Anda di halaman 1dari 20

ETIKA DAN PROFESI

Hak Cipta

Dosen Pengampu : Alim Herdiansyah,

Disusun Oleh:
Nama : Muhamad Sirojudin
NIM : 2255201241
Kelas : D1-Informatika

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI INFORMATIKA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Rahmat dan

KaruniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Sholawat serta

salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhamad Saw semoga

kita mendapatkan syafaat nya di yaumul qiyamah nanti.

Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing yaitu Bapak. Alim

Herdiansyah S.T., M.Kom yang telah memberikan tugas. Adapun pembuatan makalah ini

bertujuan untuk memenuhi Tugas mata kuliah Etika dan Profesi semester gasal, dengan judul

“Etika dan Profesi Hak Cipta”.

Tangerang, 09 November 2023

MuhamadSirojudin
NIM. 2255201241
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................3
BAB I ...........................................................................................................................................4
PENDAHULAN ..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan ................................................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ..........................................................................................................................6
2.1 Pendekatan Mengenai Hak Cipta.......................................................................................6
2.1.1 Tujuan Hak Cipta ............................................................................................................6
2.2 Jenis Karya yang dilindungi Hak Cipta .............................................................................7
2.3 Proses Mendapatkan Hak Cipta .........................................................................................8
2.4 Hak-Hak Ekslusif Pemilik Hak Cipta ................................................................................9
2.5 Hak Cipta Terhadap Penyalahgunaan Online .................................................................. 11
2.6 Hak Cipta Dalam Karya Seni............................................................................................6
2.7 Hak Cipta Dalam Hak Kekayaan Intelektual .....................................................................7
2.8 Peran Hukum Hak Cipta dan Perundang-undangannya.....................................................8
2.9 Dampak Sosial Dari Adanya Hak Cipta.............................................................................9
BAB III ......................................................................................................................................12
PENUTUP..................................................................................................................................12
3.0 Kesimpulan ......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Hak cipta adalah hak hukum yang diberikan kepada pencipta karya intelektual untuk
melindungi karya-karya mereka dari penggunaan, penyalinan, distribusi, dan modifikasi yang
tidak sah. Latar belakang hak cipta melibatkan sejarah dan tujuan hak cipta, serta
perkembangan hukum hak cipta seiring waktu. Hak cipta telah ada selama berabad-abad,
walaupun konsepnya telah mengalami perkembangan seiring waktu. Hak cipta pertama kali
diterapkan pada buku-buku dan naskah di Eropa pada abad ke-15 dengan izin penerbitan dan
cenzor, namun hak cipta modern memiliki akar dalam UU Hak Cipta Statute of Anne yang
diberlakukan di Inggris pada tahun 1710.
Hukum hak cipta telah berkembang pesat seiring perkembangan teknologi dan
globalisasi. Perkembangan penting termasuk penyesuaian dengan revolusi industri seperti
pencetakan, radio, film, dan teknologi digital. Organisasi internasional seperti World
Intellectual Property Organization (WIPO) telah membantu mengkoordinasikan dan
mengharmonisasi hukum hak cipta di seluruh dunia. Hak cipta tidak bersifat mutlak. Terdapat
batasan dan pengecualian yang memungkinkan penggunaan karya tanpa izin dari pemegang
hak cipta dalam konteks pendidikan, penelitian, kritik, dan liputan berita. Juga, hak cipta
memiliki masa berlaku yang terbatas, setelah itu karya tersebut menjadi domain publik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hak cipta didefinisikan dan apa prinsip-prinsip dasar yang mendasari
konsep hak cipta?
2. Apa saja jenis karya yang dapat dilindungi oleh hak cipta, dan bagaimana
batasanbatasan tersebut didefinisikan dalam hukum?
3. Bagaimana proses pemberian hak cipta kepada pemegang hak dan berapa lama masa
berlaku hak cipta?
4. Apa saja hak-hak eksklusif yang dimiliki oleh pemegang hak cipta, dan bagaimana
hakhak ini diimplementasikan dalam praktik?
5. Bagaimana hak cipta berlaku dalam konteks digital dan internet, termasuk isu-isu
seperti pelanggaran hak cipta online, perlindungan DRM, dan domain publik digital?
6. Bagaimana hak cipta memengaruhi penggunaan karya-karya seni, musik, film, dan
literatur, termasuk isu-isu fair use dan fair dealing?
7. Bagaimana hak cipta berperan dalam perlindungan hak kekayaan intelektual dalam
industri kreatif dan hiburan?
8. Bagaimana kerja sama internasional mempengaruhi hukum hak cipta, termasuk peran
organisasi seperti WIPO?
9. Apa dampak sosial dan ekonomi dari kebijakan hak cipta, termasuk isu akses ke
pengetahuan dan budaya?
10. Bagaimana perkembangan teknologi, seperti kecerdasan buatan dan blockchain,
memengaruhi implementasi hak cipta?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari hak cipta.


