Anda di halaman 1dari 31

PENGERTIAN DAN KEGIATAN USAHA

LEMBAGA KEUANGAN

Disusun oleh:
Muh Wildhan Hidayat (10300119012)
Aryan Aris (10300119025)

PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATAPENGANTAR

Segala puji bagi Allah yangMaha megetahui dan Maha bijaksana yang
telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya
kepada-Nya. Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda
NabiAllah Muhammad Saw. Yang membimbing umatnya dengan suritauladan-
Nya yang baik, dan segala Syukur kehadiran Allah Swt. yang telah
memberikan anugrah, kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Kegiatan Usaha Lembaga
Pembiayaan”.

Saya menyadari bahwa isi atau kata dari makalah ini masih banyak
kekurangan-kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kepada
Ustadz selaku dosen Hukum Dagang kami, kami meminta sedikit kritikan dan
sarannya guna untuk memperbaiki pembuatan makalah di masa yang akan
datang. Dan diharapkan kepada pembaca dapat mengkaji berbagai
permasalahan tentang Kegiatan Usaha Lembaga Pembiayaan”.
kami sebagai penyusun makalah mengucapkan sebanyak-banyaknya
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan
makalah ini, sehingga dapat terelesaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.Terimahkasih.

Makassar, 09 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................

A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Sejarah lembaga pembiayaan………………………………....................
B. Lembaga pembiayaan dan perannya ........................................................
C. Perusahaan Pembiayaan............................................................................
D. Perusahaan Modal Ventura........................................................................
E. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur........................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran…......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….......
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kehidupan manusia di jaman modern ini begitu cepat berputar. Setiap hari
manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya. Kehidupan yang serba cepat
memacu manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara cepat pula.
Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat telah mendorong dan membuka
peluang bagi manusia untuk melakukan kegiatan usaha. Aktivitas usaha itu
sendiri diwarnai oleh berbagai bentuk hubungan bisnis atau kerjasama bisnis yang
melibatkan para pelaku bisnis. Hubungan bisnis atau kerjasama bisnis yang terjadi
sangat beraneka ragam tergantung pada bidang bisnis apa yang sedang dijalankan.
Dengan semakin berkembangnya aktivitas bisnis dewasa ini sejalan pula dengan
meningkatnya keperluan akan modal atau dana bagi pelaku. Oleh karena itu,
sarana penyediaan dana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau masyarakat perlu
diperluas.
Umumnya dana yang dibutuhkan tersebut dapat disediakan oleh lembaga
perbankan melalui fasilitas kredit. Namun, fasilitas kredit dari perbankan sangat
terbatas dan tidak semua pelaku usaha punya akses untuk mendapatkan bantuan
pendanaan dari bank. Selain itu lembaga perbankan ini juga memerlukan jaminan
yang kadang kala tidak bisa dipenuhi oleh pelaku usaha yang bersangkutan, maka
perlu suatu terobosan lain yaitu kredit tanpa jaminan dengan prosesnya yang
lebih mudah.  Upaya lain tersebut dapat dilakukan melalui suatu jenis badan
usaha yaitu melalui Lembaga Pembiayaan.
Lembaga Pembiayaan ini diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun
1988 tanggal 20 Desember 1988 dan dijabarkan lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988
Juncto Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468/KMK.017/1995 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Menurut pasal 1 ayat 2 Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 yang
dimaksud dengan Lembaga Pembiayaan adalah “Badan Usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan
tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.” Sehingga dari pengertian
tadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa paling tidak Lembaga Pembiayaan
memuat dua unsur pokok, yaitu :
1. Melakukan kegiatan dalam bentuk penyediaan dana dan/ atau barang modal;
2. Tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat sehingga sering disebut
Non -  Depository Financial Institution.
Munculnya lembaga pembiayaan ini turut memacu roda perekonomian
masyarakat dan turut membawa andil yang besar dalam pembangunan ekonomi
masyarakat khususnya masyarakat kecil.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan,
dimana Lembaga pembiayaan meliputi Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan
Modal Ventura, dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur. Dari latar
belakang tersebut kelompok kami akan membahas tentang “LEMBAGA
PEMBIAYAAN”,  dan dalam kesempatan ini kami membatasi penjelasan
mengenai Lembaga Pembiayaan pada umumnya, untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Lembaga Pembiayaan .

