Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ANNISA MUFADIILLAH

NPM : B1A020003
KELAS :C
MATA KULIAH : HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

TUGAS HAK CIPTA


1. Sejarah Hak Cipta
Kelahiran hak cipta dianggap bermula di Inggris pada awal abad ke-17 dan di Prancis
pada akhir abad ke-17. Yang mana dianggap mewakili 2 rezim hukum dan telah melahirkan
konsep economi right pada negara-negara common law dan moral right dalam hak cipta pada
negara-negara civil law.
1) Lahirnya Konsep Economi Right.
Hak cipta di Inggris dilahirkan di atas fondasi praktir bisnis percetakan dan penerbitan
buku yang sangat monopolistik dan kapitalistik yang mengabaikan hak personal si
pencipta atas ciptaannya, namun seiring dengan perkembangannya mengalami perubahan
yang mana awalnya hanya untuk kepentingan bisnis bagi kerajaan Inggris kemuadian
berubah jadi sempurna dengan pengakuan atas pencipta diwujudkan dalam bentuk
pemberian royalti yang bersifat ekonomi dan juga atas landasan pemikiran Jhon Lucke
pada saat itu.
2) Lahirnya Konsep Moral Right
Moral right berkembang di Prancis hampir sama seperti di Inggris, namun di Prancis hak
cipta dikenal dengan konsep droit d’auteur atau hak cipta di Prancis berbeda dengan
konsep copyright di Inggris. Konsep droit d’auteur menempatkan suatu ciptaan sebagai
de I’esprit atau a work of mind yang merupakan hasil dari intelektual manusia. Oleh
karena itu, suatu ciptaan tidak terpisahkan dari kepribadian pencipta dan hak ini akan
melekat selamanya dengan pencipta meskipun ciptaan tersebut dialihkan kepemilikan
pada pihak lain tetapi identitas diri manusia tetap terpancar dari karya atau ciptaannya.
Kemudian perlindungan hak cipta mulai tumbuh dengan pesat sejak ditemukannya mesin
cetak oleh J. Gutenberg pada pertengahan abad kelima belas di Eropa. Persitiwa inilah yang
menumbuhkan hak cipta. Di Inggris pemakaian istilah hak cipta digunakan untuk
menggambarkan konsep guna melindungi penerbit dari tindakan penggandaan buku oleh pihak
lain yang tidak mempunya hak untuk menerbitkannya. Perlindungan ini bukan diberika kepada
meraka melainkan kepada penerbit. Di negara Peranvis hak cipta menjelma menjadi hak ekslusif
bagi para pengarang bukan pada penerbit, baik untuk melakukan eksploitasi secara ekonomi,
maupun hak atas fasilitas lain yang berkenaan dengan karya-karyanya. Setelah menyadari bahwa
aspek ekonomi hak cipta memiliki peran yang cukup penting, maka negara-negara kemudian
menyelenggarakan konvensi mengenai hak cipta, seperti konvensi Bern 1886, Konvensi Hak
Cipta Universal 1955, WIPO Copyrights Treaty (WCT 2002).

2. Pengertian Hak Cipta


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC) sebagai pengganti
UU No. 19 Tahun 2002 memberikan pengertian bahwa hak cipta adalah hak eksklusif pencipta
yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan
dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Hak cipta eksklusif terdiri atas 2 macam hak, yaitu hak moral dan hak ekonomi.
Jadi Hak Cipta adalah hak eksklusif atau khusus bagi pencipta atas suatu hasil karya
intelektual untuk menggunakan, mengumumkan atau sekaligus juga untuk memperbanyak
ciptaannya. Hak cipta adalah hak milik intelektual yang melekat secara pribadi kepada
penciptanya, sehingga ketika karya intelektual telah berhasil diwujudkan dalam suatu bentuk
tertentu, maka sejak saat itu pula hak cipta timbul dan menjadi milik penciptanya. Sedangkan
pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara pribadi atau bersama menghasilkan
suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Yang mana ciptaan sendiri adalah setiap hasil karya
cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemapuan,
pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk yang
nyata.
Menurut Undang-Undang tentang Hak Cipta (UUHC) karya-karya intelektual yang
mendapatkan perlindungan hak cipta adalah :
1) Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis
lainnya.
2) Ceramah, kuliah, pidato, dan sejenis lainnya
3) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan
4) Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks
5) Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim
6) Karya seni rupa seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, dam
kolase
7) Karya seni terapan
8) Karya arsitektur
9) Karya seni batik
10) Karya fotografi dan potret
11) Permainan video dan program komputer
12) Dan lainnya.
Selanjutnya di dalam UUHC atau UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta secara garis
besar mengatur tentang:
a. Perlindungan Hak Cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang sejalan dengan penerapan
aturan di berbagai negara sehingga jangka waktu pelindungan Hak Cipta di bidang tertentu
diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta
meninggal dunia.
b. Pelindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para Pencipta dan/atau Pemilik Hak
Terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus (sold flat).
c. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan,
serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana.
d. Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab atas tempat penjualan dan/atau
pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di pusat tempat perbelanjaan yang
dikelolanya.
e. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek jaminan fidusia.
f. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus Ciptaan yang sudah dicatatkan, apabila
Ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan
keamanan negara, serta ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait menjadi anggota Lembaga
Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan atau Royalti.
h. Pencipta dan/atau pemilik Hak Terkait mendapat imbalan Royalti untuk Ciptaan atau
produk Hak Terkait yang dibuat dalam hubungan dinas dan digunakan secara komersial.
i. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola hak ekonomi
Pencipta dan pemilik Hak Terkait wajib mengajukan permohonan izin operasional kepada
Menteri.
j. Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana multimedia untuk merespon
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

