Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALH

HUKUM AGRARIA

Disusun oleh :
Kelompok 7

PROGRAM STUDI ADMINISTRA PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS VIKTORI SORONG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,  karena berkat
Rahmat dan kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam makalah ini yang menjadi pokok pembahasan adalah “HUKUM AGRARIA ”, suatu
makalah yang menitik beratkan pada aturan atau hukum yang mengatur Tanah,Tumbuhan,
Air dan Udara atau Ruang Angkasa yang ada diatas bumi. Makalah ini dibuat dalam rangka
memperdalam  pemahaman tentang arti penting bagi akan hukum agraria dalam kehidupan
manusia lebih kuhsus bagi para tani yang hasilnya dapat menjadi masukan serta pengetahuan
yang dapat dipelajari.
Bagi kami sebagai peyusun kami merasa masih ada banyak kekurangan dalam
penyusunnan makalah ini, maka dari itu kami membutukan Kritik dan Saran yang
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini
Demikian makalah ini disusun semoga bermanfaat baik khususnya untuk kami serta
pembaca.

Sorong, 24 November 2021

Penulis
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................2
A. SEJARAH HUKUM AGRARIA...........................................................2
B. PENGERTIAN HUKUM AGRARIA....................................................2
C. ASAS HUKUM AGRARIA...................................................................4
D. TUJUAN HUKUM AGRARIA.............................................................8
Bab III : PENUTUP............................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................10
B. Saran...........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A . Latar Belakang
Manusia pada masa itu paling-paling hanya dapat mengelakkannya saja dengan satu-
satunya cara mengembara atau berpindah-pindah ke daerah yang lain dan memulai mata
pencaharian mereka itu dari awal lagi. Jadi pada masa itu manusia memang telah mengenal
hal-ihwal pertanahan, tetapi belum mampu mengubah alam yang tentunya disebabkan karena
masih kurangnya atau sangat terbatasnya pengetahuan dan ketiadaan alat. Dalam tahap ini,
pola hidup berkelompok sudah semakin umum mewarnai kehidupan manusia. Dalam tahap
ini manusia telah mengenal mata pencaharian berdagang barter tetapi tentu masih dalam
taraf,pola dan system sederhana, yakni tukar-menukar barang. Dalam system atau pola
perdagangan ini, uang sebagai alat tukar umum belum dikenal orang karena pembayaran atas
pembelian suatu barang dilakukan melalui pertukarannya dengan barang lain yang harganya
dianggap sebanding. Bersamaan dengan berkembangnya perdagangan ini, kian berkembang
pula mata pencaharian bercocok tanam sehingga dengan demikian berarti bahwa perhatian
dan pengetahuan orang pada bidang pertanahan kian berkembang pula.
Dalam tahap inilah Hukum Agraria mulai lahir meskipun belum secara formal maupun
material dapat dikatakan masih sangat primitive, masih sangat jauh dari memadahi. Hal ini
tentu saja disebabkan karena dalam hukum agraria yang masih primitif itu pengaturan hak
dan kewajiban timbal-balik antara penguasa dan warga masih belum serasi. Melalui
perkembangan zaman, Hukum Agraria tersebut menjadi kian berkembang mengalami
berbagai penyempurnaan dan pembaharuan setahap demi setahap hingga sekarang ini. Jadi
riwayat sejarah Hukum Agraria sebagamana juga bidang hukum lainnya mulai lahir dan
berkembang melalui suatu evolusi yang lama dan panjang, sejak mulai adanya pengetahuan
dan inisiatif manusia untuk menciptakan kehidupan serasi melalui hukum yang berkenaan
dengan pertanahan, yang dalam hal ini dapat kita anggap sebagai “embrio” Hukum Agraria
itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Hukum Agraria?
2. Apa pengertian Hukum Agraria?
3. Apa Asas- asas hukum agraria?

4
4. Apa tujuan hukum agraria?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah hukum agraria.
2. Untuk mengetahui pengertian hukum agraria.
3. Untuk mengetahui Asas- asas hokum agraria..
4. Untuk mengetahui maksud tujuan hokum agraria

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH HUKUM AGRARIA


Pada zaman Hindia Belanda, Hukum Agraria dibentuk berdasarkan tujuan dan
sendi-sendi dari pemerintahan Belanda dahulu yang merupakan dasar politik Agraria
Pemerntah Hindia Belanda dengan tujuan untuk mengembangkan penanaman modal asing
lainnya diperkebunan-perkebunan .Uutuk mencapai tujuan ini Pemerintah Hindia Belanda
telah menciptakan pasal 51 dari Indische Staatregeling dengan 8 ayat. Ke-8 ayat ini kemudian
dituangkan ke dalam Undang-Undang dengan nama “Agrariche Wet” dan dimuat dalam Stb.
1870-55. Kemudian dikeluarkan keputusan Raja dengan nama “Agrarisch Besluit” yang
dikeluarkan tahun 1870.
Agrarisch Besluit ini dalam pasal 1 memuat suatu asas yang sangat penting yang
merupakan asas dari semua peraturan Agraria Hindia Belanda. Asas ini disebut “Domein
Verklaring” atau juga bisa disebut asas domein, yaitu asas bahwa “semua tanah yang tidak
bisa dibuktikan pemiliknya adalah domein Negara” yaitu tanah milik negera.
Setelah Proklamasi kemerdekaan Negara kita tahun 1945, undang-undang Agraria
diatas dengan segala peraturan organiknya dan buku ke-2 KUHS tentang benda, kecuali
peratuaran-peraturan mengenai hipotek, telah dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Undang-
Undang Pokok Agraria tahun 1960 yang mulai berlaku sejak tanggal 24 September 1960
hingga sekarang hanya berlaku satu undang-undang yang mengatur agraia, yaitu Undang-
undang Pokok Agraria No.5/1960. Ini berarti bahwa dalam bidang hukum agraria telah
tercapai keseragaman hukum, atau dengan istilah hukumnya telah terdapat unifikasi hukum
agraria yang berarti bahwa berlaku satu hukum agraria bagi semua warga Indonesia.

B. PENGERTIAN HUKUM AGRARIA


Secara Etimologi , Istilah agraria berasal dari bahasa latin yaitu agre yang berarti
tanah atau sebidang tanah. Agrarius berarti pertanian, perladangan, dan pertanian, Agraria
adalah urusan pertanahan atau tanah pertanian juga urusan perpemilikan tanah. Hukum
adalah seperangkat aturan tingkah laku manusia yang berlaku dalam masyarakat, sedangkan

6
Agraria artinya tanah,ladang,tanah pertanian,segala, yang berkaitan dengan tanah. Jadi
Hukum Agraria adalah keseluruhan peraturan hidup manusia atau kaidah hukum yang
mengatur masalah agraria.

1. Pengertian Agraria Menurut Hukum Positif


Menurut hukum positif berdasarkan pasal 1 ayat 4-6 dan pasal 56 undang undang no
5/1960 yaitu :
(1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah-air dari seluruh rakyat Indonesia yang
bersatu sebagai bangsa Indonesia.
(2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya
dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air
dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional
(3) Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud dalam
ayat
(2) Pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.
(4) Dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi dibawahnya
serta yang berada dibawah air.
(5) Dalam pengertian air termasuk baik perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia.
(6) Yang dimaksud dengan ruang angkasa ialah ruang diatas bumi dan air tersebut pada ayat
(4) dan (5) pasal ini.
pengertian agraria mencakup :
1. Bumi adalah permukaan bumi ( tanah),tubuh bumi,tubuh bumi yang ada dibawah
air.
2. Air : Air laut,Air pedalaman.
3. Ruang Angkasa: Semua ruang angkasa yang ada diatas bumi.

