TINJAUAN PUSTAKA
Secara yuridis formal Indonesia diperkenalkan dengan masalah hak cipta pada
tahun 1912, yaitu pada saat diundangkannya Auteurswet ( Wet van 23 September
1912, Staatblad 1912 Nomor 600 ), yang mulai berlaku 23 September 1912
Hal tersebut telah berlangsung cukup lama hingga saat Undang-Undang Hak
Cipta Nasional pertama diberlakukan pada tahun 1982, yaitu terkandung dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Dalam pelaksanaannya
Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1982 ini ternyata banyak ditemukan pelanggaran
terutama pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung dari waktu ke
waktu dengan semakin meluas dan sudah mencapai tingkat yang membahayakan
dan berdampak merugikan untuk mencipta, yang didefinisikan lebih luas akan
membahayakan sendi kehidupan dalam arti seluas-luasnya.
Perkembangan tindak pelanggaran hak cipta tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktor . Penyebab munculnya keadaan tersebut disebabkan oleh :
Hak Cipta muncul secara otomatis ketika suatu karya ciptaan lahir dari seorang
pencipta. Dengan demikian sistem pendaftaran Hak Cipta menggunakan sistem
deklaratif bukan sistem konstitutif seperti yang berlaku pada pendaftaran paten dan
merk, sebab tanpa dilakukannya pendaftaran oleh pencipta, ataupun pemegang hak cipta
keberadaan karya cipta tersebut tetap dilindungi hanya saja bagi ciptaan yang tidak
didaftarkan akan susah serta memakan waktu pembuktian tentang Hak Ciptanya
daripada ciptaan yang telah di daftarkan,
Terkait Ruang Lingkup dalam perlindugan hak cipta diterangkan dalam Pasal 30 ayat
(1) Undang-Undang Hak Cipta yang meliputi ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan ,seni, dan, Sastra terdiri dari :
a. Buku, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. Lagu dan/ atau musik dengan atau tanpa teks atau syair:
e. Drama, drama musical, tari,koreografi, pewayangan, dan pantonim
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni
pahat, patung, atau kolase;
g. Karya seni terapan
h. Karya arsitektur;
i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain;
k. Karya fotografi;
l. Potret;
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi,dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya
tradisional
p. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program
komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya
yang asli;
r. Permainan video; dan
s. Program komputer
Undang Undang Hak Cipta juga menjelaskan terkait hasil karya yang tidak
dilindungi.Karya-karya yang tidak dilindungi tersebut yaitu hasil karya yang belum
diwujudkan dalam bentuk nyata
Pada Pasal 42 Undang-Undang Hak Cipta juga menegaskan bahwa hasil rapat terbuka
lembaga Negara, peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraan atau pidato
pejabat pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan kitab suci atau
symbol keagamaan bukanlah suatu karya atau ciptaan
Dijelaskan dalam Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang Hak Cipta bahwa yang dapat
dialihkan hanyalah hak ekonominya saja, sedangkan hak moral tetap melekat pada diri
penciptanya. Hak ekonomi atas suatu ciptaan akan tetap berada di tangan pencipta atau
pemegang hak cipta selama si pencipta atau pemegang hak cipta tersebut tidak mengalihka
seluruh hak ekonominya
Peralihan tersebut tidak dapat dilakukan kedua kali kepada pencipta atau pemegang
