NIM : 210903500062
MANAJEMEN H
A. PENDAHULUAN
Buku FINON (Finance For Non Finance ) merupakan buku yang memberikan
pemahaman tentang manajemen keungan tetapi bukan belatar belakang manajemen keungan.
Buku ini dimulai dengan penjelasan bagaimana laporan keuangan dibentuk. Laporan
keuangan dibentuk dengan prinsip akrual berupa pengakuan berkenaan dengan penerimaan
dan beban. Jika stakeholder berminat menjadi pemegang saham , maka pembagian dividen
dapat merupakan salah satu penyebabnya.
Perusahaan secara umum dapat mencari tambahan permodalan eksternal melalui
penawaran saham ataupun utang jangka panjang, saham dapat dijual pada harga pari atau
lebih tinggi dari harga pari. Faktor yang juga penting dilakukan oleh perusahaan untuk
bertumbuh adalah melakukan merger ( proses penggabungan dua perusahaan ) dan akuisi
(upaya satu perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lainnya ).
Buku ini mempunyai banyak manfaat salah satunya yaitu dapat memprediksi risiko
usaha atau keungan dalam suatu perusahaan , ini merupakan hal-hal umum yang terjadi pada
stakeholder. Dengan mengetahui hal tersebut stakeholder mengetahui perkembangan
perusahaan dengan benar serta dapat mengambil keputusan strategis dan dapat melakukan
tindakan yang menguntungkan.
BAB 2
RASIO-RASIO KEUANGAN
A. Rasio Likuiditas
B. Rasio Solvabilitas
C. Rasio Aktivitas
D. Rasio Profibilitas
E. Rasio Pasar
BAB 3
PERENCANAAN KAS
A. Estimasi Kas
B. Pendanaan Ekspansi
C. Sumber Arus Kas
D. Arus Kas Bebas
BAB 4
PERENCANAAN MODAL KERJA & ANALISIS PULANG POKOK
A. Prinsip Keseimbangan
B. Strategi Pendanaan Fleksibel
C. Strategi Pendanaan Kaku
D. Biaya Dari Modal Kerja : Shortage Cots And Carrying Costs
E. Siklus Kas
F. Pembiayaan Piutang
G. Pembiayaan Jangka Pendek
H. Analisis Laba – Volume – Biaya
BAB 5
NILAI WAKTU DARI UANG
A. Nilai Sekarang Dan Nilai Kedepan
B. Tingkat Diskonta Dan Besaran Nilai
C. Berbagai Tipe Sistem Compound
D. Prinsip Annuitas/Amortisasi
E. Annuity Secara Tak Hingga
F. Suku Bunga Rill Dan Suku Bunga Nominal
BAB 6
PENGANGGARAN MODAL
A. Arus Kas Tambahan
B. Penilaian Proyek
C. Metode-metode Lain
BAB 7
LEVERAGE
A. Degree Of Operating Leverage
B. Derajat Pengungkit Keuangan
C. Derajat Leverage Total
D. Risiko Bisnis dan Keuangan
BAB 8
STRUKTUR MODAL
A. Biaya Utang, Biaya Modal, dan Biaya Modal Sendiri
B. Nilai Perusahaan
BAB 9
BIAYA MODAL
A. Biaya Utang
B. Biaya Saham Prefen
C. Biaya Modal Sendiri
D. Biaya Modal
BAB 10
PENGANTAR VALUASI
A. Metode Diskonta
B. Valuasi Secara Relatif
C. Metode Nilai Sisa
BAB 11
DIVIDEN
A. Pendahuluan
B. Prosedur Pembayaran Dividen
C. Teori Dividen
D. Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Dividen
E. Tipe Pembagian Dividen
F. Dividen Saham
BAB 12
PENAWARAN SAHAM
A. Modal Dasar dan Modal Disetor
B. Metode Penawaran IPO
C. Fenomena Underpricing
D. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
E. Buy Back (RE-purchase) dan LBO
F. Stock Split dan Dividen Saham
C. RANGKUMAN MATERI
BAB 1
A. Basis Pengakuan
Laporan keuangan dibuat atas dasar basis pengakuan yang dimana maksud dari basis
pengakuan adalah sebuah teknik pencatatan akuntansi yang pencatatannya
dilakukan saat terjadinya transaksi walaupun kas belum diterima.
