberikan pinjaman disebut kreditor (pemberi pinjaman). Individu
atau perusahaan yang menerima kredit atau disebut kreditur
(peminjam). Pinjaman yang timbul disebut dengan liabilitas.
Liabilitas merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi
(Hans Kartikahadi, dkk.., 2016). Penyelesaian suatu kewajiban dapat
dilakukan dalam berbagai cara antara lain yaitu dengan pembayaran kas,
penyerahan aset lain, pemberian jasa, penggantian dengan kewajiban
lain, maupun konversi kewajiban menjadi ekuitas.Liabilitas dapat
diklasifikasikan menjadi Liabilitas Jangka Pendek dan Liabilitas Jangka
Panjang.
(1) Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas dapat dikatakan sebagai Liabilitas Jangka Pendek jika
diharapkan bisa diselesaikan dalam kurun waktu operasional normal
perdagangan; atau jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari dua
belas bulan dari tanggal laporan posisi keuangan; atau dimiliki untuk
maksud diperdagangkan; atau entitas tidak memiliki hak tanpa syarat
untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya dua
belas bulan setelah periode pelaporan. Klasifikasi Liabilitas Jangka
Pendek antara lain yaitu:
(a) Dapat diselesaikan dalam siklus operasi normalnya Beberapa liabilitas
diharapkan oleh manajemen akan diselesaikan dalam siklus operasi
normal perusahaan.
(b) Kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa yang digunakan
dalam operasional normal perdagangan, di antaranya yaitu Utang Usaha
, Utang Gaji, Utang Pajak, dan Utang Lain-lain.
(c) Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan, atau
(d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan

Pengakuan Liabilitas
Liabilitas diakui dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca) kalau besar
kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomi, akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang dan jumlah
yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
Yang termasuk dalam liabilitas jangka pendek, yaitu:

(a) Utang Usaha


Utang usaha meliputi berbagai pembelian yang dilakukan secara kredit,
termasuk pembelian barang dagangan dan perlengkapan. Pada umumnya
utang usaha biasanya merupakan liabilitas jangka pendek terbesar.
Utang usaha adalah kewajiban perusahaan yang timbul dari kegiatan
normal perusahaan. Apabila terhadap sesuatu utang usaha, perusahaan
menyertainya dengan suatu kesanggupan tertulis untuk melunasinya pada
tanggal tertentu, utang usaha termaksud digolongkan ke dalam utang wesel.
Sedangkan apabila perusahaan tidak mengeluarkan surat kesanggupan maka
masuk ke dalam utang usaha biasa.
Contoh :
Pada tanggal 1 Juni 2019, PT. Putra Jaya membeli barang dagang dari PT.
Andromeda sejumlah Rp1.000.000,00. Pembelian dibayar secara kredit
dengan syarat kredit 2/10,n/30, PT. Putra Jaya membayar barang dagangan
tersebut pada tanggal 8 Juni 2019, perusahaan menggunakan sistem periodik
dalam mencatat persediaannya, ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut
adalah:

Jurnal untuk mencatat pembelian barang dagangan secara kredit:


Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 1 Pembelian Rp1.000.000,00
Jun. Utang usaha Rp1.000.000,00
(Untuk mencatat pembelian
barang dagangan secara
kredit)

Jurnal untuk mencatat pelunasan barang dagangan


Utang Usaha : Rp1.000.000,00
Potongan Pembelian (2%x Rp1.000.000,00) : (Rp 20.000,00)
Utang Usaha yang dibayarkan : Rp 980.000,00

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 8 Utang usaha Rp1.000.000,00
Jun. Potongan pembelian Rp200.000,00
Kas Rp980.000,00
(Untuk mencatat
pembayaran utang usaha)

(b) Utang Bank


Utang Bank adalah pinjaman yang ditarik oleh perusahaan dari bank.
Apabila perusahaan dibebani kewajiban melunasinya dalam kurun waktu tidak
lebih dari satu tahun, utang bank tersebut termasuk kewajiban lancar.
(c) Utang Pajak Kini
Merupakan kewajiban fiskal yang sudah menjadi tanggungan
perusahaan saat ini (tanggal Laporan Posisi Keuangan (Neraca)) tetapi
perusahaan belum melunasinya.
Contoh :
Utang Pajak Penjualan
Utang Pajak Penjualan adalah utang perusahaan pada kantor pajak yang
dipungut oleh perusahaan dari pelanggan atas penjualan barang atau jasa.
Pada tanggal 24 Juni 2019, PT. Putra Jaya mencatat penjualan tunai sebesar
Rp12.000.000,00 termasuk PPN, maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
Penjualan tunai : Rp12.000.000,00
Pajak : 10/100 x Rp12.000.000,00 : Rp 1.200.000,00
Jumlah Penjualan : Rp 10.800.000,00

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 24 Kas Rp12.000.000,00
Jun. Penjualan Rp10.8200.000,00
Utang pajak penjualan Rp1.200.000,00
(Untuk mencatat utang
pajak penjualan)

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 24 Utang pajak penjualan Rp1.200.000,00
Jun. Kas Rp1.200.000,00
(Untuk mencatat penyetoran
pajak

(d) Pendapatan diterima dimuka (unearned revenue)


Merupakan penerimaan kas oleh perusahaan yang belum saatnya diakui
sebagai pendapatan. Misalnya, perusahaan menerima kas dari pelanggan yang
menyewa kios pertokoan untuk kontrak sewa selama satu tahun sejak awal
Oktober 2019 sampai dengan akhir September 2020. Apabila pada 31
Desember 2019 perusahaan menyusun laporan keuangan, maka hanya sewa
dari 1 Oktober 2019 – 31 Desember 2019 yang merupakan pendapatan
diterima dimuka.
Dalam melakukan pencatatan atas pendapatan diterima dimuka, terdapat dua
cara, yaitu :
(7) Pendekatan Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Pada pendekatan Laporan Posisi Keuangan (Neraca) ini, maka pendapatan
diterima dimuka akan diakui sebagai hutang dan dicatat di jurnal umum.
PT. Putra Jaya menerima pendapatan atas kios yang di kontrakan sebesar Rp
12.000.000,00 untuk satu tahun, untuk periode 1 Juni 2019 – 31 Mei 2020.
Ketika PT. Putra Jaya menyusun Laporan Laba Rugi per 31 Desember 2019,
maka jurnal pencatatannya adalah sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat pendapatan diterima dimuka :

