DISUSUN OLEH :
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atau suspension of payment atau surseance
van betaling, adalah suatu masa yang diberikan oleh undang-undang melalui putusan hakim
Pengadilan Niaga, di mana dalam masa tersebut kepada pihak kreditor dan debitor diberikan
rencana pembayaran seluruh atau sebagian utangnya, termasuk apabila perlu untuk
merestrukturisasi utang itu. Pada hakikatnya PKPU bertujuan untuk melakukan perdamaian
antara debitor dengan para kreditornya dan menghindarkan debitor yang telah atau akan
mengalami insolven dari pernyataan pailit. Akan tetapi apabila kesepakatan perdamaian dalam
rangka perdamaian PKPU tidak tercapai, maka debitor pada hari berikutnya dinyatakan pailit
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
ISI
Pailit adalah sebuah proses dimana seorang debitur memiliki kesulitan untuk membayar
hutangnya, maka harta debitur akan dibagikan kepada para kreditur berdasarkan keputusan
keadaan ketika pihak yang berhutang (debitur) yakni seseorang atau badan usaha tidak dapat
menyelesaikan pembayaran terhadap utang yang diberikan dari pihak pemberi utang (kreditur).
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang adalah sita umum atas semua
Tata Cara yang benar dalam mengajukan permohonan pailit berdasarkan pada Undang-
Permohonan pernyataan proses Pailit harus diajukan pada ketua pengadilan. Permohonan
pengadilan. Permohonan penyataan Pailit tersebut paling lambat 2 hari setelah tanggal
permohonan pailit didaftarkan. Dalam tempo 3 hari sesudah mendaftar kan tanggal
Sidang pemeriksaan akan dilakukan dalam waktu paling lama 20 hari sesudah
Kejaksaan ,Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal atau Menteri Keuangan yang
Debitur dan ada keraguan jika persyaratan pailit sudah terpenuhi (pasal 8).
Proses pemanggilan biasanya dilakukan oleh juru sita dengan menggunakan surat kilat
tercatat paling lama 7 hari sebelum proses persidangan pertama dilaksanakan (pasal 8
ayat 2).
Putusan kepailitan dari pengadilan mengenai permohonan pailit harus bisa dikabulkan
jika ada fakta yang memang membuktikan jika persyaratan pailit sudah lengkap dan
keputusan tersebut harus segera diucapkan, paling lambat selama 60 hari setelah tanggal
pendaftaran (pasal 8).
Keputusan mengenai permohonan pailit ini harus memuat secara lengkap segala
pertimbangan hukum yang mendasari keputusan tersebut lengkap dengan pendapat dari
majelis hakim dan wajib diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum dan
bisa dilakukan lebih dulu sekalipun pada putusan tersebut terdapat usaha hukum (pasal 8
ayat 7).
Akibat kepailitan diatur dalam ketentuan Pasal 21 – Pasal 64 Undang-Undang Nomor 37 Tahun
seluruh kekayaan debitor pada saat putusan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh
selama masa kepailitan, termasuk persatuan harta baik suami atau isteri dari debitor pailit.
1. Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya
yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernytaan pailit diucapkan.
2. Semua perikatan debitor yang terbit setelah putusan pernyataan pailit tidak dapat
dibayarkan dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit.
3. Tuntutan mengenai hak dan kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh
harta pailit yang ditujukan untuk terhadap debitor pailit, hanya dapat diajukan dengan
5. Suatu tuntutan hukum yang diajukan debitor dan yang yang sedang berjalan selama
memberikan kesempatan kepada tergugat memanggil kurator untuk mengambil alih perkara
6. Suatu tuntutan hukum dipengadilan yang diajukan terhadap debitor sejauh bertujuan
untuk memperoleh pemenuhan kewajiban dari harta pailit dan perkaranya sedang berjalan,
gugur demi hukum dengan diucapkan putusan pernyataan pailit terhadap debitor.
7. Segala penetapan pelaksanaan pengadilan terhadap setiap bagian kekayaan debitor yang
telah dimulai sebelum kepailitan, harus dihentikan seketika dan sejak itu tidak ada suatu
putusan yang dapat dilaksanakan termasuk atau juga dengan menyandera debitor.