B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah mengenai
Lembaga Pembiayaan, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimanakah uraian penjelasan mengenai Perusahaan Pembiayaan,
perusahaan Modal Ventura dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur  beserta
penjelasan mengenai jenis – jenis kegiatan usahanya?
2. Apakah Peranan Lembaga Pembiayaan oleh para Pelaku Bisnis ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memberikan Informasi yang lebih terinci mengenai
Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura dan Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur beserta penjelasan jenis – jenis kegiatan usahanya.
2. Untuk mengetahui dan memberikan Informasi peranan Lembaga Pembiayaan
bagi dunia usaha dan para Pelaku Bisnis serta keuntungan dan kerugian yang
dapat timbul akibat Lembaga Pembiayaan.
BAB II
MATERI PEMBAHASAN

A.   Sejarah Lembaga Pembiayaan


Dimulai sejak tahun 1974, berdasarkan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri, yaitu:
Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan RI tanggal 7
Februari 1974, tentang “Perizinan Usaha Leasing”.
1. Tahun  1984 : Perusahaan Leasing berjumlah 48 perusahaan
2. Tahun 1988 : Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 menjelaskan
Pengertian mengenai Lembaga Pembiayaan.

“Pembiayaan” dalam lingkup yang lebih luas dikenal dengan istilah umum
”Perkreditan” dimana pada awal timbulnya kredit berasal dari bahasa Yunani
Dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana
yang dibutuhkan masyarakat perlu lebih diperluas sehingga peranannya sebagai
sumber dana pembangunan makin meningkat. Sehingga kemudian Pemerintah
memandang perlu untuk ikut berperan dalam memberikan dukungan hukum yang
lebih berkualitas, sehingga kemudian beberapa Keputusan Presiden yang dicabut /
diganti hingga akhirnya dikeluarkannya Peraturan Presiden yang berlaku saat ini
tentang Lembaga Pembiayaan , sebagai berikut :
1. Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1988 ( dicabut )
2. Keputusan  Presiden  Nornor  61  Tahun  1988 (dicabut )
3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009

B. Lembaga Pembiayaan & Perananya


Pengertian Lembaga Pembiayaan menurut kepres No.61 TAHUN 1988
dijelaskan bahwa lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang dilakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau modal dengan tidak
menarik dana secara langsung dari masyarakat. Dari pengertian tersebut di atas
terdapat beberapa unsur-unsur :
1. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk
melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.
2.  Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan kegiatan atau aktivitas dengan cara
membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan.
3. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan dana untuk suatu keperluan.
4. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu.
5. Tidak menarik dana secara langsung.
6.  Masyarakat, Yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat.

Lembaga pembiayaan mempunyai peranan yang lebih penting, yaitu sebagai salah
satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang
pertumbuhan perekonomian nasional. Disamping peran tersebut diatas, lembaga
pembiayaan juga mempunyai peran penting dalam hal pembangunan yaitu
menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat, berperan aktif dalam
pembangunan dimana lembaga pembiayaan ini diharapkan masyarakat atau pelaku
usaha dapat mengatasi salah satu faktor yang umum dialami yaitu faktor permodalan

Dalam Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayan,


dimana Lembaga pembiayaan meliputi Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan
Modal Ventura, dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.

C. Perusahaan Pembiayaan
Menurut Perpres No. 84/PMK.012/2006, perusahaan pembiayaan adalah badan
usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank  yang khusus didirikan
untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga
Pembiayaan.
Kegiatan usaha dari Perusahaan Pembiayaan meliputi :
1. Sewa Guna Usaha (Leasing)
2. Anjak Piutang (Factoring)
3. Usaha Kartu Kredit
Keterangan Kegiatan Usaha dari Perusahaan Pembiayaan
1. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Istilah lain dari Sewa Guna Usaha yaitu “leasing”, dimana leasing itu berasal
dari kata lease (inggris) yang berarti menyewakan. Menurut Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/ 1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing), leasing  adalah  kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan
hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala. 

Sedangkan Barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud,


termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa
bangunan (plant), dan tanah serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan
kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan
digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan, atau
memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa oleh Lessee.

a) Unsur-unsur berdasarkan pengertian Leasing di atas, terdiri dari:


1) Pembiayaan perusahaan
Pembiayaan dilakukan dalam bentuk sejumlah dana juga dalam bentuk
peralatan atau barang modal yang akan digunakan
2) Penyediaan barang-barang modal
Biasanya penyediaan barang modal dilakukan oleh supplier yang di
bayar oleh lessor untuk keperluan lessee
3) Jangka waktu tertentu
Sejak diterimanya barang modal sampai perjanjian SGU berakhir
4)  Pembayaran secara berkala
Lessee membayar harga barang modal kepada lessor secara angsuran
5) Adanya hak pilih (option right)
Pada akhir masa leasing, lessee mempunyai hak untuk membeli barang
modal tersebut
6) Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
7) Adanya pihak lessor
8) Adanya pihak lessee

b) Dasar Hukum Leasing :