3. Kasus-Kasus Mengenai Hak Cipta


Beberapa contoh kasus pelanggaran mengenai hak cipta :
1. Penjiplakan Karya Tulis
Sebuah karya tulis sangat rentan mengalami kasus penjiplakan, terutama di era digital
saat ini. Sangat mudah menyalin karya orang lain dan mengakuinya sebagai karya
sendiri, misalnya karya tulis seperti artikel, essai, buku, dan lainnya. Kriteria yang masuk
dalam ranah penjiplakan adalah ketika Anda menerbitkan sebuah karya tulis yang meniru
sebagian atau seluruh isi tulisan orang lain, tanpa menyertakan nama penulisnya.
2. Pembajakan Film
Pembajakan film sendiri merupakan sebuah tindakan memperbanyak dan
menyebarluaskan sebuah film tanpa izin dari pembuat film. Terlebih lagi rata rata video
bajakan dijual dengan harga yang relatif murah. Sehingga tentunya banyak masyarakat
yang kemudian lebih memilih video bajakan daripada harus membeli video original dari
film tersebut.
3. Pelanggaran Hak Cipta Lagu
Lagu juga sangat sering terkena penjiplakan atau pembajakan, misalnya dengan
menyediakan link download di sebuah situs tanpa lisensi. Hal ini tentu akan merugikan
pemilik lagu karena tidak mendapatkan royalti dari penjualan lagu mereka.
4. Pembajakan Software
Kasus pembajakan software di mana oknum akan menyebarkan software tertentu di
internet untuk didapatkan pengguna secara gratis. Padahal untuk memilikinya dibutuhkan
lisensi yang harus dibeli. Banyak pengguna menggunakan software bajakan ini karena
mahalnya harga software asli. Software yang banyak dibajak seperti Microsoft Office,
Photoshop, Coreldraw, dan berbagai perangkat lunak lainnya.
5. Pelanggaran Hak Cipta Film Soekarno
6. Pelanggaran Hak Cipta Film Benyamin Kerok
Contoh Kasusnya :
1. Kasus PT Nirwana Arvindo Mahaputra Dengan Hairo
PT Nirwana Arvindo Mahaputra adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang desain
grafis. Perusahaan ini memasarkan dan memperdagangkan karya dan jasanya secara
nasional mapun internsional, melalui pemasaran secara langsung maupun melalui media
internet. Pada tanggal 21 januari 2008 Pt Nirwana membuat dan mendaftarkan website
perusahaan http://www.NirwanaArvindoMahaputra.com dan melakukan upload karya-
karya desain grafisnya dalam website tersebut. Kemudian pada tanggal 13 Februari 2008
PT Nirwana mengetahui dari salah seorang pegawainya, bahwa salah satu karya desain
grafis mereka telah digunakan seseorang dalam web-pages di website
(http://www.deviantart.com) dan diakui sebagai ciptaan dari seseorang berkebangsaan
Thailand yang beridentitas Hairo, karya desain grafis tersebut didapatkan dengan cara
didownload dari website perusahaan PT Nirwana tanpa izin.

Sumbernya :
1. E-book Mengenal Hak cipta melalui tanya jawab dan contoh kasus, Karya Yusran Isnaini
S.H., M.Hum
2. E-book Hak Cipta Atas Buku, karya Anis Mashdurohatun
3. Jurnal UIN Suska, Sejarah Hak Cipta.
4. Website Hukamnas “Kasus Pelanggaran Hak Cipta”
5. Website Tribrata news “https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2019/02/16/5-contoh-kasus-
pelanggaran-hukum-hak-cipta-teknologi-informasi/”

Anda mungkin juga menyukai