Anda di halaman 1dari 25

NAMA : LARASATI

NIM : 210903500062
MANAJEMEN H

A. PENDAHULUAN
Buku FINON (Finance For Non Finance ) merupakan buku yang memberikan
pemahaman tentang manajemen keungan tetapi bukan belatar belakang manajemen keungan.
Buku ini dimulai dengan penjelasan bagaimana laporan keuangan dibentuk. Laporan
keuangan dibentuk dengan prinsip akrual berupa pengakuan berkenaan dengan penerimaan
dan beban. Jika stakeholder berminat menjadi pemegang saham , maka pembagian dividen
dapat merupakan salah satu penyebabnya.
Perusahaan secara umum dapat mencari tambahan permodalan eksternal melalui
penawaran saham ataupun utang jangka panjang, saham dapat dijual pada harga pari atau
lebih tinggi dari harga pari. Faktor yang juga penting dilakukan oleh perusahaan untuk
bertumbuh adalah melakukan merger ( proses penggabungan dua perusahaan ) dan akuisi
(upaya satu perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lainnya ).
Buku ini mempunyai banyak manfaat salah satunya yaitu dapat memprediksi risiko
usaha atau keungan dalam suatu perusahaan , ini merupakan hal-hal umum yang terjadi pada
stakeholder. Dengan mengetahui hal tersebut stakeholder mengetahui perkembangan
perusahaan dengan benar serta dapat mengambil keputusan strategis dan dapat melakukan
tindakan yang menguntungkan.

B. RINCIAN PEMBAHASAN MATERI


BAB 1
MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN
A. Basis Pengakuan
B. Asas Pakai / Manfaat
C. Beban Kas Dan Beban Non Kas
D. Penghematan Pajak
E. Neraca
F. Laporan Laba Rugi
G. Perbandingan Pendekatan Basis Kas Dan Basis Akrual
H. Laporan Arus Kas
I. Perubahan Modal
J. Analisis Laporan Keungan

BAB 2
RASIO-RASIO KEUANGAN
A. Rasio Likuiditas
B. Rasio Solvabilitas
C. Rasio Aktivitas
D. Rasio Profibilitas
E. Rasio Pasar

BAB 3
PERENCANAAN KAS
A. Estimasi Kas
B. Pendanaan Ekspansi
C. Sumber Arus Kas
D. Arus Kas Bebas

BAB 4
PERENCANAAN MODAL KERJA & ANALISIS PULANG POKOK
A. Prinsip Keseimbangan
B. Strategi Pendanaan Fleksibel
C. Strategi Pendanaan Kaku
D. Biaya Dari Modal Kerja : Shortage Cots And Carrying Costs
E. Siklus Kas
F. Pembiayaan Piutang
G. Pembiayaan Jangka Pendek
H. Analisis Laba – Volume – Biaya

BAB 5
NILAI WAKTU DARI UANG
A. Nilai Sekarang Dan Nilai Kedepan
B. Tingkat Diskonta Dan Besaran Nilai
C. Berbagai Tipe Sistem Compound
D. Prinsip Annuitas/Amortisasi
E. Annuity Secara Tak Hingga
F. Suku Bunga Rill Dan Suku Bunga Nominal

BAB 6
PENGANGGARAN MODAL
A. Arus Kas Tambahan
B. Penilaian Proyek
C. Metode-metode Lain

BAB 7
LEVERAGE
A. Degree Of Operating Leverage
B. Derajat Pengungkit Keuangan
C. Derajat Leverage Total
D. Risiko Bisnis dan Keuangan

BAB 8
STRUKTUR MODAL
A. Biaya Utang, Biaya Modal, dan Biaya Modal Sendiri
B. Nilai Perusahaan

BAB 9
BIAYA MODAL
A. Biaya Utang
B. Biaya Saham Prefen
C. Biaya Modal Sendiri
D. Biaya Modal

BAB 10
PENGANTAR VALUASI
A. Metode Diskonta
B. Valuasi Secara Relatif
C. Metode Nilai Sisa

BAB 11
DIVIDEN
A. Pendahuluan
B. Prosedur Pembayaran Dividen
C. Teori Dividen
D. Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Dividen
E. Tipe Pembagian Dividen
F. Dividen Saham

BAB 12
PENAWARAN SAHAM
A. Modal Dasar dan Modal Disetor
B. Metode Penawaran IPO
C. Fenomena Underpricing
D. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
E. Buy Back (RE-purchase) dan LBO
F. Stock Split dan Dividen Saham

C. RANGKUMAN MATERI
BAB 1
A. Basis Pengakuan
Laporan keuangan dibuat atas dasar basis pengakuan yang dimana maksud dari basis
pengakuan adalah sebuah teknik pencatatan akuntansi yang pencatatannya
dilakukan saat terjadinya transaksi walaupun kas belum diterima.

B. Asas Pakai / Manfaat


Pengakuan didasarkan pada asas manfaat atau pakai. Jadi jika sudah dipakai atau
dimanfaatkan barulah diakui.
C. Beban Kas dan Beban Non Kas
Terdapat dua jenis beban yaitu :
1. Beban Kas
Beban perusahaan yang harus mengeluarkan uang kas. Misalnya, beban harga pokok
penjualan,beban biaya administrasi,pemasaran,dsb.
2. Beban Non Kas
Beban perusahaan tetapi tidak mengeluarkan uang kas. Beban ini lazimnya adalah beban
penyusutan dari aktiva tetap.

D. Penghematan Pajak
Setelah perusahaan mendapatkan penerimaan dan dikurangi seluruh beban atau biaya maka
diperoleh laba sebelum pajak atau disebut juga laba operasi.

E. Neraca
Neraca terbagi atas sisi kiri yaitu aktiva dan sisi kanan yaitu pasiva. Aktiva terdiri dari aktiva
lancar dan aktiva tetap. Untuk aktiva, urutan didasarkan pada kemudahan untuk dikonversi
menjadi kas atau uang . untuk aktiva tetap biasanya dibedakan antara aktiva tetap berrwujud
(tangible-fixed assets) serta aktiva tetap tidak berwujud (intangible-fixed assets) . aktiva tetap
berwujud akan mengalami penyusutan .sedangakan passiva terdiri dari utang ( jangka
panjang dan jangka pendek ) dan modal sendiri. Urutan passiva didasarkan pada kewajiban
yang lebih awal harus dipenuhi.
Utang Lancar adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu kurang dari 1 tahun.
Utang Jangka Panjang adalah kewajiban dengan jangka waktu berkisar 5 tahun atau lebih.
Modal sendiri adalah modal disetor oleh pemilik atau pemegang saham, ditanamkan selama
perusahaan ada.

F. Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi atau biasa disebut income statement menunjukkan aktivitas bisnis
perusahaan untuk satu periode atau biasanya satu tahun. Laba perusahaan akan berbeda
tergantung dari pendanaannya jika menggunakan utang maka harus membayar beban bunga.
Setelah itu membayar pajak,dan diperoleh laba akhir setelah pajak atau biasa disebut EAT
( Earning After Tax ) .

G. Perbandingan Pendekatan Basis Kas dan Basis Akrual


Perbedaan mendasar antara basis akrual dengan basis kas adalah periode pencatatan.
Pencatatan pada basis akrual dilakukan sesudah transaksi sedangkan pencatatan pada basis
kas dilakukan sebelum transaksi atau sesudah uang diterima perusahaan.

H. Laporan Arus Kas


Terdapat tiga sumber kas yaitu :
 Hasil Aktivitas Operasi
Kas ini diperoleh secara sehari-hari yang menunjukkan kemampuan menghasilkan kas secara
operasional.