2. Pegertian Menurut Para Ahli


1.Menurut Soebekti dan R. Tjitrosoedibio
Hukum Agraria (Agrarisch dan Recht) adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan
hukum, baik hukum perdata maupun hukum tata negara (Staatsrecht) maupun hukum tata
usaha negara ( Administratifrecht) yang mengatur hubungan-hubungan antara orang termasuk
badan hukum dengan bumi,air dan ruang angkasa dalam seluruh wilayah negara dan
mengatur pula wewenang-wewenang yang bersumber pada hubungan-hubungan tersebut.

7
2. Menurut Boedi Harsono
Hukum Agraria merupakan satu kelompok berbagai bidang hukum yang masing-
masing mengatur hak-hak penguasaan atas sumber-sumber daya alam tertentu.
3. Menurut Bachsan Mustafa
Hukum Agraria sebagai sebuah himpunan peraturan yang mengatur tentang
bagaimana para pejabat pemerintah menjalankan tugas mereka di bidang keagrarian.

4. Menurut E. Uterecht,
Pengertian hukum agraria adalah sebuah hukum yang istimewa dimana memberikan
kewajiban kepada pejabat administrasi untuk bertugas dalam mengurus berbagai macam
permasalahan mengenai agraria dalam memenuhi tugas mereka.
5. Menurut Gouw Giok Siong
Pengertian Hukum Agraria adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
mengenai agraria secara lebih luas, tidak hanya mengenai tanah saja. Misalnya persoalan
jaminan tanah untuk hutang, seperti ikatan kredit atau ikatan panen, sewa menyewa antar
golongan, pemberian izin untuk peralihan hak-hak atas tanah dan barang tetap dan
sebagainya.
6. S. J. Fockema Andrea
mengemukakan bahwa pengertian hukum agraria adalah keseluruhan peraturan
hukum mengenai usaha dan tanah pertanian, tersebar dalam berbagai bidang hukum (hukum
perdata dan hukum pemerintahan) dimana disajikan sebagai suatu kesatuan untuk keperluan
studi tertentu yang bertalian dengan pertanian dan pemilikan hak atas tanah.

C. ASAS HUKUM AGRARIA


Dalam setiap hukum terdapat beberapa asas yang terkandung di dalamnya sebagai
pedoman dan syarat yang harus dipenuhi agar tujuan hukum tersebut dapat terpenuhi. Hukum
agraria memiliki beberapa asas dalam UUPA seperti:
a. Asas Kebangsaan (pasal 1 UUPA) Pasal 1
(1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia
yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.
(2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha

8
Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan
nasional
(3) Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud
dalam ayat (2) pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.
(4) Dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi
dibawahnya serta yang berada dibawah air. Dalam pengertian air termasuk baik
perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia.
(5) Yang dimaksud dengan ruang angkasa ialah ruang diatas bumi dan air tersebut
pada ayat (4) dan (5) pasal ini.

b. Asas Hak Menguasai Negara (pasal 2 UUPA) Pasal 2.


(1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal
sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh
Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
(2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi
wewenang untuk :
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
bumi, air dan ruang angkasa,
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat
(2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti
kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum
Indonesia yang merdeka berdaulat, adil dan makmur.
(4) Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan
kepada daerah-daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar
diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-
ketentuan Peraturan Pemerintah.

c. Asas pengakuan Hak Ulayat (pasal 3 UUPA) Pasal 3.

9
Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat
dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang
menurut kenyataannya. masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak
boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih
tinggi.

d. Asas Hukum Agraria Nasional berdasar hukum adat (pasal 5 UUPA) Pasal 5.
Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat,
sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang
berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan
peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-undang ini dan dengan peraturan
perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang
bersandar pada hukum agama.

e. Asas Fungsi Sosial (pasal 6 UUPA) Pasal 6.


Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.

f. Asas Landreform (pasal 7, 10 dan 17 UUPA) Pasal 7.


Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan tanah
yang melampaui batas tidak diperkenankan. Pasal 10.
(1) Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian
pada azasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif,
dengan mencegah cara-cara pemerasan.
(2) Pelaksanaan dari pada ketentuan dalam ayat (1) pasal ini akan diatur lebih lanjut
dengan peraturan perundangan.
(3) Pengecualian terhadap azas tersebut pada ayat ( 1 ) pasal ini diatur dalam
peraturan perundangan. Pasal 17.
(1) Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 7 maka untuk mencapai tujuan yang
dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) diatur luas maksimum dan/atau minimum tanah yang
boleh dipunyai dengan sesuatu hak tersebut dalam pasal 16 oleh satu keluarga atau
badan hukum.
(2) Penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan dengan
peraturan perundangan didalam waktu yang singkat.

10
(3) Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud dalam
ayat (2) pasal ini diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian, untuk selanjutnya
dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut ketentuan-ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah.
(4) Tercapainya batas minimum termaksud dalam ayat (1)
pasal ini, yang akan ditetapkan dengan peraturan perundangan, dilaksanakan secara
berangsur-angsur.

g. Asas Tata Guna Tanah (pasal 13, 14 dan 15 UUPA) Pasal 13.
(1) Pemerintah berusaha agar supaya usaha-usaha dalam lapangan agraria diatur
sedemikian rupa, sehingga meninggikan produksi dan kemakmuran rakyat sebagai
yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) serta menjamin bagi setiap warga-negara
Indonesia derajat hidup yang sesuai dengan martabat manusia, baik bagi diri sendiri
maupun keluarganya.
(2) Pemerintah mencegah adanya usaha-usaha dalam lapangan agraria dari organisasi-
organisasi dan perseorangan yang bersifat monopoli swasta.
(3) Usaha-usaha Pemerintah dalam lapangan agraria yang bersifat monopoli hanya
dapat diselenggarakan dengan Undang-undang.
(4) Pemerintah berusaha untuk memajukan kepastian dan jaminan sosial, termasuk
bidang perburuhan, dalam usaha-usaha dilapangan agraria. Pasal 14.
(1) Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 ayat (2) dan (3) , pasal 9
ayat (2) serta pasal 10 ayat (1) dan (2) Pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia,
membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan
bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya:
a. untuk keperluan Negara,
b. untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya, sesuai dengan dasar
Ketuhanan Yang Maha Esa;
c. untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial, kebudayaan dan lain-
lain kesejahteraan;
d. untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian, peternakan dan perikanan
serta sejalan dengan itu;
e. untuk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi dan pertambangan.
(2) Berdasarkan rencana umum tersebut pada ayat (1) pasal ini dan mengingat
peraturan-peraturan yang bersangkutan, Pemerintah Daerah mengatur persediaan,

11
peruntukan dan penggunaan bumi, air serta ruang angkasa untuk daerahnya, sesuai
dengan keadaan daerah masing-masing.
(3) Peraturan Pemerintah Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini berlaku
setelah mendapat pengesahan, mengenai Daerah Tingkat I dari Presiden, Daerah
Tingkat II dari, Gubernur/Kepala Daerah yang bersangkutan dan Daerah Tingkat III
dari Bupati/Walikota/Kepala Daerah yang bersangkutan. Pasal 15.
Memelihara tanah, termasuk menambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya
adalah kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai
hubungan hukum dengan tanah itu, dengan memperhatikan pihak yang ekonomis
lemah.

h. Asas Kepentingan Umum (pasal 18 UUPA)


Pasal 18.
Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi
ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-undang.

i. Asas Pendaftaran Tanah (pasal 19 UUPA) Pasal 19.


(1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
(2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi:
a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;
b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat.
(3) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan
masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomi serta kemungkinan
penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.
(4) Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan
pendaftaran termaksud dalam ayat (1) diatas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang
tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.

