Anda di halaman 1dari 46

OPTIMALISASI PERAN SATUAN INTELKAM DALAM DETEKSI DINI

GUNA MENCEGAH TINDAK PIDANA PENCURIAN SEPEDA MOTOR


MILIK MAHASISWA DI WILAYAH HUKUM POLRESTABES
SEMARANG

RENCANA PENELITIAN

Diajukan untuk Melaksanakan Penelitian guna Melengkapi


Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Terapan Kepolisian (S.Tr.K.)

Oleh:
NIZHAM TSAUBAN FUDHAIL
19.206

AKADEMI KEPOLISIAN
SEMARANG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii


DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iii
DAFTAR TABEL ................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................ 10
1.3 Perumusan Masalah ...................................................................... 11
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 11
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 12
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 13
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................................................... 14
2.1 Kepustakaan Penelitian ................................................................. 14
2.2 Kepustakaan Konseptual ............................................................... 19
2.2.1 Konsep Intelijen Keamanan .................................................. 19
2.2.2 Konsep Pencegahan Kejahatan ........................................... 20
2.2.3 Konsep Deteksi Dini ............................................................. 21
2.2.4 Teori Peran ........................................................................... 21
2.2.5 Teori Curanmor..................................................................... 22
2.2.6 Teori Manajemen .................................................................. 23
2.3 Kerangka Berpikir .......................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 28
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................... 28
3.1.1 Pendekatan Penelitian .......................................................... 28
3.1.2 Jenis Penelitian..................................................................... 30
3.2 Fokus Penelitian ............................................................................ 31
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................ 31
3.4 Sumber Data/Informasi .................................................................. 32
3.4.1 Sumber Data Primer ............................................................. 32
3.4.2 Sumber Data Sekunder ........................................................ 32
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 33
3.5.1 Teknik pengamatan .............................................................. 34
3.5.2 Teknik Wawancara ............................................................... 34
3.5.3 Studi Kepustakaan................................................................ 34
3.6 Validitas Data ................................................................................. 35
3.7 Teknik Analisis Data....................................................................... 36
3.8 Jadwal Penelitian ........................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 40

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 .......................................................................................... 27

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Crime Jakarta Polrestabes Semarang ......................... 8

Tabel 1.2 Data Kriminalitas Polrestabes Semarang .................... 9

Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ............................... 16

Tabel 3.1 Analisis Metode Penelitian .......................................... 38

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ........................................................ 39

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polri merupakan institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok
penegakkan hukum, memelihara kamtibmas serta meberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan
tugas pokok tersebut maka dalam institusi Polri diperlukan fungsi-fungsi
kepolisian yang mempunyai wilayah kerja masing-masing yang saling
terkait dan terpadu. Fungsi kepolisian tersebut salah satunya adalah
Intelijen keamanan atau yang biasa disebut intelkam. Fungsi ini merupakan
salah satu fungsi kepolisian. Secara khusus yang berkaitan dengan upaya
mengamankan Negara dan Bangsa. Dalam dasar intelijen, Intelijen dapat
kita bedakan yaitu intelijen sebagai bahan keterangan yang sudah diolah,
sebagai Organisasi dan sebagai Kegiatan.

Kejahatan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dan


merupakan peristiwa seharihari. Cicero mengatakan Ubi Societas, Ibi Ius,
Ibi Crime yang artinya ada masyarakat, ada hukum, ada kejahatan.
Manusia setiap harinya berkomunikasi satu dengan lainnya sehingga tidak
jarang menimbulkan konflik. Antar kelompokmenilai satu sama lain apabila
tidak sesuai dengan penilaiannya maka akan dianggap sebagai sebuah
perbuatan menyimpang. Perilaku menyimpang inilah yang sering disebut
sebuah kejahatan.

Keamanan dan ketertiban masyarakat yang disingkat dengan


kamtibmas menurut Pasal 1 Undang-undang Kepolisian Negara Republik
Jakarta Nomor 2 Tahun 2002 adalah suatu kondisi dinamis masyarakat
sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan
nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh
terjaminnya kemanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya

1
2

ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta


mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,
mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan
bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

Berbagai media mengupas trend kenaikan tindak pidana pencurian


yang cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Berbagai upaya
telah dilakukan oleh kepolisian dengan menggunakan berbagai pendekatan
keamanan baik pre-emtif , preventif maupun represif. Akan tetapi modus
operandi dan pelakunya selalu melakukan pembaharuan dalam modus
operandi aksi tersebut. Perkembangan upaya Polri tentu tidak akan
maksimal jika tidak melibatkan seluruh komponen masyarakat dan
kerjasama dengan seluruh stake holder pemerintah setempat

Polrestabes Semarang terletak di Jl. Dr. Sutomo No.19. Wilayah hukum


Polrestabes Semarang membawahi 14 (empat belas) Polsek tipe Urban
dan 1 (satu) Kepolisian Kawasan Pelabuhan setingkat Polsek serta 4
(empat) Sub Sektor Polsek yang 2 (dua) ditingkatkan menjadi Sektor
dengan jumlah anggota Polri Polrestabes Semarang sebanyak 2.974
personil. Kepolisian Polrestabes Semarang mempunyai tugas dan
wewenang dalam menangani masalah tindak pidana termasuk tindak
pidana yang melibatkan anak-anak sebagi pelakunya.

Polrestabes Semarang sesuai dengan ketentuan diatas, bertugas


menjalankan tugas pokok kepolisan negara Republik Jakartasebagaimana
perumusan Tugas Pokok Polri yang tercantum dalam Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RepublikJakarta sebagai
berikut:

1. Selaku alat Negara Penegak Hukum memelihara serta meningkatkan


tertib Hukum.
2. Selaku alat Negara yang memelihara stabilitas keamanan dalam
negeri.
3

3. Melaksanakan Tugas-tugas Kepolisian Negara Republik Jakarta selaku


Pelindung Pengayom dan Pelayan masyarakat bagi tegaknyaperaturan
perundang-undangan.

4. Bersama-sama dengan komponen Instansi Pemerintahan lainnya


membina ketentraman masyarakat dalam wilayah Negara Republik
Jakarta guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
5. Membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang menunjang
untuk kepentingan bersama.
6. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Undang-undang serta
pemerintah.
Berdasarkan penjelasan diatas tentang tugas dan tanggung jawab,
pihak kepolisian memiliki wewenang untuk menangani kasus tindak pidana.
Banyaknya kasus pencurian sepada motor di wilayah Polrestabes Kota
Semarang sangat meresahkan warga dan mahasiswa. Aksi pencurian
sering kali terjadi di kalangan mahasiswa karena untuk di daerah Wilayah
Hukum Polretstabes Semarang dengan Perguruan Tinggi sebanyak 79
Perguruan Tinggi di dominasi dengan mahasiswa dan adapun pencurian
sepeda motor mahasiswa yang sering terjadi karena adanya unsur
kelalaian, yakni banyak dari kalangan mahasiswa yang tidak tertib dalam
menaruh sepada motor dan lupa tidak menguci leher, dari tindakan yang
lalai dan tidak tertib itu sendiri dapat memungkinkan meningkatnya
presentasi terjadinya pencurian dan mempermudah aksi pencurian oleh
para pelaku.
Salah satu tugas intelkam adalah Sebagai Mata dan Telinga kesatuan
Polri yang berkewajiban melaksanakan deteksi dini dan memberikan
peringatan masalah dan perkembangan masalah dan perubahan
kehidupan sosial dalam masyarakat. Serta dapat mengidentifikasi
ancaman, gangguan, atau hambatan terhadap Kamtibmas. Didalam
intelkam polri terdapat Sistem deteksi Intelpampol, sistem ini sebagai
bagian dari Sistem Operasional Intelpampol dalam rangka mewujudkan
4