 Hasil Aktivitas Investasi


Jika terjadi kenaikan aktiva tetap maka terjadi investasi. Dimana jika terjadi kenaikan aktiva
tetap maka memerlukan uang kas , sehingga arus kas negatif. Tetapi kenaikan aktiva tetap
dapat menunjukkan perusahaan bertmbah maju.

 Hasil Aktivitas Pendanaan


Pendanaan dapat bersumber dari utang dan modal sendiri. Adanya penambah utang maka
akan menambah kas . adanya pembayaran utang maka akan mengurangi kas.

I. Perubahan Modal
Laporan ini menunjukkan bagaimana perkembangan modal perusahaan sejak awal berdiri.

J. Analisis Laporan Keuangan


Sebuah laporan keuangan dapat dianalisis secara sederhana .perbandingan secara vertikal,
melihat komposisi laporan keuangan (Neraca dan laporan laba rugi). Analisis laporan
keuangan terbagi atas laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan.

BAB 2
Rasio keuangan adalah Satu bagian dalam menganalisis keuangan
A. Rasio likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi wajiban atau jangka
pendek. aktiva lancar untuk membayar utang lancar.
1. Rasio lancar membandingkan aktiva lancar atau current assets (CA) dengan utang lancar .
aktiva lancar
CR= X 100 %
hutang lancar
2. Quick Ratio ,akun yang memungkinkan untuk mendapatkan kas yang dipakai. Dengan
demikian nilai inventori tidak diperhitungkan, tetapi nilai piutang dihitungkan.
aktiva lancar−persediaan
Quick Ratio = X 100%
Hutang lancar
3. Rasio Kas lebih sempit lagi dibanding rasio cepat. Dalam hal ini, hanya yang benar-benar
kas yang dipertimbangkan. Dengan demikian, ketiga rasio likuiditas ini dapat dipakai sebagai
komplemen untuk melengkapi analisis.
kas+ setara kas
Cash Rasio = X 100 %
hutanglancar
B. Rasio solvabilitas adalah menunjukkan kemampuan bayar untunk jangka panjang. propersi
utang terhadap modal sendiri. Rasio ini dikenal dengan Debt-Equity Ratio (DER)
Total Utang
DR=
Total Aset
Total Utang
DER=
Total Modal Sendiri

C. Rasio aktivitas adalah bagaimana perusahaan mampu menghasilkan penjualan. Beberapa


rasio aktivitas yang umum adalah Total Asset Turnover (TATO), Account Receivables
Turnover (ARTO), Inventory Turnover (ITO), Fixed Assets Turnover (FATO).
Penjualan
TATO=
Aktiva Total
Penjualan
ARTO=
Piutang
Penjualan
ITO−at market =
Persediaan
Harga Pokok
ITO−at cosh ¿
Persediaan
Penjualan
FATO=
FA
D. Rasio profibilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Ada dua laba
dalam laporan keungan yakni laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest dan
Taxest ; EBIT ) dan laba bersih atau akhir ( Earning After Tax ; EAT ). EBIT sering juga
disebut laba operasi , laba yang didapat dari hasil operasi perusahaan.

Penjualan−Harga Pokok
GPM=
Penjualan
Laba Akhir
NPM=
Penjualan
EBIT
ROA 1=
Aktiva Total
EAT
ROA 2=
Aktiva Total
EAT
ROE=
Ekuitas

1. Untuk meningkatkan ROE dapat dilakukan dengan cara berikut ini :


 Meningkatkan efisiensi; dengan cara meningkatkan net-PM.
 Mempercepat perputaran akriva (aktiva turnover)
 Meningkatkan komposisi utang (DER)
2. Laba Per Saham
Perusahaan mendapatkan laba akhir dan laba ini menjadi pemegang saham. Kepemilikan
investor ditunjukkan oleh banyaknya jumlah jumlah lembar saham yang dimilikinya.

E. Terdapat dua rasio pasar yaitu Price Earning Ratio yaitu menunjukkan perbandingan
anatara harga saham perlembar dengan laba perlembar saham. Dan Market Book Value yaitu
rasio nilai pasar terhadap nilai buku.
1. Price Earning Ratio
PER menunjukkan perbandingan antara harga saham perlembar dengan laba perlembar
saham.

2. Market Book Value


Biasanya yang dipakai adalah ekuitas (saham). Nilai pasar saham adalah harga (P) saham itu
sendiri, atau kapitalisasi pasarnya, diperoleh dari harga saham dikali jumlah saham beredar.
Nilai buku saham adalah nilai yang tertera pada neraca.
Contoh kasus
 Rasio Likuiditas – PT Indofood Sukses Makmur Tbk

1. Current Ratio
Rp. 31.403.445
Rp. 24.686.862
CR = 1,27 atau 127%
Maknanya : Dari 100% utang lancar mampu menjamin 127% aktiva lancar.

2. Quick Ratio
Rp. 21.744.740
Rp. 24.686.862
QR = 0,88 atau 88%
Maknanya : 100% utang lancar mampu dijamin 88% aktiva lancar mines persediaan.

3. Cash Ratio
Rp. 13.745.118
Rp. 24.686.862
CR = 0,55 atau 55%
Maknanya : 100% utang lancar mampu dijamin 55% kas dan setara dengan kas.

 Rasio Solvabilitas – PT Indofood Sukses Makmur Tbk


1. Debt Ratio
Rp. 41.996.071
Rp. 96.198.559
DR = 0,43 atau 43%
Maknanya : propersi utang sebesar 43% dari total aset.

2. Debt to Equity Ratio


Rp. 41.996.071
Rp. 54.202.488
DER : 0,77 atau 77%
Maknanya : propersi utang jauh lebih besar 77% dari modal sendiri.

 Rasio Aktivitas – PT Indofood Sukses Makmur Tbk


1. TATO
Rp. 76.592.955
Rp. 96.198.559
TATO : 0,79X
Makananya : satu kali pertukaran total aset hanya mampu 0,79X dari seluruh penjualan

2. ARTO
Rp. 76.592.955
Rp. 5.404.002
360
ARTO : 14,17 =25 hari
14,17
3. ITO
Rp. 76.592.955
Rp. 10.651.431
360
ITO : 7,19 =50 hari
7,19

 Rasio Profitabilitas – PT Indofood Sukses Makmur Tbk


1. GPM
Rp. 22.716.361
Rp. 76.592.955
GPM : 0.29 atau 29%
2. NPM
RP. 5.902.729
Rp. 76.592.955
NPM : 0,07 atau 7%

BAB 3
A. Estimasi Kas
Sumber kas utama adalah hasil operasi penjualan. Biasanya tidak sepenuhnya penjualan
dilakukan secara tunai. Karena itu prediksi awal adalah menentukan besaran penjualan dan
skedul pembayaran piutang penjualan

B. Pendanaan Ekspansi
Perkembangan perusahaan dapat dilihat oleh pertumbuhan aktiva dan penjualan. Ada
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan pertama, rasio aktiva penjualan selama ini.
Kedua, utang yang otomatis mengikuti adanya pendanaan. Ketiga, proporsi laba yang
dijadikan laba ditahan / saldo laba.

