Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LAFADZ AMAR
Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul
fiqh li istibath Al-Ahkam Semester Ganjil

Disusun Oleh

1. Febri Zarizka(20621017)
2. Fitri Auliyah (20621019)
3. Ihwani(20621024)
4. Sirlian Pranata (20621040)

Dosen Pengampu :
Bapak Dr. Syarial Dedi,M.Ag

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM PRODI


HUKUM KELUAGA ISLAM INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI CURUP (IAIN) CURUP
TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai“TENTANG LAFADZ AMAR”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah “Ushul Fiqh Li Istibath Al-Ahkam”.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Curup, 25 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang................................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C.Tujuan Penulis................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
1.Pengertian Amar............................................................................................... 2
2.Bentuk – Bentuk Amar..................................................................................... 2
3. Kaidah – Kaidah Amar.................................................................................... 4
4. Syarat – Syarat Amar....................................................................................... 10

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Ushul fiqih sebagai ilmu metodologi penggalian huku mempunyai peranan
penting dalam ranah keilmuan agama Islam khususnya dalam ilmu hukum islam
atau ilmu fiqih. Pembahasan dari segi kebahasaan atau kajian lughawiyah, sangat
penting sekali ditelaah karena sumber hukum islam yaitu Al- Qur‟an dan Hadist.
Ilmu Ushul Fiqih adalah ilmu yangsangat diperlukan bagi setiap muslim
yang ingin mengetahui danmengistimbathkan hukum dari dalil- dalil syar‟i,
terutama untuk mengetahui hukum-hukum dari peristiwa atau hal baru yang tidak
terjadi pada masa Rasulullah SAW. Karena zaman selalu berkembang, sedangkan
Al-Qur‟an dan Hadits sudah tidak akan ada penambahan dan perubahan karena
memangsegalanya sudah tercakup di dalam Al- Qur‟an.

Sehingga banyak para ulama atau tokoh-tokoh agama islam yang


berijtihad bersama dalam memecahkan banyaknya permasalahan yang semakin
hari kian banyak dan memengaruhi kemantapan hati umat islam dalam beribadah
kepada Allah SWT. Kemudian halnya, hasil ijtihad para ulama ditetapkan sebagai
hukum syara’, yang disesuaikan dengan berba gai sebab dan keadaannya.

Sehingga dapat membantu meringankan para mukallaf dalam beribadah


kepada Allahsecara mutlak, seiring berbagai macam persoalan zaman yang
semakin berkembang. Bagitupun juga terkait dalil-dalil antara perintah dan
larangan.Maka, dalam makalah ini kami akan membahas tentang amar (perintah).

B.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Amar?
2. Bentuk – Bentuk Amar ?
3. Kaidah – Kaidah Amar
4. Syarat – Syarat Dari Kata Amar?

C.Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui pengertian Amar!
2. Untuk Mengetahui bentuk – bentuk Amar!
3. Untuk Mengetahui kaidah – kaidah Amar!
4. Untuk Mengetahui syarat – syarat Amar!

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Amar
Menurut bahasa arab, Amar artinya perintah, menurut istilah Amaradalah
suatu lafadz yang didalamnya menunjukkan tuntutan untukmegerjakan suatu
perkerjaan dari atasan kepada bawahan. Amar menurut bahasa berarti perintah,
sedangkan menurut istilah :
ُ َ‫االَ ْم ُر طَل‬
‫ب ا ْلفِ ْع ِل ِمنَ االَ ْعلَى اِلَى االَ ْدنَى‬
“Amar adalah perkataan meminta kerja dari yang lebih tinggi tingkatannya
kepada yang lebih rendah.” Amar menurut bahasa berarti perintah, sedangkan
menurut istilah :
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa Amar itu tidak hanya
ditunjukkan pada lafadz-lafadz yang memakai sighat (bentuk kata) Amar saja,
tetapi ditunjukkan pula oleh semua bentuk kata yang didalamnya mengandung arti
perintah. Jadi Amar merupakan suatu permintaan untuk mengerjakan sesuatu yang
sifatnya mewajibkan/mengharuskan.1

