Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AKUNTANSI ENTITAS MIKRO KECIL DAN MENENGAH

(EMKM)

ASET TETAP BERWUJUD

Dosen Pengampu

Novika Rosari,S.E.,M.Si.,Ak.,C.A.

Disusun Oleh :

Aryla Adhirajasa (2010313210055)

Izmi Imanada (2010313320043)

Khairun Ni’mah (2010313220053)

Muhammad Hastomo Arbi (2010313210035)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

AKUNTANSI

2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Akuntansi Entitas Mikro, kecil dan Menengah dengan
juduL “Aset Tetap Berwujud”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Pengertian Aset Tetap.......................................................................................................2
2.2 Pengertian Aset Tetap Berwujud......................................................................................2
2.3 Penentuan Harga Perolehan Aset Tetap...........................................................................3
2.4 Masalah Khusus dalam Penentuan Biaya Perolehan........................................................5
2.5 Depresiasi/Penyusutan......................................................................................................6
2.6 Metode-Metode Depresiasi..............................................................................................7
2.7 Pengeluaran Selama Masa Manfaat..................................................................................9
2.8 Pelepasan Aset Tetap......................................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15
3.2 Saran...............................................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi dicatat
untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi operasi
perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan
laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai
dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan bukti transaksi,
jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian,
neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal
penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik.

Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap,
kewajiban dan modal. Aktiva tetap terdiri dari dua, yaitu aktiva tetap berwujud dan aktiva
tetap tidak berwujud. Dan yang akan dibahas kali ini adalah Aktiva Tetap Berwujud. Oleh
karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva tetap
berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di
dalam aktiva tetap sebuah perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian aset tetap?
2. Apa pengertian asset tetap berwujud?
3. Bagaimana cara menetukan harga perolehan asset tetap?
4. Apa saja masalah khusus dalam penentuan biaya perolehan?
5. Apa pengertian depresiasi atau penyusutan?
6. Apa saja metode-metode depresiasi?
7. Bagaimana pengeluaran selama masa manfaat?
8. Bagaimana cara pelepasan asset tetap?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian aset tetap?
2. Mengetahui pengertian aset tetap berwujud?
3. Mengetahui cara menetukan harga perolehan aset tetap?
4. Mengetahui khusus dalam penentuan biaya perolehan?
5. Mengetahui pengertian depresiasi atau penyusutan?
6. Mengetahui metode-metode depresiasi?
7. Mengetahui pengeluaran selama masa manfaat?
8. Mengetahui cara pelepasan asset tetap?

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aset Tetap.


Aset Tetap adalah aset berwujud yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun,
dimiliki perusahaan, digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak untuk dijual kembali.
Aset tetap dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu aset tetap berwujud dan tidak
berwujud.

2.2 Pengertian Aset Tetap Berwujud.

Aset tetap berwujud (tangible fixed assets) adalah aset tetap yang secara fisik dapat
dipergunakan dalam operasi perusahaan. Aset ini meliputi semua barang yang dimiliki
perusahaan dengan tujuan untuk dipakai secara aktif dalam operasi perusahaan dan
mempunyai masa kegunaan relatif permanen.

a. Karakteristik Aset Tetap


Aset Tetap memiliki 4 karakteristik, antara lain:
1. Berwujud atau memiliki wujud (bentuk atau ukuran tertentu)
2. Digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak diperjualbelikan
Karakteristik ini membedakan antara aset tetap dan barang dagangan.Aset tetap
dimiliki perusahaan untuk digunakan, sedangkan barang dagangan tidak untuk
digunakan melainkan untuk dijual. Contohnya sepeda motor yang dimiliki perusahaan
pengantar barang dan juga sepeda motor yang ada di diler berbeda perlakuannya.
3. Mempunyai masa manfaat yang panjang.
Karakteristik ini membedakan antara aset tetap dan aset lancar berwujud. Aset
lancar seperti perlengkapan kantor digunakan dalam waktu satu tahun atau satu siklus
operasi normal perusahaan. Sedangkan aset tetap digunakan dalam jangka waktu yang
lebih panjang, biasanya meliputi beberapak periode akuntansi.
4. Bukan berupa investasi jangka panjang bagi perusahaan
Aset tetap tidak termasuk dalam investasi jangka panjang bagi perusahaan.
Meskipun keduana dimiliki untuk masa yang lebih dari satu periode akuntansi.
Sebagai contoh, tanah yang dibeli perusahaan untuk keperluan ekspansi dimasa yang
akan datang digolongkan sebagai investasi jangka panjang. Akan tetapi,tanah yang
dimiliki perusahaan sebagai tempat usha adalah aset tetap.