C. Sumber Arus Kas


Sumber arus kas merupakan laporan yang menunjukkan jumlah kas yang dihasilkan serta dari
mana asalnya sumber kas. Sumber tersebut dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Arus Kas Operasi adalah perubahan pada modal kerja.
OCF =∆ NWC + EAT +depresiasi
2. Arus Kas Investasi adalah besarnya tambahan aktiva tetap kotor.
ICF = Net FA1- Net FA0 + depresiasi
3. Arus Kas Pendanaan adalah perubahan pada utang wesel.
FCF=∆ Utang wesel +∆ LTD+ E−Dividen
Untuk mengetahui sumber kas tersebut sebenarnya cukup memerhatikan akun pada neraca
dan laporan laba rugi sedangkan untuk akun laporan laba rugi cukup memerhatikan laba akhir
dan dividen sedangkan untuk neraca dapat perhatikan prinsip berikut .
Aktiva = passiva
CA + FA = D + E
Kas + Aktiva Non Kas = D + E
Kas = D + E – Aktiva Non Kas

D. Arus kas Bebas


Arus kas bebas menunjukkan besaran kas yang tersedia bagi pemilik perusahaan. Pemilik
perusahaan adalah pemegang utang dan pemegang saham. Arus kas operasi diperoleh setelah
laba operasi (EBIT) dikurangi beban pajak yang dibayar kemudian ditambah dengan
depresiasi.
FCF=OCF −( ∆ NWC ) −ICF
Dimana
OCF = EBIT – tax + depresiasi atau EAT + depresiasi
∆ NWC=NWC 1−NWC 0
ICF = (Net FA1 – Net FA0) + depresiasi.

BAB 4
A. Prinsip Keseimbangan
Jika dilihat dari sudut pembiayaan maka aktiva lancar dan aktiva tetap dapat dibiayai melalui
melalui pembiayaan jangka pendek dan pembiayaan jangka panjang. Pembiayaan yang
menerapkan pola aman adalah setiap aktiva didanai dengan instrumen keuangan yang
memiliki umur setara. Dengan demikian aktiva lancar didanai dengan utang lancar; dan
aktiva tetap didanai dengan pembiayaan jangka panjang.
Terdapat dua pola lainnya yang mungkin, yakini (1) aktiva lancar dibiayai utang jangka
panjang , (2) aktiva tetap dibiayai utang jangka pendek. Pada (1) secara pendanaan akan
aman namun memiliki beban bunga yang besar. Jadi, low risk dan low return. Pada (2) secara
pendanaan tidak aman namun memiliki beban bunga rendah . jadi, high risk dan high return
diasumsikan utang jangka panjang memiliki beban bunga lebih tinggi.

Tabel Imbalan & Risiko untuk Alternatif Pembiayaan Aktiva


Pembiayaan Pembiayaan jangka pendek Pembiayaan jangka panjang
Aktiva
Aktiva lancar Moderate risk - profitability Low risk – profitability
Aktiva tetap High risk – profitability Moderate risk - profitability

B. Strategi Pendanaan Fleksibel ( Tidak Kaku )


Strategi fleksibel jika pembiayaan jangka panjang total melebihi ( atau sama dengan ) dari
keperluan aktiva. Kelebihan dana yang tidak terpakai tersebut, dapat dialokasikan untuk
membeli surat – surat berharga jangka pendek (marketable securities). Pada strategi ini
perusahaan memiliki surplus kas dan sedikit pinjaman (jangka pendek). Pada strategi ini
peluang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) akan rendah .
Pada strategi yang fleksibel, perusahaan akan memiliki aktiva lancar atau surat berharga yang
banyak. Kondisi ini baik jika perusahaan memiliki peluang tumbuh yang tinggi. Pada
perusahaan tummbuh, diperlukan aktiva lancar untuk menopang pertumbuhan .
C. Strategi Pendanaan Kaku
Strategi yang kaku, jika pembiayaan total jangka panjangnya lebih rendah dari keperluan
aktiva total. Keperluan aktiva tersebut, tidak dapat dipenuhi sehingga kekurangan dana
tersebut dibiayai dengan utang jangka pendek. Kondisi ini, merepotkan perusahaan karena
peluang mendapatkan kesulitan keuangan ( finansial distress).

D. Biaya dari Modal Kerja


Pengadaan bahan baku (modal kerja) alan terkena biaya. Biaya tersebut dinyatakan sebagai
carrying costs serta shortage costs. Carrying costs berkenaan dengan kenaikan biaya yang
ditanggung perusahaan karena jumlah aktiva lancar bertambah banyak. Biaya ini berkenaan
dengan biaya penyimpanan aktiva lancar tersebut misal, biaya penyimpanan inventori serta
opportunity costs. Sedangkan shortage costs berkenaan dengan kenaikan biaya karena aktiva
lancar (inventori) sedikit. Biaya ini melingkupi usaha yang dilakukan perusahaan jika terjadi
kekurangan inventori.

Q=

2 AB
C
TC = (Q/2)*C + (A/Q)*B
Di mana
A= permintaan inventori total(setahun)
B= rerata biaya order per unit
C= rerata biaya simpan/unit
Q= jumlah kuantitas/order

E. Siklus Kas
Siklus operasi menunjukkan lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu
periode produksi. Siklus ini terdiri dari lama umur retara inventori (Average Age of
Inventory;AAI), serta lama umur pengumpulan piutang (Average Collection Period; ACP).
Siklus kas, menunjukkan berapa lama aliras kas aliran kas diperlukan untuk satu siklus
produksi. Siklus kas terdiri dari lama periode utang dibayar serta lama kas diperlukan untuk
memproduksi barang.
Secara sederhana dapat dinyatakan leperluan kas siklus konversi kas (CCC) akan semakin
pendek jika umur piutang menjadi lebih pendek (dibayar segera) dan umur utang menjadi
lebih panjang. Tetapi tentu saja dalam pelaksanaannya situasi ini tidaklah sederhana .
Dengan demikian, uraian di atas dapat dituliskan sebagai berikut.
OC = CC
AAI + ACP = APP + CCC

OC = operating cycle = siklus operasi


CC = cash cycle = siklus kas
AAI = Average age inventori = umur rerara inventori
ACP = average collection period = umur rerata piutang
APP = average payable period = umur rerata utang

F. Pembiayaan Piutang
Penjualan tidak tunai memiliki konsekuensi / dampak berupa :
 Dana yang tertanam dalam bentuk piutang
 Kemungkinan piutang tidak tertagih
 Biaya jasa penagihan
 Diskon/potongan harga seandainya piutang dibayar diawal.
Namun sisi baiknya perusahaan akan mendapatkan nilai penjualan yang lebih tinggi.
Pertimbangan sederhananya adalah membandingkan manfaat dan konsekuensi dari adanya
piutang .
Untuk tahu besarnya biaya yang tertanam dari piutang maka perlu tahu berapa harga pokok
penjualan. HPP ini harus didanai, dengan besaran biaya dana tertentu.
Biaya piutang macet, dapat diestimasi berdasarkan pengalaman. Misalkan dari kredit yang
ada terdapat potensi macet sebesar 2% berarti potensi biaya sebesar Rp 10 (1.000 * 2 %).
Potensi macet ini belum tentu menjadi biaya , karena masih dapat atau berpeluang ditagih,
namun tetap harus dicadangkan.
Biaya tenaga kerja juga dapat diestimasi. Misal untuk seluruh kredit diperlukan divisi khusus
dimana biaya tenaga kerjanya sebesar Rp 20.
Apa keuntungan dari penjualan kredit ? bandingkan jika tanpa kredit , misal besaran
penjualan hanya sebesar Rp 500. Dengan asumsi HPP 60%, maka marjin laba kotor diperoleh
sebesar Rp 200 : sedangkan dengan kredit marjin labanya sebesar Rp 400. Terdapat kenaikan
marjin laba kotor sebesar Rp 200 , namun nilai ini harus dikurangi dengan biaya sebsar Rp
39. Tentunya pihak manajemen dapat mempertimbangkan apakah nilainya layak atau tidak
layak .