Hakikat pengertian amar (perintah) ialah Lafal yang dikehendaki supaya


orang mengerjakan perintah apa yang dimaksudkan. Menurut Ali Hasbullah
menyatakan bahwa amar berarti suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih
tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya. Dalam hal
ini, tidak diharuskan bahwa orang yang menyuruh lebih tinggi derajatnya dari
orang yang disuruh, walaupun perintah tersebut tidak akan ditaati oleh yang
disuruh itu, karena derajatnya lebih tinggi daripada yang menyuruh. Sebagian
ulama mensyaratkan bahwa orang yang menyuruh harus lebih tinggi derajatnya
daripada orang yang disuruh, yakni dalam hal ini Allah kepada hambanya.

2.Bentuk – Bentuk Amar (Perintah)


Amar merupakan lafal yang mengandung pengertian perintah.Sighat Amar
berbentuk sebagai berikut:
1) Fi’il Amar atau kata kerja bentuk perintah, contoh lafadz ‫قِيمُو ْا‬ 
Contoh :
َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
ْ ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َو‬
َ‫ار َك ُعوا َم َع ال َّرا ِك ِعين‬
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang-
orang yang rukuk.” (QS Al-Baqarah/2 : 43)

1
Muhammad Ma‟sum Zein Zudbah,UshulFiqh (JawaTimur : Darul Hikmah), 2008,52.

2
2) Fi’il Mudhari’ yang didahului dengan huruf lam amar “ ‫ “ ل‬amar,
contoh lafad “‫“ َو ۡلتَ ُكن‬
Contoh :
ِ ‫َو ْلتَ ُكنْ ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْدعُونَ إِلَى ا ْل َخ ْي ِر َويَأْ ُمرُونَ بِا ْل َم ْع ُر‬
َ‫وف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر َوأُولَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِ ُحون‬
“Dan hendaklah diantara kamu yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.…”
(QS : Ali Imron /3: 104)

3) Isim Fi’il Amar contoh lafadz “ ۖۡ‫س ُكم‬


َ ُ‫“ َعلَ ۡي ُكمۡ أَنف‬, pada QS AL-Maidah ayat
105.:

Contoh :
‫ض َّل إِ َذا ا ْهتَ َد ْيتُ ْم‬ َ ُ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا َعلَ ْي ُك ْم أَ ْنف‬
ُ َ‫س ُك ْم اَل ي‬
َ ْ‫ض ُّر ُك ْم َمن‬
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat
itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat
petunjuk… (Q.S. Maidah /5:105)

4) Isim Masdar pengganti fi’il contoh lafadz “‫سنً ۚا‬


َ ٰ ‫(“ إِ ۡح‬berbuat baiklah)
Contoh :
َ ‫َوبِا ْل َوالِ َد ْي ِن إِ ْح‬
‫سانًا‬
“Dan kepada kedua orang tuamu berbuat baiklah.” (QS Al-Baqarah/2 : 83)

5)Kalam Khabar Bermakna Berita contoh pada QS Al_Baqarah ayat 228.:

Contoh :
ِ ُ‫صنَ بِا َ ْنف‬
َّ‫س ِهن‬ ْ َ‫يَتَ َرب‬
“Hendaklah menahan dirinya.” (QS Al-Baqarah/2 : 228)

6) Fi’il madhi atau mudhori’ yang mengandung arti perintah


َ َ ‫ َكت‬،‫ فَ َرض‬،‫أَ َم َر‬
‫و َج َب‬، ‫َب‬
Contoh :
ِّ ‫َيا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكتِ َب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
‫صيَا ُم َك َما ُكتِ َب َعلَى الَّ ِذينَ ِمنْ قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa,
sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertakwa.” (QS al-Baqarah/2 : 183)

Bentuk amar kadang-kadang keluar dari maknanya yang asli dan


digunakan untuk makna yang bermacam-macam yang dapat kita ketahuidari
susunan kalimatnya.2