D. Penghematan Pajak
Setelah perusahaan mendapatkan penerimaan dan dikurangi seluruh beban atau biaya maka
diperoleh laba sebelum pajak atau disebut juga laba operasi.
E. Neraca
Neraca terbagi atas sisi kiri yaitu aktiva dan sisi kanan yaitu pasiva. Aktiva terdiri dari aktiva
lancar dan aktiva tetap. Untuk aktiva, urutan didasarkan pada kemudahan untuk dikonversi
menjadi kas atau uang . untuk aktiva tetap biasanya dibedakan antara aktiva tetap berrwujud
(tangible-fixed assets) serta aktiva tetap tidak berwujud (intangible-fixed assets) . aktiva tetap
berwujud akan mengalami penyusutan .sedangakan passiva terdiri dari utang ( jangka
panjang dan jangka pendek ) dan modal sendiri. Urutan passiva didasarkan pada kewajiban
yang lebih awal harus dipenuhi.
Utang Lancar adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu kurang dari 1 tahun.
Utang Jangka Panjang adalah kewajiban dengan jangka waktu berkisar 5 tahun atau lebih.
Modal sendiri adalah modal disetor oleh pemilik atau pemegang saham, ditanamkan selama
perusahaan ada.
I. Perubahan Modal
Laporan ini menunjukkan bagaimana perkembangan modal perusahaan sejak awal berdiri.
BAB 2
Rasio keuangan adalah Satu bagian dalam menganalisis keuangan
A. Rasio likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi wajiban atau jangka
pendek. aktiva lancar untuk membayar utang lancar.
1. Rasio lancar membandingkan aktiva lancar atau current assets (CA) dengan utang lancar .
aktiva lancar
CR= X 100 %
hutang lancar
2. Quick Ratio ,akun yang memungkinkan untuk mendapatkan kas yang dipakai. Dengan
demikian nilai inventori tidak diperhitungkan, tetapi nilai piutang dihitungkan.
aktiva lancar−persediaan
Quick Ratio = X 100%
Hutang lancar
3. Rasio Kas lebih sempit lagi dibanding rasio cepat. Dalam hal ini, hanya yang benar-benar
kas yang dipertimbangkan. Dengan demikian, ketiga rasio likuiditas ini dapat dipakai sebagai
komplemen untuk melengkapi analisis.
kas+ setara kas
Cash Rasio = X 100 %
hutanglancar
B. Rasio solvabilitas adalah menunjukkan kemampuan bayar untunk jangka panjang. propersi
utang terhadap modal sendiri. Rasio ini dikenal dengan Debt-Equity Ratio (DER)
Total Utang
DR=
Total Aset
Total Utang
DER=
Total Modal Sendiri
Penjualan−Harga Pokok
GPM=
Penjualan
Laba Akhir
NPM=
Penjualan
EBIT
ROA 1=
Aktiva Total
EAT
ROA 2=
Aktiva Total
EAT
ROE=
Ekuitas
E. Terdapat dua rasio pasar yaitu Price Earning Ratio yaitu menunjukkan perbandingan
anatara harga saham perlembar dengan laba perlembar saham. Dan Market Book Value yaitu
rasio nilai pasar terhadap nilai buku.
1. Price Earning Ratio
PER menunjukkan perbandingan antara harga saham perlembar dengan laba perlembar
saham.
1. Current Ratio
Rp. 31.403.445
Rp. 24.686.862
CR = 1,27 atau 127%
Maknanya : Dari 100% utang lancar mampu menjamin 127% aktiva lancar.
2. Quick Ratio
Rp. 21.744.740
Rp. 24.686.862
QR = 0,88 atau 88%
Maknanya : 100% utang lancar mampu dijamin 88% aktiva lancar mines persediaan.
3. Cash Ratio
Rp. 13.745.118
Rp. 24.686.862
CR = 0,55 atau 55%
Maknanya : 100% utang lancar mampu dijamin 55% kas dan setara dengan kas.
2. ARTO
Rp. 76.592.955
Rp. 5.404.002
360
ARTO : 14,17 =25 hari
14,17
3. ITO
Rp. 76.592.955
Rp. 10.651.431
360
ITO : 7,19 =50 hari
7,19
BAB 3
A. Estimasi Kas
Sumber kas utama adalah hasil operasi penjualan. Biasanya tidak sepenuhnya penjualan
dilakukan secara tunai. Karena itu prediksi awal adalah menentukan besaran penjualan dan
skedul pembayaran piutang penjualan
B. Pendanaan Ekspansi
Perkembangan perusahaan dapat dilihat oleh pertumbuhan aktiva dan penjualan. Ada
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan pertama, rasio aktiva penjualan selama ini.
Kedua, utang yang otomatis mengikuti adanya pendanaan. Ketiga, proporsi laba yang
dijadikan laba ditahan / saldo laba.
BAB 4
A. Prinsip Keseimbangan
Jika dilihat dari sudut pembiayaan maka aktiva lancar dan aktiva tetap dapat dibiayai melalui
melalui pembiayaan jangka pendek dan pembiayaan jangka panjang. Pembiayaan yang
menerapkan pola aman adalah setiap aktiva didanai dengan instrumen keuangan yang
memiliki umur setara. Dengan demikian aktiva lancar didanai dengan utang lancar; dan
aktiva tetap didanai dengan pembiayaan jangka panjang.
Terdapat dua pola lainnya yang mungkin, yakini (1) aktiva lancar dibiayai utang jangka
panjang , (2) aktiva tetap dibiayai utang jangka pendek. Pada (1) secara pendanaan akan
aman namun memiliki beban bunga yang besar. Jadi, low risk dan low return. Pada (2) secara
pendanaan tidak aman namun memiliki beban bunga rendah . jadi, high risk dan high return
diasumsikan utang jangka panjang memiliki beban bunga lebih tinggi.
Q=
√
2 AB
C
TC = (Q/2)*C + (A/Q)*B
Di mana
A= permintaan inventori total(setahun)
B= rerata biaya order per unit
C= rerata biaya simpan/unit
Q= jumlah kuantitas/order
E. Siklus Kas
Siklus operasi menunjukkan lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu
periode produksi. Siklus ini terdiri dari lama umur retara inventori (Average Age of
Inventory;AAI), serta lama umur pengumpulan piutang (Average Collection Period; ACP).
Siklus kas, menunjukkan berapa lama aliras kas aliran kas diperlukan untuk satu siklus
produksi. Siklus kas terdiri dari lama periode utang dibayar serta lama kas diperlukan untuk
memproduksi barang.
Secara sederhana dapat dinyatakan leperluan kas siklus konversi kas (CCC) akan semakin
pendek jika umur piutang menjadi lebih pendek (dibayar segera) dan umur utang menjadi
lebih panjang. Tetapi tentu saja dalam pelaksanaannya situasi ini tidaklah sederhana .
Dengan demikian, uraian di atas dapat dituliskan sebagai berikut.
OC = CC
AAI + ACP = APP + CCC
F. Pembiayaan Piutang
Penjualan tidak tunai memiliki konsekuensi / dampak berupa :
Dana yang tertanam dalam bentuk piutang
Kemungkinan piutang tidak tertagih
Biaya jasa penagihan
Diskon/potongan harga seandainya piutang dibayar diawal.
Namun sisi baiknya perusahaan akan mendapatkan nilai penjualan yang lebih tinggi.
Pertimbangan sederhananya adalah membandingkan manfaat dan konsekuensi dari adanya
piutang .
Untuk tahu besarnya biaya yang tertanam dari piutang maka perlu tahu berapa harga pokok
penjualan. HPP ini harus didanai, dengan besaran biaya dana tertentu.
Biaya piutang macet, dapat diestimasi berdasarkan pengalaman. Misalkan dari kredit yang
ada terdapat potensi macet sebesar 2% berarti potensi biaya sebesar Rp 10 (1.000 * 2 %).
Potensi macet ini belum tentu menjadi biaya , karena masih dapat atau berpeluang ditagih,
namun tetap harus dicadangkan.
Biaya tenaga kerja juga dapat diestimasi. Misal untuk seluruh kredit diperlukan divisi khusus
dimana biaya tenaga kerjanya sebesar Rp 20.
Apa keuntungan dari penjualan kredit ? bandingkan jika tanpa kredit , misal besaran
penjualan hanya sebesar Rp 500. Dengan asumsi HPP 60%, maka marjin laba kotor diperoleh
sebesar Rp 200 : sedangkan dengan kredit marjin labanya sebesar Rp 400. Terdapat kenaikan
marjin laba kotor sebesar Rp 200 , namun nilai ini harus dikurangi dengan biaya sebsar Rp
39. Tentunya pihak manajemen dapat mempertimbangkan apakah nilainya layak atau tidak
layak .
H. Analisis Laba-Volume-Biaya
Analisis laba-volume dan biaya (Cost-Volume-Profit;CVP) merupakan alat yang populer
untuk mengetahui situasi bisnis yang terjadi. Biasanya dalam analisis ini biaya dibedakan
menjadi dua yakni :
1. Biaya tetap (Fixed Costs, FC)
2. Biaya Variabel (Variable Costs, CV)
Biaya tetap, besaran biasanya tidak mengikuti jumlah produksi, sebaliknya biaya variabel
besarannya mengikuti besaran produksi. Selain itu besaran penjualan (sales) juga tergantung
dari besaran kuantitas yang dijual. Dengan demikian, ada kesamaan antara penjualan dan
biaya variabel, yakini terkait dengan kuantitas produksi (jual).
CM = P – VC
CM-R = (P-VC)/P
Dimana
CM = Contribution Margin = Marjin Kontribusi
P = Harga Per Unit
VC = Variabel Costs = Biaya Variabel
CM-R = Contribution Margin Ratio = Rasio Marjin Kontribusi
Agar perusahaan mendapatkan pulang pokok (Break-Event Point,BEP ), maka biaya tetap ini
haru ditutupi. Besarnya penjualan untuk kondisi BEP dapat dicari sebagai berikut.
BEP (Rp) = FC/CM ratio
BEP (unit) = FC/CM
BAB 5
Mengapa nilai waktu dari uang ini berkenaan dengan konsep tingkat diskonta? Karena tingkat
diskonta dianggap penting, karena asumsi besaran nilai Rp 1 sekarang tidak sama dengan
besaran Rp 1 dimasa depan. Secara umum mengikuti konsep positif maka Rp 1 sekarang
nilainya lebih besar dibandingkan Rp 1 akan datang.
Penyebab nilai uang sekarang dengan nilai uang dimasa yang akan datang itu berubah
dikarenakan nilai kedepan dapat berkembang, itu berarti nilai yang akan datang jika
disekarangkan maka nilainya akan menyusut, maka inilah dikenal sebagai diskonta.
A. Nilai Sekarang dan Nilai Ke Depan
Nilai sekarang (Present Value, PV) adalah mencari persamaan nilai saat ini dari sekuen
pendapatan atau biaya yang diperoleh.
Nilai kedepan (Future Value,FV) adalah mencari persamaan dari nilai kedepan dari
pendapatan atau biaya yang dilakukan saat ini.
Untuk menyelesaikan hal-hal yang berkenaan dengan PV dan FV dapat dipakai rumus-rumus
berikut.