G. Pembiayaan Jangka Pendek


Pemenuhan kebutuhan likuiditas jangka pendek biasanya dipenuhi oleh berbagai alternatif
pembiayaan. Alternatif yang tersedia bagi pedagang yaitu :
1. Pinjaman ke Bank (Unsecured Loans).
Biasanya debitur akan dikenai suku bunga yang cukup tinggi. Jika memiliki
hubungan yang baik, debitur dapat membuat perjanjian informal, berkenaan dengan
kemungkinan mendapatkan pinjaman dalam jumlah tertentu (noncommited Line).
Perusahaan juga dapat membuat perjanjian secara lebih mengikat dimana bank wajib
memberi pinjaman sewaktu waktu dan debitur sebagai konsekuensinya harus
membayar commited fee kepada bank.
2. Perusahaan dapat meminjamkan uang kepada pihak tertentu, dan sebagai jaminannya
adalah piutang perusahaan. Cara ini dikenal sebagai factoring dan termasuk secured
loans.
3. Perusahaan dapat menerbitkan surat uatangf jangka pendek. Secara umum ini dikenal
sebagai commercial papers (CP). Kredibilitas perushaan juga akan memperngaruhi
besaran bunga yang ditawarkan .

H. Analisis Laba-Volume-Biaya
Analisis laba-volume dan biaya (Cost-Volume-Profit;CVP) merupakan alat yang populer
untuk mengetahui situasi bisnis yang terjadi. Biasanya dalam analisis ini biaya dibedakan
menjadi dua yakni :
1. Biaya tetap (Fixed Costs, FC)
2. Biaya Variabel (Variable Costs, CV)
Biaya tetap, besaran biasanya tidak mengikuti jumlah produksi, sebaliknya biaya variabel
besarannya mengikuti besaran produksi. Selain itu besaran penjualan (sales) juga tergantung
dari besaran kuantitas yang dijual. Dengan demikian, ada kesamaan antara penjualan dan
biaya variabel, yakini terkait dengan kuantitas produksi (jual).
CM = P – VC
CM-R = (P-VC)/P
Dimana
CM = Contribution Margin = Marjin Kontribusi
P = Harga Per Unit
VC = Variabel Costs = Biaya Variabel
CM-R = Contribution Margin Ratio = Rasio Marjin Kontribusi

Agar perusahaan mendapatkan pulang pokok (Break-Event Point,BEP ), maka biaya tetap ini
haru ditutupi. Besarnya penjualan untuk kondisi BEP dapat dicari sebagai berikut.
BEP (Rp) = FC/CM ratio
BEP (unit) = FC/CM

The Margin of Safety


Suatu perusahaan memiliki penjualan sebesar ‘a’ dan telah mendapatkan keuntungan.
Perusahaan berada pada BEP jika penjualan sebesar ‘b’. Selisih anatara a dan b, dikenal
dengan margin of safety, atau dalam pengertian relatif sebesar (a-b)/a. Makananya angka
penjualan sebesar inilah yang diperkenankan untuk turun, sehingga perusahaan tidak merugi
atau masih pulang pokok.
Informasi berkenaan dengan pulang pokok, sanagt penting bagi manajer. Hal ini dapat
menjadi panduan untuk strategi harga. Berkenaan dengan informasi ini, biasanya diperlukan
informasi struktur biaya.

BAB 5
Mengapa nilai waktu dari uang ini berkenaan dengan konsep tingkat diskonta? Karena tingkat
diskonta dianggap penting, karena asumsi besaran nilai Rp 1 sekarang tidak sama dengan
besaran Rp 1 dimasa depan. Secara umum mengikuti konsep positif maka Rp 1 sekarang
nilainya lebih besar dibandingkan Rp 1 akan datang.
Penyebab nilai uang sekarang dengan nilai uang dimasa yang akan datang itu berubah
dikarenakan nilai kedepan dapat berkembang, itu berarti nilai yang akan datang jika
disekarangkan maka nilainya akan menyusut, maka inilah dikenal sebagai diskonta.
A. Nilai Sekarang dan Nilai Ke Depan
Nilai sekarang (Present Value, PV) adalah mencari persamaan nilai saat ini dari sekuen
pendapatan atau biaya yang diperoleh.
Nilai kedepan (Future Value,FV) adalah mencari persamaan dari nilai kedepan dari
pendapatan atau biaya yang dilakukan saat ini.
Untuk menyelesaikan hal-hal yang berkenaan dengan PV dan FV dapat dipakai rumus-rumus
berikut.
FV
PV ¿ T
( 1)
(1+k )

FV ¿ PV (1+k )T
Jika terdapat beberapa sekuen estimasi arus kas, maka rumusan PV dan FV diubah menjadi :
T
Xt
PV ∑¿ t
(2)
t=1 (1+k )
T
FV ¿ ∑ X t (1+k )
T

t=1
Di mana X = jumlah uang atau biaya pada tahun
k= tingkat diskonta
T = lama periode waktu

B. Tingkat Diskonta dan Besaran Nilai


Pada bagian ini tingkat diskonta menunjukkan kadar risiko. Makin tinggi risiko, maka makin
tinggi tingkat diskonta. Secara umum, yang perlu diluruskan adalah tingkat diskonta yang
dipakai bukanlah tingkat bunga, meskipun bunga dapat termasuk salah satu tingkat diskonta
yang dipakai.
Contoh
A memiliki uang sebesar Rp 8.000.000 pada 2 tahun mendatang, berapakah nilai sekarangnya
jika tingkat diskonta yang berlaku 10%?
Jawab =
8.000 .000
PV = 2
(1+10 %)
8.000.000
PV =
1,21
PV = 6.611.570
Apakah dasarnya menentukan tingkat diskonta? Tingkat diskonta dipakai untuk menunjukkan
kadar risiko yang diterima seseorang. Dengan demikian, dasar utamanya adalah ekspektasi
resiko dari usaha yang dilakukan.

C. Berbagai Tipe Sistem Compound


Pencarian nilai sekrang dan nilai kedepan, mempergunakan prinsip pertumbuhan geometri,
yang biasa dikenal dengan prinsip bunga-berbunga (compound) . sistem compound diskrit
dinyatakan sebagai sistem bunga berbunga dalam satuan waktu tertentu yaitu tahunan
(annual), semester (semi annual), tiga bulan (kuartal), serta harian. Tingkat diskonta (r)
biasanya menunjukkan ukuran untuk 1 tahu. Karenanya untu semi annual berarti tingkat
diskonta dibagi 2, untuk kuartal r dibagi 4, untuk harian r diabgi 365.3 jika pembagi
dinyatakan m, maka rumus compound diatas diubah sebagaimana persamaan 3.a.
Pada sistem bunga kontinu, maka tidak dibagi dalam satuan waktu, tetapi dianggap bunga
berbunga secara kontinu, untuk mengitungnya dapat dipergunakan 3.b. kita dapat mencari
nilai padanan untuk setiap nilai yang diperoleh yang dikenal sebagai Effective Annual Rate
(AER).
r
FV = C ( 1+ ¿T∗m 3.a
m
FV = CerT 3.b
FV
AER = −1 3.c
C
Keterangan :
C = nilai uang saat ini
r = besaran tingkat diskonta
m = pembagi
T = tahunan
e = log natural = 2.7183

D. Prinsip Annuitas/Amortisasi
Prinsip annuitas/amortiasasi biasanya dipakai untuk suatu nilai yang diasumsikan tetap. Dua
hal yang diasumsikan tetap untuk satu periode tertentu adalah nilainya atau besaran uang
serta tingkat diskonta. Contoh untuk amortisasi yang istilah sering dipakai adalah Present
Value Interest Factor Annuity atau PVIFA (r,T). Sedangkan untuk annuitas istilah dipakai
Future Value Interest Factor Annuity atau FVIFA(r,T) dimana r menunjukkan tingkat
diskonta dan T lama periode waktu. Rumus yang diapaki yaitu :
1
PVIFA = 1− ¿ (4)
¿¿
Utang
Angsuran = (4.a)
PVIFA
PV = Nilai*PVIFA (4.b)
( 1+ r )T −1
FVIFA = ( ) (5)
r
Target
Tabungan = (5.a)
FVIFA
FV = Nilai*FVIFA (5.b)

E. Annuity Secara Tak Hingga


Rumus ini terkenal terutama dalam penerapan model diskonta dividen
X
PV = 0 (6)
k
Jika terjadi pertumbuhan (g)secara kontinu sehingga X 1 = X 0(1+ g ) maka rumus diubah
menjadi
Xt
PV = (6.a)
k−g
F. Suku Bunga Rill dan Suku Bunga Nominal
Perbedaan anatara suku bunga rill dan suku bunga nominal ada pada penyesuaian terhadap
laju inflasi (inflation rate). Jika tidak disebutkan secara tersurat, maka yang dimaksudkan
adalah nilai nominal. Misalkan saja disebutkan tingkat suku bunga yang berlaku sebesar 10%,
maka angka tersebut menunjukkan pengertian suku bunga nominal. Berapa suku bunga
rillnya? Harus dipertimbangkan laju inflasi yang berlaku, misal 4%. Proksi yang mudah suku
bunga rill merupakan selisih antara suku bunga nominal dengan inflasi. Dengan rumus ini
maka besarnya suku bunga rill adalah 4% (10-6). Rumus yamg dipakai untuk menunjukkan
hubungan suku bunga nominal, suku bunga rill,dan inflasi adalah :
1+ suku bunganominal
suku bungarill= −1 (7)
1+laju inflasi
Untuk contoh diatas yaitu dengan rumus 7 :
1+10 %
suku bungarill= −1=3.8 %
1+ 4 %

BAB 6
A. Arus Kas Tambahan
Secara umum komponen arus kas tambahan ada dua yakni modal kerja bersih serta arus kas
operasi. Modal kerja bersih adalah dana yang diperlukan untuk keperluan aktiva lancar.
Sedangkan arus kas operasi adalah arus kas yang diperoleh berkenaan dengan proyek
tersebut. Arus kas operasi ini sering disebut dengan NOPAT (Net Operating Income After
Taxes).
NOPAT = EBIT (1 – tax) + deperesiasi
= EBIT – Taxes + depresiasi

Terdapat 3 sekuan kas dalam pengganggaran modal/valuasi proyek yakni :


1. Tahun awal = kas keluar (investasi)
2. Tahun proyek = kas masuk (arus kas operasi)
3. Tahun akhir = kas masuk (nilai sisa)

Ada beberapa istilah yang berkenaan dengan arus kas tambahan yaitu :
 sunk costs yang merujuk pada biaya yang dikeluarkan, namun tidak dihitung sebagai
biaya proyek.
 opprtunity costs yaitu biaya kesempatan yang harus diperhitungkan karena
menghilangkan potensi pendapatan
 side effects. Efek samping positif dianggap menambah pendapatan, sedangkan efek
samping negatif akan mengurangi pendapatan dan setara dengan opportunity costs.
B. Peniliaian Proyek
1. Net Presesnt Value (NPV)
NPV merupakan penerapan penuh konsep time value of money dari sekuen kas. Arus kas ini
didiskontokan dengan biaya modal untuk menjalakan proyek. Jika NPV >0 berarti proyek
layak atau menguntungkan.

2. Interval Rate of Return ( IRR )2


IRR merupakan kriteria evaluasi proyek dengan maksud mencari tingkat diskonta (k), dimana
tingkat diskonta akan mendapatkan NPV=0 berarti proyek pulang pokok. Semakin tinggi IRR
akan semakin baik, artinya proyek dapat didanai dengan biaya modal yang semakin tinggi.
Adapun cara mengestimasi IRR, diperlukan dua tingkat diskonta yang dipilih. Pertama, pakai
tingkat diskonta, dimana diperoleh hasil NPV poaitif. Lalu pakai diskonta yang lebih tinggi
untuk mendapat NPV negatif.
A C
=
B D
NPV ¿ ¿
C. Metode-metode Lain
Terdapat tiga metode lain merupakan komplemen bagi metode NPV dan IRR. Metode
pertama, untuk mengetahui lama waktu (T) pulang pokok (break event time) proyek. Metode
ini disebut sebagai Payback Period Method (PP) yang merupakan nilai nominal atau telah
didiskontakan. Secara rule of thumb, semakin pendek waktu PP maka proyek semakin baik
karena waktu pulang pokoknya makin singkat.
Kedua, Indeks Kelabaan (Profitability Indeks, PI) merupakan rasio antara NPV dengan
besaran investasi. Indeks ini menunjukkan presentase laba yang diperoleh dari proyek.
Ketiga, Average Annual Return (AAR) yang menunjukkan perbandingan anatara laba akhir
dengan rerata investasi.

BAB 7
Leverage adalah penggunaan pinjaman dana atau modal untuk meningkatkan keuntungan
dalam sebuah bisnis. Setiap perusahaan akan memerlukan beban atau aktiva tetap untu proses
produksinya. Beban tetap ini harus dibayar sekalipun perusahaan tidak berproduksi. Namun
jika produksi tinggi maka keberadaan aktiva tetap akan bermanfaat sehingga tingkat laba
perusahaan dapat meningkat dan begitupun sebaliknyajika tingkat produksi rendah maka
beban tetap akan menyebabkan laba turun.
A. Degree of Operating Leverage (DOL)
Tingkat atau derajat pengungkit operasi menunjukkan besarnya perubahan laba operasi yang
disebabkan oleh perubahan penjualan. Untuk menghasilkan penjualan diperlukan biaya, yang
terdiri dari biaya variabel serta biaya tetap. Adanya biaya tetap ini akan memengaruhi
penjualan dan selanjutnya memengaruhi besaran laba operasi yang diperoleh (EBIT).
Jika diperoleh DOL sebesar 2 artinya, jika terjadi perubahan unit penjualan 1% maka akan
meningkatkan EBIT sebesar 2%. Maknanya berarti setiap kenaikan 1% unit penjualan akan
menaikkan laba operasi sebesar 2%.
% ∆ EBIT ( EBIT 1−EBIT 0)/ EBIT 0
DOL = =
% ∆ Sales−unit (sales 1−sales 0)/sales 0
EBIT = S – Biaya
= P.Q – Q.VC – FC
= Q (P-VC)-FC

B. Derajat Pengungkit Keuangan (Degree of Financial Leverage)


Selain beban tetap operasional, perusahaan juga dapat menanggung beban tetap dari sumber-
sumber pendanaan. Beban-beban tetap tersebut adalah beban bunga karena perusahaan
memiliki utang jangka panjang serta beban dividen untuk saham preferen. Adanya beban ini
akan memengaruhi besaran laba per saham.
Jika diperoleh DFL sebesar 100%/62.5%= 1.6 artinya untuk setiap 1% perubahan EBIT maka
diperoleh perubahan EPS sebesar 1.6%.

C. Derajat Leverage Total (Degree of Total Leverage ; DTL)


Jika perusahaan memiliki kedua beban tetap maka dapat dicari besaran pengungkit totalnya.
Karenanya DTL akan mengukur dampak perubahan (%) EPS karena adanya perubahan (%)
penjualan.
% ∆ EPS
DFL =
% ∆ Sales
DTL = DOL * DFL
Jika besarnya TFL adalah 2 = 1.25*1.6 artinya setiap 1% perubahan unit penjualan akan
menyebabkan 2% perubahan EPS. Makin besar TFL maka dampak perubahan bagi EPS juga
makin besar. Karenanya TFL yang makin tinggi menunjukkan resiko yang makin tinggi juga.
TFL dapat semakin tinggi jika terdapat beban tetap yang makin tinggi.