b. Penggolongan Aset Tetap Berwujud


Aset tetap biasanya digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Tanah, meliputi tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-gedung
perusahaan dan fasilitas perusahaan lainnya.
2. Perbaikan Tanah, sebagai contoh jalan-jalan di seputar lokasi perusahaan yang
dibangun perusahaan, tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.
3. Gedung, meliputi gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, gudang, dan
bangunan gedung lainnya.
4. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin, kendaralan dan mebel.

v
Pemilikan aset tetap merupakan keputusan yang penting bagi suatu perusahaan. Hal yang
penting pula bagi perusahaan untuk menjaga agar aset selalu dalam kondisi yang baik,
mengganti fasilitas yang sudah rusak akibat pemakaian, dan menambah aset jika diperlukan.

2.3 Penentuan Harga Perolehan Aset Tetap.


Nilai aset tetap agar sejalan dengan prinsip akuntansi harus dicatat sebesar harga
perolehannya. Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk
memperoleh aset, dan pengeluaran-pengeluaran lain hingga aset siap untuk digunakan.
Sebagai contoh, harga beli, biaya pengangkutan, biaya pemasangan. Harga perolehan diukur
dengan kas yang dibayarkan pada transaksi secara tunai.

1. Tanah.
Perusahaan membeli tanah sebagai lahan yang akan dipergunakan untuk membangun
pabrik atau kantor dan keperluan usaha. Biaya perolehan tanah meliputi harga beli tunai
tanah, biaya balik nama, komisi perantara dan pajak atau pungutan lain yang harus
dibayar pembeli. Seandainya tanah yang dibeli tidak rata, berbatu atau penuh dengan
tanaman liar, dan terdapat bangunan yang tidak diperlukan pembeli maka biaya
perolehan tanah akan meliputi juga pengeluaran untuk pembersihan tanah dan
pembongkaran gedung yang dikurangi dengan hasil penjualan sisa bongkaran.

Contoh :
Sebuah perusahaan membeli sebidang tanah dengan harga tunai Rp. 100.000.000,00. Di
atas tanah tersebut terdapat sebuah gedung tua yang harus dibongkar dengan biaya Rp.
7.500.000,00 dan hasil penjualan sisa bongkaran Rp. 1.500.000,00. Pengeluaran lain
terdiri dari biaya balik nama Rp. 1.000.000,00dan komisi perantara Rp. 8.000.000. Maka
biaya perolehannya sebagai berikut :

Harga Perolehan :

Harga tunai tanah Rp 100,000,000.00


Pembongkaran gedung (bersih) Rp 6,000,000.00
Biaya balik nama Rp 1,000,000.00
Komisi perantara Rp 8,000,000.00

Harga Perolehan tanah Rp 115,000,000.00

Jurnal :