hak cipta yang sama. ( Penjelasan Pasal 17 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Hak Cipta). Hal
ini menunjukan bahwa peralihan pada benda pada umumnya karena adanya hak moral
yang tidak dapat dialihkan kepada siapapun melainkan tetap melekat pada diri penciptanya
Hak cipta sendiri dianggap sebagai benda bergerak tidak berwujud, maka dari itu
peralihan hak cipta tersebut tidak dapat dilakukan dengan cara lisan. Peralihan hak cipta
sendiri haruslah dengan cara tertulis baik dengan akta otentik (akta yang dibuat dihadapan
pejabat yang berwenang) atau akta dibawah tangan. Persetujuan secara lisan saja tidak
diakui oleh Undang – Undang Hak Cipta. Hal ini untuk menjaga agar jangan sampai timbul
penyimpangan-penyimpangan terhadap hak dan kewajiban dikemudian hari, sehingga di
dalam akta perjanjian harus dibuat sejelas mungkin hak-hak yang dipindahkan akta yang
dialihkan serta hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari kedua belah pihak
Dapat diketahui bahwa hanya seorang pencipta atau pemegang hak cipta yang
diperbolehkan melakukan hal-hal tersebut diatas karena hanya pencipta yang memiliki
hak ekonomi atas karya ciptaanya. Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi
sebagaimana yang telah disebutkan diatas, harus mendapat izin pencipta atau
pemegang hak cipta terlebih dahulu. Jika tanpa izin dari pencipta atau pemegang cipta,
tidak ada seorang pun yang diperbolehkan melakukan penggandaan dan/atau
pengunaan secara komersial atas suatu ciptaan yang penjelasannya terkandung dalam
Pasal 9 ayat 2 Undang Undang Hak Cipta)
Selain Hak Ekonomi ,Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Hak Cipta, secara
gambling dijelaskan bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif yang juga terdiri dari
hak moral. Sifat pribadi yang terkandung dalam hak cipta yang melahirkan konsepsi
hak moral bagi si pencipta atau ahli warisnya. Hak moral tersebut dianggap sebagai
hak pribadi yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk mencegah terjadinya
penyimpangan atas karyanya
Hak moral tersebut merupakan perwujudan dari hubungan yang terus berlangsung
anata pencipta dengan hasil karya ciptanya meskipun pencipta atau pemegang hak
cipta telah memindahkan hak ekonomi ciptaanya kepada orang lain. Apabila
pemegang hak cipta baru (pemegang hak ekonomi) mengilagkan nama pencipta, maka
pencipta atau ahli warisnya berhak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta yang
baru supaya nama penciptanya terdahulu tetap dicantumkan dalam ciptaanya.
Pemegang hak cipta tidak diperbolehkan melakukan perubahan terhadap ciptaan
kecuali atas persetujuan pencipta ataupun ahli warisnya, dan meskipun hak cipta telah
dipindah tangankan, selama penciptaanya masih hiduo diperlukan persetujuan untuk
mengadakan perubahan atas ciptaan tersebut. Namun bila pencipta telah meninggal
dunia maka diperlukan izin dari ahli warisnya untuk melakukan perubahan terhadap
karya ciptanya.
Pasal 5 Undang-Undang Hak Cipta mengatur tentang hak moral pencipta terhadap
ciptaanya.Pencipta mempunyai hak yang melekat pada dirinya untuk:
a. Tetap mencantumkan atau tidak mencamtukan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian ciptaanya untuk umum
b. Menggunakan nama alias atau samarannya
c. Mengubah ciptaanya sesuai dengan kepatutan dalam masyarkat
d. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan,
modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau
reputasinya.
