Anda di halaman 1dari 4

Nama : Debby Febiyola

Kelas :A
NPM : 17071010069
Mata Kuliah : HKI

A. Pendaftaran Paten
Sebelum mengajukan permohonan paten, sangat disarankan agar inventor
terlebih dahulu melaksanakan penelusuran (search), untuk memperoleh gambaran
apakah invensi yang diajukan memang memenuhi syarat kebaruan, artinya belum
pernah ada pengungkapan sebelumnya oleh siapapun, termasuk oleh si inventor
sendiri. Penelusuran dapat dilakukan terhadap dokumen-dokumen paten baik yang
tersimpan pada database DJHKI, maupun kantor-kantor paten lain di luar negeri yang
representatif dan juga relevan terhadap teknologi dari invensi yang akan kita
patenkan; dan juga terhada dokumen-dokumen non-paten seperti jurnal-jurnal ilmiah
yang terkait.
Penelusuran Paten bahkan sangat disarankan untuk dilakukan sebelum rencana
penelitian terhadap suatu teknologi dilaksanakan, demi untuk melakukan technology
mapping berdasarkan dokumen paten yang tersedia, sehingga penelitian bisa
dilakukan secara lebih efektif dan efisien.
Setelah dilakukan penelusuran dan dapat diyakini bahwa invensi yang akan
dipatenkan masih mengandung kebaruan, langkah selanjutnya adalah membuat
spesifikasi paten, yang terdiri sekurang-kurangnya atas:
a. Judul Invensi;
b. Latar Belakang Invensi, yang menerangkan teknologi yang ada sebelumnya serta
masalah yang terdapat pada teknologi tersebut, yang coba ditanggulangi oleh
invensi;
c. Uraian Singkat Invensi, yang menerangkan secara ringkas mengenai fitur-fitur
yang terkandung dalam, dan menyusun, invensi;
d. Uraian Lengkap Invensi, yang menerangkan mengenai bagaimana cara
melaksanakan invensi;
e. Gambar Teknik, jika diperlukan untuk menerangkan invensi secara lebih jelas;
f. Uraian Singkat Gambar, untuk menerangkan mengenai Gambar Teknik yang
disertakan;
g. Abstrak, ringkasan mengenai invensi dalam satu atau dua paragraf;
h. Klaim, yang memberi batasan mengenai fitur-fitur apa saja yang dinyatakan
sebagai baru dan inventif oleh sang inventor, sehingga layak mendapatkan hak
paten.
Penyusunan spesifikasi paten membutuhkan keahlian dan pengalaman tersendiri,
karena perlu memadukan antara bahasa teknik dan bahasa hukum di dalamnya.
Banyak Konsultan HKI Terdaftar yang memiliki kualifikasi keahlian dan pengalaman
tersebut, serta akan dapat membantu Anda dalam menyusun Spesifikasi Invensi.
Spesifikasi Paten adalah salah-satu dari persyaratan minimum yang harus
disertakan dalam mengajukan permohonan paten untuk bisa mendapat Tanggal
Penerimaan, di samping Formulir Permohonan yang diisi lengkap dan dibuat rangkap
empat, dan membayar biaya Permohonan Paten sebesar Rp. 750.000,00. Apabila
ketiga persyaratan minimum ini dipenuhi, maka permohonan akan mendapat Tanggal
Penerimaan (Filing Date).
Persyaratan lain berupa persyaratan formalitas dapat dilengkapi selama tiga bulan
sejak Tanggal Penerimaan, dan dapat dua kali diperpanjang, masing-masing untuk
dua dan satu bulan. Persyaratan formalitas tersebut adalah:
a. Surat Pernyataan Hak, yang merupakan pernyataan Pemohon Paten bahwa ia
