Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KARTU AKTIVA TETAP

Di susun oleh :
Nama : Amik Sri Lestari
Kelas : XI Akuntansi II
No. Absen : 02

SMK NURUL HUDA NGAWEN


TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengharap syukur kehadirat Tuhan Yang Masa Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat memenuhi tugas saya untuk makalah Kartu
Utang.
Dengan tersusunnya laporan Kartu Utang ini saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Siti Shofiatun, S. Si selaku Kepala Sekolah SMK Nurul Huda Ngawen
2. Ummi Marifatul L., S. Kom.I selaku wali kelas XI Ak 2
3. Semua bapak/ibu guru dan staff karyawan-karyawan SMK Nurul Huda Ngawen
Dalam menyelesaikan laporan membuat makalah kartu utang Ini saya selaku pelaku
penulis menyadari bahwa laporan ini masih sederhana dan jauh dari kata sempurna karena
terbatasnya pengetauhan, kemampuan serta pengalaman saya untuk itu kritik dan saran dari
pembaca akan saya terima dengan senang hati.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Manfaat
BAB II ISI
A. Penyusutan Aktiva Tetap
B. Metode Metode Penyusutan Aset Tetap (Depreciation Method)
BAB III PENUTUP
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Utang dalam arti luas ialah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh yang
berkewajiban sebagai konsekwensi perikatan, seperti penyerahan barang, membuat
lukisan, melakukan perbuatan tertentu, membayar harga barang dan seterusnya.
Sedangkan utang dalam arti sempit adalah perikatan sebagai akibat perjanjian khusus
yang disebut utang piutang, (bijzondere overeenkomst, benoemde overeenkomst)
yang mewajibkan debitur untuk membayar kembali jumlah uang yang telah
dipinjamnya dari kreditur. Sedangkan utang lancar adalah kewajiban yang memiliki
umur sampai dengan satu siklus operasi perusahaan, kewajiban yang akan dibiayai
dengan aset lancar atau dengan utang lancar lainya.Suatu kewajiban akan
dikelompokkan sebagai utang jangka pendek apabila pelunasannya akan dilakukan
dengan menggunakan sumber-sumber aktiva lancar, namun pada kenyataannya
pelunasan utang jangka pendek (utang lancar) ini tidak sesusai dengan tanggal jatuh
tempo, bahkan ada yang tidak membayar utangnya karena faktor perusahaan yang
telah pailit.

B. Manfaat
Manfaat diadakanya laporan adalah
1. Mengetahui cara membuat kartu utang
2. Menambah wawasan serta pengalaman membuat kartu utang
BAB III

ISI

A. Penyusutan Aktiva Tetap

Penyusutan - Setelah Aset Tetap diperoleh, maka aset tetap tersebut akan digunakan
oleh perusahaan untuk kegiatan operasional dan produksinya.Dalam fase ini, perlakuan
akuntansi terhadap aktiva tetap ada beberapa perlakuan, salah satu perlakuan
akuntansinya adalah PENYUSUTAN AKTIVA TETAP.Selain itu, perlakuan yang
lainnya seperti expenditure dan revaluasi aset tetap yang akan saya bahas juga
nantinya.Penyusutan Aktiva Tetap (Depreciation) merupakan konsekuensi dari
penggunaan aktiva tetap dimana aktiva tetap akan mengalami penurunan fungsi.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyatakan penyusutan adalah jumlah yang bisa
disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aset tetap
menggunakan berbagai metode penyusutan yang sistematis.

Apapun metode penyusutan yang digunakan, diperlukan konsistensi dalam aplikasinya,


tidak berubah ubah, tanpa memandang pertimbangan pajak ataupun tingkat keuntungan
perusahaan.

Ini supaya laporan keuangan nantinya bisa dibandingkan antara periode satu dengan
periode yang lain, sebelum atau sesudahnya.

Dalam bahasa sederhana, penyusutan aset tetap ialah biaya perolehan aset tetap yang
dialokasikan kepada Biaya Operasional akibat penggunaan aset tetap.

Atau dengan kata lain biaya yang dibebankan kedalam harga pokok produksi sebagai
akibat dari penggunaan aset tetap dalam proses produksi serta operasional perusahaan
secara umum.

Contoh Jurnal Atas Penyusutan Aset Tetap sebagai berikut:


Bentuk Jurnalnya :
Debit | Penyusutan Rp xxx
Kredit | Akumulasi Penyusutan Rp xxx
Biasanya dicatat saat tutup buku, besarnya nilai penyusutan tergantung dari beberapa
faktor dan Ini dia beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya penyusutan.