1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) ditetapkan tanggal 27 Nopember
1991 dan mempunyai daya laku surut terhitung sejak tanggal 19
Januari 1991.
2) Dengan berlakunya Keputusan Menteri Keuangan ini, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 48/KMK.013/1991 tentang Kegiatan Sewa-
guna-usaha, dinyatakan tidak berlaku.

c) Jenis – Jenis Sewa Guna Usaha, yaitu :


1)  Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (finance lease)
Dengan kriteria sebagai berikut :
a) jumlah pembayaran Sewa Guna Usaha selama masa sewa guna
usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus
dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan
lessor.
b) Masa Sewa Guna Usaha (SGU) ditentukan sesuai ketentuan
tentang pajak penghasilan, yaitu:
 2 tahun untuk barang modal golongan I
 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III
 7 tahun untuk barang modal golongan modal bangunan
c) Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi
lessee.
d) Bentuk-bentuk Finance Lease ( SGU dengan Hak Opsi ) :
 Sewa-guna-usaha Langsung (Direct Lease).
Bila lessee belum pernah memiliki barang modal yang
menjadi obyek sewa-guna-usaha, sehingga atas permintaannya
lessor membeli barang modal tersebut.
 Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sale and Lease Back).
Dalam transaksi ini lessee terlebih dahulu menjual barang
modal yang sudah dimilikinya kepada lessor dan atas barang
modal yang sama kemudian dilakukan kontrak sewa-guna-
usaha antara lessee (pemilik semula) dengan lessor (pembeli
barang modal tersebut). Metode leasing ini dimaksudkan
untuk memperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi
transaksi leasing di sini bersifat refinancing.

 Sewa-Guna-Usaha Sindikasi (Syndicated Lease)


Bila beberapa perusahaan sewa-guna-usaha secara bersama
melakukan transaksi dengan satu lessee. Untuk memenuhi
permintaan lessee tersebut, maka beberapa perusahaan leasing
melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek
leasing yang dimaksud. Dalam hal ini salah satu perusahaan
sewa-guna-usaha akan bertindak sebagai koordinator,
sehingga lessee cukup berkomunikasi dengan koordinator ini.
 Leverage Lease
leasing ini melibatkan pihak ketiga yang disebut credit
provider. Lessor tidak membiayai objek leasing hingga sebesar
100% dari harga barang melainkan hanya antara 20% hingga
40%. Kemudian sisa dari harga barang tersebut akan dibiayai
oleh credit provider.
 Cross Border Lease
Transaksi leasing di mana lessor berkedudukan di negara
berbeda dengan negara lessee, disebut pula leasing lintas
negara atau transaksi leasing internasional. Transaksi leasing
ini mengandung banyak risiko bagi lessor karena melibatkan
mekanisme hukum, perpajakan dan masalah-masalah lainnya
dari masing-masing negara yang bersangkutan. Untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut biasanya transaksi leasing
antara negara dilakukan oleh afiliasinya atau subsidiary
perusahaan leasing yang bersangkutan. biasanya dilakukan
dengan cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee
diwajibkan membeli barang yang di-lease-nya pada akhir
kontrak. Cara untuk melindungi lessor.
 Vendor Program / Vendor Lease
Suatu metode penjualan yang dilakukan oleh produsen atau
dealer di mana perusahaan leasing memberikan atau
menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Cara
pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.
Vendor program ini sangat menarik bagi lessor karena
pemasaran leasing dilakukan oleh vendor melalui usaha
penjualan barangnya yang sekaligus disertai dengan fasilitas
leasing.

2) Sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease)


Dengan Kriteria sebagai berikut :
 Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha
pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang
disewa guna usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan
oleh lessor.
 Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi
bagi lessee.
d) Keunggulan Sewa Guna Usaha, yaitu :
Sistem leasing mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut:
1) Proses pengadaan peralatan modal relatif lebih cepat, tidak memerlukan
jaminan kebendaan, prosedur sederhana dan tidak ada studi kelayakan
yang lama
2) Pengadaan kebutuhan tersebut akan meringankan kebutuhan cash flow
karena sistem pembayaran cicilan jangka panjang
3)  Posisi cash flow akan lebih baik dan biaya modal lebih murah
4) Perencanaan keuangan perusahaan akan lebih mudah dan sederhana

Perbedaan pokok kedua jenis leasing ini adalah sebagai berikut:


No. Indikator Finance Lease Operating Lease
1. Isi Perjanjian Adalah suatu perjanjian Perjanjian
pembiayaan dimana lessor diminta menitikberatkan pada
untuk membiayai pengadaan pemberian jasa
barang modal untuk lessee
2. Resiko Resiko terletak pada lessee karena Resiko ada pada lessor;
ekonomis lessee wajib membayar kembali
atas objek barang modal yang disediakan
oleh lessor untuk membayar
barang yang bersangkutan
ditambah bunga dan ongkos lain
selama kontrak berjalan,
3. Resiko pada Hanya memikul resiko berkenaan Lessor menanggung
lessor dengan keadaan keuangan, resiko atas kehilangan
kemampuan membayar serta atau kerusakan pada
bonafiditas lessee, objek yang di lease
tersebut;
4. Jangka waktu Jangka waktu kontrak sama Jangka waktu perjanjian
perjanjian dengan masa kegunaan barang umumnya tidak sama
modal yang bersangkutan menurut dengan masa kegunaan
persetujuan lessor, barang modal yang
bersangkutan
5. Hak Opsi Pada akhir masa, lesseemempunya Tidak memiliki hak opsi
hak opsi untuk membeli barang
modal tersebut dari lessor,
6. Masa Dilarang mengakhiri kontrak Jangka waktu leasing
Perjanjian sebelum jangka waktu yang tidak tentu dan dapat
diperjanjikan berakhir, kecuali diakhiri oleh lessee
diperjanjikan lain,
7. Jasa yang Pada umumnya memberikan jasa- Tidak ada.
diberikan jasa untuk penggunaan,
pengoperasian dan pemeliharaan
barang modal yang di lease,
Setiap transaksi Sewa Guna Usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian Sewa
Guna Usaha (lease agreement). Yang m memuat :
1) jenis transaksi sewa guna usaha
2)  nama dan alamat masing-masing pihak
3) nama, jenis, type dan lokasi penggunaan barang modal
4) harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa guna usaha,
angsuran pokok pembiayaan, imbalan jasa sewa guna usaha, nilai sisa,
simpanan jaminan, dan ketentuan asuransi atas barang modal yang
disewa-guna-usahakan
5)  masa sewa guna usaha
6) ketentuan mengenai pengakhiran transaksi sewa guna usaha yang
dipercepat, dan penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee
dalam hal barang modal yang disewa-guna-usaha dengan hak opsi
hilang, rusak atau tidak berfungsi karena sebab apapun
7) opsi bagi penyewa-guna-usaha dalam hal transaksi sewa-guna-usaha
dengan hak opsi
8)  tanggung jawab para pihak atas barang modal yang disewa-guna-
usaha.

2. Anjak Piutang (Factoring)


Eksistensi Kelembagaan Anjak Piutang dimulai sejak ditetapkan Paket
Kebijaksanaan 20 Desember 1988 atau PAKDES 20, 1988 yang diatur dengan
KEPPRES No. 61 Tahun 1988 dan Keputusan Menteri Keuangan
NO.172/KMK.06/2002 ( sekarang sudah tidak berlaku lagi ).
Pengertian Anjak Piutang
Factoring atau Anjak Piutang menurut Perpres No. 9 Tahun 2009 adalah
Anjak kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka
pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.

Kemudian pengertian anjak piutang menurut Keputusan Menteri Keuangan


Nomor 125/KM.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan
serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.
Dari definisi diatas, setidaknya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Dalam kegiatan factoring ada tiga pihak yang terkait, yaitu:
 Perusahaan Factoring (factoring company), atau disebut suatu
badan usaha yang melakukan kegiatan lembaga pembiayaan dengan
bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang
atau tagihan jangka pendek perusahaan;
 Perusahaan penjual piutang atau disebut klien (client), adalah
perusahaan yang menjual atau mengalihkan piutang atau tagihannya
kepada factor;
 Nasabah (customer), sebagai pihak yang berutang (debitur) kepada
klien, dan piutang tersebut oleh klien dijual atau dialihkan kepada
factoring.
b. Mekanisme anjak piutang ini sebenamya diawali dari adanya transaksi
jual beli barang atau jasa yang pembayarannya secara kredit.
c. Manfaat anjak piutang dalam peningkatan kemampuan usaha :
1) Menurunkan biaya produksi perusahaan
2) Memberikan fasilitas pembiayaan dalam bentuk pembayaran di muka
atau advanced payment sehingga meningkatkan credit standing
perusahaan klien.
3) Meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan klien, karena klien
dapat mengadakan transaksi dagang secara bebas atas dasar open
account baik perdagangan dalam maupun luar negeri.
4) Meningkatkan kemampuan klien memperoleh laba melalui
peningkatan perputaran modal kerja.
5) Menghilangkan ancaman kerugian akibat terjadinya kredit macet.
Risiko kredit macet dapat diambil alih oleh perusahaan anjak piutang.
6) Mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.