kemampuan Intelpampol sebagaimana yang ditetapkan. Pada hakekatnya


system deteksi dini ini bertitik tolak dari dasar-dasar pelaksanaan tugas
Intelpampol.
Dasar-dasar pelaksanaan tugas Intelpampol bermula dari pengertian
bahwa Intelejen itu adalah untuk Pimpinan dalam kualifikasinya Sebagai
Kepala/Komandan, Sebagai unsur pemerintah, Sebagai Pimpinan
masyarakat, Sebagai Bapak dari keluarga besar Polri. Dimana pelaksanaan
tugas Intelpampol diselenggarakan oleh jaringan Intelpampol di atas
permukaan secara struktural formal dengan didukung oleh adanya jaringan
Intelijen di bawah permukaan. Sistem Deteksi Intelpampol dapat dilihat dari
subyek penyelenggaranya, metode yang dipakai serta obyek sasarannya.
Sistem Deteksi dini yang berajalan di tingkat kewilayahan akan
menghasilkan informasi Intelijen yang diperoleh melalui suatu proses
pengolahan dari bahan keterangan yang didapat. Bahan keterangan
merupakan bahan dasar yang masih mentah. Bahan mentah ada yang
memenuhi syarat dan ada yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan
intelijen. Bahan mentah yang memenuhi syarat untuk dijadikan intelijen
adalah bahan-bahan yang berkaitan dengan masalah keamanan, yang
dapat dipercaya sumbernya dan relevan dengan masalah yang dicari atau
dibutuhkan.
Intelijen sebagai bahan keterangan yang sudah diolah adalah
merupakan hasil terakhir atau produk daripada pengolahan yang
selanjutnya disampaikan kepada pihak-pihak pemakai untuk dipergunakan
sebagai bahan penyusunan rencana dan kebijaksanaan yang akan
ditempuh dan yang memungkinkan untuk bahan mengambil keputusan.
Dalam hal ini initelijen juga merupakan suatu pengetahuan yang perlu
diketahui sebelumnya, dalam rangka untuk menentukan Langkah-langkah
dengan Jakarta yang diperhitungkan. Dengan kata lain, intelijen diperlukan
untuk membuat keputusan yang tepat dalam tiga aspek, yaitu perencanaan,
kebijaksanaan dan cara bertindak (cover of action).
5

Intelijen yang diramalkan (Forecasting): Intelijen yang diramalkan


mempunyai peranan penting bagi intelijen. Karena perkembangan yang
lampau dan perkembangan yang sedang terjadi dicerminkan oleh Intelijen
Dasar Diskriptif fan Intelijen Aktual, sedangkan intelijen yang diramalkan
meramalkan perkembangan yang akan terjadi di masa yang akan datang
sebagai lanjutan proses perkembangan yang sedang terjadi. Dengan kata
lain sebagai bentuk gambaran spekulatif tentang apa yang akan terjadi.
Dengan demikian intelijen yang bertanggung jawab untuk menentukan
rencana dan langkah – langkahnya.
Intelkam polri sangat berperan penting dalam meberikan diteksi dini
terutama dalam mengantisipasi gangguan kamtibmas yang dapat terjadi
kapanpun yang tidak mengenal waktu dan tempat. Situasi tindak
kriminalitas memiliki kecendrungan meningkat dari tahun ke tahun seirama
dengan perkembangan berbagai aspek kehidupan masyarakat, sementara
itu situasi keamanan dan ketertiban yang kondusif adalah mutlak, untuk
mewujudkan guna mendukung terselenggaranya pembangunan nasional
termasuk berjalannya roda pemerintahan dan perekonomian bangsa.
Intelkam polri sebagai pelaksana fungsi intelijen yang meliputi penyelidikan,
pengamanan dan penggalangan guna terpeliharanya stabilitas keamanan
dan ketertiban masyarakat yang kondusif, harus dapat mengantisipasi
berbagai perkembangan situasi sehingga apabila muncul ancaman factual
dapat ditangani secara profesional dan proporsional.
Sebagai Contoh tindak pidana pencurian kendaraan bermotor seperti di
bawah ini :

1. Contoh tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Universitas


Negeri Semarang

Salah satu tindak pidana pencurian kendaraan bermotor yang terjadi


di Semarang. Tersangka yakni Muhammad Wahyudi (24), dan
Saraichsan Teguh Maulana alias Ceper (22) warga Lebaksiu,
6

Kabupaten Tegal, dan warga Tengger Barat Nomor 14, RT 3/7 Gajah
Mungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah. Kronologis terjadinya “Saat
itu, awalnya mahasiswa yang sedang kuliah memarkir kendaraannya di
halaman kampus.
Kemudian, Sabtu (19/9) sekitar pukul 13.30 lalu Aksi keduanya itu
terbongkar setelah tertangkapnya salah seorang pelaku Wahyudi saat
akan mencuri di depan Auditorium Kompleks Kampus Universitas
Negeri Semarang (Unnes).
Lalu, setelah dilakukan pengejaran, akhirnya kedua pelaku yang
ketakutan berhasil ditangkap oleh petugas. Saat penangkapan, para
pelaku sempat akan dihakimi oleh massa yang berada di lokasi
kejadian, kemudian diamankan pihak kepolisian.
Sementara, Kapolrestabes Kota Semarang, Kombes Polisi
Djihartono mengatakan, Belasan motor itu merupakan hasil dari aksi
mereka di komplek Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebanyak 4
unit dan 11 unit motor di Universitas Diponegoro (Undip) Kota
Semarang.
Selain mengamankan pelaku, polisi juga berhasil menyita barang
bukti berupa sebuah kunci T modifikasi. Tiga unit motor curian yakni
Suzuki Satria fu H 4814 MY, Honda Vario H 2020 YW, Honda Supra H
2851 RQ, serta dua unit motor Vario H 2447 APG dan Yamaha RX King
H 5756 EZ yang digunakan pelaku, serta puluhan suku cadang yang
berasal dari motor curian. Karena aksi nekad yang diakukannya kedua
pelaku dijerat Pasal 363 KUHP dengan ancaman maksimal 7 tahun
penjara.

2. Contoh tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di UIN


Walisongo Semarang

Salah satu tindak pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di


Semarang. “Polrestabes Semarang membekuk pelaku pencuri sepeda
7

motor yang kerap beraksi di wilayah Semarang dan sekitarnya. Korban


Rahul Al Fatah (20)”.
Aksi terakhir Slamet terjadi pada Selasa (11/10/2016) sekitar pukul
02.00 WIB di sebuah tempat kos di Jalan Panda Timur 33 RT 002/
RW 005, Kelurahan Palebon, Kecamatan Pedurungan, Kota
Semarang.
Ketika dikonfirmasi, Rahul menjelaskan kronologis sebelumnya ia
memarkirkan sepeda motor di gedung L Fakultas Syariah dan Hukum
pada pukul 10:20 WIB. Lantas ia tinggal untuk mengikuti kegiatan
belajar di kelas hingga pukul 12:00. Setelah keluar dari kelas inilah,
Rahul mendapati sepeda motornya telah raib digondol maling.
“Keluar kelas jam 12, motornya udah enggak ada di parkiran mas.
Platnya H 3992 GA, motor vixion 2011 warna hitam,” jelas Rahul
kepada Kru IDEApers.com, kamis (08/03/18)
Rahul menambahkan jika dirinya tidak lupa telah mengunci ganda
sepeda motornya dan membawa kuncinya, sehingga ia merasa
motornya akan aman di parkiran.
“Saya tidak lupa mengunci setang motor, kuncinya saya masukan ke
tas dan saya bawa,” katanya.
Rahul mengatakan jika ia telah melaporkan kejadian pencurian yang
dialaminya kepada Satpam kampus tiga dan sedang ditindaklanjuti.
“Saya sudah lapor, ke satpam mas,” jelasnya

Dalam pasal 362 KUHP tentang pencurian disebutkan bahwa barang


siapa mengambil seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak
enam puluh rupiah. Tindak pidana pencurian itu dapat berupa pencurian
dengan pemberatan, pencurian yang disertai dengan kekerasan, pencurian
kendaraan bermotor dan pencurian ringan.
Dan ada pun pasal pemberatan nya tertera pada pasal 363 KUHP yaitu,
8

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

1. pencurian ternak;
2. pencurian “pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir gempa bumi, atau
gempa laut, gunung
meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara,
pemberontakan atau
bahaya perang;

3. pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup


yang ada rumahnya,
yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak
dikehendaki oleh yang berhak;
4. pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
5. pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk
sampai pada barang yang
diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau
dengan memakai anak kunci
palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

Tabel 1.1

Crime Jakarta Polrestabes Semarang

NO TH 2019 TH 2020 TH 2021 KET

CT CI CC CT CI CC CT CI CC

1 1.259 901 506 878 582 466 731 508 456

Sumber : Min Reserse Polrestabes Semarang

Keterangan :

CT : Crime Total
9

CI : Crime Jakarta

CC : Crime Clearance

Berdasarkan tabel 1.1 di atas kita dapat melihat bahwa tindak pidana
Curanmor dari tahun ke tahun selalu menjadi tindak pidana yang cukup
banyak pada wilayah Kota Semarang dengan situasi tren kriminalitas
Curanmor tidak di imbangi dengan Crime Clearance sehingga perlu adanya
tindakan kepolisian berupa pencegahan terutama deteksi dini terhadap
Curanmor, agar angka tindak pidana tersebut bisa kita tekan. Akan tetapi
pada tahun 2021 di Crime Clearance menurun dari tahun sebelumnya yang
menjadi penyebab curanmor sebagai tindak pidana terbanyak.

Tabel 1.2
Data Kriminalitas Polrestabes Semarang

Sumber : Min Reserse Polrestabes Semarang

Berdasarkan tabel 1.2 diatas dapat kita lihat bahwa tindak pidana
pencurian kendaraan bermotor selalu menjadi tindak pidana tertinggi.
Berdasarkan data bagian operasi Polrestabes Kota Semarang pada tahun
2019 sejumlah 317 curanmor, pada tahun 2020 sejumlah 210 curanmor,
10

dan pada tahun 2021 dengan jumlah 152 curanmor.


Mengawali, menyertai, dan mengakhiri setiap perkembangan situasi
kamtibmas melalui tindakan pendeteksi dini (early detection), pemberi
peringatan dini (early warning), dan pencegahan dini. Setiap perubahan dan
perkembangan keamanan Polri dituntut untuk selalu tanggap dalam
mendeteksi dan mengidentifikasi, dimana salah satu fungsi Intelkam Polri
itu adalah deteksi dini yang menjadi salah satu kegiatan pencegahan oleh
Polri didapatkan dari hasil penyelidikan Intelejen.
1. Undang-Undang No. 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik
Indonesia
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara
3. Peraturan Kabaintelkam Polri No. 1 Tahun 2013 Tentang Penyelidikan
Intelijen Polri
Guna mencegah terjadinya pendadakan dari berbagai ancaman seperti
Curanmor maka perlu dilakukannya deteksi dini dan peringatan dini. Dalam
melakukan deteksi dini untuk mencegah tindak kejahatan pencurian
kendaraan bermotor. Deteksi dini dilakukan dalam rangka pencegahan,
penangkalan, dan penanggulangan terhadap gangguan tindak pidana
Curanmor. Intelijen keamanan yang tangguh dan professional dapat
bekerjasama dan berkoordinasi dengan satuan yang ada di Polri.
Dari berbagai penjelasan latar belakang di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian di Kota Semarang dengan judul tentang “Optimalisasi
Peran Satuan Intelkam Dalam Deteksi Dini Guna Mencegah Tindak Pidana
Pencurian Sepeda Motor Milik Mahasiswa di Wilayah Hukum Polrestabes
Semarang”.

3.6 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
a. Terjadinya kasus curanmor yang sangat banyak di wilayah
Polrestabes semarang setiap tahunnya.
b. Mengapa peran Satuan Intelkam dalam deteksi dini untuk mencegah
11

tindak pidana pencurian sepeda motor milik mahasiswa di wilayah


hukum Polrestabes Semarang belum optimal.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi deteksi dini oleh Satuan Intelkam
untuk mencegah tindak pidana pencurian sepeda motor milik
mahasiswa di wilayah hukum Polrestabes Semarang.
d. Upaya-upaya yang dilakukan Satuan Intelkam dalam deteksi dini
untuk mencegah tindak pidana pencurian sepeda motor milik
mahasiswa di wilayah hukum Polrestabes Semarang.
1.3 Perumusan Permasalahan
Perumusan permasalahan didapat dari judul yang diambil oleh peneliti
sesuai dengan latar belakang permasalahan diatas. Berdasarkan hal
tersebut, maka perumusan permasalahannya adalah “Mengapa peran
Satuan Intelkam dalam deteksi dini untuk mencegah tindak pidana
pencurian sepeda motor milik mahasiswa di wilayah hukum Polrestabes
semarang belum optimal?”.
Untuk menjelaskan peran deteksi dini yang dilakukan oleh Satuan
Intelkam di Polrestabes Semarang terhadap tindak kejahatan berupa
Curanmor, maka ditentukanlah tiga persoalan. Persoalan-persoalan
tersebut digunakan oleh peneliti agar pembahasan permasalahan lebih
fokus dan tidak jauh menyimpang. Sehingga hasil penelitian yang
dituangkan bisa menghasilkan tulisan yang ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan. Maka persoalan-persoalan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana peran Satuan Intelkam dalam deteksi dini untuk
mencegah tindak pidana pencurian sepeda motor milik
mahasiswa di wilayah hukum Polrestabes Semarang?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi deteksi dini oleh Satuan
Intelkam untuk mencegah tindak pidana pencurian sepeda motor
milik mahasiswa di wilayah hukum Polrestabes Semarang?
3. Apa upaya-upaya yang dilakukan Satuan Intelkam dalam deteksi
dini untuk mencegah tindak pidana pencurian sepeda motor milik
12

mahasiswa di wilayah hukum Polrestabes Semarang?


1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan Optimalisasi Peran Satuan Intelkam dalam
melakukan deteksi dini untuk mencegah tindak pidana pencurian
sepeda motor milik mahasiswa di wilayah hukum Polrestabes
Semarang;
b. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi deteksi dini
untuk mencegah tindak pidana pencurian sepeda motor milik
mahasiswa di wilayah hukum Polrestabes Semarang;
c. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan dalam deteksi dini untuk
mencegah tindak pidana pencurian sepeda motor milik
mahasiswa di wilayah hukum Polrestabes Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
Ada 2 manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat
memberikan manfaat baik bersifat teoritis maupun bersifat praktis. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama studi ilmu
kepolisian, khususnya terhadap pelaksanaan deteksi dini dan upaya-
upaya yang dilaksanakan oleh Satuan Intelkam untuk tindak pidana
pencurian sepeda motor milik mahasiswa di wilayah hukum
Polrestabes Semarang.
1.5.2 Manfaat Praktis
Selain manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan juga dapat
memberikan manfaat praktis, yaitu:
1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi Polri
dalam rangka memahami lebih mendalam pelaksanaan deteksi
dini oleh Satuan Intelkam terhadap tindak pidana pencurian
sepeda motor milik mahasiswa di wilayah hukum Polrestabes
13

Semarang.
2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi kontribusi yang
cukup berarti khususnya bagi kalangan aparat penegak hukum
dalam menentukan cara penanggulangan tindak pidana
pencurian sepeda motor milik mahasiswa di Kota Semarang yang
akan mendatang.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan agar masyarakat dapat
membantu dan mendukung Polri dalam mencegah dan
mengungkapkan tindak pidana Curanmor.
1.5 Sistematika
Sistematika penulisan rencana penelitian dengan judul “Optimalisasi
Peran Satuan Intelkam dalam deteksi dini untuk mencegah tindak pidana
pencurian sepeda motor milik mahasiswa di wilayah hukum Polrestabes
Semarang”, terdiri dari 3 (tiga) bab, untuk memberikan gambaran mengenai
penelitian ini maka diberikan rincian sebagai berikut.
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan, identifikasi
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penelitian.
Bab II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Bab ini menjelaskan kepustakaan penelitian yang menjadi literatur
dalam penulisan ini, meliputi kepustakaan penelitian merupakan
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini untuk
mengetahui apa yang dibahas dari penelitian sebelumnya, selanjutnya
kepustakaan konseptual menguraikan konsep-konsep serta teori-teori
yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dan dilanjutkan
kerangka berpikir.
Bab III METODE PENELITIAN
Bab ini meliputi pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, fokus
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
validitas, realibilitas, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.
14

