Anda di halaman 1dari 66

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

NKP - 4
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA

NASKAH KARYA PERORANGAN (NKP)

TOPIK III:
“INTERAKSI SOSIAL TERHADAP HARKAMTIBMAS”

JUDUL:
OPTIMALISASI KERJASAMA POLRES HULU SUNGAI SELATAN
DENGAN FKPM
GUNA MENCEGAH KEJAHATAN KONVENSIONAL
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMTIBMAS YANG KONDUSIF

OLEH:

NAMA : MATNUR, S.H., M.M.


NO SERDIK : 202303003055
POKJAR : I (SATU)
PESERTA DIDIK SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA POLRI
ANGKATAN KE-69 T.A.2023
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA

PERNYATAAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : MATNUR, S.H., M.M.
Pangkat / NRP : AKP / 76020469
Nomor Serdik : 202303003055

Sebagai peserta didik Sespimma Sespim Lemdiklat Polri Angkatan


ke-69 / T.A. 2023 menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
a. Naskah Karya Perorangan (NKP) yang saya tulis adalah asli.
b. Apabila ternyata sebagian atau seluruh tulisan NKP ini terbukti
tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia dinyatakan tidak
lulus Pendidikan.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan


seperlunya.

Lembang, Mei 2023


Yang membuat pernyataan,

MATNUR, S.H., M.M.


NO.SERDIK : 202303003055
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................
A. Latar belakang..............................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................3
1. Permasalahan.......................................................3
2. Pokok-Pokok Persoalan........................................3
C. Ruang lingkup...............................................................3

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN.....................................................4


A. Umum............................................................................4
B. Kajian Teori...................................................................4
1. Grand Theory........................................................4
2. Middle Theory.......................................................5
3. Applied Theory......................................................6
C. Pengumpulan, analisis data dan metode penelitian......8
D. Kerangka Berpikir..........................................................9

BAB III PEMBAHASAN...................................................................10


A. Kondisi Faktual Kamtibmas.........................................
B. Kondisi Faktual Pencegahan Kejahatan
konvensional oleh Polres Hulu Sungai Selatan...........
C. Kondisi Faktual Kerjasama Polres Hulu Sungai
Selatan dengan FKPM................................................
1. Persoalan............................................................
a. Fakta aspek komunikasi Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM dalam
mencegah kejahatan konvensional............

i
b. Fakta aspek koordinasi Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM dalam
mencegah kejahatan konvensional............
c. Fakta aspek kolaborasi Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM dalam
mencegah kejahatan konvensional............
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi.....................

BAB IV PEMACAHAN MASALAH...................................................


A. Analisis Strategis.........................................................21
1. Faktor Internal (IFAS).........................................21
2. Faktor Eksternal (EFAS).....................................22
3. Analisis Posisi Organisasi...................................22
4. Faktor Strategis (SFAS)......................................23
B. Implementasi Strategis................................................25
1. Jangka Pendek...................................................25
2. Jangka Sedang...................................................28
3. Jangka Panjang..................................................29
C. Evaluasi dan Pengendalian Kinerja (Di dalam
Lampiran)

BAB V PENUTUP............................................................................
A. Simpulan.....................................................................34
B. Rekomendasi..............................................................35

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN ALUR
LAMPIRAN POLA PIKIR
LAMPIRAN ANALISIS SWOT
LAMPIRAN ES-OHA
LAMPIRAN AHP
LAMPIRAN MANAJEMEN RESIKO

ii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Kasus Tindak Pidana yang ditangani oleh


Satreskrim Polres Hulu Sungai Selatan Tahun 2020 s.d
2022.................................................................................

Tabel 4.3 IFAS (Internal Factor Analisys Summary)........................21

Tabel 4.1 EFAS (Eksternal Factor Analisys Summary)...................22

Tabel 4.5 SFAS (Strategy Factor Analisys Summary).....................24

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Kerangka berpikir.................................................9

Gambar 3.1 Grafik Jumlah kejahatan dan penyelesaian kejahatan oleh


Polri Tahun 2020 s.d 2022...............................................11

Gambar 3.2 Grafik Jumlah kegiatan pamswakarsa & pamswakarsa


yang aktif di wilayah Polres Hulu Sungai Selatan Tahun
2020 s.d 2022..................................................................15

Gambar 4.1 Posisi organisasi..............................................................22

iv
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA

TOPIK I:
“ INTERAKSI SOSIAL TERHADAP HARKAMTIBMAS”

JUDUL:
OPTIMALISASI KERJASAMA POLRES HULU SUNGAI SELATAN
DENGAN FKPM
GUNA MENCEGAH KEJAHATAN KONVENSIONAL
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMTIBMAS YANG KONDUSIF