3. Usaha Kartu Kredit


a. Pengertian Usaha Kartu Kredit
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Usaha Kartu Kredit
adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan
menggunakan kartu kredit,

Sedangkan pengertian kartu kredit sendiri menurut Peraturan Bank


Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005, adalah Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran
atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk
transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai
dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu
oleh  acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan
pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik
secara sekaligus (charge card) ataupun secara angsuran.

b. Dasar Hukum Penggunaan kartu kredit di Indonesia


 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan Nasional. Pasal 6 huruf 1 Undang-Undang
Perbankan menyatakan bahwa usaha kartu kredit adalah salah satu
bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh bank.
 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK. 013/1988 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK. 013/1988 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan (KMK
Lembaga Pembiayaan) mulai berlaku pada tanggal 20 Desember 1988.
 KMK Lembaga Pembiayaan ini merupakan peraturan pelaksana dari
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga
Pembiayaan. Di dalam KMK Lembaga Pembiayaan ini dinyatakan
bahwa usaha kartu kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang
dapat dilaksanakan oleh Lembaga Pembiayaan.
 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005 Tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan
Kartu Tanggal 28 Desember 2005 yang diperbaharui dengan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 10/8/PBI/2008.
 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tanggal 13 April
2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu.
  Surat Edaran Bank Indonesia No.11/10/DASP tanggal 13 April 2009
perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu.
c. Manfaat Kartu Kredit bagi Pemegang Kartu Kredit ( Card Holder )
1) Memberikan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi
transaksi berbelanja tanpa perlu membawa uang tunai.
2) Terdapat berbagai  penawaran menarik dari penerbit Kartu Kredit,
antara lain  point rewards, diskon di pedagang (merchant), dan
pembelian barang dengan bunga cicilan 0%.

d. Resiko Kartu Kredit


Walapun di satu sisi terdapat beberapa manfaat dari Kartu Kredit, tetapi di
sisi lain terdapat resiko yang perlu disikapi dengan kehati-hatian dari para
penggunanya, seperti :
1) Resiko kartu digunakan oleh pihak lain, karena pengguna yang sah
melakukan kelalaian dalam penyimpanan kartu dan PIN. Apalagi
untuk saat ini transaksi belanja dengan menggunakan
2) Resiko dikenakan biaya keterlambatan dan biaya bunga yang relatif
tinggi karena pemegang kartu tidak mampu membayar
kewajibannya pada saat jatuh tempo.

e. Pihak-Pihak dalam Penyelenggaraan Kartu Kredit , yaitu :


1) Pemegang kartu adalah pengguna yang sah dari Kartu Kredit
2) Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang bertanggung
jawab atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar anggotanya,
baik yang berperan sebagai penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi
Kartu Kredit yang kerjasama dengan anggotanya didasarkan atas suatu
perjanjian tertulis.
3) Penerbit adalah bank atau lembaga selain bank yang menerbitkan
Kartu Kredit
4) Acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan
kerjasama dengan pedagang (merchant), yang dapat memproses Kartu
Kredit yang diterbitkan oleh pihak lain.
5) Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang
menerima pembayaran dari transaksi penggunaan Kartu Kredit.
6) Penyelenggara kliring adalah bank atau lembaga selain bank yang
melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing
penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi Kartu Kredit. 

4. Perusahaan Pembiayaan Konsumen


Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Pembiayaan Konsumen
(Consumers Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.
Berdasarkan definisi pembiayaan konsumen di atas, dapat dijelaskan sbb:
a. Pembiayaan konsumen adalah merupakan salah satu alternatif pembiayaan
yang dapat diberikan kepada konsumen.
b. Obyek pembiayaan dari usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang
kebutuhan konsumen, biasanya kendaraan bermotor, barang-barang
kebutuhan rumah tangga , komputer, barang-barang elektronika, dan lain-
lain.
c. Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara angsuran / berkala,
biasanya  dilakukan  pembayaran setiap bulan dan di tagih langsung kepada
konsumen.
d. Jangka waktu pengembalian bersifat fleksibel, tidak terikat dengan
ketentuan seperti financial lease (sewa guna usaha dengan hak opsi).

Dasar hukum dari perjanjian pembiayaan konsumen dapat dibedakan


menjadi dua, yaitu :
a. Dasar  Hukum Substantif
Yang merupakan dasar hukum substantif eksistensi pembiayaan konsumen,
adalah perjanjian di antara para pihak berdasarkan azas kebebasan
berkontrak, yakni perjanjian antara pihak perusahaan finansial sebagai
kreditur dan pihak konsumen sebagai debitur.