2. Mengetahui jenis-jenis apa saja yang bisa dilibatkan menggunakan hak cipta.
3. Mengetahui cara pemberian hak cipta.
4. Mengetahui peranan serta tujuan dari hak cipta.
5. Untuk mengetahui undang-undang hak cipta apa saja yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Mengenai Hak Cipta


Hak cipta adalah hak hukum yang diberikan kepada pencipta karya intelektual untuk
melindungi karya-karya mereka dari penggunaan, penyalinan, distribusi, dan modifikasi yang
tidak sah. Dalam banyak yurisdiksi di seluruh dunia, hak cipta memberikan pemegang hak
cipta hak eksklusif untuk mengontrol penggunaan karya mereka selama periode waktu tertentu.
Hak cipta memungkinkan pemegang hak cipta untuk mengizinkan atau melarang orang lain
untuk menyalin, mencetak, atau mereproduksi karya tersebut. Pemegang hak cipta dapat
mengontrol bagaimana karya-karya mereka didistribusikan kepada publik. Ini termasuk hak
untuk mengizinkan atau melarang penjualan, peminjaman, atau penyewaan karya (Permatasuri
& Judge, 2023).
Hak cipta juga mencakup hak untuk membuat karya-karya turunan atau modifikasi dari
karya asli, seperti adaptasi, terjemahan, atau penggabungan karya. Pemegang hak cipta dapat
mengontrol cara karya mereka ditampilkan atau ditampilkan kepada publik. Pemegang hak
cipta biasanya memiliki hak untuk menerima kompensasi atas penggunaan karya mereka oleh
orang lain, seperti dalam kasus penjualan buku, streaming musik, atau penayangan film
(Farahin Mazlan et al., 2020).
Hak cipta bertujuan untuk mendorong kreativitas, inovasi, dan penciptaan karya baru
dengan memberikan perlindungan hukum kepada pencipta. Namun, hak cipta juga memiliki
batasan dan pengecualian untuk memastikan bahwa masyarakat tetap dapat mengakses dan
menggunakan informasi dan karya budaya dengan cara yang sah. Periode waktu berlakunya
hak cipta bervariasi di berbagai negara, tetapi biasanya berlangsung selama beberapa puluh
tahun setelah kematian pencipta, setelah itu karya tersebut masuk ke dalam domain publik (Jaya
et al., 2022).
2.1.1 Tujuan Hak Cipta
Tujuan hak cipta adalah memberikan insentif kepada pencipta karya intelektual untuk
berbagi karya-karya mereka dengan masyarakat, sambil memberikan perlindungan hukum
terhadap penggunaan, penyalinan, distribusi, dan modifikasi yang tidak sah.
Beberapa tujuannya antara lain:
1. Mendorong Kreativitas: Hak cipta memberikan pencipta karya insentif untuk terus
menciptakan dan berinovasi. Dengan menjamin bahwa pencipta dapat mengontrol dan
mendapatkan manfaat dari karyanya, hak cipta mendorong pengembangan karya-karya
baru di berbagai bidang, seperti seni, musik, sastra, dan teknologi.
2. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual: Hak cipta memberikan perlindungan hukum
terhadap penyalinan atau penggunaan yang tidak sah dari karya-karya intelektual. Ini
membantu melindungi hak kekayaan intelektual pencipta dan memberikan mereka
dasar hukum untuk mengejar tindakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta.
3. Mendorong Investasi dan Penerbitan: Hak cipta mendukung industri penerbitan dan
hiburan dengan memberikan insentif untuk perusahaan dan individu untuk
menginvestasikan sumber daya dalam produksi, distribusi, dan pemasaran karya-karya.
Ini berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan di sektor-sektor ini.
4. Membantu Menjaga Budaya dan Pengetahuan: Hak cipta membantu dalam menjaga
dan melestarikan budaya dan pengetahuan dengan mendorong pencipta untuk
mendokumentasikan, melestarikan, dan berbagi warisan budaya dan pengetahuan.
5. Memungkinkan Bagi Pencipta untuk Mengendalikan Penggunaan Karya Mereka: Hak
cipta memberikan pencipta kontrol atas bagaimana karya-karya mereka digunakan. Ini
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah karya tersebut dapat digunakan
untuk tujuan tertentu atau tidak.
6. Mendorong Pengaksesan dan Distribusi yang Adil: Meskipun hak cipta memberikan
hak eksklusif kepada pemegang hak, hukum juga memasukkan konsep fair use (dalam
beberapa yurisdiksi) dan pengecualian yang memungkinkan penggunaan yang adil dan
akses yang wajar ke karya-karya ciptaan untuk tujuan pendidikan, penelitian, kritik, dan
lainnya.
7. Menjaga Keseimbangan Antara Hak Pencipta dan Kepentingan Publik: Hak cipta
dirancang untuk mencapai keseimbangan antara hak-hak pencipta dan kepentingan
masyarakat umum. Ini berarti bahwa sementara pencipta memiliki hak eksklusif, ada
batasan dan pengecualian yang memastikan bahwa hak cipta tidak menghambat akses
ke informasi dan budaya secara berlebihan.

Tujuan hak cipta ini bertujuan untuk menciptakan sistem yang mendukung inovasi,
kreativitas, dan pembagian pengetahuan, sambil melindungi hak-hak pencipta dan pemegang
hak cipta.

