Anda di halaman 1dari 40

TINJAUAN TERHADAP BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM

BAGI HAK LUKISAN MENURUT UNDANG-UNDANG


NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA

PROPOSAL PENELITIAN

Proposal ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Gelar
Program Strata 1 Ilmu Hukum

Oleh

AMRIANI
NIM 191130589

BAGIAN HUKUM PERDATA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

TINJAUAN TERHADAP BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM


BAGI HAK LUKISAN MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA

Di Susun Oleh :

Nama : AMRIANI
Nim : 191130589
Program Studi : Ilmu Hukum
Peminatan : Hukum Perdata

Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Disajikan Pada ujian proposal


Dihadapan Tim Penguji Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Pembimbing I Pembimbing II

RIEZKA EKHA MAYASARI.,SH.,MH PATMA SARI.,SH.,MH


NIDN: 0923058401 NIDN: 0001089205

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ..........................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................6

C. Tujuan Penelitian..................................................................................6

D. Manfaat Penelitian................................................................................6

E. Defenisi Oprasional..............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................8

A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan..........................................8

1. Pengertian Perlindungan Hukum........................................................8

2. Prinsip Perlindungan..........................................................................11

3. Bentuk Perlindungan Hukum.............................................................13

B. Tinjauan Umum Tentang Hak Cipta................................................15

1. Pengertian Hak Cipta..........................................................................15

2. Ruang Lingkup Hak Cipta..................................................................19

3. Jenis Hak Cipta...................................................................................23

4. Subyek Hak Cipta...............................................................................24

C. Tinjauan Umum Tentang Karya Lukisan........................................25

1. Penegertian Seni Lukis.......................................................................25

2. Tujuan Seni Lukis...............................................................................28

3. Fungsi dan Unsur Seni Lukis..............................................................30

iii
BAB III METODE PENELITIAN................................................................34

A. Lokasi Penelitian..................................................................................34

B. Jenis dan Sumber Data..........................................................................34

C. Teknik Pengumpulan Data...................................................................35

D. Analisis Data.........................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................36

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah suatu negara yang berkembang terutana dalam Perkem

bangan teknologi informasi yang terjadi dalam masyarakat saat ini

menunjukan era global yang begitu pesat. Teknologi informasi menjadi salah

satu kebutuhan yang penting bagi manusia. Banyaknya perubahan yang terjad

i dalam masyarakat yang pada awalnya bersifat analog menjadi bersifat serba

digital dalam perkembangan teknologi. Hal tersebut dapat dilihat pada era mo

dern saat ini, dimana teknologi informasi menjadi suatu tren perkembangan te

knologi.1 Teknologi informasi sebagai suatu bidang ilmu yang berkembang sa

at ini dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan perad

aban manusia. Teknologi dapat digunakan untuk sarana diskusi, simulasi, dan

untuk kegiatan pembelajaran.

Perkembangan dan kemajuan dalam bidang perekonomian sangat mem

pengaruhi suksesnya pembangunan nasional yang diprogramkan pemerintah.

Hal ini ditandai dengan terciptanya iklim bisnis yang sehat dan mengarah pad

a persaingan yang menimbulkan semangat pada pelaku-pelaku bisnis untuk m

enciptakan sesuatu yang baru dalam bidang teknologi, industri, teknologi info

rmasi karya seni maupun karya-karya lain yang sangat bermanfaat dalam men

unjang kehidupan manusia.

1
Ade Maman, 2002, Aspek Hukum Dalam Teknologi, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 28.

1
Hak cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang

memiliki ruang lingkup objek yang dilindungi paling luas, karena mencakup i

lmu pengetahuan.. Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta atau pemegang

hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin

untuk itu dalam bidang pengetahuan, kesenian, dan kesusastraan, dengan pem

batasanpembatasan tertentu.2 Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak

moral dan hak ekonomi, apabila salah satu atau kedua hak ini dilanggar oleh

pihak lain maka pencipta dapat menuntut haknya melalui jalur jalur hukum

sesuai aturan yang ada di negara kesatua Republik Indonesia

Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak

Cipta (selanjutnya disebut UU Hak Cipta) diatur bahwa hak cipta adalah hak

eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif

setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pemb

atasan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dengan adanya prinsip

deklaratif pada hak cipta, membuat masih banyak masyarakat tidak menyadar

i bahwa suatu karya yang dihasilkan dapat dilindungi keberadaannya sehingg

a tidak dapat disalahgunakan oleh pihak lain sesuai dengan peraturan perunda

ngundangan yang berlaku walaupun karya tersebut tidak didaftarkan.

Dalam Pasal 28C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo

nesia Tahun 1945, diatur bahwa setiap orang memiliki hak untuk mengemban

gkan diri dan meningkatkan kualitas hidupnya. Hak cipta memberikan perlind

ungan agar supaya pencipta dapat sepenuhnya mengambil manfaat dari hasil

ciptaannya. Pada UU Hak Cipta secara eksplisit dilindungi setiap karya ciptaa

n sehingga setiap pencipta dapat menikmati manfaat haknya terhadap ciptaan


2
Munir Fuady, 2011, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm.34

2
yang dibuat. Selain itu, pelanggaran terhadap hak cipta akan diberikan sanksi

bagi pelaku. Undang-undang ini juga secara umum mengatur tentang lingkup

hak cipta, masa berlaku, pendaftaran ciptaan, lisensi, dewan hak cipta, hak ter

kait, pengelolaan hak cipta, serta ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.3

Upaya perlindungan bagi pencipta karya juga dilakukan dengan memberikan

batasan sosial untuk tidak mempergunakan, menggandakan, mendistribusikan,

mentransmisikan, atau mempublikasikan serta kegiatan lain yang sejenis terh

adap suatu karya cipta tanpa persetujuan pencipta maupun pemegang hak cipt

a atau sebelum masa perlindungannya habis. Pencipta juga berhak mendapat

ganti rugi atas kegiatan pelanggaran Hak Cipta tersebut.

Seni merupakan salah satu bidang yang menarik perhatian dan simpati

masyarakat Indonesia, tidak sedikit dari masyarakat kita yang berjiwa seni da

n hidup dari seni. Salah satu bidang seni yang banyak dijumpai di masyarkat

dan tidak asing lagi adalah seni lukis. Setiap karya cipta ataupun ide-ide yang

telah dituangkan dalam suatu bentuk karya seni misalnya lukisan membutuhk

an jaminan perlindungan hukum dari pelanggaran-pelanggaran hukum yang a

kan merugikan penciptanya seperti misal pemalsuan, peniruan karya cipta den

gan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya secara fina

ncial. Latar belakang inilah yang mendorong pemerintah mengundangkan Un

dangUndang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta. Dijelaskan pada pasal

1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014 bahwa hak cipta merupakan hak ek

slusif bagi penciptanya atau penerima hak untuk mengumumkan dan memper

banyak ciptaanya atau memberi ijin untuk itu, dengan tidak mengurangi pemb

atasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ha


3
Kholis Roisah, 2015, Konsep Hukum Hak kekayaan Intelektual, Malang: Setara Press, hlm. 82

3
k cipta sebagai hak khusus ini, hanya diberikan kepada pencipta atau pemega

ng hak cipta tersebut, orang lain dilarang menggunakanya kecuali atas ijin pe

ncipta atau pemegang hak cipta.

