NKP 4 Serdik Matnur Pok I
NKP 4 Serdik Matnur Pok I
NKP - 4
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA
TOPIK III:
“INTERAKSI SOSIAL TERHADAP HARKAMTIBMAS”
JUDUL:
OPTIMALISASI KERJASAMA POLRES HULU SUNGAI SELATAN
DENGAN FKPM
GUNA MENCEGAH KEJAHATAN KONVENSIONAL
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMTIBMAS YANG KONDUSIF
OLEH:
PERNYATAAN
DAFTAR ISI.............................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................
A. Latar belakang..............................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................3
1. Permasalahan.......................................................3
2. Pokok-Pokok Persoalan........................................3
C. Ruang lingkup...............................................................3
i
b. Fakta aspek koordinasi Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM dalam
mencegah kejahatan konvensional............
c. Fakta aspek kolaborasi Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM dalam
mencegah kejahatan konvensional............
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi.....................
BAB V PENUTUP............................................................................
A. Simpulan.....................................................................34
B. Rekomendasi..............................................................35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN ALUR
LAMPIRAN POLA PIKIR
LAMPIRAN ANALISIS SWOT
LAMPIRAN ES-OHA
LAMPIRAN AHP
LAMPIRAN MANAJEMEN RESIKO
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA
TOPIK I:
“ INTERAKSI SOSIAL TERHADAP HARKAMTIBMAS”
JUDUL:
OPTIMALISASI KERJASAMA POLRES HULU SUNGAI SELATAN
DENGAN FKPM
GUNA MENCEGAH KEJAHATAN KONVENSIONAL
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMTIBMAS YANG KONDUSIF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Permasalahan
Merujuk pada pembahasan latar belakang di atas, maka
yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan naskah
karya perorangan ini adalah “Bagaimana kerjasama Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM agar kejahatan konvensional
dapat dicegah sehingga Kamtibmas yang kondusif terwujud?”
2. Pokok-Pokok Persoalan
Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas, maka
pokok-pokok persoalan sebagai bahasan penting dalam
penulisan NKP ini, yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimana aspek komunikasi Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM dalam mencegah kejahatan konvensional?
b. Bagaimana aspek koordinasi Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM dalam mencegah kejahatan konvensional?
c. Bagaimana aspek kolaborasi Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM dalam mencegah kejahatan konvensional?
C. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup dalam penulisan NKP ini dibatasi penulis pada
upaya mengoptimalkan kerjasama Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM yang di tinjau dari aspek komunikasi, koordinasi dan
kolaborasi guna mencegah kejahatan konvensional dalam rangka
mewujudkan Kamtibmas yang kondusif. Data yang digunakan selama
kurun waktu 3 Tahun 2020 s.d 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Umum
Keberhasilan konsep community policing yang diterapkan
berbagai departemen Kepolisian negara-negara maju telah
mendorong Kepolisian Republik Indonesia untuk mengadopsi konsep
tersebut dan disesuaikan dengan situasi-kondisi masyarakat dan
budaya yang ada disini sehingga menghasilkan perumusan model
pemolisian masyarakat dalam penyelenggaraan tugas Polri. Polmas
merupakan model pemolisian yang menekankan adanya kerjasama
yang sejajar antara petugas dengan masyarakat setempat, dalam
menyelesaikan dan mengatasi setiap permasalahan sosial yang dapat
mengancam kamtibmas.
B. Kajian Teori
1. Grand Theory.
Teori Kerjasama
Menurut Charles H Cooley (2018), “Kerjasama adalah
pengaturan tata hubungan dari usaha bersama untuk
memperoleh kesatuan tindakan dalam usaha mencapai tujuan.
Dengan demikian jelas bahwa kerjasama adalah aktifitas berupa
kesepakatan dari suatu kegiatan yang diintegrasikan ke dalam
suatu tindakan yang efisien”. Sedangkan menurut Stewart,
ditegaskan bahwa inti dari kerjasama adalah 1) Komunikasi
(communication), 2) Koordinasi (coordination), dan 3) Kolaborasi
(colaboration).
Teori ini merupakan grand theory yang digunakan pada
Bab III sebagai pisau analisis untuk menguraikan pokok
permasalahan menjadi pokok persoalan.
4
5
2. Middle Theory.
a. Teori Komunikasi.
“Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
mengubah sikap pendapat, atau perilaku, baik secara lisan
(langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)”,
(Efendi Uchjana Onong, 2002: 28).
Teori ini digunakan untuk membahas pokok persoalan
pertama terkait aspek komunikasi Polres Hulu Sungai
Selatan dengan FKPM dalam mencegah kejahatan
konvensional, yang dibahas pada Bab III.
b. Teori Koordinasi.
Menurut Awaluddin Djamin dalam (Hasibuan, 2011:
86), “koordinasi diartikan sebagai suatu usaha yang
mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun
kegiatan dalam suatu organisasi. Koordinasi memiliki dua
dimensi yaitu koordinasi horizontal dan fungsional”.
