Anda di halaman 1dari 28

RESUME

BAB I

Manajemen Keuangan adalah ilmu yang membahas, mengkaji dan menganalisis manajer
keuangan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mengelola dana untuk memakmurkan
pemegang saham. Tujuan utama manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan
yang tercermin dari nilai saham. Contoh nilai Earning per Share per lembar saham naik dari
3.000 menjadi 3.500.

Fungsi manajemen keuangan memiliki tiga fungsi sebagai berikut:

1. Keputusan Pendanaan : yaitu kebijakan yang menyangkut struktur keuangan apakah


sumber pendanaan perusahaan diperoleh dari utang atau ekuitas sendiri atau kombinasi
berapa persentase dari utang maupun ekuitas.
2. Keputusan Investasi : yaitu bagaimana manajer harus mengalokasikan dana dalam bentuk
investasi yang menguntungkan perusahaan di masa mendatang. Hasil investasi yang
diharapkan harus lebih besar dari risiko yang ditanggung.
3. Kebijakan Dividen : yaitu kebijakan perusahaan menetapkan porsi dividen yang akan
dibagikan ke pemegang saham dan berapa porsi retained earning yang digunakan sebagai
modal perusahaan.

Peran manajer keuangan adalah seorang manajer yang bertugas mengambil keputusan
investasi dan pendanaan dan sebagai perantara kelancaran aliran keluar masuk kas perusahaan.
Pembelanjaan aktif yaitu usaha perusahaan untuk mendapatkan dana tercermin pada sisi Passiva
sedangkan pembelanjaan pasif adalah usaha perusahaan mengalokasikan dananya.

Pembelanjaan pasif terbagi menjadi :

1. Pembelanjaan kualitatif yaitu penentuan jenis modal yang akan ditarik dan masalah
meliputi pertimbangan dari segi likuiditas (berapa lama modal ditarik), segi solvabilitas
(jenis modal apa yang akan ditarik), dan segi rentabilitas (pendapatan apa yang akan
diberikan untuk menutup modal yang ditarik).
2. Pembelanjaan kuantitatif yaitu penentuan besarnya modal yang akan ditarik.
Penyediaan dana dalam kondisi perusahaan yang kondisi finansial seimbang disebut
pembelanjan normal. Sedangkan pembelanjaan yang kurang cukup terjadi ketika perusahaan
tidak pada kondisi seimbang contohnya posisi kas sangat sedikit, piutangnya banyak tak tertagih.
Pembelanjaan yang berlebih terjadi ketika perusahaan memiliki modal berlebih istilahnya uang
nganggur.

Struktur kekayaan adalah susunan kualitatif dari sisi aktiva perusahaan biasa disebut
dengan struktur aset. Sedangkan struktur modal adalah susunan kualitatif dari sisi passiva
perusahaan. Struktur kekayaan adalah perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut
maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Struktur kekayaan adalah
perbandingan aset lancar dengan aset tetap.

Struktur keuangan mencerminkan pula perimbangan baik dalam artian absolut maupun
relatif antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan
jumlah modal sendiri. Modal asing dalam artian ini ialah liabilitas (utang). Struktur keuangan
adalah perbandingan total liabilitas dengan total ekuitas.

Sumber dana perusahaan terbagi menjadi :

1. External Financing yaitu pemenuhan kebutuhan modal dari luar perusahaan contohnya
mengajukan kredit bank, menerbitkan obligasi perusahaan ke publik, dll.
2. Internal Financing yaitu pemenuhan kebutuhan modal dari dalam perusahaan
menggunakan cadangan laba di tahan dan laba bersih perusahaan sendiri.

Modal adalah daya beli dalam memakai barang modal perusahaan. Capital atau modal
abstrak digambarkan sebagai air terjun yang tetap. Sedangan modal konkret/capital goods adalah
tetesan air dari air terjun yang berganti-ganti. Jadi kesimpulan dari beberapa definisi di atas yaitu
yang tercatat di sebelah debit dari neraca disebut Modal Konkret dan yang tercatat di sebelah
kredit disebut Modal Abstrak Modal yang menunjukkan bentuknya disebut modal aktif,
sedangkan modal yang menunjukkan sumbernya adalah modal pasif.

Modal aktif atau kekayaan suatu perusahaan dapat terbagi menjadi aktiva lancar dan
aktiva tetap yang disebut struktur kekayaan. Aktiva Lancar adalah Aktiva yang habis dalam
satu kali proses produksi , jangka waktu pendek (kurang dari satu tahun), aktiva yang dapat
diuangkan dalam waktu yang pendek. Contoh kas, piutang, persediaan. Aktiva Tetap adalah
aktiva yang tahan lama. Contoh Tanah , bangunan pabrik, kendaraan operasional .

Laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisi informasi keuangan mengenai suatu
badan usaha yang akan dipergunakan oleh pihak yang berkepentingan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan. Ada 5 bentuk laporan keuangan, yaitu: Neraca /
Laporan Posisi Keuangan,, Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas Laporan Keuangan.
BAB 2 LIKUIDITAS , SOLVABILITAS DAN RENTABILITAS & ANALISIS RATIO

LIKUIDITAS
- Adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban membayar utang jangka
pendeknya secara tepat waktu.

