Anda di halaman 1dari 15

ANALISA LAPORAN KEUANGAN

“RINGKASAN BAB 5 - 8”

Oleh :

I Gede Wied Jagadhita

(202033121195)

(D5 Akuntansi)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

2022
BAB V

ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

A. Definisi Kas

Menurut Baridwan (2008:84) kas merupakan suatu alat pertukaran yang dapat diterima
untuk pelunasan utang, dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan sebesar
nominalnya, juga simapanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-
waktu. Menurut Sodikin dan Riyono (2014:87) kas adalah uang tunai (uang kertas dan uang
logam) dan alat-alat pembayaran lainnya yang dapat disamakan dengan uang tunai.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kas merupakan alat pembayaran yang
dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasional atau kegiatan umum perusahaan. Kas
harus tersedia dalam jumlah yang cukup untuk membiayai pengeluaran perusahaan. Kas
merupakan contoh aset yang sifatnya liquid (lancar). Semakin besar nominal kas maka semaik
liquid sifat dari kas tersebut.

B. Sumber Kas

Karena kas memiliki sifat yang liquid maka perencanaan, penerimaan dan penggunaan kas
harus diawasi dengan baik. Kas bersumber hasil penjualan produk usaha, modal dari investor,
dan hutang jangka pendek maupun panjang. Menurut Riyanto (2005:346) sumber dan
penerimaan kas berasal dari:

1. Berkurangnya aktiva lancar selain kas


2. Berkurangnya aktiva tetap seperti halnya berkurangnya aktiva selain aktiva lancar
3. Bertambahnya setiap jenis utang
4. Bertambahya modal

C. Penggunaan Kas

Munawir (2010:159) berpendapat penggunaan kas dapat disebabkan oleh adanya


transaksi-transaksi berikut:
1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka
panjang serta pembelian aktiva tetap
2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan
oleh pemilik perusahaan
3. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang
4. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah
dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga premi asuransi, dan
adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian
5. Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden (bentuk pembagian laba lainya secara
tunai), pembayaran pajak, denda-denda dan sebagainya
6. Adanya kerugian operasi perusahaan. Terjadinya kerugian dalam operasi perusahaan
dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu bila diperlukan
dana untuk menutup kerugian tersebut

D. Laporan Sumber dan Penggunaan Kas

Laporan sumber dan penggunaan kas merupakan laporan yang menunjukkan perubahan
kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan tersebut dengan
menunjukkan sumber dan penggunaannya. Laporan sumber dan penggunaan kas berbeda
dengan laporan laba rugi. Subjek pada laporan ini bersumber dari penggunaan kas, sedangkan
pada laporan laba rugi subjeknya berasal dari penghasilan yang direalisasikakan menjadi biaya
tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut sudah dibayar per kas atau belum. Laporan sumber
dan penggunaan kas bisa digunakan sebagai dasar dalam penaksiran dan perencanaan kas di
masa mendatang. Pihak kreditur maupun pihak bank dapat juga menggunakan laporan ini
sebagai pengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.

E. Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Kas

Untuk menyusun laporan sumber dan penggunaan kas ada beberapa komponen penting
yang harus diperhatikan antara lain:

1. Menyusun Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan.
Neraca dipengaruhi oleh beberpa unsur yaitu:
a. Aktiva lancar, adalah aset perusahaan yang dapat digunakan dalam jangka 1 tahun
atau satu periode siklus akuntannsi. Aset ini dapat dijual maupun dicairkan menjadi
kas. Bagian-bagian aktiva lancar yaitu, Kas dan Bank, Surat berharga, Piutang ,
dan Persediaan.
b. Aktiva tidak lancar, adalah aset perusahaan yang dapat digunakan dalam waktu
lebih dari 1 tahun atau satu periode akuntansi. Aset tidak lancar meliputi: Saham,
Obligasi, Surat Berharga, dan Investasi jangka panjang lainnya.
c. Aktiva tetap, adalah aset yang dimiliki oleh perusahaan yang umur ekomomisnya
lebih dari 1 tahun. Aset tetap meliputi: Tanah, Bangunan, Peralatan, Kendaraan,
Mesin, dan aset lainnya.
d. Hutang Lancar, adalah hutang yang m oleh perusahaan dalam jangka waktu 1 tahun
dengan menggunakan aset-aset yang tersedia. Hutang lancar meliputi: Hutang
usaha, Hutang Biaya, Hutang Pendapatan, dan Hutang Bank.
e. Hutang Jangka Panjang, adalah hutang yang jangka waktu pelunasannya lebih dari
1 tahun. Hutang Jangka Panjang meliputi: Hutang Obligasi dan Hutang Hipotek.
f. Modal, merupakan harta yang dimiliki oleh suatu entitas atau perusahaan yang
berfungsi sebagai aset yang mendanai kegiatan operasional perusahaan.

