Anda di halaman 1dari 33

PERAN BIDPROPAM POLDA SULTRA

DALAM UPAYA EFEKTIFITAS PENERAPAN HUKUMAN KODE ETIK


PROFESI POLRI TERHADAP ANGGOTA POLRI TERLIBAT
TINDAK PIDANA NARKOTIKA
(Studi Kasus POLDA SULTRA)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Skripsi


Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Oleh:

WIWIN PRIADI WAHID


NIM 191130629

BAGIAN HUKUM PIDANA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

PERAN BIDPROPAM POLDA SULTRA


DALAM UPAYA EFEKTIFITAS PENERAPAN HUKUMAN KODE ETIK
PROFESI POLRI TERHADAP ANGGOTA POLRI TERLIBAT
TINDAK PIDANA NARKOTIKA
(Studi Kasus POLDA SULTRA)

Di Susun Oleh :

Nama : Wiwin Priadi Wahid


Stambuk : 191130629
Program Studi : Ilmu Hukum
Peminatan : Hukum Pidana

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada ujian proposal penelitian
dihadapan Tim Penguji Fakultas Hukum
Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Pembimbing I Pembimbing II

YAHYANTO,SH.,MH. IRABIAH, S.H, M.H


NIDN : 0906068202 NIDN : 0008057303

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................7

E. Keaslian Penelitian ..................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................9

A. Tinjauan Umum Tentang Polisi......................................................9

B. Tinjauan Umum Tentang (Bidpropam) Polri..................................10

C. Upaya Bidang Bidpropam Polda SULTRA Dalam

Penegakan Kode Etik Profesi Polri Di Polda SULTRA.................14

D. Kendala Yang Dihadapi Bidpropam Polda SULTRA

Dalam Melakukan Penegakan Kode Etik Profesi Polri..................16

E. Penegakan Kode Etik Terhadap Anggota Kepolisian

Yang Menyalahgunakan Narkotika................................................18

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................24

A. Tipe Penelitian ...........................................................................24

B. Lokasi Penelitian ...........................................................................24

C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................25

ii
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................25

E. Analisis Data ..................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Polisi merupakan salah satu profesi dalam dunia hukum. Polisi dalam

menjalankan tugasnya memerlukan profesionalitas serta kerja keras. Setiap

anggota Polri memiliki tugas yang diamanatkan Undang-undang Dasar 1945 yaitu

dalam penegakan hukum agar tercipta kondisi yang aman, tertib, dan damai

didalam masyarakat. Tugas polisi sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-

undang Dasar 1945 didalam pelaksanaan dilapangan harus menghadapi tantangan

seperti kejahatan nasional maupun trans-nasional, kejahatan korupsi, masalah lalu

lintas, terorisme, masalah wilayah perbatasan, dan reformasi institusi.

Profesi dan Pengamanan (Propam) adalah salah satu wadah organisasi

Polri berbentuk Divisi yang bertanggungjawab kepada masalah pembinaan profesi

dan pengamanan dilingkungan internal organisasi Polri yang disingkat

DidPropam Polri sebagai salah satu unsur pelaksana staf khusus Polri di tingkat

Markas Besar yang berada lansung di bawah Kapolri 1. Penegakan Kode etik

profesi polri secara lembaga menurut pasal 17 Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun

2011 tentang Kode etik profesi polri Negara Republik Indonesia berada di bawah

suatu lembaga yang bernama Profesi dan Pengamanan atau Propam. Pada tingkat

Mabes Polri Propam berbentuk Divisi yang bertanggung jawab pada Kapolri

sementara pada tingkat Polda berbentuk Bidang yang bertanggung jawab pada

Kapolda.

1
http://id.wikipedia.org/wiki/
Divisi_Profesi_dan_Pengamanan_Kepolisian_Negara_Republik_Indonesia

1
Bercermin dari banyaknya kasus pelanggaran kode etik yang timbul,

seharusnya Propam Polri menghindarkan diri dari kesan menerapkan asas

imunitas untuk melindungi sesama anggota korps dalam berbagai penyelewengan.

Selama ini Polri sering dituding melindungi anggotanya yang melakukan

pelanggaran kode etik karena ringannya hukuman hingga penegakan kode etik

yang sedikit kurang transparan. Propam sebagai salah satu diantara unsur di dalam

tubuh Polri, memiliki peran dalam membantu tegaknya kode etik kepolisian. Pada

kenyataannya masih ada anggota kepolisian yang melakukan pelanggara kode etik

kepolisian dilapangan.

Dalam berbangsa dan bernegara masyarakat memerlukan perlindungan

untuk dapat menjalani hidupnya dengan tenang, aman, damai dan tentram. Di

Indonesia yang berperan untuk memberikan perlindungan dan pengayoman

kepada masyarakat adalah dikenal dengan sebutan Polisi. Polisi adalah aparat

penegak hukum.2 Tetapi dalam kenyataan yang terjadi ada sebagian anggota itu

bertindak sebaliknya dan tidak sesuai dengan etika profesi kepolisian. Atau dalam

arti kata ada sebagian polisi melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesi

kepolisian.3 Kode etik profesi adalah suatu tuntutan, bimbingan atau pedoman

moral atau kesusilaan untuk suatu profesi tertentu atau merupakan daftar

kewajiban dalam menjalankan suatu profesi yang disusun oleh para anggota

profesi itu sendiri dan mengikat mereka dalam praktek. Dengan demikian maka

kode etik profesi berisi nilai-nilai etis yang ditetapkan sebagai sarana pembimbing

dan pengendali bagaimana seharusnya atau pemegang profesi bertindak atau


2
Yunius Rajalahu, Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Profesi Oleh Kepolisian Republik
Indonesia, Jurnal Lex Crimen Vol. II/No. 2/April-Juni/2013.
3
Ibid.

2
berperilaku atau berbuat dalam menjalankan profesinya. Jadi, nilai-nilai yang

terkandung dalam kode etik profesi adalah nilai-nilai etis.4 Kode etik profesi lahir

dari dalam lembaga atau organisasi profesi itu sendiri yang kemudian mengikat

secara moral bagi seluruh anggota yang tergabung dalam organisasi profesi yang

satu dengan organisasi lainnya yang berbeda-beda, baik unsur normanya maupun

ruang lingkup dan wilayah berlakunya.5 Ketentuan mengenai kode etik profesi

Polri sebagaimana diatur dalam Peraturan Kapolri No. 7 tahun 2006 dan Peraturan

Kapolri No. 8 tahun 2006, merupakan kaidah moral dengan harapan tumbuhnya

komitmen yang tinggi bagi seluruh anggota Polri agar mentaati dan melaksanakan

(mengamalkan) Kode Etik Profesi Polri dalam segala kehidupan, yaitu dalam

pelaksanaan tugas, dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pengabdian kepada

masyarakat, bangsa, dan negara.

Anggota kepolisian yang melakukan kejahatan menurut pasal 29 Ayat 1

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Repiblik Indonesia

“Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tunduk pada kekuasaan

peradilan umum” hal ini menunjukkan bahwa anggota Polri merupakan warga

sipil dan bukan termasuk subjek hukum Militer.6 Dengan demikian peraturan

yang berlaku pada kepolisian sama dengan masyarakat sipil, pertanggungjawan

dan sanksi pidananya juga sama dengan apa yang telah tertera dalam peraturan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada Bab XV pada

pasal 111-148.

4
H. Pudi Rahardi, M.H. Hukum Kepolisian Profesionalisme Dan Reformasi Polri, Laksbang
Mediantara, Surabaya, 2007, Hlm. 146.
5
Ibid.
6
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3
Terwujudnya pemberian sanksi pidana yaitu memberikan efek jera

kepada siapa saja yang telah melanggar peraturan dengan tidak memandang

jabatan orang yang melakukan tindak pidana tersebut sehingga keadilan dapat

ditegakkan dan terwujud pula pertanggungjawaban pidana oleh oknum polisi

tersebut. Pelaku yang melakukan tindak pidana adalah salah satu dari aparat

penegak hukum, pasti yang diinginkan adalah pemberian sanksi baik pidana

maupun pemberian sanksi dari instansi yang bersangkutan yang diberikan

seberat-beratnya sehingga hal ini dapat memberikan peringatan kepada aparat

kepolisian yang lain untuk tidak melakukan hal yang sama.

Lemahnya pegawasan institusi penegak hukum menjadi salah satu faktor

penyebab adanya oknum Polri yang turut menyelahgunakan narkoba, sehingga

sikap pesimistis timbul terhadapat keberhasilan pihak kepolisian untuk

memberantas peredaran barang haram tersebut dengan demikian memunculkan

asumsi di kalangan masyarakat yang tidak sedikit menghendaki agar anggota

polisi yang terlibat atas penyalahgunaan narkoba dapat di hukum berat, bukan

hanya di berikan sanksi melanggar di siplin kepolisian atau hanya sekedar

peringantan saja.7

Perihal tugas kepolisian sebagai aparat penegak hukum tugas dan

wewenangnya telah diatur secara rinci dalam ketentuan perundang-undangan

berdasrkan pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia tugas pokoknya yaitu memelihara keamanan dan

7
http://download. portal garuda.org/article.=110936&vall=4136,diakses pada hari sabtu 21 januari
2023 pada jam 11.07.

4
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.8

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pun tidak memberikan toleransi

pada anggota kepolisian yang terlibat dalam Narkotika. Seharusnya kepolisian

memberantas tindak pidana Narkotika. Jadi, bila ada anggota yang terlibat dalam

peredana dan penyalahgunaan Narkotika Kapolri meminta Divisi Propam segera

melakukan tindakan tegas. Tak hanya memakai, beberapa anggota Polisi pun

terlibat sebagai pengedar Narkoba. Pada tahun 2020 Polri memecat 113 anggota

Polri yang terlibat pelanggaran berat khususnya Narkoba. Dalam aksi peran

melawan Narkoba Polri terus menindak kejahatan Narkotika sepanjang Juni

2022 Polri melakukan penindakan terhadap 2.083 kasus kejahatan Narkotika.9

Berdasarkan uraian latar belekang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk

dmelakukan penelitian dengan mengangkat judul “PERAN BIDPROPAM POLDA

SULTRA DALAM UPAYA EFEKTIFITAS PENERAPAN HUKUMAN

KODE ETIK PROFESI POLRI TERHADAP ANGGOTA POLRI

TERLIBAT TINDAK PIDANA NARKOTIKA”.

B . Rumusan Masalah

8
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168).
9
htpps://pusiknas. polri.go.id/detail_artikel/narkoba,_kejahatan_tertinggi_kedua_di_indonesia.
Narkoba, Kejahatan Tertinggi Kedua di Indonesia, Pusiknas Bareskrim Polri, diakses Pada Hari
Sabtu 21 Januari 2023, Pada Jam 12:59.

5
Perumusan masalah adalah langkah untuk mengidentifikasi persoalan

yang diteliti secara jelas, iasanya berisi pertanyan-pertanyaan kritis,

sistematis dan representatif untuk mencari jawaban dari persoalan yang

ingin dipecahkan. Arti penting perumusan masalah adalah sebagai

pedoman bagi tujuan dan manfaat penelitian dalam rangka mencapai

kualitas penelitian yang optimal.

Berdasarkan hal tersebut, maka adapun rumusan masalah dari penelitian

ini antara lain:

1. Sejauh mana pelaksanaan hukuman kode etik profesi polri terhadap

anggota polri di polda sultra?

2. Apa hambatan dalam pelaksanaan hukuman kode etik profesi Polri?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban secara kongkrit tentang

hal-hal yang menjadi permasalahan penelitian, meliputi:

1. Untuk mengetahui Sejauh mana pelaksanaan hukuman kode etik profesi

polri terhadap anggota polri di polda sultra.

2. Untuk mengetahui Apa hambatan dalam pelaksanaan hukuman kode etik

profesi Polri.

D. Manfaat Penelitian

6
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini nantinya adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini berfaedah untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang

hukum khususnya Tindak Pidana Anggota Kepolisian Yang Terlibat

Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika. Sehingga pengetahuan

tentang hukum dan dasar-dasarnya dapat diketahui dan diterapkan di

masyarakat, jadi segala jenis pelanggaran ataupun tindak pidana dapat

dikurangi. Bukan hanya seorang pakar hukum yang harus memberikan

atau bahkan memperjuangkan hukum di negara ini, tetapi turut sertanya

masyarakat juga dapat memberikan kemajuan di negara ini. Pengetahuan

hukum secara hukum dapat ditegakkan dan diterapkan di masyarakat

karena itu menjadi syarat dari kemajuan, keadilan dan ketentraman

negara ini.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan faedah sebagai bahan acuan dalam hukum

pidana dan dapat dijadikan alat penyebarluasan informasi kepada

masyarakat. Serta dapat memberikan faedah untuk masyarakat dan orang-

orang untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan Narkotika yang

dilakukan oleh oknum Kepolisian yang dapat merusak nama baik Kepolisian

pada mata masyarakat yang seharusnya menjadi pengayom, pelindung,

pengawas, menjaga kenyamanan dan ketertiban masyarakat dan

7
melanggar etika profesi yang telah diajarkan pada oknum polisi

tersebut.

E. Keaslian Penelitian

Penulis telah melakukan penelusuran karya ilmiah baik di Polda Sultra dan

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sembilanbelas November Kolaka,

perpustakaan umum Universitas Sembilanbelas November Kolaka, perpustakaan

dan penelusuran melalui media internet, terdapat beberapa karya ilmiah yang

membahas tentang penyalahgunaan narkotika yakni:

1. Apa upaya dan sejauh mana pelaksanaan hukuman kode etik profesi

polri terhadap anggota polri di polda sultra.

2. Apa hambatan dalam pelaksanaan hukuman kode etik profesi Polri

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Polisi

1. Pengertian Tentang Polisi

Menurut Satjipto Raharjo10 polisi merupakan alat negara yang bertugas

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan pengayoman, dan

memberikan perlindungan kepada masyarakat. Menurut Pasal 1 ayat 1

UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian, Kepolisian adalah

segala halihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.Istilah Kepolisian dalam Pasa1 1 angka 1 tersebut

di atas mengandung dua pengertian, yakni fungsi polisi dan lemhaga polisi.

2. Sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia

Polri lahir pada 1 Juli 1946 melalui surat perintah Nomor II/SD/1946 yang

menetapkan jawatan Kepolisian Negara keluar dari Depdagri dan selanjutnya

dijadikan jawatan yang berada langsung di bawah perdana menteri. Pada tahun

1949 sebagai akibat dikeluarkannya Undang-Undang Dasar RIS 1949 Kepolisian

Negara pecah menjadi tiga, yaitu Polisi Republik Indonesia Serikat, Polisi

Republik Indonesia dan Polisi Negara Bagian. Selanjutnya pada tahun 1961

dibentuklah Undang-undang bagi Kepolisian, yaitu Undang-undang Nomor 13

Tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepolisian Negara.


10
http://eprints.uny.ac.id/8882/3/BAB%202%20-%2008401241012.pdf

9
3. Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Tugas Pokok dari Kepolisian Negara Republik Indonesia dinyatakan

dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia sebagai berikut: Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik

Indonesia adalah :

a). memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b). menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman,

dan pelayanan kepada masyarakat.

Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia tersebut berkaitan

dengan tugasnya dalam proses penegakan hukum. Dalam rangka proses

penegakan hukum pidana, wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia

selain terdapat dalam KUHAP juga terdapat dalam Pasal 16 Undang-undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

B. Tinjauan Umum tentang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri

1. Pengertian Propam

Propam adalah singkatan dari Profesi dan Pengamanan yang dipakai oleh

organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia pada salah satu struktur

organisasinya11. Penyebutan Propam dilaksanakan sejak 27 Oktober 2002 (Kep

KAPOLRI Nomor : Kep/54/X/2002), sebelumnya Propam dikenal sebagai Dinas

Provos atau Satuan Provos Polri yang organisasinya masih bersatu dengan
11
http://www.propam.polri.go.id/?mnu=2

10
TNI/Militer sebagai ABRI, dimana Provost Polri merupakan satuan fungsi

pembinaan dari Polisi Organisasi Militer / POM atau istilah Polisi Militer / PM.

Propam adalah salah satu wadah organisasi Polri berbentuk Divisi yang

bertanggung-jawab kepada masalah pembinaan profesi dan pengamanan

dilingkungan internal organisasi Polri disingkat Divisi Propam Polri sebagai salah

satu unsur pelaksana staf khusus Polri di tingkat Markas Besar yang berada di

bawah Kapolri dan Bidang Profesi dan Pengamanan Polda di tingkat Kepolisian

Daerah yang bertanggung jawab pada Kapolda12

2. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas pada Propam Polda

a. Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan Polda (Kabid Propam)

Kabid Propam merupakan unsur pembantu pimpinan yang bertanggung

jawab kepada Kapolda,dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah

kendali Wakapolda,yang bertugas membina dan melaksanakan

pengamanan internal, penegakan disiplin, ketertiban, dan

pertanggungjawaban profesi di lingkungan Polda.

b. Sub Bidang Perencanaan dan Administrasi (Subbidrenmin)

Subbagrenmin bertugas menyusun perencanaan program kerja dan

anggaran, manajemen Sarpras, personel, dan kinerja, serta mengelola

keuangan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam di lingkungan

Bidpropam.

c. Sub Bidang Pelayanan dan Aduan (Subbidyanduan)

12
http://id.wikipedia.org/wiki/
Divisi_Profesi_dan_Pengamanan_Kepolisian_Negara_Republik_Indonesia

11
Subbagyanduan bertugas menerima laporan atau pengaduan masyarakat

dan memonitor penanganannya.

d. Sub Bidang Registrasi dan Penelitian Perkara Disiplin dan/atau Kode

Etik Profesi, dan Penetapan Putusan Rehabilitasi, serta Pembinaan dan

Pemulihan Profesi (Subbidrehabpers)

Subbagrehabpers bertugas melaksanakan penerimaan pengaduan

keberatan dari anggota dan PNS Polri, registrasi dan penelitian terhadap

perkara disiplin dan/atau kode etik profesi, dan penetapan putusan

rehabilitasi, serta pembinaan dan pemulihan profesi.

e. Sub Bidang Pengamanan Internal (Subbidpaminal)

Subbidpaminal bertugas membina dan menyelenggarakan pengamanan

internal, yang meliputi personel, materiil logistik, kegiatan, dan bahan

keterangan.

f. Sub Bidang Provost (Subbidprovos)

Subbidprovos bertugas membina dan menyelenggarakan penegakan

disiplin serta tata tertib di lingkungan Polda.

g. Sub Bidang Pengawasan dan Pembinaan Profesi (Subbidwabprof)

Subbidwabprof bertugas :

a). menyelenggarakan pembinaan profesi yang meliputi menilai

akreditasi profesi dan membina atau menegakkan etika profesi.

b). mengaudit proses investigasi kasus yang dilakukan oleh Satker

dan/atau anggota Polri.

12
c). menyelenggarakan kesekretariatan Komisi Kode Etik Kepolisian di

lingkungan Polda.

d). melaksanakan rehabilitasi terhadap anggota dan PNS Polri sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Seksi Profesi dan Pengamanan Pada Tingkat Polres (Kasi Propam)

Seksi Profesi dan Pengamanan adalah unsur pelaksana staf khusus polres

yang berada dibawah kapolres. Seksi Propam bertugas menyelenggarakan

pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan tindakan

anggota polri, pembinaan disiplin dan tata tertib termasuk pengamanan internal

(paminal) dalam rangka penegakan hukum dan pemuliaan profesi. Seksi Propam

dipimpin oleh Kepala Seksi Propam disingkat kasi propam yang bertanggung

jawab kepada kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari – hari dibawah kendali

waka polres. Kasi Propam dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh :

1) Kepala Sub Seksi Pengamanan Internal di singkat Kasubsi Paminal.

2) Kepala Sub Seksi Provos di singkat Kasubsi Provos.

3) Bintara Administrasi di singkat Bamin.

Kasi Propam (Kepala seksi profesi dan pengamanan) mempunyai tugas

untuk Membantu Kapolres dalam merumuskan kebijaksanaan umum / pokok

dalam bidang pembinaan fungsi Provos dilingkungan Polri. Melaksanakan dan

menyelenggarakan fungsi penegakan hukum dan peraturan–peraturan lainnya, tata

tertib dan disiplin serta pengamanan dilingkungan Polri.

13
C. Upaya Bidang Profesi dan Pengamanan Polda SULTRA dalam

Penegakan Kode Etik Profesi Polri di Polda SULTRA

1. Tata Cara Penegakan Kode Etik Profesi oleh Bidpropam Polda SULTRA

Mekanisme Pelaporan di sentra pelayanan propam di Polda SULTRA:

1) Pelapor / Pengadu, baik dari masyarakat maupun anggota Polri, datang

ke ruang sentra pelayanan propam polda.

2) Laporan diterima oleh operator sentra pelayanan yang dituangkan

dalam bentuk laporan polisi dan pelapor diberi surat tanda penerimaan

laporan sebagai bukti laporan.

3) Selanjutnya pelapor dimintai keterangan oleh penyidik provos yang

dituangkan dalam bentuk BAP awal.

4) Laporan Polisi berikut BAP awal dilaporkan kepada Kabid Propam

Polda SULTRA Untuk menentukan langkah selanjutnya.

5) Apabila kasus perlu penyidikan lebih lanjut maka dilimpahkan kepada

fungsi Paminal.

6) Apabila Kasus merupakan Pelanggaran Disiplin maka kasus tersebut

akan dilimpahkan kepada Sub Bid Provost.

7) Apabila Kasus merupakan Pelanggaran Kode Etik profesi Kepolisan

(KEPP) maka kasus tersebut akan dilimpahkan kepada Sub Bid

Wabprof.

8) Apabila kasus tersebut merupakan Tindak Pidana maka akan

dilimpahkan kepada fungsi Reserse dan Kriminal (Reskrim).

14
2. Tugas dan Wewenang KKEP berdasarkan Perkap Nomor 19 tahun 2012

a. Sesuai dengan Pasal 11 Perkap Nomor 19 tahun 2012 Komisi

bertugas menyelenggarakan sidang untuk memeriksa pelanggaran

Kode Etik Profesi Polri dan pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan

Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang

Pemberhentian Angota Polri serta Pasal 13 Peraturan Pemerintah

Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

b. Sesuai dengan Pasal 13 Perkap Nomor 19 tahun 2012Komisi Kode

Etik Polri dalam melaksanakan tugas berwenang untuk memanggil

anggota Polri untuk didengar keterangannya sebagai Terperiksa:

i. Memanggil terduga pelanggar untuk didengar

keterangannya dipersidangan

ii. Menghadirkan pendamping yang ditunjuk oleh terduga

pelanggar atau yang ditunjuk oleh KKEP sebagai

pendamping.

iii. Menghadirkan saksi dan ahli untuk didengar keterangannya

guna kepentingan pemeriksaan dipersidangan.

iv. Mendatangi tempat tertentu yang ada kaitannya dengan

persidangan.

v. Meneliti berkas pemeriksaan pendahuluan sebelum

pelaksanaan sidang dan menyiapkan rencana pemeriksaan

dalam persidangan.

15
vi. Mengajukan pertanyaan secara langsung kepada terduga

pelanggar, saksi, dan ahli mengenai sesuatu yang

diperlukan atau berkaitan dengan pelanggaran yang

dilakukan oleh terduga pelanggar.

vii. Mengajukan pertanyaan secara langsung kepada

pendampingterkait dengan kelengkapan administrasi

sebagai pendamping.

viii. Membuat pertimbangan hukum untuk mengambil

keputusan

ix. Mengajukan rekomendasi keputusan KKEP bersifat

administrasi kepada pembentuk KKEP.

D. Kendala yang dihadapi Bidpropam Polda SULTRA dalam melakukan

Penegakan Kode Etik Profesi Polri

a) sulitnya untuk melakukan pemahaman yang dilakukan oleh

anggota bidpropam untuk memisahkan secara tegas antara berbagai

aturan internal Polri seperti antara peraturan disiplin dan kode etik

profesi. Kemampuan penafsiran SDM dipropam Polda SULTRA

cenderung terbatas.

b) Kepala Satuan Organisasi Polri selaku Ankum di seluruh tingkatan

yang belum mampu memberikan sanksi kepada anggota polri yang

melakukan pelanggaran melalui sidang Komisi Kode Etik Polri,

16
c) faktor sarana atau fasilitas dimana dalam pelaksanaan tugasnya,

baik Subbidpaminal, Subbidprovos, dan Subbidwabprof selaku

unsur pelaksana utama Bidpropam Polda SULTRA sering

menghadapi masalah sarana dan prasarana yang belum memadai

dan keterbatasan dukungan anggaran,

d) faktor masyarakat/anggota Polri yang dalam hal ini sebagai objek

dalam penegakan hukum Kode Etik Profesi Polri, dimana tingkat

kesadaran dan kepatuhan anggota Polri atas peraturan Kode Etik

Profesi Polri yang mengikat dan berlaku baginya masih relatif

rendah sehingga pelanggaran Kode Etik Profesi Polri tetap terjadi,

e) faktor budaya seperti masih adanya rasa segan, yaitu adanya

keengganan pemeriksa dari Bidpropam Polda SULTRA dalam

memeriksa anggota Polri yang diduga melakukan pelanggaran

kode etik,

17
E. Penegakan Kode Etik Terhadap Anggota Kepolisian Yang

Menyalahgunakan Narkotika

a. Pengaduan Atau Laporan Adanya laporan/pengaduan dari masyarakat

mengenai anggota kepolisian yang menyalahgunakan Narkotika dan

Psikotropika, yang kemudian ditindak lanjuti oleh anggota yang bertugas

di fungsi Reserse Narkoba untuk memintai keterangan tentang kebenaran

laporan tersebut untuk dilakukan proses tahap awal yaitu mendatangi

tempat kejadian perkara. Apabila didapati anggota tersebut sedang

melakukan pesta narkotika maka petugas segera melakukan pengamaan

untuk di amankan menuju mapolres selanjutnya dilakukan tes urine dan

pemeriksaan awal. Pemeriksaan Sidang Disiplin

b. Pelaksanaan Sidang Disiplin Dan Penjatuhan Sanksi Kode Etik Disi

diharapkan :

1) Antum menepati tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya

Berkas Perkara Pelanggaran Disiplin (BPPD) dari Provos Kepolisian

Republik Indonesia (Polri) untuk melaksanakan sidang disiplin terhadap

terperiksa.

2) Anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang ditunjuk sebagai

penuntut perkara dalam sidang disiplin, memiliki banyak pengetahuan

tentang hukum dan peraturan lain yang terkait dengan perkara yang

sedang diperiksa dan memahami posisi kasus yang sedang diperiksa, agar

mampu berbuat banyak dalam mengajukan pertanyaan, tuntutan dan

18
pertimbangan kepada pimpinan sidang disiplin dalam upaya membuktikan

perbuatan pelanggaran terperiksa.

3) Anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang bertindak sebagai

pendamping terperiksa dalam sidang disiplin, memiliki komitmen yang

kuat akan perwujudan integritas disiplin anggota Kepolisian Republik

Indonesia (Polri) dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam kehidupan

bermasyarakat demi mewujudkan Kepolisian Republik Indonesia (Polri)

yang dipercaya masyarakat, untuk sementara dapat mengesampingkan

dulu kelemahan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 2003 dan Kep Kepolisian Republik Indonesia (Polri)

Nomor Pol.: Kep/43/IX/ 2004 tanggal 30 September 2004, namun tetap

dalam batas toleransi untuk kepentingan yang lebih besar yaitu institusi

Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

4) Sanksi yang dapat dikenakan terhadap anggota tersebut berupa

Pemberhentian Dengan Tidak Hormat (PDTH). Karena Dalam Perkap

No.14 Tahun 2011 pasal 21 ayat 3 menyebutkan Sanksi Administratif

berupa rekomendasi Pemberhentian Dengan Tidak Hormat (PDTH) bagi

anggota yang melakukan pelanggaran meliputi pidana 4 (empat) tahun

penjara atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai

kekuatan hukum tetap. Karena dalam Undang-Undang 35 Tahun 2009

tentang Narkotika menyebutkan penyalahgunaan Narkotika Golongan I

dipidana dengan penjara paling lama 4 (empat) tahun.

19
Setiap sanksi Kode etik yang diketahui oleh masyarakat luas terutama kepada

pihak korban diberitahukan secara tertulis, sehingga tidak timbul kesan bahwa

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melindungi anggotanya dan tidak

menegakkan hukum disiplin anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri)

dengan profesional, obyektif, transparan dan akuntabel.

c. Pelaksanaan Sanksi Kode Etik Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2002, disebutkan bahwa Kepolisian adalah institusi yang

melaksakan tugas mewujudkan keamanan dalam negeri, meliputi

terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya

hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan

menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Menurut Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002, fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi

pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban,

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat. Menurut Pasal 3 disebutkan bahwa pengemban fungsi

kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu

oleh:

1) Kepolisian khusus; Kepolisian khusus adalah instansi dan/atau badan

Pemerintah yang oleh atau atas kuasa Undang-Undang (peraturan

perUndang-Undangan) diberi wewenang untuk melaksanakan fungsi

kepolisian dibidang teknisnya masing-masing. Wewenang bersifat khusus

dan terbatas dalam lingkungan kuasa soal-soalµ (zaken gebied) yang

20
ditentukan oleh peraturan perUndang-Undangan yang menjadi dasar

hukumnya.

2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

3) Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa; suatu bentuk pengamanan yang

diadakan atas kemauan,kesadaran, dan kepentingan masyarakat sendiri

yang kemudian memperoleh pengukuhan dari Kepolisian Negara Republik

Indonesia, seperti satuan pengamanan lingkungan dan badan usaha di

bidang jasa pengamanan. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa memiliki

kewenangan kepolisian terbatas dalam lingkungan kuasa tempatµ meliputi

lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, lingkungan pendidikan.