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tugas Polri dalam memelihara keamanan dan ketertiban


masyarakat berusaha menjaga dan memelihara akan kondisi
masyarakat terbebas dari rasa ketakutan dan kekhawatiran, sehingga
ada rasa kepastian dan jaminan dari segala kepentingan, serta bebas
dari adanya pelanggaran norma-norma hukum. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia pasal 13 mengenai tugas pokok Polri yaitu: 1) Memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, 2) Menegakkan hukum, dan 3)
Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.
Dalam mewujudkan Kamtibmas yang kondusif maka salah satu
upaya yang dilakukan oleh Polri adalah dengan melakukan
pencegahan terhadap kejahatan konvensional. Kejahatan
konvensional merupakan tindakan kejahatan yang dilakukan secara

1
2

konvensional (umum/lazim) dimana pelaku dan korban biasanya


berada dalam satu lokasi, tindakan. Kejahatan ini biasanya tidak
melibatkan penggunaan teknologi informasi, melainkan tindak
kejahatan seperti kejahatan jalanan, premanisme, perjudian,
pencurian, penganiayaan, penggelapan, penipuan, dan lain-lain.
Berdasarkan data LKIP Polres Hulu Sungai Selatan tahun 2021 dan
tahun 2022 bahwa di wilayah Polres Hulu Sungai Selatan selama
tahun 2021 telah terjadi kejahatan konvensional dengan jumlah 126
kasus kejahatan, sedangkan di tahun 2022 kejahatan konvensional
yang terjadi yaitu mencapai 132 kasus. Dari tahun 2021 sampai
dengan tahun 2022 kasus kejahatan konvensional yang marak terjadi
yaitu kasus perjudian, penganiayaan, Curanmor dan penipuan.
Adanya pergeseran paradigma penegakan hukum yang semula
mengutamakan strategi represif yang reaktif menjadi strategi
pencegahan yang proaktif yaitu strategi pemolisian yang
mengedepankan pendekatan pencegahan salah satunya yaitu
dengan melakukan kerja sama antara Polri dan masyarakat untuk
mengetahui secara dini aspek potensi gangguan kamtibmas yang
muncul dan bagaimana memotivasi masyarakat untuk menyelesaikan
permasalahan sosial tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam mendukung
pencegahan kejahatan konvensional perlu diadakannya kerjasama
Polres Hulu Sungai Selatan dengan FKPM yang merupakan
aktualisasi dari sistem pemolisian masyarakat (Polmas) sebagaimana
diatur dalam Perkap No 3 tahun 2015 tentang Polmas. Model
pemolisian ini dilaksanakan secara proaktif dan partisipasif dengan
menekankan pada pendekatan kemanusiaan. Dengan melakukan
kerjasama dengan wahana FKPM maka akan terwujud penanganan
berbagai gangguan Kamtibmas yang dapat dilaksanakan secara
musyawarah mufakat, sehingga mampu menjadi representasi dan
sekaligus menjadi ujung tombak serta penghubung antara Polri dan
masyarakat, mampu melakukan interaksi dengan lebih intensif,
proaktif, terprogram, sistematis, berkesinambungan dan kreatif
3

menuju tumbuh suburnya sistem penyelenggaraan kegiatan


pengamanan masyarakat secara terkoordinir, terarah dan selaras
yang pada akhimya dapat mendukung terwujudnya situasi kamtibmas
yang kondusif.

B. Rumusan Masalah
1. Permasalahan
Merujuk pada pembahasan latar belakang di atas, maka
yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan naskah
karya perorangan ini adalah “Bagaimana kerjasama Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM agar kejahatan konvensional
dapat dicegah sehingga Kamtibmas yang kondusif terwujud?”

2. Pokok-Pokok Persoalan
Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas, maka
pokok-pokok persoalan sebagai bahasan penting dalam
penulisan NKP ini, yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimana aspek komunikasi Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM dalam mencegah kejahatan konvensional?
b. Bagaimana aspek koordinasi Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM dalam mencegah kejahatan konvensional?
c. Bagaimana aspek kolaborasi Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM dalam mencegah kejahatan konvensional?

C. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup dalam penulisan NKP ini dibatasi penulis pada
upaya mengoptimalkan kerjasama Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM yang di tinjau dari aspek komunikasi, koordinasi dan
kolaborasi guna mencegah kejahatan konvensional dalam rangka
mewujudkan Kamtibmas yang kondusif. Data yang digunakan selama
kurun waktu 3 Tahun 2020 s.d 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Umum
Keberhasilan konsep community policing yang diterapkan
berbagai departemen Kepolisian negara-negara maju telah
mendorong Kepolisian Republik Indonesia untuk mengadopsi konsep
tersebut dan disesuaikan dengan situasi-kondisi masyarakat dan
budaya yang ada disini sehingga menghasilkan perumusan model
pemolisian masyarakat dalam penyelenggaraan tugas Polri. Polmas
merupakan model pemolisian yang menekankan adanya kerjasama
yang sejajar antara petugas dengan masyarakat setempat, dalam
menyelesaikan dan mengatasi setiap permasalahan sosial yang dapat
mengancam kamtibmas.

B. Kajian Teori
1. Grand Theory.
Teori Kerjasama
Menurut Charles H Cooley (2018), “Kerjasama adalah
pengaturan tata hubungan dari usaha bersama untuk
memperoleh kesatuan tindakan dalam usaha mencapai tujuan.
Dengan demikian jelas bahwa kerjasama adalah aktifitas berupa
kesepakatan dari suatu kegiatan yang diintegrasikan ke dalam
suatu tindakan yang efisien”. Sedangkan menurut Stewart,
ditegaskan bahwa inti dari kerjasama adalah 1) Komunikasi
(communication), 2) Koordinasi (coordination), dan 3) Kolaborasi
(colaboration).
Teori ini merupakan grand theory yang digunakan pada
Bab III sebagai pisau analisis untuk menguraikan pokok
permasalahan menjadi pokok persoalan.

4
5

2. Middle Theory.
a. Teori Komunikasi.
“Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
mengubah sikap pendapat, atau perilaku, baik secara lisan
(langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)”,
(Efendi Uchjana Onong, 2002: 28).
Teori ini digunakan untuk membahas pokok persoalan
pertama terkait aspek komunikasi Polres Hulu Sungai
Selatan dengan FKPM dalam mencegah kejahatan
konvensional, yang dibahas pada Bab III.

b. Teori Koordinasi.
Menurut Awaluddin Djamin dalam (Hasibuan, 2011:
86), “koordinasi diartikan sebagai suatu usaha yang
mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun
kegiatan dalam suatu organisasi. Koordinasi memiliki dua
dimensi yaitu koordinasi horizontal dan fungsional”.
Teori ini digunakan untuk membahas pokok persoalan
kedua terkait aspek koordinasi Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM dalam mencegah kejahatan konvensional,
yang dibahas pada Bab III.

c. Teori Kolaborasi.
Menurut Abdulsyani (1984), mengatakan bahwa
“kolaborasi berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai
tujuan bersama. Biasanya, kolaborasi melibatkan
pembagian tugas dimana setiap orang mengerjakan setiap
pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi
tercapainya tujuan bersama”.
Teori ini digunakan untuk membahas pokok persoalan
ketiga terkait aspek kolaborasi Polres Hulu Sungai Selatan
6

dengan FKPM dalam mencegah kejahatan konvensional,


yang dibahas pada Bab III.

3. Applied Theory.
a. Teori Interaksi.
Menurut H. Bonner, interaksi sosial adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau
sebaliknya.

b. Teori Integrasi.
Menurut P. Soedarmo (1992), “Integrasi adalah suatu
proses dan sekaligus hasil dari proses itu, dimana individu-
individu atau kelompok- kelompok dalam masyarakat yang
semula terkotak-kotak, berbeda-beda. bahkan bersaing
atau bertentangan, menjadi rukun bersatu dan selaras baik
dalam hal kepentingan-kepentingan, soal hidup-mati
maupun dalam hal pandangan berbagai masalah pokok
dalam kehidupan sosial-politik- budaya masyarakat”.

c. Teori Partisipasi.
Menurut Simatupang (dalam Yuwono, 2001: 124)
“partisipasi berarti apa yang kita jalankan adalah bagian
dari usaha bersama yang dijalankan bahu-membahu
dengan saudara kita sebangsa dan setanah air untuk
membangun masa depan Bersama.”

d. Teori analisis SWOT.


Menurut Freddy Rangkuti, menyatakan bahwa
penggunaan analisis SWOT sebenarnya telah muncul
sejak ribuan tahun lalu dari bentuknya yang paling
sederhana, yaitu dalam rangka menyusun strategi untuk
7

memenangkan persaingan organisasi, dengan konsep


menang-menang atau cooperation dan competition.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses
pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan
organisasi. Dengan demikian perencana strategis (strategic
planner) harus menganalisis faktor faktor strategis
organisasi (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)
dalam kondisi yang ada saat ini.

e. Analisis IFAS, EFAS dan SFAS.


Pendekatan analisis IFAS, EFAS dan SFAS oleh DR.
Setyo Rianto, SE, MM, CPM (2020) didasari oleh teori
Analytical Hierarcy Process (AHP) yang merupakan suatu
model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan
menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang
kompleks menjadi suatu hirarki. Tahapan dari analisis ini
yaitu dengan melakukan Analisis IFAS dan EFAS melalui
penentuan bobot dan peringkat untuk mendapatkan skor.
Setelah didapatkan skor IFAS dan EFAS kemudian
dilakukan analisis SFAS, yaitu analisa berdasar
mengkombinasikan faktor-faktor IFAS dan EFAS kedalam
sebuah ringkasan analisis faktor-faktor strategis (SFAS).
Setelah diketahui SFAS maka selanjutnya adalah
menentukan strategi jangka pendek, jangka sedang dan
jangka panjang.
8
9

C. Pengumpulan, analisa data dan metode penelitian


1. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi
dokumen, kajian terhadap buku-buku, dokumen-dokumen, karya
ilmiah, peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
bahan tertulis lainnya yang mendukung dan relevan terhadap
penulisan naskah ini.

2. Analisa Data
Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik
deduktif. Teknik deduktif yaitu berangkat dari teori yang
kemudian dibuktikan atau diterapkan dengan pencarian fakta.
Dengan pendekatan ini dimaksudkan untuk mempermudah
memahami pemaknaan data yang didapatkan dari penelitian.

3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan Naskah ini
adalah metode deskriptif analisis, yaitu metode yang
mendasarkan pada hasil pengumpulan data / fakta, sehingga
dapat diperoleh gambaran permasalahan yang ada.
10

D. Kerangka berpikir

OPTIMALISASI KERJASAMA POLRES HULU SUNGAI SELATAN


DENGAN FKPM
GUNA MENCEGAH KEJAHATAN KONVENSIONAL
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMTIBMAS YANG KONDUSIF

Gambar 2.1
Struktur Kerangka berpikir
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kondisi Faktual Kamtibmas.


Kamtibmas adalah singkatan dari Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat. Konsep Kamtibmas merujuk pada kondisi yang
diinginkan dalam suatu masyarakat di mana keamanan dan ketertiban
dijaga secara efektif untuk memastikan kesejahteraan dan harmoni
bagi seluruh warga. Kamtibmas melibatkan peran serta semua
pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga penegak
hukum, masyarakat, dan individu dalam menciptakan lingkungan yang
aman dan tertib. Tujuan utama Kamtibmas adalah untuk melindungi
warga negara dari ancaman dan tindakan yang dapat mengganggu
kehidupan sehari-hari dan menghambat perkembangan masyarakat.
Dalam menguraikan fakta mengenai kondisi Kamtibmas di
Indonesia saat ini memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan.
Berikut adalah beberapa hal yang menjadi perhatian dalam
menjelaskan kondisi Kamtibmas di Indonesia:
1. Kejahatan Konvensional: Indonesia masih menghadapi
tantangan dari kejahatan konvensional seperti pencurian,
perampokan, penipuan, dan tindak kekerasan. Peningkatan
populasi dan urbanisasi dapat mempengaruhi tingkat kejahatan
di beberapa daerah.
2. Terorisme: Terorisme masih menjadi ancaman serius di
Indonesia. Meskipun pemerintah telah mengambil tindakan
keras untuk menangani terorisme, ada kemungkinan adanya
kelompok-kelompok teroris yang berupaya melakukan serangan
di beberapa wilayah.
3. Narkoba: Peredaran narkoba merupakan masalah serius di
Indonesia. Banyak upaya dilakukan oleh pemerintah untuk
memerangi peredaran narkoba dan menghukum para pelaku
kejahatan terkait narkoba.