Suatu karya cipta sangat dianjurkan untuk didaftarkan kepada Direktora

t Jenderal Hak Kekayaan Intelektual untuk mendapatkan hak cipta, sesuai den

gan perundang-undangan yang berlaku, karena pendaftaran ini akan sangat m

embantu pencipta apabila terjadi suatu tindakan-tindakan yang merugikan bag

i pencipta, terutama karya cipta yang berbentuk lukisan. Di kalangan pelukis

penjiplakan dengan maksud melukis ulang sebuah lukisan milik orang lain m

erupakan sesuatu yang tidak melanggar hukum selama dilakukan sesuai deng

an ketentuan yang berlaku yaitu selama masa berlaku hak cipta lukisan yang

dilukis ulang telah habis dan adanya pengakuan secara moral terhadap pelukis

aslinya, misalnya lukisan ‘Monalisa’ banyak dijumpai di berbagai tempat, di

mana lukisan tersebut bukan karya asli pelukisnya. Hal ini dianggap tidak mel

anggar hukum karena masa berlaku hak cipta lukisan tersebut telah habis dan

secara tidak langsung masyarakat telah mengakui pelukis aslinya walaupun ta

npa penulisan nama pelukis aslinya. Pelukisan ulang akan menjadi sesuatu ya

ng melanggar hukum apabila pelukisan ulang tersebut berubah menjadi penjip

lakan lukisan tanpa ada pengakuan secara moral terhadap pelukis aslinya, ijin

dari pelukis aslinya serta dilakukan pada saat masa berlaku hak cipta lukisan t

ersebut belum habis. Apalagi penjiplakan tersebut sudah bertujuan terhadap s

esuatu yang bersifat komersial.

Terjadinya pelanggaran hak cipta lukisan dan tidak terungkapnya pelan

ggaran tersebut, bahkan sampai tidak terselesaikanya masalah-masalah pelang

4
garan tersebut dilatar belakangi oleh pemahaman masyarakat khususnya pelu

kis yang masih kurang memahami terhadap arti penting pendaftaran hak cipta

lukisan. Para pelukis cenderung menganggap bahwa hasil karya ciptaanya tid

ak bernilai sehingga masih banyak pelukis yang enggan untuk mendaftarkan

karya ciptanya. Mereka baru menyadari arti penting pendaftaran hak cipta set

elah terjadinya pelanggaran hak cipta karyanya. Sebenarnya pendaftaran hak

cipta sangat membantu dalam pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran ha

k cipta, bahkan nantinya juga mempermudah terselesaikanya sebuah sengketa

pelanggaran hak cipta apabila hal tersebut berubah menjadi sengketa.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas peneliti merasa tertarik mengadakan

penelitian mengenai arti penting hak cipta, mulai dari jenis-jenis atau bentuk-

bentuk lukisan yang dapat memperoleh perlindungan hak cipta, bentuk perlin

dungan hukum terhadap pemegang hak cipta, sampai hambatanhambatan yan

g dihadapi pada saat pelaksanaan pengajuan permohonan pendaftaran hak cipt

a lukisan. Dengan hal ini maka peneliti mencoba mengangkat dalam bentuk S

kripsi yang berjudul “Tinjauan Terhadap Bentuk Perlindungan Hukum

Bagi Hak Lukisan Menurut Undang-Undang nomor 28 tahun 2014 tentan

g Hak Cipta”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Und

ang kepada pemegang hak cipta lukisan?

5
2. Hambatan apa saja yang terjadi pada saat pelaksanaan pengajuan permoho

nan pendaftaran hak cipta lukisan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan melihat Bagaimana Bentuk perlindungan hukum ya

ng diberikan oleh Undang-Undang kepada pemegang hak cipta lukisan

2. Untuk mengetahui dan melihat Hambatan apa saja yang terjadi pada saat p

elaksanaan pengajuan permohonan pendaftaran hak cipta lukisan.

D. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dapat berguna bagi praktisi hukum yang berkaitan Tinjauan Te

rhadap Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Hak Lukisan Menurut Undang-

Undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.

2. Diharapkan dapat berguna bagi masyarakat khusus Tinjauan Terhadap

Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Hak Lukisan Menurut Undang-Undang

nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta”

E. Defenisi Oprasional

1. Perlidungan Hukum memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia y

ang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masy

arakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh h

ukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hu

kum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan r

asa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai an

caman dari pihak manapun.

2. Hak adalah segala sesuatu yang didapatkan oleh pihak tertentu karena satu

kondisi tertentu

6
3. Lukisan adalah sebuah karya seni yang dalam pembuatannya dilakukan de

ngan cara memulaskan cat dengan kuas, pisau palet dan lain sebagainya ya

ng dalam pemulasan memakai berbagai warna dan gradasi dengan kompos

isi dan kedalaman tertentu dari sebuah warna dalam sebuah pelarut dan pe

ngikat serta air sebagai pengencernya.

4. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berda

sarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk n

yata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan peru

ndang-undangan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Perlindungan

1. Pengertian Perlidungan

7
Kehadiran hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan da

n mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa bertentangan antar

a satu sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa mengintegrasikannya sehin

gga benturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan seminimal mungkin. Isti

lah “hukum” dalam bahasa Inggris dapat disebut sebagai law atau legal. Dala

m subbab ini akan dibahas pengertian hukum ditinjau dari sisi terminologi ke

bahasaan yang merujuk pada pengertian dalam beberapa kamus serta pengerti

an hukum yang merujuk pada beberapa pendapat ataupun teori. pengertian ata

u arti hukum adalah hal yang masih sulit dicari karena luasnya ruang lingkup

dan berbagai macam bidang yang dijadikan sumber ditemukannya hukum.4

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untu

k melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa ya

ng tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan kete

ntraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya seb

agai manusia.5

Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa Indonesia menurut KBBI

adalah “peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikuk

uhkan oleh penguasa ataupun pemerintah, undang-undang, peraturan, dan seb

againya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan atau kaidah ten

tang peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan ol

eh hakim dalam pengadilan, atau vonis.6

4
Anom. 2002. Perlindungan Hukum. Graha bakti;yogyakarta. Hal. 16
5
Setiono. Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta. Magister Ilmu Hukum Program Pascasarja
na Universitas Sebelas Maret. 2004. hlm. 3
6
Ibid. Hal. 21

8
Perlindungan hukum diciptakan sebagai sarana atau instrumen untuk m

engatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban subyek hukum. Di samping itu, hu

kum juga berfungsi sebagai instrumen perlindungan bagi subyek hukum

adapun perlindungan hukum dapat dibagi menjadi 2.

a. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk menc

egah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan pe

rundangundangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran ser

ta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan sutu

kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sank

si seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila

sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.7

Penegakan hukum dan keadilan harus menggunakan jalur pemikiran ya

ng tepat dengan alat bukti dan barang bukti untuk merealisasikan keadilan hu

kum dan isi hukum harus ditentukan oleh keyakinan etis, adil tidaknya suatu

perkara. Persoalan hukum menjadi nyata jika para perangkat hukum melaksan

akan dengan baik serta memenuhi, menepati aturan yang telah dibakukan sehi

ngga tidak terjadi penyelewengan aturan dan hukum yang telah dilakukan sec

ara sistematis, artinya menggunakan kodifikasi dan unifikasi hukum demi ter

wujudnya kepastian hukum dan keadilan hukum.8

7
Ibid. Hal. 23
8
Ishaq. Dasar-dasar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika. 2009. hlm. 43

9
Hukum berfungsi sebagai pelindungan kepentingan manusia, agar kepe

ntingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara profesional. P

elaksanaan hukum dapat berlangsung normal, damai, dan tertib. Hukum yang

telah dilanggar harus ditegakkan melalui penegakkan hukum. Penegakkan hu

kum menghendaki kepastian hukum, kepastian hukum merupakan perlindung

an yustisiable terhadap tindakan sewenang-wenang. Masyarakat mengharapka

n adanya kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum masyarak

at akan tertib, aman dan damai. Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pel

aksanaan penegakkan hukum. Hukum adalah untuk manusia maka pelaksanaa

n hukum harus memberi manfaat, kegunaan bagi masyarakat jangan sampai h

ukum dilaksanakan menimbulkan keresahan di dalam masyarakat. Masyaraka

t yang mendapatkan perlakuan yang baik dan benar akan mewujudkan keadaa

n yang tata tentrem raharja. Hukum dapat melindungi hak dan kewajiban setia

p individu dalam kenyataan yang senyatanya, dengan perlindungan hukum ya

ng kokoh akan terwujud tujuan hukum secara umum: ketertiban, keamanan, k

etentraman, kesejahteraan, kedamaian, kebenaran, dan keadilan. Aturan huku

m baik berupa undang-undang maupun hukum tidak tertulis, dengan demikia

n, berisi aturan-aturan yang bersifat umum yang menjadi pedoman bagi indivi

du bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan

sesama maupun dalam hubungannya dengan masyarakat.

2. Prinsip Perlindungan Hukum

Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu da

n bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-h

ak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep t

10
entang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahka

n kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan p

emerintah.9 Aspek dominan dalam konsep barat tentang hak asasi manusia ad

alah “menekankan eksistensi hak dan kebebasan yang melekat pada kodrat m

anusia dan statusnya sebagai individu, hak tersebut berada di atas negara dan

di atas semua organisasi politik dan bersifat mutlak sehingga tidak dapat diga

nggu gugat”. Karena konsep ini, maka sering kali dilontarkan kritik bahwa “k

onsep Barat tentang hak-hak asasi manusia adalah konsep yang individualisti

k. Kemudian dengan masuknya hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi serta ha

k kultural, terdapat kecenderungan mulai melunturnya sifat indivudualistik da

ri konsep Barat.10

Peran pemerintah dan pengadilan dalam menjaga kepastian hukum sang

at penting. Pemerintah tidak boleh menerbitkan aturan pelaksanaan yang tida

k diatur oleh undang-undang atau bertentangan dengan undang-undang. Apab

ila hal itu terjadi, pengadilan harus menyatakan bahwa peraturan demikian bat

al demi hukum, artinya dianggap tidak pernah ada sehingga akibat yang terjad

i karena adanya peraturan itu harus dipulihkan seperti sediakala. Akan tetapi,

apabila pemerintah tetap tidak mau mencabut aturan yang telah dinyatakan ba

tal itu, hal itu akan berubah menjadi masalah politik antara pemerintah dan pe

mbentuk undang-undang. Yang lebih parah lagi apabila lembaga perwakilan r

akyat sebagai pembentuk undang-undang tidak mempersoalkan keengganan p

emerintah mencabut aturan yang dinyatakan batal oleh pengadilan tersebut. S

9
Fitri hidayat,perlindungan hukum unsur esensial dalam suatu Negara hukum, skripsi:yogyakarta.
Hal. 17
10
Ibid. 23

11
udah barang tentu hal semacam itu tidak memberikan kepastian hukum dan a

kibatnya hukum tidak mempunyai daya prediktibilitas.

Dalam merumuskan prinsi-prinsip perlindungan hukum di Indonesia, la

ndasannya adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi p

erlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep Rech

tstaat dan ”Rule of The Law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai

kerangka berfikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan huku

m di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat da

n martabat manusia yang bersumber pada Pancasila. Prinsip perlindungan huk

um terhadap tindak pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut

sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindun

gan terhadap hak-hak asasi menusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasa

n dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.

Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara adil dan

jujur serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Rasa keadilan da

n hukum harus ditegakkan berdasarkan Hukum Positif untuk menegakkan kea

dilan dalam hukum sesuai dengan realitas masyarakat yang menghendaki terc

apainya masyarakat yang aman dan damai. Keadilan harus dibangun sesuai de

ngan cita hukum (Rechtidee) dalam negara hukum (Rechtsstaat), bukan negar

a kekuasaan (Machtsstaat).11

3. Bentuk Perlindungan Hukum

11
Ishaq. Dasar-dasar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika. 2009. hlm. 45

12
Menurut Philipus M. Hadjon,12 sarana perlindungan Hukum ada dua ma

cam, yaitu :

a. Sarana Perlindungan Hukum Preventif

Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempat

an untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusa

n pemerintah . Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa. Perlindun

gan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang d

idasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan h

ukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam

mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum a

da pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.

b. Sarana Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengket

a. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadila

n Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Pri

nsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bers

umber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak

asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep t

entang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diara

hkan kepada pembatasanpembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat

dan pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhad

ap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pe

ngakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan

12
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, penerbit Bina Ilmu 1989 S
urabaya. Hal 20

13
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan

dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.13

Indonesia dewasa ini terdapat berbagai badan yang secara partial

menangani perlindungan hukum bagi rakyat, yang dikelompokkan menjadi 3

(tiga) badan, yaitu:

1) Pengadilan dalam lingkup peradilan umum dewasa ini dalam praktek

telah ditempuh jalan untuk menyerahkan suatu perkara tertentu kepada

peradilan umum sebagai perbuatan melawan hukum oleh penguasa.

2) Instansi pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi

penanganan perlindungan hukum bagi rakyat melalui instansi

pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi adalah

permintaan banding terhadap suatu tindak pemerintah oleh pihak yang

merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah tersebut. Instansi

pemerintah yang berwenang untuk merubah bahkan dapat membatalkan

tindakan pemerintah tersebut.

3) Badan-badan khusus, merupakan badan yang terkait dan berwenang

untuk menyelesaikan suatu sengketa. Badan-badan khusus tersebut

antara lain adalah Kantor Urusan Perumahan, Pengadilan Kepegawaian,

Badan Sensor Film, Panitia Urusan Piutang Negara, serta Peradilan

Administrasi Negara.14

B. Tinjauan Umum Tentang Hak Cipta

1. Pengertian Hak Cipta

13
Ibid. 34
http://karyatulisilmiah.com/pengertian-perlindungan-hukum/ terkahir diakses ta
14

nggal 15 desember 2021.