2.2 Jenis Karya yang dilindungi Hak Cipta


Hak cipta melindungi berbagai jenis karya intelektual yang diciptakan oleh individu atau
kelompok. Jenis karya yang dilindungi oleh hak cipta dapat bervariasi dari satu yurisdiksi ke
yurisdiksi lain, namun secara umum, berikut adalah beberapa jenis karya yang biasanya
dilindungi oleh hak cipta:
1. Karya Tulis: Ini mencakup buku, novel, cerita pendek, puisi, artikel, dan naskah
lainnya.
2. Karya Seni: Gambar, lukisan, ilustrasi, seni rupa, dan karya seni visual lainnya
dilindungi oleh hak cipta.
3. Musik: Komposisi musik, lirik lagu, aransemen musik, dan rekaman musik dilindungi
oleh hak cipta.
4. Karya Drama dan Pertunjukan: Naskah drama, drama panggung, skenario film, dan
pertunjukan panggung lainnya.
5. Karya Audiovisual: Film, video, program televisi, dan konten multimedia lainnya
dilindungi oleh hak cipta.
6. Karya Fotografi: Gambar yang diambil oleh fotografer juga merupakan karya yang
dilindungi oleh hak cipta.
7. Karya Software: Program komputer, perangkat lunak aplikasi, dan kode sumber adalah
karya yang dilindungi oleh hak cipta.
8. Karya Arsitektur: Rancangan arsitektur dan rencana bangunan dilindungi oleh hak
cipta.
9. Karya Berbicara: Pidato, kuliah, dan ceramah dapat dilindungi oleh hak cipta.
10. Karya Database: Struktur dan konten database dapat dilindungi oleh hak cipta.
11. Karya Berita dan Jurnalisme: Artikel berita, majalah, surat kabar, dan karya jurnalisme
lainnya.
12. Karya Desain Grafis: Desain logo, iklan, dan elemen grafis lainnya.
13. Karya Pemrograman Komputer: Kode sumber dan program komputer juga dilindungi
oleh hak cipta.
14. Karya Website: Konten situs web, termasuk teks, gambar, dan elemen desain, dapat
dilindungi oleh hak cipta.
15. Karya Pendidikan dan Pelatihan: Bahan pelatihan, buku teks, dan materi pendidikan
lainnya.
Untuk mendapatkan perlindungan hak cipta, karya tersebut harus memenuhi persyaratan
hak cipta, seperti harus menjadi hasil karya orisinal yang terfikirkan dan diwujudkan dalam
bentuk konkret. Selain itu, karya harus dihasilkan oleh pencipta yang memilikinya. Masa
berlaku hak cipta juga dapat bervariasi di berbagai yurisdiksi, tetapi umumnya berlangsung
selama beberapa puluh tahun setelah kematian pencipta.

2.3 Proses Mendapatkan Hak Cipta


Proses pemberian hak cipta dan masa berlaku hak cipta dapat bervariasi tergantung pada
yurisdiksi hukum hak cipta yang berlaku. Di banyak negara, hak cipta diberikan secara
otomatis sejak pembuatan karya tersebut dan tanpa persyaratan pendaftaran formal. Namun,
mendaftarkan karya untuk hak cipta dapat memberikan keuntungan tertentu. Berikut adalah
penjelasan umum tentang proses pemberian hak cipta dan masa berlaku hak cipta:
Proses Pemberian Hak Cipta:
1. Pencipta Karya: Hak cipta diberikan kepada pencipta karya intelektual segera setelah
karya tersebut diwujudkan dalam bentuk konkret. Ini berarti bahwa ketika Anda
menciptakan sesuatu, seperti menulis sebuah artikel atau membuat gambar, Anda secara
otomatis menjadi pemegang hak cipta untuk karya tersebut.
2. Pendaftaran (Opsional): Meskipun hak cipta diberikan secara otomatis, beberapa negara
memiliki sistem pendaftaran hak cipta yang bersifat opsional. Pendaftaran dapat
memberikan bukti yang kuat tentang kepemilikan hak cipta dan dapat diperlukan jika
Anda ingin mengejar tindakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta.
3. Pengisian Formulir: Jika Anda memutuskan untuk mendaftarkan karya, Anda biasanya
harus mengisi formulir permohonan yang disediakan oleh kantor hak cipta yang
berwenang di negara Anda.
4. Biaya Pendaftaran (Opsional): Beberapa negara memungut biaya pendaftaran untuk
mendaftarkan hak cipta. Biaya ini bervariasi tergantung pada yurisdiksi.
5. Deposisi Karya: Beberapa yurisdiksi memerlukan deposit karya fisik atau digital
bersama dengan formulir permohonan. Deposit ini digunakan sebagai bukti jika terjadi
sengketa.
6. Pemeriksaan: Setelah permohonan diajukan dan diterima, kantor hak cipta mungkin
akan memeriksa karya tersebut untuk memastikan bahwa itu memenuhi syarat hak
cipta.
7. Pemberian Hak Cipta: Setelah proses pendaftaran selesai dan karya dinyatakan
memenuhi syarat, hak cipta diberikan dan pemegang hak cipta akan menerima sertifikat
atau surat yang mengkonfirmasi hak cipta tersebut.

Masa Berlaku Hak Cipta:


Masa berlaku hak cipta dapat bervariasi berdasarkan yurisdiksi dan jenis karyanya. Hak
cipta biasanya berlangsung seumur hidup pencipta, ditambah beberapa puluh tahun setelah
kematian pencipta. Jika karya tersebut dibuat oleh beberapa pencipta (kolaborasi), masa
berlaku hak cipta biasanya berlangsung hingga 70 tahun setelah kematian pencipta terakhir.
Karya yang dihasilkan oleh badan hukum, seperti perusahaan, memiliki masa berlaku
yang lebih singkat, yang berkisar antara 50 hingga 75 tahun setelah publikasi karya atau
pembuatan, tergantung pada yurisdiksi. Setelah masa berlaku hak cipta habis, karya tersebut
biasanya menjadi bagian dari domain publik dan dapat digunakan oleh siapa saja tanpa batasan
hak cipta. Aturan masa berlaku hak cipta dapat sangat bervariasi dari satu negara ke negara
lain, dan perubahan dalam hukum hak cipta dapat memengaruhi masa berlaku hak cipta. Oleh
karena itu, penting untuk memahami hukum hak cipta di yurisdiksi.
Hak cipta biasanya diberikan secara otomatis segera setelah karya intelektual diwujudkan
dalam bentuk konkret. Ini berarti bahwa ketika Anda menciptakan sesuatu, seperti menulis
artikel, menggambar gambar, atau membuat musik, Anda secara otomatis menjadi pemegang
hak cipta untuk karya tersebut. Tidak ada proses pendaftaran yang harus Anda lalui untuk
mendapatkan hak cipta. Ini berlaku di sebagian besar yurisdiksi hukum hak cipta di seluruh
dunia. Proses pendaftaran hak cipta hanyalah proses opsional yang dapat digunakan untuk
memberikan bukti yang kuat tentang kepemilikan hak cipta dan dapat mempermudah
pengejaran tindakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta.