memang memiliki hak untuk mengajukan permohonan paten tersebut;
b. Surat Pengalihan Hak, yang merupakan bukti pengalihan hak dari Inventor kepada
Pemohon Paten, jika Inventor dan Pemohon bukan orang yang sama;
c. Surat Kuasa, jika permohonan diajukan melalui Kuasa;
d. Fotokopi KTP/Identitas Pemohon, jika Pemohon perorangan;
e. Fotokopi Akta Pendirian Badan Hukum yang telah dilegalisir, jika Pemohon
adalah Badan Hukum;
f. Fotokopi NPWP Badan Hukum, jika Pemohon adalah Badan Hukum; dan
g. Fotokopi KTP/Identitas orang yang bertindak atas nama Pemohon Badan Hukum
untuk menandatangani Surat Pernyataan dan Surat Kuasa.
Setelah masa pemeriksaan dilalui dan seluruh persyaratan formalitas dinyatakan
lengkap, maka tahap berikutnya adalah Pengumuman. Masa pengumuman akan
dimulai segera setelah 18 (delapanbelas) bulan berlalu dari sejak Tanggal Penerimaan,
dan akan berlangsung selama 6 (enam) bulan. Memasuki masa pengumuman ini
permohonan paten akan dimuat dalam Berita Resmi Paten dan media resmi
pengumuman paten lainnya. Tujuannya adalah membuka kesempatan kepada
masyarakat untuk mengetahui mengenai invensi yang dimohonkan paten, di mana
masyarakat bisa mengajukan keberatan secara tertulis kepada DJHKI jika masyarakat
mengetahui bahwa invensi tersebut tidak memenuhi syarat untuk dipatenkan.
Segera setelah masa pengumuman berakhir, atau selambat-lambatnya 36
(tigapuluhenam) bulan dari Tanggal Penerimaan, pemohon dapat mengajukan
Permohonan Pemeriksaan Substantif dengan menyerahkan Formulir yang telah
dilengkapi dan membayar biaya ke DJHKI. Jika pemohon tidak mengajukan
Permohonan Pemeriksaan Substantif dalam batas waktu 36 bulan dari Tanggal
Penerimaan tersebut, maka permohonannya akan dianggap ditarik kembali dan
dengan demikian invensinya menjadi public domain.
Dalam Tahap Pemeriksaan Substantif inilah DJHKI melalui Pemeriksa Paten akan
menentukan apakah invensi yang dimohonkan paten tersebut memenuhi syarat
substantif sehingga layak diberi paten, berdasarkan dokumen-dokumen pembanding
baik dokumen paten maupun non-paten yang relevan. Dalam waktu paling lambat 36
bulan sejak Permohonan Pemeriksaan Substantif diajukan, Pemeriksa Paten sudah
harus memutuskan apakah akan menolak ataupun memberi paten.
Pemohon yang permohonan patennya ditolak dapat mengajukan banding ke
Komisi Banding Paten, yang dapat berlanjut ke Pengadilan Niaga hingga akhirnya
kasasi ke Mahkamah Agung. Jika pemohon menerima penolakan, ataupun upaya
hukum yang diajukannya tetap berujung pada penolakan, maka invensi tersebut
menjadi public domain.Terhadap Invensi yang diberi paten, DJHKI akan segera
mengeluarkan Sertifikat Hak Paten.
Pengajuan Permohonan Paten bagi sebagian orang mungkin memang melibatkan
proses yang sangat panjang dan tidak dapat dikatakan sederhana. Terlebih diperlukan
kemampuan khusus untuk dapat menyusun dokumen Spesifikasi Paten yang baik.
Untuk itu sangat disarankan bagi para calon pemohon paten - terutama bagi yang
belum berpengalaman - untuk memperoleh bantuan profesional dari Konsultan HKI
Terdaftar.

A. Penolakan Permohonan Paten


Invensi tidak dapat dipatenkan apabila:
a. pengumuman/penggunaan/pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau
kesusilaan; misalnya invensi yang kegunaannya secara spesifik adalah untuk
memakai narkoba;
b. berupa metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang
diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan; misalnya metode operasi caesar,
metode chemotherapy;
c. teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; sehingga rumus
matetmatika sehebat apapun tidak bisa dipatenkan oleh siapapun;
d. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik; serta proses biologis yang esensial
untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses
mikrobiologis. Karena ada pengecualan paten terhadap mahluk hidup inilah maka
perlindungan terhadap varietas tanaman baru hasil pemuliaan diselenggarakan
tersendiri melalui Hak PVT.
e. Perlu juga dicatat bahwa invensi tidak mencakup kreasi estetika (bisa dilindungi
dengan Hak Cipta atau Desain Industri); skema; aturan dan metode untuk
melakukan kegiatan mental, permainan, atau bisnis; aturan dan metode mengenai
program komputer (software dilindungi dengan Hak Cipta); dan presentasi
mengenai suatu informasi
Kewenangan memberikan paten didelegasikan kepada kementerian terkait.
Mekanisme pemberian persetujuan atau penolakan permohonan diatur dalam enam
pasal. Mulai Pasal 57 hingga 63. Menteri memberikan keputusan untuk memberikan
persetujuan atau menolak permohonan paten paling lama 30 bulan. Terhitung, sejak
tanggal diterimanya surat permohonan pemeriksaan substantif bila diajukan setelah
berakhirnya jangka waktu pengumuman.
Selain itu, boleh jadi berakhirnya jangka waktu pengumuman berlaku enam bulan,
terhitung sejak tanggal diumumkan permohonan dengan catatan bila permohonan
pemeriksaan substatif diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu pengumuman.
Dalam hal menteri memberikan persetujuan permohonan bila berdasarkan hasil
pemeriksaan substantif, invensi -ide inventor- yang dimohonkan paten memenuhi
ketentuan. Menteri, kemudian memberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau
kuasa terkait informasi permohonannya dikabulkan untuk diberikan paten.
Dalam kurun waktu dua bulan sejak tanggal surat pemberitahuan diberi paten,
menteri menerbitkan sertifikat paten. Terhadap pemohon, tak dapat menarik kembali
berkas permohonan atau perbaikan deskripsi dan klaim dalam jangka waktu dua bulan
sejak tanggal surat pemberitahuan diberkannya paten. Terhadap paten yang diberikan
terhadap pemohon, kemudian dicatat dan diumumkan. Namun, terdapat pengecualian
terhadap paten yang berkaitan dengan kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
Menteri terkait pun dapat memberikan petikan atau salinan dokumen paten kepada
pihak yang memerlukannya. Hanya saja, dalam rangka mendapatkan salinan dokumen
paten dari pihak kementerian terkait dikenakan biaya. Dalam UU Paten disebutkan
sertikat paten sebagai bukti hak atas paten yang diberikan kementerian yang diberikan
kewenangan. Sementara hak paten ditentukan lingkup perlindungannya berdasarkan
invensi yang diuraikan dalam klaim. Terhadap hak atas paten merupakan benda
bergerak tidak berwujud. “Perlindungan paten dibuktikan dengan dikeluarkannya
sertifikat paten yang berlaku surut sejak tanggal penerimaan,” sebut Pasal 60 UU
Paten.
Terkait dengan penolakan permohonan paten, pemeriksa melaporkan bahwa
invensi yang dimohonkan paten tidak memenuhi ketentuan yang diatur. Kemudian,
menteri memberitahukan informasi penolakan secara tertulis kepada pemohon atau
kuasanya. Pemberitahuan penolakan mencantumkan ketentuan yang mesti dipenuhi
serta alasan dan referensi yang digunakan dalam pemeriksaan substantif.
Pemohon pun mesti memberikan tanggapan dana atau memenuhi ketentuan
sebagaimana yang tercantum dalam surat pemberitahuan. Jangka waktu, paling lama
tiga bulan terhitung sejak tanggal surat pemberitahuan. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang paling lama dua bulan ke depan. Perpanjangan masih dapat diberikan
selama satu bulan ke depan dengan dikenakan biaya. Sedangkan permohonan jangka
waktu perpanjangan tersebut pun pemohon mesti mengajukan permohonan secara
tertulis ke kementerian sebelum batas waktu perpanjangan berakhir.
Bila terjadi keadaan darurat, pemohon dapat mengajukan permohonan
perpanjangan secara tertulis dengan disertai bukti pendukung yang dilayangkan ke
pihak kementerian. Nah menteri pun dapat memberikan perpanjangan jangka waktu
terhadap pemohon yang mengalami kondisi darurat paling lama selama enam bulan.
Bila pemohon memberikan tanggapan, namun tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum dalam surat pemberitahuan dalam jangka waktu dua bulan
hingga enam bulan, maka menteri memberitahukan secara tertulis permohonan
pemohon ditolak dalam kurun waktu dua bulan.
Sementara terhadap pemohon yang tidak memberikan tanggapan dalam batas
waktu yang ditentukan sebagaimana tercantum dalam surat pemberitahuan, menteri
memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada pemohon. Isinya, pemberitahuan
permohonan pemohon dianggap ditarik kembali dalam kurun waktu paling lambat dua
bulan. Terhadap permohonan yang ditolak, menteri memberitahukan penolakan secara
tertulis. Tentunya dengan berbagai alasan dan pertimbangan yang menjadi dasar
penolakan kepada pemohon maupun kuasanya.

Anda mungkin juga menyukai