14
Pertama kali di indonesia Istilah hak cipta pertama kali diusulkan oleh S

t. Moh. Syah, pada Kongres Kebudayaan di Bandung tahun 1951 sebagai pen

gganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas cakupan pengertian. I

stilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Bel

anda Auteurs Recht15Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul seca

ra otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan d

alam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai kententuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam bukunya, H. OK. Saidin memberikan perbandingan terhadap pen

gertian hak cipta16

a) berdasarkan Pasal 1 dalam Auteurswet 1912 diatur, hak cipta adalah ha

k tunggal dari pencipta, atau hak dari yang mendapatkan hak tersebut, a

tas hasil ciptaanya dalam lapangan kesusasteraan, pengetauan dan kesen

ian, untuk mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pemb

atasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang17

b) Kedua, berdasarkan Universal Copyright Convention. Dalam Pasal V U

niversal Copyright Convention, diatur bahwa: “hak cipta meliputi hak t

unggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa unt

uk membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini.

Jika dicermati batasan pengertian yang diberikan oleh ketiga ketentuan

di atas, maka hampir dapat disimpulkan bahwa ketiganya memberikan penger

tian yang sama, yakni hak cipta merupakan hak khusus atau hak eksklusif yan

15
Ajip Rosidi, 1984, Undang-Undang Hak Cipta 1982, Pandangan Seorang Awam, Jakar
ta: Djambatan, hlm.3.
16
Ibid
17
BPHN, 1976, Seminar Hak Cipta, hlm. 44

15
g dimiliki oleh pencipta. Penjelasan lebih lanjut mengenai istilah hak eksklusi

f dari pencipta adalah tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak ters

ebut keculai dengan izin pencipta.18

ada dua unsur penting yang harus terkandung atau termuat dalam rumus

an atau terminologi hak cipta yaitu yaitu Hak moral yang dalam keadaan baga

imanapun, dan dengan jalan apa pun tidak dapat ditinggalkan daripadanya

dan Hak yang dapat dipindahkan atau dialihkan kepada pihak yang lain (hak e

konomi).

Dalam hak cipta terdapat juga dua hak yang maknanya sama yang diun

gkapkan dalam pernyataan di atas, yaitu:

1) Hak Moral

Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau reput

asi pencipta. Hak moral melekat pada pribadi pencipta atau penemu. Apabi

la hak ekonomi dapat dialihkan kepada pihak lain, maka hak moral tidak d

apat dipisahkan dari pencipta atau penemu karena bersifat pribadi dan keka

l. Sifat abadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik, ke

mampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta atau penemu. K

ekal artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan setel

ah meninggal. Termasuk dalam hak moral adalah hak-hak yang berikut ini:

Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta atau paten supaya nama p

encipta atau penemu tetap dicantumkan pada ciptaan dan penemuannya da

n Hak untuk tidak untuk melakukan perubahan pada ciptaan atau penemua

n tanpa persetujuan pencipta, penemu, atau ahli warisnya. Serta Hak penci

18

16
pta atau penemu untuk mengadakan perubahan pada ciptaan atau penemua

n sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan dalam masyarakat.

2) Hak Ekonomi

Hak cipta juga berhubungan dengan kepentingan-kepentingan yang be

rsifat ekonomi (Economic Rights). Adanya kepentingan-kepentingan yang

bersifat ekonomi di dalam hak cipta tersebut, merupakan suatu perwujudan

dari sifat hak cipta itu sendiri, yaitu bahwa ciptaan-ciptaan yang merupaka

n produk olah pikir manusia itu mempunyai nilai, karena ciptaanciptaan ter

sebut merupakan suatu bentuk kekayaan, walaupun bentujnya tidak berwuj

ud.

Dalam terminologi hukum perdata, hak cipta adalah hak privat, hak ke

perdataan. Dalam hak keperdataan itu terdapat nilai yang dapat diukur saca

ra ekonomi, yaitu berupa hak kebendaan. Hak yang dapat dialihkan atau di

pindahkan itu sekaligus memberikan jawaban atas kedudukan hak cipta dal

am sistem hukum benda, yang meletakkan hak cipta sebagai hak kebendaa

n immateriil (benda tak berwujud). 31 Dalam UndangUndang No. 28 Tahu

n 2014 tentang Hak Cipta, hak itu disebut hak ekonomi atau economy rigts.

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipt

a untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.19 Berdasarkan Pasal 9

ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta diatur bah

wa:20 Pencipta atau Pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk mel

akukan Penerbitan Ciptaan, Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya,

Penerjemahan Ciptaan, Pengadaptasian, Pengaransemenan, atau Pentranfor

19
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 8
20
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 9

17
masian Ciptaan, Pendistribusian Ciptaan atau salinannya, Pertunjukan Cipt

aan, Pengumuman Ciptaan, Komunikasi Ciptaan dan Penyewaan Ciptaan.

Jenis hak ekonomi pada setiap klasifikasi hak kekayaan intelektual da

pat berbeda-beda. Pada hak cipta jenis hak ekonomi lebih banyak jika diba

ndingkan dengan paten dan merek. Jenis hak ekonomi pada hak cipta adala

h sebagai berikut:21

1) Hak memperbanyak (penggandaan) adalah penggandaan atau pena

mbahan jumlah ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sam

a, atau menyerupai ciptaan tersebut dengan menggunakan bahan-ba

han yang sama maupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan ci

ptaan.

2) Hak adaptasi (penyesuaian) adalah penyesuaian dari satu ke bentuk

lain, seperti penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain, novel ja

di sinetron, patung dijadikan lukisan, dan drama pertunjukan dijadi

kan drama radio.

3) pengumuman (penyiaran) adalah pembacaan, penyuaraan, penyiara

n, atau penyebaran ciptaan dengan menggunakan alat apapun dan d

engan cara sedemikian rupa, sehingga ciptaan dapat dibaca, dideng

ar, dilihat, dijual, atau disewa oleh orang lain.

4) Hak pertunjukan (penampilan) adalah mempertontonkan, mempert

unjukkan, mempergelarkan, memamerkan, ciptaan, dibidang seni o

leh musisi, dramawan, seniman, atau pragawati.