2.4 Hak-Hak Ekslusif Pemilik Hak Cipta


Pemegang hak cipta memiliki sejumlah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum untuk
mengendalikan penggunaan karya intelektual mereka. Hak-hak eksklusif ini bervariasi
tergantung pada yurisdiksi, tetapi umumnya mencakup hal-hal berikut:
1. Hak untuk Menggandakan Karya (Reproduksi): Pemegang hak cipta memiliki hak
eksklusif untuk menyalin atau menggandakan karya mereka dalam bentuk apapun,
baik
dalam bentuk cetak atau digital.
2. Hak untuk Mengedarkan Karya (Distribusi): Hak ini mencakup hak untuk mengontrol
cara karya didistribusikan, termasuk penjualan, peminjaman, dan penyewaan karya.
3. Hak untuk Membuat Karya Turunan (Derivative Works): Pemegang hak cipta dapat
mengizinkan atau melarang pembuatan karya turunan, seperti adaptasi, terjemahan,
atau remix dari karya asli.
4. Hak untuk Menampilkan Karya (Public Display): Pemegang hak cipta dapat
mengontrol cara karya mereka ditampilkan atau dipertunjukkan kepada publik.
5. Hak untuk Menyiar Karya (Public Performance): Ini mencakup hak untuk mengontrol
kapan dan di mana karya tersebut dapat diunggah atau disiarkan.
6. Hak untuk Menyewakan Karya: Beberapa yurisdiksi memberikan hak cipta yang
memungkinkan pemegang hak cipta untuk mengizinkan atau melarang penyewaan
karya-karya tertentu.
7. Hak untuk Mengumpulkan Royalti (Pemasukan): Pemegang hak cipta biasanya
memiliki hak untuk menerima royalti atau pembayaran atas penggunaan karya mereka
oleh orang lain, seperti dalam penjualan buku, penayangan film, atau streaming musik.
8. Hak untuk Mengeksploitasi Karya Komersial (Commercial Exploitation): Pemegang
hak cipta memiliki hak untuk mengizinkan atau melarang penggunaan karya mereka
untuk tujuan komersial, seperti penggunaan dalam iklan atau promosi.
9. Hak untuk Menentukan Karya dalam Domain Publik: Pemegang hak cipta dapat
memutuskan kapan karya mereka akan memasuki domain publik, yang berarti karya
tersebut dapat digunakan oleh siapa saja tanpa batasan hak cipta.

Hak-hak eksklusif ini memungkinkan pemegang hak cipta untuk mengontrol cara karya
mereka digunakan dan memanfaatkan karya-karya tersebut ekonomis. Dalam praktiknya,
implementasi hak-hak ini dapat berbeda-beda, tergantung pada pemegang hak cipta dan karya
yang bersangkutan. Beberapa pemegang hak cipta mungkin memutuskan untuk menjual lisensi
penggunaan karya mereka kepada pihak ketiga, sementara yang lain mungkin memilih untuk
menjaga kendali penuh atas penggunaan karya mereka (Perdana et al., 2022).
Selain itu, hak-hak eksklusif ini juga dapat melibatkan perjanjian lisensi yang mengatur
cara karya-karya digunakan oleh pihak lain. Misalnya, perjanjian lisensi dapat mengizinkan
penggunaan tertentu dengan imbalan royalti atau mengatur penggunaan karya dalam situasi
tertentu, seperti hak siar atau penggunaan dalam proyek komersial.

Hak-hak pencipta diimplementasikan.


Bagaimana hak-hak eksklusif ini diimplementasikan dalam praktik tergantung pada berbagai
faktor, termasuk industri, jenis karya, dan preferensi pemegang hak cipta. Implementasi hakhak
eksklusif ini sering melibatkan langkah-langkah seperti:
1. Lisensi Penggunaan: Pemegang hak cipta dapat memberikan izin atau lisensi kepada
orang atau entitas lain untuk menggunakan karya mereka sesuai dengan syarat-syarat
yang disepakati, misalnya, dalam bentuk kontrak atau perjanjian lisensi.
2. Perlindungan Hukum: Jika terjadi pelanggaran hak cipta, pemegang hak cipta memiliki
hak untuk menuntut secara hukum dan mengejar tindakan hukum terhadap pelanggaran
tersebut.
3. Manajemen Hak Cipta: Di era digital, manajemen hak cipta sering dilakukan melalui
sistem DRM (Digital Rights Management) yang membatasi akses dan penggunaan
karya cipta dalam lingkungan digital.
4. Perundingan Bisnis: Pemegang hak cipta sering melakukan perundingan bisnis dengan
pihak-pihak lain untuk memasarkan, mendistribusikan, atau menggunakan karya
mereka dalam bentuk kerja sama bisnis.
Implementasi hak-hak eksklusif dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan pemegang
hak cipta dan tren dalam industri tertentu. Mereka umumnya didasarkan pada perlindungan
hukum dan kesepakatan bisnis yang memungkinkan pemegang hak cipta untuk mengelola dan
mendapatkan manfaat dari karya ciptaan mereka.