9. Penjualan benda bergerak atau tidak bergerak yang dilakukan debitor, yang prosesnya
sebelum putusan pailit diucapkan, atas izin hakim pengawas, kurator kuartor dapat
10. Perjanjian yang bermaksud memindahtangankan hak atas tanah, balik nama kapal,
pembebanan hak tanggungan, hipotek atau jaminan fidusia yang telah diperjanjikan terlebih
Sebagaimana sebuah proses pada umumnya yang bukan hanya memiliki sebuah awal namun
juga sebuah akhir, kepailitan juga memiliki sebuah akhir, hal tersebut biasanya disebut dengan
berakhirnya kepailitan. Mungkin belum banyak orang yang mengetahui, terdapat beberapa hal
Perdamaian
Dalam kepailitan adalah perjanjian antara debitor pailit dengan para kreditor dimana
menawarkan pembayaran sebagian dari utangnya dengan syarat bahwa setelah melakukan
pembayaran tersebut, ia dibebaskan dari sisa utangnya, sehingga ia tidak mempunyai utang lagi.
Kepailitan yang berakhir melalui akur disebut juga berakhir perantaraan hakim (pengadilan).
Perdamaian / akur diatur secara lengkap pada dalam lampiran 144-177 Undang-undang Nomor
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Sebagimana
telah diatur pada pasal 144 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang menerangkan bahwa Debitur pailit berhak untuk
menawarkan perdamaian pada semua kreditur. Rencana perdamaian tersebut diterima apabila
disetujui oleh ½ jumlah kreditur yang hadir dalam rapat yang minimal dihadiri oleh 2/3 jumlah
kreditur kongkuren yang ada, sebagaimana disebutkan pada pasal 144 - 163 Undang-undang
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Jika
perdamaian tersebut dapat diterima oleh para kreditur, pengadilan akan memutuskan pengesahan
perdamaian tersebut dan sidang akan diadakan paling cepat 8 hari atau paling lama 14 hari
Seperti yang telah dijelaskan oleh penjelasan pasal 57 (1) Undang-undang Nomor 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang dimaksud dengan
insolvensi adalah keadaan tidak mampu membayar. Insolvensi terjadi bilamana dalam suatu
kepailitan tidak ditawarkan akur/perdamaian atau akur dipecakan karena tidak terpenuhi
sebagaimana yang telah disetujui. Dalam hal ini terjadi apabila bila dalam rapat pencocokan
utang piutang tidak ditawarkan perdamaian, atau bila perdamaian yang ditawarkan telah ditolak,
maka kurator atau seorang kreditor yang hadir dalam rapat tersebut dapat mengusulkan agar
Rehabilitasi
debitor pailit atau para ahli waris berhak untuk mengajukan permohonan rehabilitasi kepada
pengadilan yang semula memeriksa kepailitan yang bersangkutan. Permohonan rehabilitasi akan
diterima apabila pemohon dapat melampirkan bukti yang menyatakan bahwa para kreditor yang
diakui sudah menerima pembayaran piutang seluruhnya. Permohonan tersebut harus diiklankan
dalam berita negara dan surat kabar yang ditunjuk oleh hakim. Dalam waktu 2 bulan setelah
dilakukan pengiklanan dalam berita negara, setiap kreditor yang diakui boleh mengajukan
perlawanan terhadap permohonan itu kepada panitera dengan menyampaikan surat keberatan
Pembayaran Utang memberikan sebuah jalan apabila salah satu pihak atau para pihak kurang
puas terhdap hasil putusan pailit yang telah dijatuhkan. Sebagaimana telah diatur dalam pasal
196 (1) Undang-undang nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang bahwa Terhadap putusan pengadilan, kuator atau setiap kreditur dapat
mengajukan permohonan kasasi. Kasasi diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang telah
diatur sebelumnya pada pasal 11-13 Undang-undang nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Namun, walaupun terdapat upaya hukum
selanjutnya, putusan pailit tingkat I tetap dilaksanakan mengingat putusan pailit ialah putusan
yang bersifat serta merta. Selain dapat diajukan upaya hukum kasasi, putusan pailit juga dapat
Hakim pengawas bertugas untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Hakim
pengawas melakukan tugasnya bersama-sama dengan kurator untuk melakukan pengurusan dan
pemberesan harta pailit. Dalam hal pencabutan pailit atas anjuran hakim pengawas, hal
tersersebut tersirat pada pasal 66 Undang-undang nomr 7 tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa pengadilan
wajib mendengar pendapat dari hakim pengawas, sebelum mengambil putusan mengenai
pengurusan dan pemberesan harta pailit. Dalam pasal ini dapat tercermin bahwa Hakim
direkomendasikan untuk menghindari konflik dikarenakan utang piutang. PKPU ini merupakan
cara menyelesaikan persoalan utang piutang secara perdata, yang mana bisa diajukan oleh pihak
debitur maupun pihak kreditur. PKPU sendiri jika ingin diartikan, bisa dipahami sebagai upaya
agar antara pihak debitur, yang berutang, dengan pihak kreditur, yang berpiutang, bisa mencapai
kata mufakat. Dengan pengajuan PKPU ini, maka ada tenggat waktu yang diberikan kepada
debitur dan kreditur, sesuai dengan keputusan Pengadilan Niaga, untuk menyelesaikan persoalan
utang piutangnya. Perihal PKPU ini juga diatur langsung di dalam undang-undang, yakni UU
No.37 Tahun 2004, tentang Kepailitan dan PKPU pada pasal 222 ayat (2). Kesimpulan dari ayat
tersebut adalah bahwa pihak debitur dapat mengajukan PKPU agar tercapai perdamaian dengan
prosedur khusus yang akan dijalani baik oleh debitur dan kreditur. Prosedur PKPU ini
diharapkan bisa memunculkan mufakat antara kedua belah pihak, serta pelunasan utang atau pun
juga restrukturisasi utang. berikut ini adalah dua prosedur atau tahapan dari PKPU tersebut :
1) PKPU Sementara
Tahapan pertama yang akan dilalui setelah pengajuan PKPU diterima adalah PKPU Sementara.