2. Perbaikan Tanah

vi
Perbaikan tanah adalah tambahan struktural yang dilakukan diatas tanah. Sebagai contoh,
misalnya diatas tanah yang terletak dihalaman dan seputar perusahaan dibuat jalan
masuk, tempat parkir kendaraan, pagar halaman, pertamanan dan saluran pembuangan
air hujan. Harga perolehan perbaikan tanah meliputi semua pengeluaran yang dilakukan
sampai perbaikan siap digunakan. Perbaikan tanah memiliki masa pemakaian yang
terbatas, sebab dalam waktu beberapa tahun akan rusak karena dipakai atau dimakan
usia. Oleh karena itu, pengeluaran-pengeluaran diatas didebetkan ke akun perbaikan
tanah (bukan pada akun tanah).
3. Gedung
Gedung adalah fasilitas bangunan yang digunakan dalam operasi perusahaan.Apabila
gedung dimiliki melalui pembelian, maka biaya harga perolehannya meliputi harga beli,
biaya notaris, dan komisi perantara. Namun seandainya gedung dibangun sendiri, maka
harga perolehan dimiliki semua pengeluaran untuk membuat gedung, termasuk
pembuatan saluran listrik dan air. Selain itu apabila pembangunan didanai dengan
pinjaman berbunga, maka biaya bunga selama masa pembangunan juga ditambahkan
pada biaya perolehan ,apabila : (1) masa pembangunan mencakup periode waktu yang
cukup panjang, dan (2)beban bunga cukup besar jumlahnya. Setelah pembangunan
selesai, maka pembayaran bunga atas dana yang dipinjam untuk pembangunan tersebut
harus dibebankan sebagai beban bunga.
4. Peralatan.
Peralatan meliputi semua peralatan yang digunakan dalam operasi perusahaan seperti
mesin, peralatan kantor, kendaraan, mebel dan sebagainya. Biaya perolehan peralatan
terdiri dari harga tunai, biaya pengangkutan, biaya asuransi selama dalam pengangkutan,
termasuk pula didalamnya pengeluaran untuk perakitan, pemasangan, dan pengujian
peralatan yang dibeli. Bea balik nama kendaraan juga harus ditambahkan, tetapi pajak
kendaraan tahunan atau asuransi kecelakaan kendaraan yang harus dibayar pembeli,
tidak dibebankan sebagai harga perolehan, melainkan sebagai biaya tahun yang
bersangkutan.

Contoh :
PT. Pangrango membeli sebuah truk dengan harga tunai Rp.120.000.000,00. Pengeluaran
lain yang bersangkutan dengan pembelian truk tersebut adalah pajak pertambahan nilai
(PPN) Rp. 12.000.000,00, pengecatan dan penulisan merek pada truk Rp.5.000.000,00,
biaya balik nama kendaraan Rp. 12.000.000,00, pajak kendaraan Rp. 2.500.000,00 dan
premi asuransi kecelakaan yang dibayar dimuka untuk 3 tahun Rp.6.000.000,00.

Perhitungan harga perolehan truk adalah sebagai berikut :

vii
Harga Perolehan Truk :

Harga tunai Rp 120,000,000.00


Pajak pertambahan nilai (PPN) Rp 12,000,000.00
Pengecatan dan merek Rp 5,000,000.00
Biaya balik nama (BBN) Rp 12,000,000.00

Biaya perolehan truk Rp 149,000,000.00

Jurnal :
Truk Rp 149,000,000.00
Pajak kendaraan Rp 2,500,000.00
Asuransi dibayar dimu Rp 6,000,000.00
Kas Rp 157,500,000.00

2.4 Masalah Khusus dalam Penentuan Biaya Perolehan


Penentuan biaya aset tetap, kadang-kadang tidak sederhana karena adanya
berbagai masalah.Beberapa cara perolehan yang menimbulkan masalah antara lain :

1. Pembelian dengan menggunakan wesel berbunga


Terkadang perusahaan membayar dengan wesel berbunga jika pembelian dalam jumlah
yang cukup besar. Biasanya pembeli diwajibkan membayar uang muka (down
payment)sejumlah tertentu dan sisanya dibayar dengan menggunakan wesel ditambah
bunga dengan persentase tertentu. Dalam hal ini, harga perolehan aset adalah jumlah kas
yang dibayarkan sebagai uang muka ditambah dengan niai nominal wesel. Biaya bunga
wesel yang dibayar perusahaan merupakan biaya pendanaan (financing cost) dan dicatat
dalam pembukuan denfan mendebet akun beban bunga.

Contoh :
CV.Serayu membeli peralatan pabrik yang hargaa tunainya adalah Rp.10.000.000,00.
Untuk itu CV.Serayu memberikan uang muka sebesar Rp.2.000.000,00 dan sisanya
dibayar dengan wesel yang bernilai nominal Rp.8.000.000,00, jangka waktu satu tahun
dengan bunga 10%.

Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian :


Peralatan Pabrik Rp 10,000,000.00
Kas Rp 2,000,000.00
Utang wesel Rp 8,000,000.00

Pada saat jatuh tempo wesel, dibayar sejumlah nilai nominal wesel ditambah dengan
bunga 10% dan dicatat dalama jurnal sebagai berikut :
Utang wesel Rp 8,000,000.00
Beban bunga wesel Rp 800,000.00
Kas Rp 8,800,000.00

viii
2. Pembelian dengan satu paket.
Pembelian dengan satu paket terjadi bila beberapa jenis aset dibeli secara bersamaan
dalam
satu transaksi. Cara yang paling umum untuk mengalokasikan harga borongan adalah
dengan mendasarkan pada harga masing-masing golongan aset yang tercakup dalam
pembelian tersebut.