D. TUJUAN HUKUM AGRARIA

12
Adapun tujuan hukum agraria diantaranya yaitu:
1. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang merupakan alat
untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat
terutama rakyat tani dalam rangka masyarakat adil dan makmur.
2. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum
pertanahan.
3. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas
tanah bagi rakyat seluruhnya.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum agraria merupakan peraturan, hukum yang mengantar manusia atau lebih
kuhsus nya masyarakat indonesia dengan asas- asas dari hukum agraria dapat memahami
ketentuan yang mengatur perihal sumber daya alam, baik bumi atau tanah dan sumber daya
alam yang terkandung di dalamnya, air, ruang udara dan angkasa. Ketentuan hukum positif
tentang keagrariaan ini mengatur peruntukan, pengelolaan, kedudukan hukum negara, status
hukum obyek agraria, hubungan hukum antara obyek hukum agraria dengan subyek hukum,
hubungan hukum subyek hukum dengan subyek hukum yang berkenaan dengan keagrariaan.
Keagrariaan secara konstitusional mengatur pengelolaan, peruntukan yang diarahkan sebesar-
besarnya bagi kemakmuran dan kesjahteraan rakyat, dan legalitas ketentuan undang-undang
sebagai peraturan organik (pelaksanaan) dari undang-undnag dasar. 

B. Saran

Bertitik tolak dari kesimpulan di atas, maka dapatlah ditarik beberapa saran untuk
kebaikan di masa yang akan datang, yang ditujukan kepada:
1. Pemerintah dan pemerhati hukum Indonesia, hendaknya selalu memberikan
penyuluhan- penyuluhan hukum kepada masyarakat luas agar timbul kesadaran
hukum dalam masyarakat, sehingga mereka dapat memahami hak dan kewajibannya
kuhsusnya masyarakat tanih dalam kehidupan sosial.
2. Pemerintah harus belajar dan melihat, peristiwa pelaksanaan pengambilan hak atas
tanah masyarakat yang telah dilakukan Pada zaman Hindia Belanda, serta masa-masa
selanjutnya, yaitu dengan cara jual beli tidak pernah terjadi konflik kepentingan yang
kemudian berimplikasi terjadinya sengketa pertanahan. Sementara pelaksanaan
pengambilan hak atas tanah masyarakat yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Indonesia menurut hukum agraria nasional sering terjadi konflik dan sangat rawan
konflik, hal ini menjadi suatu krisis kepercayaan terhadap Pemerintah dalam
melaksanakan hukum agraria nasional. Untuk itu pemerinta harus lebih tegas untuk
meperhatikan hukum agraria dimasa kini terhadap pengambilan hak tanah yaitu:
1 . Pemerintah harus membentuk peraturan atau undang-undang atau hukum
nasional yang baru bagi masyarakat tentang pengadaan tanah sebagai harapan serta
menjadi suatu solusi dalam pelaksanaan pelepasan dan penyerahan hak atas tanah.

10
2. Untuk menghindari konflik yang sering terjadi, dalam pembentukan hukum
nasional yang baru yang berlandaskan keadilan sosial, sistem ganti rugi
dihapuskan atau dirubah dan menggantinya atau kaitkan dengan hukum agama
dengan suatu sistem yang sama yaitu dengan cara memasukkan secara
dominan unsur-unsur yang dimiliki oleh hukum agama dari setiap agama-
agama yang berada di negara indonesiadengan mengawinkan
ataumenyandingkan hukum agraria Indonesia dengan hukum agama – agama
tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://herlindahpetir.lecture.ub.ac.id/2012/09/asas-asas-hukum-agraria-dalam-uupa/

http://mh.uma.ac.id/2020/11/pengertian-hukum-agraria/

https://hukumproperti.com/asas-asas-hukum-agraria/

https://www.scribd.com/doc/40580048/Agraria-5-ASAS-ASAS-HUKUM-AGRARIA

https://www.balitbangham.go.id/po-content/peraturan/uu%20no%205%201960.pdf

https://lawofficeindonesia.com/2018/04/10/pengertian-hukum-agraria-dan-hukum-tanah/

https://www.jurnalhukum.com/sejarah-hukum-agraria/

https://www.patikab.go.id/v2/id/2010/09/24/hukum-agraria-sejarah-hukum-agraria/

12

Anda mungkin juga menyukai