Mengenai azas kebebasan berkontrak di atur dalam Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata yang menyatakan, bahwa syarat-syarat sahnya suatu perjanjian
sebagaimana yang di atur dalam Pasal  1320 KUHPerdata :
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2) Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3) Suatu hal tertentu
4) Suatu sebab yang halal
Jadi meskipun perjanjian pembiayaan konsumen itu belum di atur secara
khusus di dalam KUHPerdata, para pihak boleh/di beri kebebasan untuk
mengaturnya sendiri.

b. Dasar  Hukum Administratif


Dasar hukum  administratif bagi keberadaan perusahaan pembiayaan
konsumen, yaitu :
1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 61 Tahun 1988
tentang Lembaga Pembiayaan.
2) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia  Nomor :
1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan  dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan , yang diperbaharui dengan : Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 448/KMK.017/2000 tentang
Perusahaan Pembiayaan.

Kedudukan Para Pihak Dalam  Transaksi Pembiayaan Konsumen


Para pihak yang terkait dalam suatu transaksi pembiayaan konsumen, adalah:
a. Pihak perusahaan pembiayaan (kreditur)
b. Pihak konsumen (debitur)
c.  Pihak Supplier (penjual) 

Dalam transaksi pembiayaan konsumen terdapat tiga macam jaminan


yaitu :
a. Jaminan Utama,
Berlaku prinsip  pemberian kredit, seperti prinsip 5 C (Collateral, Capacity,
Character, Capital, Condition of Economy).
b. Jaminan Pokok, 
Berupa barang yang di beli dengan dana tersebut.  Apabila dana tersebut
diberikan misalnya untuk membeli mobil, maka mobil yang bersangkutan
menjadi jaminan pokoknya.
c.  Jaminan Tambahan
Biasanya jaminan ini berupa pengakuan hutang (Promissory Notes) atau 
Actknowledgement of Indebtedness, kuasa menjual barang, dan
Assignment of Proceed (Cessie) dari asuransi.

D. Perusahaan Modal Ventura

a. Pengertian Perusahaan Modal Ventura


 Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Perusahaan Modal
Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan
usaha pembiayaan / penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) / Sebagai pasangan
usahanya untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham,
penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan
berdasarkan pembagian atas hasil usaha.
 Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu resiko yang tinggi,
meskipun resiko yang dihadapi tinggi, pihak modal ventura mengharapkan
suatu keuntungan yang tinggi pula dari penyertaan modalnya berupa capital
gain atau deviden.  
 Kapitalis ventura atau dalam bahasa asing disebut venture capitalist (VC),
adalah seorang investor yang berinvestasi pada perusahaan modal ventura,
dan Perusahaan yang pembiayaannya dari modal ventura disebut
Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) atau investee company.
 Dana ventura ini mengelola dana investasi dari pihak ketiga (investor) yang
tujuan utamanya untuk melakukan investasi pada perusahaan yang
memiliki resiko tinggi sehingga tidak memenuhi persyaratan standar
sebagai perusahaan terbuka ataupun guna memperoleh modal pinjaman
dari perbankan. Investasi modal ventura ini dapat juga mencakup
pemberian bantuan manajerial dan teknikal.
 Sebagai bentuk kewirausahaan, pemilik modal ventura biasanya memiliki
hak suara sebagai penentu arah kebijakan perusahaan sesuai dengan jumlah
saham yang dimilikinya.
b. Dasar Hukum Modal Ventura
1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.017/1995 tanggal 3
Oktober 1995 Tentang Pendirian dan Pembinaan Perusahaan Modal
Ventura.
2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227/KMK.01/1994 tanggal 9 Juni
1994 Tentang Sektor-sektor Usaha Perusahaan Pasangan Usaha dari
Perusahaan Modal Ventura.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1992 tentang sektor-sektor usaha
Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) Perusahaan Modal Ventura.
4)  Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20
Desember 1988 Tentang ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan.
5) Kepres Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.
6) Perpres Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
7) PMK Nomor 18/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang
Perusahaan Modal Ventura

c. Tujuan Pendirian Modal Ventura


Secara garis besar maksud dan tujuan pendirian modal ventura antara lain
sebagai berikut :
1) Untuk pengembangan suatu proyek tertentu, misalnya proyek penelitian,
dimana proyek ini biasanya tanpa memikirkan keuntungan semata, akan
tetapi lebih bersifat pengembangan ilmu pengetahuan.
2) Pengembangan suatu teknologi baru atau pengembangan produk baru yang
memperoleh keuntungan dalam jangka panjang.
3) Pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan dengan tujuan untuk
mencari keuntungan.
4) Kemitraan dalam rangka pengentasan kemiskinan dengan tujuan untuk
membantu para pengusaha lemah yang kekurangan modal , tetapi tidak
punya jaminan materil
5) Alih teknologi yang dilakukan ke perusahaan yang masih menggunakan
teknologi lama sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi dan mutu
produknya.
6) Membantu perusahaan yang sedang kekurangan likuiditas.
7) Membantu pendirian perusahaan baru dimana tingkat resiko kerugiannya
sangat besar
d. Karakteristik Usaha / Perusahaan yang Menjadi Sasaran Modal Ventura
Tidak semua perusahaan bisa dibiayai oleh modal ventura, ada karakteristik
tertentu perusahaan yang biasanya dibiayai oleh modal ventura, antara
lain :
1) Perusahaan yang sedang tumbuh dan inovatif serta berpotensi
berkembang dimasa datang.
2) Perusahaan yang ingin melakukan ekspansi usaha namun mengalami
keterbatasan.
3) Perusahaan yang ingin melakukan restrukturisasi hutang-hutang.
4) Perusahaan yang sudah mempunyai pangsa pasar yang baik tetapi
fasilitas produksi sudah usang.
5) Perusahaan yang memerlukan benih modal dalam mengembangkan
suatu produk baru