Contoh :
CV.Lawu yang bergerak dalam bidang perhotelan, membeli tanah, gedung dan peralatan
sebuah hotel dari perusahaan lain dengan harga tunai Rp.12.000.000,00.

Pengalokasian harga beli dengan mengunakan harga pasar masing-masing golongan aset
adalah sebagai berikut :
Alokasi Biaya Perolehan Bersama
(dalam ribuan rupiah)

Golongan % dari total Perhitungan % dari Alokasi biaya


Aset Harga Pasar harga pasar biaya perolehan perolehan per
golongan aset
Tanah Rp 3,000,000 20% 20% x Rp.12.000.000 Rp 2,400,000
Gedung Rp 10,500,000 70% 70% x Rp.12.000.000 Rp 8,400,000
Peralatan Rp 1,500,000 10% 10% x Rp.12.000.000 Rp 1,200,000
Rp 15,000,000 100% Rp 12,000,000

Jurnal sebagai berikut :


Tanah Rp 2,400,000
Gedung Rp 8,400,000
Peralatan Rp 1,200,000
Kas Rp 12,000,000

3. Perolehan dengan membangun sendiri.


Harga perolehan yang diperoleh dari membangun sendiri terdiri dari : (1) harga material
dan tenaga kerja yang dibayar perusahaan, ditambah (2) biaya lain seperti listrik, bahan
bakar, dan depresiasi peralatan milik perusahaan yang digunakan dalam pembangunan
tersebut. Dalam hal ini mungkin juga terdapat biaya bunga, seandainya dana
pembangunan berasal dari pinjaman dana pihak luar. Jika harga perolehan aset yang
diperoleh dengan membangun sendiri ternyata lebih rendah (murah) dari harga pasar aset
sejenis, maka tidak diperkenankan untuk mengakui adanya keuntungan dari
pembangunan yang dilakukan sendiri tersebut.

2.5 Depresiasi/Penyusutan
Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan aset tetpa menjadi beban
selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis. Ada tiga faktor
yang berpengaruh dalam perhitungan depresiasi yaitu :

1. Harga Perolehan/Biaya perolehan.


Sesuai dengan prinsip akuntansi, aset tetap dicatat sebesar harga perolehannya. Seperti
yang dijelaskan diatas, harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan

ix
untuk memperoleh aset, dan pengeluaran-pengeluaran lain hingga aset siap untuk
digunakan.
2. Masa manfaat.
Masa manfaat adalah jangka waktu pemakaian aset yang diharapkan oleh perusahaan.
Masa manfaat adalah suatu taksiran, dalam mebuat taksiran manajemen
mempertimbangkan berbagai faktor, seperti rencana penggunaan aset, perkiraan reparasi
dan pemeliharaan serta kerentanan terhadap ketinggalan jaman.
3. Nilai Residu
Nilai residu atau disebut juga dengan nilai sisa, adalah taksiran nilai tukar aset pada akhir
masa manfaat aset tersebut. Seperti halnya masa manfaat, nilai residu juga merupakan
suatu taksiran. Dalam membuat taksiran, manajemen mempertimbangkan rencana
penggunaan aset dan pengalaman masa lalu dengan aset serupa.

2.6 Metode-Metode Depresiasi


Depresiasi dapat dicatat dan dilaporkan dengan metode-metode antara lain, garis
lurus, saldomenurun, angka-angka tahun dan satuan kegiatan. Setiap metode tersebut
dapat digunakan sesuai denga prinsip akuntansi yang diterima umum dan manajemen
dapat memilih satuatau lebih metode yang dianggap paling sesuai. Apabila suatu
metode tertentu telah dipilih, maka metode tersebut harus diterapkan secara konsisten
sepanjang masapenggunaan aset yang bersangkutan, sehingga laporan keuangan dari
periode ke periode dapat diperbandingkan.