Teori ini digunakan untuk membahas pokok persoalan
kedua terkait aspek koordinasi Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM dalam mencegah kejahatan konvensional,
yang dibahas pada Bab III.
c. Teori Kolaborasi.
Menurut Abdulsyani (1984), mengatakan bahwa
“kolaborasi berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai
tujuan bersama. Biasanya, kolaborasi melibatkan
pembagian tugas dimana setiap orang mengerjakan setiap
pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi
tercapainya tujuan bersama”.
Teori ini digunakan untuk membahas pokok persoalan
ketiga terkait aspek kolaborasi Polres Hulu Sungai Selatan
6
3. Applied Theory.
a. Teori Interaksi.
Menurut H. Bonner, interaksi sosial adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau
sebaliknya.
b. Teori Integrasi.
Menurut P. Soedarmo (1992), “Integrasi adalah suatu
proses dan sekaligus hasil dari proses itu, dimana individu-
individu atau kelompok- kelompok dalam masyarakat yang
semula terkotak-kotak, berbeda-beda. bahkan bersaing
atau bertentangan, menjadi rukun bersatu dan selaras baik
dalam hal kepentingan-kepentingan, soal hidup-mati
maupun dalam hal pandangan berbagai masalah pokok
dalam kehidupan sosial-politik- budaya masyarakat”.
c. Teori Partisipasi.
Menurut Simatupang (dalam Yuwono, 2001: 124)
“partisipasi berarti apa yang kita jalankan adalah bagian
dari usaha bersama yang dijalankan bahu-membahu
dengan saudara kita sebangsa dan setanah air untuk
membangun masa depan Bersama.”
2. Analisa Data
Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik
deduktif. Teknik deduktif yaitu berangkat dari teori yang
kemudian dibuktikan atau diterapkan dengan pencarian fakta.
Dengan pendekatan ini dimaksudkan untuk mempermudah
memahami pemaknaan data yang didapatkan dari penelitian.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan Naskah ini
adalah metode deskriptif analisis, yaitu metode yang
mendasarkan pada hasil pengumpulan data / fakta, sehingga
dapat diperoleh gambaran permasalahan yang ada.
10
D. Kerangka berpikir
Gambar 2.1
Struktur Kerangka berpikir
BAB III
PEMBAHASAN
11
12
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
-
Jumlah Kejahatan Jumlah Kejahatan yang di selesaikan
Tabel 3.1
Data Kasus Tindak Pidana yang ditangani oleh Satreskrim Polres
Hulu Sungai Selatan Tahun 2020 s.d 2022
Tahu
No. Laporan selesai Ket
n
1. 2020 145 108 Penyelesaian 74%
2. 2021 134 101 Penyelesaian 75%
3. 2022 143 131 Penyelesaian 91%
Sumber Data: Satreskrim Polres Hulu Sungai Selatan Tahun 2020 s.d
2022
Dari data diatas dapat terlihat bahwa pada tahun 2022 terjadi
peningkatan kasus kejahatan yaitu sebanyak 143 kasus dari tahun
sebelumnya sebanyak 134 kasus kejahatan. Namun secara umum
dalam aspek tingkat penyelesaian perkara yang dilakukan Satreskrim
Polres Hulu Sungai Selatan dalam kurun waktu 3 Tahun dengan rata
rata persentase penyelesaian perkara sebesar 80%. Hal tersebut
merupakan capaian yang baik terhadap kinerja operasional Polres
Hulu Sungai Selatan dalam menanggulangi tindak kejahatan.
Sesuai dengan amanat undang-undang nomor 2 tahun 2002
tentang Polri, maka dalam memelihara situasi kamtibmas yang salah
satunya adalah menanggulangi tindak kejahatan merupakan
tanggung jawab Polri. Dalam perspektif Polri untuk menanggulangi
tindak kejahatan terdapat 3 metode yang dapat dilakukan yaitu, upaya
Pre-emtif (perubahan pola pikir), upaya preventif (pencegahan
terhadap potensi kejahatan) dan upaya represif (Penegakkan hukum).