2. Menyusun Laporan Laba Rugi


Laporan Laba Rugi merupakan laporan yang menunjukan keadaan perusahaan selama
periode tertentu. Pos-pos yang terdapat pada laporan laba rugi pada dasarnya terdiri
dari 3 pos yaitu:
a. Pendapatan, adalah pertambahan modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan
aset, jasa maupun produk hasil produksi.
b. Biaya, adalah pengurangan modal perusahaan yang biasanya terjadi ketika ada
pembelian dan aktivitas produksi perusahaan.
c. Laba rugi, adalah perolehan bersih yang didapatkan oleh perusahaan dari hasil
pendapatan dikurangi biaya yang dikeluarkan.

Laporan laba rugi berfungsi mencatat penurunan aset, kenaikan hutang, modal dan
pertambahan maupun pengurangan pendapatan akibat pengeluaran biaya.

3. Menganalisa perubahan
Setelah menyusun laporan laba rugi selanjutnya dilakukan analisa terhadap pos-pos
neraca dan laporan laba rugi untuk menentukan adanya perubahan yang berpengaruh
pada kas.

4. Membuat jurnal penyesuaian


Untuk menghilangkan pengaruh yang didapat dari hasil analisa, maka dilakukan
penyesuaian terhadap transaksi non kas yang dicatat dalam periode tersebut. Setelah
melakukan penyesuaian, selanjutnya dilakukan pemindahan saldo kedalam kolom
“kenaikan dan penurunan kas”.

Langkah-langkah penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas tersebut harus dilakukan
dengan baik dan teliti agar tidak terjadi kesalahan saat melakukan penyusunan dan
penghitungan.

BAB VI

ANALISA BREAK EVEN

A. Definisi Break Even Point

Menurut Bustami dan Nurlela (2007:208) analisis BEP adalah suatu cara atau teknik yang
digunakan oleh seorang manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah)
penjualan dan volume produksi berapakah suatu perusahaan yang bersangkutan tidak
menderita kerugian dan tidak memperoleh laba. Menurut Carter dan Usry (2005:272)
menyatakan BEP adalah titik dimana biaya dan pendapatan sama dengan nol. Menurut
Harahap, Break Even Point adalah kondisi atau kinerja perusahaan di mana tidak adanya laba
dan tidak mengalami kerugian. Artinya semua biaya yang sudah dikeluarkan bisa tertutup dari
pendapatan suatu produk.

Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis BEP merupakan teknik yang
digunakan untuk mengetahui tingkat produksi dan penjualan perusahaan yang mana
perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan atau sering juga disebut dengan
titik impas, Oleh karena itu BEP sering juga disebut dengan analisis titik impas. Tujuan dari
analisis ini adalah mengetahui tingkat aktivitas penjualan, biaya variabel dan biaya tetap
memiliki hasil yang sama. Jika terjadi perbedaan antara komponen tersebut maka analisis titik
impas tidak dapat diterapkan karena tidak berkaitan dengan BEP. Manfaat dari analisis BEP
sangat banyak, namun umumnya analisis ini digunakan untuk mengetahui titik impas dari
aktivitas perusahaan.

B. Keterbatasan Analisa BEP

Meskipun analisa BEP banyak digunakan oleh perusahaan, namun analisis ini tidak luput
dari kekurangan. Beberapa ahli mengemukan keterbatasan yang dimiliki oleh analisis BEP,
menurut Soepono (2012) keterbatasan BEP yaitu:

1). Memerlukan asumsi mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan.


2). Bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada
periode tertentu.
3). Tidak digunakan untuk mengambil keputusan terakhir, analisis breakeven point baik
digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.
4). Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik.
5). Kurang memperhatikan resiko-resiko yang terjadi selama masa penjualan, misalnya
kenaikan harga bahan baku.

Selain itu, terdapat beberapa keterbatasan utama dari BEP. Pertama, Asumsi Tentang Linearity,
umumnya harga jual maupun harga variabel per unit tidak berdiri sendiri terlepas dari volume
penjualan. Tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan
jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi
tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur. Kedua, Klasifikasi Biaya Yang Sulit,
adanya biaya semi variabel menyebabkan pengklasifikasian biaya menjadi sulit. Biaya semi
variabel tersebut dapat berubah-ubah setelah melewati titik impas. Ketiga, Jangka Waktu
Terbatas, analisis BEP biasanya diterapkan pada kegiatan operasional perusahaan selama
setahun. Analisis BEP hanya memproduksi atau menjual satu macam barang saja, jika lebih
maka komposisi penjualannya (sales mix), akan tetap konstan.

C. Margin of Safety
Menurut Abdul Halim dan Bambang S. margin of safety atau margin keamanan adalah
selisih antara rencana penjualan (dalam unit atau satuan uang) dengan impas (dalam unit atau
satuan uang) penjualan. Menurut Bambang Riyanto, margin of safety merupakan angka yang
menunjukkan jarak penjualan yang direncanakan atau budget sales dengan penjualan break
even.

Dapat disimpulkan bahwa Margin of safety merupakan merupakan informasi yang


menunjukan seberapa jauh perencanaan penjualan dengan titik impas penjualan. Margin of
Safety memberikan informasi tentang seberapa jauh realisasi penjualan dapat turun dari
rencana penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Penurunan realisasi penjualan
dari rencana penjualan maksimum harus sebesar magin of safety agar perusahaan tidak
menderita kerugian.

Perhitungan Margin of Safety menurut Halim dan Supomo menggunakan rumus sebagai
berikut:

𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 − 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐵𝐸𝑃


𝑀𝑂𝑆 = × 100%
𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

𝑀𝑂𝑆 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑀𝑂𝑆 × 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

Jika hasil Margin of Safety perusahaan tinggi maka perusahaan kemungkinan memperoleh
keuntungan yang tinggi, begitupun sebaliknya.

D. Manfaat BEP bagi Manajemen

Analisa BEP memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan. BEP bermanfaat
memberikan informasi mengenai hubungan antar biaya, volume dan laba, jumlah penjualan
minimum dan perencanaan penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Selain itu,
analisa BEP juga bermanfaat bagi manajemen antara lain:

1. Mempertimbangkan penjualan produk baru agar perusahaan memperoleh laba.


2. Membantu manajemen mengendalikan aktivitas operasional dan anggaran perusahaan.
3. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan produk.
4. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.
5. Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Manfaat utama yang diperoleh oleh manajemen pada penerapan BEP adalah manajemen
dapat menjadikan analisis BEP sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bisnis, keputusan
ini terkait dengan kegiatan bisnis dan operasional perusahaan seperti aktivitas produksi dan
penjualan produk. Analisis BEP dapat membantu manajemen dalam menentukan tingkat
produksi perusahaan dalam jumlah tertentu agar dapat memperoleh keuntungan yang
diinginkan. BEP bermanfaat sebagai dasar perencanaan produksi dan penjualan bagi
manajemen.

E. Analisa Break Even dan Keputusan Investasi

Analisa BEP dapat memberikan gambaran bagi manajemen mengenai hubungan antar
biaya, volume, dan laba. Informasi tersebut akan membantu manajemen dalam mengelola
aktivitas operasional dan pemecahan masalah perusahaan. Contohnya masalah mengenai
penambahan atau penggantian alat-alat dan fasilitas pabrik. Manajemen harus mengetahui
efektifitas dari penambahan dan penggantian investasi tersebut agar kedepannya dapat
mengambil kebijakan pengeluaran yang sesuai dengan investasi tersebut.

F. Analisas Break Even dan Keputusan Menutup Usaha

Analisa BEP juga berfungsi membantu manajemen dalam pengambilan keputusan untuk
menutup usaha atau tetap bertahan. Informasi yang dihasilkan dari analisis BEP akan
memberikan gambaran kepada manajemen kapan sebaiknya perusahaan dihentikan dan
apakah usaha tersebut dapat dilanjutkan. Jika perusahaan memilih untuk tutup maka
perusahaan tersebut akan kehilangan semua pendapatannya. Hal ini dapat menghemat biaya
variabel produksi produk namun perusahaan masih harus membayar biaya tetap.Oleh karena
itu perusahaan akan ditutup jika pendapatan yang diperoleh kurang dari biaya variabel
produksi.
BAB VII