FV
PV ¿ T
( 1)
(1+k )
FV ¿ PV (1+k )T
Jika terdapat beberapa sekuen estimasi arus kas, maka rumusan PV dan FV diubah menjadi :
T
Xt
PV ∑¿ t
(2)
t=1 (1+k )
T
FV ¿ ∑ X t (1+k )
T
t=1
Di mana X = jumlah uang atau biaya pada tahun
k= tingkat diskonta
T = lama periode waktu
D. Prinsip Annuitas/Amortisasi
Prinsip annuitas/amortiasasi biasanya dipakai untuk suatu nilai yang diasumsikan tetap. Dua
hal yang diasumsikan tetap untuk satu periode tertentu adalah nilainya atau besaran uang
serta tingkat diskonta. Contoh untuk amortisasi yang istilah sering dipakai adalah Present
Value Interest Factor Annuity atau PVIFA (r,T). Sedangkan untuk annuitas istilah dipakai
Future Value Interest Factor Annuity atau FVIFA(r,T) dimana r menunjukkan tingkat
diskonta dan T lama periode waktu. Rumus yang diapaki yaitu :
1
PVIFA = 1− ¿ (4)
¿¿
Utang
Angsuran = (4.a)
PVIFA
PV = Nilai*PVIFA (4.b)
( 1+ r )T −1
FVIFA = ( ) (5)
r
Target
Tabungan = (5.a)
FVIFA
FV = Nilai*FVIFA (5.b)
BAB 6
A. Arus Kas Tambahan
Secara umum komponen arus kas tambahan ada dua yakni modal kerja bersih serta arus kas
operasi. Modal kerja bersih adalah dana yang diperlukan untuk keperluan aktiva lancar.
Sedangkan arus kas operasi adalah arus kas yang diperoleh berkenaan dengan proyek
tersebut. Arus kas operasi ini sering disebut dengan NOPAT (Net Operating Income After
Taxes).
NOPAT = EBIT (1 – tax) + deperesiasi
= EBIT – Taxes + depresiasi
Ada beberapa istilah yang berkenaan dengan arus kas tambahan yaitu :
sunk costs yang merujuk pada biaya yang dikeluarkan, namun tidak dihitung sebagai
biaya proyek.
opprtunity costs yaitu biaya kesempatan yang harus diperhitungkan karena
menghilangkan potensi pendapatan
side effects. Efek samping positif dianggap menambah pendapatan, sedangkan efek
samping negatif akan mengurangi pendapatan dan setara dengan opportunity costs.
B. Peniliaian Proyek
1. Net Presesnt Value (NPV)
NPV merupakan penerapan penuh konsep time value of money dari sekuen kas. Arus kas ini
didiskontokan dengan biaya modal untuk menjalakan proyek. Jika NPV >0 berarti proyek
layak atau menguntungkan.
BAB 7
Leverage adalah penggunaan pinjaman dana atau modal untuk meningkatkan keuntungan
dalam sebuah bisnis. Setiap perusahaan akan memerlukan beban atau aktiva tetap untu proses
produksinya. Beban tetap ini harus dibayar sekalipun perusahaan tidak berproduksi. Namun
jika produksi tinggi maka keberadaan aktiva tetap akan bermanfaat sehingga tingkat laba
perusahaan dapat meningkat dan begitupun sebaliknyajika tingkat produksi rendah maka
beban tetap akan menyebabkan laba turun.
A. Degree of Operating Leverage (DOL)
Tingkat atau derajat pengungkit operasi menunjukkan besarnya perubahan laba operasi yang
disebabkan oleh perubahan penjualan. Untuk menghasilkan penjualan diperlukan biaya, yang
terdiri dari biaya variabel serta biaya tetap. Adanya biaya tetap ini akan memengaruhi
penjualan dan selanjutnya memengaruhi besaran laba operasi yang diperoleh (EBIT).
Jika diperoleh DOL sebesar 2 artinya, jika terjadi perubahan unit penjualan 1% maka akan
meningkatkan EBIT sebesar 2%. Maknanya berarti setiap kenaikan 1% unit penjualan akan
menaikkan laba operasi sebesar 2%.