2
Chaerul Uman dan Achyar Aminudin,Ushul Fiqih II,109.

3
3. Kaidah-Kaidah Amar dan Maknanya
1. Amr Menunjukkan Kepada Wajib.
ِ ‫ص ُل فِى ْاألَ ْم ِر لِ ْل ُو ُج ْو‬
‫ب‬ ْ َ‫اَأل‬
“Pada asalnya Amar itu menunjukkan wajib”

Hal ini menunjukkan menurut akal dan naqli. Menurut akal adalah orang-orang
yang tidak mematuhi perintah dinamakan orang yang ingkar, sedangkan menurut
naqal, seperti firman Allah Swt.

‫اب أَلِي ٌم‬ ِ ُ‫ُصيبَ ُه ْم فِ ْتنَةٌ أَ ْو ي‬


ٌ ‫صيبَ ُه ْم َع َذ‬ ِ ‫فَ ْليَ ْح َذ ِر الَّ ِذينَ يُ َخالِفُونَ عَنْ أَ ْم ِر ِه أَنْ ت‬

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan


ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur (24): 63)
Misalnya: perintah puasa.
(۱۸ ‫يا ايها الذين امنرا كتب عليكم الصيا م (البقرة‬

2. Amr Menunjukkan Kepada Sunnah.


ِ ‫ص ُل فِى ْاألَ ْمـ ِر لِلنَّ ْد‬
‫ب‬ ْ َ‫اَأل‬
“Pada asalnya Amar itu menunjukkan nadab (sunnah)”
Contoh: firman Allah Swt:
‫فكاتبوهم إن علمتم فيهم خير‬

artinya: “Hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu


mengetahui ada kebaikan pada mereka”. (QS. 24:33)

3. Amr tidak Menunjukkan untuk Berulang-ulang

ِ ‫ص ُل فِى ْاألَ ْم ِر الَ يَ ْقت‬


‫َضى التَّ ْك َرا َر‬ ْ َ‫اَأل‬
“Perintah itu pada asalnya tidak menghendaki pengulangan”
Amar tidak menghendaki kepada yang berulang-ulang, tapi hanya
menghendaki hasilnya/ mengerjakan satu kali. Seperti firman Allah Swt.

ِ ‫َوأَتِ ُّموا ا ْل َح َّج َوا ْل ُع ْم َرةَ هَّلِل‬


“ dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.” (QS. Al
Baqarah : 196)
Kewajiban haji dan umrah hanya sekali seumur hidup. Jadi biladikerjakan
sekali saja sudah cukup.3
Misalnya :
3
Syafi‟i Karim,Fiqih-Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2001),224

4
٦: ‫وان كنتم جنبا فا طهروا (المئده‬
”Jika kamu berjunub maka mandilah.” (QS. Al-Maidah: 6)
۷۸: ‫اقم الصالة لدلوك الشمس (االسراء‬
“Kerjakanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir.”(QS. Al-Isra’ :78)

4. Amr tidak Menunjukkan untuk Bersegera.


ِ ‫ألص ُل فِى ْاألَ ْم ِر الَ َي ْقت‬
‫َضى ْالفَ ْو َر‬ ْ َ‫ا‬
“Perintah pada asalnya tidak menghendaki kesegeraan”.
Jadi Amr (perintah) itu boleh ditangguhkan pelaksanaannya sampai akhir waktu
yang telah ditentukan.
Misalnya :
۱۸۳: ‫فمن كا ن منكم مريضا اوعلى سفر فعدة من ايا م اخر(البقرة‬
“Barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau sedang dalam bepergian jauh,
hendaklah mengqadla puasa itu pada hari yang lain.”(QS.al-Baqarah : 183)

5. Amr dengan Wasilah-Wasilahnya.


َ ‫اَ ْال ْم ُر بِالش َّْئ أَ ْم ٌر بِ َو‬
‫سائِلِ ِه‬
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti juga perintah mengerjakan wasilahnya”.