e. Jenis Pembiayaan Modal Ventura


1) Equity Financing,
Merupakan jenis pembiayaan langsung dimana perusahaan modal
ventura melakukan penyertaan secara langsung pada perusahaan
pasangan usaha dengan cara mengambil bagian dari jumlah saham
milik perusahaan pasangan usaha.
2) Semi Equity Financial,
Merupakan jenis pembiayaan dengan cara membeli obligasi konversi
yang diterbitkan oleh perusahaan pasangan usaha.
3) Mendirikan perusahaan baru dalam hal ini perusahaan modal ventura
bersama-sama dengan perusahaan pasangan usaha mendirikan usaha
yang baru sama sekali.
4) Bagi Hasil, merupakan jenis pembiayaan yang ditujukan kepada usaha
kecil yang belum memiliki bentuk badan hukum PT.

f. Sumber-Sumber Dana Modal Ventura


1)  Dari dalam perusahaan sendiri :
 Setoran modal dari pemegang saham
 Cadangan laba yang belum terpakai
 Laba yang ditahan
2) Dari luar perusahaan :
 Investor baik perorangan atau industri
 Pinjaman dari Lembaga Perbankan
 Pinjaman dari Lembaga Asuransi
 Pinjaman dari Dana Pensiun
g. Keunggulan dan Kelemahan Modal Ventura
Keunggulan Modal Ventura
1) Sumber dana bagi perusahaan baru.
2) Adanya penyertaan manajemen.
3)  Keperdulian yang tinggi dari perusahaan modal Ventura.
4) Dengan adanya penyertaan modal, Perusahaan Pasangan Usaha dapat
mencari bantuan modal dalam bentuk lain.
5)  Modal Ventura menaikkan pamor Perusahaan Pasangan Usaha dan
Perusahaan Modal Ventura itu Sendiri.
6) Perusahaan Pasangan Usaha mendapat mitra baru yang dimiliki
perusahaan modal ventura.
7) Mendukung usaha kecil yg berpotensi berkembang dan memperluas
kesempatan kerja.
Kelemahan Modal Ventura
1) Jangka waktu pembiayaan yang relatif panjang.
2) Terlalu selektifnya perusahaan modal ventura dalam mencari perusahaan
pasangan usaha.
3) Kontrol manajemen perusahaan pasangan usaha dapat diambil alih oleh
perusahaan modal ventura bila menunjukan gejala kegagalan.
h. Perbedaan Modal Ventura dan Bank

Ket BANK MODAL VENTURA


Bank, Kreditur, Investor, Perusahaan Modal
Pelaku
Debitur. Ventura, PPU.
Bantuan Pembiayaan Pinjaman / Kredit Penyertaan Modal
Keterlibatan
Tidak ada Ada ( Sebagai Partner )
Manajemen
Jenis Resiko Kredit Macet Usaha Gagal
Bentuk Keuntungan Bunga Kredit Capital Gain
Pendek, Menengah,
Jangka Waktu 5 -  10 Tahun ( Jangka Panjang)
Panjang
Akhir Kontrak Lunas Divestasi

i. Daftar beberapa perusahaan Modal Ventura seperti contohnya di Jalan


Sudirman atau sekitar Indonesia.
 Pertamina
 Perusahaan Gas Negara (PGN)
 Bahana Artha Ventura (BAV)
 PT Venture Capital
 Bina Swadaya
 Kospin Jasa

E. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur


a. Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 Peraturan Presiden Nomor 9
Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Menteri Keuangan menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 100/PMK.010/2009 tentang
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
b. Peraturan tersebut mengatur tentang kegiatan usaha, tata cara pendirian
(perizinan dan permodalan), kepemilikan dan kepengurusan, kantor cabang,
pinjaman, penyertaan dan penempatan dana, pembatasan, perubahan nama,
pelaporan, pembinaan dan pengawasan, pencabutan izin usaha, serta sanksi
atas Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang khusus
didirikan untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada
proyek infrastruktur. Infrastruktur adalah prasarana yang dapat memperlancar
mobilitas arus barang dan jasa.
d. Setiap pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur, wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha dari Menteri
Keuangan.
e. Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha bagi Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
permohonan diterima secara lengkap.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Lembaga Pembiayaan beserta penjelasan mengenai jenis – jenis kegiatan
usahanya

Menurut pasal 1 ayat 2 Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 yang


dimaksud dengan Lembaga Pembiayaan adalah “Badan Usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.”