Dengan demikian dalam menanggulangi kejahatan, upaya yang telah
dijalankan oleh Polres Hulu Sungai Selatan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Upaya Pre-emtif (Perubahan pola pikir) dalam menanggulangi
kejahatan yang telah dilakukan Polres Hulu Sungai Selatan,
diantaranya:
15
Gambar 3.2
Grafik Jumlah kegiatan pamswakarsa & pamswakarsa yang aktif
di wilayah Polres Hulu Sungai Selatan Tahun 2020 s.d 2022
500
400 438 438 438
300
200 219 219 219
100
0
1111111111122222222222333333333334444444444444555555555554666666666663777777777778888888888899999999999410
10
10
10
10
10
10
10
10
10411
1011
11
11
11
11
11
11
11
11412
1112
12
12
12
12
12
12
12
12313
1213
13
13
13
13
13
13
13
1314
14
1314
14
14
14
14
14
14
1415
15
1415
15
15
15
15
15
15
15516
1516
16
16
16
16
16
16
16
16517
1617
17
17
17
17
17
17
17
17418
1718
18
18
18
18
18
18
18
18
18
3
Siskamling Aktif
Siskamling Aktif
Siskamling Aktif
FKPM Aktif
Polsus Aktif
FKPM Aktif
Polsus Aktif
FKPM Aktif
Polsus Aktif
jumlah Polsus
jumlah Polsus
jumlah Polsus
Jumlah FKPM
Jumlah FKPM
Jumlah FKPM
Jumlah Siskamling
Jumlah Siskamling
Jumlah Siskamling
Sumber: LKIP Polres Hulu Sungai Selatan Tahun 2020 s.d 2022
1. Persoalan
Pentingnya kerjasama yang optimal antara Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM yang ada, maka untuk membahas
hal tersebut sehingga dapat menguraikan fakta-fakta yang di
dapat digunakan teori menurut Charles H Cooley (2018), yang
menjelaskan bahwa “Kerjasama adalah pengaturan tata
hubungan dari usaha bersama untuk memperoleh kesatuan
tindakan dalam usaha mencapai tujuan. Dengan demikian jelas
bahwa kerjasama adalah aktifitas berupa kesepakatan dari suatu
kegiatan yang diintegrasikan ke dalam suatu tindakan yang
efisien”. Sedangkan menurut Stewart, ditegaskan bahwa inti dari
kerjasama adalah 1) Komunikasi (communication), 2) Koordinasi
(coordination), dan 3) Kolaborasi (colaboration).
a. Fakta aspek komunikasi Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM dalam mencegah kejahatan
konvensional.
1) Dengan masih kurangnya jumlah personel
Bhabinkamtibmas sehingga menyebabkan kegiatan
kunjungan, tatap muka, dll. terhadap FKPM yang
membutuhkan kehadiran personel Polri menyebabkan
komunikasi kurang efektif.
2) Kurangnya pelatihan teknis fungsi kepolisian dan
dikjur yang didapatkan personel sehingga
menyebabkan kurangnya kemampuan personel untuk
membangun komunikasi dengan masyarakat
termasuk FKPM.
3) Belum adanya penenkanan yang signifikan dari
pimpinan sehingga menyebabkan belum maksimalnya
kegiatan komunikasi oleh personel Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM.
18
2. Faktor-Faktor Mempengaruhi
19
a. Faktor Internal
1) Kekuatan (Strenght).
a) Tersedianya lapis kekuatan fungsi Binmas
sampai ke tingkat Polsek dalam pemberdayaan
FKPM.
b) Adanya aturan yang mengatur mengenai
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
melaluli FKPM.
c) Adanya komitmen dan kebijakan Kapolres Hulu
Sungai Selatan untuk meningkatkan kemitraan
dengan masyarakat termasuk melalui FKPM.
d) Dilaksanakannya berbagai pelatihan dan
sosialisasi Polmas kepada seluruh personel
yang terdapat dilingkungan Polres Hulu Sungai
Selatan dan Polsek jajaran.
e) Adanya dislokasi personel Bhabinkamtibmas
hingga ke tingkat desa sesuai dengan program 1
desa 1 polisi.
2) Kelemahan (weaknessess)
a) Masih kurangnya komunikasi antara personel
Polres Hulu Sungai Selatan dengan masyarakat
dalam menjalin kerjasama dengan FKPM dalam
pencegahan kejahatan konvensional.
b) Kurang tersedianya jumlah personel
Bhabinkamtibmas untuk ditugaskan pada setiap
kecamatan/desa yang terapat diwilayah
Kaupaten Hulu Sungai Selatan.
c) Masih terbatasnya pemahaman dan
kemampuan personel terhadap model dan
strategi Polmas.
d) Personel masih kurang efektif dalam
melaksanakan sambang/tatap muka baik
20
b. Faktor Eksternal
1) Peluang (Opportunities)
a) Adanya dukungan stakeholder yang ada di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam
pencegahan kejahatan konvensional.
b) Adanya perkembangan IT yang dapat digunakan
dalam mendukung kerjasama FKPM pada
Polres Hulu Sungai Selatan dalam mendukung
pencegahan kejahatan konvensional.
c) Pemberdayaan masyarakat untuk ikut serta
dalam pelaksanaan pencegahan kejahatan
konvensional.
d) Adanya dukungan masyarakat dalam bentuk
partisipasi untuk membantu pencegahan
kejahatan konvensional.
e) Adanya komitmen bersama FKPM pada Polres
Hulu Sungai Selatan dalam penyelenggaraan
Polmas guna mencegah kejahatan
konvensional.
