Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM AGRARIA

“SEJARAH TERBENTUKNYA UUPA DI INDONESIA”

DOSEN PENGAMPU: Heribertus Richard C., S.H.,M.Hum

Disusun Oleh:

Sabrina Mayla
20.11.1001.1011.120

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SAMARINDA
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN .........................................................................................I

DAFTAR ISI........................................................................................................I

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................2

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2

C. TUJUAN PENULISAN………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

A. SEJARAH TERBENTUKNYA UUPA ……..…….…….…………………


…..........................................4

B. PENETAPAN UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA ……………………


…...........5

C.TUJUAN DIBUATNYA UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA …………………


……...........6

BAB III PENUTUP...........................................................................................8

A. KESIMPULAN.............................................................................................8

DAFTAR PUSAKA………………………………………………………9

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ‘pengawasan terhadap kinerja aparatur sipil negara’
secara tepat waktu. Tugas ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Hukum
Pengawasan Terhadap Aparatur Negara di Universitas 17 Agustus 1945.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen mata
kuliah Hukum Pengawasan Terhadap Aparatur Negara. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 27 September 2021

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum agraria adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum dan norma-norma hukum, baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur tentang agraria
dan keagriaan (kepengurusannya). Kaidah-kaidah hukum dan norma-
norma hukum tersebut mengatur tentang hak-hak dan Imwajiban-
kewajiban subjek hukum, hubungan-hubungan hukum, perbuatan-perbuatan hukum yang
berobjek agraria, akibat hukum, serta sanksi hukum.
Adapun kelompok bidang hukum yang tergolong dalam pengertian ini adalah:
1.Hukum Tanah, yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah
dalam arti permukaan bumi;
2.Hukum Air, yang mengatur hak-hak penguasaan atas air menurut
Undang-Undang Sumber Daya Air;
3. Hukum Pertambangan, yang mengatur hak-hak penguasaan
atas bahan-bahan galian menurut Undang-Undang Pokok Per-
tambangan atau Undang-Undang tentang Pertambangan, Mineral,
dan Batubara;
4.Hukum Perikanan; yang mengatur hak-hak penguasaan atas
kekayaan alam yang terkandung di dalam air menurut Undang-Undang Perikanan;
5.Hukum Penguasaan Atas Tenaga dan Unsur-Unsur dalam Ruang
Angkasa (bukan "Space Law"), mengatur hak-hak penguasaan atas
tenaga dan unsur-unsur dalam rang angka yang dimaksud dalam
Pasal 48 UUPA.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan hukum agraria, adalah
keseluruhan kaidah hukum, norma hukum, baik yang tertulis maupun
tidak tertulis yang mengatur persoalan agraria. Sedangkan hukum
tanah adalah keseluruhan kaidah hukum, norma hukum, baik tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur tentang tanah. Jadi, pengertian
Hukum Agaria lebih luas dari pengertian hukum tanah, karenanya
hukum tanah merupakan bagian dari hukum agraria.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan sejarah pembentukan UUPA di indonesia
2. Kapan Undang-Undang pokok agraria diresmikan
3. Apa saja tujuan dibuatnya Undang-Undang pokok agraria

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetauhan penulis dan
pembaca tentang pengetauhannya mengenai Tujuan dibentuknya Undang-Undang Pokok
Agraria.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.3 Sejarah Terbentuknya UUPA


Sejarah Pembentukan UUPA atau Undang-Undang Pokok Agraria memiliki serangkaian
proses yang panjang dengan dimulai pada penetapan Panitia Agraria Yogyakarta (PAY).
Panitia ini dibentuk berdasarkan Surat Ketetapan Presiden No.16 oleh Soekarno pada tanggal
12 Mei 1948. Tujuan dari pembentukan panitia tersebut adalah untuk menyusun hukum
agraria yang baru serta penetapan kebijaksanaan politik agraria negara.
Setelah pembentukan panitia tersebut, Sejarah Pembentukan UUPA (Undang-Undang Pokok
Agraria) tidak serta merta jadi dapat diterapkan. Ada perjalanan panjang hingga akhirnya und
ang-undang tersebut berhasil ditetapkan. Butuh waktu yang panjang dan berbagai perundinga
n hingga akhirnya resmi diberlakukan.