2. Ruang Lingkup Hak Cipta

21
Abdulkadir Muhammad, 2001, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung: Ci
tra Aditya Bakti, hlm. 33

18
a. Jenis Ciptaan yang Dilindungi Hak Cipta

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta memberikan

pengertian bahwa ciptaan adalah setiap hasil karya di bidang ilmu pengetahua

n, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajina

si, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk n

yata. Ide dasar sistem hak cipta adalah untuk melindungi wujud asli hasil kary

a manusia yang lahir karena kemampuan intelektualnya. Perlindungan hukum

ini hanya berlaku kepada ciptaan yang telah berwujud secra khas sehingga da

pat dilihat, didengar atau dibaca.22

Mengenai permasalahan ciptaan yang dilindungi, secara eksplisit dijelask

an dalam Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta, selengkapnya ketentuan ini merinci beberapa bagian ciptaan yang

dilindungi hak ciptanya, yakni:

1) buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil k

arya tulis lainnya;

2) ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

3) alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetah

uan;

4) lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

5) drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

6) karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kali

grafi, seni pahat, patung, atau kolase;

7) karya seni terapan;


22
Hasbir Paserangi, Ibrahim Ahmad, 2011, Hak Kekayaan Intelektual, Hukum Hak Cipta Perangk
at Lunak Program Komputer Dalam Hubungannya dengan PrinsipPrinsip TRIPs di Indonesia, Jaka
rta: Rabbani Press, hlm. 27

19
8) karya arsitektur;

9) peta;

10) karya seni batik atau seni motif lain;

11) karya fotografi;

12) potret;

13) karya sinematografi;

14) terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aranseme

n, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

15) terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi b

udaya tradisional;

16) kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca denga

n Program Komputer maupun media lainnya;

17) kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupak

an karya yang asli;

18) permainan video; dan 19) Program Komputer.

Jenis-jenis ciptaan yang dilindungi tersebut dapat dibagi menjadi dua ke

lompok, yaitu ciptaan yang sifatnya asli (original) dan ciptaan yang bersifat t

urunan (derivative). Ciptaan yang bersifat original adalah ciptaan dalam bent

uk atau wujud aslinya sebagaimana yang diciptakan oleh pencipta, belum dil

akukan perubahan bentuk atau pengalihwujudan kedalam bentuk berbeda.23

Adapun jenis ciptaan asli terdiri dari:24

a) Buku, pamflet dan semua hasil karya tulis lainnya;

b) Seni tari (koreografi);


23
Yusran Isnaini, 2009, Hak Cipta dan Tatanannya di Era Cyber Space, Jakarta: Ghalia Indonesia,
hlm. 29-30.
24
Hasbir Paserangi, Ibrahim Ahmad, Op.cit, hlm.32

20
c) Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung;

d) Seni batik;

e) Ciptaan lagu atau musik tanpa teks; dan 6. Karya arsitektur.

Sedangkan Ciptaan yang bersifat turunan derivatif adalah karya baru y

ang terwujud didasarkan pada suatu karya yang telah ada sebelumnya.25

Ciptaan turunan terdiri dari:26

a) Hasil rapat terbuka lembaga negara;

b) Peraturan perundang-undangan;

c) Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah;

d) Putusan pengadilan atau penetapan hakim;

e) Kitab suci atau simbol kenegaraan.

b. Karakteristik dan Prinsip Hak Cipta

Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak dan immateriil. Hak cipta ti

dak dapat dialihkan secara lisan, harus dialihkan dengan akta otentik atau akta

di bawah tangan. Berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 20

14 tentang Hak Cipta ditentukan bahwa hak cipta yang dimiliki oleh pencipta

yang tidak diumumkan yang setelah penciptanya meninggal dunia menjadi mi

lik ahli warisnya atau penerima wasiat, dan tidak dapat disita.

Hak cipta mengandung beberapa prinsip dasar (basic principles) yang s

ecara konseptual digunakan sebagai landasan pengaturan hak cipta di semua n

egara, baik itu yang menganut Civil Law System maupun Common Law Syst

em. Beberapa prinsip yang dimaksud adalah:27

25
Yusran Isnaini, Loc.cit
26
Hasbir Paserangi, Ibrahim Ahmad, Loc.cit
27
S.M. Hutagalung, 2002, Hak Cipta Kedudukan dan Peranannya dalam Pembangunan, Jakarta: A
kademika Pressindo, hlm. 42.

21
1. Yang dilindungi hak cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli. Prinsi

p ini adalah prinsip yang paling mendasar dari perlindungan hak cipta, m

aksudnya yaitu bahwa hak cipta hanya berkenaan dengan bentuk perwuju

dan dari suatu ciptaan. Prinsip ini dapat ditutunkan menjadi beberapa prin

sip lain sebagai prinsip-prinsip yang berada lebih rendah atau sub-princip

les, yaitu:

a. Suatu ciptaan harus mempunyai keaslian (original) utuk dapat menik

mati hak-hak yang diberikan Undang-Undang Keaslian sangat erat h

ubungannya dengan bentuk perwujudan suatu ciptaan.

b. Suatu ciptaan mempunyai hak cipta jika ciptaan yang bersangkutan d

iwujudkan dalam bentuk tulisan atau bentuk material yang lain. Ini b

erarti suatu ide atau suatu pikiran belum merupakan suatu ciptaan.

c. Hak cipta adalah hak eksklusif dari pencipta atau penerima hak untu

k mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, hal tersebut berarti

bahwa tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak tersebut tanpa

seizin pencipta atau pemegang hak cipta.

3. Jenis Hak Cipta

Dalam lingkup hukum kekayaan intelektual, hak cipta dianggap sebag

ai hak kehendak yang tidak berwujud yang dapat dialihkan kepemilikannya k

epada orang lain, baik melalui pewarisan, hibah, wasiat, maupun perjanjian. P

engalihan melalu perjanjian dapat berlangsung dalam bentuk jual beli atau lis

ensi. Kepemilikan juga dapat dapat beralih karena sebab-sebab yang dibenark

an oleh peraturan perundang-undangan.28Sesuai dengan konsepsi hak cipta, ha

28
Soelistyo Henry, 2011, Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 5
1.

22
k moral bersifat abadi dan melekat pada nama pencipta, sedangkan hak ekono

mi mengenal batas waktu, yaitu batas untuk menikmati manfaat ekonomi pad

a ciptaan. Dengan kata lain, merupakan batasan masa penguasaan monopoli d

an peluang melakukan eksploitasi ciptaan. Bila batas waktu berakhir, ketentua

n monopoli juga berakhir. Status ciptaan dengan demikian menjadi public do

main. Ini berarti, masyarakat bebas mengeksploitasi tanpa memerlukan lisensi.

Hak cipta tidak memerlukan pendataran untuk mendapatkan perlindun

gan hukum, prinsip ini berasal dari konvensi Bern yang mengatur bahwa perli

ndungan hukum sebuah ciptaan tidak diperoleh karena sebuah pendaftaran me

lainkan telah diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Meskipun pendaftaran bu

kanlah sebuah kewajiban, dalam praktik pendaftaran ciptaan terbukti sangan

bermanfaat bagi para pencipta karena dapat dipergunakan sebagai alat bukti ji

ka terjadi sengketa dengan pihak ketiga.29Mengenai sifat dasar hak cipta maka

perlu diketahui bahwa sifat dasar hak cipta pada dasarnya hak cipta ini merup

akan satu kekayaan intelektual dalam kondisi yang tidak berwujud (Intagible

Right) dan sangat pribadi, sehingga orang lain yang akan mewujudkannya wa

jib mendapatkan izin atau lisensi dari pemegang hak ciptanya secara sah. 30 M

aka dengan begitu maka sangat tidak diperbolehkan untuk menyalin ataupun

membajak suatu karya ciptaan orang lain.

4. Subjektif Hak Cipta

Secara yuridis, Pasal 1 angka 2 dan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No

mor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta membedakan terminologi antara penci

29
Utomo Suryo, 2010, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global. Yogyakarta: PT.Graha Ilm
u, hlm 71-72.
30
Lutviansari Arif, 2010, Hak Cipta dan Perlindungan Folkor di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilm
u, hlm. 71

23
pta dan pemegang hak cipta. Pemegang hak cipta adalah Pencipta sebagai pe

milik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta,

atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak

tersebut secara sah. Dalam konteks hukum yang dianggap pencipta adalah ora

ng yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pa

da suatu ciptaan, juga orang yang namanya terdaftar dalam daftar umum cipta

an dan pengumuman resmi.

Pencipta dan kepemilikan adalah pokok utama yang terpenting dalam hu

kum hak cipta, yang dimaksud pencipta harus mempunyai kualifikasi tertentu

agar hasil karyanya dapat dilindungi. Seorang pencipta harus mempunyai ide

ntitas dan status untuk menentukan kepemilikan hak. Pada dasarnya seorang y

ang membuahkan karya tertentu adalah seorang pemilik hak cipta. Pencipta a

dalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama yang dari inspir

asinya lahir suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.

C. Tinjauan Umun Tentang Karya Lukisan

1. Pengertian Seni Lukis

Diidentifikasikan sebagai sebuah keindahan karena keindahan disini mer

upakan unsur yang sangat urgen dalam seni. Herber Read menyebutkan bahw

a seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang men

yenangkan. Bentuk yang menyenangkan disini diartikan sebagai sebagai bent

uk yang dapat membingkai perasaan keindahan. Lebih lanjut lagi memahami

sebuah karya seni Suzanne K. Langer, seorang filsuf Amerika, mengatakan se

ni merupakan bentuk simbolis dari perasaan manusia, bentuk-bentuk simbolis

yang mengalami tranformasi yang merupakan universalisasi dari sebuah peng

24
alaman atau bukan sekedar terjemahan dari sebuah pengalaman tertentu. Dala

m prosesnya mentransformasikan pengalaman atau perasaan emotifnya, seora

ng seniman memilih atau menggunakan material untuk diolah menjadi sebuah

medium. Medium tersebut kemudian diolah lagi menjadi wujud-wujud tertent

u sesuai isi gagasan yang ia miliki. Dengan dasar penggunaan material-mediu

m yang berbeda, yang digunakan oleh seniman dalam menciptakan sebuah ka

rya seni.31

Ada hubungan di antara semua seni, semuanya mempunyai masalah yang

sama dalam hal estetika. Adapun terjadinya perbedaan di antara semua seni h

anyalah secara fisik karena adanya material-medium yang digunakan. Berbica

ra definisi dari seni lukis, Seni lukis adalah salah satu kesenian yang mengacu

pada bentuk visual, yang merupakan susunan atau komposisi dari unsur-unsur

atau elemeneleman rupa yaitu, garis, warna, tekstur, bangun (shape). Unsur-u

nsur inilah yang membangun tanda-tanda visual dalam seni lukis. Garis yang

merupakan dua titik yang dihubungkan, dalam dunia seni rupa (seni lukis) ser

ing dihadirkan bukan saja sebagai garis tetapi terkadang garis dihadirkan seba

gai simbol emosi yang diungkapkan lewat garis, atau lebih tepat disebut gores

an. Goresan atau garis yang dibuat oleh seorang seniman akan memberikan k

esan psikologis yang berbeda pada tiap garis yang dihadirkan. Warna dalam s

eni lukis mempunyai peran yang sangat esensial. Kita boleh mengaitkan warn

a itu dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tegangan (tension), deskripsi ala

m (naturalisme), ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik. Tekstur (textur

e) adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan, yang sengaja

dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk
31
Herbert Read , 1959. The Meaning of Art, New York : Pinguin Book, hlm. 1

25
memberikan rasa tertentu. Pada prinsipnya membuat permukaan wajah menja

di rasa tertentu secara perabaan atau secara visual. Bangun (shape) adalah sua

tu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) atau ju

ga dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau karena adanya tekstur. Di da

lam karya seni bangun digunakan sebagai simbol perasaan seniman di dalam

menggambarkan obyek hasil rangsang cipta seniman dalam usahanya

menciptakan bentuk-bentuk yang enyenangkan (subjek metter) sesuai gaya da

n cara pengungkapan secara pribadi senimannya. Terkadang terjadi kesimpan

gsiuran pengertian antara seni lukis dan seni gambar. Lukisan dan gambar tid

ak bisa dibedakan dengan sekedar memilahkan material yang digunakan. Teta

pi lebih jauh lagi untuk memilahkan keduanya memerlukan pertimbangan est

etik, latar belakang pembuatan karya, dan sebagainya. Menggambar pada ting

kat yang paling sederhana adalah dasar bagi segala hal. Dalam seni rupa gam

bar ternyata berdiri sebagai fakta kasat mata yang memperlihatkan pikiran da

n rencana seniman di setiap wilayah kreatifitasnya. Gambar pada garis besarn

ya memiliki tiga kegunaan. Pada tingkat pertama, gambar merupakan notasi

(catatan) tentang benda atau situasi yang pada saat tertentu dianggap menarik

oleh si penggambar. Notasi sebagai hasil gambar umumnya bermuatan garis y

ang sekaligus gambaran sekilas dan dikerjakan dalam tempo cepat.

gambar hadir dan membuktikan dirinya sebagai karya seni yang utuh dan

berdiri sendiri. Pada fungsi ini gambar telah memperlihatkan kelengkapan per

nyataan seniman. Perlakuan gambar pada fungsi ini kadang kerap pula dipadu

dengan inovasi tehnik lainnya, ketika gambar berpadu dengan cerita (sastra)

maka disebut komik. Terakhir adalah gambar berfungsi sebagai media studi y

26
ang melandasi pekerjaan berikutnya seperti lukis, patung, artsitektur, ilmu pe

ngetahuan dan lain-lainnya. Pada mulanya seni gambar merupakan karya ilust

rasi , yaitu untuk menerangkan atau memberi keterangan terhadap orang lain.

Di sisi lain menggambar merupakan medium untuk mencapai simbol figuratif

dalam pencapaian bentuk seni lukis atau dengan kata lain seni lukis adalah se

buah pengembangan yang lebih utuh dari gambar. Secara sepintas seni gamba

r merupakan seni lukis yang menonjolkan unsur garis sedangkan seni lukis se

ndiri lebih menonjolkan pada warna. Namun pada penerapan dan perkembang

an seni gambar pada kurun selanjutnya mengabaikan pendapat tersebut, dan s

eni gambar bukan lagi sebagai karya ilustrasi, bahkan kini seni gambar meng

gunakan medium seperti yang berlaku pada seni lukis. Selanjutnya, yang dim

aksud lukisan mahluk bernyawa pada persoalan ini adalah lukisan yang mena

mpilkan sosok-sosok atau tubuh baik manusia atau binatang sebagai obyek at

au pokok soal (subyek metter) sebuah lukisan.

