Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HAK CIPTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Hak Atas Kekayaan Intelektual
Yang Diampu Oleh:
Mohammad Ababilil Mujaddidyn, M.H.

Disusun Oleh :

1. Dhea Prita Anggraini (126101202090)


2. Dian Tantiana (126101202092)
3. Indaini Lestari Wilujeng (126101202108)
4. Laila Qudriyatu Masnunin (126101202122)
5. Latif Fatul Fazariyah (126101202123)
6. Luqman Nurfauzi (126101202124)
7. Muhammad Fadhli Aiz A (126101202132)
8. Muhammad Luqman Hilmi H (126101202135)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
MARET 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
karunia-Nya sehingga makalah tentang Konsep dan Ruang Lingkup Tata Hukum sebagai
tugas mata kuliah Filsafat Hukum dan Etika Profesi dapat terselesaikan dengan baik.
Sholawat dan salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
supaya mendapatkan syafaatnya di dunia dan akhirat.
Sehubungan dengan selesainya makalah ini maka pemakalah mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr. Nur Efendi, M.Ag. selaku Dekan FASIH Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
3. Abd. Khair Wattimena, MH. selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Mohammad Ababilil Mujaddidyn, M.H. selaku Dosen mata kuliah Hak Atas
Kekayaan Intelektual.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan makalah ini.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan tercatat
sebagai amal shalih. Akhirnya, makalah ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca,
dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga
makalah ini bermanfaat dan mendapat ridha Allah SWT. Amin.

Tulungagung, 06 Maret 2023

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................4

BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Hak Cipta.................................................................................................................5

B. Sejarah Singkat Hak Cipta.........................................................................................................6

C. Dasar Hukum Hak Cipta............................................................................................................8

D. Hak- Hak yang Termasuk Dalam Hak Cipta............................................................................10

E. Tata Cara Pendaftaran Hak Cipta.............................................................................................13

F. Fungsi Pendaftaran Hak Cipta.................................................................................................15

G. Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta...................................................................................16

BAB III................................................................................................................................................18
PENUTUP...........................................................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak Kekayaan Intelektual adalah padanan dari Intellectual Property Rights
diartikan sebagai pelindungan terhadap karya-karya yang timbul karena adanya
kemampuan intelektualitas manusia dalam bidang seni, sastra, ilmu pengetahuan,
estetika, dan teknologi. Karya-karya tersebut merupakan kebendaan tidak berwujud
yang merupakan hasil kemampuan intelektualitas seseorang atau manusia.
Hak Cipta adalah salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang memiliki
ruang lingkup objek dilindungi paling luas, yang merupakan hak eksklusif pencipta
yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Perlunya kita mempelajari hak cipta karena
melalui perlindungan tersebut para pencipta bukan hanya terlindungi wujud karya
ciptaannya, namun juga pencipta dapat memperoleh royalti atau keuntungan materi
atas hasil ciptaannya yang telah digunakan oleh pihak lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hak Cipta?
2. Bagaimana Sejarah Hak Cipta?
3. Apa Dasar Hukum Hak Cipta?
4. Apa Hak-Hak Yang Termasuk Dalam Hak Cipta?
5. Bagaimana Tata Cara Pendaftaran Hak Cipta?
6. Apa Fungsi Pendaftaran Hak Cipta?
7. Bagaimana Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hak Cipta.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Hak Cipta.
3. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Hak Cipta.
4. Untuk Mengetahui Hak-Hak Yang Termasuk Dalam Hak Cipta.
5. Untuk Mengetahui Tata Cara Pendaftaran Hak Cipta.
6. Untuk Mengetahui Pendaftaran Hak Cipta.
7. Untuk Mengetahui Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Cipta


Istilah Copyright (Hak Cipta) pertama kali dikemukakan dalam Berne
Convention yang diadakan tahun 1886. Dalam Berne Convention, pengertian Hak.
Dalam Auteurswet 1912 Pasal 1 diatur bahwa : “Hak Cipta adalah hak tunggal dari
Pencipta atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil Ciptaannya dalarn
lapangan kesusastraan, pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan
memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh
Undang-Undang.”Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang
Hak Cipta, mengatur : “Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima
hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberi izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku”. Berdasarkan pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, arti dari hak eksklusif
adalah hak yang semata-mata diperuntukan bagi pemegangnya, sehingga tidak ada
pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.