2.5 Hak Cipta Terhadap Penyalahgunaan Online


Hak cipta dalam konteks digital dan internet telah menjadi topik yang sangat penting dan
kompleks. Beberapa isu-isu utama yang terkait dengan hak cipta dalam dunia digital meliputi:
1. Pelanggaran Hak Cipta Online: Internet memudahkan penyebaran dan berbagi konten
digital. Namun, ini juga telah memunculkan tantangan terkait dengan pelanggaran hak
cipta, seperti pengunduhan ilegal, pembajakan, dan penyebaran karya tanpa izin.
Banyak negara telah mengambil tindakan hukum untuk mengatasi pelanggaran hak
cipta online, termasuk tuntutan hukum terhadap situs-situs berbagi berkas dan individu
yang melakukan pelanggaran.
2. Perlindungan DRM (Digital Rights Management): DRM adalah teknologi yang
digunakan untuk mengendalikan akses dan penggunaan konten digital. Ini termasuk
enkripsi, akses berdasarkan izin, dan penghapusan otomatis setelah periode waktu
tertentu. Penggunaan DRM telah menjadi sumber kontroversi, karena seringkali
membatasi penggunaan konten digital oleh konsumen dan menyulitkan penggunaan
yang sah.
3. Domain Publik Digital: Hak cipta memiliki masa berlaku terbatas, dan setelah berakhir,
karya tersebut menjadi domain publik. Di era digital, penentuan kapan suatu karya
memasuki domain publik bisa menjadi rumit karena hukum hak cipta yang berlaku
berbeda-beda di berbagai negara. Ini memunculkan pertanyaan tentang akses terhadap
karya yang mungkin seharusnya berada di domain publik tetapi masih dilindungi oleh
hak cipta di beberapa yurisdiksi.
4. Fair Use (Penggunaan yang Adil): Konsep fair use (atau fair dealing dalam beberapa
yurisdiksi) memungkinkan penggunaan karya berdasarkan alasan-alasan tertentu
seperti pendidikan, penelitian, kritik, dan liputan berita. Namun, bagaimana konsep ini
diterapkan dalam konteks digital masih menjadi isu perdebatan, terutama dalam kasus
penggunaan konten digital secara online.
5. Berbagi Konten di Media Sosial: Pengguna media sosial seringkali membagikan konten
seperti gambar, video, dan musik tanpa izin, yang dapat melibatkan pelanggaran hak
cipta. Platform media sosial, dengan kebijakan mereka sendiri, berusaha untuk
mengatasi isu-isu ini, termasuk penghapusan konten yang melanggar hak cipta.
6. Lisensi Creative Commons: Creative Commons adalah sistem lisensi yang
memungkinkan pencipta untuk memberikan izin khusus untuk penggunaan karya
mereka dengan syarat tertentu. Ini memberikan alternatif bagi pemegang hak cipta yang
ingin berbagi karya mereka secara lebih bebas dalam lingkungan digital.

Pengaturan hukum hak cipta telah berkembang untuk mencoba mengatasi isu-isu ini
dalam lingkungan digital. Namun, masalah ini masih menjadi sumber perdebatan, dan
perubahan konstan dalam teknologi dan perilaku online terus memengaruhi cara hak cipta
dikelola dan diterapkan.
2.6 Hak Cipta Dalam Karya Seni
Hak cipta memiliki dampak yang signifikan pada penggunaan karya seni, musik, film,
dan literatur, dan isu-isu fair use (di Amerika Serikat) dan fair dealing (di beberapa negara lain)
memainkan peran penting dalam mengatur sejauh mana karya-karya ini dapat digunakan tanpa
izin pemegang hak cipta (Suwarni, 2021). Berikut adalah cara hak cipta memengaruhi
penggunaan karya-karya tersebut:
1. Pembatasan Penggunaan Karya: Hak cipta memberikan pemegang hak eksklusif untuk
mengendalikan penggunaan karya mereka, termasuk pembatasan penyalinan, distribusi,
dan karya turunan. Ini dapat membatasi cara orang menggunakan karyakarya tersebut,
terutama dalam konteks komersial.
2. Penggunaan yang Sah: Isu fair use (di Amerika Serikat) dan fair dealing (di beberapa
negara lain) mengakui bahwa terdapat situasi-situasi di mana penggunaan karya-karya
tersebut tanpa izin pemegang hak cipta dapat dianggap sah. Misalnya, penggunaan
untuk tujuan pendidikan, penelitian, kritik, berita, atau parodi biasanya dianggap sah
dalam kerangka hukum tertentu.
3. Penggunaan yang Tidak Sah: Penggunaan karya-karya tersebut yang tidak memenuhi
kriteria fair use atau fair dealing dapat dianggap pelanggaran hak cipta dan dapat
mengakibatkan tindakan hukum oleh pemegang hak cipta.
4. Royalti dan Lisensi: Penggunaan komersial karya seni, musik, film, dan literatur
seringkali melibatkan pembayaran royalti kepada pemegang hak cipta. Perusahaan
produksi, penulis lagu, dan pemilik hak film sering mendapatkan penghasilan dari
lisensi karya mereka kepada pihak lain.
5. Domain Publik: Setelah hak cipta berakhir (yang biasanya berlangsung selama
beberapa puluh tahun setelah kematian pencipta), karya tersebut memasuki domain
publik dan dapat digunakan tanpa batasan. Ini memungkinkan karya-karya tersebut
menjadi bagian dari warisan budaya yang dapat diakses oleh masyarakat secara bebas.
6. Teknologi Digital dan DRM: Di era digital, teknologi DRM digunakan untuk
mengontrol penggunaan karya digital. Ini bisa membatasi bagaimana orang dapat
berbagi atau mendistribusikan konten digital.
7. Lisensi Creative Commons: Beberapa pencipta memilih untuk menggunakan lisensi
Creative Commons yang memungkinkan mereka untuk memberikan izin tertentu
kepada orang lain untuk menggunakan karya mereka dengan cara tertentu, seperti
berbagi karya dengan atribusi atau hanya untuk tujuan non-komersial.

Standar fair use dan fair dealing bervariasi di berbagai yurisdiksi, dan kriteria yang
digunakan untuk menilai apakah penggunaan karya cipta adalah sah atau tidak juga dapat
berbeda. Ini adalah area hukum yang kompleks dan sering kali melibatkan pertimbangan
konteks, jumlah yang digunakan, tujuan penggunaan, dan dampak potensial pada nilai
komersial karya tersebut.
Dalam penggunaan karya-karya seni, musik, film, dan literatur, pemahaman tentang hak
cipta dan isu-isu fair use atau fair dealing penting untuk memastikan bahwa penggunaan
karya tersebut sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
2.7 Hak Cipta Dalam Hak Kekayaan Intelektual
Hak cipta memiliki peran yang sangat penting dalam perlindungan hak kekayaan
intelektual dalam industri kreatif dan hiburan. Ini karena banyak karya di industri ini terkait
erat dengan penciptaan intelektual, dan hak cipta memberikan kerangka kerja hukum yang
mengatur penggunaan, distribusi, dan pemanfaatan karya-karya tersebut. Berikut adalah
beberapa cara di mana hak cipta berperan dalam perlindungan hak kekayaan intelektual di
industri kreatif dan hiburan:
1. Mendorong Kreativitas dan Inovasi: Hak cipta memberikan insentif kepada pencipta,
seperti penulis, seniman, musisi, sutradara, dan pembuat konten lainnya, untuk terus
menciptakan karya-karya baru. Dengan memberikan hak eksklusif atas karya-karya
mereka, hak cipta memungkinkan pencipta untuk memanfaatkan karya-karya tersebut
secara ekonomis, yang dapat memotivasi mereka untuk berinovasi dan menciptakan
karya yang lebih baik.
2. Perlindungan Terhadap Pelanggaran Hak Cipta: Hak cipta memberikan perlindungan
hukum terhadap penggunaan yang tidak sah atau pelanggaran hak cipta. Ini
memungkinkan pemegang hak untuk mengejar tindakan hukum terhadap siapa pun
yang mencoba menggunakan karya mereka tanpa izin atau melanggar hak eksklusif
mereka.
3. Penghasilan dan Penghargaan: Pemegang hak cipta mendapatkan penghasilan dari
karya-karya mereka melalui royalti dan lisensi. Ini memberikan sumber penghasilan
yang penting bagi banyak individu dan perusahaan di industri kreatif dan hiburan.
4. Kontrol Penggunaan Karya: Hak cipta memberikan pemegang hak kontrol atas
bagaimana karya-karya mereka digunakan. Ini memungkinkan mereka untuk
menentukan cara karya tersebut didistribusikan, disajikan, dan dimanfaatkan oleh pihak
lain.
5. Perlindungan Merek dan Identitas: Hak cipta juga dapat melibatkan elemen-elemen
karya seperti logo, karakter, dan simbol yang berkaitan dengan merek dan identitas
perusahaan. Ini membantu melindungi merek dan citra perusahaan di industri kreatif
dan hiburan.
6. Perlindungan Terhadap Pemalsuan dan Pembajakan: Hak cipta memainkan peran
penting dalam melindungi karya dari pemalsuan dan pembajakan. Ini memungkinkan
perusahaan untuk melindungi hak cipta mereka dan menjaga integritas produk dan
merek mereka.
7. Pengakuan Karya dan Penghargaan Kepada Pencipta: Hak cipta memberikan
penghargaan kepada pencipta dengan mengakui karya mereka sebagai milik mereka.
Ini juga dapat memberikan penghargaan finansial dan pujian atas kontribusi mereka
dalam industri kreatif dan hiburan.
8. Perlindungan Terhadap Karya Ciptaan yang Ada: Hak cipta memberikan perlindungan
hukum kepada karya ciptaan yang ada, sehingga mencegah orang lain untuk mengambil
karya tersebut tanpa izin atau tanpa memberikan penghargaan kepada penciptanya.
Dalam industri kreatif dan hiburan, perlindungan hak cipta adalah salah satu aspek kunci
dalam menjaga hak kekayaan intelektual dan mendorong kelangsungan bisnis dan inovasi.
Meskipun hak cipta memiliki dampak positif yang signifikan, juga ada tantangan, terutama
dalam era digital di mana distribusi dan berbagi karya cenderung lebih mudah. Oleh karena itu,
pemegang hak cipta dan pembuat kebijakan terus berupaya menyesuaikan hukum dan praktik
dengan perkembangan teknologi dan perubahan dalam perilaku konsumen.
2.8 Peran Hukum Hak Cipta dan Perundang-undangannya
Kerja sama internasional memiliki peran yang signifikan dalam pengembangan dan
harmonisasi hukum hak cipta di berbagai negara. Beberapa organisasi internasional, seperti
World Intellectual Property Organization (WIPO) atau Organisasi Perdagangan Dunia (World
Trade Organization, WTO), memainkan peran penting dalam memfasilitasi kerja sama ini.
Berikut adalah beberapa cara kerja sama internasional mempengaruhi hukum hak cipta:
1. WIPO (World Intellectual Property Organization): WIPO adalah badan Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang didirikan untuk mempromosikan dan mengkoordinasikan
perlindungan kekayaan intelektual di tingkat internasional. WIPO mengadakan
perjanjian dan konvensi internasional, seperti Perjanjian Hak Cipta Bern (Berne
Convention) dan Perjanjian TRIPS (Trade-Related Aspects of Intellectual Property
Rights) di bawah WTO, yang menciptakan kerangka kerja hukum hak cipta yang
seragam di berbagai negara. Negara-negara anggota WIPO berkumpul untuk membahas
isu-isu hak cipta, pertukaran informasi, dan merumuskan pedoman internasional.
2. Perjanjian Internasional Hak Cipta: Banyak negara menjadi anggota perjanjian hak
cipta internasional, seperti Perjanjian Berne, yang mengharuskan negara-negara
anggota untuk memberikan perlindungan hak cipta kepada karya warganegara
negaranegara lain sesuai dengan standar tertentu. Ini membantu menciptakan kerangka
kerja yang relatif seragam untuk hak cipta di tingkat internasional.
3. Perlindungan Lintas Batas: Kerja sama internasional memungkinkan pemegang hak
cipta untuk melindungi karya mereka di negara lain. Dengan mematuhi perjanjian
internasional, pemegang hak cipta dapat memastikan bahwa hak cipta mereka diakui
dan dilindungi di berbagai negara.
4. Standar Perlindungan yang Harmonis: Kerja sama internasional melalui WIPO dan
perjanjian hak cipta internasional telah berkontribusi pada harmonisasi standar
perlindungan hak cipta, yang mempermudah pemahaman dan penegakan hak cipta di
seluruh dunia.
5. Penanganan Masalah Teknologi dan Perdagangan: Organisasi internasional, seperti
WTO, juga memainkan peran dalam menangani isu-isu hak cipta dalam konteks
perdagangan dan teknologi. Perjanjian TRIPS di bawah WTO, misalnya, mengatur
aspek hak cipta yang berkaitan dengan perdagangan internasional.
6. Pemberdayaan Negara Berkembang: Kerja sama internasional dapat membantu
negaranegara berkembang mengembangkan kerangka kerja hukum hak cipta yang
sesuai dengan kebutuhan mereka dan mendapatkan akses ke pengetahuan dan sumber
daya yang mendukung pengembangan kreativitas dan inovasi mereka.

Kerja sama internasional dalam hal hak cipta adalah penting karena karya cipta seringkali
melintasi batas negara dan teknologi digital memungkinkan akses global. Oleh karena itu,
peraturan dan perlindungan hak cipta harus mengakomodasi aspek internasional. WIPO dan
organisasi internasional lainnya memfasilitasi dialog dan negosiasi di antara negara-negara
untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak dan mempromosikan
penghargaan terhadap hak kekayaan intelektual.

2.9 Dampak Sosial Dari Adanya Hak Cipta


Kebijakan hak cipta memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan, dan isu akses
ke pengetahuan dan budaya adalah salah satu aspek yang paling mencolok. Berikut adalah
beberapa dampak sosial dan ekonomi dari kebijakan hak cipta:

• Dampak Sosial:
1. Akses Terhadap Pengetahuan dan Budaya: Hak cipta dapat membatasi akses
masyarakat terhadap karya-karya seni, musik, literatur, dan sumber pengetahuan. Ini
dapat menjadi kendala bagi pendidikan, penelitian, dan kekayaan budaya yang dapat
diakses oleh masyarakat.
2. Inovasi dan Kreativitas: Beberapa melihat hak cipta sebagai penghalang terhadap
inovasi dan kreativitas, terutama ketika hak cipta yang kuat menghambat orang lain
untuk memanfaatkan, memodifikasi, atau membangun karya-karya baru berdasarkan
karya yang ada.
3. Penghargaan Pencipta: Hak cipta memberikan penghargaan kepada pencipta, yang
dapat menjadi sumber penghasilan bagi mereka. Ini memotivasi mereka untuk terus
menciptakan karya-karya baru.
4. Perlindungan Terhadap Pemalsuan: Hak cipta memberikan perlindungan hukum
terhadap pemalsuan dan pembajakan karya, yang dapat melindungi merek dan integritas
karya tersebut.

• Dampak Ekonomi:
1. Penghasilan bagi Industri Kreatif: Hak cipta merupakan sumber penghasilan yang
signifikan bagi industri kreatif, termasuk penerbitan, musik, film, dan hiburan.
Perusahaan dan individu dalam industri ini mendapatkan royalti dan pendapatan dari
penjualan dan lisensi karya mereka.
2. Investasi dalam Produksi Karya: Hak cipta memberikan insentif bagi perusahaan dan
individu untuk menginvestasikan waktu, sumber daya, dan kreativitas dalam produksi
karya-karya baru. Mereka memiliki harapan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil
investasi mereka.
3. Pembentukan Pasar Digital: Industri digital, seperti perangkat lunak, konten digital, dan
layanan streaming, berkembang pesat berkat hak cipta. Hak cipta memungkinkan
perusahaan untuk menjual produk digital dan menciptakan pasar untuk konten online.
4. Ekonomi Kreatif: Hak cipta adalah bagian dari ekonomi kreatif, yang mencakup
sektorsektor seperti seni, budaya, mode, desain, dan hiburan. Ekonomi kreatif dapat
menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.
Keseimbangan yang tepat antara perlindungan hak cipta yang kuat dan akses terbuka
terhadap pengetahuan dan budaya. Di era digital, isu-isu seperti hak cipta di dunia maya, akses
terhadap sumber daya edukasi, dan pembagian keuntungan adil antara pencipta dan pemegang
hak cipta semakin menjadi fokus. Banyak perdebatan dan inisiatif berusaha untuk mengatasi
isu-isu ini dan memastikan bahwa manfaat hak cipta merata dan dapat dinikmati oleh semua
pihak.
Pengaruh kecerdasan buatan (AI) kepada hak cipta:
Perkembangan teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI) dan blockchain, telah memiliki
dampak signifikan pada implementasi hak cipta. Berikut adalah cara teknologi ini
memengaruhi hak cipta:
Penggunaan AI dalam Manajemen Hak Cipta:
Teknologi AI digunakan untuk mendeteksi dan mencegah pelanggaran hak cipta dalam
konten audio dan video dengan mengidentifikasi tanda air digital atau tanda pengenal wajah
yang menyiratkan pemilik hak cipta. AI digunakan untuk mengidentifikasi dan memantau teks
yang mungkin melanggar hak cipta dalam dokumen atau situs web. AI membantu dalam
pemantauan konten online untuk mendeteksi pelanggaran hak cipta, termasuk pengunggahan
konten tanpa izin.

Blockchain dalam Manajemen Hak Cipta:


Teknologi blockchain digunakan untuk membuat bukti otentikasi hak cipta, yang dapat
membantu pemegang hak cipta membuktikan kepemilikan dan sejarah distribusi karya. Ini
meningkatkan transparansi dalam perjanjian lisensi dan penggunaan karya. Blockchain
memungkinkan pencatatan transaksi mikro-royalti otomatis, yang memungkinkan pemegang
hak cipta menerima pembayaran setiap kali karya mereka digunakan, bahkan dalam lingkungan
digital yang terfragmentasi.

Penggunaan AI dalam Pencarian dan Filtrasi Konten:


Teknologi AI digunakan oleh platform media sosial dan penyedia konten digital untuk
mendeteksi dan menghapus konten yang melanggar hak cipta. Hal ini membantu dalam
melindungi hak cipta pemilik asli. AI digunakan untuk memfilter konten yang melanggar hak
cipta secara otomatis, yang memungkinkan layanan streaming dan berbagi video untuk
mematuhi hukum hak cipta.
Perlindungan DRM (Digital Rights Management):
Penggunaan Teknologi Canggih: Teknologi blockchain dan AI telah digunakan untuk
meningkatkan perlindungan DRM, yang memungkinkan pemegang hak cipta untuk
mengontrol akses dan penggunaan konten digital mereka.
Manajemen Lisensi dan Royalti:
Blockchain digunakan untuk menciptakan kontrak pintar (smart contracts) yang
memungkinkan otomatisasi proses lisensi dan pembayaran royalti. Ini mempermudah bagi
pemegang hak cipta untuk mendapatkan royalti yang lebih adil dan akurat.
Teknologi-teknologi ini secara keseluruhan telah mempengaruhi cara hak cipta dikelola
dan diimplementasikan, terutama dalam lingkungan digital. Mereka membantu dalam
pemantauan, penegakan, manajemen hak cipta yang lebih efisien, dan memungkinkan
pemegang hak cipta untuk melindungi karya mereka dalam skala yang lebih luas. Namun, juga
ada tantangan dan pertanyaan etis yang timbul sehubungan dengan penggunaan teknologi ini,
termasuk privasi, keamanan data, dan isu-isu hak cipta di dunia maya.
BAB III
PENUTUP
3.0 Kesimpulan
Hak cipta adalah suatu sistem hukum yang memberikan pemilik hak eksklusif atas
karyakarya kreatif mereka, seperti tulisan, musik, seni, film, dan banyak lagi. Hak cipta
memberikan insentif bagi pencipta untuk terus menciptakan karya baru dengan memberikan
hak eksklusif atas karya tersebut. Ini mendukung inovasi dan keberlanjutan dalam industri
kreatif. Hak cipta melindungi berbagai jenis karya, mencakup bidang seperti sastra, seni,
musik, film, dan banyak lagi. Ini menciptakan keragaman budaya dan ekonomi dalam
masyarakat.
Hak cipta juga menciptakan isu-isu seputar akses ke pengetahuan, budaya, dan informasi.
Dalam era digital, isu-isu seperti fair use, fair dealing, dan akses terbuka menjadi perhatian
utama. Teknologi, seperti kecerdasan buatan dan blockchain, memengaruhi cara hak cipta
dikelola, dipantau, dan diterapkan. Ini membuka potensi baru untuk manajemen hak cipta yang
efisien. Kerja sama internasional melalui organisasi seperti WIPO membantu menciptakan
kerangka kerja hukum hak cipta yang seragam di berbagai negara. Meskipun hak cipta
memiliki manfaat besar, juga ada tantangan dan pertanyaan etis yang terkait dengan
perlindungan hak cipta, terutama dalam konteks teknologi digital.
DAFTAR PUSTAKA

Farahin Mazlan, M., Mohd, &, & Muda, Z. (2020). Tinjauan Literatur Kedudukan Hak Cipta
sebagai Harta Sepencarian [Literature Review on The position of the Copyright as
Matrimonial Property]. In BITARA International Journal of Civilizational Studies and
Human Sciences (Vol. 3, Issue 2). http://www.bitarajournal.com
Jaya, B. P. M., Fasyehhudin, M., Naddifah, D. W., Prasetya, B., Jaya, M., Fasyehhudin, M.,
& Naddifah, W. (2022). KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG MEREK DALAM
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP UMKM. Jurnal Ilmiah
"Advokasi, 10(02). http://www.kemenperin.g
Perdana, P., Utami, A. F., Pembangunan, U., Veteran, N. ", & Timur, J. (2022). Ar Rehla:
Journal of Islamic Tourism, Halal Food, Islamic Traveling, and Creative Economy
STUDI KOMPARATIF EKONOMI KREATIF DI DUNIA (Komparasi antara Cool Wave
(Jepang), Korean Wave “Hallyu” (Korea Selatan), dan Creative Europe (Uni Eropa)).
2(1), 2776–7434. https://doi.org/10.21274
Permatasuri, I., & Judge, Z. (2023). JURNAL HUKUM INDONESIA (cetak)
https://jhi.rivierapublishing.id/index.php/rp Kedudukan Hukum Pencipta Dan
Pemegang Hak Cipta Terhadap Akuisisi Perusahaan Penerbit.
https://doi.org/10.58344/jhi.v2i2.47
Suwarni, W, (2021). KAJIAN LITERATUR PERLINDUNGAN HUKUM HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL DALAM INDUSTRI KREATIF. Jurnal Kajian dan
Terapan Media, Bahasa, Komunikasi. 2(1), 69-78.

Anda mungkin juga menyukai