PERUSAHAAN YANG LIKUID DAN ILLIKUID


Suatu perusahaan dikatakan likuid jika mempunyai kemampuan untuk memenuhi semua
kewajiban keuangan / finansial yang berjangka pendek. Sebaliknya perusahaan yang tidak
mampu membayar utang jangka pendek disebut illikuid.

PERHITUNGAN RATIO LIKUIDITAS =

Current Ratio / Rasio Lancar = (aset lancar / liabilitas jangka pendek) X 100%

CR yang bagus, adalah 200% untuk perusahaan Manufaktur dan 100% untuk perusahaan
Finance.

Keterangan :
Current Assets = Aset Lancar / Aktiva Lancar
Current Liabilites = Liabilitas Jangka Pendek ;

Quick Ratio =( Kas + efek + Piutang / Liabilitas jangka pendek) X 100%


Keterangan :
Kas = Uang Tunai
Efek = Surat Berharga
Piutang = Utang yang belum tertagih (Account Receivables)
Persediaan = Inventory

Cash Ratio (Rasio Kas) = (kas + efek / Liabilitas jangka pendek )x 100%
Net Working Capital = Aset Lnacar – Liabilitas Jangka Pendek

SOLVABILITAS

Solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua kewajiban


keuangannya a(baik utang jangka pendek maupun jangka panjang) sekiranya perusahaan tersebut
dilikuidisasi atau dibubarkan.

SOLVABILITAS =(Total aset/ Total Liabilitas) X100%


DEBT RATIO (Total Debt to Total Assets)= (Total Liabilitas/Total Aset) x 100%
Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut berkemampuan untuk
membayar semua utangnya dengan aset (harta) yang ada di perusahaan. Sebaliknya dikatakan
insolvabel, jika tidak mampu untuk membayar semua kewajiban keuangan tersebut. Dalam
kaitan likuiditas dan solvabilitas, ada 4 kemungkinan yang dihadapi perusahaan yaitu Perusahaan
berada dalam kondisi Likuid, tetapi Insolvabel, Perusahaan berada dalam kondisi Illikuid, tetapi
Solvabel, Perusahaan berada dalam kondisi Likuid dan Solvabel, Perusahaan berada dalam
kondisi Illikuid dan Insolvabel.

RENTABILITAS

Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama


periode tertentu. Rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut. Secara umum dirumuskan :

L = jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu

M = modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut

Cara menilai rentabilitas suatu perusahaan juga bermacam-macam tergantung pada laba
dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Ada dua cara
penilaian rentabilitas :
1. Rentabilitas Ekonomi (EARNING POWER)
Rentabilitas Ekonomis ialah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri
dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan
dalam persentase rumus (EBIT/Total Aktiva)/100%.
2. Rentabilitas Modal Sendiri (Return On Equity atau Return On Net Worth)
menunjukkan kemampuan dari modal sendiri (equity) yang ada di perusahaan untuk
menghasilkan laba. Dengan kata lain ROE adalah perbandingan antara Earnign after
Tax dengan Ekuitas perusahaan (EAT/Ekuitas) x100%.
BAB 2B. ANALISIS RATIO

Financial Statement memberikan analisa mengenai keadaan finansiil suatu perusahaan, di


mana neraca atau Laporan Posisi Keuangan (Balance Sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang
dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan Rugi & Laba (Income Statement)
mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu, biasanya meliputi periode
satu tahun.

Dilihat dari sumbernya, dapat dikategorikan menjadi

1. Rasio Neraca / Balance Sheet Ratio


Rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca. Contoh : Current Ratio, Acid
Test Ratio, Current Assets to Total Assets Ratio.
2. Rasio laporan Rugi & Laba / Income Statement Ratio
Rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya Gross
Profit Margin, Net Operating Margin, Operating Rasio dll
3. Rasio antar Laporan / Inter-statement Ratio
Rasio-rasio yang dsusun dari data yang berasal dari Neraca dan data lainnya berasal dari
Income Statement, misalnya Assets Turnover, Inventory Turnover, Receivables Turnover,dll

Financial Ratios dapat juga dikategorikan menjadi :


1. Ratio Likuiditas / Liquidity Ratio Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar utang jangka pendek yang jatuh tempo.
2. Ratio Leverage / Leverage Ratio Rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa
besar aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
3. Rasio Aktivitas / Activity Ratio Ratio untuk mengukur bagaimana efektivitas manajemen
perusahaan dalam menggunakan sumber-sumber dananya.
4. Rasio profitabilitas / Profitability Ratio Rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen
sebagaimana ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.
5. Rasio pertumbuhan / Growth Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi dan
industri.
6. Rasio penilaian / Valuation Ratio Rasio-rasio untuk mengukur kemampuan manajemen
untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya. Rasio ini berhubungan
dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan perusahaan dan harta pemegang saham.
BAB 2C. LAPORAN KEUANGAN PROFORMA
Laporan Keuangan Proforma (Proforma Financial Statement) adalah suatu laporan
keuangan, berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi yang disusun berdasarkan hasil suatu proyeksi
atau perkiraan atau target pada suatu periode tertentu di masa mendatang .
Laporan Posisi Keuangan Proforma (Proforma Balance Sheet) adalah suatu laporan
berupa laporan posisi keuangan yang disusun berdasarkan hasil suatu proyeksi atau perkiraan
atau target pada suatu saat atau tanggal tertentu di masa mendatang.
Laporan Laba Rugi Proforma (Proforma Income Statement) suatu laporan berupa
Laporan Laba Rugi yang disusun berdasarkan hasil suatu proyeksi atau perkiraan atau target
pada suatu periode tertentu di masa mendatang.
BAB 3. MODAL KERJA

Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional


perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar utang
disebut Modal Kerja. Modal Kerja adalah investasi perusahaan di dalam aset jangka pendek
seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang dagang, dan persediaan. Modal kerja
merupakan salah satu unsur aset yang sangat penting dalam perusahaan. Karena tanpa modal
kerja, perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya.