2. Tujuan Seni Lukis

Seni lukis merupakan jenis seni rupa yang di buat berdesarkan berbagai

tujuan misalnya lukisan yang dibuat dengan tujuan untuk mendekatkan diri

kepada sang pencipta merupakan tujuan relegius dari seni lukis. Selain itu

bertujuan pula untuk keagamaan, ekonomi, perkembagan serta kemajuan bagi

pencita seni lukis. Seni lukis memiliki beberapa tujuan dalam seni tersebut

yang bebeda dengan yang lainnya. Adapun tujuan Seni lukis ujuan ekspresi, k

ritik sosial, komersil, religius, simbolis, estetis, dan terapi.

a. Tujuan Ekspresi

27
Tujuan ekspresi yang di maksud dalam arti tersebut yaitu suatu seni

lukis yang dibuat untuk mengekspresikan apa yang dirasakan serta apa

yang menjadi pemikiran oleh diri sendiri. Seni lukis menjadi cara untuk di

komunikasikan secara verbal ekspresi diri dari seorang seniman atau

pembuat lukisan guna mengupkan ekspresi dari hati dan pemikirannya.

Lukisan adalah bahasa yang mengekspresikan diri universal yang

melampui waktu dan tempatnya. Artinya yang di maksud tersebut ekspresi

diri dalam bentuk lukisan bisa di jangkau oleh semua orang di dunia walau

mereka berbicara dengan berbahsa yang berbeda. Seni lukis juga disebut

sebagai melampaui waktu dan tempat, artinya seorang seniman bisa menge

kspresikan apa saja yang tidak peduli dimanapun dan kapanpun. Ekspresi t

ersebut kemudian akan bertahan lama dan terabadikan dalam lukisan, sehi

ngga disebut melebihi waktu.

b. Tujuan kritik sosial

Tujuan kritik sosial adalah seni lukis yang dibuat untuk mengkritik suatu p

ermasalahan dalam masyarakat. Lukisan dengan tujuan kritik sosial biasan

ya berangkat dari seorang seniman terhadap cara pemerintah atau pejabat s

etempat dalam menangani suatu permasalahan.

c. Tujuan Komersil

Tujuan komersil seni lukis adalah lukisan yang dibuat untuk kemudian diju

al dan menghasilkan pendapatan. Lukisan dengan tujuan komersil biasany

a disesuaikan dengan selera dan keinginan pembelinya.

d. Tujuan Religius

28
tujuan religius seni lukis bertujuan mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Lukisan dengan tujuan religius merupakan penggambaran suatu kepercaya

an, pengabdian, dan juga persembahan kepada Yang Maha Kuasa. Lukisan

tujuan religius dapat menggambarkan ritual ibadah suatu agama, peristiwa

penting suatu kepercayaan, Tuhan, Dewa, Nabi, ataupun nenek moyang da

lam suatu kepercayaan.

e. Tujuan Simbolis dan ritual

Dilaporkan dari Lumen Learning , seni juga digunakan sebagai simbol dal

am suatu ritual. Misalnya ritual spiritual dan magis pada kebudayaan masa

lampau. Beberapa budaya melukis bentuk-bentuk khusus dan dewa-dewa

mereka sebagai bentuk permintaan rezeki dan penangkal adanya bahaya.

f. Tujuan Estetika

Tujuan estetis seni lukis murni dibuat untuk estetika dan keindahan saja. L

ukisan dengan tujuan estetis yang digunakan sebagai hiasan, pajangan, dan

dekorasi yang menambah keindahan suatu tempat.

g. Tujuan Terapi

Seni lukis juga dapat ditujukan untuk terapi. Reporting dari Psychology To

day , terapi seni membantu seseorang untuk mengeksplorasi emosi, menin

gkatkan kepercayaan diri, mengelola kecanduan obat-obatan, menghilangk

an stres, mengurangi gejala kecemasan dan stres, serta membantu penyem

buhan fisik

3. Fungsi dan Unsur Seni Lukis

Fungsi seni Lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa yang ber

bentuk dua dimensi dan diwujudkan dalam bidang seperti kanvas, papan, kert

29
as, dan lainnya. Karya dari seni lukis disebut dengan lukisan, sedangkan oran

g yang membuat karya seni lukis disebut sebagai pelukis. Seni lukis tercipta d

ari hasil imajinasi pelukis yang diekspresikan melalui media garis, warna, tek

stur, gelap terang, bidang dan bentuk. Seni lukis memiliki berbagai fungsi bag

i pelukisnya.

Selain berfungsi sebagai sarana hiburan atau sarana imajinasi pemikiran

seseorang adapula fungsi lainnya, ada beberapa fungsi seni lukis lainnya secar

a umum.

a. Fungsi religius, yakni seni lukis berfungsi sebagai bentuk pengabdian ya

ng ditujukan kepada Tuhan.

b. Fungsi simbolis, yakni seni lukis berfungsi untuk menjadikan lukisan ters

ebut sebagai simbol tertentu, seperti simbol kekuatan, simbol kepahlawan

an, dan sebagainya.

c. Fungsi estetik, yakni seni lukis berfungsi untuk menekankan pada segi ke

indahan dan nilai estetika dalam membuat sebuah lukisan untuk dijadikan

hiasan atau dekorasi.

d. Fungsi komersial, yakni seni lukis berfungsi untuk untuk mendapat keunt

ungan komersial dengan mengutamakan selera pembeli.

e. Fungsi ekspresi, yakni seni lukis berfungsi untuk menunjukkan ekspresi a

tau emosi dalam diri pelukis.

f. Fungsi kritik sosial, yakni seni lukis berfungsi untuk menunjukkan kritik

atau ketidakpuasan terhadap pemerintah maupun penguasa setempat.

Adapun unsur seni lukis di bagi menjadi dua. berikut unsur-unsur dalam

seni lukis, baik unsur visual maupun unsur non-visual.

30
a. Unsur Visual

Unsur visual terdiri dari unsur-unsur yang bisa dilihat oleh indra pengliha

tan.

1) Titik (point), merupakan unsur paling sederhana pada seni lukis.

2) Garis (line), merupakan goresan atau tarikan dari titik yang satu ke titik y

ang lain. Bentuk garis bermacam-macam, ada garis lurus, garis lengkung,

garis putus-putus, garis tak beraturan, dan lainnya.

3) Bidang (field), merupakan pertemuan antara beberapa garis yang akan m

embentuk bidang geometrik (seperti segitiga dan persegi) dan bidang org

anik (lengkung bebas).

4) Bentuk (shape), merupakan penggabungan unsur bidang, misalnya sebua

h kotak terwujud dari empat sisi bidang yang disatukan.

5) Ruang (space), merupakan pertemuan dari beberapa bidang yang terbent

uk karena volume.

6) Warna (color), memiliki tiga dasar warna, yaitu merah, kuning, dan biru.