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kepustakaan Penelitian


Kepustakaan penelitian merupakan sebuah studi tentang penelitian
atau suatu penulisan sejenis yang telah dilakukan oleh penulis yang
mempunyai topik yang sama. Melalui kepustakaan penulisan ini akan
diperoleh pengembangan ataupun perbedaan dari penulisan terhadap hasil
penulisan. Berikut ini merupakan beberapa laporan hasil penelitian
terdahulu yang dianggap penulis relevan dalam penulisan yang sedang
dilaksanakan sekarang.
Penelitian terdahulu yang mendekati penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Prakoso, G. R. (2017) yang melakukan penelitian
dengan judul “ Optimalisasi Penyelidikan Intelijen dalam Penanggulangan
Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan di Wilayah Hukum Polsek
Purwokerto Timur”. Penelitian Prakoso, G. R. (2017) memberikan
gambaran mengenai kegiatan pada peran satuan intelkam polsek
purwokerto dalam melaksanakan upaya preventif dalam mencegah
kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Dengan judul penelitian
mengenai optimalisasi sebagai upaya preventif untuk mencegah kejahatan
pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh satuan intelkam polsek
purwokerto serta menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan
optimalisasi yang dilakukan.
Penelitian Prakoso, G. R. (2017) memiliki persamaan dari segi
pendekatan dengan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif
dan juga membahas upaya pencegahan kejahatan pencurian kendaraan
bermotor. Berfokus dalam upaya pencegahan kejahatan pencurian
bermotor melalui optimaliasasi penyelidikan intelijen sedangkan penulis
memfokuskan pada upaya optimalisasi pencegahan pencurian kendaraan
bermotor melalui peran intelkam sebagai tindak pidana pencegahan
15

curanmor. Selain itu peneliti melaksanakan penelitian di Polrestabes


Semarang sementara Prakoso, G. R. (2017) melakukan penelitian di
wilayah hukum Polsek Purwokerto.
Penelitian lain yang menajdi acuan dalam penelitian ini adalah
Muhammad Iqbal Pohan (2016) Taruna Akademi Kepolisian angkatan 47,
dengan judul “Optimalisasi Patroli Back Bone Satuan Sabhara Dalam
Mencegah Pencurian Kendaraan Bermotor Di Wilayah Hukum Polres
Pasuruan Kota”. Tujuan dari penelitian yang dilakukan lebih menekankan
pada pengoptimalan kinerja anggota Satuan Sabhara dengan
menggunakan satuan Sabhara sebagai subjek untuk mencegah pencurian
kendaraan bermotor dengan menggunakan konsep kendaraan patroli Back
Bone dan memberikan skala prioritas serta antara polisi dengan instansi
terkait untuk memaksimalkan upaya-upaya preventif.
Skripsi Muhammad Iqbal Pohan memiliki persamaan dengan peneliti
yaitu dari segi pendekatan yakni kualitatif dan bertema tentang pencegahan
pencurian kendaraan bermotor. Sementara itu yang menjadi perbedaan
dalam penelitian dari Muhammad Iqbal adalah membahas upaya dari
Satuan Sabhara untuk mencegah aksi pencurian kendaraan bermotor
dengan mengoptimalkan patroli Back Bone, sedangkan penelitian ini
berfokus pada peran dari Satuan Intelkam dalam mencegah pencurian
kendaraan bermotor dengan melakukan upaya deteksi dini dengan
menggunakan cara penyelidikan terbuka maupun tertutup dengan
mengutamakan kerahasiaan. Lokasi penelitian yang dilakukan juga
berbeda, yaitu Muhammad Iqbal Pohan (2016) melakukan penelitian di
Polres Pasuruan Kota, sedangkan peneliti melaksanakan penelitian di
Polrestabes Semarang.
Selanjutnya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Putu Mega
Melinda (2016), taruna akademi kepolisian angkatan 47 dengan judul
“Optimalisasi Penggalangan Intelijen Keamanan Dalam Mencegah Tindak
Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Di Wilayah Hukum Polres
Lamongan”. Dalam penelitian skiripsi tersebut Ni Luh Putu Mega Melinda
16

(2016) memberikan gambaran mengenai proses penggalangan intelijen


dalam mencegah tindak pidana pencurian sepeda motor, serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan penggalangan
oleh Satuan Intelkam Polres Lamongan.
Pesamaan antara penelitian dari Ni Luh Putu Mega Melinda (2016)
adalah metode pendekatan yang dilakukan yakni kualitatif dan bertema
tentang pencurian kendaraan bermotor. Perbedaan dalam penelitian dari Ni
Luh (2016) adalah membahas tentang optimalisasi penggalangan Satuan
Intelkam dalam mencegah aksi pencurian sepeda motor di wilayah hukum
Polres Lamongan, sementara penelitian ini berfokus pada optimalisasi
peranan Satuan Intelkam sebagai pencegahan dalam aksi pencurian
kendaraan bermotor. Selain itu lokasi penelitian yang dilakukan juga
berbeda, yaitu Ni Luh (2016) melakukan penelitian di Polres Lamongan,
sementara peneliti melakukan penelitian di Polrestabes Semarang.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagai perbandingan dan
juga dijadikan referensi serta pengembangan dengan penelitian
sebelumnya. Adapun rangkuman penelitian terdahulu agar lebih jelas
sebagai berikut:

Tabel 2.1
Rangkuman Penelitan Terdahulu
PENELITI PERSAMAAN PERBEDAAN HASIL KEBARUAN
PENELITIAN
Prakoso, 1. Pendekatan 1. Tempat 1. 1.
G.R. (2017) yang penelitian di Memaksimalkan Pelaksanaan
digunakan wilayah hukum peran intelejen penelitian di
yaitu Polsek agar berjalan Polrestabes
pendekatan Purwokerto; optimal; Semarang
kualitatif;
2. Fokus pada 2. 2. Fokus
2. Metode penyelidikan Mengoptimalkan penelitian
yang dipakai intelijen 2019. sarana dan pada
analisis prasarana, pelaksanaan
deskriptif; jaringan deteksi dini
intelejen, dalam
17

3. Teknik pemeliharaan mengoptimal


pengumpulan terhadap alsus kan tindak
data dengan dengan pidana
wawancara, perencanaan pencegahan
pengamatan, anggaran yang curanmor
dan telaah lebih matang;
dokumen;
3. Mengajukan
4. Fokus pada perihal
pelaksanaan kurangnya
oleh fungsi anggota dalam
teknis intelijen; melakukan
tugas
5. Bertujuan
menekan
angka
curanmor.
Muhammad 1. Pendekatan 1. Lokasi 1. 1.
Iqbal Pohan yang penelitian di Melaksanakan Pelaksanaan
(2016) digunakan wilayah hukum preemtif untuk penelitian di
yaitu Polres mempersempit Wilayah
pendekatan Pasuruan; tingkat gerak Hukum
kualitatif; yang mengarah polrestabes
2. Fokus pada ke terorisme semarang
2. Metode optimalisasi
yang dipakai patroli 2. 2. Fokus
analisis backbone Melaksanakan Penelitian
deskriptif; satuan penggalangan pada
sabhara; intelejen pelaksanaan
3. Teknik terhadap patrol di
pengumpulan 3. Bertujuan penghambat wilayah
data dengan untuk dan pendukung hukum
wawancara, melaksanakan sat intelkam polrestabes
pengamatan, patrol satuan semarang
dan telaah 3.Melaksanakan demi
dokumen manajemen mencegah
yang sesuai tindak pidana
4. Fokus pada dengan curanmor
pelaksanaan perencanaan
deteksi dini
oleh fungsi
teknis intelijen;

5. Teknik
analisi ang
digunakan
18

yaitu
triangulasi,
reduksi data,
sajian data
dan
pengambilan
keputusan.
Ni Luh Putu 1. Pendekatan 1. Lokasi 1. 1.
Mega yang penelitian di Melaksanakan Pelaksanaan
Melinda digunakan wilayah hukum preemtif untuk penelitian di
(2016) yaitu Polres mempersempit Wilayah
pendekatan Lamongan; tingkat gerak Hukum
kualitatif; yang mengarah polrestabes
2.Fokus pada ke pencurian semarang
2. Metode optimalisasi
yang dipakai penggalangan 2.Melaksanakan 2. Fokus
analisis intelijen penggalangan Penelitian
deskriptif; keamanan; intelejen pada
terhadap pelaksanaan
3.Teknik 3. Bertujuan 18epend penggalanga
pengumpulan untuk penghambat n intelkam
data dengan melaksanakan dan pendukung wilayah
wawancara, keamanan sat intelkam hukum
pengamatan, polrestabes
dan telaah 3.Melaksanakan semarang
dokumen manajemen demi
yang sesuai mencegah
4. Fokus pada dengan tindak pidana
pelaksanaan perencanaan curanmor
Penggalangan
Intelijen
Keamanan
oleh fungsi
teknis intelijen;

5. Teknik
analisi ang
digunakan
yaitu
triangulasi,
reduksi data,
sajian data
dan
pengambilan
keputusan.
Sumber : Penelitian terdahulu, diolah oleh penulis
19

Berdasarkan tabel diatas terdapat beberapa persamaan yaitu pada


pendekatan penelitian, metode penelitian dan teknik pengumpulan data
yang dipakai serta fungsi teknis kepolisian yang diteliti kemudian untuk
perbedaan yang menonjol yaitu pada tempat dilaksanakannya penelitian.
Artinya penelitian ini dapat diangkat oleh peneliti dan layak untuk dijadikan
bahan penelitian.
2.2 KEPUSTAKAAN KONSEPTUAL
Pada kepustakaan penelitian disajikan beberapa konsep, teori,
defenisi, pendapat maupun gagasan yang menjadi pedoman dalam
melakukan penelitian agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan arah
yang ditentukan dan relevan dengan permasalahan yang diteliti.

2.2.1 Konsep Intelijen Keamanan


Intelkam adalah fungsi intelijen yang diterapkan dalam pelaksanaan
tugas kepolisian. Menurut Karwita dan Saronto (2001: 126-127), tugas
pokok Intelkam dapat dirumuskan dalam tiga kegiatan sebagai berikut :
a. Melakukan deteksi terhadap segala perubahan kehidupan dalam
masyarakat serta perkembangannya di bidang ideologi, politik, dan
budaya, pertahanan, dan keamanan untuk dapat menandai
kemungkinan adanya aspek-aspek kriminogen, selanjutnya
mengadakan identifikasi hakikat ancaman terhadap Kamtibmas
b. Melakukan penggalangan dalam rangka menciptakan kondisi
tertentu dalam masyarakat yang menguntungkan bagi pelaksanaan
tugas pokok Polri.
c. Melakukan pengamanan terhadap sasaran-sasaran tertentu
memperoleh peluang dan dapat memanfaatkan kelemahan-
kelemahan dalam bidang Ipoleksosbudhankam, sebagai sarana
eksploitasi untuk menciptakan suasana pertentangan pasif menjadi
aktif, sehingga menimbulkan ancaman atau gangguan di bidang
kamtibmas.
20

2.2.2 Konsep Pencegahan Kejahatan


Mencegah kejahatan berarti suatu usaha atau upaya untuk mengindari
terjadinya tindak kejahatan yang dapat menimbulkan jatuhnya korban atau
kerugian-kerugian lainnya. Menurut Kaiser pencegahan kejahatan adalah
Meliputi segala pendapat yang mempunyai tujuan yang khusus untuk
memperkecil ruang lingkup dan kekerasan suatu pelanggaran, baik melalui
pengurangan kesempatan untuk melakukan kejahata ataupun melalui
usaha pemberian pengaruh kepada orang yang potensial dapat menjadi
pelanggar serta kepada masyarakat umum. (PTIK, 2006 : 64)
Sama halnya dengan bidang dewasa ini kepolisian lebih
mengutamakan pencegahan dibandingkan represif karena mencegah
merupakan satu-satunya cara yang efektif agar tindak kejahatan tersebut
dapat dihindari. Adapun pernyataan lain diataranya :
a. Tindakan pencegahan adalah lebih baik daripada represif. Upaya
pencegahan terhadap kejahatan tersebut lebih efektif dalam
menekan atau mengurangi angka kriminalitas tersebut daripada
dilaksanakan dengan upaya represif ata rehabilitative
b. Usaha mencegah tidak menimbulkan akibat yang negative seperti
:stigmatitasi (pemberian cap pada yang dihukum), pengasingan,
penderitaan-penderitaan dalam berbagai bentuk,
permusuhan/kebencian terhadap satu sama lain. Dengan kata lain,
pencegahan itu bertujuan untuk menciptakan suatu situasi dan
kondisi yang positif.
c. Upaya pencegahan juga dapat mempererat persatuan, kerukunan,
dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap anggota
masyarakat. Dengan demikian, usaha pencegahan dapat membantu
orang mengembangkan orang bernegara dan orang bermasyarakat.
Dengan terciptanya hubungan yang baik di lingkungan masyarakat,
maka otomatis kemungkinan-kemungkinan terjadinya kejahatan
dapat dihindari. (Widiyanti dan Waskita, 1987 : 10 ).
21

2.2.3 Konsep Deteksi Dini


Dalam pelaksanaan tugasnya Polri memiliki fungsi yang berperan
untuk melakukan upaya-upaya preventif terhadap tindak pidana, salah
satunya adalah Satuan Intelkam dengan pendekatan preventif melalui
kegiatan deteksi dini. Pada hakekatnya deteksi dini adalah salah satu
kegiatan kepolisian yang dilakukan dengan cara rahasia oleh anggota
intelkam, sebagai usaha untuk mencegah atau menggagalkan terjadinya
suatu perbuatan kejahatan, dengan jalan mendatangi, menjelajahi,
mengamati, mengawasi, memperhatikan situasi dan kondisi yang
diperkirakan akan menimbulkan segala bentuk pelanggaran dan atau tindak
pidana, yang kemudian dituliskan pada sebuah laporan informasi guna
menentukan suatu tindak lanjut dari sebuah informasi yang sudah diberikan
agar Polri dapat melakukan tindakan-tindakan kepolisian sehingga
terpelihara ketertiban dan keamanan masyarakat.
Adanya deteksi dini memiliki tujuan untuk meningkatkan angka
keberhasilan Polri dalam menangani suatu potensi gangguan karena
dengan adanya informasi yang didapat, akan dapat dijadikan suatu bahan
pertimbangan untuk memutuskan suatu pemecahan masalah yang tepat
dan cepat sebelum permasalahan itu meningkat menjadi sebuah gangguan
nyata sehingga pencegahan terhadap kriminalitas dapat dilakukan secara
maksimal, selain itu juga bertujuan untuk mempermudah kinerja Polri dalam
melaksanakan tugas pokoknya terutama di bidang penegakan hukum,
sehingga dapat memberikan rasa aman dan tentram serta dapat menjalin
hubungan kemitraan untuk memperoleh informasi dan partisipasi
masyarakat. Peranan upaya deteksi dini ini adalah upaya untuk mencegah
segala bentuk gangguan kamtibmas termasuk di dalamnya tindak pidana
pencurian kendaraan bermotor. Perwujudan kehadiran anggota Intelkam di
tengah masyarakat dalam pelaksanaan tugas sebagai cerminan Polri lebih
menekankan upaya preventif dan bekerja secara efektif dan efesien pada
setiap pelaksanaan tugas Polri.
22