Menurut Pasal 5 disebutkan bahwa kepolisian merupakan alat negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan

hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Kepolisian

Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu

kesatuan dalam melaksanakan peran:

a. Keamanan dan ketertiban masyarakat

b. Keamanan dalam negeri

Menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, tugas pokok Kepolisian

adalah:

21
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. Menegakkan hukum;

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, wewenang Kepolisian

adalah:

1) Menerima laporan dan/atau pengaduan;

2) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum;

3) Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; antara

lain pengemisan dan pergelandangan, pelacuran, perjudian,

penyalahgunaan obat dan Narkotika, pemabukan, perdagangan manusia,

penghisapan/praktik lintah darat, dan pungutan liar.

4) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa; Aliran yang dimaksud adalah

semua atau paham yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa antara lain aliran kepercayaan yang

bertentangan dengan falsafah dasar Negara Republik Indonesia.

5) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan

administratif kepolisian;

6) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan

kepolisian dalam rangka pencegahan.

22
Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan tugas dan

wewenangnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia, khususnya di daerah

hukum pejabat yang bersangkutan ditugaskan sesuai dengan peraturan Perundang-

undangan. Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik

Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut

penilaiannya sendiri. Pelaksanaan ketentuan tersebut hanya dapat dilakukan dalam

keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perUndang-

Undangan dan Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung

jawab kepada Presiden baik dibidang fungsi kepolisian preventif maupun represif

yustisial. Namun demikian pertanggungjawaban tersebut harus senantiasa

berdasar kepada ketentuan peraturan perUndang-Undangan, sehingga tidak terjadi

intervensi yang dapat berdampak negatif terhadap pemuliaan profesi kepolisian.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe

penelitian normatif empiris, yaitu menggunakan pendekatan perundang-

undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach). Pendekatan

perundang-undangan untuk menelaah semua Undang- Undang dan regulasi

khususnya yang berkaitan dengan Kode Etik Profesi Anggota Polisi. Pendekatan

kasus dengan menelaah kasus-kasus yang berkaitan dengan Polisi yang

melakukan Kode Etik Profesi.

B. Lokasi Penelitian

Penyusunan proposal skripsi ini akan di dahului dengan suatu penelitian

awal. Penelitian awal berupa mengumpulkan data yang menunjang masalah yang

diteliti. Selanjutnya dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Polda

Sultra, dalam kaitannya dengan objek penelitian yang berfokus pada bagaimana

peran Bidpropam Polisi Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) Dalam

Upaya Penegakan Hukum Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia (Polri)

Terhadap Personil Polda Sultra Yang Melakukan Tindak Pidana Penyalahgunaan

Narkotika (Studi Kasus Polda Sultra).

24
C. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dan diperoleh dalam penelitian berupa data

primer dan data sekunder.

1. Data primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak kepolisian melalui

wawancara langsung dengan Penyidik/Penyidik pembantu pada unit

Reserse Narkoba Sultra. Yang terkait dan mampu memberikan

informasi berkaitan masalah yang diteliti.

2. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh berupa sumber-sumber tertentu. Seperti

dokumen-dokumen, data-data yang diperoleh, termasuk juga literatur-

literatur yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Wawancara langsung dengan pihak kantor Reserse Narkoba Sultra yaitu

pihak yang bertanggung jawab dan terkait langsung dalam penyidikan

perkara tindak pidana, Agar diperoleh gambaran mengenai proses

penyidikan.

2. Studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang berkaitan

dengan objek penelitian dan literatur-literatur yang juga berkaitan dengan

penelitian ini.

25
E. Analisis Data

Data yang diperoleh baik primer maupun sekunder dianalisis secara

kualitatif, yaitu menggunakan masalah, mengemukakan pendapat, dan

memecahkan permasalahan aspek hukumnya. Kemudian disajikan secara

deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesuai

dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini. Dari hasil

analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan yang diharapkan dapat

menjawab permasalahan yang dibahas dalam penulisan proposal skripsi ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Adami Chazawi.2002.Pelajaran Hukum Pidana Bagian I.
Jakarta:Rajawali pers.
Erma Yulihastin. 2008. Bekerja Sebagai Polisi. Jakarta: Erlangga.
E.Y Kanter dan S.R. Sianturi. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia
Dan Penerapannya. Jakarta: Storia Grafika.
H.A. Zainal Abidin Farid. 2014. Hukum Pidana 1. Jakarta: Sinar Grafika.
H. Pudi Rahardi. 2014. Hukum Kepolisian Kemandirian Profesionalisme
Dan Reformasi POLRI. Surabaya: Laksbang Grafika.
H. Siswanto S. 2012. Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika.
Jakarta: Rineka Cipta.
Julianan Lisa FR dan Nengah Sutrisna W. 2013. Narkoba Psikotropika
dan Gangguan Jiwa Tinjauan Kesehatan dan Hukum. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Kunarto. 1999. Merenungi Kiprah POLRI Terhadap Kejahatan Tanpa
Korban. Jakarta: Cipta Manunggal.
Mahrus Ali. 2013. Asas-Asas Hukum Pidana Korporasi. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Muhammad Nuh. 2011. Etika Profesi Hukum. Bandung: Pustaka Setia.
P.A.F Lamintang. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
R.Abdussalam. 1997. Penegakan Hukum Dilapangan Oleh POLRI.
Jakarta:Dinas Hukum POLRI.
Sunarno. 2007. Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya. Semarang:
Bengawan Ilmu.
Thomas Barker dan David L. Carter. 1999. Penyimpangan Polisi.
Jakarta:Cipta Manunggal.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian.


Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 TentangNarkotika.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1
Tahun2011 Tentang Kode Etik Profesi Polisi.

27
JURNAL
Andi Munwarman, Sejarah singkat POLRI. Melalui http:/
/www.HukumOnline.com/ hg/narasi/ 2004/04/21/nrs,20040421-
01,id.html, diakses Jum’at, 20 November 2015.
Ando, “Unsur-unsur Pertanggungjawaban Pidana”, melalui
http://www.unsur- unsurpertanggungjawabanpidana.com, diakses Selasa,
13 Oktober 2015.
Fadhli Erlanda, “Alasann Polisi melakukan Narkoba”, melalui
http://archive.kaskus.co.id/thread/13629245/0/alasan-polisi-
menggunakannarkoba, diakses Jum’at, 20 Oktober 2015.
Samnsa, Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakan Hukum, melalui
http://www.smansax1-edu.com/2014/11/dasar-hukum-perlindungan-
dan- penegakan.html, diakses Rabu, 27 Januari 2016.
Iman Herlambang, “Pengertian Pertanggungjawaban
Pidana”, melalui http://imanhsy.blogspot.com/2011/12/pengertian-
pertanggungjawaban- pidana.html, diakses Sabtu, 21 November
2015.
Iqbal, Muhamad. "Efektifitas Hukum Dan Upaya Menangkal Hoax Sebagai
Konsekuesni Negatif Perkembangan Interkasi Manusia." Literasi Hukum
3.2 (2019): 1-9.
Iqbal, Muhamad. "Implementasi Efektifitas Asas Oportunitas di Indonesia
Dengan Landasan Kepentingan Umum." Jurnal Surya Kencana Satu:
Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan 9.1 (2018): 87-100.
Iqbal, Muhamad. "Perkembangan kejahatan dalam upaya penegakan hukum
pidana: Penanggulangan kejahatan profesional perdagangan organ tubuh
manusia." PROCEEDINGS UNIVERSITAS PAMULANG 2.1 (2017).
Aryo, S., Sidabutar, “Penegakan Hukum Terhadap Penyalahgunaan Narkotika
yang Dilakukan oleh Anggota Kepolisian”, Fakultas Hukum, Universitas
Medan Area, Medan, 2019
Asrianto Zainal.“Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Narkotika Ditinjau dari
Aspek Kriminologi”. Al-Adl vol.6/2 juli/2013
Azies Bauw, “Penegakan Kode Etik Kepolisian Terhadap Pelanggaran yang
Dilakukan Anggota Kepolisian (Studi Kasus di Kepolisian Daerah Jaya
Pura”. jurnal Legal Pluralism, Vol. 5, No. 1, Januari 2015.
Devi, Gustu Agung, A.A.M.K.,”Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Profesi
Bagi Anggota Kepolisian yang Melakukan Tindak Pidana (Studi Polres
Lombok Barat)”, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Mataram,
Mataram, 2021
Dwi Indah Widodo. “Penegakan Hukum Terhadap Anggota Kepolisian yang
Menyalahgunakan Narkotia dan Psikotropika”. Magnum Opus Vol
I/Agustus/2018
Hairul, “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan Nerkotika
yang Dilakukan oleh Anggota Polri di Wilayah Hukum Polres Lombok
Barat”, Fakultas Hukum, Universitas Muhamadiyah Mataram, Mataram,
2020

28
Irwansyah Muhammad, “The Early Preventive Effort of Narkotic Abuse at Senior
High School (SMA) in Aceh Besar And Sabang)”, Jurnal Hukum Keluarga
dan Hukum Islam, Vol. 4, No.2, Juni 2020
Kristian Megahputra Warong. “Sanksi Hukum Terhadap Anggota Kepolisian
yang Menghilangkan Barang Bukti Perspektif Kode Etik Kepolisian”. Lex
Crimen Vol.VI/Nov/2017
Maudy Pritha Amanda, Dkk, “Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
(Adolescent Substance Abuse)”, Jurnal Penelitian dan PPM Vol 4, 2017
Moh Aden Arsyad Amin,”Penyelesaian Tindakan Pelanggaran Kode Etik Profesi
Kepolisian Republik Indonesia”, Fakultas Syariah, UIN Sulthan Thaha
Saifuddin, Jambi, 2019
Nestiti, Untung, Amiek, “Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Komisi Kode Etik
Kepolisian Republik Indonesi”. Diponegoro Law Journal, Vol. 5, No. 3,
Tahun 2016.
Niru anita sinaga, “ Kode Etik Sebagai Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum
yang Baik”. Jurnal Ilmiah Hukum Digantara, Vol. 10, No. 2, Maret 2020.
Widya Yuridika, “Penegakan Hukum Peraturan Kedinasan Kepolisian dalam
Menangani Pelanggaran Etika Kepolisian” Jurnal Hukum, Vol. 4, No. 1,
Juni 202.

29

Anda mungkin juga menyukai