% ∆ EBIT ( EBIT 1−EBIT 0)/ EBIT 0
DOL = =
% ∆ Sales−unit (sales 1−sales 0)/sales 0
EBIT = S – Biaya
= P.Q – Q.VC – FC
= Q (P-VC)-FC
BAB 8
Struktur modal biasanya ditunjukkan untuk kebutuhan investasi. Pendanaan dari utang (D)
akan memiliki konsekuensi yang berbeda jika dibandingkan dengan pendanaan modal sendiri
(E). Konsekuensi ini ditunjukkan melalui biaya modal, khusunya biaya modal sendiri serta
nilai perusahaan. Sutau investasi dapat didanai melalui tiga alternatif yakni modal sendiri,
campuran utang + modal sendiri, atau utang. Jika diasumsikan seluruh utang adalah utang
jangka panjang, maka akan diperoleh :
V= A = D+E
Dimuka telah dijelaskan, bahwa utang berpengaruh terhadap nilai perushaan. Selain itu, adanya
utang maka akan berpengaruh untuk pemegang saham menjadi lebih beresiko. Karena alasan ini,
maka tingkat pengembalian yang diisyaratkan oleh pemegang saham akan meningkat seiring
dengan meningkatnya utang. Hubungan inilah yang dinyatakan sebagai proporsi Modigliani-
Miller(MM)II.
BAB 11 ( DIVIDEN)
A. Pendahuluan
Dividen merupakan bagian pendapatan yang diterima oleh pemegang saham, biasanya
perusahaan membagi dividen setelah mendapatkan laba akhir (EAT). Bagian laba akhir yang
tidak dibagikan, diakumulasi menjadi saldo laba (Retained Earning; R/E), sebagaimana tertera
pada neraca.
C. Teori Dividen
Secara teori, terdapat dua kebijakan dividen yakni, kebijakan dividen tidak relevan terhadap
perusahaan serta dividen relevan terhadap nilai perusahaan.
Contoh :
PT AAA saat ini memiliki aset sebesar Rp.1.000.000. Laba akhir yang diperoleh sebesar
Rp.100.000. Jumlah saham yang beredar sebanyak 1.000 lembar. Berapakah kekayaan pemegang
saham jika; seluruh laba akhir dijadikan laba ditahan; seluruh laba akhir dibagikan dividen
Aktiva = 1.000.000 → lembar saham → = 1.000 lembar → nilai Rp.1.000/lembar
1. Jika laba akhir dijadikan laba ditahan (+100.000)
Aktiva = 1.100.000 → lembar saham = 1.000 lembar →nilai Rp.1.100/lembar → nilai
Rp.1.100/lembar.
Nilai akhir = nilai aktiva/saham + DPS = 1.100 + 0 = Rp.1.100
2. Jika laba akhir dijadikan dividen → DPS = Rp.100.000/1.000 lembar = Rp.100
Aktiva = 1.000.000 → lembar saham = 1.000 lembar → nilai Rp.1.000/lembar
Nilai akhir = nilai aktiva/saham + DPS = 1.000 + 100 = Rp.1.100
F Dividen Saham
Biasanya (ordinary) pembagian dividen saham dalam jumlah yang kecil di bawah 20%.
Pembagian dividen saham, tidak mengubah kekayaan perusahaan maupun investor.
Dari sudut investor, saat ini memiliki saham lebih banyak 10%. Karena kekayaan perusahaan
sama, maka dengan jumlah saham lebih banyak, akan terjadi penurunan harga saham. Istilah
umumnya sering disebut dilusi saham.
Tabel 12.3 perbandingan antara metode firm commitmen & best effort saat IPO
Indikator Firm commitment Best effort
Prospek pemasaran Tinggi rendeh
Tanggung jawab underwriter tinggi rendah
Harga jual rendah tinggi
Fee untuk underwriter tinggi rendah
Proceed untuk emiten ? ?
c. fenomena underpricing
setelah IPO, maka transaksi jual beli saham dilakukan melalui bursa, dikenal sebgai pasar
sekunder. Harga pasar terjadi, merupakan fenomena ‘alami ‘ transaksi tawar menawar penjualan-
pembeli. Harga saham di pasar sekunder (di pasar sekunder ) dibandingkan harga IPO dikenal
sebagai underpicing.
Hal ini menjadi daya tarik, mengapa banyak investor berlomba untuk mendapatkan saham pada
saat IPO dan menjual (lagi) di pasar sekunder.