2.2.4 Teori Peran

Peran merupakan aspek dinamis daripada kedudukan dan tempat,


bila seseorang atau sekelompok orang melakukan kewajibannya (dengan
hak-hak yang melekat padanya) maka dia mejalankan suatu peran.
Dengan demikian setiap orang mempunyai peran sesuai dengan
kedudukannya masing-masing. Menurut Soerjono Soekanto peran
tersebut paling tidak mencangkup tiga hal antara lain :

1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi


atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2) Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat


dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3) Peranan juga dapat dikatakan suatu perilaku individu yang penting


bagi struktur masyarakat. (Soerjono, Soekanto, 1990:243)

Peranan kepolisian dalam pengukapan kasus kejahatan adalah


suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam mendukung dan
membantu pengungkapan kasus. Sebagai anggota Polri
mempunyai peranan dan status yang harus dilakukan sesuai
dengan posisi yang didudukinya dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya.

2.2.5 Teori Curanmor


Curanmor merupakan kependekan dari pencurian kendaraan
bermotor. Apabila dipisahkan, maka kita mendapatkan 2 kata yaitu
pencurian dan kendaraan bermotor. Pencurian dari kata dasar curi,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu “perbuatan mengambil milik
orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-
sembunyi”. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, “Kendaraan Bermotor adalah
23

setiap kendaraan yang digerakan oleh peralatan mekanik berupa mesin


selain kendaraan yang berjalan di atas rel”. Apabila digabungkan menjadi
satu maka pencurian kendaraan bermotor atau curanmor adalah perbuatan
atau mengambil kendaraan baik roda dua ataupun kendaraan roda empat
milik orang lain secara sembunyi-sembunyi, tanpa izin, atau dengan cara
tidak sah lainnya. Pelaku curanmor akan dikenakan pelanggaran yaitu Kitab
Undang-undang Hukum Pidana antara Pasal 362 tentang pencurian atau
363 tentang pencurian dengan pemberatan, tergantung dari cara pelaku
melakukan pencurian terhadap kendaraan bermotor tersebut.

2.2.6 Teori Manajemen


Teori manajemen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
manajemen George Terry. Menurut George Terry terdapat 3 alasan utama
mengapa manajemen dibutuhkan, yaitu agar dapat mencapai tujuan dari
organisasi tersebut, kemudian untuk menjaga keseimbangan antara tujuan,
sasaran dan kegiatan yang bertentangan dari pihak di dalam organisasi
tersebut, lalu agar pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi tersebut
efektivitas dan efisien.
Selanjutnya dalam teori manajemen George Terry terdapat empat
fungsi utama yang harus diutamakan dalam proses manajemen, yaitu:
a. Planning (Perencanaan)
Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.
Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk
dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan
untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan
suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.
Elemen Perencanaan
Perencanaan terdiri atas dua elemen penting, yaitu sasaran (goals)
dan rencana (plan).
a) Sasaran yaitu hal yang ingin dicapai oleh individu, kelompok,
atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan.
24

Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan


membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
b) Rencana adalah dokumen yang digunakan sebagai skema
untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi
sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya.
Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu,
kekhususan, dan frekuensi penggunaanya.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah tindakan atau kegiatan berupa
mengusahakan hubungan–hubungan kelakuan yang effektif antara orang-
orang, agar mereka bisa bekerja sama secara efektif serta effisien dengan
demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu untuk
mencapai sasaran atau tujuan tertentu. Istilah pengorganisasian berasal
dari kata organism atau organisme yang artinya sebuah entitas dengan
bagian-bagian terintegrasi demikian rupa hingga hubungan mereka satu
sama lain dipengaruhi oleh ikatan mereka terhadap keseluruhan.
c. Actuating (Pelaksanaan)
Pada fungsi fundamental manajemen yang ketiga ini adalah
pelaksanaan atau Actuating. Pelaksanaan merupakan upaya untuk
menggerakan anggota-anggota kelompok agar mereka dapat mencapai
sasaran-sasaran atau cita-cita organisasi atau kelompok tersebut karena
adanya keinginan dari para anggota kelompok itu untuk mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaan ini, suatu kelompok
berusaha agar anggota-anggotanya dapat bekerja secara efektif dan efisien
untuk mencapai sasaran tersebut dengan cara membuat anggotanya
menyenangi dan menyukai pekerjaan tersebut, meningkatkan kemampuan
dan keahliannya dengan cara memberikannya pendidikan serta ilmu
pengetahuan yang bersangkutan, kemudian membentuk karakter disiplin
pada anggota kelompok itu. Untuk mendapatkan semangat dan motivasi
anggota, hal yang harus dilakukan adalah memenuhi kebutuhan hidupnya.
25

Yang di jelaskan dalam Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow, Yaitu terdiri


dari:
a. Kebutuhan Psikologis
b. Kebutuhan akan Rasa aman
c. Kebutuhan akan Memiliki dan Kasih sayang
d. Kebutuahan akan penghargaan
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri sendiri
d. Controlling (Pengawasan)
Controlling atau pengawasan adalah penerapan cara dan alat untuk
menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Tahap-tahap Pengawasan terdiri atas:
1. penentuan standar;
2. penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
3. pengukuran pelaksanaan kegiatan;
4. pembanding pelaksanaan dengan standar dan analisa
penyimpangan; dan
5. pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
Tidak hanya 4 fungsi fundamental seperti diatas untuk melakukan
manajemen, tetapi juga George R. Terry kemudian mengatakan bahwa ada
6 (enam) sumber daya pokok dari manajemen yaitu: (1) Man and woman,
(2) Materials, (3) Machines, (4) Methode, (5) Money, dan (6) Market.
Penjelasan dari sumber daya pokok tersebut dikaitkan dengan deteksi dini
yang dilakukan oleh Satuan Intelkam adalah sebagai berikut:
a. Man and woman
hal ini bersangkutan dengan kualitas dan jumlah dari anggota intelkam
di Polrestabes Semarang. Apakah sudah sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
b. Materials
Meliputi bahan atau materi yang dibutuhkan dalam deteksi dini saat
dilakukan oleh Satuan Intelkam
c. Machines
26

Meliputi alat khusus yang dipergunakan dalam melaksanakan deteksi


dini.
d. Method
Cara atau langkah-langkah yang dipergunakan dalam deteksi dini oleh
Satuan Intelkam.
e. Market
Sasaran dan cita-cita yang telah ditentukan dalam
pelaksanaan deteksi dini.
Teori manajemen di atas akan digunakan untuk menilai dan
menganalisis proses pelaksanaan deteksi dini oleh Satuan Intelkam
terhadap curanmor di Polres Brebes meliputi sumber daya manajemen,
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Dengan
penerapan manajemen yang baik, Deteksi dini Satuan Intelkam Polres
Brebes dapat lebih memberi hasil sesuai yang diharapkan.

2.3 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir atau kerangka konseptual disusun berdasarkan hasil
studi kepustakaan yang dikaitkan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Kerangka berpikir ini dibangun untuk menuntun peneliti dalam
melaksanakan penelitian agar tidak menyimpang dari studi kepustakaan
tersebut. Kerangka berpikir pada pendekatan kualitatif memberikan
gambaran yang jelas dalam merinci informasi yang dibutuhkan peneliti.
Gambar kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
27

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

TINGGINYA JUMLAH
TINDAK PIDANA
xxxxx MILIK
CURANMOR
MAHASISWA
TEORI DAN KONSEP
1. KONSEP INTELIJEN
KEAMANAN
2. KONSEP PENCEGAHAN
KEJAHATAN
3. DETEKSI DINI
4. TEORI PERAN
FAKTOR-FAKTOR 5. TEORI CURANMOR
YANG 6. TEORI MANAJEMEN

MEMPENGARUHI DETEKSI
DINI OLEH SAT
INTELKAM 1. Undang-Undang No. 2 tahun
2002 Tentang Kepolisian
Republik Indonesia
2. Undang-Undang No. 17
Tahun 2011 Tentang Intelijen
Negara
3. Peraturan Kabaintelkam
Polri No. 1 Tahun 2013
Tentang Penyelidikan Intelijen
Polri
PENCEGAHAN PENCURIAN
KENDARAAN
BERMOTOR MILIK
MAHASISWA
BERKURANG
28

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat,

serta desain penelitian yang digunakan (Sujarweni, 2014:5). Desain

penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih.

Prosedur, teknik serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok

juga dengan metode penelitian yang ditetapkan. Metode penelitian

menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau

langkah-langkah yang harus ditempuh, fokus penelitian, waktu penelitian,

sumber data, serta dengan teknik apa data tersebut diperoleh dan di data

atau dianalisis dan serta validitas dan reliabilitas. Adapun pengertian

penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang

dilakukan secara ilmiah, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif,

eksperimental ataupun non eksperimental, interaktif maupun non interaktif

(Nana syodih Sukmadinata, Metode penelitian pendidikan, Bandung:

Rosda Karya, 2005, hlm 5)

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis akan menjadi lebih terarah dan

mendapatkan hasil yang diharapkan dengan adanya pendekatan dan

metode penelitian. Adapun pendekatan dan metode penelitian yang

digunakan adalah sebagai berikut:


29

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian

yang beroroentasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena

orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau

bersifat kealamiahan serat tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan

harus terjun di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini disebut

dengan field study. (Muhammad Nazir, 1989 hlm. 159)

Sehubungan dengan masalah penelitian ini maka peneliti mempunyai

rencana kerja atau pedoman pelaksanaan penelitian dengan menggunakan

pendekatan kualitatif dimana yang dikumpulkan berupa pendapat,

tanggapan, informasi, konsep-konsep dan keterangan yang berbentuk

uraian dalam pengingkapan masalah. Penelitian kualitatif masalah

rangkaian kegiatan atau proses penyaringan data atau informasi yang

bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi, asek atau

bidang tertentu dalam kehidupan objeknya. (Hidari Nawawi, Metode

Penelitian ilmiah, Jakarta : Rieka Cipta, 1994 hlm. 176)

Didalam penelitian ini penulis mengkaji tentang Optimalisasi dari

Peran Satuan Intelijen Keamanan sebagai tindak pidana untuk mencegah

kasus pencurian kendaraan bermotor di Polrestabes Semarang, serta

kemampuan anggota Satuan Intelkam untuk melaksanakan deteksi dini,

faktor-faktor yang mendukung ataupun menghambat pelaksanaan tugas

baik itu yang berasal dari faktor internal maupun eksternal. Terkait oleh hal
30

tersebut, maka data yang diperoleh kan dipaparkan dalam bentuk uraian

kalimat dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah jenis tersendiri dalam

penelitian yang mempelajari fenomena sosial secara langsung dan lengkap

sehingga diharapkan dapat memahani permasalahan yang diteliti secara

mendalam dan utuh. (bahan ajar untuk metodologi penelitian STIK-

PTIK,2012:42). Field research memadukan teknik pengamatan (observasi)

dengan wawancara, bila diperlukan dengan pemeriksaan dokumen.

Berdasarkan uraian singkat diatas maka peneliti menggunakan

metode penelitian lapangan yang bersifat eksploratif sehingga peneliti

mendapatkan pemahaman yang cermat mengenai data dan fakta serta

dapat melakukan pengamatan lebih mendalam terhadap Optimalisasi

peran Satuan Intelkam sebagai upaya tindak pidana pencegahan pencurian

kendaraan bermotor di Polrestabes Semarang.


31

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian mempunyai makna pembatasan penelitian, karena

dalam lapangan penelitian banyak gejala yang menyangkut tempat, pelaku,

dan aktifitas, namun tidak semua tempat, pelaku dan aktifitas dapat kita teliti

semua. Untuk menentukan pilihan penelitian maka harus membuat batasan

yang dinamakan fokus penelitian.

Pohan (2007 : 14) mengatakan bahwa membatasi penelitian

merupakan upaya pembatasan dimensi masalah atau gejala agar jelas

ruang lingkupnya dan batasan yang akan di teliti. Dalam hasil hal ini kita

mengusahakan melakukan penyempitan dan penyederhanaan terhadap

sarana yang terlalu luas dan rumit, sehingga jika di ilustrasikan kita tidak

berharap berada di hutan belantara karena akan memboroskan tenaga dan

biaya. Dengan demikian batasan permasalahan yang diambil terletak pada,

peran Satuan Intelkam sebagai upaya tindak pidana pencegahan pencurian

kendaraan bermotor di Polrestabes Semarang.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi untuk melakukan penelitian ini adalah di Kota Semarang

provinsi Jawa Tengah. Penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk

mendeskripsikan optimalisasi peran intelkam dalam tindak pidana kejadian

curanmor milik mahasiswa di wilayah Kota Semarang.


32

3.4 Sumber Data

Sumber Informasi adalah merupakan seseorang yang dianggap patut

untuk memberikan data dan informasi yang bermanfaat dan berkaitan

dengan penelitian yang penulis lakukan. Berkaitan dengan maksud dan

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, peneliti ingin memperoleh data

primer dan sekunder. Menurut sumbernya data penelitian digolongkan

menjadi data primer dan data sekunder, data primer diperoleh langsung dari

subjek penelitian sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak lain

(Azwar, 2014 : 91)

a. Sumber Data Primer ( Sumber Data Utama )

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009 : 137). Sumber

data ini dicatat melalui wawancara yang diperoleh dari peneliti. Dalam

penelitian ini yang merupakan sumber primer sekaligus informan adalah

sebagai berikut:

1. Kasat Intelkam Polrestabes Semarang,

2. KBO Intelkam Polrestabes Semarang,

3. Kepala Unit IV KEMNAG Intelkam Polrestabes Semarang,

4. Anggota Unit Intelkam Polrestabes Semarang,

5. Kasat Reskrim Polrestabes Semarang

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data ke pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
33

dokumen (Sugiyono, 2009 : 137).

Moleong (2007 : 159) menyebutkan bahwa dilihat dari segi sumber

data bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas

sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan

dokumen resmi.

Data sekunder atau data yang tertulis yang digunakan dalam

penelitian dapat berupa ;

a. Buku dan literatur yang berkaitan dengan Intelijen Keamanan

b. Dokumen atau arsip yang berkaitan dengan curanmor yang

terjadi di Semarang

c. Produk-produk intelijen Satuan intelkam Polrestabes Semarang,

berupa Laporan Informasi, Laporan Harian, Telaah Intelijen, dan

Intel dasar.

d. Dokumen dan arsip mengenai gambaran umum lokasi penelitian

di Kota Semarang, berupa laporan Kesatuan Polrestabes

Semarang

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah strategis dalam penelitian.

Teknik pengumpulan data merupakan bentuk kegiatan kongkrit yang akan

dilaksanakan untuk memperoleh data sebagaimana diterangkan dalam

petunjuk teknis penyusunan dam pembimbingan skripsi program sarjana

strata satu (S-1) terapan kepolisian taruna akademi kepolisian (2017 : 18).

Berikut teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian:


34

a. Wawancara

“Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan

kedalam suatu topik tertentu”. Wawancara dilakukan dengan mengadakan

tatap muka secara langsung dan menggunakan teknik tanya jawab antara

pencari informasi dengan sumber informasi.

b. Pengamatan

Pengamatan atau observasi adalah cara menghimpun keterangan

yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek

pengamatan. Observasi adalah sebagai metode pengumpulan data banyak

digunakan untuk mengamati tingkah laku proses terjadinya suatu kegiatan

yang diamati.