2) Ancaman (Threats)
a) Kurangnya pelaksanaan aktivitas FKPM di
kecamatan/desa, baik secara kuantitas ataupun
kualitas dalam pemecahan masalah
21
A. Analisis Strategi
Dalam mengoptimalkan kerjasama Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM guna mencegah kejahatan konvensional dalam rangka
mewujudkan kamtibmas yang kondusif maka diperlukan analisis strategis
melalui IFAS dan EFAS untuk menentukan posisi organisasi, adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Internal (IFAS)
Analisis IFAS adalah metode analisis yang
mengkuantifikasi seluruh faktor internal yang meliputi kekuatan
dan kelemahan, dengan pemberian bobot tertentu serta
penetapan rating atau sub-sub faktor yang ada, untuk kemudian
diintegrasikan ke dalam proses pengambilan keputusan. Lima
indikator pada IFAS dengan nilai bobot tertinggi akan
dimasukkan ke dalam matriks SFAS untuk dianalisis pada
tahapan manajemen strategik, yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
FAKTOR INTERNAL
NO BOBOT RATING SKOR
KEKUATAN
1 Tersedianya lapisan kekuatan fungsi Binmas 0,115 8 0,920
Adanya regulasi pelaksanaan berdaya masy 0,103 7 0,721
2
melalui FKPM
3 Adanya kebijakan Kapolres untuk katkan kerma 0,086 7 0,602
Dilaksanakan pelatihan dan sosialisasi polmas 0,097 6 0,582
4
kepada personel
5 Dislokasi personel Bhabinkamtibmas 0,099 7 0,693
SUB JUMLAH 0.50 3.518
FAKTOR INTERNAL
NO BOBOT RATING SKOR
KELEMAHAN
1 Kurangnya komunikasi anatara pers dengan masy 0.121 4 0.484
2 Kurangnya jumlah Personel 0.128 4 0.512
Terbatasnya pemahaman dan kemampuan pers
3 0.107 3 0.321
terhadap model dan strategi polmas
4 Pelaksanaan sambang kurang efektif 0.074 3 0.222
Kurangnya kemampuan pers dalam identifikasi
5 0.072 2 0.144
keadaan masy
22
23
5,201
5.118
25
Tabel 4.3
Strategic Factor Analysis Summary (SFAS)
JANGKA
PANJANG
SEDANG
PENDEK
NO FAKTOR STRATEGI KUNCI BOBOT RATING SCORE
B. Implementasi Strategi
1. Jangka pendek ( 0-3 bulan )
a. Srategi Peningkatan jumlah personel
1) Program : Peningkatan jumlah personel
2) Kegiatan : Melakukan Recruitment personel
3) Anggaran : Anggaran DIPA Polres Hulu Sungai
Selatan T.A 2023 dengan rincian:
Anggaran Rapat Koordinasi Rp. 2.500.000.00,-
- Snack 20 orang x @Rp. 20.000.00,- = Rp.
400.000.00,-
- ATK @ 20.000.00,- x 20 orang =
Rp.400.000.00,-
- Dokumentasi Rp. 200.000.00,-
- Akomodasi 5 orang x @300.000.00,- = Rp.
1.500.000.00,-
4) Prosedur : Wakapolres memerintahkan Kabag SDM
untuk melakukan rekruitmen personel guna
menambah jumlah personel Bhabinkamtibmas
sehingga program Polmas bisa berjalan secara
maksimal
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan pada bab sebelumnya maka
berikut ini dapat dijabarkan suatu simpulan yang menjabarkan intisari
dari pembahasan NKP ini. Selain itu pada bab ini juga akan
disampaikan rekomendasi sebagai masukan yang relevan. yaitu
sebagai berikut:
1. Komunikasi Polres Hulu Sungai Selatan dengan FKPM dalam
mencegah kejahatan konvensional saat ini masih belum optimal.
Oleh karena itu perlu dilakukan rangkaian upaya yaitu:
melakukan kunjungan secara door to door kepada masyarakat
sabagai salah satu cara dalam meningkatkan komunikasi
dengan masyarakat, melakukan kegiatan sosialisasi secara rutin
kepada masyarakat dalam menjaga Kamtibmas khususnya
dalam pencegahan kejahatan konvensional dan melakukan
sosialisasi konsep Polmas kepada personel terkait dengan
model pembinaan kemitraan.
2. Koordinasi Polres Hulu Sungai Selatan dengan FKPM dalam
mencegah kejahatan konvensional saat ini masih belum optimal.
Oleh karena itu perlu dilakukan rangkaian upaya yaitu:
melaksanakan koordinasi dengan FKPM beserta tokoh
masyarakat guna kerjasama dalam pelaksanaan pencegahan
kejahatan konvensional dan pemanfaatan regulasi pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat melalui FKPM
3. Kolaborasi Polres Hulu Sungai Selatan dengan FKPM dalam
mencegah kejahatan konvensional saat ini masih belum optimal.
Oleh karena itu perlu dilakukan rangkaian upaya yaitu: publikasi
kinerja Polri dalam pelaksanaan Polmas melalui media ataupun
kepada masyarakat secara langsung pengembangan aplikasi
panic button pada setiap FKPM guna memudahkan penanganan
36
37
B. Rekomendasi
Berdasarkan persoalan yang telah diangkat oleh penulis pada
penulisan Naskah Karya Perorangan ini, maka ada beberapa
rekomendasi yang dapat disampaikan yaitu sebagai berikut:
1. Merekomendasikan kepada Kapolres Hulu Sungai Selatan agar
kiranya dapat mengusulkan pengkajian ulang struktur guna
pengembangan sarana dan prasarana petugas Polmas yang
menunjang pelaksanaan Polmas dan pemberdayaan
masyarakat.
2. Merekomendasikan kepada Kapolres Hulu Sungai Selatan agar
kiranya dapat mengadakan pelatihan dalam meningkatkan
kompetensi personel dalam pelaksanaan Polmas sehingga
personel mampu melaksanakan Polmas secara efektif dan
maksimal.
3. Merekomendasikan kepada Kapolres Hulu Sungai Selatan agar
kiranya dapat koordinasi dengan lintas sektoral dalam hal
menyusun sistem dan standar pemberdayaan FKPM dalam
melaksanakan pembinaan masyarakat guna mencegah
kejahatan konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
INTERNAL EKSTERNAL
KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN
Tersedianya lapisan kekuatan Kurangnya komunikasi anatara Adanya dukungan Stakeholder Krngnya pelaksanaan aktivitas
fungsi Binmas pers dengan masy FKPM
Adanya regulasi pelaksanaan Kurangnya jumlah Personel Pemberdayaan perkembangan Stereotip negatif masyarakat
berdaya masy melalui FKPM IT
Adanya kebijakan Kapolres Terbatasnya pemahaman dan Berdaya masy dalam Kurangnya kesadaran masy
untuk katkan kerjasama kemampuan pers terhadap pelaksanaan cegah kejahatan
model dan strategi polmas konvensional
Dilaksanakan pelatihan dan Pelaksanaan sambang kurang Adanya partisipasi masyarakat Kurangnya koordinasi jemen
sosialisasi polmas kepada efektif terpadu
personel
Dislokasi personel Kurangnya kemampuan pers Adanya komitmen FKPM dalam Terdapat beberapa
Bhabinkamtibmas dalam identifikasi keadaan penyelenggaraan Polmas kecamatan/desa yang masih
masy rawan terjadinya gangguan
kamtibmas.
LAMPIRAN AHP IFAS, EFAS DAN SFAS
KEKUATAN
A B C D E A B C D E BOBOT RATING SKOR BOBOT
A 1 8 / 7 7 / 6 8 / 6 7 / 6 1.000 1.143 1.167 1.333 1.167 0.115 8 0.920
KELEMAHAN
A B C D E A B C D E SKOR RATING SKOR BOBOT
A 1 4 / 3 4 / 3 4 / 3 4 / 3 1.000 1.333 1.333 1.333 1.333 0.121 4 0.484
ANCAMAN
A B C D E A B C D E SKOR RATING SKOR BOBOT
A 1 4 / 3 4 / 2 4 / 2 4 / 3 1.000 1.333 2.000 2.000 1.333 0.142 4 0.568
B 3 / 4 1 3 / 2 4 / 3 4 / 2 0.750 1.000 1.500 1.333 2.000 0.120 3 0.360
C 2 / 4 2 / 3 1 4 / 3 3 / 4 0.500 0.667 1.000 1.333 0.750 0.078 2 0.156
D 2 / 4 3 / 4 3 / 4 1 4 / 3 0.500 0.750 0.750 1.000 1.333 0.080 3 0.240
E 3 / 4 2 / 4 4 / 3 3 / 4 1 0.750 0.500 1.333 0.750 1.000 0.081 2 0.162
0.5 1.486
Analitical Hierarchy Process (AHP) Summary Factors Analisys Strategy
RATIN SKOR
A B C D E F G H I J SKOR G BOBOT
A 1 4 / 3 5 / 4 5 / 4 4 / 3 5 / 4 5 / 4 4 / 3 5 / 6 7 / 6 0.118 4 0.472
B 3 / 4 1 3 / 4 4 / 3 6 / 5 5 / 4 5 / 4 5 / 4 5 / 4 5 / 6 0.105 4 0.420
C 4 / 5 4 / 3 1 4 / 5 6 / 5 5 / 4 5 / 6 5 / 4 6 / 5 5 / 4 0.106 4 0.424
D 4 / 5 3 / 4 5 / 4 1 4 / 2 5 / 4 7 / 6 5 / 6 6 / 7 4 / 5 0.103 3 0.309
E 3 / 4 5 / 6 5 / 6 2 / 4 1 6 / 7 5 / 6 6 / 7 7 / 6 7 / 6 0.086 8 0.688
F 4 / 5 4 / 5 4 / 5 4 / 5 7 / 6 1 4 / 5 5 / 4 7 / 6 8 / 7 0.094 8 0.752
G 4 / 5 4 / 5 6 / 5 6 / 7 6 / 5 5 / 4 1 4 / 3 4 / 3 5 / 6 0.103 8 0.824
H 3 / 4 4 / 5 4 / 5 6 / 5 7 / 6 4 / 5 3 / 4 1 6 / 4 3 / 5 0.090 3 0.270
I 6 / 5 4 / 5 5 / 6 7 / 6 6 / 7 6 / 7 3 / 4 4 / 6 1 4 / 5 0.088 7 0.616
J 6 / 7 6 / 5 4 / 5 5 / 4 6 / 7 7 / 8 6 / 5 5 / 3 5 / 4 1 0.107 7 0.749
1.000
LAMPIRAN MANAJEMEN RESIKO
TIMELINE
NO KEGIATAN 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12
1
1 Rapat Berkala x x x x x
2 Rapat Insidentil x x x x x
3 FGD x x x x x
b. Review MR x x x x
c. Update Data x x x x x x x x x x x x
d. Pelaporan x x
2. PENETAPAN KONTEKS
Formulir Penetapan Konteks Manajemen Risiko
KONTEKS MANAJEMEN RISIKO
(OPTIMALISASI KERJASAMA POLRES HSS DENGAN FKPM)
1. Peraturan Kepolisian Polmas adalah singkatan dari Pemolisian Masyarakat. Pemolisian Masyarakat merupakan program kegiatan
Nomor 1 tahun 2021 yang mengajak masyarakat melalui kemitraan Polri dan masyarakat. Agar masyarakat mampu mendeteksi
tentang Pemolisian dan mengidentifikasi permasalahan keamanan dan ketertiban di lingkungannya dan mencari solusinya.
Masyarakat
2. Undang-undang Nomor 1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
2 Tahun 2002 tentang 2. menegakkan hukum, dan
Kepolisian Republik 3. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Indonesia)
e. Kriteria Risiko.
1) Kriteria Kemungkinan
Kriteria Kemungkinan
Tingkat kemungkinan Persentase kemungkinan
Jumlah frekuensi kemungkinan terjadinya dalam 1 periode
terjadinya dalam 1 periode
Hampir tidak terjadi / Tidak Sangat jarang: kurang dari 2 kali 1 tahun
x < 5%
Signifikan (1)
Jarang terjadi / Minor (2) 5% < x ≤ 10% Jarang: 2 kali s.d. 5 kali
dalam 1 tahun
Kadang terjadi / Moderat (3) 10% < x ≤ 20% Cukup sering: 6 kali s.d. 9 kali dalam 1 tahun
Sering terjadi / Signifikan (4) 20% < x ≤ 50% Sering: 10 kali s.d. 12 kali dalam 1 tahun
Hampir pasti terjadi / Sangat Sangat sering: lebih dari 12 kali dalam 1 tahun
x > 50%
Signifikan (5)
2) Kriteria Dampak
Tingkat
Dampak
Area Dampak Tingkat Sangat
Tidak Signifikan
Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4) Signifikan
(1)
(5)
Beban Fraud Kementerian Rp 100 Juta ≤ x < x ≥ Rp 1
Keuangan Rp 1 Miliar Miliar
Negara Eselon I Rp 10 Juta ≤ x x ≥ Rp 100
< Rp 100 Juta Juta
Eselon III x < Rp 10 Juta x ≥ Rp 10
Juta
Non Fraud Kementerian, 0,01 per mil ≥ x 0,01 per mil < x 0,1 per mil < x ≤ 1 1 per mil < x ≤10 X > 10 per
Eselon I, Eselon ≤ 0,1 per mil per mil per mil mil
II
Penurunan Kementerian · Tingkat · Tingkat · Pemberitaan · Pemberitaaan · Tingkat
Reputasi dan Eselon I kepercayaan kepercayaan negatif di media negatif di media kepercayaan
stakeholders stakeholders baik sosial massa nasional dan stakeholders
sangat baik · Tingkat kepuasan · Pemberitaan internasional sangat rendah
· Tingkat kepuasan pengguna layanan negatif di media · Tingkat · Tingkat
pengguna layanan sebesar 3,25 massa lokal kepercayaan kepuasan
sebesar3,5 < x ≤ 4 < x ≤ 3,5 (skala 4) · Tingkat stakeholders rendah pengguna
(skala 4) kepercayaan · Tingkat kepuasan layanan
stakeholders pengguna layanan sebesar
sedang sebesar2,5 < x ≤ 3 ≤ 2,5 (skala 4)
· Tingkat kepuasan (skala 4)
pengguna layanan
sebesar3 < x ≤ 3,25
(skala 4)
Area Eselon II · Tingkat · Tingkat kepuasan · Pemberitaan · Pemberitaaan · Pemberitaan
Dampak Kepuasan pengguna pengguna layanan negatif di media negatif di media negatif di
layanan sebesar 3,5 sebesar 3,25 < x ≤ sosial massa lokal media massa
< x ≤ 4 (skala 4) 3,5 (skala 4) · Tingkat kepuasan · Tingkat kepuasan nasional dan
pengguna layanan pengguna layanan internasional
sebesar 3 < x ≤ 3,25 sebesar 2,5 < x ≤ 3 · Tingkat
(skala 4) (skala 4) kepuasan
pengguna
layanan
sebesar
≤ 2,5 (skala 4)
Penurunan eselon I dan realisasi kinerja x >/ realisasi kinerja realisasi kinerja realisasi kinerja 75% realisasi
Kinerja Eselon II 4 95% 90% ≤ x < 95% 80% ≤ x < 90% ≤ x < 80% kinerja x <
75%
f. Matriks Analisis Risiko dan Level Risiko.
1) Matriks Analisis Risiko.
2) Level Risiko.
Level Risiko Besaran Risiko Warna
Sangat Tinggi (5) 20-25 Merah
Tinggi (4) 16-20 Oranye
Sedang (3) 11-15 Biru
Rendah (2) 6-10 Kuning
Sangat Rendah (1) 1-5 Hijau
3. IDENTIFIKASI RISIKO
No Kategori Risiko Definisi
- Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan organisasi atau kebijakan dari internal maupun
1 Risiko kebijakan eksternal organisasi yang berdampak langsung terhadap organisasi;
'- Berkaitan dengan perumusan dan penetapan kebijakan internal maupun eksternal organisasi.
- Berkaitan kondisi fiskal pemerintah pusat meliputi kerangka ekonomi makro, penganggaran, perpajakan,
Risiko keuangan
kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan serta berkaitan dengan kekayaan negara yang
2 negara dan
meliputi Barang Milik Negara (BMN), kekayaan negara yang dipisahkan, investasi pemerintah dan kekayaan
kekayaan negara
negara lainnya.
3 Risiko hukum - Risiko yang disebabkan oleh adanya tuntutan atau permasalahan hukum kepada organisasi/jabatan
- Berkaitan dengan persepsi negatif atau menurunnya tingkat kepercayaan, pemangku kepentingan
4 Risiko reputasi
eksternal terhadap organisasi.
- Risiko yang disebabkan oleh kecurangan yang disengaja oleh pihak internal yang merugikan keuangan
negara.
Risiko fraud '- Berkaitan dengan perbuatan yang mengandung unsur kesengajaan, niat, menguntungkan diri sendiri atau
5
(kecurangan) orang lain, penipuan, penyembunyian atau penggelapan, dan penyalahgunaan kepercayaan yang bertujuan
untuk memperoleh keuntungan secara tidak sah yang dapat berupa uang, barang/harta, jasa, dan tidak
membayar jasa, yang dilakukan oleh satu individu atau lebih.
- Berkaitan dengan ketidakpatuhan organisasi atau pihak eksternal terhadap peraturan perundang-
6 Risiko kepatuhan
undangan, kesepakatan internasional, atau ketentuan lain yang berlaku.
- Risiko yang disebabkan oleh :
a. Ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, dan kegagalan
sistem.
7 Risiko operasional
b. Adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional organisasi.
- Risiko yang berkaitan dengan tidak berfungsinya proses bisnis organisasi, sistem organisasi, atau
keselamatan kerja individu.
a. Profil Risiko
sangat tinggi 4 3 (Kadang Terjadi) 3 (Moderat) 13 Ya Masih banyaknya Besaran risiko awal/batas atas (periode lalu)
25 kejadian tindak pidana tiap tahunnya 25, batas bawah yang
khususnya pada diharapkan 6
kejahatan konvensional
dengan demikian batas aman adalah 6
Identifikasi Risiko
Evaluasi Risiko
a. Peta Resiko
Tin g ka t Da mp a k
1 2 3 4 5
Ma triks An a lis is Ris iko
Tid a k S ang at
Min o r Mo d e ra t S ig n ifika n
S ig n ifika n S ig n ifika n
Ha mp ir P a s ti
5 11 16 20 23 25
Te rja d i
Tin g ka t Ke mu n g kin a n
4 S e ring Te rja d i 7 12 17 21 2 4 R1
3 Ka d a ng Te rja d i 4 8 13 18 22
2 J a ra ng Te rja d i 2 5 9 14 19
Ha mp ir Tid a k
1 1 3 6 10 15
Te rja d i
4. Analisis Resiko
Contoh: Does the control deal is the control officially Is the control in
R001 with (root) casue of risk documented and operation and applied
and communicated? consistenly?
impact?
YES 3 1
PARTLY 2
NO
6
Kriteria Kemungkinan
Tingkat kemungkinan Jumlah frekuensi kemungkinan terjadinya
Persentase kemungkinan terjadinya dalam 1 periode
dalam 1 periode
Hampir tidak terjadi(1) x < 5% Sangat jarang: kurang dari 2 kali 1 tahun
Jarang terjadi (2) 5% < x ≤ 10% Jarang: 2 kali s.d. 5 kali dalam 1 tahun
Kadang terjadi (3) 10% < x ≤ 20% Cukup sering: 6 kali s.d. 9 kali dalam 1 tahun
Sering terjadi (4) 20% < x ≤ 50% Sering: 10 kali s.d. 12 kali dalam 1 tahun
Hampir pasti terjadi(5) x > 50% Sangat sering: lebih dari 12 kali dalam 1 tahun
g. Kriteria Dampak Risiko
Tingkat
Dampak
Area Dampak Tingkat
Tidak Signifikan
Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4) Sangat Signifikan (5)
(1)
Fraud Kementerian Rp 100 Juta ≤ x x ≥ Rp 1 Miliar
< Rp 1 Miliar
Eselon I Rp 10 Juta ≤ x x ≥ Rp 100 Juta
Beban < Rp 100 Juta
Keuangan
Eselon III x < Rp 10 Juta x ≥ Rp 10 Juta
Negara
Non Fraud Kementerian, 0,01 per mil < x 0,1 per mil < x 1 per mil < x X > 10 per mil
Eselon I, Eselon II 0,01 per mil ≥ x ≤ 0,1 per mil ≤ 1 per mil ≤10 per mil
Kementerian dan · Tingkat · Tingkat · Pemberitaan negatif · Pemberitaaan negatif di media · Tingkat kepercayaan
Eselon I kepercayaan kepercayaan di media sosial massa nasional stakeholders sangat rendah
stakeholders stakeholders · Pemberitaan negatif dan internasional · Tingkat kepuasan pengguna
sangat baik baik di media massa lokal · Tingkat kepercayaan layanan sebesar ≤ 2,5 (skala 4)
· Tingkat · Tingkat · Tingkat stakeholders rendah
kepuasan kepuasan kepercayaan · Tingkat kepuasan pengguna
pengguna layanan pengguna layanan stakeholders sedang layanan sebesar 2,5 < x ≤ 3
sebesar 3,5 < x ≤ sebesar 3,25 < x ≤ · Tingkat kepuasan (skala 4)
4 (skala 4) 3,5 (skala 4) pengguna layanan
sebesa r3 < x ≤ 3,25
(skala 4)
5. MITIGASI RISIKO
Formulir Penanganan / Mitigasi Risiko
Unit Organisasi : Polres Hulu Sungai Selatan
Periode Penerapan : Tahun 2023
Rencana penanganan / Mitigasi
Opsi Rencana Aksi
Nomor Sumber Daya
Kejadian penanganan/ penanganan/ Jadwal
Keluaran Target Kendala yang
Risiko Mitigasi Mitigasi Implementasi
dibutuhkan
Risiko Risiko
R001 Masih Mengurangi Peningkatkan Rapat koordinasi Dilaksanakan Banyak tugas FKPM setiap 1 bulan
kurangnya kemungkinan pelatihan dengan FKPM secara berkal yang belum selama tahun
kerjasama kemampuan setiap 1 bulan diselesaikan berjalan (2023)
dengan personel dalam sekali
FKPM pemberdayaan
masyarakat
6. Pemantauan dan Review
a. Formulir Laporan Pemantauan Semesteran
Penanganan / Mitigasi Risiko Indikator Risiko Utama
Prioritas Waktu
Risiko Aksi/ Penanggung Batasan Nilai Tren
Pengendalian
Keluaran Target Realisasi Implementas
Jawab
Nama Status
i Nilai Aktual Risiko
Masih Mengurangi Rapat Dilaksanakan Pelaksanaan Januari – Kapolres terjadinya Besaran 20 20 berada Tren
kurangnya kemungkinan koordinasi secara berkal rapat Maret 2023 HSS peningkatan risiko awal pada menurun
kerjasama dengan FKPM setiap 1 koordinasi 2 kejahatan
dengan bulan sekali bulan sekali. konvensional
/ batas atas batas atas
FKPM (periode (sangat
lalu) tiap tinggi)
bulannya jika
20, batas dibagi 5
bawah maka
yang setiap
diharapkan level
5 116 : 5 =
23, jika
saat ini
nilai
aktualnya
adalah 92
maka
masih
masuk
level
tinggi
(warna
orange).
b. Formulir laporan pemantauan tahunan
Unit Organisasi : Polres Hulu Sungai Selatan
Periode Penerapan : Tahun 2023
Tingkat Risiko
Tingkat Risiko
Risiko Residual
Prioritas Risiko Aktual Tren Risiko Deviasi/Kesenjangan Rekomendasi
Sebelum Harapan
LK LD LR LK LD LR LK LD LR
Masih kurangnya Peningkatan 13-17 = -4 Meningkatkan
kerjasama dengan komunikasi, koordinasi
FKPM dan kolaborasi dengan
FKPM
4 5 24 3 3 13 4 3 17
2) Peta Hasil Penanganan Risiko
Tingkat Dampak
Matriks Analisis 1 2 3 4 5
Risiko
Tidak Sangat
Minor Moderat Signifikan
Signifikan Signifikan
Hampir
5 Pasti 11 16 20 23 25
Terjadi
Tingkat Kemungkinan
Sering 17 R1 24 R1
4 7 12 21
Terjadi
Kadang
3 4 8 13 18 22
Terjadi
Jarang
2 2 5 9 14 19
Terjadi
Hampir
1 Tidak 1 3 6 10 15
Terjadi