Sehingga dari pengertian tadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa paling tidak
Lembaga Pembiayaan memuat dua unsur pokok, yaitu
a. Melakukan kegiatan dalam bentuk penyediaan dana dan / atau barang
modal;
b. Tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat sehingga sering
disebut Non -  Depository Financial Institution.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan,


dimana Lembaga pembiayaan meliputi :
1. PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
Kegiatan Usahanya yaitu :
a.  Sewa Guna Usaha
1) Sewa Guna Usaha Dengan hak opsi ( Financial / Capital Lease )
2) Sewa Guna Usaha Tanpa hak opsi ( Operating Lease )
b. Anjak Piutang
Factoring atau Anjak Piutang menurut Perpres No. 9 Tahun 2009 adalah
Anjak kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang
jangka pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan atas piutang
tersebut. Dalam kegiatan factoring ada tiga pihak yang terkait, yaitu:
1) Perusahaan Factoring (factoring company), atau disebut dengan factor
sebagai suatu badan usaha yang melakukan kegiatan lembaga
pembiayaan dengan bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek perusahaan;
2) Perusahaan penjual piutang atau disebut klien (client), adalah
perusahaan yang menjual atau mengalihkan piutang atau tagihannya
kepada factor;
3)  Nasabah (customer), sebagai pihak yang berutang (debitur) kepada
klien.
c. Usaha Kartu Kredit
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Usaha Kartu Kredit adalah
kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan
menggunakan kartu kredit.

2. PERUSAHAAN MODAL VENTURA


a. Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Perusahaan Modal
Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan
usaha pembiayaan / penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan (Investee Company)
b. Sebagai pasangan usahanya untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk
penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau
pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.
c. Investasi modal ventura ini biasanya memiliki resiko yang tinggi, meskipun
demikian, pihak modal ventura mengharapkan keuntungan yang tinggi juga
dari penyertaan modalnya yaitu capital gain/deviden. 
d. Penyertaan modal yang dilakukan oleh modal ventura ini kebanyakan
dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan baru berdiri sehingga belum
memiliki suatu riwayat operasionil yang dapat menjadi catatan guna
memperoleh suatu pinjaman

3. PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR


a. Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 Peraturan Presiden Nomor
9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Menteri Keuangan
menetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
b. Peraturan tersebut mengatur tentang kegiatan usaha, tata cara pendirian
(perizinan dan permodalan), kepemilikan dan kepengurusan, kantor
cabang, pinjaman, penyertaan dan penempatan dana, pembatasan,
perubahan nama, pelaporan, pembinaan dan pengawasan, pencabutan izin
usaha, serta sanksi atas Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang khusus
didirikan untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana
pada proyek infrastruktur. Infrastruktur adalah prasarana yang dapat
memperlancar mobilitas arus barang dan jasa.
d. Setiap pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur, wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha
dari Menteri Keuangan.
e. Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha bagi Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak permohonan diterima secara lengkap.

2. Peranan Lembaga Pembiayaan bagi dunia usaha dan para Pelaku Bisnis
a. Sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang
potensial untuk menunjang pertumbuhan perekonomian nasional.
b. Disamping peran tersebut diatas, lembaga pembiayaan juga mempunyai
peran penting dalam hal pembangunan yaitu menampung dan
menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat, berperan aktif dalam
pembangunan dimana lembaga pembiayaan ini diharapkan masyarakat
atau pelaku usaha dapat mengatasi salah satu faktor yang umum dialami
yaitu faktor permodalan
B. SARAN
Setelah kami pelajari tentang Lembaga Pembiayaan ini, menurut kami pemerintah
harus lebih giat mensosialisasi setiap perubahan peraturan yang dibuat, khususnya
dalam hal perusahaan pembiayaan infrastruktur karena pada kenyataanya
masyarakat masih banyak yang kurang mengetahui  tentang peraturan mengenai
Lembaga Pembiayaan.

DAFTAR PUSTAKA
Rudy, Bahruddin dan Subagyo, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada

Sentosa, Sembiring. 2001. Hukum Dagang, Bandung: Citra Aditya Bakti

Herman Darmawi. 2006. Pasar Financial dan Lembaga-lembaga Financial.


Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai