HAK CIPTA
Disusun Oleh :
Puji syukur alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
karunia-Nya sehingga makalah tentang Konsep dan Ruang Lingkup Tata Hukum sebagai
tugas mata kuliah Filsafat Hukum dan Etika Profesi dapat terselesaikan dengan baik.
Sholawat dan salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
supaya mendapatkan syafaatnya di dunia dan akhirat.
Sehubungan dengan selesainya makalah ini maka pemakalah mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr. Nur Efendi, M.Ag. selaku Dekan FASIH Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
3. Abd. Khair Wattimena, MH. selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Mohammad Ababilil Mujaddidyn, M.H. selaku Dosen mata kuliah Hak Atas
Kekayaan Intelektual.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan makalah ini.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan tercatat
sebagai amal shalih. Akhirnya, makalah ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca,
dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga
makalah ini bermanfaat dan mendapat ridha Allah SWT. Amin.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Hak Cipta.................................................................................................................5
BAB III................................................................................................................................................18
PENUTUP...........................................................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Kekayaan Intelektual adalah padanan dari Intellectual Property Rights
diartikan sebagai pelindungan terhadap karya-karya yang timbul karena adanya
kemampuan intelektualitas manusia dalam bidang seni, sastra, ilmu pengetahuan,
estetika, dan teknologi. Karya-karya tersebut merupakan kebendaan tidak berwujud
yang merupakan hasil kemampuan intelektualitas seseorang atau manusia.
Hak Cipta adalah salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang memiliki
ruang lingkup objek dilindungi paling luas, yang merupakan hak eksklusif pencipta
yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Perlunya kita mempelajari hak cipta karena
melalui perlindungan tersebut para pencipta bukan hanya terlindungi wujud karya
ciptaannya, namun juga pencipta dapat memperoleh royalti atau keuntungan materi
atas hasil ciptaannya yang telah digunakan oleh pihak lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hak Cipta?
2. Bagaimana Sejarah Hak Cipta?
3. Apa Dasar Hukum Hak Cipta?
4. Apa Hak-Hak Yang Termasuk Dalam Hak Cipta?
5. Bagaimana Tata Cara Pendaftaran Hak Cipta?
6. Apa Fungsi Pendaftaran Hak Cipta?
7. Bagaimana Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hak Cipta.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Hak Cipta.
3. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Hak Cipta.
4. Untuk Mengetahui Hak-Hak Yang Termasuk Dalam Hak Cipta.
5. Untuk Mengetahui Tata Cara Pendaftaran Hak Cipta.
6. Untuk Mengetahui Pendaftaran Hak Cipta.
7. Untuk Mengetahui Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta.
4
BAB II
PEMBAHASAN
a. Hak Cipta merupakan hak yang bersifat khusus, istimewa atau eksklusif (Exclusive
Rights) yang diberikan kepada Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Ini berarti,
orang lain tidak boleh menggunakan hak tersebut, kecuali dengan izin Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan.
b. Hak yang bersifat khusus meliputi hak Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan Ciptaannya, memperbanyak Ciptaannya dan memberi izin kepada
orang lain untuk mengumumkan atau memperbanyak hasil Ciptaannya tersebut.
5
d. Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak yang bersifat immaterial yang dapat
beralih atau dialihkan kepada orang lain.
1
Donandi Sujana S. (2019) Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. CV Budi Utama. h. 19
2
Elyta RasGinting. Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 2012), h. 37
6
kepentingan bisnis bagi kerajaan Inggris kemudian berubah jadi sempurna dengan
pengakuan atas pencipta diwujudkan dalam bentuk pemberian royalty yang
bersifat ekonomi dan juga atas landasan pemikiran Jhon Lucke pada saat itu.
2. Lahirnya Konsep Moral Right
Konsep moral right pada awalnya berkembang di Prancis hampir sama
seperti di Inggris, namun di Prancis hak cipta dikenal dengan konsep droit
d’auteur atau hak cipta di Prancis berbeda dengan konsep copyright di Inggris.
Konsep droit d’auteur menempatkan suatu ciptaan sebagai de I’esprit atau a work
of mind yang merupakan hasil dari intelektual manusia. Oleh karena itu, suatu
ciptaan tidak terpisahkan dari personality pencipta dan hak ini akan melekat
selamanya dengan pencipta meskipun ciptaan tersebut dialihkan kepemilikan
pada pihak lain. Berdasarkan konsep droit d’auteur lahirnya konsep hak moral
(moral right) dari pencipta yang tidak dikenal di Negara-negara common law dan
juga hasil pemikiran George Hegel yang pada saat itu di Prancis yang
berpendirian bahwa identitas diri (selfidentity) manusia terpancar dari karya atau
ciptaannya.
Sebagaimana yang telah kita semua ketahui, bahwa pada tanggal 16 Oktober
2014, Pemerintah Indonesia telah resmi mengesahkan Undang-Undang Hak Cipta
yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 (untuk selanjutnya disebut
“UU Hak Cipta”), dimana Undang-Undang Hak Cipta yang baru ini lahir untuk
menggantikan Undang-Undang Hak Cipta yang lama nomor 19 tahun 2002.
3
Banindro Suryo B. Implementasi Hak Kekayaan Intelektual (Yogyakarta, 2015), h. 14
7
C. Dasar Hukum Hak Cipta
a. Pengaturan Hak Cipta Secara Internasional
Indonesia telah meratifikasi sejumlah konvensi atau persetujuan
internasional mengenai hak kekayaan intelektual, konvensi-konvensi ini mengikat
Indonesia. Hal ini berarti Indonesia harus membuat atau memberlakukan agar
hukum Indonesia khususnya Hak Kekayaan Intelektual sesuai dengan konvensi-
konvensi yang telah diratifikasinya.
1. Berne Convention Berne Convention for the Protection of Literary and
Artistic Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan
Sastra) adalah perjanjian internasional tertua tentang Hak Cipta yang
dibentuk pada tanggal 9 September 1886, dan telah berulang kali mengalami
revisi. Revisi pertama dilakukan di Paris pada tanggal 4 Mei 1896, revisi
berikutnya di Berlin pada tanggal 13 November 1908. Kemudian
disempurnakan lagi di Berne pada tanggal 24 Maret 1914. Selanjutnya
berturut-turut direvisi di Roma tanggal 2 Juli 1928 dan di Brussels pada
tanggal 26 juni 1948, di Stockholm pada tanggal 14 Juli 1967 dan revisi
terakhir di paris pada tanggal 24 juli 1971.
2. Universal Copyright Convention Universal Copyright Convention (UCC)
dicetuskan dan ditandatangani di Jenewa pada tanggal 6 September 1952,
mulai berlaku pada tanggal 16 September 1955, dan mengalami revisi di
Paris pada tanggal 24 Juli 1971. UCC dibentuk karena adanya gagasan dari
peserta Berne Convention untuk membentuk kesepakatan internasional
alternatif guna menarik negara-negara lain seperti Amerika Serikat, yang
tidak menjadi peserta Berne Convention, karena menganggap pengaturan
dalam Berne Convention tidak sesuai untuk mereka.
3. TRIPs Agreement Persetujuan TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights = Aspek-aspek Perdagangan yang Bertalian Dengan Hak
Milik Intelektual), merupakan salah satu isu dari 15 isu dalam persetujuan
GATT (General Agreement on Tariff and Trade) Putaran Uruguay mengatur
hak milik intelektual secara global. Persetujuan yang saat ini telah memiliki
147 negara anggota ini dibuat agar pengaturan HKI menjadi semakin
seragam secara internasional. Terbentuknya Persetujuan TRIPs dalam
putaran Uruguay pada dasarnya merupakan dampak dari kondisi
perdagangan dan ekonomi internasional yang dirasa semakin mengglobal
8
sehingga perkembangan teknologi sebagai pendukungnya tidak lagi
mengenal batas-batas negara. Sebagai halnya perjanjian multilateral lainnya,
TRIPs memiliki ketentuan dan prinsip-prinsip dasar bagi para anggotanya
dalam melaksanakan ketentuan dalam TRIPs.
4. WIPO Copyright Treaty WIPO Copyright Treaty (WCT) adalah salah satu
produk dari World Intellectual Property Organization (WIPO) yang bertujuan
memperkuat perlindungan internasional atas Hak Cipta sebagai jawaban bagi
kemajuan yang sangat cepat dalam teknologi informasi seperti internet, dan
terhadap berbagai perubahan dalam kehidupan sosial. WCT disahkan pada
sidang WIPO di Jenewa tanggal 20 Desember 1996. WCT adalah suatu
konvensi yang merupakan special agreement yang ditentukan dalam Article
20 Berne Convention untuk perlindungan karya sastra.
b. Pengaturan Hak Cipta Secara Nasional
Pengaturan Hak Cipta di Indonesia dimulai dengan diundangkannya Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1982 untuk mencabut Auteurswet 1912 Staatblaad Nomor
600 Tahun 1912 yang diterapkan pada masa pemerintahan Belanda sebagai hukum
positif tentang Hak Cipta yang berlaku secara formal di Indonesia pada masa itu.
Penyempurnaan pertama terjadi pada tahun 1987, yaitu dengan Undang
Undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang perubahan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1982 yang bertujuan untuk membatasi pembajakan terhadap Ciptaan.
Penyempurnaan kedua dilakukan pada tahun 1997 dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta berdasarkan
keikutsertaan Indonesia dalam TRIPs (Trade Related Intellectual Property Rights)
Agreement yang merupakan bagian dari GATT (General Agreement on Tariff and
Trade) dan pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade
Organization (WTO) yang diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).
Keikutsertaan Indonesia dalam persetujuan pembentukan WTO,
mengharuskan Indonesia turut meratifikasi Berne Convention melalui Keputusan
Presiden RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention for the
Protection of Literary and Artistic Works, dan WIPO Copyright Treaty melalui
Keputusan Presiden RI Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO
Copyright Treaty. Atas dasar itulah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997
9
direvisi kembali dengan diberlakunya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta.
4
Gatot Supramono, Op.Cit, h.44-45
5
Rahmi Jened Parinduri Nasution, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaingan,
Penyalahgunaan HKI, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2013) h.105.
10
mengumumkan (performing rights) dan hak untuk memperbanyak (mechanical
rights).6
Menurut Djumhana hak ekonomi pada setiap negara meliputi beberapa jenis
hak diantaranya :
1. Hak Reproduksi atau Penggandaan
Hak ini berkaitan dengan proses penggandaan suatu ciptaan yang
diciptakan oleh seseorang.
2. Hak Adaptasi
Hak ini berkaitan dengan penerjemahan suatu bahasa, aransemen musik,
dramatisasi maupun nondramatisasi, mengubah suatu jenis cerita daeri
cerita fiksi menjadi nonfiksi dan atau sebaliknya.
3. Hak Distribusi
Hak ini berkaitan dengan hak untuk menyebarkan suatu karya atau ciptaan
kepada masyarakat.
4. Hak Penampilan (performance rights)
Hak yang berkaitan dengan penyajian suatu karya atau ciptaan.
5. Hak Penyiaran (broadcasting rights)
Hak yang berkiatan dengan proses penyiaran suatu bentuk karya yang
berupa mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan kabel.
6. Hak Program Kabel
Merupakan hak yang hampir sama dengan hak penyiaran.
7. Droit de Suite
Merupakan hak tambahan yang bersifat kebendaan.
8. Hak Pinjam Masyarakat (public lending rights)
Merupakan hak yang dimiliki pencipta untuk mendapatkan pembayaran
apabila karyanya disimpan di perpustakaan milik pemerintah dan sering
dipinjam oleh masyarakat.
Dalam hak ekonomi pencipta karya dapat mlakukan pengalihan atas suatu
ciptaanya secara sebagaian maupun keseluruhan. Dalam Undang- Undang
Nomor 28 Tahun 2014 pada Pasal 16 ayat (2) dapat dilakukan pengalihan dengan
cara waris, hibah, wakaf, wasiat, perjanjian tertulis, dan atau adanya sebab lain
yang dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang- undangan.7
6
Henry Soelistyo, Op.Cit., h.47
7
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Op.Cit., h.5-7.