11
12

4. Konflik Sosial: Indonesia adalah negara yang beragam budaya,


agama, dan suku. Konflik sosial terkadang timbul sebagai
dampak dari ketegangan antar kelompok masyarakat.
Pemerintah berupaya untuk mengatasi konflik tersebut melalui
dialog, upaya rekonsiliasi, dan penegakan hukum.
5. Kejahatan Siber: Dengan perkembangan teknologi informasi dan
internet, kejahatan siber juga menjadi ancaman. Pemerintah
berusaha untuk meningkatkan keamanan siber dan
memberantas kejahatan dalam dunia maya.
6. Radikalisme: Indonesia juga menghadapi tantangan radikalisme
yang dapat mengganggu stabilitas Kamtibmas. Pemerintah telah
melaksanakan berbagai kebijakan dan upaya untuk mencegah
dan menangani ekstremisme.
Dalam menghadapi kondisi Kamtibmas tersebut, Polri
(Kepolisian Negara Republik Indonesia) bertanggung jawab untuk
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat sesuai dengan
amanat yang tercantum dalam undang-undang nomor 2 tahun 2002
tentang polri. Polri melakukan patroli, pengawasan, investigasi, dan
penegakan hukum untuk melindungi masyarakat dari ancaman
kejahatan dan menjaga stabilitas Kamtibmas di seluruh wilayah
Indonesia.
Gambar 3.1
Grafik Jumlah kejahatan dan penyelesaian kejahatan oleh Polri
Tahun 2020 s.d 2022
300,000

250,000

200,000

150,000

100,000

50,000

-
Jumlah Kejahatan Jumlah Kejahatan yang di selesaikan

2020 2021 2022


13

Sumber: Publikasi BPS (Statistik Kriminal 2022)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa angka kejahatan


dari tahun 2020 sampai dengan tahun tahun 2022 terus mengalami
penurunan yang mana pada tahun 2020 terdapat 269.324 kejahatan,
tahun 2021 sebanyak 247.218 kejahatan serta pada tahun 2022
sebanyak 239.481 kejahatan yang dilaporkan kepada polri. Walaupun
angka penurunan angka kejahatan tidak signifikan namun hal tersebut
menunjukkan adanya peningkatan pada kinerja Polri khususnya
dalam bidang harkamtibmas dan penegakkan hukum.
Sedangkan dalam aspek tingkat kasus kejahatan yang berhasil
di selesaikan oleh Polri pada tahun 2020 sebanyak 183.605 kasus,
tahun 2021 sebanyak 176.726 kasus dan pada tahun 2022 sebanyak
172.065 kasus. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam aspek
penyelesaian kasus kejahatan capaian Polri cenderung tetap sekitar
70% dari total kejahatan yang dilaporkan. Dengan demikian perlu
adanya upaya yang dapat meningkatkan kinerja Polri dalam
menanggulangi kejahatan.

B. Kondisi Faktual Pencegahan Kejahatan konvensional oleh Polres


Hulu Sungai Selatan.
Di era globalisasi saat ini, terjadi beberapa perubahan dinamika
dalam setiap sendi kehidupan di masyarakat, yang mana masyarakat
dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi maupun
budaya sosial yang terjadi pada saat ini. Hal tersebut menyebabkan
beberapa dampak positif maupun negatif terhadap masyarakat,
dampak negatif dalam menghadapi pesatnya perkembangan yang
terjadi di era globalisasi saat ini diantaranya tingginya angka
kriminalitas yang sebagian besar disebabkan oleh faktor kebutuhan
ekonomi sehingga menyebabkan terganggunya situasi kamtibmas
yang kondusif, termasuk dalam masyarakat di wilayah Polres Hulu
Sungai Selatan, hal tersebut ditunjukan dengan data fakta sebagai
berikut:
14

Tabel 3.1
Data Kasus Tindak Pidana yang ditangani oleh Satreskrim Polres
Hulu Sungai Selatan Tahun 2020 s.d 2022
Tahu
No. Laporan selesai Ket
n
1. 2020 145 108 Penyelesaian 74%
2. 2021 134 101 Penyelesaian 75%
3. 2022 143 131 Penyelesaian 91%
Sumber Data: Satreskrim Polres Hulu Sungai Selatan Tahun 2020 s.d
2022

Dari data diatas dapat terlihat bahwa pada tahun 2022 terjadi
peningkatan kasus kejahatan yaitu sebanyak 143 kasus dari tahun
sebelumnya sebanyak 134 kasus kejahatan. Namun secara umum
dalam aspek tingkat penyelesaian perkara yang dilakukan Satreskrim
Polres Hulu Sungai Selatan dalam kurun waktu 3 Tahun dengan rata
rata persentase penyelesaian perkara sebesar 80%. Hal tersebut
merupakan capaian yang baik terhadap kinerja operasional Polres
Hulu Sungai Selatan dalam menanggulangi tindak kejahatan.
Sesuai dengan amanat undang-undang nomor 2 tahun 2002
tentang Polri, maka dalam memelihara situasi kamtibmas yang salah
satunya adalah menanggulangi tindak kejahatan merupakan
tanggung jawab Polri. Dalam perspektif Polri untuk menanggulangi
tindak kejahatan terdapat 3 metode yang dapat dilakukan yaitu, upaya
Pre-emtif (perubahan pola pikir), upaya preventif (pencegahan
terhadap potensi kejahatan) dan upaya represif (Penegakkan hukum).
Dengan demikian dalam menanggulangi kejahatan, upaya yang telah
dijalankan oleh Polres Hulu Sungai Selatan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Upaya Pre-emtif (Perubahan pola pikir) dalam menanggulangi
kejahatan yang telah dilakukan Polres Hulu Sungai Selatan,
diantaranya:
15

a. Melaksanakan sambang masyarakat oleh fungsi


Bhabinkamtibmas.
b. Melakukan penyuluhan hukum terhadap masyarakat.
c. Melakukan penyuluhan hukum terhadap pelajar dan
mahasiswa.
d. Melakukan penggalangan dan pembinaan terhadap
pamswakarsa dan FKMP yang ada.
e. Membentuk kemitraan dengan pamswakarsa dan FKMP
yang ada
2. Upaya Preventif (Pencegahan terhadap potensi kejahatan)
dalam menanggulangi kejahatan yang telah dilakukan Polres
Hulu Sungai Selatan, diantaranya:
a. Melaksanakan patroli rutin di daerah-daerah rawan
kejahatan.
b. Melaksanakan razia lalu lintas.
c. Melakukan turjawali di daerah-daerah vital.
3. Upaya Represif (Penegakan hukum) dalam menanggulangi
kejahatan yang telah dilakukan Polres Hulu Sungai Selatan,
yaitu dengan melaksanakan penegakkan hukum terhadap
pelaku kejahatan yang dilakukan oleh fungsi reskrim.
Dalam menangulangi tindak kejahatan metode yang dirasa
paling penting adalah melalui upaya pencegahan sebelum terjadinya
kejahatan, karena dapat mengurangi kerugian materil maupun moril
dari adanya tindak kejahatan. Oleh karena itu diperlukan upaya
maksimal dalam melakukan pencegahan kejahatan termasuk
kejahatan konvensional oleh Polres Hulu Sungai Selatan.

C. Kondisi Faktual Kerjasama Polres Hulu Sungai Selatan dengan


FKPM.
Melihat pentingnya upaya pencegahan dalam menanggulangi
kejahatan termasuk kejahatan konvensional diperlukan adanya
langkah-langkah yang maksimal dalam pelaksanaan pencegahan itu
sendiri. Langkah pencegahan dalam menanggulangi kejahatan yang
16

telah dilakukan oleh Polres Hulu Sungai Selatan diantaranya adalah,


mengubah pola pikir masyarakat, melakukan penyuluhan hukum
terhadap masyarakat serta melakukan patroli di daerah rawan
kejahatan serta dengan melibatkan unsur masyarakat yang salah
satunya melalui pembentukan kemitraan dengan FKPM.
Adapun data yang relevan untuk menggambarkan kondisi FKPM
di wilayah Polres Hulu Sungai Selatan saat ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2
Grafik Jumlah kegiatan pamswakarsa & pamswakarsa yang aktif
di wilayah Polres Hulu Sungai Selatan Tahun 2020 s.d 2022
500
400 438 438 438
300
200 219 219 219
100
0
1111111111122222222222333333333334444444444444555555555554666666666663777777777778888888888899999999999410
10
10
10
10
10
10
10
10
10411
1011
11
11
11
11
11
11
11
11412
1112
12
12
12
12
12
12
12
12313
1213
13
13
13
13
13
13
13
1314
14
1314
14
14
14
14
14
14
1415
15
1415
15
15
15
15
15
15
15516
1516
16
16
16
16
16
16
16
16517
1617
17
17
17
17
17
17
17
17418
1718
18
18
18
18
18
18
18
18
18
3
Siskamling Aktif

Siskamling Aktif

Siskamling Aktif
FKPM Aktif

Polsus Aktif

FKPM Aktif

Polsus Aktif

FKPM Aktif

Polsus Aktif
jumlah Polsus

jumlah Polsus

jumlah Polsus
Jumlah FKPM

Jumlah FKPM

Jumlah FKPM
Jumlah Siskamling

Jumlah Siskamling

Jumlah Siskamling

2020 2021 2022

Sumber: LKIP Polres Hulu Sungai Selatan Tahun 2020 s.d 2022

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah FKPM di


wilayah Polres Hulu Sungai Selatan pada tahun 2022 mengalami
peningkatan sebanyak 5 FKPM dari tahun sebelumnya yaitu
sebanyak 4 FKPM. Menurut data di atas dari total FKPM yang ada,
seluruhnya aktif melakukan kegiatan. Aktifnya seluruh kegiatan FKPM
yang ada merupakan nilai positif bagi Polres Hulu Sungai Selatan
terhadap upaya pencegahan kejahatan yang dilakukan. Namun
jumlah total FKPM yang ada masih belum dapat menjangkau seluruh
wilayah yang rawan terjadinya kejahatan. Maka dari itu untuk
memaksimalkan kinerja FKPM yang ada pada saat ini perlu adanya
metode yang efektif sehingga dapat mencegah terjadinya kejahatan,
salah satunya melalui pengoptimalan kerja sama antara Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM yang ada.
17