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 1 Kas Rp12.000.000,00
Jun. Pendapatan diterima Rp12.000.000,00
dimuka
(Untuk mencatat pendapatan
diterima dimuka)

Jurnal penyesuaian 31 Desember 2019 :


Pendapatan Sewa :
Periode : 1 Juni 2019 – 31 Desember 2019 :
7/12 x Rp12.000.000,00 : Rp7.000.000,00
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 31 Pendapatan diterima dimuka Rp7.000.000,00
Des. Pendapatan sewa Rp7.000.000,00
(Untuk mencatat pendapatan
diterima dimuka)

(8) Pendekatan Laba Rugi


Pada pendekatan ini, maka pendapatan diterima dimuka akan diakui
sebagai pendapatan sewa saat dicatat dijurnal umum.
PT. Putra Jaya menerima pendapatan atas kios yang di kontrakan sebesar Rp
12.000.000,00 untuk satu tahun, untuk periode 1 Juni 2019 – 31 Mei 2020.
Ketika PT. Putra Jaya menyusun Laporan Laba Rugi per 31 Desember 2019,
maka jurnal pencatatannya adalah sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat pendapatan diterima dimuka :
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 1 Kas Rp7.000.000,00
Jun. Pendapatan sewa Rp7.000.000,00
(Untuk mencatat pendapatan
diterima dimuka)

Jurnal penyesuaian 31 Desember 2019 :


Pendapatan Sewa :
Periode : 1 Juni 2019 – 31 Desember 2019 :
7/12 x xRp12.000.000,00 : Rp7.000.000,00
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 31 Pendapatan sewa Rp7.000.000,00
Des. Pendapatan diterima Rp7.000.000,00
dimuka
(Untuk mencatat pendapatan
diterima dimuka)

(e) Wesel Bayar Jangka Pendek


Wesel bayar dapat diterbitkan untuk membeli barang dagangan atau aset
lainnya. Wesel tersebut diterbitkan untuk kreditor guna melunasi utang usaha
penerbit wesel untuk sementara waktu.
Ilustrasi :
PT. Putra Jaya menerbitkan wesel bayar 90 hari dengan bunga 12% sebesar
Rp1.000.000,00 tertanggal 1 Agustus 2019, untuk PT. Andromeda guna
membayar utang usaha yang telah lewat jatuh tempo sebesar Rp1.000.000,00.
Ayat jurnal untuk mencatat penerbitan wesel bayar tersebut adalah sebagai
berikut

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 1 Utang usaha Rp1.000.000,00
Agus Wesel bayar Rp1.000.000,00
. (Untuk mencatat
menerbitkan wesel bayar 90
hari dan bunga 12%)
Saat wesel bayar jatuh tempo, ayat jurnal untuk mencatat pembayaran pokok
sebesar Rp1.000.000,00 ditambah bunga Rp30.000 (Rp1.000.000 x 12% x 90/360)
adalah sebagai berikut :

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 30 Wesel bayar Rp1.000.000,00
Okt. Beban bunga Rp30.000,00
Kas Rp1.030.000,00
(Untuk mencatat
pembayaran pokok dan
bunga yang jatuh tempo)

Beban bunga akan dilaporkan di bagian beban lainnya di laporan laba rugi untuk
tahun yang berakhir pada 31 Desember 2019. Akun beban bunga akan ditutup pada
31 Desember.
Wesel bayar juga dapat diterbitkan untuk menjamin utang usaha, ilustrasinya adalah
sebagai berikut:
Tanggal Transaksi PT. Putra Jaya PT. Andromeda
PT. Putra Jaya membeli barang
1-May kepada PT. Andromeda secara Persediaan Rp10.000.000,00 Piutang Usaha Rp10.000.000,00
kredit
sebesar Rp 10.000.000,00 dengan
syarat kredit 2/10. n/30. Beban Utang Usaha Rp10.000.000,00 Penjualan Rp10.000.000,00
Pokok
Penjualan yang dicatat PT.
Andromeda adalah
Rp7.500.000,00
Beban Pokok Penjualan Rp10.000.000,00
Persediaan Rp10.000.000,00

PT. Putra Jaya menerbitkan wesel


31-May bayar 60 hari dengan bunga 12% Utang Usaha Rp10.000.000,00 Wesel Tagih Rp10.000.000,00
senilai
Rp10.000.00,00 untuk PT.
Wesel bayar Rp10.000.000,00 Piutang Rp10.000.000,00
Andromeda secara kredit

PT. Putra Jaya membayar wesel


30-Jul bayar yang jatuh tempo kepada Wesel Bayar Rp10.000.000,00 Kas Rp10.200.000,00
PT. Andromeda
Dengan Bunga : Rp
Beban Bunga Rp200.000,00 Pendapatan Bunga Rp200.000,00
10.000.000,00 x x12% x60/360
Kas Rp10.200.000,00 Wesel Tagih Rp10.000.000,00
(3) Liabilitas Jangka Panjang
Liabilitas Jangka Panjang adalah kewajiban yang akan terselesaikan
melebihi siklus operasional normal perdagangan, yang termasuk ke dalam
kategori ini antara lain yaitu kewajiban yang timbul sebagai bagian dari
strukturisasi modal perdagangan berjangka panjang misalnya Pinjaman Bank
Jangka Panjang dan Kewajiban Sewa Jangka Panjang serta kewajiban yang
timbul tidak dari operasional normal perdagangan misalnya Kewajiban Premi
Pensiun dan Liabilitas Pajak Tangguhan yang penyelesaiannya belum
diketahui secara pasti. Termasuk dalam liabilitas jangka panjang adalah:
(a) Utang Hipotik adalah kewajiban jangka panjang yang dijamin dengan
sejumlah aset tetap, biasanya real estate.
(b) Utang obligasi adalah kewajiban kepada pihak lain dengan menerbitkan
surat obligasi, yaitu kesanggupan untuk membayar sejumlah uang
sebagaimana tercantum dalam surat utang tersebut saat jatuh tempo
ditentukan. Umumnya utang obligasi adalah utang kepada publik yang
angka pelunasannya melebihi satu tahun.
(c) Utang Bank Jangka Panjang menunjukkan pinjaman dari bank yang saat
jatuh temponya lebih dari satu tahun.
Dalam operasionalnya, perusahaan seringkali memerlukan dana
tambahan, salah satu caranya adalah dengan menerbitkan obligasi atau
sebagai alternatif perusahaan juga dapat menerbitkan wesel angsuran.

Wesel Angsuran
Wesel angsuran merupakan utang yang mana peminjam dana harus melakukan
pembayaran dengan jumlah sama secara periodik sepanjang angka waktu wesel
angsuran tersebut. Tidak seperti obligasi, setiap pembayaran mencakup hal-hal
sebagai berikut :
(a) Pembayaran untuk sebagian dari jumlah dana yang dipinjam disebut pokok
(b) Pembayaran bunga atas jumlah yang beredar
(c) Pada akhir periode pokok akan terbayar secara penuh.
(d) Pada umumnya digunakan untuk pembelian aset tertentu seperti peralatan dan
sering kali aset yang dibeli menjadi jaminan atas wesel angsuran.
(e) Ketika wesel angsuran berjamin aset tetap, wesel ini dinamakan surat utang
berjamin aset tetap (mortgage note).
(f) Jika peminjam gagal untuk membayar surat utang berjamin aset tetap, maka
pemberi dana berhak untuk mengambil alih aset yang dijaminkan dan menjual
aset itu untuk melunasi utangnya.
Menerbitkan wesel angsuran
Ilustrasi:
PT. Putra Jaya menerbitkan wesel angsuran dibawah ini untuk Bank Aset Mandiri
pada tanggal 1 Januari 2019
Nilai wesel angsuran : Rp24.000.000,00
Suku Bunga : 6%
Jangka waktu angsuran : 5 tahun
Present value anuitas : 4,212 (angka diperoleh dari tabel present value
untuk periode 5 tahun dengan suku bunga 6%)
Pembayaran tahunan
Rp 24.000.000/ 4,212 : Rp 5.698.000,00
Ayat jurnal untuk penerbitan wesel angsuran adalah sebagai berikut ;
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 1 Kas Rp24.000.000,0
Jan. Wesel bayar 0 Rp24.000.000,00
(Untuk mencatat penerbitan
wesel angsuran)

Amortisasi penghitungan wesel angsuran dibawah ini:


(1) Kolom A : merupakan nilai buku yang mencerminkan saldo pinjaman pada
awal tahun
(2) Kolom B : merupakan jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh PT. Putra
Jaya selama periode wesel
(3) Kolom C : merupakan porsi beban bunga yang diperoleh dengan cara
menghitung beban bunga yang telah ditetapkan dikalikan dengan angsuran
setiap periode.
(4) Kolom D : merupakan sisa porsi pokok setelah angsuran dibayar. Cara
menghitungnya dengan mengurangi angsuran periode (Kolom B) dengan
beban bunga (Kolom C).
(5) Kolom E : merupakan sisa nilai utang wesel per 31 Desember periode
berjalan. Ketika periode angsuran wesel angsuran telah selesai harus bernilai
0.
Ayat jurnal untuk mencatat angsuran pertama pada 31 Desember 2015 adalah :

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2015, 31 Beban bunga Rp1.440.000,00
Des. Wesel bayar Rp4.258.000,00
Kas Rp5.698.000,00
(Untuk mencatat angsuran
pertama)
5) Ekuitas (Equity)
a) Definisi Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua
liabilitas (Kartikahadi, dkk.., 2016). Ekuitas juga dapat diartikan sebagai
modal pemilik (owner’s equity) adalah sumber pemerolehan dana yang
berasal dari pemilik. Penyajian ekuitas bertujuan agar laporan keuangan
dapat memberikan informasi dengan jelas hak dan pembatasan yang
ditetapkan menurut hukum atau pembatasan lainnya atas ekuitas
sehubungan dengan hak kepemilikan masing-masing pemilik modal dalam
hubungannya dengan pembagian laba, dividen, maupun pengembalian
modal. Ekuitas merupakan pemilik atas suatu entitas. Jenis dan
pengklasifikasian ekuitas tergantung pada bentuk hukum perusahaan;
perusahaan perseorangan; firma, perseroan komanditer (CV), perseroan
terbatas (PT), perusahaan umum (perum), perusahaan jawatan (perjan),
Koperasi dan lain lain. Sejalan dengan perubahan dalam PSAK, dan
perkembangan entitas, bagian ekuitas dalam laporan posisi keuangan menjadi
semakin kompleks. Ekuitas adalah aset dikurangi liabilitas. Aset sebuah
perusahaan diklaim oleh kreditur maupun pemegang saham. Untuk
menemukan apa yang menjadi milik pemegang saham, kita mengurangkan
klaim dari kreditor (liabilitas) dari aset. Sisanya adalah klaim dari pemegang
saham pada aset-ekuitas, terkadang dianggap sebagai ekuitas residual yaitu
ekuitas yang tersisa setelah klaim dari kreditur terpenuhi. Ekuitas pada
umumnya terdiri dari :
(1) Modal saham biasa
Sebuah perseroan terbatas dapat memperoleh dana dengan menjual saham
biasa ke para investor. Modal saham biasa adalah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan jumlah yang dibayarkan oleh para pemegang saham
untuk saham biasa yang mereka beli.
(2) Saldo laba
Ditentukan oleh tiga komponen yaitu pendapatan, beban dan dividen.
Komponen ekuitas yang lazim dalam kelompok ekuitas dalam laporan
keuangan adalah sebagai berikut :