Modal Kerja dapat dilihat dari 3 konsep, yaitu :

1. Konsep Kuantitatif

Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari dana yang tertanam dalam aset
lancar atau semua unsur/elemen yang ada dalam aset lancar.biasa disebut Modal Kerja Bruto
(Gross Working Capital).

2. Konsep Kualitatif

Modal kerja menurut konsep ini adalah kelebihan aset lancar di atas utang lancar, atau
selisih antara aset lancar dengan utang lancar biasa disebut Modal Kerja Bersih (Net Working
Capital).

3. Konsep Fungsional

Konsep ini lebih menitikberatkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan penghasilan
langsung atau current income.

Jenis-jenis modal kerja dapat digolong sebagai berikut :

1. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital), yaitu modal kerja yang harus tetap
ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Permanent working capital ini
dapat dibedakan dalam 2 macam, yaitu modal kerja primer dan modal kerja normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan dalam 3
macam, yaitu:
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b. Modal kerja Siklis (Cylical Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja Darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya seperti
bencana alam.

Hasil survey menunjukkan sebagian besar waktu manajer tersita untuk kegiatan operasi
perusahaan dari hari ke hari yang kurang lebih dapat diartikan sebagai manajemen modal kerja.
Umumnya total lebih separuh dari aset perusahaan merupakan aset lancar. Kesalahan dalam
manajemen aset lancar dapat mengakibatkan kegagalan perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan
pengambilan keputusan strategis yang tepat dalam hal investasi modal kerja.
Manajemen modal kerja sangat penting bagi perusahaan. Walaupun perusahaan dapat
mengurangi investasi aset tetapnya melalui sewa beli atau leasing peralatan, mesin-mesin, dan
sebagainya, mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang dan persediaan.
Adanya hubungan yang langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan untuk
membiayai aset lancar. Peningkatan penjualan akan membutuhkan tambahan persediaan, dan
mungkin juga tambahan kas.
Dalam memberikan kredit, kreditur sangat memperhatikan bagaimana perusahaan
mengelola aset lancar dan kewajiban lancarnya. Kegagalan dalam mengelola modal kerja akan
mempengaruhi perusahaan.
Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam
rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif sumber dana. Kebijakan
modal kerja yang biasa dilakukan perusahaan adalah :

1. Kebijakan Konservatif

Kebijakan ini disebut konservatif (hati-hati) karena sumber dana jangka panjang
mempunyai jatuh tempo yang lama, sehingga perusahaan memiliki keleluasaan dalam pelunasan
kembali artinya perusahaan mempunyai tingkat keamanan atau margin of safety yang besar.

2. Kebijakan Moderat
Kebijakan ini didasarkan atas prinsip matching principle yang menyatakan bahwa jangka
waktu sumber dana sebaiknya disesuaikan dengan lamanya dana tersebut diperlukan. Bila dana
yang diperlukan hanya untuk jangka pendek maka sebaiknya didanai dengan sumber dana jangka
pendek, demikian pula kalau dana tersebut diperlukan untuk jangka panjang, maka sebaiknya
didanai dengan sumber dana jangka panjang.

3. Kebijakan Agresif

Kebijakan agresif menunjukkan bahwa sebagian kebutuhan dana jangka panjang dapat
dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Pada pendekatan ini perusahaan berani
menanggung resiko yang cukup besar. Tujuannya adalah mengejar profitabilitas yang lebih
besar.

Untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja, bisa digunakan beberapa metode, yaitu:

1. Metode Keterikatan Dana

Berdasarkan metode keterikatan dana, ada 2 faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
kebutuhan modal kerja:

a. Periode terikatnya modal kerja, yaitu jangka waktu yang diperlukan mulai kas
ditanamkan ke dalam elemen-elemen modal kerja sampai menjadi kas lagi.
b. Proyeksi kebutuhan kas rata-rata per hari, yaitu merupakan pengeluaran kas rata-rata
setiap hari, misalnya untuk keperluan membeli bahan baku, pembelian bahan penolong

2. Metode Perputaran Modal Kerja

Kebutuhan modal kerja ditemukan dengan cara menghitung perputaran elemen-elemen


pembentuk modal kerja, seperti perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan
lain-lain.

3. Metode Cash Flow

Metode ini mendasarkan pada aliran kas masuk (Cash Inflow) dan aliran kas keluar
(Cash Outflow). Kelebihan CIF di atas COF disebut aliran kas masuk bersih yang bersifat positif
(Net Cash Inflow). Jika NCIF negatif, berarti perusahaan memerlukan tambahan modal kerja.
BAB 4 INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

Persediaan adalah setiap sumber daya yang disimpan (stored resource) yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan pada saat ini atau masa depan. Persediaan
merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.
Persediaan adalah sekumpulan barang dan sumber daya yang lain yang digunakan oleh suatu
organisasi untuk mendukung produksi atau untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan
konsumen. Persediaan perlu dikelola karena persediaan merupakan investasi yang membutuhkan
modal atau dana besar, mempengaruhi pelayanan ke pelanggan, dan mempunyai pengaruh pada
fungsi operasi, pemasaran, dan fungsi keuangan.

Tujuan adanya inventory untuk menghilangkan pengaruh ketidakpastian (misalnya: safety stock),
memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian, dan untuk mengantisipasi
perubahan pada permintaan dan penawaran.

Hal-hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Pengelolaan Persediaan


1. Struktur biaya persediaan.
a. Biaya per unit (item cost)
b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
- Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
- Biaya pengiriman pemesanan
- Biaya transportasi
- Biaya penerimaan (Receiving cost)
c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan
digunakan untuk investasi (Cost of capital). Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan
pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).
e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)

2. Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan


Persediaan terdiri atas empat jenis, yaitu :
- Persediaan bahan mentah (raw material inventory)
- Persediaan barang dalam proses (work in process inventory)
- Persediaan bahan pemeliharaan, perbaikan dan operasi (maintenace, repair & operation
inventory)
- Persediaan barang jadi (finished goods inventory).

Dalam perusahaan dagang, dikenal hanya satu jenis persediaan, yaitu persediaan barang
dagangan (merchandise inventory), di mana inventory ini merupakan persediaan barang yang
selalu dalam perputaran transaksi jual beli. Fungsi persediaan ada enam, yaitu :
- Menyediakan stok barang untuk memenuhi permintaan konsumen.
- Mencocokkan (match) produksi dengan distribusi
- Mengambil keuntungan dari diskon karena pembelian dalam jumlah besar
- Menghindari inflasi dan perubahan harga
- Menghindari kekurangan stok karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu dan pengiriman.
- Menjaga operasi agar berjalan lancar dengan menggunakan persediaan barang.

Dalam teori pengendalian persediaan (inventory control theory), dua pertanyaan penting yang
harus dijawab yaitu ::
- Berapa jumlah yang dipesan (how much to order)
- Kapan dipesan (when to order).

Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah atau kuantitas barang yang dapat dipesan
dengan biaya yang minimal atau biasa disebut jumlah pembelian yang optimal. Dalam
menetukan EOQ ada 2 komponen biaya yang diperhitungkan :

1. Biaya Pemesanan (Ordering Cost atau Procurement Cost atau Setup Cost), yaitu biaya-
biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan barang. Biaya
pemesanan terdiri atas biaya persiapan dan proses pemesanan, biaya pengiriman pesanan,
biaya penerimaan barang yang dipesan, seperti bongkar muat barang ke gudang, dan
pemeriksaan barang, biaya-biaya di dalam proses pembayaran.
2. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost atau Storage Cost atau Holding Cost) yaitu biaya-
biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan besarnya inventory atau persediaan
barang yang disimpan. Biaya penyimpanan terdiri atas biaya sewa gudang, biaya
pemeliharaan barang yang disimpan, biaya untuk menimbang dan mengepak barang yang
dibeli, biaya asuransi atas barang yang dibeli atau disimpan, obsolescence cost (biaya
keusangan barang yang disimpan), biaya modal, pajak atas barang yang dibeli atau
disimpan.

Reorder Point (ROP) adalah titik atau saat di mana perusahaan harus melakukan
pemesanan barang kembali, sehingga pada saat barang yang dipesan itu tiba di perusahaan, tepat
pada waktu jumlah persediaan di atas safety sock sama dengan nol. ROP memiliki rumus ROP =
Safety Stock + Lead Time.

Asumsi-asumsi Yang Digunakan Dalam Analisis EOQ


- Kecepatan permintaan tetap dan rutin.
- Waktu antara pemesanan sampai dengan pesanan datang harus tetap.
- Tidak pernah ada kejadian persediaan habis.
- Material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan datang pada waktu yang bersamaan dan
tetap dalam bentuk paket.
- Harga per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun pembelian dalam jumlah
volume yang besar.
- Besar carrying cost tergantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah persediaan.
- Besar ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang dipesan dan tidak tergantung
pada jumlah item pada setiap lot.
- Item adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk lain.

SOAL-SOAL LATIHAN ECONOMIC ORDER QUANTITY


1. PT. Agar Silaturahmi Tidak Terputus, Jakarta, setiap tahun rata-rata memproduksi produk
BOBAUMAMI sebanyak 180.000 unit. Untuk menghasilkan setiap unit produk BOBAUMAMI
dibutuhkan bahan baku berupa tepung tapioka sebanyak 0,2 Kg. Harga beli tepung tapioka per
Kg sebesar Rp8.000,00. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk setiap kali pemesanan tepung
tapioka adalah sebesar Rp800.000,00. Biaya penyimpanan bahan baku sebesar 20% dari nilai
rata-rata persediaan bahan baku. Tenggang waktu pesanan setengah bulan. Perusahaan telah
menetapkan safety stock sebesar kebutuhan bahan baku untuk dua bulan.
Pertanyaan :
1) Berapa jumlah pemesanan bahan baku tepung tapioka yang paling ekonomis?
2) Berapa kali frekuensi pemesanan bahan baku tepung tapioka yang optimal dalam setahun ?
3) Berapa Reorder Point-nya ?
4) Berapa Total Inventory Cost selama satu tahun ?
5) Gambarkan grafik yang menunjukkan hubungan antara EOQ, Safety Stock, dan Reorder
Point.
6) Gambarkan grafik yang menunjukkan hubungan antara Ordering Cost, Carrying Cost, dan
Total Inventory Cost.
7) Pemasok bahan baku tepung tapioka menawarkan cash discount (potongan tunai) sebesar 5%
apabila perusahaan memesan sebanyak 9.000 Kg atau lebih. Apakah perusahaan sebaiknya
menerima tawaran discount tersebut atau memesan sesuai perhitungan EOQ?
Jawaban :
1. PT. Agar Silaturahmi Tidak Terputus, Jakarta
R = 180.000 unit BOBAUMAMI setiap tahun x 0,2 kg tepung tapioka per unit = 36.000 kg
tepung tapioka per tahun.
S = Rp 800.000 setiap kali pesan (biaya pemesanan)
P = Harga Pembelian Per Unit yang Dibayar = Per kg = Rp 8.000
I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang dinyatakan dalam persentase dari nilai rata-
rata dalam rupiah dari persediaan = 20%

6.000

Berarti cara pembelian paling ekonomis adalah dengan membeli 6.000 kg tepung tapioka setiap
kali pesanan.
2 FREKUENSI PEMESANAN

3. REORDER POINT
Rop =
Safety Stock = Kebutuhan Bahan Baku untuk dua bulan.
Lead Time = Setengah Bulan
Safety Stock = R = 36.000 kg setiap tahun : 12 x 2 = 6.000 kg.
Lead Time = Setengah Bulan = 0,5 x 3.000 = 1.500 kg
ROP = 6.000 kg + 1.500 kg = 7.500 kg

4. TOTAL INVENTORY COST SELAMA SATU TAHUN.


TIC = OC + CC
OC = Ordering Cost
CC = Carrying Cost

5 GRAFIK HUBUNGAN ANTARA EOQ, SAFETY STOCK DAN ROP


Keterangan:
AB = EOQ
OA = Safety Stock
C = Reorder point
D = bahan yang dipesan tiba
EF = Lead Time

6. GRAFIK HUBUNGAN ANTARA ORDERING COST, CARRYING COST DAN


TOTAL INVENTORY COST

7. Pemasok bahan baku tepung tapioka menawarkan cash discount (potongan tunai) sebesar 5%
apabila perusahaan memesan sebanyak 9.000 Kg atau lebih. Apakah perusahaan sebaiknya
menerima tawaran discount tersebut atau memesan sesuai perhitungan EOQ?
TC = + (PxR) + (R/EOQ x S) + ((EOQ x P/2 )x I)
Berdasarkan EOQ dan harga normal =
TC = ( Rp 8.000 x 36.000 ) + (36.000 /6000 x 800.000 ) + (6000 x 8000 / 2) x 0,20)
TC = Rp 288.000.000 + Rp 4.800.000 + Rp 4.800.000
TC = Rp 297.600.000
Berdasarkan Cash discount 5% (Rp 8.000 – (5% X Rp 8.000) = Rp 7.600) dan pemesanan 9.000
kg (EOQ) atau lebih.
TC = ( Rp 7.600 x 36.000 ) + (36.000/ 9000 x 800.000 ) + ( 9000 x 7.600/2) x 0,20)
TC = Rp 273.600.000 + Rp 3.200.000 + Rp 6.840.000
TC = Rp 283.640.000
Maka, perusahaan sebaiknya menerima tawaran cash discount 5% dan memesan sebanyak 9.000
kg atau lebih karena terjadi penghematan biaya sebesar Rp13.960.000.

2 PT. YES AND, California, setiap bulan memproduksi produk berupa Rangka Mobil Tesla
rata-rata sebanyak 800 buah. Produk ini terbuat dari bahan baku besi. Untuk membuat
sebuah Rangka Mobil Tesla, dibutuhkan 22,5 Kg besi. Biaya persiapan pemesanan besi
Rp27.500,00; biaya pengirimannya Rp225.000,00; dan biaya-biaya di dalam proses
pembayaran Rp22.500,00 untuk setiap kali pemesanan bahan baku besi. Biaya penyimpanan
bahan baku per Kg/tahun Rp800,00. Harga besi ialah Rp 10.300 per Kg.
Ditanya :
1. Berapa kuantitas pemesanan bahan baku besi yang paling ekonomis ?
2. Berapa kali frekuensi pemesanan bahan baku yang paling optimal dalam setahun ?
3. Berapa Total Inventory Cost setahun ?
4. Berapa Total Cost setahun ?
Jawaban :
PT. YES AND, California
R = 800 buah Rangka Mobil Tesla rata-rata per bulan x 12 bulan x 22,5 kg bahan baku besi =
216.000 kg bahan baku besi per tahun.
S = Rp 27.500 + Rp 225.000 + Rp 22.500 = Rp 275.000
C = Rp 800 = Biaya penyimpanan bahan baku per kg/tahun. EOQ =√
1.Berapa kuantitas pemesanan bahan baku besi yang paling ekonomis ?

EOQ =
2.Berapa kali frekuensi pemesanan bahan baku yang paling optimal dalam setahun ?
f = R/EOQ = 216.000 / 12.186 = 17,72 kali BULATKAN menjadi = 18 kali.
3.Berapa Total Inventory Cost setahun ?
TIC = OC + CC
TIC = (R/EOQ x S) + (EOQ/2 x C)
TIC = (216.000 kg/ 12.186 kg x Rp 275.000) + (12.186 kg /2 x Rp 800)
TIC = Rp 4.874.446 + Rp 4.874.400
TIC = Rp 9.748.846
4. Berapa Total Cost setahun ?
TC = (P x R) + (R/EOQ x S) + (EOQ/2 x C)
TC = (Rp 10.300 x 216.000 kg) + (216.000/ 12.186 x 275.000) + (12.186/2 x 800)
TC = Rp 2.224.800.000 + Rp 4.874.446 + Rp 4.874.400
TC = Rp 2.234.548.846.

3. PT. REZEKI SUMBER UANG, Bandung, sebuah perusahaan industri yang membuat produk
“Panel Surya” setiap bulan rata-rata memproduksi sebanyak 8.500 unit. Untuk menghasilkan
setiap unit “Panel Surya” dibutuhkan 25 Kg bahan baku “Polycrystalline Silicon”. Biaya
persiapan pemesanan bahan baku sebesar Rp50.000,00 dan biaya pengirimannya sebesar
Rp250.000,00 untuk setiap kali pesan. Biaya penyimpanan bahan baku Kg sebesar Rp750,00.
Pertanyaan :
1) Berapa kuantitas pemesanan bahan baku “Polycrystalline Silicon” yang paling ekonomis?
2) Berapa kali frekuensi pemesanan bahan baku yang optimal dalam setahun ? (Dibulatkan ke
atas secara penuh)
3) Berapa Total Inventory Cost selama setahun ?
Jawaban :
R = 8.500 unit “Panel Surya” rata-rata per bulan x 12 bulan x 25 kg bahan baku “Polycrystalline
Silicon” = 2.550.000 kg bahan baku “Polycrystalline Silicon” per tahun.
S = Rp 50.000 + Rp 250.000 = Rp 300.000
C = Rp 750 = Biaya penyimpanan bahan baku per kg/tahun. EOQ =√ (2 x R x S) / C
i Berapa kuantitas pemesanan bahan baku “Polycrystalline Silicon” yang paling ekonomis?

EOQ =
ii Berapa kali frekuensi pemesanan bahan baku yang optimal dalam setahun ? (Dibulatkan ke
atas secara penuh)
f = R/EOQ = 2.550.000 / 45.166 = 56,45 kali dibulatkan menjadi = 57 kali.
iii Berapa Total Inventory Cost selama setahun ?
TIC = OC + CC
TIC = (R/EOQ x S) + (EOQ/2 x C)
TIC = (2.550.000/ 45.166 x 300.000) + (45.166/2 x 750)
TIC = Rp 16.937.519 + Rp 16.937.250
TIC = Rp 33.874.769.

BAB V INVESTASI DALAM PIUTANG

Piutang adalah assets atau harta perusahaan berupa tagihan kepada pihak ketiga, sebagai
akibat penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit. Piutang dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel tagih, dan piutang lain-lain sebagai berikut :
1. Piutang Usaha
Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara
kredit. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu
yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari.
2. Wesel Tagih
Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan
surat utang formal. Wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun. Wesel biasanya
digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari
transaksi penjualan, maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang (trade receivable)
3. Piutang lain-lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara tersendiri dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan
akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut tergolong aktiva lancar. Jika penagihannya
lebih dari satu tahun, maka piutang ini tergolong aktiva tidak lancar dan dilaporkan di bawah
judul investasi. Piutang lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan
piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

Piutang merupakan aktiva yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang
besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
1. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi
dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya risiko, tetapi bersamaan
dengan iu juga memperbesar kesempatan memperoleh profit.
2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan
menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan
keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Jadi semakin lama masa kredit, maka
semakin besar investasi dalam piutang.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit
yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-
masing langganan, berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang.
4. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau
pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus
mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang sehingga
lebih cepat tertagih. Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka
pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.
5. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan mengakibatkan
jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah cash discount akan
mengakibatkan jumlah piutang lebih besar, karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang
lebih lama untuk menjadi kas.

Risiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu :


1. Risiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)
Risiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih
langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial dalam
membayar tagihan.
2. Risiko tidak dibayarnya sebagian piutang
Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian bila
jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.
3. Risiko keterlambatan pelunasan piutang
Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan
dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.
4. Risiko tidak tertanamnya modal dalam piutang
Risiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah, sehingga akan
mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin besar dan hal ini bisa
mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif

Penilaian Risiko Kredit (5 C) :


Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5 C,
yang terdiri atas :
- Character, adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini adalah calon debitur.
- Capacity (capability), untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit
dihubungkan dengan kemampuan mengelola bisnis.
- Capital, dimana untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah
terhadap usaha yang akan dibiayai oleh Bank.
- Collateral, merupakam jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik.
- Condition, dalam menilai kredit hendaknya dinilai kondisi ekonomi sekarang dan perkiraan
masa yang akan datang sesuai dengan sektor bisnis yang dijalani oleh calon pemohon kredit.

SOAL LATIHAN INVESTASI DALAM PIUTANG


1. PT. BALONKU ADA DUA, Bandung, selama ini menjual barang dagangannya secara tunai.
Harga beli produk per unit Rp4.800,00 dan dijual dengan harga Rp6.000,00 per unit. Penjualan
secara tunai menghasilkan volume penjualan rata-rata per tahun sebanyak 400.000 unit.
Perusahaan saat ini tengah mengkaji untuk mengubah kebijakan penjualannya secara kredit
dengan syarat 5/30/Net 90. Harga jual produk per unit tetap atau tidak berubah. Dengan
melakukan kebijakan penjualan secara kredit, diperkirakan volume penjualan per tahun dapat
meningkat menjadi 600.000 unit. Perkiraan pelanggan yang akan memanfaatkan masa diskon
sebanyak 50%, sedang sisanya akan membayar pada saat jatuh tempo tiba. Biaya modal per
tahun 12%.
Pertanyaan :
1) Berapa hari rata-rata penerimaan piutang?
2) Berapa tingkat perputaran piutang?
3) Berapa rata-rata piutang , jika penjualan dilakukan secara kredit?
4) Berapa rata-rata dana yang diperlukan untuk membelanjai atau diinvestasikan dalam piutang?
5) Berapa diskon yang diberikan kepada pelanggan?
6) Berapa biaya modal yang ditanggung perusahaan dari dana yang tertanam dalam piutang?
7) Apakah kebijakan perusahaan untuk beralih ke penjualan kredit dapat dibenarkan atau tidak?

2 PT. MERAH KUNING, Jakarta, sebuah perusahaan yang menjual alat-alat rumah tangga
mempunyai rencana penjualan untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2022 atas dasar perhitungan
akhir bulan sebagai berikut : (Angka dalam jutaan rupiah).

Dari penjualan tersebut, 40 % dijual secara tunai dengan cash discount (potongan tunai) sebesar 5%,
sedangkan sisanya dijual secara kredit. Syarat penjualan kredit ditetapkan : 3/15/Net 30. Jumlah
penjualan pada bulan November dan Desember 2021 masing-masing sebesar Rp320 Juta dan Rp400
juta. Berdasarkan pengalaman di masa lalu, ada sebagian kecil piutang yang tak bisa ditagih. Oleh
sebab itu perusahaan menetapkan cadangan bad debt sebesar 2,5%. Adapun pola pembayaran
piutang oleh para pelanggan diperkirakan sebagai berikut :
1) 40% membayar pada masa diskon, yaitu 15 hari sesudah bulan penjualan
2) 50% membayar sesudah 10 hari dalam bulan yang sama, yaitu bulan pertama sesudah
bulan penjualan
3) sisanya membayar tidak tepat waktu, yaitu bulan kedua sesudah bulan penjualan.
Berdasarkan data di atas, Saudara diminta menyusun Anggaran Pengumpulan Piutang
(Receivables Collection Budget) bulan Januari sampai dengan Juni 2022.
Jawaban :
1. Hari rata-rata penerimaan piutang = (Hari rata-rata masa diskon) + (Hari rata-rata jatuh
tempo)
Hari rata-rata penerimaan piutang = (50% x 30 hari) + (50% x 90 Hari)
Hari rata-rata penerimaan piutang = 15 hari + 45 hari = 60 hari.

- Tingkat perputaran piutang = 360 hari / hari rata-rata piutang = 360 hari / 60 hari = 6 kali
- Rata-rata Piutang, jika penjualan dilakukan secara kredit
Menghitung penjualan kredit setahun = Volume Penjualan Kredit X Harga Jual Produk
Kredit. Penjualan Kredit setahun = 600.000 Unit x Rp 6.000 = Rp 3.600.000.000
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung rata-rata piutang :
Penjualan Kredit setahun / tingkat perputaran piutang = 3.600.000.000 / 6 kali = Rp 600 juta
- Rata-rata dana yang diinvestasikan dalam piutang :
rata-rata piutang x (harga beli produk/ harga jual produk) = 600 juta x (4.800/6.000) = Rp
480 juta
- Diskon yang diberikan kepada pelanggan = (Persentase Diskon x Persentase Pembayaran
Masa Diskon x Penjualan Kredit Setahun) = (5% x 50% x Rp 3.600.000.000) = Rp
90.000.000
- Biaya modal yang ditanggung perusahaan dari dana yang tertanam dalam piutang =
Biaya Modal Per Tahun x Rata-rata Dana yang diinvestasikan dalam Piutang.
Biaya modal yang ditanggung perusahaan dari dana yang tertanam dalam piutang = 12%
x Rp 480.000.000 = Rp 57.600.000
- Apakah kebijakan perusahaan untuk beralih ke penjualan kredit dapat dibenarkan atau
tidak? Pertama hitunglah tambahan laba dengan peralihan dari penjualan tunai ke
penjualan kredit dengan cara
- I. Tambahan laba dengan penjualan kredit = (volume penjualan kredit – volume
penjualan tunai ) x (hargajual per unit – harga beli per unit)
- Tambahan laba dengan penjualan kredit = (600.000 unit – 400.000 unit) – (Rp 6.000 –
Rp 4.800)
- Tambahan laba dengan penjualan kredit = 200.000 unit x Rp 1.200 = Rp 240.000.000
Kedua, hitunglah tambahan biaya akibat kebijakan penjualan kredit dengan cara
- II. Tambahan biaya dari penjualan kredit ialah Biaya Modal + Pemberian Diskon.
Tambahan biaya dari penjualan kredit = ( Biaya Modal + Pemberian Diskon)
Tambahan biaya dari penjualan kredit = Rp 57.600.000 + Rp 90.000.000
Tambahan biaya dari penjualan kredit = Rp 147.600.000
Maka, kita hitung selisih antara tambahan laba dengan tambahan biaya dengan cara
- Maka, kita hitung selisih antara tambahan laba dengan tambahan biaya dengan cara
- Keuntungan / kerugian yang diperoleh dari penjualan kredit = ( Tambahan laba –
tambahan biaya)
- Keuntungan / kerugian yang diperoleh dari penjualan kredit = Rp 240.000.000 – Rp
147.600.000
- Keuntungan / kerugian yang diperoleh dari penjualan kredit = Rp 92.400.000
- Kesimpulan, dikarenakan terdapat tambahan laba / keuntungan sebesar Rp 92.400.000
maka kebijakan penjualan kredit dapat dibenarkan.
- Syarat menulis kesimpulan, apabila terjadi kerugian akibat penjualan kredit, maka
kebijakan penjualan kredit tidak dapat diterima.

2. Di dalam pembuatan Anggaran Pengumpulan Piutang, dibutuhkan pemahaman pola


pembayaran piutang terlebih dahulu. Pola pembayaran piutang hanya menggunakan data
penjualan kredit saja.
Penjualan November 2021 = Rp 320 jt
Penjualan Kredit November = 60% x Rp 320jt = Rp 192jt
Bad Debt = 2,5% x Rp 192 jt = Rp 4,8 jt
Piutang Bersih = Rp 192jt – Rp 4,8jt = Rp 187.200.000
Pola Pengumpulan Piutang November 2021 :
1. 40% x Rp 187,2 jt = Rp 74.880.000
Disc 3% x Rp 74.880.000 = Rp 2.246.400 (-)
= Rp 72.633.600 (Des 2021)
2. 50% x Rp 187,2 jt = Rp 93.600.000 (Des 2021)
Maka, pada bulan Desember 2021 terkumpul piutang sebesar Rp 166.233.600
3. 10% x Rp 187,2 jt= Rp 18.720.000 (Jan 2022)
Pola Pengumpulan Piutang Desember 2021:
Penjualan Desember 2021 = Rp 400 jt.
Penjualan Kredit Desember = Rp 400jt x 60% = Rp 240jt
Bad Debt = 2,5% x Rp 240 jt = Rp 6 jt
Piutang Bersih = Rp 240jt – Rp 6 jt = Rp 234jt

1. 40% x Rp 234 jt = Rp 93.600.000


Disc 3% x Rp 93.600.000 = Rp 2.808.000 (-)
= Rp 90.792.000 (Jan 2022)
2. 50% x Rp 234 jt = Rp 117.000.000 (Jan 2022)
Maka, pada bulan Januari 2022 terkumpul piutang sebesar Rp 207.792.000
3. 10% x Rp 234 jt = Rp 23.400.000 (Feb 2022)
BAB VI INVESTASI DALAM KAS

Kas adalah jenis aktiva yang paling likuid bagi perusahaan dan merupakan sejumlah dana
yang dipersiapkan untuk membayar kewajiban perusahaan yang segera jatuh tempo dan juga
untuk menutup pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat diperkirakan. Kas merupakan uang
tunai yang untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk cek yang diterima dari para
pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit.
Kas terdiri dari saldo kas (Cash On Hand) dan rekening giro, setara kas (Cash
Equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan
cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang
signifikan.
Motif perusahaan menahan atau menyimpan kas ada tiga :
1. Motif transaksi (Transaction Motive)
Motif transaksi untuk menahan dana kas adalah untuk memungkinkan perusahaan menjalankan
aktivitas bisnis atau kegiatan operasionalnya sehari-hari
2. Motif berjaga-jaga (Precautionary Motive)
Motif berjaga-jaga untuk menahan kas terutama berkaitan dengan bisa tidaknya arus kas masuk
dan keluar diperkirakan
3. Motif spekulasi (Speculation Motive)
Motif spekulasi untuk menahan kas yaitu memungkinkan perusahaan memiliki kesempatan
melakukan trading suatu produk, misalnya surat-surat berharga, emas.
Anggaran kas adalah skedul tentang estimasi terhadap posisi kas, baik berupa penerimaan
kas maupun pengeluaran kas untuk suatu periode tertentu pada masa yang akan datang.
Anggaran kas memiliki arti penting untuk menjaga tingkat likuiditas perusahaan. Ada beberapa
manfaat dari peyusunan anggaran kas yaitu :
- Dapat diketahui posisi kas sebagai hasil rencana operasi perusahaan.
- Dapat diketahui surplus atau defisit kas.
- Dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengantisipasi kebutuhan kas karena defisit kas
- Sebagai dasar untuk mencapai target dan mengukur keberhasilan perusahaan.
- Sebagai alat untuk mengkoordinasikan kegiatan perusahaan.
Safety cash balance adalah jumlah minimal kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan
agar sewaktu – waktu dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya persediaan kas meliputi perimbangan antara aliran kas masuk
dengan kas keluar, penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan, dan adanya hubungan
yang baik dengan pihak bank

Anda mungkin juga menyukai