Berkaitan dengan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 tahun


2002 tentang Hak Cipta, maka ditelaah dan diuraikan lebih lanjut mengenai
pengertian dan sifat Hak Cipta itu, yaitu :

a. Hak Cipta merupakan hak yang bersifat khusus, istimewa atau eksklusif (Exclusive
Rights) yang diberikan kepada Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Ini berarti,
orang lain tidak boleh menggunakan hak tersebut, kecuali dengan izin Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan.

b. Hak yang bersifat khusus meliputi hak Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan Ciptaannya, memperbanyak Ciptaannya dan memberi izin kepada
orang lain untuk mengumumkan atau memperbanyak hasil Ciptaannya tersebut.

c. Dalam pelaksanaan untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, baik


Pencipta, Pemegang Hak Cipta, maupun orang lain yang diberi izin, harus
dilakukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5
d. Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak yang bersifat immaterial yang dapat
beralih atau dialihkan kepada orang lain.

Terakhir Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia kembali direvisi melalui


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Hak Cipta juga diidentifikasi dengan karya
yang ada di bidang literasi, musik, dan seni. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta mendefinisikan ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan,
pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, dan keahlian yang diekspresikan dalam
bentuk nyata. Dari Penjelasan diatas bahwa Hak cipta adalah hak eksklusif yang
diberikan kepada pemilik hak cipta atas karya di bidang seni, sastra, dan ilmu
pengetahuan yang telah direalisasikan dalam bentuk nyata yang memiliki nilai
ekonomi. Misalnya jika karya itu baru sebatas ide, karya itu belum memiliki Hak
Cipta, jika seseorang sudah memiliki ide tulisan namun ide itu belum dituangkan
dalam bentuk yang nyata dan dapat diakses oleh pihak lain maka ide tersebut tidak
berada dalam perlindungan Hak Cipta.1

B. Sejarah Singkat Hak Cipta


Secara umum sejarah kelahiran hak cipta bermula di Inggris pada awal abad
ke-17 dan di Prancis pada akhir abad ke-17. Alasannya karena Inggris dan Prancis
dianggap mewakili dua rezim sistem hukum yang berlaku di dunia pada saat ini.
Kedua sistem hukum yang berbeda tersebut juga telah melahirkan konsep economi
right dan moral right dalam hak cipta. Dari sejarah kelahiran hak cipta kedua negara
tersebut kita dapat memahami mengapa negara-negara common law pada umumnya
lebih mementingkan aspek hak ekonomi (economi right) dari suatu ciptaan daripada
hak perorangan (personal right) dari pencipta sebagaimana dipraktikan di Negara civil
law yang telah melahirkan hak moral (moral right).2

1. Lahirnya Konsep Economi Right


Pada awalnya sejarah hak cipta di Inggris berlandasan praktir bisnis
percetakan dan penerbitan buku sangat monopolistik dan kapitalistik yang
melalaikan hak personal si pencipta atas ciptaannya, namun seiring dengan
perkembangannya mengalami perubahan yang mana pada awalnya hanya untuk