PKPU Sementara ini merupakan PKPU pendahuluan yang diberikan oleh Pengadilan Niaga saat
menerima permohonan PKPU, baik dari debitur atau kreditur. Hasil putusan PKPU Sementara
dari Pengadilan Niaga berlaku mulai dari putusan tersebut dikeluarkan hingga 45 hari ke
depannya. Setelah putusan PKPU Sementara, akan ditunjuk 1 orang hakim pengawas dan 1
orang atau lebih pengurus oleh pengadilan, untuk pengurusan selama PKPU Sementara.
Pengurus PKPU Sementara ini pun wajib mengumumkan hasil putusan tersebut dalam Berita
Negara Republik Indonesia, serta sedikitnya 2 surat kabar harian. Pada pengumuman yang
disampaikan oleh pengurus tersebut, memuat undangan yang ditujukan pada seluruh debitur dan
kreditur, serta jadwal rapat dan juga permusyawaratannya. Saat rapat diadakan, maka akan
diupayakan pencocokan piutang, pembahasan rencana untuk berdamai, serta penentuan apakah
diberikan PKPU Tetap pada debitur atau tidak. Jika sekiranya rencana perdamaian dari debitur
yang berisikan rencana pembayaran utang bisa diterima, maka pemungutan suara bisa langsung
dilakukan. Namun, jika rencana perdamaian belum disiapkan, maka debitur bisa mengajukan
permohonan perpanjangan waktu. Permohonan perpanjangan waktu ini nantinya disampaikan
2) PKPU Tetap
Tahapan atau prosedur selanjutnya berupa PKPU Tetap akan terlaksana jika sekiranya debitur
belum siap menyusun rencana perdamaiannya. Selain itu, PKPU Tetap juga bisa berlangsung
jika para kreditur belum mencapai kata mufakat atau belum adanya keputusan atas rencana
perdamaian dari debitur hingga berakhirnya masa PKPU Sementara. Terkait dengan pemberian
PKPU Tetap pada debitur, harus melalui proses voting terlebih dahulu, di mana semua kreditur
berpartisipasi dalam proses tersebut. Perhitungan kuorum ini didasarkan pada Pasal 229 ayat (1)
UU No.37 Tahun 2004, tentang Kepailitan dan PKPU. Pasal ini menjelaskan bahwa kreditur
konkuren atau separatis berhak menentukan kelanjutan dari proses PKPU. Jika sekiranya hasil
voting tersebut memenuhi kuorum untuk bisa diberikan PKPU Tetap pada debitur, maka proses
PKPU akan dilanjutkan dengan PKPU Tetap. Jangka waktu maksimalnya sendiri selama 270
hari sejak putusan PKPU Sementara dibacakan. Namun, jika kuorum tidak mencukupi, maka
debitur akan ditetapkan pailit oleh pengadilan. Jika PKPU Tetap berjalan, maka dalam kurun
waktu 270 hari, debitur dan kreditur bisa berunding dan membahas rencana perdamaian terkait
utang piutang antara keduanya. Jadi, kurun waktu 270 hari itu bukan waktu untuk debitur harus
melunasi utangnya. Jika tetap tak tercapai rencana perdamaian dalam kurun waktu tersebut,
Walaupun Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini bisa diajukan untuk memperoleh
tenggat penyelesaian utang piutang, bukan berarti PKPU ini bisa diajukan sembarangan saja.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh baik kreditur atau debitur, agar nantinya bisa
Dengan dilakukannya PKPU, tentu ada manfaat yang bisa diperoleh baik dari oleh pihak debitur
maupun pihak kreditur. Jika ditilik dari perspektif umum, PKPU ini tentu bisa menghindari
terjadinya konflik panas antara debitur dan kreditur yang disebabkan oleh persoalan utang
piutang. Jika dibuat secara lebih rinci, berikut deretan manfaat yang bisa diperoleh dari PKPU.