Pembentukan Panitia Agraria Yogyakarta (PAY) hingga Panitia Agraria Jakarta (PAJ)

Kepanitiaan yang bertugas untuk menyusun hukum dan politik agraria ini diketuai oleh Sarim
in Reksodiharjo. Anggota dari kepanitiaan adalah para pejabat utusan kementerian dan berba
gai jawatan, wakil dari organisasi-organisasi petani yang juga tergabung sebagai anggota KNI
P, wakil Serikat Buruh Perkebunan, serta para ahli hukum terutama hukum adat.

Lima tahun berlanjut Panitia Agraria Yogyakarta hanya mampu menghasilkan karya dalam b
entuk laporan. Hasil kepanitiaan tersebut kemudian disampaikan kepada Presiden pada tangg
al 3 Februari 1950. Sementara itu merujuk pada proses pemindahan kekuasaan negara menuj
u Jakarta, maka PAY resmi dibubarkan pada tanggal 9 Maret 1951 oleh Soekarno. Pembubar
an tersebut dikeluarkan melaluk SK Presiden No. 36 tahun 1951.

Sebenarnya pembubaran panitia bertujuan untuk mengganti saja yaitu dari Pantia Agraria
Yogyakarta menjadi Panitia Agraria Jakarta (PAJ). Tugas utama dari panitia ini nyaris sama
dengan PAY. Adapun yang menjadi ketua dari PAJ masih tetap Sarimin Reksodiharjo.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden pada tanggal 29 Maret 1955 No. 55,
dibentuklah Kementerian Agraria. Kementerian tersebut berada pada masa kabinet Ali
Sastromidjojo I. Tugas utama dari kementerian ini adalah membentuk undang-undang agraria
nasional yang sesuai dengan pasal 25 ayat 1, pasal 37 ayat 1, dan pasal 38 ayat 3 dari
Undang-Undang Dasar Sementara.

3
Pembentukan Panitia Negara Urusan Agraria (Panitia Soewahjo)

Kepanitiaan Agraria Jakarta tetap berjalan dan bekerja semestinya, meskipun ketuanya telah
berganti menjadi Singgih Praptodihardjo. Akan tetapi akhirnya kepanitiaan ini dibubarkan,
karena dianggap tidak dapat menyusun Rancangan Undang-Undang Agraria. Akhirnya
berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia 14 Januari 1956, No. 1 tahun 1956,
dibentuk kembali Panitia Negara Urusan Agraria dengan ketua Soewahjo Soemodilogo yang
juga merupakan Sekretaris Jenderal Kementerian Agraria. Anggota dari kepanitiaan adalah
pejabat dari Kementerian dan Jawatan, para ahli hukum adat, serta wakil dari beberapa
organisasi petani.

Kepanitian ini memanfaatkan semua bahan yang sudah disusun oleh kedua panitia agraria
sebelumnya. Panitia Negara Urusan Agraria ini juga disebut sebagai Panitia Soewahjo yang
akhirnya berhasil membuat rancangan undang-undang tepat pada tanggal 6 Februari 1958.
Rancangan tersebut kemudian diserahkan kepada Menteri Agraria. Tidak lama berselang
kepanitiaan ini akhirnya dibubarkan, karena tugasnya dianggap telah selesai. Pokok dari
RUU hasil Panitia Soewahjo adalah:

1. Asas domein dihapuskan diganti dengan asas hak menguasai oleh negara sesuai
dengan ketentuan pasal 38 ayat 3 Undang-Undang Dasar Sementara.
2. Asas bawah tanah pertanian dikerjakan dan diusahakan sendiri oleh pemiliknya.
(Tidak disampaikan kepada DPR)

Rancangan Soenarjo

Beberapa pasal pada rancangan undang-undang yang dihasilkan Panitia Soewahjo kemudian
dirumuskan ulang dan beberapa sistematika juga mengalami perubahan. Akhirnya rancangan
tersebut kemudian menjadi suatu dokumen yang dikenal sebagai Rancangan Soenarjo.
Rancangan ini selanjutnya diajukan oleh Menteri Agraria  Soenarjo kepada Dewan Menteri
pada tanggal 15 Maret 1958. Dewan Menteri dalam sidangnya yang ke-94 akhirnya
menyetujui rancangan tersebut pada 1 April 1958. Selanjutnya rancangan tersebut diajukan
kepada DRP berdasarkan Amanat Presiden tanggal 24 April 1958 No. 1307/HK.