Perintah mendirikan shalat berarti juga perintah untuk berwudlu, sebagai wasilah
(jalan kepada) sahnya shalat.

6. Amr yang Menunjukkan Kepada Larangan.


ِ ْ‫اَ ْال ْمر بِالش َّْئ نَ ْه ٌي عَن‬
‫ض ِّد ِه‬
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti larangan terhadap kebalikannya”.

Maksudnya, jika seseorang disuruh mengerjakan suatu perbuatan, mestinya dia


meninggalkan segala kebalikannya. Misalnya, disuruh beriman, berarti dilarang
kufur.

7. Amr menurut Masanya.


‫اِ َذا فُ ِع َل ْال َمأْ ُم ْو ُر ِب ِه َعلَى َو ْج ِه ِه َي ْخ ُر ُج ْال َمأْ ُم ْو ُر عَنْ َع ْه َد ِة ْاالَ ْم ِر‬
“Apabila dikerjakan yang diperintahkan itu menurut caranya, terlepas dia dari
masa perintah itu”.

Misal: Seseorang yang telah melaksanakan suatu perintah dengan sempurna pada
masanya, maka terlepas dia dari tuntutan pada masa itu. seperti keadaan musafir
yang tidak memperoleh air untuk berwudhu, hendaklah dia bertayamum sebagai
pengganti wudhu.

5
8. Qadha dengan Perintah yang Baru.
‫ضا ُء بِأ َ ْم ٍر َج ِد ْيدًا‬
َ َ‫اَ ْلق‬
“Qadha itu dengan perintah yang baru”.

Maksudnya, suatu perbuatan yang tidak dapat dilaksanakan pada waktunya harus
dikerjakan pada waktu yang lain (qadla’). Pelaksanaan perintah bukan pada
waktunya ini berdasarkan pada perintah baru, bukan perintah yang lama.
Misalnya: qadla’ puasa bagi yang mengalami udzur syar’i pada bulan ramadhan,
tidak dikerjakan berdasarkan ayat : ‫يام‬QQ‫ كتب عليكم الص‬... tetapi berdasarkan pada
perintah baru, yaitu firman Allah Swt : ... ‫فعـدة من ايام اخر‬

9. Martabat Amr.
َ ِ‫ض ْا ِال ْقت‬
‫صا ُر عَل َى اَ َّولِ ِه‬ ِ َ‫س ِم يَ ْقت‬ ُ َّ‫اَاْل َ ْم ُر ْال ُمتَ َعل‬
ْ ‫ق َعلَى ْا ِال‬
“Jika berhubungan dengan nama (isim) adalah menghendaki akan
tersimpannya pada permulaan.”
Sependek-pendek masa amr, apabila dihubungkan dengan hukum menurut
pengertian keseluruhannya dalam bentuk yang berlainan tentang tinggi dan
rendah, dipendekkan hukum itu menurut sekurang-kurangnya martabatnya untuk
melaksanakan perintah itu.
Misalnya: “Perintah melakukan tuma’ninah dalam shalat, dan perintah
memerdekakan seorang budak, tidak memandang harga tapi memandang
martabatnya”.

10. Amr sesudah Larangan.


َ‫احة‬
َ َ‫اَاْل َ ْم ُر بَ ْع َد ْالنَ ْه ِي يُفِ ْي ُد ْا ِإلب‬
“Perintah sesudah larangan menunjukkan kebolehan.”
Misalnya :
‫كنت نهيتكم عن زيارة القبور اال فزوروها (رواه مسلم‬
“Dahulu aku melarang kamu menziarahi kubur, sekarang berziarahlah.”
(HR.Muslim)
۲: ‫اذا حللتم فاصطا دوا (المئدة‬
“Dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, berburulah.” (QS.al-
Maidah : 2)
Berdasarkan dua uraian tersebur, dapat dijelaskan bahwa perintah setelah
larangan itu hukumnya mubah tidak wajib, seperti berziarah kubur dan berburu
setelah haji.
Imam Ar Razi berkata di dalam kitabnya Al Mahsul, bahwa ahli Ushul
telah sepakat menetapkan bahwa bentuk fi’il ‘amar dipergunakan dalam 15
macam makna sesuai dengan qarinah yang mempengaruhinya, antara lain:
1. Ijab (Wajib)
Contoh:

6
َّ ‫اَقِ ْي ُموا‬
‫الصالَ َة‬
Artinya: “Dirikanlah Shalat”. (QS. Al baqarah: 43)
2. Nadb (anjuran)

‫ال اللّ ِه الَّ ِذي أت ُك ْم‬


ِ ‫وآ ُت ْو ُهم ِّم ْن َّم‬
ْ َ
Artinya: “dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakan Nya kepadamu”. (QS. An Nur : 33)
3.Takdzib (mendustakan)

‫ص ِد ِق ْي َن‬ ِ
َ ‫قُ ْل َهاتُوا ُب ْر َهانَ ُك ْم انْ ُك ْنتُ ْم‬
Artinya: “tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang
benar”. (QS. Al Baqarah 111).
4.Irsyad (membimbing atau Menunjukkan)
Contoh firman Allah:

‫استَ ْش ِه ُدوا َش ِه ْي َديْ ِن ِم ْن ِر َجالِ ُك ْم‬


ْ ‫َو‬
Artinya: “dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang laki-laki
(diantaramu). (QS. Al Baqarah : 282)
5. Ibahah (kebolehan)

‫َس َو ِد ِم َن الْ َف ْج ِر‬ ِ ِ ‫ط األَبي‬


ْ ‫ض م َن الْ َخ ْيط األ‬
ُ َ ْ ُ ‫َو ُكلُ ْوا َوا ْش َر ُب ْوا َحتَّى َيتََبيَّ َن لَ ُك ُم الْ َخ ْي‬
Artinya: “makan dan minumlah hingga jelas bagimu beng putih dan benang hitam
bagimu”. (QS. Al Baqarah : 187)

‫اد ْوا‬
ُ َ‫اصط‬ َ َ‫َوإِذ‬
ْ َ‫احلَلْتُ ْم ف‬
Artinya: dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah
berburu. (QS. Al-Ma’idah:2)
Menurut Abu Zahrah dalam hal ini, terdapat qarinah lain yang
menunjukkan bahwa perintah tersebut bersifat mubah. Meskipun demikian dapat
dikatakan bahwa secara total perintah di atas menunjukkan wajib. Sehingga
seseorang dilarang tidak makan secara total, karena akan menyebabkan
kematiannya.

7
6.Tahdid (Ancaman)

ِ ‫اش ْئتُم اِنَّهُ بِما َت ْعملُو َن ب‬


‫ص ْي ٌر‬ ِ ِ
َ َْ َ ْ ‫ا ْع َملُ ْوا َم‬
Artinya: “kerjakanlah apa yang kamu kehendaki. Sesungguhnya Dia maha melihat
apa yang kamu kerjakan”. (QS. Fusshilat : 40)
7. Inzhar (peringatan)

‫ص ْي َر ُك ْم اِلَى النَّا ِر‬


ِ ‫قُل تَمتَّعوا فَِا َّن م‬
َ ُْ َ ْ
Artinya: “Katakanlah, “Bersuka rialah kamu, karena sesungguhnya tempat
kembalimu adalah neraka”. (QS. Ibrahim : 30)
8. Ikram (memuliakan)
Ikram atau memuliakan, yang mana Amar dalam bentuk ini tidak
mengandung tuntutan apa-apa terhadap yang menerima perintah tersebut.

ِ ‫اُ ْد ُخلُوها بِسالٍَم‬


‫آمنِْي َن‬ َ َْ
Artinya: “(dikatakan kepada mereka): masuklah ke dalamnya dengan sejahtera
lagi aman”. (QS. Al Hijr : 46)
9.      Taskhir (penghinaan)

ِ ‫ُكو ُنوا قِر َدةً َخ‬


‫اسئِْي َن‬ َ ْ ْ
Artinya: “Jadilah kamu sekalian kera yang hina”. (QS. Al Baqarah : 65)
Walaupun dalam ayat di atas terdapat kata dalam bentuk Amar, namun
tidak mengandung arti tuntutan; tidak mungkin Allah menuntut orang untuk
menjadi kera.