1. Metode garis lurus


Dalam metode garis lurus, beban depresiasi periodik sepanjang masa pemakaian aset
adalah sama besarnya. Perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus
sebagai berikut :
Harga Perolehan - Nilai Residu
Penyusutan =
Masa Manfaat

Contoh :
PT. Lestari membeli sebuah truk dengan harga perolehan Rp.100.000.000,00. Truk yang
dibeli tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat 5 tahun, dengan nilai residu
Rp.20.000.000,00. berapakah besarnya penyusutan jika dihitung mengguakan metode
garis lurus.
Penyelesaian :
Rp.100.000.000,00 - Rp.20.000.000,00
Penyusutan 1 tahun =
5
= Rp.16.000.000,00

Jurnal penyesuaian :
Beban penyusutan truk Rp 16,000,000.00
Akumulasi penyusutan truk Rp 16,000,000.00
Adapun tabel penyusutan tiap tahun dengan menggunakan metode garis lurus pada aset
tetap mesin, sebagai berikut :

x
Tahun HP di Depresiasi Tarif Depresiasi/Tahun Ak. Depresiasi Nilai buku
Tahun 1 Rp 80,000,000.00 20% Rp 16,000,000 Rp 16,000,000 Rp 84,000,000
Tahun 2 Rp 80,000,000.00 20% Rp 16,000,000 Rp 32,000,000 Rp 68,000,000
Tahun 3 Rp 80,000,000.00 20% Rp 16,000,000 Rp 48,000,000 Rp 52,000,000
Tahun 4 Rp 80,000,000.00 20% Rp 16,000,000 Rp 64,000,000 Rp 36,000,000
Tahun 5 Rp 80,000,000.00 20% Rp 16,000,000 Rp 80,000,000 Rp 20,000,000

2. Metode Saldo Menurun


Pada saldo menuru, biaya depresiasi dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini
terjadi, karena perhitungan biaya depresiasi periodik didasarkan pada nilai buku (harga
perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasi) aset yang semakin menurun dari tahun
ke tahun. Beban depresiasi per tahun dihitung dengan cara mengalikan nilai buku aset
pada awal tahun dengan tarif depresiasi. Dalam hal initarif depresiasi tetap sama pada
setiap tahun, akan tetapi nilai buku setiap tahun semakin menurun. Tarif depresiasi yang
disering digunakan adalah tarif metode garis lurus yang dikalikan dua, sehingga metode
ini sering disebut dengan metode saldo menurun ganda (double declining balance
method)

Sebagai contoh,
Pada 1 Januari 2016 PT. Merbabu membeli sebuah truk dengan harga perolehan Rp.
130.000.000,00. Diperkirakan memiliki masa manfaat 5 tahun, dengan nilai residu
Rp.10.000.000,00. Berapakah besarnya penyusutan jika dihitung menggunakan metode
saldo menurun?

Penyelesaian :
100%
Tarif depresiasi tiap tahun menurut metode garis lurus = = 20%
5
Tarif depresiasi tiap tahun menurut metode saldo menurun = 2 x 20% = 40%

Tabel depresiasi tahunan selama 5 tahun masa manfaat, yaitu :


Tahun HP Tarif Dep/Tahun Ak.Dep
2016 Rp 130,000,000 40% Rp 52,000,000 Rp 52,000,000
2017 Rp 78,000,000 40% Rp 31,200,000 Rp 83,200,000
2018 Rp 46,800,000 40% Rp 18,720,000 Rp 101,920,000
2019 Rp 28,080,000 40% Rp 11,232,000 Rp 113,152,000
2020 Rp 16,848,000 40% Rp 6,739,200 Rp 119,891,200

3. Metode Satuan Hasil


Dalam metode satuan hasil, masa manfaat tidak dinyatakan dalam satuan waktu,
melainkan dalam satuan hasil produksi atau pemakaian yang diharapkan dari aset.