D. Risiko Bisnis dan Risiko Keuangan


Ada dua risiko yang terjadi pada dunia usaha yaitu risiko bisnis dan risiko keuangan. Risiko
bisnis adalah risiko yang murni dihadapi oleh perusahaan. Jadi setiap perusahaan yang
memilikim bisnis yang sama pasti akan menghadapi risiko bisnis yang sama pula. Dengan
demikian secara hipotesis situasi keungan tidak berbeda, karena situasi keuangan ditunjukkan
oleh EBIT. Dengan demikian, risiko bisnis ditunjukkan oleh fluktasi dari laba operasi
(EBIT). Hal ini karena laba operasi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghadapi
situasi bisnisnya, tanpa dibebani beban-beban keuangan. Perusahaan yang memiliki EBIT
positif, berarti secara bisnis perusahaan tersebut layak.
Secara teoritis adapun asumsinya yaitu perusahaan yang berutang semakin banyak akan
membayar beban bunga makin banyak hal ini disebabkan oleh dua hal yakni yang pertama,
karena nominal utang makin dan tinggi dan yang kedua, serta buku bunga yang diterapkan
makin tinggi juga. Alasan kedua menunjukkan situasi dimana kreditor berhati-hati terhadap
jumlah uang yang ditanamkan pada debitur.

BAB 8
Struktur modal biasanya ditunjukkan untuk kebutuhan investasi. Pendanaan dari utang (D)
akan memiliki konsekuensi yang berbeda jika dibandingkan dengan pendanaan modal sendiri
(E). Konsekuensi ini ditunjukkan melalui biaya modal, khusunya biaya modal sendiri serta
nilai perusahaan. Sutau investasi dapat didanai melalui tiga alternatif yakni modal sendiri,
campuran utang + modal sendiri, atau utang. Jika diasumsikan seluruh utang adalah utang
jangka panjang, maka akan diperoleh :
V= A = D+E

A. Biaya Utang, Biaya Modal dan Biaya Modal Sendiri


Untuk mendapatkan utang, maka harus membayar bunga atau kupon obligasi. Karena itu biaya
utang (Cost of Debt; KD) berupa bunga/kupon utang. Biaya modal sendiri (Cost of Equity, KE)
berupa dana tertanam pada perusahaan beserta usaha/risiko lainnya yang mengikuti. Biaya modal
sendiri KE sebenarnya bersifat 'implisit' namun dapat diduga Berdasarkan aturan; hak "likuidasi'
pertama kali ada pada pemegang sural utang (bondholder), dan pemegang saham (stockholder)
memiliki hak siss (residual), maka risiko pemegang saham lebih tinggi. Untuk itu tentunya KE
harus lebih tinggi dari KD. Asumsi yang umum, perusahaan didanai kombinasi utang dan saham.
Untuk alasan ini maka biaya modalnya merupakan rerata tertimbang dari dana tersebut. Istilah
yang sering dipakai adalah Weighted Average Cost Of Capital (WACC)
Biaya utang = K d
Biaya modal sendiri = k e
Biaya modal perusahaan = wacc
Wacc = w d * K d (1-tax) + we* K e
Dimana :
w d = proporsi utang yang dipakai untuk pendanaan
w e = proporsi modal sendiri yang dipakai untuk pendanaan
t = tarif pajak
Contoh :
Perushaan memiliki laba operasi senlai Rp400 terdiri dari utang sebesar Rp1.200 dengan beban
bunga 10% dan wacc sebesar 12.5%. berapakah nilai perusahaan tersebut dan berapakah nilai
sahamnya ?
Nilai perusahaan = 400/0.125 = 3.200
Nilai utang = 1.200
Nilai saham = 3.200 – 1.200 = 2.000
V=D+E
3.200 = 1.200 + 2.000
Makin tinggi utang maka makin tinggi tingkat pengembaliannya, serta risiko yang diterima oleh
pemegang saham makin tinggi. Namun setelah adanya pajak maka proporsi MM I tidak berlaku
lagi. Artinya nilai perusahaan saat ini tergantung juga dari cara pendanannya. Jika sebelumnya
utang tidak memiliki manfaar keuangan, maka setelah adanya utang akan terdapat manfaat
pengematan pajak. Dengan demikian, nilai perusahaan yang berutang akan akan lebih besar
dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa utang. Karena besarnya VL adalah VU ditambah
penghematan pajaknya.

B. Nilai Perusahaan ( Value of The Firm )


Perusahaan menghasilkan laba operasi(EBIT). Laba operasi harus didiskontakan untuk
mendapatkan nilai perusahaan, karena perusahaan dikenai pajak maka laba operasi yang tersedia
adalah EBIT (1- tax ) jika tidak ada utang maka nilai ini harus didiskontakan dengan k 0 dngan
demikian niali perusahaan tanpa utang adalah :
V U =EBIT (1−tax )/k 0
Jika perusahaan memiliki utang maka akan mendapatkan penghematan pajak. Dengan demikian,
nilai perusahaan dengan utang :
V L = V U + tax shield
= EBIT ( 1−tax)/k 0 + t*D
Atau dapat dicari dengan V L=¿EBIT (1-tax) / WACC
Contoh :
Untuk contoh diawal diketahui EBIT sebesar =400; utang sebesar misalkan tarif pajak 10%
EBIT (1-tax) = 360
V U = 360/0.125 = 2.880
Bagaimana jika perusahaan memiliki utang sebesar 1.200?
Penghematan pajak sebesar = t*D = 10%*1.200 =120
V L= 2.880 + 120 = 3.000
V=D+E
3.000 = 1.200 + E = 1.800
Pada kasus tanpa utang maka setoran modal E = Rp2.880; sedangkan pada kasus utang maka
setoran modal = 1.800. hak bagi pemegang saham adalah laba akhir setelah pajak (EAT). Mari
kita bandingkan EAT yang diperoleh :
EAT = (EBIT-interest) (1-tax)

EAT tanpa utang = (400-0)(0.9) = 360


Setoran dana = 2.880
Tingkat pengembalian = 360/2.880 = 12.5%
EAT dengan utang = (400-120)(1-0.1)=252
Setoran dana = 1.880
Tingkat pengembalian = 252/1.880 = 14%
Penghematan pajak diperoleh sebesar Rp12 (28-40); dimana nilai Rp 12 ini setara dengan
Rp120*10%(tax*beban bunga)

Dimuka telah dijelaskan, bahwa utang berpengaruh terhadap nilai perushaan. Selain itu, adanya
utang maka akan berpengaruh untuk pemegang saham menjadi lebih beresiko. Karena alasan ini,
maka tingkat pengembalian yang diisyaratkan oleh pemegang saham akan meningkat seiring
dengan meningkatnya utang. Hubungan inilah yang dinyatakan sebagai proporsi Modigliani-
Miller(MM)II.