ANALISA PERUBAHAN LABA KOTOR

A. Pengertian Laba Kotor

Menurut Kasmir (2011:303) Laba kotor (gross profit) artinya laba yang diperoleh sebelum
dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang
pertama sekali perusahaan peroleh. Menurut Soemarso (2004:226) Laba Kotor merupakan
selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Menurut Subramnyam
(2005:120), laba kotor yaitu pendapatan dikurangi dengan harga pokok penjualan. Apabila
hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan
barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk
bertahan.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa definisi laba kotor merupakan
pendapatan dari penjualan sebelum dikurangi dengan biaya-biaya lainnya. Artinya laba kotor
adalah pendapatan dari penjualan pasca dipotong biaya pertanggung jawaban produksi produk
dan jasa namun belum terpotong biaya untuk gaji, pajak dan pembayaran suku bunga. Laba
kotor dapat mengalami perubahan karena beberapa faktor antara lain: Perubahan harga jual
produk, Perubahan kuantitas atau volume produk yang di produksi dan dijual, dan Perubahan
harga pokok rata-rata per satuan produk. Namun, secara pada dasarnya perubahan laba kotor
disebabkan oleh dua faktor yaitu: Penjualan dan Harga Pokok Penjualan.

B. Analisa Perubahan Laba Kotor

Menurut Prastowo dan Rifka (2002: 171) Analisis Laba Kotor (Gross Profit Analysis)
adalah satu teknik yang sangat membantu untuk dapat menjelaskan perubahan dalam
penghasilan dan biaya. Analisa laba kotor merupakan suatu proses yang kontinyu
(berkesinambungan) dan intensif. Menurut Munawir (2004: 37) analisis perubahan laba kotor
secara umum yaitu: Analisis laba kotor (gross profit analysis) adalah suatu analisa untuk
mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan, dari satu periode ke periode
yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode laba dengan laba yang di budgetkan untuk
periode tersebut. Dapat disimpulkan bahwa analisis perubahan laba kotor merupakan evaluasi
yang dilakukan oleh manajemen untuk mengetahui penyebab terjadinya perubahan laba kotor
suatu perusahaan pada periode satu ke periode yang lainnya.
Analisis perubahan laba kotor juga memiliki manfaat bagi manajemen. Menurut Prastowo
dan Rifka (2002: 191) Manfaat analisis perubahan laba kotor adalah memberikan cukup
motivasi bagi manajemen untuk memulai suatu pemeriksaan, yang akan membawa kepada
berbagai kemungkinan tindakan koreksi, khususnya analisis yang menunjukan perbedaan
tidak menguntungkan (rugi) antara anggaran dan realisasi. Analisis laba kotor yang didasarkan
pada anggaran atau biaya standar dapat memberikan gambaran titik-titik kelemahan dari
kinerja periode tersebut. Sedangkan menurut Munawir (2004: 216) manfaat analisis perubahan
laba kotor adalah perubahan dalam laba kotor perlu dianalisa untuk mengetahui sebab-sebab
perubahan tersebut, baik perubahan yang menguntungkan (kenaikan) maupun perubahan yang
tidak menguntungkan (penurunan), sehingga akan dapat diambil kesimpulan dan atau tindakan
seperlunya untuk periode-periode berikutnya. Dengan demikian, manajemen akan mampu
untuk mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengatasi penyebab terjadinya
penyimpangan yang merugikan perusahaan.

C. Analisis perubahan laba kotor berdasarkan harga jual dan kuantitas produk

Pada dasarnya perubahan laba kotor disebabkan oleh oleh dua faktor yaitu: Penjualan dan
Harga Pokok Penjualan. Perubahan Harga Jual dapat mempengaruhi jumlah laba yang
diperoleh oleh perusahaan. Jika harga jual tinggi maka laba perusahaan akan meningkat
begitupun sebaliknya. Harga jual yang berbeda pada periode yang berbeda akan berdampak
juga pada perubahan laba perusahaan. Harga pokok penjualan produk dipengaruhi oleh harga
bahan baku, gaji karyawan serta kenaikan harga. Jika harga pokok penjualan mengalami
perubahan dengan harga jual yang tetap, maka laba juga akan mengalami perubahan.
Perubahan harga jual, merupakan perubahan antara harga jual yang sesungguhnya dengan
harga jual tahun sebelumnya.

Selain itu, ada beberapa penyebab lain dari perubahan laba kotor yaitu: Perubahan harga
jual per satuan produk, Perubahan kuantitas atau volume produk yang di produksi dan dijual,
dan Perubahan harga pokok rata-rata per satuan produk. Kenaikan harga jual per satuan produk
dan kenaikan kuantitas atau volume produk akan memberikan keuntungan bagi perusahaan,
jika terjadi penurunan maka hal tersebut harus dilakukan analisis lebih lanjut untuk ditemukan
penyelesaiannya. Sedangkan, jika terjadi kenaikan harga pokok per satuan produk dan
kenaikan kuantitas atau volume produk yang dijual maka hal tersebut dapat merugikan
perusahaan. Perubahan kuantitas harga pokok penjualan merupakan perubahan harga pokok
penjualan karena adanya perubahan kuantitas atau volume yang dijual atau diproduksi.
Analisis ini perubahan laba kotor berdasarkan harga jual dan kuantitas produk dilakukan
dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode yang berbeda serta
membandingkan antara anggaran dengan realisasi dari penjualan, harga pokok penjualan,
harga jual per satuan produk, harga pokok per satuan produk, dan kuantitas atau volume
produk yang di jual atau diproduksi.

BAB VIII

ANALISA KREDIT

A. Aspek-Aspek Pertimbangan Kredit


Dalam penerapan analisis pertimbangan kredit terdapat aspek-aspek yang berkaitan
dengan analisis kredit antara lain:
1. Sosial dan ekonomi, pemberian kredit diharapakan dapat mengatasi masalah
sosial yang timbul pada masyarakat.
2. Yuridis, jika seorang kreditur ingin mengajukan kredit maka harus memenuhi
perizinan sesuai dengan ketentuan hukum.
3. Manajemen dan organisasi, urusan pengajuan kredit harus dikelola oleh
manajemen yang tepat.
4. Pemasaran, hal ini bertujuan untuk mempromosikan produk-produk kredit yang
ditawarkan oleh debitur.
5. Teknis, aspek ini berkaitan dengan alat-alat dan sistem informasi serta teknologi
yang digunakan.
6. Keuangan, pembuatan laporan keuangan bertujuan untuk merangkum segala
transaksi yang terjadi antara kreditur dan debitur.

B. Penilaian Laporan Keuangan


Dalam penilaian laporan keuangan dapat diterapkan analisis sebagai berikut:
1. Analisis per pos
Merupakan analisis yang dilakukan dengan menganalisis setiap pos-pos yang ada
pada neraca dan laporan laba rugi.
2. Analisis Perbandingan
Merupakan analisis yang membandingkan pos - pos dalam neraca dan laporan rugi
laba dalam periode saat ini dengan yang sudah lewat. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan yang terjadi pada periode saat ini dengan periode
sebelumnya.
3. Analisis Ratio
Merupakan analisis hubungan antara suatu pos atau kelompok pos baik dalam
neraca maupun dalam laporan laba rugi, Dengan analisis ini dapat diketahui posisi
keuangan calon kreditur. Ada beberapa jenis analisis ratio yang digunakan antara
lain:
a. Ratio Likuiditas
Ratio ini digunakan untuk mengetahui keadaan finansial kreditur pada saat
ditagih. Ratio ini juga memeliki beberapa bagian diantaranya Current Ratio,
Quick Ratio, Cash Ratio, dan Inventory of Working Capital Ratio.
b. Ratio Laverage Ratio
Ratio ini berfungsi untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai
oleh hutang. Dengan melakukan analisis tersebut maka dapat dinilai posisi
perusahaan terhadap seluruh kewajiban yang bersifat tetap/ keseimbangan
antara aktiva tetap dengan modal.

C. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja


Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, berfungsi untuk mengetahui bagaimana
debitur mengelola modal kerja yang dimilikinya sehingga debitur dapat menjalankan
pembayaran angsuran dengan baik. Penggunaan modal kerja yang tepat akan
menyebabkan terjadinya kenaikan dalam modal kerja tersebut, begitupun sebaliknya
Biasanya penyebab penurunan modal kerja dalam penelitian dikarenakan adanya
investasi yang terlalu besar dalam aktiva tetapnya

D. Rencana Penerimaan dan Pengeluaran Kas


Sifat aliran kas baik kas keluar maupun masuk dapat bersifat kontinyu maupun tidak
kontinyu. Aliran kas keluar yang bersifat kontinyu, contohnya pembelian bahan baku,
pembayaran upah dan pembayaran gaji. Sedangkan aliran kas yang bersifat tidak
kontinyu, contohnya pembayaran bunga, dividen, pajak pendapatan, dan pembelian
aktiva tetap. Aliran kas masuk yang bersifat kontinyu dapat berasal dari hasil penjualan
produk secara tunai dan hasil pelunasan piutang. Sedangkan aliran kas masuk yang
bersifat tidak kontinyu dapat berasal dari penyertaan pemilik perusahaan, penjualan
saham, penerimaan kredit bank dan penjualan aktiva tetap yang sudah tidak terpakai
lagi.

E. Penilaian Proyek Investasi


Setelah diperoleh gambaran mengenai posisi keuangan untuk periode sebelum dan
periode sekarang, maka selanjutnya akan diadakan penelitian terhadap rencana proyek
investasinya itu sendiri, yaitu menilai perlu tidaknya suatu proyek investasi
dilaksanakan. Ada beberapa metode untuk menilai perlu tidaknya suatu proyek
investasi dilaksanakan atau metode untuk memilih berbagai macam usul investasi
antara lain Payback period, Average return in investment, Present value, Discounted
Cash Flow.
DAFTAR PUSTAKA

Rukmini. 2015. “Analisis Laporan Sumber dan Penggunaan Kas Pada KUD Tani Makmur
Tawangangu Kabupaten Karanganyar”. Jurnal Akuntansi dan Pajak. Vol. 6 No. 1.
Halaman: 67-81.

Corrina, Fatti dan Gita Sari Gustika. 2019. “Analisis Sumber dan Penggunaan Kas Pada PT.
Sepatu Bata Tbk Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonsia Tahun 2014-2018”. Jurnal
Manajemen dan Bisnis. Vol. 8 No. 1. Halaman: 38-48.

Tim Academia. “Analisa Sumber dan Penggunaan Kas”. Diambil kembali dari:
https://www.academia.edu/11432987/Analisa_Sumber_dan_Penggunaan_Kas
(diakses tanggal 15 April 2022)

Tim Jurnal Entrepreneur. “Pengertian Kas Menurut Beberapa Ahli”. Diambil kembali dari:
https://www.jurnal.id/id/blog/apa-itu-jenis-juga-pengertian-dari-uang-kas-dan-setara-
kas-adalah/ (diakses tanggal 15 April 2022).

Ali, Muhammad. 2018. “Analisis Break Even Point (BEP) pada Pabrik Gula di Kabupaten
Takalar”. Artikel Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiah
Makassar.

Maruta, Heru. “Analisis Break Even Point (Bep) Sebagai Dasar Perencanaan Laba Bagi
Manajemen”. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Syariah Bengkalis.

Tim Kumparan. “6 Pengertian Break Even Point Menurut Para Ahli”. Diambil kembali dari:
https://kumparan.com/berita-terkini/6-pengertian-break-even-point-menurut-para-
ahli-1vAMSgD9e4k/full (Diakses tanggal 17 Mei 2022).

Tim Accurate. “Break Even Point: Pengertian, Analisis, Contoh, Cara Hitung dan Optimasi
Titik Impas”. Diambil kembali dari: https://accurate.id/ekonomi-keuangan/apa-itu-
break-even-point/ (Diakses tanggal 17 Mei 2022).

Maruta, Heru. 2019. “Analisis Perubahan Laba Kotor Sebagai Alat Evaluasi Penyebab Naik
Turunnya Laba Perusahaan”. Jurnal Akuntansi Syariah (JAS). Vol. 3, No. 2. Hal 133-
146.
Tim Kompas. “Laba Kotor: Pengertian, Faktor dan Cara Menghitungnya”. Diambil kembali
dari:https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/21/134426969/laba-kotor
pengertian-faktor-dan-cara-menghitungnya?page=all (Diakses tanggal 1 Juni 2022).

Musdalifah Aziz. 2020. “Anggaran Kas”. Universitas Mulawarman.

Supriyono. "Analisis Kredit Suatu Cara Untuk Menilai Dan Mempertimbangkan Kredit Dalam
Rangka Menghindari/Memperkecil Resiko Kredit." ResearchGate. Universitas Mulia
Kudus.

Anda mungkin juga menyukai