Harga Perolehan - nilai residu


Beban Depresiasi per satuan hasil =
Total satuan hasil

Beban depresiasi tahun bersangkutan = Beban depresiasi per satuan hasil x hasil produksi
tahun bersangkutan
Contoh :

xi
Sebuah mesin fotokopi didapat dengan harga perolehan Rp.60.000.000,00 nilai residu
Rp.10.000.000,00, ditaksir dapat digunakan untuk memfotokopi satu juta lembar. Pada
tahun 2016 mesin tersebut dipakai untuk memfotokopi 250.000 lembar, sedang ditahun
2017 digunakan untuk 150.000 lembar. Tahun 2018 digunakan untuk 200.000 lembar,
2019 dan 2020 berturut-turut 250.000 dan 150.000

Penyelesaian :
Harga Perolehan - Nilai residu
Beban Depresiasi per satuan hasil =
Total taksiran hasil
Rp.60.000.000,00 - Rp.10.000.000,00
=
1,000,000
= Rp.50,00
 
Tahun Unit Produksi Tarif Dep/Tahun Ak. Dep Nilai buku
2016 250,000 Rp 50.00 Rp 12,500,000 Rp 12,500,000 Rp 47,500,000
2017 150,000 Rp 50.00 Rp 7,500,000 Rp 20,000,000 Rp 40,000,000
2018 200,000 Rp 50.00 Rp 10,000,000 Rp 30,000,000 Rp 30,000,000
2019 250,000 Rp 50.00 Rp 12,500,000 Rp 42,500,000 Rp 17,500,000
2020 150,000 Rp 50.00 Rp 7,500,000 Rp 50,000,000 Rp 10,000,000

2.7 Pengeluaran Selama Masa Manfaat.


Pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan aset tetap dibedakan
menjadi 2 yaitu pengeluaran pendapatan dan pengeluaran modal.

1. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure)


Pengeluaran pendapatan, yaitu pengeluaran yang hanya memberikan masa manfaat
ekonomi pada periode saat terjadinya pengeluaran. Pengeluaran tersebut segera
diperlakukan sebagai beban yang akan dihadapkan dengan pendapatan pada periode
terjadi. contohnya adalah reparasi rutin, reparasi rutin adalah pengeluaran untuk
mempertahankan agar aset bisa beroperasi secara efisien dan produktif. Pengeluaran
semacam ini biasanya berjumlah kecil dan terjadi berulang-ulang.

2. Pengeluaran modal (capital expnditure)


Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang dapat menimbulkan manfaat ekonomi
dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran yang termasuk dalam
pengeluaran modal adalah biaya untuk penambahan dan perbaikan, dimana
penambahan dan perbaikan adalah pengeluaran yang terjadi untuk meningkatkan
efisiensi operasi, kapasitas produksi, atau masa manfaat suatu aset tetap. Pengeluaran
semacam ini biasanya berjumlah besar tetapi jarang terjadi.Perusahaan biasanya akan
mendebet sebesar jumlah pengeluaran yang terjadi pada aset tetap yang bersangkutan.

2.8 Pelepasan Aset Tetap


Aset tetap dalam suatu perusahaan bisa dilepaskan melalu tiga 3 cara, yaitu :
dihentikan pemakaiannya, dijual atau ditukarkan. Adapun cara yang ditembuh,
perusahaan harus terlebih dahulu menetapkan nilai buku aset tetap pada saat

xii
pelepasan dilakukan. Nilai buu adalah selisih antara harga perolehan dengan
akumulasi depresiasi pada saat tertentu.

1. Penghentian Pemakaian Aset Tetap.

Dengan dihentikannya aset tetap berarti aset tersebut harus dikeluarkan dari pembukuan.
Adapun untuk mengeluarkan aset dari pencatatannya dilakukan dengan membuat jurnal
sebagai berikut :

a. Jika aset telah mencapai depresiasi penuh.


PT. Perdana memutuskan untuk menghentikan pemakaian sejumlah komputer yang
seluruhnya memiliki biaya perolehan Rp.32.000.000,00. Pada saat itu akumulasi
depresiasi komputer berjumlah Rp. 32.000.000,00.
Jurnal untuk mencatat penghentian pemakaian komputer tersebut :

Akumulasi Depresiasi Komputer...... Rp 32,000,000.00


Komputer.............................. Rp 32,000,000.00
(untuk mencatat penghentian
pemakaian komputer yang telah
didepresiasi penuh)

b. Jika aset belum mencapai depresiasi penuh.