1
Donandi Sujana S. (2019) Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. CV Budi Utama. h. 19

2
Elyta RasGinting. Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 2012), h. 37

6
kepentingan bisnis bagi kerajaan Inggris kemudian berubah jadi sempurna dengan
pengakuan atas pencipta diwujudkan dalam bentuk pemberian royalty yang
bersifat ekonomi dan juga atas landasan pemikiran Jhon Lucke pada saat itu.
2. Lahirnya Konsep Moral Right
Konsep moral right pada awalnya berkembang di Prancis hampir sama
seperti di Inggris, namun di Prancis hak cipta dikenal dengan konsep droit
d’auteur atau hak cipta di Prancis berbeda dengan konsep copyright di Inggris.
Konsep droit d’auteur menempatkan suatu ciptaan sebagai de I’esprit atau a work
of mind yang merupakan hasil dari intelektual manusia. Oleh karena itu, suatu
ciptaan tidak terpisahkan dari personality pencipta dan hak ini akan melekat
selamanya dengan pencipta meskipun ciptaan tersebut dialihkan kepemilikan
pada pihak lain. Berdasarkan konsep droit d’auteur lahirnya konsep hak moral
(moral right) dari pencipta yang tidak dikenal di Negara-negara common law dan
juga hasil pemikiran George Hegel yang pada saat itu di Prancis yang
berpendirian bahwa identitas diri (selfidentity) manusia terpancar dari karya atau
ciptaannya.

Sebagaimana yang telah kita semua ketahui, bahwa pada tanggal 16 Oktober
2014, Pemerintah Indonesia telah resmi mengesahkan Undang-Undang Hak Cipta
yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 (untuk selanjutnya disebut
“UU Hak Cipta”), dimana Undang-Undang Hak Cipta yang baru ini lahir untuk
menggantikan Undang-Undang Hak Cipta yang lama nomor 19 tahun 2002.

Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak


cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan
menetapkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang
merupakan Undang-Undang hak cipta yang pertama di Indonesia. Undang-Undang
tersebut kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1997, dan kemudian disempurnakan lagi menjadi Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002, dan yang terkini disahkan DPR adalah Undang-
Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014.3

3
Banindro Suryo B. Implementasi Hak Kekayaan Intelektual (Yogyakarta, 2015), h. 14

7
C. Dasar Hukum Hak Cipta
a. Pengaturan Hak Cipta Secara Internasional
Indonesia telah meratifikasi sejumlah konvensi atau persetujuan
internasional mengenai hak kekayaan intelektual, konvensi-konvensi ini mengikat
Indonesia. Hal ini berarti Indonesia harus membuat atau memberlakukan agar
hukum Indonesia khususnya Hak Kekayaan Intelektual sesuai dengan konvensi-
konvensi yang telah diratifikasinya.
1. Berne Convention Berne Convention for the Protection of Literary and
Artistic Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan
Sastra) adalah perjanjian internasional tertua tentang Hak Cipta yang
dibentuk pada tanggal 9 September 1886, dan telah berulang kali mengalami
revisi. Revisi pertama dilakukan di Paris pada tanggal 4 Mei 1896, revisi
berikutnya di Berlin pada tanggal 13 November 1908. Kemudian
disempurnakan lagi di Berne pada tanggal 24 Maret 1914. Selanjutnya
berturut-turut direvisi di Roma tanggal 2 Juli 1928 dan di Brussels pada
tanggal 26 juni 1948, di Stockholm pada tanggal 14 Juli 1967 dan revisi
terakhir di paris pada tanggal 24 juli 1971.
2. Universal Copyright Convention Universal Copyright Convention (UCC)
dicetuskan dan ditandatangani di Jenewa pada tanggal 6 September 1952,
mulai berlaku pada tanggal 16 September 1955, dan mengalami revisi di
Paris pada tanggal 24 Juli 1971. UCC dibentuk karena adanya gagasan dari
peserta Berne Convention untuk membentuk kesepakatan internasional
alternatif guna menarik negara-negara lain seperti Amerika Serikat, yang
tidak menjadi peserta Berne Convention, karena menganggap pengaturan
dalam Berne Convention tidak sesuai untuk mereka.
3. TRIPs Agreement Persetujuan TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights = Aspek-aspek Perdagangan yang Bertalian Dengan Hak
Milik Intelektual), merupakan salah satu isu dari 15 isu dalam persetujuan
GATT (General Agreement on Tariff and Trade) Putaran Uruguay mengatur
hak milik intelektual secara global. Persetujuan yang saat ini telah memiliki
147 negara anggota ini dibuat agar pengaturan HKI menjadi semakin
seragam secara internasional. Terbentuknya Persetujuan TRIPs dalam
putaran Uruguay pada dasarnya merupakan dampak dari kondisi
perdagangan dan ekonomi internasional yang dirasa semakin mengglobal

8
sehingga perkembangan teknologi sebagai pendukungnya tidak lagi
mengenal batas-batas negara. Sebagai halnya perjanjian multilateral lainnya,
TRIPs memiliki ketentuan dan prinsip-prinsip dasar bagi para anggotanya
dalam melaksanakan ketentuan dalam TRIPs.
4. WIPO Copyright Treaty WIPO Copyright Treaty (WCT) adalah salah satu
produk dari World Intellectual Property Organization (WIPO) yang bertujuan
memperkuat perlindungan internasional atas Hak Cipta sebagai jawaban bagi
kemajuan yang sangat cepat dalam teknologi informasi seperti internet, dan
terhadap berbagai perubahan dalam kehidupan sosial. WCT disahkan pada
sidang WIPO di Jenewa tanggal 20 Desember 1996. WCT adalah suatu
konvensi yang merupakan special agreement yang ditentukan dalam Article
20 Berne Convention untuk perlindungan karya sastra.
b. Pengaturan Hak Cipta Secara Nasional
Pengaturan Hak Cipta di Indonesia dimulai dengan diundangkannya Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1982 untuk mencabut Auteurswet 1912 Staatblaad Nomor
600 Tahun 1912 yang diterapkan pada masa pemerintahan Belanda sebagai hukum
positif tentang Hak Cipta yang berlaku secara formal di Indonesia pada masa itu.
Penyempurnaan pertama terjadi pada tahun 1987, yaitu dengan Undang
Undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang perubahan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1982 yang bertujuan untuk membatasi pembajakan terhadap Ciptaan.
Penyempurnaan kedua dilakukan pada tahun 1997 dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta berdasarkan
keikutsertaan Indonesia dalam TRIPs (Trade Related Intellectual Property Rights)
Agreement yang merupakan bagian dari GATT (General Agreement on Tariff and
Trade) dan pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade
Organization (WTO) yang diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).
Keikutsertaan Indonesia dalam persetujuan pembentukan WTO,
mengharuskan Indonesia turut meratifikasi Berne Convention melalui Keputusan
Presiden RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention for the
Protection of Literary and Artistic Works, dan WIPO Copyright Treaty melalui
Keputusan Presiden RI Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO
Copyright Treaty. Atas dasar itulah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997

9
direvisi kembali dengan diberlakunya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta.

D. Hak- Hak yang Termasuk Dalam Hak Cipta


a. Hak Cipta Sebagai Hak Eksklusif
Hak cipta diatur dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014, dalam
pengaturan Undang- Undang tersebut telah dijelaskan bahwa hak cipta merupakan
hak eksklusif. Hak eksklusif melekat pada pemilik atau pemegang sebuah ciptaan
yang menjadikannya sebagai suatu kekuasaan pribadi bagi pemilik atas ciptannya.
Hak eksklusif juga digunakan sebagai batasan agar tidak ada pihak lain yang
memanfaatkan suatu karya ciptaan orang lain tanpa seizin pemegangnya. Hal ini
terjadi karena dalam suatu karya atau ciptaan yang diciptakan tentunya melewati
proses yang cukup panjang dan tidak mudah sehingga diperlukan hak eksklusif
untuk memberikan hak khusus bagi pemegang ciptaan agar tidak disalahgunakan
pihak lain. Selain itu dengan adanya hak eksklusif juga dapat memberikan ruang
bagi pencipta untuk mengumumkan , memperbanyak, serta memberikan izin bagi
pihak lain untuk melakukan hal yang serupa. 4
Hak cipta harus menjamin perlindungan bagi pencipta dalam aspek hubungan
pribadi dan intelektual dari ciptaan yang telah dibuat, sehingga hak cipta dalam
hal ini berdimensi sebagai hak moral (moral rights) dan hak ekonomi (economic
rights) yang berkaitn dengan pemanfaatan serta pengeksploitasian suatu karya
yang sesuai dengan norma yag berlaku yaitu :
“copyright shall protect the author with respect to his intellectual and personal
relationship with his work and also with respect to utilization of his work”. 5
b. Hak Cipta Sebagai Hak Ekonomi
Hak ekonomi merupaka hak yang diperoleh pemegang suatu karya atau
ciptaan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi atas hak kekakyaan intelektual.
Menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 pada Pasal 8 hak ekonomi
adalah:
“hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat
ekonomi atas ciptaannya”. Hak ekonomi dalam HKI meliputi hak untuk