Dengan terlaksananya PKPU, maka pihak kreditur, khususnya kreditur konkuren, bisa
mendapatkan kejelasan atas piutang yang diberikannya pada pihak debitur. Perihal kapan
pembayaran utang tentu akan bisa lebih spesifik waktunya. Jadi, pihak kreditur tak perlu
dipusingkan dengan perkara piutang yang juga belum dibayarkan oleh pihak debitur.
Dalam rencana perdamaian yang diajukan oleh pihak debitur, pasti tertuang cara untuk bisa
mendapatkan kembali dana, sehingga utang pada pihak kreditur bisa dilunasi. Dengan begini,
badan usaha atau debitur yang semula nominal profitnya kecil, bisa mengerahkan seluruh
kemampuannya agar bisa bangkit dan menghasilkan profit yang lebih besar.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa PKPU dilakukan untuk bisa tercapai
kesepakatan antara debitur dan kreditur terkait pelunasan utang piutang antara keduanya. Dengan
disetujuinya rencana perdamaian yang diajukan oleh pihak debitur pada pihak kreditur, maka
pihak debitur pun akan bisa terhindar dari kepailitan. Rencana perdamaian tersebut bisa juga
berbentuk restrukturisasi Utang. Namun, tentu saja efektivitas PKPU dalam mencegah terjadinya
kepailitan ini tergantung pada sifat kooperatif antara debitur dan kreditur juga. Pasalnya, jika
pihak kreditur merasa tak tertarik dengan rencana perdamaian yang diajukan pihak debitur, maka
keputusan pailit bisa langsung diberikan. Oleh karena itu, bagusnya hubungan antara debitur dan
Jika sebuah badan usaha mengalami kepailitan, maka tentu saja akan berefek pada setiap aspek
dalam badan usaha tersebut, khususnya para pegawainya. Mau tak mau, para pegawai atau
karyawan yang bekerja untuk badan usaha tersebut akan mengalami PHK atau Pemutusan
Hubungan Kerja. Dengan begini, secara otomatis akan memutus mata pencaharian mereka.
Dengan terjadinya PHK besar-besaran ini, maka sudah pasti angka pengangguran akan semakin
tinggi. Apalagi perkara mencari kerja bukanlah hal yang mudah dilakukan. Nah, dengan
ditangguhkannya pembayaran piutang, serta diusahakan agar badan usaha bisa menghasilkan
Bayangkan jika sebuah badan usaha mengalami kepailitan dan seluruh karyawannya
diberhentikan. Sudah pasti hal tersebut bakal membuat makin memburuknya kondisi
perekonomian masyarakat. Jika kondisi perekonomian masyarakat makin memburuk, bukan hal
yang mustahil jika angka kriminalitas pun juga akan mengalami peningkatan.
Semisalnya badan usaha atau pihak debitur masih bisa bertahan dan mencari solusi melalui
penundaan Pembayaran Kewajiban Pembayaran Utang ini, perekonomian akan bisa stabil.
Karyawan yang bekerja pada badan usaha tersebut akan tetap bisa memperoleh pendapatan dari
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Adapun Pengertian dari Kepailitan adalah suatu kondisi atau keadaan ketika pihak yang
berhutang (debitur) yakni seseorang atau badan usaha tidak dapat menyelesaikan pembayaran
terhadap utang yang diberikan dari pihak pemberi utang (kreditur). Kepailitan dapat berakhir
dengan suatu perdamaian. Perdamaian ini dilakukan dengan cara perjanjian antara debitor pailit
dengan para kreditor untuk membayar sebagaian utangnya terlebih dahulu. Namun, pada
keyataannya tidak semua perdamaian dapat diterima. Manakala jalan perdamaian tidak dapat
diterima, insolvensi menjadi jalan untuk mengakhiri kepailitan tersebut. Kepailitan dapat
berakhir dengan cara insolvensi apabila utang debitur kepada kreditur telah dibayar lunas.
untuk menghindari konflik dikarenakan utang piutang. PKPU ini merupakan cara menyelesaikan
persoalan utang piutang secara perdata, yang mana bisa diajukan oleh pihak debitur maupun
pihak kreditur.