Hak moral ini juga diatur didalam konvensi internasional di bidang hak cipta yaitu
Bern Convention, yang antara lain menyebutkan bahwa pencipta memiliki hak untuk
mengklaim kepemilikan atas karyanya dan mengajukan keberatan atas perubahan,
pemotongan, penguragan, atau modifikasi lain serta aksi pelanggaran lain yang
berkaitan dengan karya tersebut, dimana hal-hal tersebut merugikan kehormatan atau
reputasi si pencipta
Begitu eratnya hubungan pencipta dan ahli warisnya dengan hak moral,maka hak
moral tersebut tidak dapat dialihkan atau melekat pada penciptanya selama masih
hidup,kecuali ada wasiat atau sebab lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan
setelah pencipta meninggal dunia. Dengan demikian hak moral pencipta ini merupakan
salah sati pembatasan dari hak cipta yang telah diserahkan kepada orang lain yang
bukan merupakan penciptanya. Hal ini mengigat sifat manunggal hak cipta yang selalu
melekat pada diri pencipta, maka dari itu hak moral tidak bisa dialihkan dari
penciptanya
Terhadap hak moral ini, walaupun hak ciptanya (hak ekonominya) telah diserahkan
sepenuhnya atau sebagian ke orang lain,pencipta tetap berwenang melayangkan
tuntutan hukum untuk mendapat ganti kerugian terhadap seorang yang dirasa
melanggar hak moralnya. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata, yang
menyatakan bahwa “tiap perbuata hukum yang karena salahnya menerbitkan kerugian
itu mengganti kerugian tersebut” . Pernyataan tersebut kemudian dipertegas dalam
Pasal 98 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta yang berbunyi “Pengalihan hak cipta atas
seluruh ciptaan kepada pihak lain tidak mengurangi hak pencipta atau ahli warisnya
untuk menggugat setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak dan tanpa
persetujuan pencipta yang melanggar hak moral pencipta”
Undang-Undang Hak Cipta secara spesifik menerangkan bahwa bagaimana cara
melindungi hak moral yang melekat pada pencipta.Hal ini dijelaskan pada Pasal 6
Undang-Undang Hak Cipta yang berbunyi “Pencipta diperbolehkan mendapat
informasi manajemen Hak Cipta yang meliputi metode atau sistem yang dapat
mengidentifikasi originalitas subtansi ciptaan dan penciptanya serta pencipta diberikan
kode akses dan kode informasi untuk mendapatkan informasi mengenai ciptaanya”
a. Karya fotografi
b. Potret
c. Karya sinematografi
d. Permainan video;
e. Program komputer;
f. Perwajahan karya tulis;
g. Terjemahan, tafsir, saduran, bungan rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi
h. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi budaya
tradisional;
i. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
program komputer atau media lainnya; dan
j. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli.
Perlindungan ciptaan yang tercantum diatas berlaku selama 50 ( lima puluh )
tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.Sedangkan perlindungan hak
cipta atas ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama 25 ( dua puluh lima )
tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
Berdasarkan ketentuan Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) serta pasal 39 ayat (1) dan ayat
(3) Undang-Undang Hak Cipta. Negara adalah sebagai pemegang Hak Cipta
atas:
(1) Ekspresi budaya tradisional dengan perlindungan tanpa batas waktu
(2) Ciptaan tidak diketahui penciptannya dan belum dilakukan pengumuman; dan
ciptaan yang telah dilakukan pengumuman tetapi tidak diketahui penciptanya dan
pihak yang mengumumkan ciptaan. Jangka waktu perlindungannya adalah 50 (lima
puluh) tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman ( Pasal 60
Undang-Undang Hak Cipta)
(3) Jangka waktu berlakunya hak cipta atas ciptaan yang diumumkan bagian demi
bagian,dihitung mulai tanggal pengumuman bagian yang terakhir. Dalam
menentukan jangka waktu hak cipta atas ciptaan terdri dari 2 jilid atau lebih,
demikian pula ikhtisar atau berita yang diumumkan secara berkala dan tidak
bersamaan waktunya, maka tiap jilid atau ikhtisar dan berita itu masing – masing
dianggap sebagai ciptaan tersendiri. ( Pasal 61 Undang-Undang Hak Cipta).
Untuk masa berlakunya hak moral dijelaskan pada Pasal 57 Undang-Undang Hak
Cipta bahwa hak moral pencipta berlaku tanpa batas waktu. Hak moral ini berlaku
selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atas ciptaan yang bersangkutan.