Faktor Faktor Penyusutan Aktiva Tetap

Harga Perolehan [Acquisition Cost]


Faktor yang sangat berpengaruh atas besaran biaya penyusutan adalah harga perolehan
atau acquisition cost.

Nilai Residu atau Nilai Sisa Aset [Salvage Value]


Nilai Sisa Aset adalah prediksi atau taksiran potensi arus kas masuk bila aset tersebut
dijual pada saat penarikan atau penghentian aset.
Salvage Value tidak harus/selalu ada, misalnya pada masa penarikannya asetnya tidak
bisa dijual atau tidak laku untuk dijual. hanya jadi limbah saja (scrap)
Eh, bahkan scrap pun masih ada nilai jualnya

Umur Ekonomis Aset Tetap [Economical Life Time]


Dalam penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah umur
fungsional yang biasa dikenal dengan umur ekonomis.
Biasanya aset tetap memiliki dua (2) jenis umur:

Umur fisik Aset Tetap, berhubungan dengan kondisi fisik suatu aset
tetap.
Suatu aset memiliki umur fisik apabila secara fisik aset tersebut masih baik kondisinya
meskipun mengalami penurunan fungsi.

Umur Fungsional Aset Tetap, berhubungan dengan kontribusi aset tetap


tersebut dalam penggunaanya.
Aset Tetap masih mempunyai umur fungsional apabila aset tetap tersebut masih
memberikan manfaat atau kontribusi dalam operasional produksi perusahaan meskipun
secara fisik suatu aset tersebut sudah tidak baik
Atau bahkan jika suatu fisik aset perusahaan masih dikatakan baik, tapi karena tidak
berkontribusi bagi perusahaan, maka aset belum tentu memiliki umur fungsional.

B. Metode Metode Penyusutan Aset Tetap (Depreciation Method)

Metode penyusutan yang berdasarkan waktu yaitu metode garis lurus, metode
pembebanan yang menurun yang terdiri dari metode jumlah angka tahun dan
metode saldo menurun atau metode saldo menurun berganda.
Metode penyusutan berdasarkan penggunaan yaitu metode jam jasa dan metode
jumlah unit produksi.

Metode penyusutan yang berdasarkan kriteria lainnya yaitu metode berdasarkan


jenis kelompok, metode analisis, metode sistem persediaan.
Namun, kebanyakan di Indonesia hanya ada beberapa metode saja yang sering
digunakan dalam praktenya.
Berikut adalah 2 metode penyusutan yang paling sering diaplikasikan karena mudah
dan juga relevan dengan perlakuan akuntansi.

Metode Garis Lurus [ Straight Line Method ]


Metode ini menganggap aset tetap akan mengalirkan manfaat yang merata disepanjang
penggunaannya, sehingga aset tetap dianggap akan mengalami tingkat penurunan
fungsi yang sama besar disetiap periode penggunaan hingga aset tetap tidak dapat
digunakan lagi.
Metode ini adalah salah satu metode yang termasuk paling banyak diaplikasikan oleh
perusahaan perusahaan di indonesia.
Untuk penerapan Matching Cost Principle, metode penyusutan garis lurus digunakan
untuk menyusutkan aset tetap yang fungsinya tak terpengaruh oleh besarnya volume
output yang dihasilkannya.
Contohnya: bangunan, peralatan kantor dll

Metode Saldo Menurun [ Declining Balance Method ]


Dalam Metode saldo menurun ini, aset tetap tetap diasumsikan memberikan manfaat
terbesarnya pada periode awal masa penggunaan.
Kemudian akan mengalami penurunan fungsi yang makin besar di periode-periode
berikutnya seiring umur ekonomis aktiva tetap yang berkurang.
Jadi semakin lama aktiva digunakan maka kontribusinya akan menurun.
Metode saldo menurun ini cocok diaplikasikan pada aset tetap dimana tingkat ke-aus-
annya bergantung dari volume output yang dihasilkan.
Contohnya: mesin produksi.
Penyusutan Metode Garis Lurus | Straight Line Method
Penyusutan Metode Garis Lurus

Seperti di ketahui, metode penyusutan terdiri dari beberapa metode, diantaranya:


Metode Penyusutan Garis Lurus
Metode Penyusutan Menurun Ganda
Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun
Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja
Metode Penyusutan Satuan Hasil Produksi

Apapun metode dan jenis aset yang digunakan, perusahaan sebaiknya menerapkan salah satu
metode yang ada dengan konsisten, tidak mengubah-ubah metode penyusutan yang
dipakainya.
Dan jikapun melakukan perubahan metode penyusutan, hendaknya diberikan penjelasan
mengenai sistem akuntansi yang dipakai dalam laporan keuangan disertai alasannya.Metode
Penyusutan Garis Lurus | Straight Line Method
Penyusutan Metode Garis Lurus ini adalah salah satu metode yang termasuk paling banyak
diaplikasikan oleh perusahaan perusahaan di indonesia.
Metode garis lurus ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata
di sepanjang masa penggunaannya.
Sehingga aset tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke
periode hingga aset tetap ditarik dari penggunaannya dalam operasional perusahaan.

Perhitungan Penyusutannya:

rumus penyusutan aset tetap metode garis lurus

Bisa juga menggunakan persentase:

rumus penyusutan aset tetap metode garis lurus

Contoh Penyusutan Metode Garis Lurus :


Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 6 Juni 2014, harga perolehan mesin tersebut sebesar
Rp 13,000,000

Mesin tersebut ditaksir memiliki umur ekonomis 10 tahun.

Dan apabila nanti sudah tidak digunakan lagi atau aset ditarik penggunaannya,
diperkirakan mesin tersebut masih bisa ditimbang kiloan (spesialisasi orang madura nih,
hehe becanda) besi tuanya dapat dijual seharga Rp 1.000,000.

Dalam pencatatan akuntansi aset tetap, perusahaan menggunakan METODE GARIS


LURUS

Perhitungan Penyusutan :

Beban penyusutan untuk tahun 2014, dihitungan dengan cara :


Beban Penyusutan = 7/12 x [(Rp 13,000,000 1.000,000) : 10 tahun]
= Rp 699.999 ==> kita bulatkan saja Rp 700.000

# Tunggu Darimana angka 7/12 ?


Ok, Dalam 1 tahun, terdapat 12 bulan, dan mesin tersebut mulai dioperasikan mulai Bulan
Juni

Jadi selama tahun 2014, mesin tersebut digunakan pada bulan :

Juni - Juli - Agustus - September - Oktober - November - Desember.

Jadi pada tahun 2014, Mesin tersebut digunakan selama 7 Bulan


Maka penyusutan selama 7 Bulan tersebut : 7/12
Seandainya mesin tersebut diperoleh tanggal 1 januari, maka pada tahun 2014 mesin
tersebut digunakan selama 12 bulan dan dihitung dengan cara =

12/12 x [(Rp 13,000,000 1.000,000) : 10] .dan seterusnya

Dan untuk tahun 2015, maka beban penyusutannya selama 12 bulan full jadi menggunakan
12/12

Atas pembebanan penyusutan ini dicatat sebagai berikut :

31 Desember 2014
Debit | Depreciation Rp700.000
Kredit | Accumulated Depreciation Rp700.000

# Pada akhir periode, penyusutan ini juga harus dilakukan jurnal penyesuaian

Untuk mengakui adanya beban pada mesin ini, penyesuaian atas penyusutan mesin ini
sejumlah akumulasi penyusutan selama periode berjalan.
Pencatatan dalam jurnal penyesuaian:
Debit | Accumulated Depreciation Rp700.000
Kredit | Depreciation Expense Rp700.000
Penyusutan Metode Saldo Menurun | Declining Balance Method

Penyusutan Aset Tetap Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)


Pada dasarnya, Aset Tetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesarnya pada awal
awal masa penggunaan.
Ya ini karena mesin masih dalam kondisi gress, segar dengan kekuatan yang masih optimal.
Masih jauh dari masa aus (rusak) mesin atau aset tetap yang lainnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, kontribusi aset terbesar tersebut mulai menurun,
kinerjanya tak lagi bisa maksimal, mesin tak lagi muda dan turun performa, gedung mulai
reyot reyot, kendaraan mulai mogok mogok dan lain sebagainya.

Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aset tetap yang tingkat kehausannya
tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aset mesin produksi.

Rumus Depresiasi Saldo Menurun


Penyusutan = [(100% : Umur Ekonomis) x 2] x Nilai Perolehan/Nilai Buku

Contoh kasus penyusutan metode saldo menurun:


Supaya lebih mudah, kita gunakan contoh kasus sebelumnya yang kita kerjakan
menggunakan metode garis lurus.Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 6 Juni 2014, harga
perolehan mesin tersebut sebesar Rp 13,000,000 dan mesin tersebut ditaksir memiliki umur
ekonomis 10 tahun
Apabila nanti sudah tidak digunakan lagi atau aset ditarik penggunaannya, diperkirakan
mesin tersebut masih bisa ditimbang kiloan, besi tuanya dapat dijual seharga Rp 1.000,000.
Dalam pencatatan akuntansi aset tetap, perusahaan menggunakan metode penyusutan saldo
menurun.
Penyusutan tahun 2014 :
[(100% : 10) x 2 ] x 7/12 x 13.000.000 = Rp 1.516.710

Notes :
Karena selama tahun 2014 aset hanya digunakan 7 bulan, maka dikali 7/12

Penyusutan tahun 2015 :


[(100% : 10) x 2 ] x (13.000.000 - 1.516.710) = 2.296.658
Notes :
Nilai buku aset tahun 2015 dikurangi penyusutan aset tahun sebelumnya, sebesar Rp
1.516.710
Untuk tahun tahun setelahnya, cara pengerjaanya sama, hingga 10 tahun masa
pengoperasian mesin tersebut.

Lalu saat pencatatan, jurnal nya adalah sama dengan metode garis lurus, cuma beda di
angka saja

31 Desember 2014
Debit | Depreciation Rp1.516.710
Kredit | Accumulated Depreciation Rp1.516.710

Untuk tahun berikutnya juga sama jurnalnya

31 Desember 2015
Debit | Depreciation Rp2.296.658
Kredit | Accumulated Depreciation Rp2.296.658

Jurnal jurnal penyusutan tahun tahun berikutnya sama saja, jadi tidak perlu dijelaskan
lagi.:)

# Pada akhir periode, penyusutan ini juga harus dilakukan jurnal penyesuaian !
Jurnal penyesuaian ini untuk mengakui adanya beban pada aset mesin ini. penyesuaian atas
penyusutan aset tetap ini sejumlah akumulasi penyusutan selama periode berjalan.

Pencatatan dalam jurnal penyesuaian:


Contoh Jurnal Penyesuaian Aset Tetap Mesin Tahun 2014
Debit | Accumulated Depreciation Rp1.516.710
Kredit | Depreciation Expense Rp1.516.710

Jurnal Penyesuaian tahun 2015


Debit | Accumulated Depreciation Rp2.296.658
Kredit | Depreciation Expense Rp2.296.695

Untuk jurnal penyesuaian tahun tahun berikutnya, cara pengerjaanya sama saja.
Notes:
Dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun ini, jumlah angka penyusutan tiap
tahun akan mengalami penurunan penyusutan tiap tahunnya.
Hal ini menunjukkan bahwa aset tetap (khususnya mesin) memberikan kinerja, manfaat
terbaiknya terhadap perusahaan berada pada saat awal awal aset tetap tersebut digunakan,
semakin lama semakin menurun kinerja aset tetap tersebut karena keausan.

Itu tadi contoh perhitungan mengenai Penyusutan Metode Saldo Menurun (Declining
Balance Method).

Penyusutan Metode Jumlah Angka Tahun


Kini saatnya membahas penyusutan dan contoh soal penyusutan Metode Jumlah Angka
Tahun

Penyusutan Metode Jumlah Angka Tahun | Sum of The Years Digit Method
Pada dasarnya, Metode penyusutan aset tetap berdasarkan jumlah angka tahun mempunyai
dasar konsep yang mirip dengan konsep metode penyusutan saldo menurun.
Metode jumlah angka tahun merupakan penyusutan dipercepat berdasar pada pertimbangan
biaya maintenance (perawatan) serta perbaikan aktiva tetap semakin lama cenderung
bertambah seiring pertambahan usia aktiva tetap itu sendiri.Layaknya metode saldo
menurun, semakin lama aset tetap beroperasi, maka tingkat aus-nya semakin tinggi.
Butuh biaya pemeliharaan yang makin tinggi dengan kontribusi bagi perusahaan yang
menurun, tidak se "joss" saat awal awal aset tetap tersebut di peroleh.
Mesin contohnya, makin lama makin menurun performanya. tidak seperti awal awal mesin
baru, mesin yang lebih lama cenderung menurun performanya.
Nilai penyusutan yang berkurang pada periode berikutnya akan diimbangi oleh
meningkatnya biaya maintenance dan juga perbaikan. Mesin tua kerjanya sudah tidak
optimal, cepat rusak pula
Dalam menentukan tarif penyusutan aset tetap dalam bentuk pecahan yang diitung dengan
cara:
Pembilang (numerator) menggunakan angka tahun dimulai tahun yang terbesar ke
tahun terkecil.
Penyebut (denumerator) adalah jumlah angka tahun.
Contoh, jika umur ekonomis aset adalah selama 4 tahun maka penyebut bilangan (angka)
pecahannya adalah jumlah angka tahun yaitu 1 + 2 + 3 + 4 = 10.
Angka pembilang tahun ke-1 hingga tahun ke-4 masing-masing adalah 4,3,2, dan 1.
Tarif penyusutan tahun ke-1 adalah 4/10, tahun ke-2 adalah 3/10, tahun ketiga 2/10 serta
terakhir tahun keempat 1/10.
Contoh soal penyusutan metode jumlah angka tahun
Pada tanggal 2 Januari 2014, PT Foraz membeli sebuah mesin untuk meningkatkan
produksinya,]].
Harga perolehan Mesin Sebesar Rp 135.000.000,00 dengan taksiran nilai sisa (salvage
value) sebesar Rp 15.000.000,00,
Dan ditaksir, mesin tersebut hanya mampu berproduksi sampai dengan 4 tahun !
Perhitungan:
JAT (Jumlah Angka Tahun) : 1+2+3+4 = 10
Dasar Penyusutan : Rp 135.000.000,00 - Rp 15.000.000,00 = Rp 120.000.000,00

Tahun Tarif Dasar Penyusutan Penyusutan


1. 4/10 Rp. 120.000.000,00 Rp. 48.000.000,00
2 3/10 Rp. 120.000.000,00 Rp. 36.000.000,00
3 2/10 Rp. 120.000.000,00 Rp. 24.000.000,00
4 1/10 Rp. 120.000.000,00 Rp. 12.000.000,00

Pencatatan:
Jurnalnya sama saja dengan metode garis lurus ataupun saldo menurun.
31 Desember 2014
Debit | Depreciation Rp48.000.000
Kredit | Akumulated Depreciation Rp48.000.000

Untuk tahun berikutnya juga sama jurnalnya


31 Desember 2015
Debit | Depreciation Rp36.000.000
Kredit | Akumulated Depreciation Rp36.000.000

Pada tahun 2014, aset cuma digunakan selama 5 bulan saja. perhitungan tarifnya tetap,
hanya di bagi selama 5 bulan dari 12 bulan yang ada
Tahun pertama (2014)
Penyusutan = 4/10 x 5/12 x 120.000.000 = Rp 20.000.000
Dan pada tahun berikutnya 2015.
Penyusutan :
4/10 x 7/12 x 120.000.000 = 28.000.000
3/10 x 5/12 x 120.000.000 = 15.000.000 +
Rp 43.000.000
# Dari mana angka 7/12 ? dan kenapa tarif tahun 2015 masih menggunakan tarif tahun
pertama (4/10)?
Karena pada tahun pertama, tarif 4/10 hanya digunakan selama 5 bulan saja.
Maka sisanya 7 bulan digunakan pada penyusutan tahun ke dua, dan setelah tahun kedua
dihitung dengan tarif tahun pertama selama 7 bulan, (7/12) maka sisa 5 bulan berikutnya
menggunakan tarif tahun berikurnya (3/10)

Begitu juga dengan tahun tahun berikutnya, pengerjaannya sama saja.


Pencatatan jurnalnya pun juga sama saja, tapi hanya berbeda di angka penyusutannya yang
dihasilkan.

Notes:
Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun ini jarang sekali digunakan, karena
pertimbangan perpajakan, di sini, aturan perpajakan membatasi metode ini, laporan pajak
tidak bisa menggunakan metode ini dalam pelaporannya.
Penyusutan Metode Satuan Jam Kerja
Penyusutan Metode Satuan Jam Kerja | Service Hours Method

Pada konsep dasarnya, pemikiran dasar dari Penyusutan Metode Satuan Jam Kerja
didasarkan pada pemikiran bahwa, berkurangnya nilai suatu aset disebabkan oleh berapa
jam lamanya aset tersebut digunakan, atau dioperasikan oleh perusahaan selama umur
ekonomisnya.

Belum tentu aset tetap berkurang nilainya hanya karena "waktu".

Jadi disini, metode ini berdasar bahwa berkurangnya suatu aset tetap perusahaan
disebabkan oleh MASA PAKAI.

Bukan lama waktu aset tersebut saat tahun beroperasi.


Contoh sederhananya, 2 buah motor yang umurnya sama, jenis dan spesifikasinya juga
sama, tapi motor A selalu dipakai tiap hari, dan motor B seminggu sekali dipakai.
Motor mana yang cepat rusak ?
Motor mana yang butuh biaya maintenance lebih cepat dan lebih banyak ?
Maka motor A itu akan cepat rusak atau paling tidak cepat membutuhkan biaya perawatan
yang lebih dibandingkan dengan motor B yang jarang digunakan.
Penyusutan motor A lebih besar daripada penyusutan motor B

Analogi sederhana itu yang menjadi acuan untuk penyusutan moetode satuan jam kerja ini.
Penyusutan aset tetap metode satuan jam kerja ini pada prakteknya sering kali di abaikan,
karena alasan perpajakan.

Jarang sekali digunakan !

Rumus untuk menghitung besarnya penyusutan metode satuan jam kerja adalah sebagai
berikut:

rumus tarif penyusutan per jam


Sedangkan untuk menghitung besaran penyusutan per periode adalah sebagai berikut
caranya:

beban penyusutan

Contoh soal penyusutan metode satuan jam kerja

Pada bulan Januari, PT Foraz membeli sebuah mesin dengan harga perolehan saat
pembelian sebesar Rp 10.000.000,00

Oleh ahli diperkirakan dapat berproduksi selama 10.000 jam dengan prediksi rentangan
waktu penggunaan sebagai berikut:

Tahun ke-1 = 3.000 jam


Tahun ke-2 = 2.000 jam
Tahun ke-3 = 2.000 jam
Tahun ke-4 = 1.500 jam
Tahun ke -5 = 1.500 jam
Setelah berproduksi selama 10.000 jam, aset tetap mesin tersebut diperkirakan masih bisa
dijual dengan harga Rp. 500.000,00

# Pertama kita hitung dulu tarif penyusutan mesin perjam


Rp 10.000.000 - Rp 500.000
10.000
Tarif Penyusutan = 950
Ok, jika tarif penyusutan aset tetapnya sudah diketahui, kita selanjutnya bisa membuat
tabel penyusutannya sebagai berikut:

penyusutan metode satuan jam kerja


Pada tabel penyusutan diatas, tampak bahwa menurut metode satuan jam kerja, beban
penyusutan untuk tiap periode akuntansi bervariasi.

Besarnya akan sebanding dengan jam kerja (kapasitas) aset tetap yang sesungguhnya dapat
dicapai.

Pencatatan, Jurnalnya sama saja dengan metode metode penyusutan aset tetap yang lain.
Jurnal Penyusutan Tahun Pertama
Debit | Depreciation Rp2.850.000
Kredit | Akumulated Depreciation Rp2.850.000

Untuk tahun berikutnya juga sama jurnalnya


Jurnal Penyusutan Tahun ke-2
Debit | Depreciation Rp1.900.000
Kredit | Akumulated Depreciation Rp1.900.000

Pengertian Deplesi Beserta Metode, Contoh Soal Dan Jawaban


Pengelolaan sumber-sumber alam untuk kegiatan perusahaan hampir selalu berkaitan
dengan transaksi baik jual/beli/sewa lahan (tanah) yang di dalamnya terdapat bahan baku
(pertambangan/kayu) untuk diolah kembali menjadi barang jadi. Deplesi erat kaitannya
dengan kegiatan penaksiran nilai perolehan dari setiap sumber alam yang menjadi
persediaan. Deplesi dapat dikatakan sebagai penurunan nilai pada aset perusahaan yang
berupa sumber alam.

Pengertian Deplesi
Pengertian deplesi adalah berkurangnya harga perolehan (cost) yang disebabkan oleh
pengelolaan sumber daya alam menjadi persediaan, seperti penurutnan nilai sumber alam
pada tambang dan hutan kayu.

Deplesi adalah penyusutan yang terjadi pada benda yang bersifat alami dan tidak dapat
diperbaharui.

Perbedaan depresiasi dengan deplesi adalah sebagai berikut:


Depresiasi Deplesi
Pengakuan terhadap pengurangan manfaat Pengakuan pengurangan kuantitatif pada
ekonomi yang terjadi pada aktiva tetap. sumber daya alam.
Digunakan untuk aktiva tetap yang tidak
Digunakan untuk aktiva tetap yang bisa
bisa langsung diganti dengan yang sama jika
diganti bila sudah habis.
sudah habis.
Alokasi harga perolehan ke pendapatan,
Pengakuan terhadap perubahan langsung
pada periode bersangkutan untuk suatu
darisumber daya alam menjadi barang yang
perusahaan yang dihitung berdasarkan hasil
bisa dijual.
produksi.

Metode Perhitungan Deplesi

Dalam pehitungan deplesi, setidaknya perhatikan aspek-aspek berikut ini:

a. Harga perolehan aktiva.

Jika sumber daya alam, harga perolehannya adalah pengeluaran dimulai sejak
mendapatkan izin sampai sumber daya alam itu dapat diambil hasilnya. Jika pengeluaran
itu terlalu kecil, maka dilakukan penilaian atas sumber daya alam tersebut.

b. Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.

c. Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi.

Deplesi dihitung dari tiap unit hasil sumber alam (barrel dan tonase). Simak ilustrasi
berikut ini.

Contoh Soal dan Jawaban Deplesi

Contoh soal beserta jawaban ini tentang kasus pertambangan.


Sebidang lahan (tanah) yang terdapat kandungan tambang dibeli seharga Rp20.000.000,00.
Taksiran isinya sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut setelah dieksploitasi nilainya ditaksir
sebesar Rp2.000.000,00. Deplesi per ton dihitung sebagai berikut:

Jika di tahun pertama, lahan tersebut bisa di eksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka total
deplesi pada tahun tersebut sebesar = 40.000 x Rp. 120.000 = Rp. 4.800.000

Jurnal untuk mencatat deplesi:


Deplesi Rp4.800.000,00
Akumulasi deplesi Rp4.800.000,00

Apabila perusahaan telah menaksir di muka biaya deplesi dan kenyataannya perhitungan
taksiran berbeda degan kenyataannya, maka perlu diadakan revisi. Koreksi deplesi ini bisa
dilakukan dengan cara berikut ini:

Deplesi pada tahun lalu dan masa yang akan datang sudah dicatat dikoreksi. Pada
saat adanya perubahaan. Dihitung lagi deplesi perunit kemudian dilakukan koreksi.

Contohnya deplesi yang terlalu besar, jurnal koreksinya sebagai berikut:


Akumulasi deplesi Rp. Xxx
Laba tidak dibagi (koreksi laaba tahun lalu) Rp. Xxx

Deplesi tahun lalu sudah dicatat tidak di koreksi, tetapi deplesi tahun yang akan
datang dilakukan dengan data yang terakhir. Deplesi pada tahun lalu tidak
dikoreksi, tetapi deplesi untuk tahun berjalan dan tahun yang akan datang dilakukan
revisi.

Contoh biaya pembangunan bertambah sebesar Rp. l.800.000,00. Setelah di eksploitasi


dalam tahun kedua sebanyak 30.000 ton, tambang ditaksir masih mengandung 90.000 ton.
Perhitungan deplesi pada tahun kedua didapat sebagai berikut:
Harga perolehan pertama 20.000.000
(-) Nilai sisa 2.000.000
Deplesi tahun pertama 4.800.000
(6.800.000 )
13.200.000
(+) Biaya pembangunan tahun kedua 1.800.000
Jumlah yang akan di deplesi Rp. 15.000.000
Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua
Hasil eksploitasi tahun kedua (ton) 30.000
Taksiran isi tambang pada akhir tahun kedua (ton) 90.000
Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua (ton) 120.000

Deplesi per ton dalam tahun kedua = Rpl5.000.000,00 :120.000 = Rp125,00.

Deplesi tahun kedua = 30.000 ton x Rp125,00 = Rp3.750.000,00.

Pada aktiva tetap milik perusahaan yang mengolah sumber daya alam, kegunaan aktiva
terbatas sampai selesainya eksploitasi sumber alam. Maka depresiasi aktiva tetap dapat
dihitung dengan taksiran hasil sumber alam.

Penyusutan Kelompok, Metode, dan Tarif Penyusutan


Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran kecuali untuk harta yang masih
dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta
tersebut.

Penyusutan Kelompok, Metode, dan Tarif Penyusutan


Bila lembaga menggunakan kategori pengelompokkan aset, metode perhitungan dan tarif
yang berbeda dengan yang diatur oleh UU Perpajakan, maka pada saat pengisian SPT pajak
penghasilan badan perlu dilakukan rekonsiliasi. Artinya, dari daftar aset lembaga perlu
dihitung ulang dengan metode yang diakui oleh perpajakan. Kemudian dihitung dengan tarif
penyusutan perpajakan untuk mendapatkan total biaya penyusutan setahun. Tentu saja
jumlah biaya ini bisa berbeda dengan jumlah biaya penyusutan yang dihitung oleh bagian
keuangan lembaga bila metode dan tarifnya berbeda dengan perpajakan. Supaya lebih mudah
sebaiknya lembaga menggunakan saja pengelompokkan, metode, dan tarif perpajakan.
Menghemat waktu dan tenaga karena akuntansi pada dasarnya menerima bila digunakan
kelompok aset, metode, dan tarif pajak. Jadi mengapa harus menggunakan yang berbeda?
Pengalaman menunjukkan bahwa metode garis lurus adalah metode paling mudah untuk
digunakan untuk pencatatan akuntansi dan diakui sebagai salah satu metode oleh perpajakan.
Jadi tidak perlu menghitung dan membuat daftar penyusutan lagi untuk kepentingan
perpajakan. UU perpajakan mengatur aset dalam 4 kelompok dan bangunan. Namun yang
paling relevan hanya kelompok 1 dan 2 yaitu:

Kelompok 1: Aset yang digunakan untuk operasional lembaga dengan masa pakai
maksimum 4 tahun. Termasuk dalam kelompok ini misalnya:
1. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung duplikator, mesin fotokopi, mesin
akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner, dan sejenisnya.
2. Perlengkapan lainnya seperti amplifer, tape/cassette, video recorder, televisi dan
sejenisnya.
3. Sepeda motor, sepeda.
4. Alat komunikasi, pesawat telepon, fax, handphone, dan sejenisnya.
5. Alat perlengkapan khusus bagi industri/jasa yang bersangkutan.

Kelompok 2: Aset yang digunakan untuk operasional lembaga dengan masa pakai
maksimum 8 tahun. Termasuk dalam kelompok ini misalnya:

1. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari, dan
sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan, alat pengatur udara
seperti AC, kipas angin, dan sejenisnya.
2. Mobil, bus, truk, speed boat, dan sejenisnya.

Kelompok bangunan permanen dianggap sama saja yaitu usia pakainya 20 tahun dan
bangunan tidak permanen 10 tahun. Metode dan tarif penyusutan yang diperkenankan oleh
UU perpajakan adalah metode garis lurus dan saldo menurun.

Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud, metode, serta tarif


penyusutannya:

Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran kecuali untuk harta yang masih
dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta
tersebut. Jadi jika aktiva tetapi dibeli pada bulan September 2011, maka biaya penyusutan
untuk aktiva tersebut untuk tahun buku 2011 adalah 25% dari biaya penyusutan per tahun.
Penarikan aset dari daftar inventaris lembaga dapat dilakukan karena rusak atau karena
dijual. Jika rusak maka seluruh nilai sisa buku akan dibebankan sebagai biaya penyusutan.
Bila dijual, maka nilai buku pada tahun sebelumnya merupakan biaya dan hasil penjualan
dicatat sebagai pendapatan.
Disarikan dari buku: Petunjuk Kewajiban Pajak Lembaga Nirlaba (Penyusutan Kelompok,
Metode, dan Tarif Penyusutan), Penulis: Pahala Nainggolan, Hal: 52-56.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah Aset Tetap diperoleh, maka aset tetap tersebut akan digunakan oleh
perusahaan untuk kegiatan operasional dan produksinya.Dalam fase ini, perlakuan
akuntansi terhadap aktiva tetap ada beberapa perlakuan, salah satu perlakuan
akuntansinya adalah PENYUSUTAN AKTIVA TETAP.Selain itu, perlakuan yang
lainnya seperti expenditure dan revaluasi aset tetap yang akan saya bahas juga
nantinya.Penyusutan Aktiva Tetap (Depreciation) merupakan konsekuensi dari
penggunaan aktiva tetap dimana aktiva tetap akan mengalami penurunan fungsi.

B. SARAN
Setelah disusunnya makalah mengenai aktiva Tetap diharapkan dapat menambah
wawasan pembaca khususnya dimata kuliah pengantar akuntansi. Begitu juga alangkah
baiknya apabila kita mencari sumber referensi lebih banyak dari berbagai sumber
sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan semakin luas.

Anda mungkin juga menyukai