10.  Ta’jiz (melemahkan)
Ta`jiz yang berarti menyatakan ketidakmampuan seseorang.

‫س ْو َر ٍة ِم ْن ِمثْلِ ِه‬ ِ
ُ ‫فَأُْت ْوا ب‬

8
Artinya: “datangkanlah satu surat (saja) yang seumpama )Al Qur’an( itu”. (QS. Al
Baqarah : 23)
Allah sebenarnya mengetahui bahwa orang yang disuruh dalam ayat itu
tidak akan mungkin mampu berbuat satu ayat pun yang semisal dengan ayat Al-
Qur`an. Namun Allah menyuruhnya juga untuk berbuat demikian. Suruhan ini
bukan dalam arti yang sebenarnya, tetapi hanya sekedar menyatakan
ketidakmampuan manusia.
11.  Taswiyah (mempersamakan)

‫صبِ ُروا‬
ْ َ‫اصبِ ُروا اَ ْوالَت‬
ْ َ‫ف‬
Artinya: “maka bersabar atau tidak”. (QS. At Thur  :16)
Amar dalam ayat ini tentu bukan menyuruh mereka untuk sabar, tetapi
menyatakan bahwa apakah mereka akan sabar atau tidak, adalah sama saja bagi
mereka.
Perbedaan antara taswiyah dan ibahah adalah bahwa pada ibahah pihak y
ang dikenai amar mengira bahwa ia tidak mungkin melakukan perbuatan,
kemudian dibolehkan untuk berbuat. Sedangkan pada taswiyah  yang
diberi amar mengira bahwa salah satu di antara kedua hal itu lebih kuat, tetapi
kemudian perkiraan itu dikesampingkan dengan menyamakan antara keduanya.
12.  Tamanni(angan-angan)
Contoh Sya’ir Arab:

ْ ِ‫اص ْب ُح ق‬
‫ف اَل تَطْلَ ُع‬ ُ َ‫ ي‬   ‫يَا لَْي ُل طُ ْل يَا َن ْو ُم ُز ْل‬
Artinya: “Wahai sang malam, memanjanglah wahai kantuk menghilanglah.
Wahai waktu subuh berhentilah dahulu, jangan segera dating.
Menyuruh malam segera berganti dengan subuh sebagaimana tersebut
dalam permintaan penyair ini tentu tidak dapat dianggap sebagai suruhan atau
perintah, selain karena malam tidak dapat dijadikan sasaran suruhan juga suruhan
itu tidak mungkin terwujud.

13.  Do’a

‫ب ا ْغ ِف ْرلِى‬
ِّ ‫َر‬
Artinya: “Ya Allah ampunilah aku”. (QS. Shad : 35)

9
Amar yang diucapkan oleh seorang hamba kepada tuhannya tentu tidak
dapat dikatakan sebaga amar dalam arti sebenarnya, oleh karena itu, amar  di sini
berarti permohonan.
14.  Ihanah (meremehkan)
Megengai amar untuk ihanah adalah amar tersebut bukanlah untuk harus
dilakukan melainkan berupa ejekan dalam sikap merendahkan. Sebagai contoh
dalam firman Allah Q.S Ad-Dukhan ayat 49 :

‫ت ال َْع ِز ْي ُز‬ َ َّ‫ذُ ْق إِن‬


َ ْ‫ك اَن‬
Artinya: “Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia”. (QS.
Ad Dukhan : 49)
Dalam ayat ini Allah berkata kepada orang kafir yang masuk neraka. Tentu
maksudnya bukan menyuruh berbuat seperti apa yang dikatakan, tetapi hanya
sekedar mengejek orang kafir.
15.  Imtinan

‫فَ ُكلُ ْوا ِم َّما َر َزقَ ُك ُم اللّه‬


Artinya: “Makanlah apa yang direzekikan kepadamu”. (QS. An Nahl :114)
Meskipun imtinan ini sama dengan ibahah dari segi tidak mengandung
tuntutan, namun, di antara keduanya ada perbedaan. Pada ibahah hanya semata
izin untuk berbuat, sedangkan pada imtinan ada qarinah berupa kebutuhan kita
kepadanya dan ketidakmampuan kita untuk mengerjakannya.
4. Syarat yang harus ada pada kata Amar (perintah)
a.Harus berupa ucapan perintah (Amar) seperti kata uf‟ul (kerjakanlah).
b.Harus berbentuk kata permintaan.
c.Tidak ada tanda-tanda (Qarinah) yang menunjukkan permintaan itu
bertatus tidak mewajibkan atau mengharuskan.
d.Datangnya permintaan itu harus dari atasan, sebab jika dari bawahan
namanya doa.4
Suatu kata perintah (fiil amar) dapat dipandang dari dua sisi yakni:

A.Cara menyatakan perintah dari bentuk kata. Hal ini menunjukkan


tuntunan perbuatan dalam waktu yang tertentu atau waktu mendatang.

4
Muhammad Ma‟sum Zein Zudbah,UshulFiqh,52.

10
B.Maksud yang dikandung dalam perintah itu atau perbuatan yang diminta
(ma‟addatul amri). Hal ini menunujukkan macamnya perbuatan yang diminta,
seperti berdiri, duduk. Apabila disatukan kedua sisi tersebut dalam amar, maka
maksudnya tidak lebih dari pada hanya menuntut perbuatan yang disebutnya, dan
tidak ada tanda-tandayang menunjukkan berulang-ulanya perbuatan itu.

Memenuhi tuntunan suruhan tersebut cukup dengan dikerjakan sekali saja,


karena menurut qaidah “tidak ada kewajiban lebih dari pada tanggungan yang
sebenarnya (sesuai kemampuan seorang hamba)”.5

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

5
Chaerul Uman dan Achyar Aminudin,Ushul Fiqih II,115.

11
Menurut bahasa arab, Amar artinya perintah, menurut istilah Amaradalah
suatu lafadz yang didalamnya menunjukkan tuntutan untukmegerjakan suatu
perkerjaan dari atasan kepada bawahan.
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa Amar itu tidak hanya
ditunjukkan pada lafadz-lafadz yang memakai sighat (bentuk kata) Amar saja,
tetapi ditunjukkan pula oleh semua bentuk kata yang didalamnya mengandung arti
perintah. Jadi Amar merupakan suatu permintaan untuk mengerjakan sesuatu yang
sifatnya mewajibkan/mengharuskan. Hakikat pengertian amar (perintah) ialah
Lafal yang dikehendaki supaya orang mengerjakan perintah apa yang
dimaksudkan. Bentuk – Bentuknya sebagai berikut fi’il amar,fi’il mudhari’,isim
fi’il amar,isim masdar pengganti fi’il,kalam khabar,fi’il madhi. Syarat yang harus
ada pada kata Amar (perintah) : Harus berupa ucapan perintah (Amar) seperti kata
uf‟ul (kerjakanlah),.Harus berbentuk kata permintaan,Tidak ada tanda-tanda
(Qarinah) yang menunjukkan permintaan itu bertatus tidak mewajibkan atau
mengharuskan,Datangnya permintaan itu harus dari atasan, sebab jika dari
bawahan namanya do‟a.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ma‟sum Zein Zudbah,UshulFiqh (JawaTimur:Darul Hikmah),2008.

Chaerul Uman dan Achyar Aminudin,Ushul Fiqih II.

12
Syafi‟i Karim,Fiqih-Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2001).

Muhammad Ma‟sum Zein Zudbah,UshulFiqh.

Chaerul Uman dan Achyar Aminudin,Ushul Fiqih II.

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, terj. Saefullah Ma`shum, dkk, (Ushul Fikih)

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid II.

13

Anda mungkin juga menyukai