EKUITAS

Modal Saham xxx


Tambahan modal disetor xxx
Uang muka setoran modal xxx
Komponen ekuitas lainnya xxx
saldo Laba xxx
Ekuitas yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk xxx
Kepentingan non pengendali xxx
Jumlah Ekuitas xx

Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 2019 Putra dan Jaya memutuskan untuk membuka
perusahaan dagang alat tulis, mereka menginvestasikan uang tunai sebesar
Rp150.000.000,00. Ayat jurnal nya adalah:

Tanggal Deskripsi Debit Kredit


2019, 1 Kas Rp150.000.000,00
Jan. Ekuitas Rp150.000.000,00
(Untuk mencatat
investasi pemilik)
5. Forum Diskusi
Jelaskan menurut anda metode penyusutan manakah yang dapat
berpengaruh pada laba sehingga laba di awal periode umur ekonomis akan
terlihat kecil?

C. Penutup
1. Rangkuman
Dalam laporan keuangan terdapat unsur dan elemen laporan keuangan.
Unsur laporan keuangan terdiri dari Laporan Posisi Keuangan (Neraca) untuk
melaporkan posisi keuangan, laporan laba rugi melaporkan kinerja dan laporan
perubahan posisi keuangan untuk melaporkan sumber, penggunaan dan
perubahan dana yang berdampak pada posisi keuangan. Elemen laporan
keuangan terdiri dari aset, liabilitas dan ekuitas. Aset adalah sumber daya yang
dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan. Aset terdiri dari aset lancar, aset
tetap dan aset tidak berwujud.Liabilitas merupakan kewajiban entitas masa kini
yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat
ekonomi. Liabilitas terdiri dari liabilitas lancar atau liabilitas jangka pendek dan
liabilitas jangka panjang. Ekuitas adalah hak residual atas aset setelah dikurangi
semua liabilitas
2. Tes Formatif
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib mempublikasikan
Laporan Keuangannya yang telah diaudit. Hal ini merupakan salah satu
tujuan utama Laporan Keuangan suatu, yaitu....
A. Memberikan informasi tentang aset entitas
B. Memberikan informasi tentang posisi keuangan
C. Memberikan informasi mengenai liabilitas entitas
D. Memberikan informasi mengenai kinerja keuangan kepada pemangku
kepentingan entitas
E. Memberikan informasi mengenai manajemen entitas.
2. Pada tanggal 29 Oktober 2019, PT. A menerima pembayaran sebesar Rp
15.000.000,00 dari salah satu pelanggannya untuk pembayaran piutang.
Pada tanggal 31 Oktober 2019, PT. A membuat rekonsiliasi bank. Perlakuan
transaksi tersebut pada rekonsiliasi bank yaitu. ..
A. Mengurangi saldo perusahaan
B. Menambah saldo perusahaan
C. Menambah saldo bank
D. Mengurangi saldo bank
E. Menyesuaikan saldo kas kecil
3. PT. A melakukan cash opname pada tanggal 31 Desember 2019, manakah
item dibawah ini yang bukan merupakan setara kas. ..
A. Cek dari Pelanggan untuk membayar piutang
B. Deposito berjangka yang jatuh tempo selama 6 bulan
C. Bilyet Giro dari pelanggan untuk membayar piutang
D. Saldo rekening giro perusahaan di bank
E. Kas kecil
4. PT. A menuliskan cek sebesar Rp 10.000.000,00 untuk pengisian kembali
kas kecil. Kas kecil terdiri dari nota-nota sebesar Rp 9.400.000,00 dan uang
tunai sebesar Rp 400.000,00. PT. A menggunakan sistem fluktuasi dalam
mencatat kas kecilnya. Ketika melakukan pengisian kembali berapakah
jumlah kas kecilnya. ..
A. Rp 10.000.000,00
B. Rp 9.400.000,00
C. Rp 400.000,00
D. Rp 600.000,00
E. Rp 9.800.000,00
5. PT. Indira membeli barang dagang kepada PT. Harapan, karena PT. Indira
sampai dengan jatuh temponya belum membayar, maka PT Indira
menerbitkan wesel, atas transaksi tersebut jurnal yang dicatat oleh PT
Indira adalah...
A. Persediaan (D); Utang Usaha (K)
B. Utang Usaha (D); Wesel Bayar (K)
C. Kas (D); Wesel Bayar (K)
D. Wesel Tagih (D); Piutang Usaha (K)
E. Piutang Usaha (D); Kas (K)
6. PT. Indira membeli barang dagang kepada PT. Harapan, karena PT. Indira
sampai dengan jatuh temponya belum membayar, maka PT Indira
menerbitkan wesel, atas transaksi tersebut jurnal yang dicatat oleh PT
Harapan adalah...
A. Persediaan (D); Utang Usaha (K)
B. Utang Usaha (D); Wesel Bayar (K)
C. Kas (D); Wesel Bayar (K)
D. Wesel Tagih (D); Piutang Usaha (K)
E. Piutang Usaha (D); Kas (K)
7. Pada tanggal 31 Juli 2019 Akun Piutang Dagang memiliki saldoRp
800.000.000,00. Kerugian piutang dihitung 1,5% dari saldo Piutang
Dagang. Apabila saldo Cadangan Kerugian Piutang memiliki saldo kredit
sebesar Rp 1,000.000,00 sebelum penyesuaian, berapakah saldo setelah
penyesuaian?
A. Rp 7.000.000,00
B. Rp 11.000.000,00
C. Rp 12.000.000,00
D. Rp 13.000.000,00
E. Rp 15.000.000,00
8. Data atas analisis dan umur piutang PT. A adalah sebagai berikut :
Piutang Dagang Rp 800.000.000,00
Cadangan Kerugian Piutang Dagang
Sebelum penyesuaian Rp 50.000.000,00
Jumlah piutang dagang yang diharapkan
dapat tertagih Rp 65.000.000,00
Saldo piutang dagang pada tanggal 31 Desember setelah penyesuaian
adalah,..
A. Rp 685.000.000,00
B. Rp 750.000.000,00
C. Rp 800.000.000,00
D. Rp 735.000.000,00
E. Rp 650.000.000,00
9. PT. B membeli mesin pabrik pada 1 Januari 2020. Biaya perolehan sebesar
Rp 600.000.000,00, umur ekonomis 8 tahun dan memiliki nilai sisa sebesar
Rp 80.000.000,00. Berapakah nilai penyusutan mesin pabrik pada tahun
2021 dengan menggunakan metode penyusutan berganda?
A. Rp 65.000.000,00
B. Rp 112.500.000,00
C. Rp 150.000.000,00
D. Rp 65.250.000,00
E. Rp 55.000.000,00
10. PT. B membeli mesin pabrik pada 1 Januari 2020. Biaya perolehan sebesar
Rp 600.000.000,00, umur ekonomis 8 tahun dan memiliki nilai sisa sebesar
Rp 80.000.000,00. Berapakah akumulasi penyusutan mesin pabrik pada
tahun 2021 dengan menggunakan metode garis lurus?
A. Rp 65.000.000,00
B. Rp 55.000.000,00
C. Rp 200.000.000,00
D. Rp 100.000.000,00
E. Rp 130.000.000,00