Pada Tahun 1997 muncul situs jejaring sosial pertama yaitu Sixdegree.com walaupun
sebenarnya pada tahun 1995 terdapat situs Classmates.com yang juga merupakan situs
jejaring sosial di banding Classmates.com
Tahun 1999 Muncul situs untuk membuat blog pribadi,yaitu Blogger, Situs ini
menawarkan penggunanya agar dapat membuat halaman situsnya sendiri.sehingga
pengguna dari Blogger ini dapat membuat hal tentang apapun.termasuk hal pribadi
ataupun untuk mengkritisi pemerintah. Bisa dikatakan blogger ini menjadi tonggak
berkembangnya sebuah media sosial. Perkembangan media sosial di Indonesia berangkat
dari masuknya internet di Indonesia lebih dikenal sebagai paguyuban network , dimana
semangat kerjasama, kekeluargaan dan gotong royong sangat hangat dan terasa di antara
para pelakunya. Agak berbeda dengan suasana Internet Indonesia pada perkembangannya
kemudian yang terasa lebih komersial dan individual di sebagian aktivitasnya, terutama
yang melibatkan perdaganga internet.
Sejak tahun 1988 ada pengguna awal internet diindonesia yang memanfaatkan CIX
(Inggris) dan Compuserve (AS) untuk mengakses internet. Berdasarkan catatan whois
ARIN dan APNIC, protokol internet (IP) pertama dari Indonesia, UI-NETLAB
(192.41.206/24) didaftarkan oleh Universitas Indonesia pada 24 juni 1988. RMS Ibrahim,
Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu, Firman Siregar, Adi
Indrayanto, dan Onno W. Purbo merupakan beberapa nama-nama legendaris di awal
pembanguan Internet Indonesia pada tahun 1992 hingga 1994. Masing-masing personal
telah mengontribusikan keahlian serta dedikasinya dalam membangun cuplikan-cuplikan
sejarah jaringan komputer diindonesia.
Berdirinya Friendster pada tahun 2002, merupakan tonggak awal lahirnya situs media
sosial. Saat itu Friendster sangat booming,dan menjadi sebuah media sosial menjadi
fenomenal terutama di Indonesia sendiri. Pada Tahun 2003 lahir juga media sosial yang
bernama LinkedIn, dan juga Myspace namun kedua media sosial ini kurang digandrungi
oleh masyrakat Indonesia.Kemudian pada tahun 2004 lahirlah aplikasi media sosial yang
paling fenomenal dari awal kemunculanya hingga saat ini yaitu Facebook. Kemudian
setelah itu mulailah aplikasi media sosial bermunculan seperti Twitter, google+,
instagram dan lainnya
Fungsi Fotografi
1) Fotografi sebagai Media Informasi
Rasanya tidak ada media massa cetak (surat kabar, tabloid, dan majalah) di negeri
ini yang tidak menyertakan foto dalam setiap terbitannya.Foto seringkali menjadi
daya tarik bagi pembaca sebelum membaca berita. Kedudukan karya foto disini
yaitu sebagai daya tarik, jadi karya foto dalam jurnalisitik yaitu sebagai
pelengkap/penunjang dari sebuah berita.
2) Fotografi sebagai Media Berekspresi
Benjamin berpendapat bahwa fotografi dan film sebagai bentuk seni inovatif yang
menggantikan bentuk - bentuk seni lama seperti lukisan dan sandiwara
Foto produk merupakan suatu cara bagaimana kita mengambil gambar sebuah
produk untuk mendiskripsikan bentuk, fungsi produk tersebut dan yang lebih
penting membuat produk tersebut agar mempunyai daya tarik penjualan terhadap
produk tersebut menarik agar dapat laris terjual.
Hal yang paling utama dalam foto produk adalah bagaimana foto tersebut dapat
meningkatkan penjualan barang,ini bisa dimulai dengan membuat barang supaya
terlihat sangat bagus dan konsep yang menarik. Sehingga pembeli dapat tertarik dan
merasa penasaran terhadap barang tersebut.