4
Gatot Supramono, Op.Cit, h.44-45

5
Rahmi Jened Parinduri Nasution, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaingan,
Penyalahgunaan HKI, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2013) h.105.

10
mengumumkan (performing rights) dan hak untuk memperbanyak (mechanical
rights).6
Menurut Djumhana hak ekonomi pada setiap negara meliputi beberapa jenis
hak diantaranya :
1. Hak Reproduksi atau Penggandaan
Hak ini berkaitan dengan proses penggandaan suatu ciptaan yang
diciptakan oleh seseorang.
2. Hak Adaptasi
Hak ini berkaitan dengan penerjemahan suatu bahasa, aransemen musik,
dramatisasi maupun nondramatisasi, mengubah suatu jenis cerita daeri
cerita fiksi menjadi nonfiksi dan atau sebaliknya.
3. Hak Distribusi
Hak ini berkaitan dengan hak untuk menyebarkan suatu karya atau ciptaan
kepada masyarakat.
4. Hak Penampilan (performance rights)
Hak yang berkaitan dengan penyajian suatu karya atau ciptaan.
5. Hak Penyiaran (broadcasting rights)
Hak yang berkiatan dengan proses penyiaran suatu bentuk karya yang
berupa mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan kabel.
6. Hak Program Kabel
Merupakan hak yang hampir sama dengan hak penyiaran.
7. Droit de Suite
Merupakan hak tambahan yang bersifat kebendaan.
8. Hak Pinjam Masyarakat (public lending rights)
Merupakan hak yang dimiliki pencipta untuk mendapatkan pembayaran
apabila karyanya disimpan di perpustakaan milik pemerintah dan sering
dipinjam oleh masyarakat.
Dalam hak ekonomi pencipta karya dapat mlakukan pengalihan atas suatu
ciptaanya secara sebagaian maupun keseluruhan. Dalam Undang- Undang
Nomor 28 Tahun 2014 pada Pasal 16 ayat (2) dapat dilakukan pengalihan dengan
cara waris, hibah, wakaf, wasiat, perjanjian tertulis, dan atau adanya sebab lain
yang dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang- undangan.7
6
Henry Soelistyo, Op.Cit., h.47

7
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Op.Cit., h.5-7.

11
c. Hak Cipta Sebagai Hak Moral
Hak cipta dikategorikan sebagai hak moral karena hak ini berkaitan dengan
masalah moral yang melekat pada suatu karya yang diciptakan sepanjang waktu
perlindungan hak cipta masih ada. Hak moral ini berhubungan denga cara
menghormati dan menghargai karya ciptaan milik orag lain. Dalam artian bahwa
karya cipta milik orang lain tidak dapat diubah secara sepihak oleh pihak lain
walauun hak ciptanya telah diserahkan kepada pihak tersebut, kecuali ata
persetujuaan pencipta atau ahli waris pencipta apabila pencipta telah meninggal. 8
Komen dan Harkade menyatakan bahwa hak moral yang dimiliki seorang
pencipta itu meliputi:
1. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan.
2. Larangan mengubah judul.
3. Larangan mengubah penentuan pencipta.
4. Hak untuk mengadakan perubahan.
Dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 pada Pasal 5 ayat (1)
menejlaskan bahwa hak moral melekat pada pencipta untuk :9
1. Tetap mencantumkan maupun tidak mencantumkan nama pencipta pda
salinan dalam pemakaian ciptaan secara umum.
2. Menggunakan nama samarannya.
3. Mengubah ciptaan sebagaimana kepatutan dalam masyarakat.
4. Mengganti judul dan anak judul ciptaan.
5. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi
ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan
diri atau reputasinya.

d. Hak Cipta Sebagai Hak Terkait (Neighboring Right)


Hak terkait dapat disebu juga dengan istilah Right Neighboring on Copy
rights. Hak ini merupakan hak yang memiliki hubungan atau berdampingan
dengan hak cipta.

8
Gatot Supramono, Op.Cit., h.46.

9
Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

12
Subyek hak terkait meliputi :
1. Performer (penyanyi, penari, musis, aktor, dan lain-lain).
2. Producer of phonogram (pengusaha rekaman).
3. Broadcasting (lembaga penyiaran).10

Dalam pengaturan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 hak terkait


merupakan bagian dari hak eksklusif yang didalamnya meliputi :

1. Hak moral pelaku pertunjukan.


2. Hak ekonomi pelaku pertunjukan.
3. Hak ekonomi produser fonogram.
4. Hak ekonomi lembaga penyiaran.11

E. Tata Cara Pendaftaran Hak Cipta


Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta,
menegatur : “Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai Pencipta adalah:
orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Jenderal
atau, orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau diumumkan sebagai Pencipta
pada suatu Ciptaan.” Pasal ini menyiratkan bahwa orang yang mendaftarkan Hak
Cipta untuk pertama kalinya tidak berarti sebagai pemilik hak yang sah, karena
apabila ada orang lain yang dapat membuktikan bahwa itu adalah haknya maka,
kekuatan hukum dari suatu pendaftaran Ciptaan itu dapat dihapuskan. Untuk itu
Pemegang Hak Cipta dapat mengajukan gugatan ganti rugi, meminta penyitaan,
menyerahkan seluruhnya atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari pelanggaran
Hak Cipta, serta menghentikan kegiatan pengumuman, perbanyakan pengedaran dan
penjualan Ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta (Pasal 56
Undang-Undang No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta). Selama orang lain tidak
dapat membuktikan secara yuridis bahwa itu adalah haknya, sebagaimana yang
disyaratkan oleh Pasal 35 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang
Hak Cipta, maka si Pendaftar dianggap satu-satunya orang yang memiliki hak atas
Ciptaan yang terdaftar, dan setiap pihak ketiga harus menghormati haknya sebagai
hak mutlak.

10
Venantia Sri Hadiarianti, Memahami Hukum atas Karya Intelektual, (Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2009).
h.48.

11
Pasal 20 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

13
Pendaftaran Ciptaan dilaksanakan pada Direktorat Jendaral Hak atas Kekayaan
Intelektual (Ditjen HKI). Dalam keadaan ini, Ditjen HKI tidak bertanggung jawab
atas terjadinya pemalsuan Ciptaan yang didaftarkan padanya, seperti yang diatur
dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yakni :
“Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaantidak mengandung arti sebagai
pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan yang didaftar.“ Hal ini
tentu mengaburkan kepastian hukum yang diperoleh Pencipta asli suatu Ciptaan
terhadap suatu Ciptaan yang didaftarkan. Boleh jadi sebagian kecil dari hasil Ciptaan
itu benar-benar hasil Ciptaanseseorang yang mendaftarkan Ciptaannya tersebut, tetapi
bisa saja sebagian yang lain merupakan tiruan dari suatu ide Ciptaan milik orang lain
yang belum didaftarkan.
Stelsel Pendaftaran Deklaratif Menurut Prof. Kollewijn adalah stelsel yang
menganggap bahwa Hak Cipta sebagai sesuatu hak yang lahir dengan sendirinya
secara alamiah bersamaan dengan lahirnya Ciptaanitu kedalam bentuk nyata, adanya
hak tidak diperlukan suatu formalitas. Pendaftaran Hak Cipta bukan menerbitkan hak,
melainkan hanya memberikan dugaan atau sangkaan saja menurut peraturan
perundangundangan, bahwa orang yang Hak Ciptanya terdaftar itu adalah si pemilik
hak sebenarnya dari Ciptaan atau sebagai Pencipta dari hak yang didaftarkannya.
Tata Cara Pencatatan hak cipta
1. Mengisi formulir
2. Melampiran contoh ciptaan
3. Melampirkan surat pernyataan kepemilikan ciptaan
4. Melampirkan bukti identitas pencipta dan atau pemegang hak cipta
5. Membayar biaya sesuai PP No. 45/2014
a. Rp. 500.000
b. Rp. 700.000 untuk permohonan program komputer
6. Untuk badan hukum, permohonan dilampiri salinan resmi akta pendirian
badan hukum yang disahkan oleh notaris
7. Dalam hal permohonan diajukan oleh beberapa orang secara bersama-sama ,
permohonan dilampiri keterangan tertulis yang membuktikan hak tsb.
8. Dalam hal permohonan diajukan oleh beberapa orang, nama pemohon harus
dituliskan semua dengan menetapkan 1 (satu)alamat pemohon yang dipilih.
Langkah-langkah Mengurus Hak Cipta Secara Online
1. Masuk ke situs e-hakcipta.dgip.go.id

14
2. Lakukan registrasi untuk mendapatkan username dan password.
3. Login menggunakan username yang telah diberikan.
4. Mengunggah dokumen persyaratan.
5. Melakukan pembayaran setelah mendapatkan kode pembayaran pendaftaran
hak cipta.
6. Menunggu proses Pengecekan, Pengecekan dokumen persyaratan formal, Jika
masuk kategori jenis ciptaan yang dikecualikan, dilakukan verifikasi,
Mengunggah dokumen persyaratan.
7. Approval, Sertifikat dapat diunduh dan dicetak sendiri oleh pemohon.

F. Fungsi Pendaftaran Hak Cipta


Pendaftaran Hak Cipta bagi pencipta maupun pemegang Hak Cipta berfungsi
sebagai alat bukti awal di pengadilan bila di kemudian hari timbul sengketa mengenai
hasil karya cipta. Pendaftaran Hak Cipta suatu karya yang dilakukan oleh penerbit,
memberikan keuntungan berupa perlindungan hukum terhadap hasil karya yang
didaftarkan. Namun dalam upaya mendaftarkan Hak Cipta untuk mendapatkan
perlindungan hukum muncul beberapa hambatan yang dihadapi.
Hambatan yang muncul dalam pendaftaran Hak Cipta hasil karya buku yang
diterbitkan oleh penerbit diantaranya adalah dengan sistem pendaftaran deklaratif,
dimana tidak mengenal tahapan pemeriksaan substansif dalam proses pendaftaran
Hak Cipta suatu ciptaan menimbulkan celah permasalahan.
Upaya mengatasi hambatan dalam pendaftaran Hak Cipta hasil karya buku
yang diterbitkan oleh penerbit pada dasarnya bersumber pada internal pihak pendaftar
Hak Cipta itu sendiri. pendaftar harus lebih bersifat aktif dalam upaya mendapatkan
perlindungan hukum.12

G. Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta


Jangka waktu perlindungan menurut UU No. 28 Tahun 2014 agak berbeda
dengan UU Hak Cipta sebelumnya (UU No. 19 Tahun 2002). UU Hak Cipta Tahun
2014 mengatur secara tegas masa berlakunya hak moral dan hak ekonomi. Masa
berlakunya hak moral tercantum dalam Pasal 57 yang berbunyi:
(1) Hak moral Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Ayat (1) huruf a, huruf
b, dan huruf e berlaku tanpa batas waktu.