Warna memberikan kesan tertentu serta menambah keindahan dan nilai e

stetika pada lukisan.

7) Tekstur (texture), merupakan permukaan suatu benda, ada yang halus dan

kasar.

b. Unsur Non- Visual

Unsur non-visual terdiri dari unsur-unsur yang tidak dapat dilihat oleh in

dra penglihatan.

31
1) Imajinasi, yakni wujud gagasan dan khayalan dari dalam diri pelukis.

2) Pandangan hidup, yakni ideologi dan buah pemikiran pelukis terhadap su

atu hal.

3) Pengalaman, yakni hal-hal yang telah dilalui oleh pelukis semasa hidupn

ya.

4) Konsep, yakni sketsa awal atau peta awal dalam menggambarkan lukisan.

5) Sikap estetik, yakni kepekaan pelukis terhadap nilai estetika atau keindah

an.

Pada fungsi ini gambar telah memperlihatkan kelengkapan pernyataan se

niman. Perlakuan gambar pada fungsi ini kadang kerap pula dipadu dengan in

ovasi tehnik lainnya, ketika gambar berpadu dengan cerita (sastra) maka diseb

ut komik. Terakhir adalah gambar berfungsi sebagai media studi yang meland

asi pekerjaan berikutnya seperti lukis, patung, artsitektur, ilmu pengetahuan d

an lain-lainnya. Pada mulanya seni gambar merupakan karya ilustrasi , yaitu u

ntuk menerangkan atau memberi keterangan terhadap orang lain. Di sisi lain

menggambar merupakan medium untuk mencapai simbol figuratif dalam pen

capaian bentuk seni lukis atau dengan kata lain seni lukis adalah sebuah peng

embangan yang lebih utuh dari gambar. Secara sepintas seni gambar merupak

an seni lukis yang menonjolkan unsur garis sedangkan seni lukis sendiri lebih

menonjolkan pada warna. Namun pada penerapan dan perkembangan seni ga

mbar pada kurun selanjutnya mengabaikan pendapat tersebut, dan seni gamba

r bukan lagi sebagai karya ilustrasi, bahkan kini seni gambar menggunakan m

edium seperti yang berlaku pada seni lukis.14 Selanjutnya, yang dimaksud lu

kisan mahluk bernyawa pada persoalan ini adalah lukisan yang menampilkan

32
sosok-sosok atau tubuh baik manusia atau binatang sebagai obyek atau pokok

soal (subyek metter) sebuah lukisan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah yang terdapat di dalam penelitian ini mak

a type atau jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

(legal research). Penelitian hukum ini dlakukan dengan menggunakan bahan

pustaka atau data sekunder yang diperoleh oleh berbagai literalatur atau

berbagai sumber dalam peraturan perundang-undangan yang berakitan denga

n skripsi ini.

B. Jenis dan Sumber Data

Data pendukung dalam penelitian ilmiah yang penulis lakukan terdiri

atas 2 (dua) jenis data, yakni:

1 Data primer yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung mela

lui website, majalah, dan sumber informasi lainnya sehubungan dengan pe

nelitian ini tinjauan terhadap bentuk perlindungan Hukum bagi hak lukisan

menurut undang-undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

a Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

c Undang- Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta

2 Sumber data sekunder, yaitu data tentang obyek penelitian yang disediaka

n dalam penelitian ini terkait dengan tinjauan terhadap bentuk

perlindungan Hukum bagi hak lukisan menurut undang-undang nomor 28

33
tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dilihat dari undang-undang nomor 28 tahu

n 2014 tentang hak cipta. data termaksud data-data yang telah di publikasi

kan dalam bentuk apapun, baik itu dari dari jurnal, e-book, buku cetak, ma

jalah webside. Dapat di kumpulkan lalu di analisis dalam suatu penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data Primer dilakukan dengan berbagai literatur

dalam masalah yang akan di teliti oleh peneliti, tinjauan terhadap bentuk

perlindungan Hukum bagi hak lukisan menurut undang-undang nomor 28

tahun 2014 tentang Hak Cipta. memberikan keterangan yang diperlukan dala

m pembahasan objek penelitian. Sedangkan Teknik pengumpulan data Sekun

der dilakukan dengan Studi Pustaka (library research), yaitu teknik pengump

ulan data yang dilakukan dengan penelitian pada buku-buku literatur, artikel,

koran serta dokumen-dokumen yang dapat mendukung dan berkaitan dengan

permasalahan yang akan dikaji.

D. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memeriksa

segala bentuk data dari komponen penelitian yaitu penganalisisan data yang d

iperoleh dari berbagai literatur dengan cara menjelaskan dan menganalisis ke

nyataan objek dan mengelola informasi menajdi valid. Sehingga penelitian ini

tidak hanya menarik sebuah kesimpulan tetapi juga dapat memberikan saran t

erhadap masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.

34
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 2001, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektua


l, Bandung: Citra Aditya Bakti,
Ade Maman, 2002, Aspek Hukum Dalam Teknologi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ajip Rosidi, 1984, Undang-Undang Hak Cipta 1982, Pandangan Seorang Awam,
Jakarta: Djambatan.
H. OK. Saidin, 2006, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada,
Hasbir Paserangi, Ibrahim Ahmad, 2011, Hak Kekayaan Intelektual, Hukum Hak
Cipta Perangkat Lunak Program Komputer Dalam Hubungannya denga
n PrinsipPrinsip TRIPs di Indonesia, Jakarta: Rabbani Press.
Kholis Roisah, 2015, Konsep Hukum Hak kekayaan Intelektual, Malang: Setara P
ress, hlm. 82
Lutviansari Arif, 2010, Hak Cipta dan Perlindungan Folkor di Indonesia. Yogyaka
rta: Graha Ilmu.
Munir Fuady, 2011, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung: Citra Aditya Bakti.
Pontodi, 2011. Teknologi Media Sosial. Sumber Media. Jakarta.
Resti Dhyah P, 2019, Perlindungan Hukum Pencipta Karya Sinematografi Terhad
ap Pelanggaran Hak Cipta Melalui Situs Streaming Dan Unduh Gratis
Di Era Revolusi Industri 4.0, Surakarta.
Reyfel A. Rantung, 2014, “Hak Cipta Dalam Jaringan Internet Ditinjau Dari Unda
ng-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta”, Jurnal Ilmu Hu
kum Sam Ratulangi, Vol.II, Nomor 1, Januari-Maret.
S.M. Hutagalung, 2002, Hak Cipta Kedudukan dan Peranannya dalam Pembangu
nan, Jakarta: Akademika Pressindo.
Soelistyo Henry, 2011, Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Jakarta: PT. Raja Grafindo P
ersada.
Utomo Suryo, 2010, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global. Yogyakarta:
PT.Graha Ilmu.

35
Yusran Isnaini, 2009, Hak Cipta dan Tatanannya di Era Cyber Space, Jakarta: Gh
alia Indonesia.
Zarella, 2010. Teknologi, Graha Permata; Yogyakarta.

36

Anda mungkin juga menyukai