PT. Nakula menghentikan pemakaian sebuah mesin yang memiliki harga perolehan
RP.180.000.000,00 dan telah didepresiasi sebesar Rp.140.000.000,00.
Jurnal untuk mencatat penghentian pemakaian mesin tersebut :

Akumulasi Depresiasi Mesin........................ Rp 140,000,000.00


Kerugian Penghentian Pemakaian Mesin...... Rp 40,000,000.00
Mesin.............................................. Rp 180,000,000.00
(untuk mencatat penghentian pemakaian
mesin disertai kerugian)

2. Penjualan Aset Tetap.


Dalam pelepasan aset tetap melalui penjualan, perusahaan membandingkan antara nilai
buku aset dengan hasil yang diterima dari penjualan tersebut. Apabila hasil penjualan
yang diterima lebih besar dari nilai buku, maka perusahaan mendapat laba penjualan
aset. Sebalinya jika hasil penjualan lebih rendah dari nilai buku, maka perusahaan
mendapatkan rugi dari penjualan aset.
a. Laba dalam Penjualan Aset tetap.
Mesin dengan harga perolehan Rp. 120.000.000,00, akumulasi depresiasi mesin
tersebut adalah Rp.72.000.000,00. Kemudian dijual dengan harga
Rp.60.000.000,00.
Perhitungan laba rugi penjualan mesin sebagai berikut :

xiii
Hasil Penjualan Rp 60,000,000.00
Harga Perolehan Rp 120,000,000.00
Akumulasi depresiasi mesin Rp (72,000,000.00) -

Nilai Buku mesin Rp 48,000,000.00

Jurnal :

Kas........................................... Rp 60,000,000.00
Akumulasi Depresiasi Mesin....... Rp 72,000,000.00
Mesin.............................. Rp 120,000,000.00
Laba Penjualan Aset Tetap.. Rp 12,000,000.00

b. Rugi dalam Penjualan Aset Tetap.


Mesin dengan harga perolehan Rp. 120.000.000,00, akumulasi depresiasi mesin
tersebut adalah Rp.72.000.000,00. Kemudian dijual dengan harga
Rp.45.000.000,00.
Perhitungan laba rugi penjualan mesin sebagai berikut :
Harga Penjualan Rp 45,000,000.00
Harga Perolehan Rp 120,000,000.00
Akumulasi Depresiasi Mesin Rp (72,000,000.00)

Harga Buku mesin Rp 48,000,000.00

Jurnal :

Kas............................................. Rp 45,000,000.000
Akumulasi Depresiasi Mesin.. Rp 72,000,000.000
Rugi Penjualan aset tetap........ Rp 3,000,000.000
Mesin...................... Rp 120,000,000.000

3. Pertukaran
Dua hal yang harus dihitung lebih dahulu untuk mencatat transaksi pertukaran aset tetap :
 Menghitung harga perolehan aset baru yang diterima dalam pertukaran.
 Menghitung laba rugi yang timbul dari transaksi pertukaran aset tetap.

a. Aset tetap ditukar dengan aset tetap yang sejenis.


 Perlakuan apabila diperoleh keuntungan
Pada awal tahun 2018 PT. Semeru menukarkan kendaraan berupa mobil sebagai
aset tetap dengan mobil baru yang sejenis. Mobil lama dibeli seharga
Rp.90.000.000,00, akumulasi depresiasi sampai tanggal penukaran sebesar

xiv
Rp.56.000.000,00. Harga perolehan Mobil baru adalah Rp.130.000.000,00.
Tentukan laba/rugi pertukaran jika dalam pertukaran tersebut menambah uang
tunai Rp.93.000.000,00.

Penyelesaian :
Harga mobil baru Rp 130,000,000.00

Harga mobil lama Rp 90,000,000.00


Akumulasi depresiasi mobil Rp 56,000,000.00

Nilai buku mobil lama Rp 34,000,000.00


Selisih nilai buku Rp 96,000,000.00

Tambahan uang tunai Rp 93,000,000.00

Jurnal :
Mobil (baru) Rp 130,000,000.00
Akumulasi Depresiasi mobil Rp 56,000,000.00
Mobil (lama) Rp 90,000,000.00
Kas Rp 93,000,000.00
Laba pertukaran mobil Rp 3,000,000.00

 Perlakuan apabila terjadi kerugian.


Pada awal tahun 2018 PT. Semeru menukarkan kendaraan berupa mobil sebagai
aset tetap dengan mobil baru yang sejenis. Mobil lama dibeli seharga
Rp.90.000.000,00, akumulasi depresiasi sampai tanggal penukaran sebesar
Rp.56.000.000,00. Harga perolehan Mobil baru adalah Rp.130.000.000,00.
Tentukan laba/rugi pertukaran jika dalam pertukaran tersebut menambah uang
tunai Rp.97.000.000,00.