12
Bagus Bintara Putra, Efektifitas Pendaftaran Hak Cipta Hasil Karya Buku Bagi Penerbit Uuntuk Mendapatkan
Perlindungan Hukum (Semarang, Universitas Negeri Semarang, 2013)

15
(2) Hak moral Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Ayat (1) huruf c dan
huruf d berlaku selama berlangsungnya jangka waktu Hak Cipta atas Ciptaan yang
bersangkutan.
Selanjutnya, ketentuan Pasal 58 mengatur tentang Masa Berlaku Hak Ekonomi, yaitu:
(1) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
a. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
a. Karya arsitektur;
b. Peta; dan
c. Karya seni batik atau seni motif lain, berlaku selama hidup Pencipta
dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta
meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
(3) Dalam hal Ciptaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dimiliki oleh 2 (dua)
orang atau lebih, pelindungan Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang
meninggal dunia paling akhir dan berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun
sesudahnya, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
(4) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan
Ayat (2) yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima
puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.
Pasal 59 UUHC
(1) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
a. Karya fotografi;
b. Potret;
c. Karya sinematografi;
d. Permainan video;
e. Program Komputer;
f. perwajahan karya tulis;

16
g. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
h. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
i. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer atau media lainnya; dan
j. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali
dilakukan Pengumuman.
(2) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama 25
(dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.
Masa berlaku pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan yang dilakukan
Pengumuman bagian per bagian dihitung sejak tanggal Pengumuman bagian yang
terakhir.13 Dalam menentukan masa berlaku pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan
yang terdiri atas 2 (dua) jilid atau lebih yang dilakukan Pengumuman secara berkala
dan tidak bersamaan waktunya, setiap jilid Ciptaan dianggap sebagai Ciptaan
tersendiri.14
Dalam perspektif Cyber Law seharusnya mendapat pelindungan yang sama
dalam media internet tetapi jangka waktu lima puluh tahun untuk pelindungan
komputer agak berlebihan mengingat program komputer sangat cepat berubah, 15
penulis berpendapat paling lama 5 tahun. Hal ini akan menjadi tidak rasional karena
program komputer tersebut sudah tidak digunakan lagi (out of date), karena muncul
program yang baru tetapi menurut hukum hak cipta, program komputer yang lama
masih tetap mendapat pelindungan karena jangka waktunya belum 50 tahun.

BAB III

PENUTUP

13
Id, Pasal 61 Ayat (1).

14
Id, Pasal 61 Ayat (2).

15
Ahmad M Ramli, supra, hlm. 79.

17
A. Kesimpulan
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan
tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku, Di Indonesia diatur dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta. Pendaftaran Hak Cipta bagi pencipta maupun pemegang Hak
Cipta berfungsi sebagai alat bukti awal di pengadilan bila di kemudian hari timbul
sengketa mengenai hasil karya cipta Pendaftaran Hak Cipta suatu karya yang
dilakukan oleh penerbit, memberikan keuntungan berupa perlindungan hukum
terhadap hasil karya yang didaftarkan. Namun dalam upaya mendaftarkan Hak Cipta
untuk mendapatkan perlindungan hukum muncul beberapa hambatan yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

18
Bagus Bintara Putra, 2013, Efektifitas Pendaftaran Hak Cipta Hasil Karya Buku Bagi
Penerbit Uuntuk Mendapatkan Perlindungan Hukum, Semarang: Universitas
Negeri Semarang.

Banindro Suryo B. 2015 Implementasi Hak Kekayaan Intelektual , Yogyakarta


Donandi Sujana S. 2019 Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. CV Budi Utama
Elyta RasGinting. 2012 Hukum Hak Cipta Indonesia, Bandung: PT. Citra Adtya Bakti

Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Rahmi Jened Parinduri Nasution, 2013 Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum
Persaingan, Penyalahgunaan HKI, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Venantia Sri Hadiarianti, 2009, Memahami Hukum atas Karya Intelektual, Jakarta:
Universitas Atma Jaya

19

Anda mungkin juga menyukai