Disusun oleh:
Kelompok 4
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
Nova Arini Stevia Yusuf 8111422541
Rana Tatsbisa Noer
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul: “Sejarah Lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
tahun 1960.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, khususnya kepada
Ibu Dr. Rofi Wahanisa, S. H., M. H. selaku dosen dalam mata kuliah Hukum Agraria
yang telah membimbing kami. untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati menerima masukan,
saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumya
Penyusun
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
2.1 Proses Pembentukan UUPA ................................................................................... 3
2.2 Isi dan Ketuntuan Pokok Undang-Undang Agraria ................................................ 6
2.3 Dampak Undang-Undang PA terhadap penyelenggaraan hukum Agraria di
Indonesia ....................................................................................................................... 8
BAB II ............................................................................................................................ 10
PENUTUP ...................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagi
berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tahun 1967, UU No. 20 tahun 1969, dan UU No. 4 tahun 1996. Meskipun
demikian, hingga saat ini UUPA 1960 masih menjadi landasan utama dalam
hukum agraria Indonesia. UUPA 1960 memberikan dasar hukum bagi pengaturan
tanah.
1. Asas domein dihapuskan dan diganti dengan asas hak menguasai oleh
negara sesuai dengan ketentuan pasal 38 ayat 3 Undang-Undang Dasar
Sementara.
4
Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria ditarik, tetapi dalam kenyataannya
tetap berlangsung. Rancangan tersebut kemudian disesuaikan dengan Undang-
Undang Dasar 1945 dan Manifesto Politik Indonesia, termasuk pidato Presiden
Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959. Setelah proses penyesuaian dan
perbaikan, Menteri Agraria Sadjarwo mengajukan Rancangan Undang-Undang
Pokok Agraria yang kemudian dikenal sebagai Rancangan Sadjarwo.
Rancangan tersebut disetujui oleh Kabinet Inti pada tanggal 22 Juli 1960
dan Kabinet Pleno pada tanggal 1 Agustus 1960. Pada tanggal tersebut, Amanat
Presiden tanggal 1 Agustus 1960 No. 2584/HK/60 dikeluarkan untuk mengajukan
rancangan tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong atau DPR-
GR. Setelah pengajuan Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria, dilakukan
berbagai tahap, mulai dari pemeriksaan pendahuluan, pembahasan dalam sidang-
sidang komisi tertutup, pemandangan umum, hingga sidang-sidang pleno yang
diadakan pada tanggal 14 September 1960. Akhirnya, DPR-GR menerima
rancangan tersebut dengan suara bulat. Bahkan semua golongan yang tergabung
dalam DPR-GR, termasuk Golongan Islam, Golongan Nasionalis, Golongan
Komunis, dan Golongan Karya setuju.
5
2.2 Isi dan Ketuntuan Pokok Undang-Undang Agraria
6
3. Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa
termaksud dalam ayat (2) pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.
1. Hak milik : Hak atas tanah yang bersifat tetap yaitu Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa untuk Bangunan, Hak
Membuka Tanah, dan Hak Memungut Hasil Hutan.
2. Hak sementara : Hak atas tanah yang bersifat sementara, yakni Hak Gadai
(Gadai Tanah), Hak Usaha Bagi Hasil (Perjanjian Bagi Hasil), Hak
Menumpang, dan Hak Sewa Tanah Pertanian.
3. Hak dengan status Undang-Undang : Hak atas tanah yang statusnya
mengikuti Undang-Undang, maksudnya adalah hak atas tanah bisa
berubah disebabkan perubahan Undang-Undang yang akan lahir
kemudian.
7
2.3 Dampak Undang-Undang PA terhadap penyelenggaraan hukum Agraria
di Indonesia
ndang-Undang Pokok Agraria atau nama resminya Undang-Undang No.5 tahun 1960
memiliki dampak yang signifikan dalam mengurangi ketidakadilan dan konflik agraria di
Indonesia. Namun, Undang-Undang Pokok Agraria juga dianggap belum sepenuhnya
berhasil dalam menyelesaikan masalah agraria, terutama terkait dengan pengakuan
dan perlindungan hak-hak masyarakat adat. Undang-Undang Pokok Agraria juga
mengalami beberapa perubahan dan revisi selama beberapa tahun terakhir untuk
mengakomodir perkembangan sosial dan ekonomi di Indonesia.
Lamanya Negara Belanda melakukan penjajahan di Indonesia sangat
mempengaruhi kondisi di berbagai bidang, salah satunya yaitu hukum dan politik
pertanahan atau hukum agraria Indonesia. Sebelum diresmikan-nya Undang-
Undang Pokok Agraria/ Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960, hukum agraria di
Indonesia bersifat dualistik karena terdapat nya pembagian golongan penduduk,
sesuai dengan yang ada pada Pasal 131 IS yang menyebutkan masyarakat yang
berada di Indonesia/Hindia Belanda dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Golongan Eropa yang terdiri dari semua orang Belanda, Jepang, Semua
orang dari berbagai negara yang tunduk pada hukum Belanda.
b. Golongan Bumi Putera yang terdiri dari semua orang Indonesia asli dan
mereka yang membaurkan diri dalam kehidupan rakyat Indonesia asli.
c. Golongan Timur Asing yang terdiri dari semua orang yang bukan
termasuk golongan Eropa dan golongan Timur Asing.
8
ketentuan pertanahan yang sebelumnya, antara lain ketentuan Pasal 2 ayat 1
UUPA tentang Hak Menguasai dari Negara yang menyatakan bahwa Atas dasar
ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 dan hal-hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 yaitu bumi, air dan ruang angkasa termasuk
tanah beserta kekayaan alam yang terkandung didalamnya pada tingkatan
tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
9
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Undang-Undang Pokok Agraria (UU No. 5 Tahun 1960) adalah salah satu
Undang-Undang yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. UU ini
bertujuan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan tanah, serta menjaga
keadilan dan kepastian hukum dalam pemilikan dan pemanfaatan tanah di
Indonesia.
10
Dalam hal ini, UU Pokok Agraria masih menjadi instrumen hukum
penting yang harus dipertahankan, sekaligus terus dikembangkan dalam upaya
menciptakan sistem agraria yang lebih adil dan berkelanjutan bagi masyarakat
Indonesia. Secara keseluruhan, Undang-Undang Pokok Agraria merupakan
sebuah tonggak sejarah penting dalam pembangunan agraria di Indonesia.
Namun, masih banyak tantangan yang harus diatasi dalam menjaga kepastian
hukum dan keadilan dalam penguasaan dan pengelolaan tanah di Indonesia. Oleh
karena itu, dibutuhkan upaya-upaya yang terus-menerus untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai hak-hak dan perlindungan
dalam pemilikan dan pengelolaan tanah, serta memperkuat mekanisme
perlindungan bagi para petani dan masyarakat adat.
11
Daftar Pustaka
12