Teknik pengumpulan data melalui observasi memungkinkan peneliti

dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi secara langsung, sehingga

keaslian data dapat terjamin.

c. Telaah Dokumen

Selain teknik pengumpulan data yang telah dijelaskan di atas,

penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan telaah dokumen.

“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

dapat berbentuk tulisan, gambar, karya-karya dari seseorang” (Sugiyono,

2012:82).
35

Dalam penelitian ini data-data yang digunakan diperoleh dari Satuan

Intelkam Polrestabes Semarang, Peraturan Perundang-Undangan,

Peraturan Kepala Inteijen Keamanan, beberapa buku serta dokumen lain

yang terkait dengan permasalahan serta persoalan-persoalan dalam

penelitian ini.

3.6 Validitas Data

Validitas atau keabsahan data merupakan suatu bentuk penilaian

melalui proses pengecekan silang atas sumber data atau informasi.

Menurut Moleong (2010:324), “diperlukan pemeriksaan data dan

keabsahan data atau biasa disebut keabsahan data didasarkan pada empat

criteria yaitu kepercayaan (credibility), keterlatihan (transferability),

ketergantungan (dependabelity), dan kepastian (confirmability).

Pada pendekatan kualitatif, untuk mengetahui keakuratan data dapat

melalui validitas dengan konfermabilitas, transformabilitas dan triangulasi

data. Untuk mendapatkan keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode triangulasi data. Menurut Sugiyono (2007 : 83),

triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang ada.

Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-

perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi

sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari

berbagai pandangan (Moleong, 2007 : 332). Peneliti menggunakan metode


36

triangulasi data untuk mengetahui keabsahan data yaitu dengan melakukan

cross cek data dengan menggunakan tiga hal yaitu metode, sumber data,

serta konsep dan teori. dengan demikian peneliti dapat melakukannya

dengan jalan sebagai berikut :

a. Melakukan wawancara mengajukan beberapa macam pertanyaan

b. Mengecek dan mencocokan data dengan beberapa sumber data

c. Menggunakan berbagai metode untuk memperoleh kepercayaan

data

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif Bogdan menyatakan (dalam

Sugiyono, 2007 : 244) bahwa analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis yang digunakan dengan cara menguraikan fakta-fakta dilapangan

yang berkaitan dengan teori yang ada, kemudian menarik kesimpulan

tentang upaya deteksi dini atau tindak pidana satuan intelkam dalam

mencegah tindak pidana curanmor di Polres Semarang. Langkah-langkah

atau alur tahapannya adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan

kesimpulan.

a. Reduksi data

Reduksi dara diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan juga transformasi


37

data yang muncul dari catatan tertulis di lapangan (Milles dan Huberman,

1992 : 16). Dengan adanya reduksi data, maka peneliti dapat melakukan

pengelompokan dan penyeleksian data untuk membuang hal yang tidak

berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini. Data yang telah

direduksi tersebut memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan.

b. Sajian Data

Sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan

dapat ditariknya kesimpulan penelitian. Data yang sudah terkumpul

dilapangan tersebut masih belum dapat memberikan gambaran secara

menyeluruh. Atas dasar inilah peneliti melakukan sajian data, yaitu dengan

menyajikan sejumlah data yang ditemukan melalui wawancara dan studi

dokumen dalam bentuk hasil wawancara, tabel, gambar, grafik, dan

sebagainya. Dengan adanya teknik analisis data tersebut, peneliti tidak

akan kesuliatan untuk mengolah sejumlah data yang dilakukan dilapangan

dengan jumlah banyak.

c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Penarikan

kesimpulan dilakukan pada saat proses pengumpulan data telah berakhir.

Peneliti berusaha menemukan makna dari data yang diperolehnya selama

melakukan penelitian dilapangan. Atas dasar itulah maka peneliti mencari

pola, model, tema, hubungan, persamaan dan hal-hal lainnya yang

berhubungan dengan penelitian tersebut. Dan berdasarkan data-data


38

tersebutlah peneliti mengambil suatu kesimpulan awal. Kesimpulan awal

masih bersifat sementara, tetapi pada tahap selanjutnya akan semakin

tegas dan memiliki dasar yang kuat maka kesimpulan sementara harus di

verifikasi sehingga akan diperoleh kesimpulan akhir. Kesimpulan akhir

diharapkan dapat mempermudah pembaca untuk memahami hasil

penelitian yang telah dilakukan.

Tabel 3.1
Analisis Metode Penelitian
NO. ASPEK METODE PENELITIAN
1 Pendekatan Penelitian Metode Kualitatif
2 Jenis Penelitian Deskriptif Analisis
3 Fokus Penelitian Optimalisasi Peran Satuan Intelkam
dengan upaya deteksi dini guna
mencegah tindak pidana pencurian
motor
4 Lokasi Penelitian Kota Semarang
5 Sumber Penelitian Primer dan Sekunder
6 Teknik Pengumpulan Data Pengamatan, Wawancara, Studi
Kepustakaan
7 Validitas Data Triangulasi Data
8 Teknik Analisis Data Reduksi Data, Sajian Data dan
Penarikan Kesimpulan
39

3.8 Jadwal Penelitian

Tabel 3.2
Jadwal Penelitian

HARI KE-
KEGIATAN
30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
WAWANCARA X X X X X X
OBSERVASI X X X X X X X X
STUDI
X X X X X X
PUSTAKA
40

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Azwar, S. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.


Bahan Ajar. 2017. Fungsi Teknis Intelkam, Semarang: Akademi Kepolisian
Bahan Ajar. 2012. Metodologi Penelitian, Semarang: Akademi Kepolisian
Hidari Nawawi, 1994. Metode Penelitian ilmiah, Jakarta : Rieka Cipta.
Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Meleong, Lexy. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung; Remaja
Rosda.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Miles dan Huberman. 1992. Analisis data Kualitatif. (diterjemahkan Ole:
Tjetjep Rohedi Rosidi).
Nana syodih Sukmadinata. 2005. Metode penelitian pendidikan, Bandung;
Rosda Karya.
Nazir, Muhammad. 1998. Metode Penelitian. Jakarta; Ghalia Indonesia.
Saronto, Y.W. dan Karwita, J. 2001. Intelijen: Teori. Aplikasi, Dan
Modernisasi. Jakarta: Ekamalaya Saputra.
Sadjijono. 2006. Hukum Kepolisian Prespektif Kedudukan dan
Hubungannya dalam Hukum Administrasi. Yogyakarta; Laksbang
Pressindo.
Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT Grafindo
Persada.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode penelitian : Lengkap, praktis, dan
Mudah dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung; Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
41

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Terry, George R. 1992. Asas-Asas Menejemen. Jakarta : PT Alumni
Bandung 2012.
Widiyanti, Ninik, Waskita, Yulius, Kejahatan dalam Masyarakat dan
Pencegahannya, Jakarta : Bima Aksara, 1987.

Skripsi
Melinda, Ni Luh Putu M. 2016. Optimalisasi Penggalangan Intelijen
Keamanan Dalam Mencegah Tindak Pidana Pencurian Kendaraan
Bermotor Di Wilayah Hukum Polres Lamongan. Skripsi. Akademi
Kepolisian.
Pohan, M Iqbal. 2016. Optimalisasi Patrol Backbone Satuan Sabhara
Dalam Mencegah Pencurian Kendaraan Bermotor Di Wilayah Hukum
Polres Pasuruan Kota. Skripsi. Akademi Kepolisian.

Prakoso, G. R. (2017). Optimalisasi Penyelidikan Intelijen dalam


Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan di
Wilayah Hukum Polsek Purwokerto Timur. Skripsi. Akademi Kepolisian.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.

Perkap Nomor 23 Tahun 2010 yang mengatur HTCK Polres dan Fungsinya

Peraturan Kabakintelkam Nomor 1 Tahun 2013

Undang-Undang No 17 Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara.


42

Anda mungkin juga menyukai