3. Tes Sumatif
1. Pada tanggal 2 Januari 2019 UD Joni membeli barang dagangan
Rp2.000.000,00 dari CV Priyono dengan syarat 2/10, n/30. Bagaimanakah
pencatatan dalam jurnal saat dilakukan pelunasan di tanggal 14 Januari 2019
jika digunakan sistem perpetual….
A.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 14 Utang Dagang Rp2.000.000,00 -
, Kas - Rp2.000.000,00
Jan. (Untuk mencatat pelunasan utang
dagang pada CV Priyono)

B.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 14 Utang Dagang Rp1.960.000,00 -
, Kas - Rp1.960.000,00
Jan. (Untuk mencatat pelunasan utang
dagang pada CV Priyono)

C.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 14 Utang Dagang Rp2.000.000,00 -
, Persediaan Barang Dagang - Rp2.000.000,00
Jan.
(Untuk mencatat pelunasan utang
dagang pada CV Priyono)

D.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 14 Utang Dagang Rp2.000.000,00 -
, Kas - Rp1.960.000,00
Jan. Persediaan Barang Dagang Rp 40.000,00
(Untuk mencatat pelunasan utang
dagang pada CV Priyono)

E.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019 14 Utang Dagang Rp2.000.000,00 -
, Kas - Rp1.960.000,00
Jan. Potongan Pembelian Rp 40.000,00
(Untuk mencatat pelunasan utang
dagang pada CV Priyono)

2. PT Yudhistira membeli barang dagang secara kredit dari pemasok senilai


Rp11.500.000,00 dengan syarat 2/10, n/30. PT Yudhistira mengembalikan
barang senilai Rp2.500.000,00 karena rusak, dan mendapat kredit secara penuh.
Jika PT Yudhistira membayar faktur dalam periode diskon, berapakah jumlah
uang tunai yang diperlukan untuk pembayaran (1), serta akun apakah yang
dikredit untuk mencatat retur jika digunakan sistem perpetual (2)….
A. (1) Rp8.770.000,00; (2) Retur Pembelian
B. (1) Rp8.770.000,00; (2) Persediaan
C. (1) Rp8.820.000,00; (2) Retur Pembelian
D. (1) Rp8.820.000,00; (2) Persediaan
E. (1) Rp9.000.000,00; (2) Retur Pembelian

3. Ayat jurnal penutup untuk perusahaan dagang sama dengan ayat jurnal untuk
perusahaan jasa:
(1) Mengkredit akun-akun nominal seperti penjualan, dan mendebit akun
Ikhtisar Laba Rugi.
(2) Mendebit akun-akun nominal dengan saldo kredit seperti penjualan, dan
mengkredit akun Ikhtisar Laba Rugi.
(3) Mendebit akun-akun nominal seperti beban, dan mengkredit akun Ikhtisar
Laba Rugi.
(4) Mengkredit akun-akun nominal dengan saldo debit seperti beban, dan
mendebit akun Ikhtisar Laba Rugi.
(5) Mengkredit akun Ikhtisar Laba Rugi sebesar saldonya dan mendebit akun
Modal Pemilik.
(6) Mendebit akun Ikhtisar Laba Rugi sebesar saldonya dan mengkredit akun
Modal Pemilik.
(7) Mengkredit akun Modal Pemilik sebesar saldo akun Prive, dan mendebit
akun Prive.
(8) Mendebit akun Modal Pemilik sebesar saldo akun Prive, dan mengkredit
akun Prive.
Dari kedelapan poin diatas, mana sajakah yang merupakan ayat jurnal penutup
untuk perusahaan dagang?
A. 1, 3, 5,7
B. 1, 4, 5, 8
C. 2, 3, 6, 7
D. 2, 4, 5, 8
E. 2, 4, 7, 8
4. Data berikut diperoleh untuk digunakan untuk mencocokkan rekening Bank
milik UD Kartarajasa milik Tuan Kartarajasa:
Saldo kas menurut catatan Bank Rp14.500.000,00
Saldo kas menurut catatan Perusahaan Rp13.875.000,00
Beban administrasi bank Rp 75.000,00
Setoran yang belum dicatat oleh Bank Rp 3.750.000,00
Cek kosong Rp 800.000,00
Cek yang belum diuangkan Rp 5.250.000,00
Dari data tersebut, berapakah saldo yang benar setelah dilakukan rekonsiliasi
bank?
A. Rp12.375.000,00
B. Rp13.000.000,00
C. Rp13.625.000,00
D. Rp22.000.000,00
E. Rp23.500.000,00
5. Terdapat dua metode untuk pencatatan kerugian piutang yakni metode
penyisihan piutang tak tertagih dan metode penghapusan langsung.
Bagaimanakah ayat jurnal untuk mencatat penghapusan piutang usaha jika
menggunakan metode penghapusan langsung?
A. Mendebit akun Beban Piutang Tak Tertagih dan mengkredit akun Piutang
Usaha
B. Mendebit akun Piutang Usaha dan mengkredit akun Beban Piutang Tak
Tertagih
C. Mendebit akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih dan mengkredit akun
Piutang Usaha
D. Mendebit akun Piutang Usaha dan mengkredit akun Penyisihan Piutang
Tak Tertagih
E. Mendebit akun Beban Piutang Tak Tertagih dan mengkredit akun
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
6. Pada akhir tahun berjalan, berikut saldo akun yang dimiliki CV Bhineka tahun
2018:
Piutang Usaha Rp 800.000.000,00
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp 7.500.000,00
Penjualan Rp3.500.000.000,00
Jika Beban Piutang Tak Tertagih diestimasi sebesar 0,5% dari penjualan
(perusahaan penggunaan metode estimasi kerugian piutang) maka
bagaimanakan ayat jurnal penyesuaian untuk piutang tak tertagih tersebut?
A.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2018, 31 Beban piutang tak tertagih Rp7.500.000
Des. Penyisihan piutang tak tertagih Rp7.500.000
(Untuk mencatat beban piutang tak
tertagih

B.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2018, 31 Beban piutang tak tertagih Rp7.500.000
Des. Piutang Usaha Rp17.500.000
(Untuk mencatat beban piutang
tak tertagih

C.
Tanggal Akun dan Deskripsi Debit Kredit
2018, 31 Beban piutang tak tertagih Rp17.500.000
Des. Penyisihan piutang tak Rp17.500.000
tertagih (Untuk mencatat beban
piutang tak tertagih

D.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2018, 31 Beban piutang tak tertagih Rp.17.500.000
Des. Piutang Usaha Rp17.500.000
(Untuk mencatat beban
piutang tak tertagih

E.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2018, 31 Beban piutang tak tertagih Rp25.000.000
Des. Penyisihan piutang tak Rp25.000.000
tertagih (Untuk mencatat
beban piutang tak tertagih
7. Jika aset tetap tidak lagi berguna bagi perusahaan maka aset tersebut dapat
dijual ataupun dibuang. CV Dirgantara memiliki peralatan yang diperoleh pada
awal tahun 2018 dengan harga perolehan Rp91.000.000,00, disusutkan dengan
metode garis lurus berdasarkan estimasi umur manfaat 9 tahun dan estimasi
nilai residu sebesar Rp10.000.000,00. Diasumsikan peralatan dijual pada akhir
tahun kedua dengan harga sebesar Rp78.000.000,00, maka laba atau rugi atas
penjualan peralatan tersebut sebesar ... .
A. Laba sebesar Rp5.000.000,00
B. Laba sebesar Rp9.000.000,00
C. Laba sebesar Rp18.000.000,00
D. Rugi sebesar Rp9.000.000,00
E. Rugi sebesar Rp13.000.000,00

8. Liabilitas merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Liabilitas diklasifikasikan
menjadi liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang. Salah satu yang
termasuk dalam liabilitas jangka panjang dimana kewajiban tersebut dijamin
dengan sejumlah aset tetap disebut ... .
A. Utang Usaha
B. Utang Obligasi
C. Utang Bank Jangka Panjang
D. Utang Wesel
E. Utang Hipotik

9. Pada tanggal 1 Juli 2019, PT. Abadi meminjam uang dari Bank Dana dengan
menerbitkan wesel bayar sebesar Rp 60.000.000,00 dengan suku bunga 6%.
Bagaimanakah ayat jurnal pencatatan wesel bayar saat jatuh tempo….
A.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 30 Wesel Bayar Rp60.000.000,00
Sept. Beban Bunga Rp 3.600.000,00
Kas Rp63.600.000,00
(Untuk mencatat
pembayaran wesel bayar)

B.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 31 Wesel Bayar Rp60.000.000,00
Des. Beban Bunga Rp 3.600.000,00
Kas Rp63.600.000,00
(Untuk mencatat
pembayaran wesel bayar)

C.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 31 Wesel Bayar Rp60.000.000,00
Agust Beban Bunga Rp 3.600.000,00
. Kas Rp63.600.000,00
(Untuk mencatat
pembayaran wesel bayar)

D.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 1 Wesel Bayar Rp60.000.000,00
Sept. Beban Bunga Rp 3.600.000,00
Kas Rp63.600.000,00
(Untuk mencatat
pembayaran wesel bayar)
E.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 31 Wesel Bayar Rp60.000.000,00
Agust Kas Rp63.600.000,00
. (Untuk mencatat
pembayaran wesel bayar)

10. Pada tanggal 10 Agustus 2019, PT. Abadi menerbitkan wesel bayar diskonto
90 hari sebesar Rp 20.000.000,00 untuk Bank Dana. Tingkat diskonto sebesar
15%, bagaimanakah ayat jurnal pencatatannya. ..
A.
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 10 Kas Rp19.250.000
Agust Beban Bunga Rp 750.000
. Wesel Bayar Rp20.000.000
(Untuk menerbitkan wesel
bayar 90 hari untuk Bank
Dana yang didiskontokan
dengan bunga 15%)

B.
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 10 Kas Rp19.250.000
Nov. Beban Bunga Rp 750.000
Wesel Bayar Rp20.000.000
(Untuk menerbitkan wesel
bayar 90 hari untuk Bank Dana
yang didiskontokan dengan bunga
15%)

C.
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 10 Wesel Bayar Rp20.000.000
Agus Kas Rp20.000.000
t. (Untuk menerbitkan wesel bayar
90 hari untuk Bank Dana yang
didiskontokan dengan bunga
15%)

D.
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 10 Wesel Bayar Rp20.000.000
Nov. Kas Rp20.000.000
(Untuk menerbitkan wesel
bayar 90 hari untuk Bank
Dana yang didiskontokan
dengan bunga 15%)
E.
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 8 Wesel Bayar Rp20.000.000
Nov. Kas Rp20.000.000
(Untuk menerbitkan wesel
bayar 90 hari untuk Bank
Dana yang didiskontokan
dengan bunga 15%)

11. Pada tanggal 10 Agustus 2019 PT. Abadi menerbitkan wesel bayar diskonto 90
hari sebesar Rp 20.000.000,00 untuk Bank Dana. Tingkat diskonto sebesar
15%, bagaimanakah ayat jurnal pencatatannya saat wesel bayar dibayar….
A.
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 10 Kas Rp19.250.000,00
Agust Beban Bunga Rp 750.000,00
. Wesel Bayar Rp20.000.000,00
(Untuk membayar wesel
bayar yang jatuh tempo)

B.
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 10 Kas Rp19.250.000
Nov. Beban Bunga Rp 750.000
Wesel Bayar Rp20.000.000
(Untuk membayar wesel
bayar yang jatuh tempo)

C.
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 10 Wesel Bayar Rp20.000.000
Agust Kas Rp20.000.000
. (Untuk membayar wesel bayar
yang jatuh tempo)
D.
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 8 Wesel Bayar Rp20.000.000
Nov. Kas Rp20.000.000
(Untuk membayar wesel
bayar yang jatuh tempo)
E.
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 10 Wesel Bayar Rp20.000.000
Nov. Kas Rp20.000.000
(Untuk membayar wesel
bayar yang jatuh tempo)

12. Pada tanggal 1 Januari 2019, PT. Abadi membeli tanah sebesar Rp
1.500.000.000,00, PT. Abadi menerbitkan obligasi berjangka waktu lima tahun
senilai Rp 1.000.000.000,00 dengan bunga yang dibayarkan setiap semester
sebesar 6% untuk pembelian tanah tersebut dan sisanya dibayarkan tunai.
Bagaimana ayat jurnal pencatatan pembelian kas….
A.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 1 Tanah Rp1.500.000.000,00
Jan. Kas Rp1.500.000.000,00
(Untuk mencatat
pembelian tanah)

B.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 1 Kas Rp1.500.000.000,00
Jan. Tanah Rp500.000.000,00
Utang Obligasi Rp1.000.000.000,00
(Untuk mencatat
pembelian tanah)

C.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 1 Tanah Rp1.500.000.000,00
Jan. Utang Obligasi Rp1.500.000.000,00
(Untuk mencatat
pembelian tanah)
D.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 1 Kas Rp1.500.000.000,00
Jan. Utang Obligasi Rp1.500.000.000,00
(Untuk mencatat
pembelian tanah)

E.
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2019, 1 Tanah Rp1.500.000.000,00
Jan. Kas Rp500.000.000,00
Utang Obligasi Rp1.000.000.000,00
(Untuk mencatat
pembelian tanah)

13. PT. Abadi menyajikan Laporan Perubahan Modal yang bertujuan untuk
menyajikan perubahan ekuitas perusahaan. Ekuitas merupakan unsur laporan
keuangan yang mencerminkan….
A. Ekuitas merupakan suatu perkiraan yang mencerminkan porsi hak atau
kepentingan pemilik perusahaan terhadap harta perusahaan tersebut.
B. Ekuitas merupakan suatu perkiraan yang mencerminkan porsi liabilitas
pemilik perusahaan terhadap harta perusahaan tersebut.
C. Ekuitas merupakan suatu perkiraan yang mencerminkan porsi aset pemilik
perusahaan terhadap harta perusahaan tersebut
D. Ekuitas merupakan suatu perkiraan yang mencerminkan porsi selisih
antara modal dan liabilitas pemilik perusahaan terhadap harta perusahaan
tersebut
E. Ekuitas merupakan suatu perkiraan yang mencerminkan porsi selisih
antara modal dan aset pemilik perusahaan terhadap harta perusahaan
tersebut

14. PT. Abadi memutuskan untuk membagikan dividen kepada para pemegang
saham, secara umum dividen berpengaruh pada Ekuitas perusahaan, yaitu. ..
A. Dividen merupakan hak pemegang saham.
B. Dividen merupakan bagian dari laba bersih perusahaan, sehinga dapat
menurunkan ekuitas perusahaan.
C. Dividen merupakan beban perusahaan.
D. Dividen diputuskan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
E. Dividen dibagikan setelah diumumkan pada RUPS.

15. Ekuitas menurut PSAK 50 merupakan. ..


A. Kenaikan Modal ditambah dengan laba bersih
B. Setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas
setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya.
C. Kenaikan Modal ditambah dengan laba bersih dan dividen
D. Kontrak antara perusahaan dengan pemegang saham biasa
E. Setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas dan
pasiva suatu perusahaan.

16. Berikut adalah data jumlah persediaan awal, pembelian, dan penjualan barang
dagang milik UD Karangmalang selama bulan November 2019:
Tanggal Keterangan Unit Harga Satuan
1 Persediaan awal 40 Rp5.000,00
5 Penjualan 30
11 Pembelian 70 Rp7.000,00
21 Penjualan 36
Berapakah beban pokok penjualan tanggal 21 November 2019 jika perusahaan
menggunakan sistem persediaan perpetual dengan metode FIFO?
A. Rp180.000,00
B. Rp200.000,00
C. Rp232.000,00
D. Rp252.000,00
E. Rp272.000,00
17. Bapak Slamet merupakan pemilik toko kelontong. Pada akhir periode, Bapak
Slamet menilai persediaan dengan asumsi barang yang terakhir masuk dibeli
dianggap yang lebih dahulu keluar dijual. Hal ini menandakan Bapak Slamet
menggunakan metode biaya persediaan .... .
A. Metode rata-rata sederhana
B. Metode rata-rata tertimbang
C. Metode identifikasi spesifik
D. Metode last in first out (LIFO)
E. Metode first in first out (FIFO)
18. CV Matahari mempunyai data sebagai berikut:
Persediaan, 1 Januari 2019 Rp 59.700.000,00
Pembelian Rp521.980.000,00
Retur dan Potongan Pembelian Rp 9.100.000,00
Diskon Pembelian Rp 2.525.000,00
Ongkos Kirim Pembelian Rp 17.400.000,00
Persediaan 31 Desember 2019 Rp 62.150.000,00
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung Harga Pokok Penjualan sebesar ... .
A. Rp490.505.000,00
B. Rp525.305.000,00
C. Rp530.355.000,00
D. Rp584.555.000,00
E. Rp649.605.000,00
19. Perusahaan dagang dalam transaksi pembelian barang dagangan dapat terjadi
transaksi pengembalian barang yang telah dibeli (retur pembelian), memperoleh
potongan pembelian, maupun adanya biaya angkut pembelian. Berikut merupakan
cara menghitung harga pokok pembelian yang benar adalah ... .
A. Pembelian + Biaya Angkut Pembelian – Retur Pembelian – Potongan
Pembelian
B. Pembelian + Biaya Angkut Pembelian + Retur Pembelian – Potongan
Pembelian
C. Pembelian + Biaya Angkut Pembelian + Retur Pembelian + Potongan
Pembelian
D. Pembelian – Biaya Angkut Pembelian – Retur Pembelian – Potongan
Pembelian
E. Pembelian – Biaya Angkut Pembelian + Retur Pembelian + Potongan
Pembelian
20. Usaha milik Tuan Karyadi sedang mempertimbangkan untuk membeli 250 unit
barang dagangan yang sama dari penawaran yang diberikan oleh dua pemasok.
Penawaran tersebut sebagai berikut:
• Pemasok pertama: Harga setiap unit Rp400.000,00 dengan syarat 1/10, n/30
tanpa dikenakan ongkos kirim.
• Pemasok kedua: Harga setiap unit Rp399.000,00 dengan syarat 2/10, n/30
ditambah ongkos kirim sebesar Rp975.000,00.
Dari kedua tawaran tersebut, tawaran siapakah yang menghasilkan harga yang
lebih rendah yang harus dibayarkan oleh Tuan Karyadi serta berapa jumlah
yang harus dibayarkan jika memenuhi termin pembayaran?
A. Pemasok pertama, sejumlah Rp99.000.000,00
B. Pemasok kedua, sejumlah Rp97.755.000,00
C. Pemasok pertama, sejumlah Rp99.750.000,00
D. Pemasok kedua, sejumlah Rp98.730.000,00
E. Pemasok pertama, sejumlah Rp98.000.000,00

4. Tugas Akhir
PT. Indira merupakan toko olahraga. Neraca saldo awal menunjukkan saldo Kas
sebesar Rp2.200.000,00, Persediaan Rp 1.800.000,00 dan Modal Saham Biasa Rp
4.000.000,00. Transaksi berikut ini merupakan transaksi selama bulan April 2019:
Apr 4 Pembelian raket dan bola dari PT. Abadi sebesar Rp760.000,00.
Beban angkut adalah FOB Shipping point, syarat kredit 2/10, n/30
6 Membayar beban angkut pembelian di PT. Abadi sebesar Rp40.000,00
8 Menjual barang dagang sebesar Rp 1.150.000,00 dengan syarat kredit
n/30. Barang dagang yang terjual memiliki beban pokok penjualan
sebesar Rp 790.000,00
10 Menerima memo kredit sebesar Rp 60.000,00 dari PT. Abadi untuk
barang pembelian tanggal 4 April 2019 yang dikembalikan.
11 Membeli sepatu tenis dari PT. Aryana sejumlah Rp 420.000,00
13 Membayar utang usaha pembelian raket dari PT. Abadi
14 Pembelian kaos tenis dari PT. Ayra sebesar Rp 800.000,00, FOB
shipping points dengan syarat kredit 3/10, n/60.
15 Menerima pengembalian kas dari PT. Aryana untuk pengembalian
pembelian barang dagang yang rusak sebesar Rp 50.000,00.
17 Membayar beban angkut untuk pembelian dari PT. Ayra sebesar Rp
30.000,00
18 Menjual barang dagang kepada pelanggan sebesar Rp 980.000,00
dengan syarat kredit n/30. Beban pokok penjualan adalah sebesar Rp
520.000,00.
20 Menerima kas sebesar Rp 600.000,00 dari pelanggan untuk membayar
penjualan kredit.
21 Membayar utang usaha kepada PT. Ayra.
27 Membentuk cadangan retur penjualan sebesar Rp 40.000,00 kepada
pelanggan untuk kaos tenis yang tidak pas pada pelanggan.
30 Menerima pembayaran atas penjualan kredit dari pelanggan sebesar Rp
820.000,00
Diminta :
a. Buatlah ayat-ayat jurnal atas transaksi pada bulan April 2019 dengan
menggunakan sistem pencatatan perpetual.
b. Buatlah buku besar dan masukan saldo awal tiap akun dan posting
transaksi selama bulan April 2019.
c. Buatlah neraca saldo atas transaksi bulan April 2019.
d. Buatlah Sebagian Laporan Laba Rugi yang menampilkan laba kotor
perusahaan untuk periode Bulan April 2019.

5. Kunci Jawaban Tes Formatif

No. KB1 KB2 KB3 KB4


1 E A B D
2 A C D C
3 B D B B
4 C D E A
5 A E C B
6 C B D D
7 A D A B
8 D B C D
9 A A C B
10 E D E E

Anda mungkin juga menyukai