11
c. Hak Cipta Sebagai Hak Moral
Hak cipta dikategorikan sebagai hak moral karena hak ini berkaitan dengan
masalah moral yang melekat pada suatu karya yang diciptakan sepanjang waktu
perlindungan hak cipta masih ada. Hak moral ini berhubungan denga cara
menghormati dan menghargai karya ciptaan milik orag lain. Dalam artian bahwa
karya cipta milik orang lain tidak dapat diubah secara sepihak oleh pihak lain
walauun hak ciptanya telah diserahkan kepada pihak tersebut, kecuali ata
persetujuaan pencipta atau ahli waris pencipta apabila pencipta telah meninggal. 8
Komen dan Harkade menyatakan bahwa hak moral yang dimiliki seorang
pencipta itu meliputi:
1. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan.
2. Larangan mengubah judul.
3. Larangan mengubah penentuan pencipta.
4. Hak untuk mengadakan perubahan.
Dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 pada Pasal 5 ayat (1)
menejlaskan bahwa hak moral melekat pada pencipta untuk :9
1. Tetap mencantumkan maupun tidak mencantumkan nama pencipta pda
salinan dalam pemakaian ciptaan secara umum.
2. Menggunakan nama samarannya.
3. Mengubah ciptaan sebagaimana kepatutan dalam masyarakat.
4. Mengganti judul dan anak judul ciptaan.
5. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi
ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan
diri atau reputasinya.
8
Gatot Supramono, Op.Cit., h.46.
9
Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
12
Subyek hak terkait meliputi :
1. Performer (penyanyi, penari, musis, aktor, dan lain-lain).
2. Producer of phonogram (pengusaha rekaman).
3. Broadcasting (lembaga penyiaran).10
10
Venantia Sri Hadiarianti, Memahami Hukum atas Karya Intelektual, (Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2009).
h.48.
11
Pasal 20 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
13
Pendaftaran Ciptaan dilaksanakan pada Direktorat Jendaral Hak atas Kekayaan
Intelektual (Ditjen HKI). Dalam keadaan ini, Ditjen HKI tidak bertanggung jawab
atas terjadinya pemalsuan Ciptaan yang didaftarkan padanya, seperti yang diatur
dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yakni :
“Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaantidak mengandung arti sebagai
pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan yang didaftar.“ Hal ini
tentu mengaburkan kepastian hukum yang diperoleh Pencipta asli suatu Ciptaan
terhadap suatu Ciptaan yang didaftarkan. Boleh jadi sebagian kecil dari hasil Ciptaan
itu benar-benar hasil Ciptaanseseorang yang mendaftarkan Ciptaannya tersebut, tetapi
bisa saja sebagian yang lain merupakan tiruan dari suatu ide Ciptaan milik orang lain
yang belum didaftarkan.
Stelsel Pendaftaran Deklaratif Menurut Prof. Kollewijn adalah stelsel yang
menganggap bahwa Hak Cipta sebagai sesuatu hak yang lahir dengan sendirinya
secara alamiah bersamaan dengan lahirnya Ciptaanitu kedalam bentuk nyata, adanya
hak tidak diperlukan suatu formalitas. Pendaftaran Hak Cipta bukan menerbitkan hak,
melainkan hanya memberikan dugaan atau sangkaan saja menurut peraturan
perundangundangan, bahwa orang yang Hak Ciptanya terdaftar itu adalah si pemilik
hak sebenarnya dari Ciptaan atau sebagai Pencipta dari hak yang didaftarkannya.
Tata Cara Pencatatan hak cipta
1. Mengisi formulir
2. Melampiran contoh ciptaan
3. Melampirkan surat pernyataan kepemilikan ciptaan
4. Melampirkan bukti identitas pencipta dan atau pemegang hak cipta
5. Membayar biaya sesuai PP No. 45/2014
a. Rp. 500.000
b. Rp. 700.000 untuk permohonan program komputer
6. Untuk badan hukum, permohonan dilampiri salinan resmi akta pendirian
badan hukum yang disahkan oleh notaris
7. Dalam hal permohonan diajukan oleh beberapa orang secara bersama-sama ,
permohonan dilampiri keterangan tertulis yang membuktikan hak tsb.
8. Dalam hal permohonan diajukan oleh beberapa orang, nama pemohon harus
dituliskan semua dengan menetapkan 1 (satu)alamat pemohon yang dipilih.