Penyelesaian :
Harga mobil baru Rp 130,000,000.00

Harga mobil lama Rp 90,000,000.00


Akumulasi depresiasi mobil Rp 56,000,000.00

Nilai buku mobil lama Rp 34,000,000.00


Selisih nilai buku Rp 96,000,000.00

Tambahan uang tunai Rp 97,000,000.00

Jurnal :

xv
Mobil (baru) Rp 130,000,000.00
Akumulasi Depresiasi mobil Rp 56,000,000.00
Rugi pertukaran mobil Rp 1,000,000.00
Mobil (lama) Rp 90,000,000.00
Kas Rp 97,000,000.00

b. Aset tetap ditukarkan dengan aset tetap lain tidak sejenis.


 Perlakuan apabila terjadi laba
Sebuah truk dengan harga perolehan Rp.120.000.000,00 telah didepresiasikan
Rp.60.000.000,00.Pada januari 2017 ditukar dengan sebidang tanah dengan harga
Rp.190.000.000,00.Berapakah laba/rugi jika dalam pertukaran tersebut
menambah uang tunai Rp.125.000.000,00

Penyelesaian :
Harga tanah Rp 190,000,000.00

Harga truk Rp 120,000,000.00


Akumulasi depresiasi truk Rp 60,000,000.00

Nilai buku truk Rp 60,000,000.00


Selisih nilai buku Rp 130,000,000.00

Tambahan uang tunai Rp 125,000,000.00

Jurnal :
Tanah Rp 190,000,000.00
Akumulasi Depresiasi truk Rp 60,000,000.00
Truk Rp 120,000,000.00
Kas Rp 125,000,000.00
Laba Pertukaran Rp 5,000,000.00

 Perlakuan apabila terjadi rugi


Sebuah truk dengan harga perolehan Rp.120.000.000,00 telah didepresiasikan
Rp.60.000.000,00.Pada januari 2017 ditukar dengan sebidang tanah dengan harga
Rp.190.000.000,00.Berapakah laba/rugi jika dalam pertukaran tersebut
menambah uang tunai Rp.135.000.000,00

Penyelesaian :

xvi
Harga tanah Rp 190,000,000.00

Harga truk Rp 120,000,000.00


Akumulasi depresiasi truk Rp 60,000,000.00

Nilai buku truk Rp 60,000,000.00


Selisih nilai buku Rp 130,000,000.00

Tambahan uang tunai Rp 135,000,000.00

Jurnal :
Tanah Rp 190,000,000.00
Akumulasi Depresiasi truk Rp 60,000,000.00
Rugi pertukaran Rp 5,000,000.00
Truk Rp 120,000,000.00
Kas Rp 135,000,000.00

xvii
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Setelah kita mengupas beberapa masalah seputar aset tetap, dapat disimpulkan bahwa:

Aset Tetap adalah aset berwujud yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu
tahun, dimiliki perusahaan, digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak untuk
dijual kembali Aset ini digolongkan menjadi aset tetap berwujud (tangible fixed assets
) dan aset tidak berwujud ( intangible assets ). Tidak ada criteria standar mengenai
jangka waktu pemakaian minimal untuk membedakan aset tetap dengan aktiva
lainnya. Walaupun demikian, pemakaian lebih dari satu tahun, pada umumnya
digunakan sebagai pedoman. Kriteria lain adalah aktiva tersebut harus dipakai dalam
kegiatan perusahaan dan tidak untuk dijual kembali. Hanya aset yang nilainya tinggi
saja yang biasanya dikelompokan sebagai aktiva tetap. Aset tetap berwujud
adalah aset-aset yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam
kegiatan perusahaan yang normal. Seperti, mesin, peralatan, tanah, dan lain-lain.

3.2 Saran
Setelah diselesaikannya makalah tentang aset tetap berwujud, diharapkan menambah
wawasan kepada pembacanya khususnya dimata kuliah Teori Akuntansi. Begitu juga
alangkah baiknya apabila kita mencari sumber referensi lebih banyak dari berbagai sumber
sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan semakin luas.

xviii
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, A. H. (2011). Dasar-dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah


Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

xix

Anda mungkin juga menyukai