BAB 9 BIAYA MODAL


Pada bab terdapat nilai waktu dari uang,struktur modal serta valuasi maka konsep diskonta/biaya
modal merupakan salah satu komponenya. Biaya modal juga biasa di sebut sebagai tingkat
pengembalian yang diharapkan ( required rate of return ).
A. BIAYA UTANG
biaya utang ( K d ¿ adalah tingkat bunga yang dibayarkan bisnis atas uang yang Biaya hutang
berlaku untuk semua jumlah terutang, termasuk nilai total pinjaman bisnis dan obligasi. Biaya ini
merupakan indikator yang sangat baik dari kesehatan keuangan bisnis, terutama bila dianggap
bersama dengan jumlah total utang.
Terdapat 2 pengertian biaya utang K d
 Biaya utang sebelum pajak K d adalah biaya utang nominal, biasanya dapat diketahui
dengan cara menghitung besaran jumlah hasil internal perusahaan atas arus kas dari
obligasi perusahaan.
¿
 Biaya utang setelah pajak K d merujuk pada sisi manfaat yang diberikan oleh utang.
Manfaat tersebut merupakan besaran bunga yang wajib dibayarkan oleh perusahaan yang
menggunakan sebagian sumber dananya yang berasal dari utang. Perusahaan yang
melakukan ini akan dikenakan kewajiban membayar bunga dimana bunga tersebut
merupakan salah satu bentuk beban bagi perusahaan .
¿
Hubungan antara K d dan K d dapa dinyatakan sebagai berikut :
¿
(K d ¿
=
K d (1- tax rate)
B. Biaya saham prefen
Saham prefen (preferred stock ,PS), merupkan saham yang memiliki karakter khusus,biasanya
berkenaan dengan pembayaran dividen. Dimana saham ini biasanya mensyaratkan perusahaan
harus membayar dividen secara teratur baik dari jumlah maupun waktu pembayarannya. Biaya
modal saham preferen dihitung dengan cara membagi deviden saham preferen per tahun (dp)
dengan keuntungan bersih penjualan saham preferen.
Dalam hal ini penerbitan saham tentunya ada biaya penerbitan (floating costs),di mana harus di
pertimbangkan ( mengurangi) sehingga kita bisa dapat nilai bersihnya ( net preceed). Oleh
karena itu biaya saham preferen dapat dinyatakan sebagai berikut :
K ps = Div PS/ Net proceed
C. Biaya modal sendiri
Modal yang berasal dari dalam perusahaan disebut modal sendiri. Biaya modal sendiri (saham)
adalah tingkat ekspetasi return e (r i ) yang diharapkan.
Bagi pemegang saham (perusahaan go-public) ekspektasi imbalan (k e) bersumber dari 2 hal yaitu
:
 Kenaikan harga saham,yang menghasilkan potensi capital gain/loss
 Pembagian dividen kas. Dengan demikian, (k e) dapat dinyatakan sebagai berikut :
k P 1−P 0+ ¿ =e ¿)
e=
P0
P1 = harga saham pada akhir periode ( harga saham pada saat jual )
P2 = harga saham pada periode ( harga saham pada saat beli)
Suku pertama menunjukkan pertumbuhan(harga) dikenal sebagai growth atau capital gain,suku
kedua dikenal sebagai dividend yield;
e (r) = capital gain + dividen yield
1. CAPM
CAPM adalah suatu model pendekatan pasar lain yang populer dari asset pricing atau harga aset
yang mampu memprediksi nilai keuntungan dari suatu aset yang berharga dan berisiko. Dengan
CAPM, maka para investor bisa membuat perkiraan bagi hasil dari aset berharga yang sedang
dimiliki. Fluktuasi (harga) sebuah saham dibandingkan fluktuasi (harga) pasar saham diaanggap
menunjukkan kadar risiko sebuah saham. Hubungan fluktuasi saham dan pasar saham ini
dinyatakan sebagai beta (β).sebagai patokan nilai beta (β) adalah
 (β) = 1→ beta pasar ( setara risiko pasar/ rerata saham)
 (β) >1→ di atas (β) pasar ( saham resiko lebih tinggi)
 (β) <1→ di bawah (β) pasar ( saham resiko lebih rendah)
Ekspektasi imbalan bagi sebuah saham dapat di tuliskan sebagai berikut
E(r)= rf +(β) (r m -rf )
2. P seCommon factors model
Cara lain untuk memprediksi biaya ekuitas adalah dengan model faktor umum. Saham,sebagai
instrumen keuangan,dapat dianggap dipengaruhi oleh faktor faktor umum.oleh karena itu,setiap
saham memiliki sensitivitas terhadap faktor umum.dan terdapat perbedaannya dalam CAPM
faktornya hanya tunggal yakni (r m - rf) sedangkan model faktor umum faktornya sebagaiman di
muka dapat lebih dari satu faktor.setiap faktor ini memiliki premi risiko.
E(r i ) = rf+ β 1 F 1+ β 2 F 2+ β 3 F 3+e ¿
3. Perusahaan tertutup
Pada perusahaan terbuka,tersedia data ,sehingga estimasi biaya modal sendiri dapat dilakukan.
Untuk perusahaan tertutup,maka dapat dilakukan dengan penyuasaian terhadap biaya modal
sendiri perusahaan terbuka yang sejenis.
Biaya modal sendiri juga dapat di etimasi melalui proposisi MM II :
k e = k 0+ ((k 0-k d) (1 – t) D/E)
D. Biaya modal
Biaya modal sering di sebut sebagai biaya modal rerata tertimbang ( weighted average costs of
capital ) sebagai cerminan modal usaha di pakai bersumber dari utang dan modal sendiri,dan di
timbang menurut bobot/komposisi / proporsi pendanaannya. Dengan demikian WACC dapat
ditulis :
WACC = W d (k d) (1-tax) + w e*k e + w p*k p
Di mana =
Wd = bobot utang dalam strukrut modal
We = bobot modal sendiri dalam struktur modal
Wp = bobot saham preferen dalam strukrut modal
k d= biaya utang
k e= biaya saham / modal sendiri
k p= biaya saham preferen
Tax = tarif pajak yang berlaku
Biaya modal ini dipakai untuk menunjukkan tingkat risiko yang di hadapi. Semakin tinggi
tingkat risiko maka semakin tinggi tingkat biaya. Tingkat biaya ini dijadikan sebagai faktor
diskonta dari arus kas yang akan di peroleh.
BAB 10
PENGANTAR VALUASI
Valuasi pada dasarnya merupakan penilaiankondisi fundamental. Terdapat dua metode yang
umum yakni : metode diskonto dan metode relatif.
A. Metode Diskonto
Metode diskonto ini mencari nilai sekarang dari arus kas yang akan diperoleh dimasa akan
datang.
1. Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model)
Pada model ini Arus kas diterima adalah dividen.
D1 D2 D3 Dn
Pi ,t = ❑+ + +…+
(1+k ) (1+ k )2 (1+k )3 (1+k )n
Untuk menghitung rerata dividen dibagi tingkat diskonto:
D
Pi ,t =
k
2. Metode Arus Kas Bebas (Free Cash Flow)
Arus kas ini adalah arus kas yang tersedia bagi pemegang perusahaan (bondholder dan
skateholder) setelah dikurangi dengan keperluan invertasi dan modal kerja.
FCF F =EBIT ( 1−t ) + ( depresiasi +biayanonkas )−INV −∆ working capital
3. Pengaruh Pertumbuhan
Jika perusahaan mengalami pertumbuhan secara konstan, ceteris paribus, maka dividen yang
dibagikan juga mengalami pertumbuhan (g) secara konstan dan kontinu.
D1
V i , 0=
k−g
4. Nilai Terminal
D1 D2 D3 D4 D5 D +P
Pi ,t = ❑+ 2
+ 3
+ 4 5
+ n nn
(1+k ) (1+ k ) (1+k ) (1+k ) (1+ k ) (1+k )
Dimana
D
Pn= n+1
k −g
5. Nilai Sekarang Dari Pertumbuhan
Harga = No growth Value per Share + PV(growth)

B. Valuasi Secara Relatif


Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan suatu besaran akuntansi berdasarkan harga
buku (misal earning, asset) dengan harga pasar perusahaan.
C. Metode Nilai Sisa
Metode Nilai Sisa ( Economic Value Added; EVA) menunjukkan tambahan manfaat yang
diterima oleh pemegang saham setelah mempertimbangan biaya opportunity dari dana yang
dikeluarkan.
EVA=( EBIT −Tax ) −biayamodal

BAB 11 ( DIVIDEN)
A. Pendahuluan
Dividen merupakan bagian pendapatan yang diterima oleh pemegang saham, biasanya
perusahaan membagi dividen setelah mendapatkan laba akhir (EAT). Bagian laba akhir yang
tidak dibagikan, diakumulasi menjadi saldo laba (Retained Earning; R/E), sebagaimana tertera
pada neraca.

B. Prosedur Pembayaran Dividen


Dua hal yang diumumkan adalah berkenaan dengan dividen dan tanggal penting. Dividen
diumumkan berkenaan dengan dividen per lembar (DPS); jumlah dividen yang dibagikan (Rp),
serta rasio dividen yang dibayar (Divident Payout Ratio; DPR; %)

C. Teori Dividen
Secara teori, terdapat dua kebijakan dividen yakni, kebijakan dividen tidak relevan terhadap
perusahaan serta dividen relevan terhadap nilai perusahaan.
Contoh :
PT AAA saat ini memiliki aset sebesar Rp.1.000.000. Laba akhir yang diperoleh sebesar
Rp.100.000. Jumlah saham yang beredar sebanyak 1.000 lembar. Berapakah kekayaan pemegang
saham jika; seluruh laba akhir dijadikan laba ditahan; seluruh laba akhir dibagikan dividen
Aktiva = 1.000.000 → lembar saham → = 1.000 lembar → nilai Rp.1.000/lembar
1. Jika laba akhir dijadikan laba ditahan (+100.000)
Aktiva = 1.100.000 → lembar saham = 1.000 lembar →nilai Rp.1.100/lembar → nilai
Rp.1.100/lembar.
Nilai akhir = nilai aktiva/saham + DPS = 1.100 + 0 = Rp.1.100
2. Jika laba akhir dijadikan dividen → DPS = Rp.100.000/1.000 lembar = Rp.100
Aktiva = 1.000.000 → lembar saham = 1.000 lembar → nilai Rp.1.000/lembar
Nilai akhir = nilai aktiva/saham + DPS = 1.000 + 100 = Rp.1.100

D.Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Dividen


1. Kendala secara legal
2. Kendala kontraktual
3. Kendala internal
4. Pertumbuhan
5. Pemilik

E Tipe Pembagian Dividen


1.Tipe Pembagian Dividen secara Reguler/konstan
2. Pembagian Dividen konstan proporsional
3. Pembagian dividen secara konstan-kecil dan dividen ekstra
4. Pembagian dividen sebagai residu

F Dividen Saham
Biasanya (ordinary) pembagian dividen saham dalam jumlah yang kecil di bawah 20%.
Pembagian dividen saham, tidak mengubah kekayaan perusahaan maupun investor.
Dari sudut investor, saat ini memiliki saham lebih banyak 10%. Karena kekayaan perusahaan
sama, maka dengan jumlah saham lebih banyak, akan terjadi penurunan harga saham. Istilah
umumnya sering disebut dilusi saham.

BAB 12 PENAWARAN SAHAM

A. Metode dasar dan modal disetor


Modal dasar adalah modal yang disepakati untuk mendirikan perusahaan.
Dari modal dasar yang belum disetori penuh dikenal sebagaimodal saham dalam bentuk
portable. Biasanya saham portapel inilah yang dijual kepada publik, dan uang kas yang masuk
menjadi modal Disetor.
Contohnya : rudi dan david mendirikan PT RD memiliki modal dasar sebesar Rp 100 juta.
Modal disetor oleh rudi dan david masing-masing Rp 100 juta & Rp 200 juta. Harga saham
nominal sebesar Rp 1.000, sehingga masing-masing memiliki 100 & 200.000 lembar.

B. Metode penawaran IP0


Penawaran saham melalui bursa (emiten/issuer ) dengan lembaga penjual/penjamin
(underwriter/investment banker ). Secara teori kontrak perjanjian kedua belah pihak dapat
memakai metode full/firm commitment (FC) atau best effort (B/F). Emiten berkepentingan agar
memperoleh dana seoptimal mungkin. Emiten hanya akan mendapatkan dana pada saat IPO,
sebab jika saham sudah masuk bursa (secondary market) transaksi jual-beli saham telah terjadi
antara investor, tidak melibatkan emiten lagi. Pada metode full cimittment, maka underwriter
bertanggung jawab penuh terhadap seluruh saham yang dijualkan.
Pertanyaan selanjurnya bagaimna dengan harga jualanya? Pada metode FC, underwriter
memiliki tugas yang berat,. Sedangkan pada metode BE tekanan ini lebih ringan. Perlu
dibandingkan uang yang diterima (procced)antara metode FC dan BE. Kita dapat tabel 12.3.

Tabel 12.3 perbandingan antara metode firm commitmen & best effort saat IPO
Indikator Firm commitment Best effort
Prospek pemasaran Tinggi rendeh
Tanggung jawab underwriter tinggi rendah
Harga jual rendah tinggi
Fee untuk underwriter tinggi rendah
Proceed untuk emiten ? ?

c. fenomena underpricing

setelah IPO, maka transaksi jual beli saham dilakukan melalui bursa, dikenal sebgai pasar
sekunder. Harga pasar terjadi, merupakan fenomena ‘alami ‘ transaksi tawar menawar penjualan-
pembeli. Harga saham di pasar sekunder (di pasar sekunder ) dibandingkan harga IPO dikenal
sebagai underpicing.
Hal ini menjadi daya tarik, mengapa banyak investor berlomba untuk mendapatkan saham pada
saat IPO dan menjual (lagi) di pasar sekunder.

D. Hak Memesan Efek Dahulu (HMETD)


Pemegang saham memiliki hak untuk membeli saham (hingga waktu jatuh tempo ) pada harga
tertentu (biasanya lebih murah), dengan jumlah tertentu (dijatah). Hak ini ditawarkan oleh
emiten, sebagai’ ‘pemanis’ bagi investor untuk membeli saham baru.

E. Buy Back (Re-purchase) dan LBO


Setelah emiten menerbitkan (menjual ) saham, emiten dapat menarik (membeli) kemabali saham
tersebut, dengan pertimbangan tertentu, misal peluang investasi tahun depan dirasa belum ada,
sedangkan dana tersedia cukup banyak. Misalkan PT A memiliki saham beredar 1.000 lembar
dan harga saham saat ini sebesar Rp100. Bagi investor yang bersedia menjual, maka ia
mendapatkan gain senilai Rp20/lembar. Saham ini dapat menjadi sumber pendanaann, karena
dapat dijual kembali di pasar modal, jika sewaktu-waktu diutuhkan.

F. Stock Splity dan Dividen Saham


Perusahaan dapat melakukan pemecahan saham (stock split), dengan rasio tertentu. Biasanya
stock split dilakukan jika harga saham yang ada dirasakan likuid/banyak. Misal saham ABC
seharga Rp1.000; dipecah menjadi 1:5; maka saat ini harga terjadi sebesar Rp200. Manfaat stock
split ini, tiada lain akan memudahkan investor untuk mentraksaksikan sahamnya. Stock split
dapat juga diartikan ke bawah (down). Misal saham ABC tadi diubah dari Rp1.000, menjadi
Rp2.000/lembar. Berarti sebuah saham akan dinilai sebagai ½ saham.

Anda mungkin juga menyukai