Langkah-langkah Mengurus Hak Cipta Secara Online
1. Masuk ke situs e-hakcipta.dgip.go.id
14
2. Lakukan registrasi untuk mendapatkan username dan password.
3. Login menggunakan username yang telah diberikan.
4. Mengunggah dokumen persyaratan.
5. Melakukan pembayaran setelah mendapatkan kode pembayaran pendaftaran
hak cipta.
6. Menunggu proses Pengecekan, Pengecekan dokumen persyaratan formal, Jika
masuk kategori jenis ciptaan yang dikecualikan, dilakukan verifikasi,
Mengunggah dokumen persyaratan.
7. Approval, Sertifikat dapat diunduh dan dicetak sendiri oleh pemohon.
12
Bagus Bintara Putra, Efektifitas Pendaftaran Hak Cipta Hasil Karya Buku Bagi Penerbit Uuntuk Mendapatkan
Perlindungan Hukum (Semarang, Universitas Negeri Semarang, 2013)
15
(2) Hak moral Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Ayat (1) huruf c dan
huruf d berlaku selama berlangsungnya jangka waktu Hak Cipta atas Ciptaan yang
bersangkutan.
Selanjutnya, ketentuan Pasal 58 mengatur tentang Masa Berlaku Hak Ekonomi, yaitu:
(1) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
a. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
a. Karya arsitektur;
b. Peta; dan
c. Karya seni batik atau seni motif lain, berlaku selama hidup Pencipta
dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta
meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
(3) Dalam hal Ciptaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dimiliki oleh 2 (dua)
orang atau lebih, pelindungan Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang
meninggal dunia paling akhir dan berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun
sesudahnya, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
(4) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan
Ayat (2) yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima
puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.
Pasal 59 UUHC
(1) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
a. Karya fotografi;
b. Potret;
c. Karya sinematografi;
d. Permainan video;
e. Program Komputer;
f. perwajahan karya tulis;
16
g. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
h. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
i. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer atau media lainnya; dan
j. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali
dilakukan Pengumuman.
(2) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama 25
(dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.
Masa berlaku pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan yang dilakukan
Pengumuman bagian per bagian dihitung sejak tanggal Pengumuman bagian yang
terakhir.13 Dalam menentukan masa berlaku pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan
yang terdiri atas 2 (dua) jilid atau lebih yang dilakukan Pengumuman secara berkala
dan tidak bersamaan waktunya, setiap jilid Ciptaan dianggap sebagai Ciptaan
tersendiri.14
Dalam perspektif Cyber Law seharusnya mendapat pelindungan yang sama
dalam media internet tetapi jangka waktu lima puluh tahun untuk pelindungan
komputer agak berlebihan mengingat program komputer sangat cepat berubah, 15
penulis berpendapat paling lama 5 tahun. Hal ini akan menjadi tidak rasional karena
program komputer tersebut sudah tidak digunakan lagi (out of date), karena muncul
program yang baru tetapi menurut hukum hak cipta, program komputer yang lama
masih tetap mendapat pelindungan karena jangka waktunya belum 50 tahun.
BAB III
PENUTUP
13
Id, Pasal 61 Ayat (1).
14
Id, Pasal 61 Ayat (2).
15
Ahmad M Ramli, supra, hlm. 79.
17
A. Kesimpulan
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan
tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku, Di Indonesia diatur dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta. Pendaftaran Hak Cipta bagi pencipta maupun pemegang Hak
Cipta berfungsi sebagai alat bukti awal di pengadilan bila di kemudian hari timbul
sengketa mengenai hasil karya cipta Pendaftaran Hak Cipta suatu karya yang
dilakukan oleh penerbit, memberikan keuntungan berupa perlindungan hukum
terhadap hasil karya yang didaftarkan. Namun dalam upaya mendaftarkan Hak Cipta
untuk mendapatkan perlindungan hukum muncul beberapa hambatan yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
18
Bagus Bintara Putra, 2013, Efektifitas Pendaftaran Hak Cipta Hasil Karya Buku Bagi
Penerbit Uuntuk Mendapatkan Perlindungan Hukum, Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Rahmi Jened Parinduri Nasution, 2013 Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum
Persaingan, Penyalahgunaan HKI, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Venantia Sri Hadiarianti, 2009, Memahami Hukum atas Karya Intelektual, Jakarta:
Universitas Atma Jaya
19