Rancangan ini dibahas dalam beberapa tahap oleh DPR. Pada tanggal 16 Desember 1958
dalam sidang pleno DPR, Soenarjo menjawab pemandangan umum DPR terhadap
rancangannya. DPR akhirnya memutuskan bahwa masih perlu dikumpulkan bahan-bahan
yang lebih lengkap terkait rancangan tersebut. Lalu dibentuklah panitia adhoc dengan ketua
AM. Tambunan. Panitia ini banyak sekali mendapat masukan dari Ketua Mahkamah Agung,
Wirjono Prodjodikoro, serta Seksi Agraria Universitas Agraria, Pro. Notonagoro.
Selanjutnya ketika Dekrit Presiden 1 Juli 1959 tenang pemberlakuan kembali Undang-
Undang Dasar 1945 dikeluarkan, maka Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria Soenarjo
ditarik. Penarikan tersebut secara resmi dilakukan setelah keluarnya Surat Pejabat Presiden
tanggal 23 Mei 1960 No. 1532/HK/1960. Rancangan Undang-Undang Agraria tersebut
dianggap kurang cocok, karena masih menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara
sebagai bahan acuan.

4
Rancangan Sadjarwo

Meskipun Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria ditarik, tetapi dalam kenayataannya


tetap belangsung. Rancangan tersebut kemudian disesuaikan terhadap Undang-Undang Dasar
1945 serta Manifesto Politik Indonesia dalam hal ini pidato Presiden Soekarno pada tanggal
17 Agustus 1959. Setelah proses penyesuaian dan racangan sudah menjadi lebih sempurna
dan lengkap, maka rancangan tersebut diajukan oleh Menteri Agraria Sadjarwo.

Karena diajukan oleh Menteri Sadjarwo, maka Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria
tersebut dikenal sebagai Rancangan Sadjarwo. Rancangan tersebut akhirnya disetujui oleh
Kabinet Inti dalam sidang yang dilangsungkan pada tanggal 22 Juli 1960 dan disetujui pula
oleh Kabinet Pleno dalam persidangan yang diadakan pada tanggal 1 Agustus 1960. Pada
tanggal itu pula dikeluarkan Amanat Presiden tanggal 1 Agustus 1960 No. 2584/HK/60 untuk
mengajukan rancangan tersebut kepada Dewan Perwaikilan Rakyat Gotong Royong atau
DPR-GR.

2.2 Penetapan Undang-Undang Pokok Agraria


Setelah pengajuan Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria, maka dilakukanlah berbagai
tahap. Mulai dari pemeriksaan pendahuluan, lalu dilanjutkan pembahasan dalam sidang-
sidang komisi tertutup, kemudian pemandangan umum, dan terakhir pada sidang-sidang
pleno yang diadakan tanggal 14 September 1960 akhirnya DPR-GR menerima rancangan
tersebut dengan suara bulat. Bahkan semua golongan yang tergabung dalam DPR-GR baik itu
Golongan Islam, Golongan Nasionalis, Golongan Komunis, dan Golongan Karya setuju
dengan hal itu.

Akhirnya tepat pada hari Sabtu tanggal 24 September 1960, RUU yang sebelumnya sudah
disetujui oleh DPR-GR, secara resmi disahkan oleh Presiden Soekarno menjadi Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria. Dalam diktatum Presiden kemudian lebih dikenal sebagai
Undang-Undang Pokok Agraria atau UUPA.

Penetapan UUPA menghapuskan sistem kolonial terkait hukum agraria. Nilai yang
terkandung dalam UUPA pada dasarnya merupakan hasil penjabaran dari pasal 33 ayat 2
UUD 1945. Undang-undang ini sendiri mengandung 70 pasal, 4 bab, dan 5 bagian yang
sesungguhnya masih terbilang sangat terbatas dan singkat. Dengan begitu dibutuhkan
undang-undang untuk mejabarkannya, tetapi UUPA tetap menjadi dasar hukum tertinggi
tentang hukum agraria. Undang-undang ini juga menerapkan hukum adat di dalamnya.

5
2.3 Tujuan Dibuatnya Undang-Undang Pokok Agraria

Didalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk


perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun
masyarakat yang adil dan makmur sebagai yang kita cita-citakan. Dalam pada itu hukum
Agraria yang berlaku sekarang ini, yang seharusnya merupakan salah satu alat yang penting
untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur tersebut, ternyata bahkan sebaliknya,
dalam banyak hal justru merupakan penghambat dari pada tercapainya cita-cita diatas. Hal itu
disebabkan terutama:
a. karena hukum agraria yang berlaku sekarang ini sebagian tersusun berdasarkan tujuan
dan sendi-sendi dari pemerintah jajahan, dan sebagian lainnya lagi dipengaruhi olehnya,
hingga bertentangan dengan kepentingan rakyat dan Negara didalam melaksanakan
pembangunan semesta dalam rangka menyelesaikan revolusi nasional sekarang ini;

b. karena sebagai akibat dari politik-hukum pemerintah jajahan itu hukum agraria tersebut
mempunyai sifat dualisme, yaitu dengan berlakunya peraturan-peraturan dari hukum-adat
disamping peraturan-peraturan dari dan yang didasarkan atas hukum barat, hal mana
selain menimbulkan pelbagai masa'alah antar golongan yang serba sulit, juga tidak sesuai
dengan cita-cita persatuan Bangsa;
c. karena bagi rakyat asli hukum agraria penjajahan itu tidak menjamin kepastian hukum.
Berhubung dengan itu maka perlu adanya hukum agraria baru yang nasional, yang akan
mengganti hukum yang berlaku sekarang ini, yang tidak lagi bersifat dualisme, yang
sederhana dan yang menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hukum agraria yang baru itu harus memberi kemungkinan akan tercapainya fungsi bumi, air
dan ruang angkasa sebagai yang dimaksudkan diatas dan harus sesuai pula dengan
kepentingan rakyat dan Negara serta memenuhi keperluannya, menurut permintaan zaman
dalam segala soal agraria.

6
Lain dari itu hukum agraria nasional harus mewujudkan penjelmaan dari pada azas
kerokhanian, Negara dan cita-cita Bangsa, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial serta khususnya harus
merupakan pelaksanaan dari pada ketentuan dalam pasal 33 Undang-undang Dasar dan
Garis-garis besar dari pada haluan Negara yang tercantum didalam Manifesto Politik
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1959 dan ditegaskan didalam Pidato Presiden tanggal
17 Agustus 1960.
Sungguhpun undang-undang itu formil tiada bedanya dengan undang-undang lainnya - yaitu
suatu peraturan yang dibuat oleh Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat -
tetapi mengingat akan sifatnya sebagai peraturan dasar bagi hukum agraria yang baru, maka
yang dimuat didalamnya hanyalah azas-azas serta soal-soal dalam garis besarnya saja dan
oleh karenanya disebut Undang-Undang Pokok Agraria. Adapun pelaksanaannya akan diatur
didalam berbagai undang-undang, peraturan-peraturan Pemerintah dan peraturan-
perundangan lainnya.
Demikianlah maka pada pokoknya tujuan Undang-undang Pokok Agraria ialah :
a. meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang akan merupakan
alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi Negara dan
rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.
b. meletakan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum
pertanahan.

c. meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas


tanah bagi rakyat seluruhnya.
7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Undang-undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 sebagai peraturan dasar hukum tanah
nasional, telah meletakkan dasar-dasar untuk memberikan jaminan kepastian hukum hak-hak
atas tanah. Untuk mewujudkan hal itu dilakukan pendaftaran tanah yang bersifat rechts-
kadaster, yaitu bertujuan memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini pembaca mampu mengetahui lebih dalam tentang
apa itu Sejarah Terbentuknya UUPA Di Indonesia dalam Hukum Agraria. Diharapkan para
pembaca juga melihat dari beberapa referensi lain, agar dapat memberikan pengetahuan yang
lebih baik. Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, diharapkan kritik dan saran
pembaca atas kekurangan dari makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan referensi
penulis.
8

DAFTAR PUSTAKA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG


RANCANGAN UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA. (t.thn). Dipetik Oktober21,2021,
dari jdih.kemenkeu.go.id : https://jd ih.ke me nke u. go. id/fullte xt/1960/5
TAHUN~1960UUP ENJEL. htm

Noer Fauzi. (2011,September 28). Proses Pembentukan UU Pokok agraria No 5 Tahun


1960.
Dipetik Oktober 21,2021, dari blogspot :
https://elandaharviyata.wordpress.com/2012/12/20/sejarah-pembentukanundang-undang-
pokok-agraria

HARVIYATA, E.(2020, Desember 12). Sejarah Pembentukan Undang Undang Pokok


Agraria. Dipetik Oktober 16, 2021, dari elandaharviyata.wordpress:
https://elandaharviyata.wordpress.com/2012/12/20/sejarah-pembentukanundang-undang-
pokok-agrari
9

Anda mungkin juga menyukai