Anda di halaman 1dari 11

Oleh : Zulkharis Syafitri (1301035043)

Laba

merupakan suatu pos dasar dan penting


dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai
kegunaan dalam berbagai konteks.
Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu
dasar bagi perpajakan, determinan pada
kebijakan pembayaran dividen, pedoman
investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur
prediksi (Belkaoui,1993)

Dalam SFAC no. 1 menyebutkan bahwa informasi


laba merupakan komponen laporan keuangan
yang disediakan dengan tujuan membantu
menyediakan informasi untuk menilai kinerja
manajemen, mengestimasi kemampuan laba
yang representative dalam jangka panjang dan
menaksir resiko dalam investasi atau kredit.
Pengertian laba secara konvensional adalah nilai
maksimum yang dapat dibagi atau di konsumsi
selama satu periode akuntansi dimana keadaan
pada akhir periode masih sama seperti pada
awal periode.

Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan


dapat digunakan antara lain sebagai (Suwardjono, 2005:
456) :
1)Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam
perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas
investasi (rate of retun on inuested capital).
2)Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan
manajemcn.
3)Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
4)Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu
negara.
5)Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam
perusahaan public.
6)Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang
7)Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8)Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
9)Dasar pembagian dividen.

Berdasarkan latar belakang tersebut,


Hendriksen dalam bukunya Accounting Theory
edisi kelima (1992:338) menetapkan tiga
konsep dalam usaha mendefinisikan dan
mengukur laba menuju tingkatan bahasa.
Adapun konsep-konsep tersebut meliputi:
a. Konsep Laba pada Tingkat Sintaksis (Struktural)
b. Konsep Laba pada Tingkat Sematik
(Interpretatif)
c. Konsep Laba pada Tingkat Pragmatis (Perilaku)

a. Konsep Laba pada Tingkat Sintaksis


(Struktural)
Pada tingkat sintaksis konsep income
dihubungkan dengan konvensi (kebiasaan) dan
aturan logis serta konsisten dengan
mendasarkan pada premis dan konsep yang
telah berkembang dari praktik akuntansi yang
ada. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba
(income measurement) pada tingkat sintaksis,
yaitu: Pendekatan Transaksi dan Pendekatan
Aktiva.

b. Konsep Laba pada Tingkat Sematik


(Interpretatif)
Pada konsep ini income ditelaah hubungannya
dengan realita ekonomi. Dalam usahanya
memberikan makna interpretatif dari konsep
laba akuntansi (accounting income), para
akuntan seringkali merujuk pada dua konsep
ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut
adalah Konsep Pemeliharaan Modal dan Laba
sebagai Alat Ukur Efisiensi.

c. Konsep Laba pada Tingkat Pragmatis (Perilaku)


keuangan terhadap informasi yang tersirat dari
laba perusahaan. Beberapa reaksi usaha users
dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan
keputusan dari investor dan kreditor, reaksi
harga surat terhadap pelaporan income atau
reaksi umpan balik (feedback) dari manajemen
dan akuntan terhadap income yang
dilaporkan.Pada tingkat pragmatis (perilaku)
konsep income dikaitkan dengan pengguna
laporan

Secara konseptual ada tiga pendekatan yang dapat


digunakan untuk mengukur laba. Pendekatan tersebut adalah
pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan dan pendekatan
mempertahankan capital/kemakmuran (capital maintenence)
A.

Pendekatan Transaksi Pendekatan transaksi menganggap


bahwa perubahan aktiva / hutang (laba) terjadi hanya
karena transaksi, baik internal maupun eksternal.
Transaksi eksternal timbul karena adanya transaksi yang
melibatkan perubahan aktiva /hutang dengan pihak luar
perusahaan. Transaksi internal timbul dari pemakaian
atau konversi aktiva dalam perusahaan.Pada saat
transaksi eksternal terjadi, nilai pasar dapat dijadikan
dasar untuk mengakui pendapatan. Transaksi internal
berasal dari perubahan nilai, yaitu perubahan nilai dari
pemakaian atau konversi aktiva. Apabila konversi telah
terjadi, maka nilai aktiva lama akan diubah menjadi
aktiva baru.konsep atau pendekatan ini sama dengan
konsep realisasi pendapatan.

B.

Pendekatan Kegiatan Laba dianggap timbul bila kegiatan


tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba bisa timbul pada tahap
perencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan
pengumpulan kas. Dalam penerapannya, pendekatan ini
merupakan perluasan dari pendekatan transaksi. Hal ini
disebabkan pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi
sebagai dasar pengukuran. Perbedaannya adalah bahwa
pendekatan transaksi didasarkan pada proses pelaporan
yang mengukur transaksi dengan pihak luar.Sementara
pendekatan kegiatan didasarkan pada konsep peristiwa/
kegiatan dalam arti luas, tidak dibatasi pada kegiatan dengan
pihak luar. Meskipun demikian keduanya gagal menunjukan
pengukuran laba dalam dunia nyata. Hal ini disebabkan dua
pendekatan tersebut di dasarkan pada hubungan struktural
yang sama yang tidak ada dalam dunia nyata.

C.

Pendekatan Mempertahankan Kemakmuran (Capital


Maintenance Concept) Atas dasar pendekatan ini, laba
diukur dan diakui setelah kapital awal dapat
dipertahankan. Sebelum membahas pengukuran laba
atas dasar konsep mempertahankan
kemakmuran/kapital, akan dibicarakan lebih dahulu
mengenai konsep laba dan kapital.Dalam konsep
mempertahankan kemakmuran, kapital (capital) artian
luas dan dalam berbagai bentuknya. Jadi kapital
diartikan sebagai sekelompok kekayaan tanpa
memperhatikan siapa yang memiliki kekayaan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai