Anda di halaman 1dari 8

MODUL VI.

PERENCANAAN KEUANGAN II NERACA DAN ANALISIS


RASIO KEUANGAN

OUTLINE :
1

Neraca
a. Harta (Asset);
b. Kewajiban (Liability);
c. Ekuitas (Equity).
2 Analisis Rasio
a. Rasio Likuiditas;
b. Rasio Solvabilitas;
c. Rasio Rentabilitas

LEARNING OUTCOME :
1. Praktikan mampu menyusun neraca proforma perusahaan.
2. Praktikan mampu memahami dan menganalisis informasi yang terdapat pada neraca proforma
perusahaan.
3. Praktikan mampu mengolah laporan keuangan menggunakan metode analisis rasio.
4. Praktikan mampu menganalisis dan memberi usulan berdasarkan perencanaan keuangan yang telah
disusun.

MATERI :
1. Proyeksi Neraca Neraca (LO1 & LO2)
2. Proyeksi Rasio Keuangan (LO3 & LO4)

TOOLS :
1.
2.
3.
4.

Laporan Keuangan Neraca


Rasio Likuiditas
Rasio Solvabilitas
Rasio Rentabilitas

I.

NERACA
Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan suatu bisnis pada suatu titik
waktu tertentu. Umumnya neraca dibuat pada saat akhir periode akuntansi. Neraca merupakan
gambaran tentang apa yang menjadi milik dan hutang bisnis pada suatu waktu tertentu dan akan
menunjukkan lemah atau kuatnya posisi keuangan (Pinson, 2003). Dengan menyiapkan laporan ini
secara teratur, kita dapat mengidentifikasi dan menganalisa tren tentang kuatnya keuangan bisnis
sehingga dapat membuat perubahan tepat pada waktunya. Neraca terbagi kedalam 3 kategori, yaitu:
1. Harta (asset)
2. Kewajiban (liability)
3. Ekuitas (equity)
Harta, kewajiban, dan ekuitas direkap pada periode yang spesifik/telah ditentukan oleh perusahaan,
seperti pada laporan akhir tahun perusahaan. Hubungan antara ketiganya dapat digambarkan dalam
suatu rumus dibawah ini:
Harta = kewajiban + ekuitas
atau
Asset = liabilities + equity
Gambar V. 1. Rumus Hubungan Harta,
Kewajiban, dan Ekuitas

Harta (Asset)
Harta (asset) adalah sumber penghasilan atas usahanya sendiri, dimana karakteristik umum yang
dimilikinya yaitu memberikan jasa atau manfaat dimasa yang akan datang (Yulianto, 2006).
Harta terbagi kedalam 3 jenis, yaitu:
1. Harta lancar (current asset), merupakan kas atau rekening di bank dan sumber-sumber lain
yang dapat dicairkan menjadi kas/bank, yang dapat dijual atau dipakai habis dalam 1 tahun
atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan jika melampaui 1 tahun. Terdapat beberapa
komponen pada harta lancar, yang akan dijelaskan pada poin berikut:
Kas (cash), yaitu uang yang tersedia termasuk uang yang belum di deposito.
Kas kecil (petty cash), yaitu uang yang disimpan dalam kas kecil dan belum dikeluarkan.

Piutang (account receivable), merupakan uang hasil penjualan barang/jasa.

Persediaan (inventory), termasuk bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi atau
pembelian untuk dijual lagi.

Investasi jangka pendek (short-term investment), dapat diubah menjadi kas dalam satu
tahun (saham atau obligasi).

Biaya dibayar di muka, merupakan barang atau jasa yang dibeli atau disewa tapi belum
digunakan, seperti sewa, asuransi, pembelian persediaan yang dibayar dimuka, dan
lainnya.

2. Investasi jangka panjang (long-term investment), seperti saham, obligasi, dan tabungan
khusus yang akan ditahan, setidaknya selama satu tahun.
3. Harta tetap (fixed asset), merupakan sumber daya yang dimiliki dan tidak untuk dijual lagi,
seperti:

Tanah, daftarkan menurut harga beli.

Bangunan, daftarkan menurut harga beli dikurangi penyusutan.

Peralatan, Perabot, dan Kendaraan, daftarkan menurut biaya dikurangi penyusutan.

Kewajiban (Liability)
Kewajiban (liabilities) adalah semua beban hutang keuangan yang harus dibayarkan oleh
perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, Hutang adalah semua kewajiban keuangan
perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana
atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor (Yulianto, 2006).
Kewajiban terbagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu:
1. Kewajiban Jangka Panjang (long-term liabilities) adalah saldo yang belum dilunasi dikurangi
dengan porsi yang harus dibayar sekarang. Contoh dari kewajiban jangka panjang adalah
pinjaman usaha, kendaraan, hipotek, wesel, obligasi, dan lain-lain.
2. Kewajiban Jangka Pendek atau Kewajiban Lancar (current liabilities) adalah kewajiban
membayar dalam suatu siklus operasi. Yang termasuk kedalam kewajiban lancar adalah
hutang usaha, hutang bunga, hutang pajak, hutang gaji (gaji bayar dimuka), dan lain-lain.

Ekuitas (equity)
Ekuitas atau modal merupakan segala sumber daya hasil produksi yang tahan lama, yang dapat
digunakan sebagi input produktif dalam proses produksi berikutnya. Macam-macam ekuitas
diantaranya sebagai berikut:

1. Perusahaan perorangan (proprietorship) atau perusahaan kemitraan (partnership). Setiap


investasi asli pemilik ditambah dengan laba setelah dikurangi penarikan.
2. Korporasi (corporation). Jumlah yang disetor pemilik atau pemegang saham ditambah laba
ditahan setelah membayar dividen.
Tabel V. 1. Contoh Tabel Neraca Keuangan

II. ANALISIS RASIO KEUANGAN


Untuk melihat kinerja perusahaan, maka harus dilakukan pengolahan lebih lanjut atas laporan
keuangan perusahaan. Analisis Rasio keuangan (ratio analysis) merupakan teknik untuk mengetahui
secara cepat kinerja keuangan perusahaan (Mangkuri, 2009). Analisis rasio keuangan merupakan
salah satu cara untuk menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan untuk menganalisa dan
melihat kinerja perusahaan. Rasio keuangan dapat dibagi ke dalam tiga bentuk umum yang sering
digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas diantaranya (Pinson, 2003).
Selanjutnya terdapat teknik dalam menganalisis rasio keuangan, diantaranya:

Cross section (cross-sectional analysis) artinya membandingkan rasio keuangan perusahaan


dengan pesaing utama ataupun dengan industri.

Time series (time-series analysis) artinya melakukan evaluasi atas perkembangan kinerja
perusahaan melalui rasio keuangan.

Combined analysis artinya menggabungkan antara kedua metode diatas untuk analisis
keuangan perusahaan.

Dalam rasio keuangan terbagi menjadi beberapa bagian berdasarkan aktifitas perusahaan, sebagai
berikut:

Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya. Jadi,
rasio likuiditas mengukur kemampuan tersebut. Rasio likuiditas merupakan indikator yang
baik apakah perusahaan memiliki masalah dalam arus kas atau tidak. Berikut jenis-jenis rasio
likuiditas (Pinson, 2003):
Current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendek dan merupakan ukuran yang paling sering digunakan dalam analisis
neraca keuangan. Performa perusahaan dikatakan baik, apabila nilai
current ratio semakin meningkat tiap tahunnya.

Gambar V. 2. Rumus Current Ratio

Inventory Turnover (ITO) mengukur aktivitas persediaan perusahaan. Semakin


tinggi nilai ITO akan semakin baik bagi perusahaan. Nilai ITO semakin
tinggi tiap tahunnya mengindikasikan bahwa perputaran barang jadi dan tejual di
dalam perusahaan semakin cepat.

Gambar V. 3. Rumus Inventory Turnover

Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana
dari hutang atau pinjaman (Sutrisno,2002). Berikut komponen yang terdapat dalam rasio
solvabilitas:
Total Debt to Total Asset Ratio mengukur proporsi total asset yang dibiayai oleh
kreditor. Semakin tinggi nilai rasio juga akan memberikan resiko yang besar bagi
perusahaan, karena ada kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar hutang yang
semakin besar.

Gambar V. 4. Rumus Total Debt to Total Asset Ratio

Total Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara hutang-hutang dan


ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi nilai rasio juga
akan memberikan resiko yang besar bagi perusahaan.

Gambar V. 5. Rumus

Total Debt to
Equity Ratio

Time Interest Earned adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar beban bunga tahunannya. Semakin tinggi nilai rasio, maka semakin
baik performa perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.

Gambar V. 6. Rumus Time Interest Earned

Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas disebut juga dengan rasio profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Ada banyak
cara mengukur profitabilitas sehingga pengukurannya dikaitkan pada penjualan yang
dihasilkan perusahaan, asset yang digunakan, maupun investasi yang dilakukan pemegang
saham. Berikut komponen yang terdapat dalam rasio rentabilitas:
Gross Profit Margin mengukur persentase laba yang diperoleh sesudah perusahaan
menghasilkan produk. Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil
penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi
gross profit margin maka semakin baik.

Gambar V. 7. Rumus Gross Profit Margin

Operating Profit Margin mengukur persentase laba yang diperoleh sesudah


perusahaan membayar semua biaya produksi dan biaya operasi (tidak termasuk
pembayaran biaya bunga, pajak, dan dividen saham preferen). Pengukuran ini adalah
ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan
pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak. Semakin tinggi operating profit
margin maka performa perusahaan semakin baik.

Gambar V. 8. Rumus Operating Profit Margin

Net Profit Margin mengukur persentase laba yang diperoleh sesudah perusahaan
membayar semua biaya-biaya yang terjadi, termasuk biaya bunga, pajak, dan dividen
saham preferen. Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase
keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk
bunga dan pajak. Semakin tinggi net profit margin maka performa perusahaan
semakin baik.

Gambar V. 9. Rumus Net Profit Margin

Return on Assets (ROA) mengukur keberhasilan manajemen menggunakan asetnya


untuk menghasilkan laba. Secara lengkap ROA didefinisikan sebagai indikator untuk
mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari
posisi aktivanya.
Dalam definisi lain, ROA merupakan rasio laba bersih terhadap total aktiva yang
mengukur pengembalian atas total aktiva

setelah bunga dan pajak. Nilai ROA

mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang


diberikan pada perusahaan. Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja
perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi
semakin besar (Yulianto, 2006).

Gambar V. 10. Rumus ROA

Return on Equity (ROE) merupakan indikator penting yang sering digunakan oleh
perusahaan untuk mengukur profitabilitas sebelum melakukan investasi. ROE
memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth)
secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan oleh
pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Semakin tinggi hasil
ROE, maka semakin baik (Sundjadja & Berlian, 2003).

Gambar V. 11. Rumus ROE

Anda mungkin juga menyukai