Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM AGRARIA DI INDONESIA

OLEH

Satria Sakti Herisman Martha


(2110012111140)

HUKUM AGRARIA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baik nya. dalam memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Agraria dengan dosen Ibuk Dr. Maiyestati, S.H.,M.H
Penulis menyadari makalah ilmiah ini masih terdapat kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
menyempurnakan makalah ini.

Padang, 13 Januari 2024

Satria Sakti Herisman Martha


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................3
2.1 Pengertian Hukum Tanah ........................................................................3
2.2 Asas-asas Hukum Tanah..........................................................................4
2.3 Sifat dan Ruang Lingkup Pengaturan Hukum Tanah ..............................6
BAB III PENUTUP ...................................................................................................9
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................9
3.2 Saran .........................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia


hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu
berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik
secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah. Pun pada saat
manusia meninggal dunia masih memerlukan tanah untuk penguburannya Begitu
pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka setiap orang akan selalu berusaha
memiliki dan menguasainya. Dengan adanya hal tersebut maka dapat menimbulkan
suatu sengketa tanah di dalam masvarakat. Sengketa tersebut timbul akibat adanya
perjanjian antara 2 pihak atau lebih yang salah 1 pihak melakukan wanprestasi.
Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan, maka
didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ketentuan mengenai tanah juga dapat kita lihat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang biasa kita sebut dengan UUPA.
Mencuatnya kasus-kasus sengketa tanah di Indonesia beberapa waktu terakhir
seakan kembali menegaskan kenyataan bahwa selama 62 tahun Indonesia merdeka,
negara masih belum bisa memberikan jaminan hak atas tanah kepada rakyatnya.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
baru sebatas menandai dimulainya era baru kepemilikan tanah yang awalnya bersifat
komunal berkembang menjadi kepemilikan individual.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Hukum tanah?


2. Apa saja asas-asas Hukum tanah?
3. Bagaimana sifat dan ruang lingkup pengaturan Hukum tanah?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan pengertian Hukum tanah.


2. Untuk mendeskripsikan asas-asas Hukum tanah.
3. Untuk mengidentifikasi sifat dan ruang lingkup pengaturan pengaturan Hukum
tanah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Tanah

Istilah tanah (agraria) berasal dari beberapa bahasa, dalam bahasas latin agre
berarti tanah atau sebidang tanah .Agrarius berarti persawahan, perladangan, pertanian.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia agraria berarti urusan pertanahan atau tanah
pertanian juga urusan pemilikan tanah, dalam bahasa inggris agrarian selalu diartikan
tanah dan dihubungkan usaha pertanian, sedang dalam UUPA mempunyai arti sangat
luas yaitu meliputi bumi, air dan dalam batas-batas tertentu juga ruang angkasa serta
kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik
bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan
bergerak.
Hukum agraria dalam arti sempit yaitu merupakan bagian dari hukum agrarian
dalam arti luas yaitu hukum tanah atau hukum tentang tanah yang mengatur mengenai
permukan atau kulit bumi saja atau pertanian.
Hukum agraria dalam arti luas ialah keseluruhan kaidah-kaidah hukum baik
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur mengenai bumi, air dan dalam batas-batas
tertentu juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
Hukum agraria memberi lebih banyak keleluasaan untuk mencakup pula di dalamnya
berbagai hal yang mempunyai hubungan pula dengannya, tetapi tidak melulu mengenai
tanah.
Definisi hukum agraria menurut para ahli:
 Mr. Boedi Harsono, ialah kaidah-kaidah hukum baik tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur mengenai bumi, air dan dalam batas-batas tertentu
juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
 Drs. E. Utrecht SH, Hukum agraria menguji hubungan hukum istimewa
yang diadakan akan memungkinkan para pejabat administrasi yang bertugas
mengurus soal-soal tentang agraria, melakukan tugas mereka.
 Bachsan Mustafa SH, Hukum agrarian adalah himpunan peraturan yang
mengatur bagaimana seharusnya para pejabat pemerintah menjalankan tugas
dibidang keagrariaan.
 Subekti menjelaskan bahwa “Agraria adalah urusan tanah dan segala apa
yang ada di dalamnya dan di atasnya, seperti telah diatur dalam Undang-
undang Pokok Agraria.
 Menurut Lemaire, hukum agraria sebagai suatu kelompok hukum yang
bulat meliputi bagian hukum privat maupun bagian hukum tata negara dan
hukum administrasi negara.
 S.J. Fockema Andreae merumuskan Agrarische Recht sebagai keseluruhan
peraturan-peraturan hukum mengenai usaha dan tanah pertanian, tersebar
dalam berbagai bidang hukum (hukum perdata, hukum pemerintahan) yang
disajikan sebagai satu kesatuan untuk keperluan studi tertentu.

2.2 Asas-asas Hukum Agraria

1. Asas nasionalisme.
Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa hanya warga Negara Indonesia
saja yang mempunyai hak milik atas tanah atau yang boleh mempunyai
hubungan dengan bumi dan ruang angkasa dengan tidak membedakan antara
laki-laki dengan wanita serta sesama warga Negara baik asli maupun keturunan.
2. Asas dikuasai oleh Negara.
Yaitu bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya itu pada tingkat tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat (pasal 2 ayat 1 UUPA).
3. Asas hukum adat yang disaneer.
Yaitu bahwa hukum adat yang dipakai sebagai dasar hukum agrarian
adalah hukum adat yang sudah dibersihkan dari segi-segi negatifnya.
4. Asas fungsi social.
Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa penggunaan tanah tidak boleh
bertentangan dengan hak-hak orang lain dan kepentingan umum, kesusilaan
serta keagamaan (pasal 6 UUPA).
5. Asas kebangsaan atau ( demokrasi ).
Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa setiap WNI baik asli maupun
keturunan berhak memilik hak atas tanah.
6. Asas non diskriminasi ( tanpa pembedaan ).
Yaitu asas yang melandasi hukum Agraria (UUPA). UUPA tidak
membedakan antar sesame WNI baik asli maupun keturunan asing jadi asas ini
tidak membedakan-bedakan keturunan-keturunan anak artinya bahwa setiap
WNI berhak memilik hak atas tanah.

7. Asas gotong royong.


Yaitu asas yang melandasi hukum Agraria (UUPA). UUPA tidak
membedakan antar sesame WNI baik asli maupun keturunan asing jadi asas ini
tidak membedakan-bedakan keturunan-keturunan anak artinya bahwa setiap
WNI berhak memilik hak atas tanah. Bahwa segala usaha bersama dalam
lapangan agrarian didasarkan atas kepentingan bersama dalam rangka
kepentingan nasional, dalam bentuk koperasi atau dalam bentuk-bentuk gotong
royong lainnya, Negara dapat bersama-sama dengan pihak lain
menyelenggarakan usaha bersama dalam lapangan agraria (pasal 12 UUPA).
8. Asas unifikasi.
Hukum agraria disatukan dalam satu UU yang diberlakukan bagi seluruh
WNI, ini berarti hanya satu hukum agraria yang berlaku bagi seluruh WNI yaitu
UUPA.
9. Asas pemisahan horizontal (horizontale scheidings beginsel).
Yaitu suatu asas yang memisahkan antara pemilikan hak atas tanah
dengan benda-benda atau bangunan-bangunan yang ada diatasnya. Asas ini
merupakan kebalikan dari asas vertical (verticale scheidings beginsel) atau asas
perlekatan yaitu suatu asas yang menyatakan segala apa yang melekat pada suatu
benda atau yang merupakan satu tubuh dengan kebendaan itu dianggap menjadi
satu dengan benda iu artnya dala sas ini tidak ada pemisahan antara pemilikan
hak atas tanah dengan benda-benda atau bangunan-bangunan yang ada
diatasnya.

2.3 Sifat dan Ruang Lingkup Pengaturan Hukum Tanah

Politik hukum pertanahan pada jaman HB dengan asas Domein dan Agrarische
Wet ditujukan untuk kepentingan Pemerintah Jajahan dan Kaula Negara tertentu yang
mendapat prioritas dan fasilitas dalam bidang penguasaan dan penggunaan tanah
sedangkan golongan bumi putra kurang mendapatkan perhatian dan perlindungan.
Menurut Agrarische Wet pemerintah HB bertindak sama kedudukannya dengan
orang, tampak adanya campur tangan pemerintah dalam masalah agraria pada umunya,
sedangkan setelah Indonesia merdeka pemerintah bertindak selaku penguasa.
Hukum agraria Negara RI bertujuan untuk mencapai sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat untuk menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan UUD 45 (Pasal 33 ayat 3). UU No. 5 Tahun 1960 mengatur:
1. Hubungan antara bangsa Indonesia dengan BARA+K (bumi, air, ruang udara
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya) yang terkandung di
dalamnya.
2. Hubungan hukum antara negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat
Indonesia dengan BARA+K yang terkandung di dalamnya.
Atas dasar hak menguasai tersebut maka negara dapat:
a. Membuat perencanaan/ planning mengenai penyediaan, peruntukan dan
penggunaan BARA+K yang terkandung di dalamnya.
b. Mencabut hak-hak atas tanah untuk keperluan kepentingan umum.
c. Menerima kembali tanah-tanah yang:
- Ditelantarkan.
- Dilepaskan.
- Subyek hak tidak memenuhi syarat.
Tujuan diberikannya hak menguasai kepada negara ialah: untuk mencapai
sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat,
adil dan makmur. Hak negara untuk menguasai pada hakekatnya memberi wewenang
kepada negara untuk: mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan BARA+K.
Hubungan antara orang baik sendiri-sendiri dan badan hukum dengan BARA+K
yang terkandung didalamnya.Yang dimaksud dengan hak atas tanah ialah: “Hak yang
memberikan wewenang untuk mempergunakan permukaan bumi atau tanah yang
bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang angkasa yang ada di atasnya,
sekedar diperlukan untuk keperluan yang langsung berhubungan dengan penggunaan
tanah itu, dalam batas-batas menurut UU ini dan peraturan hukum lain yang
lebih tinggi.Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Kelompok berbagai bidang hukum, yakni:
 Hukum Tanah, yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah, dalam arti
permukaan bumi.
 Hukum Air, yang mengatur hak-hak penguasaan atas air.
 Hukum Pertambangan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas bahan-
bahan galian yang dimaksudkan oleh Undangundang Pokok Pertambangan.
 Hukum Perikanan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas kekayaan alam
yang terkandung di dalam air.
 Hukum penguasaan Atas tenaga dan Unsur-unsur dalam ruang angkasa,
mengatur hak-hak penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang
angkasa yang dimaksudkan oleh Pasal 48 UUPA.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena


tanah adalah kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus
sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi
tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga
menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan
darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
Hukum agraria dalam ialah keseluruhan kaidah-kaidah hukum baik
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur mengenai bumi, air dan dalam
batas-batas tertentu juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung
didalamnya. Hukum agraria memberi lebih banyak keleluasaan untuk mencakup
pula di dalamnya berbagai hal yang mempunyai hubungan pula dengannya,
tetapi tidak melulu mengenai tanah.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangannya, maka dari


itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini lebih
baik kedepannya lagi.

Anda mungkin juga menyukai