1. Persoalan
Pentingnya kerjasama yang optimal antara Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM yang ada, maka untuk membahas
hal tersebut sehingga dapat menguraikan fakta-fakta yang di
dapat digunakan teori menurut Charles H Cooley (2018), yang
menjelaskan bahwa “Kerjasama adalah pengaturan tata
hubungan dari usaha bersama untuk memperoleh kesatuan
tindakan dalam usaha mencapai tujuan. Dengan demikian jelas
bahwa kerjasama adalah aktifitas berupa kesepakatan dari suatu
kegiatan yang diintegrasikan ke dalam suatu tindakan yang
efisien”. Sedangkan menurut Stewart, ditegaskan bahwa inti dari
kerjasama adalah 1) Komunikasi (communication), 2) Koordinasi
(coordination), dan 3) Kolaborasi (colaboration).
a. Fakta aspek komunikasi Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM dalam mencegah kejahatan
konvensional.
1) Dengan masih kurangnya jumlah personel
Bhabinkamtibmas sehingga menyebabkan kegiatan
kunjungan, tatap muka, dll. terhadap FKPM yang
membutuhkan kehadiran personel Polri menyebabkan
komunikasi kurang efektif.
2) Kurangnya pelatihan teknis fungsi kepolisian dan
dikjur yang didapatkan personel sehingga
menyebabkan kurangnya kemampuan personel untuk
membangun komunikasi dengan masyarakat
termasuk FKPM.
3) Belum adanya penenkanan yang signifikan dari
pimpinan sehingga menyebabkan belum maksimalnya
kegiatan komunikasi oleh personel Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM.
18

b. Fakta aspek koordinasi Polres Hulu Sungai Selatan


dengan FKPM dalam mencegah kejahatan
konvensional.
1) Koordinasi yang dilakukan Polres Hulu Sungai
Selatan dengan FKPM cenderung bersifat insidentif,
yang mana koordinasi dilakukan apabila sudah
terjadinya suatu kejahatan.
2) Kurangnya koordinasi yang dilakukan Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM menyebabkan
kurangnya pemahaman FKPM terkait teknis
pengamanan maupun penjagaan kamtibmas.
3) Belum adanya kegiatan bersama antara Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM sehingga belum
terjalinnya koordinasi yang optimal.

c. Fakta aspek kolaborasi Polres Hulu Sungai Selatan


dengan FKPM dalam mencegah kejahatan
konvensional
1) Belum terbentuknya nota kesepahaman antara Polres
Hulu Sungai Selatan dengan FKPM menyebabkan
belum adanya kolaborasi dalam pencegahan
kejahatan konvensional.
2) Masih kurangnya peran aktif anggota FKPM untuk
dapat berpartisipasi dalam upaya pencegahan
kejahatan oleh Polres Hulu Sungai Selatan.
3) Masih kurangnya partisipasi FKPM untuk aktif dalam
melaporkan terhadap potensi-potensi kerawanan
terjadinya tindak kejahatan kepada Polres Hulu
Sungai Selatan, menandakan masih belum
terbentuknya kolaborasi antara Polres Hulu Sungai
Selatan dengan FKPM yang efektif.

2. Faktor-Faktor Mempengaruhi
19

a. Faktor Internal
1) Kekuatan (Strenght).
a) Tersedianya lapis kekuatan fungsi Binmas
sampai ke tingkat Polsek dalam pemberdayaan
FKPM.
b) Adanya aturan yang mengatur mengenai
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
melaluli FKPM.
c) Adanya komitmen dan kebijakan Kapolres Hulu
Sungai Selatan untuk meningkatkan kemitraan
dengan masyarakat termasuk melalui FKPM.
d) Dilaksanakannya berbagai pelatihan dan
sosialisasi Polmas kepada seluruh personel
yang terdapat dilingkungan Polres Hulu Sungai
Selatan dan Polsek jajaran.
e) Adanya dislokasi personel Bhabinkamtibmas
hingga ke tingkat desa sesuai dengan program 1
desa 1 polisi.

2) Kelemahan (weaknessess)
a) Masih kurangnya komunikasi antara personel
Polres Hulu Sungai Selatan dengan masyarakat
dalam menjalin kerjasama dengan FKPM dalam
pencegahan kejahatan konvensional.
b) Kurang tersedianya jumlah personel
Bhabinkamtibmas untuk ditugaskan pada setiap
kecamatan/desa yang terapat diwilayah
Kaupaten Hulu Sungai Selatan.
c) Masih terbatasnya pemahaman dan
kemampuan personel terhadap model dan
strategi Polmas.
d) Personel masih kurang efektif dalam
melaksanakan sambang/tatap muka baik
20

dengan masyarakat langsung dalam upaya


untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu
yang berkaitan dengan kamtibmas.
e) Masih kurangnya kemampuan personel dalam
mengidentifikasi keadaan masyarakat yang
berpotensi akan terjadinya kejahatan
konvensional di wilayah Kabupaten Hulu Sungai
Selatan.

b. Faktor Eksternal
1) Peluang (Opportunities)
a) Adanya dukungan stakeholder yang ada di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam
pencegahan kejahatan konvensional.
b) Adanya perkembangan IT yang dapat digunakan
dalam mendukung kerjasama FKPM pada
Polres Hulu Sungai Selatan dalam mendukung
pencegahan kejahatan konvensional.
c) Pemberdayaan masyarakat untuk ikut serta
dalam pelaksanaan pencegahan kejahatan
konvensional.
d) Adanya dukungan masyarakat dalam bentuk
partisipasi untuk membantu pencegahan
kejahatan konvensional.
e) Adanya komitmen bersama FKPM pada Polres
Hulu Sungai Selatan dalam penyelenggaraan
Polmas guna mencegah kejahatan
konvensional.

2) Ancaman (Threats)
a) Kurangnya pelaksanaan aktivitas FKPM di
kecamatan/desa, baik secara kuantitas ataupun
kualitas dalam pemecahan masalah
21

permasalahan sosial di masyarakat khususnya


dalam pencegahan kejahatan konvensional.
b) Stereotipe negatif dari masyarakat pada Polres
Hulu Sungai Selatan sehingga masyarakat
sering membatasi diri dan menutup diri dan
enggan terlibat dalam FKPM.
c) Kurangnya kesadaran masyarakat terkait peran
dan tanggungjawabnya dalam mencegah
terjadinya kejahatan konvensional.
d) Kurangnya penyelenggaraan koordinasi
manajemen terpadu terkait penanganan
gangguan kamtibmas yang terjadi di masyarakat
e) Terdapat beberapa kecamatan/desa yang masih
rawan terjadinya gangguan kamtibmas.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

A. Analisis Strategi
Dalam mengoptimalkan kerjasama Polres Hulu Sungai Selatan
dengan FKPM guna mencegah kejahatan konvensional dalam rangka
mewujudkan kamtibmas yang kondusif maka diperlukan analisis strategis
melalui IFAS dan EFAS untuk menentukan posisi organisasi, adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Internal (IFAS)
Analisis IFAS adalah metode analisis yang
mengkuantifikasi seluruh faktor internal yang meliputi kekuatan
dan kelemahan, dengan pemberian bobot tertentu serta
penetapan rating atau sub-sub faktor yang ada, untuk kemudian
diintegrasikan ke dalam proses pengambilan keputusan. Lima
indikator pada IFAS dengan nilai bobot tertinggi akan
dimasukkan ke dalam matriks SFAS untuk dianalisis pada
tahapan manajemen strategik, yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
FAKTOR INTERNAL
NO BOBOT RATING SKOR
KEKUATAN
1 Tersedianya lapisan kekuatan fungsi Binmas 0,115 8 0,920
Adanya regulasi pelaksanaan berdaya masy 0,103 7 0,721
2
melalui FKPM
3 Adanya kebijakan Kapolres untuk katkan kerma 0,086 7 0,602
Dilaksanakan pelatihan dan sosialisasi polmas 0,097 6 0,582
4
kepada personel
5 Dislokasi personel Bhabinkamtibmas 0,099 7 0,693
SUB JUMLAH 0.50 3.518
FAKTOR INTERNAL
NO BOBOT RATING SKOR
KELEMAHAN
1 Kurangnya komunikasi anatara pers dengan masy 0.121 4 0.484
2 Kurangnya jumlah Personel 0.128 4 0.512
Terbatasnya pemahaman dan kemampuan pers
3 0.107 3 0.321
terhadap model dan strategi polmas
4 Pelaksanaan sambang kurang efektif 0.074 3 0.222
Kurangnya kemampuan pers dalam identifikasi
5 0.072 2 0.144
keadaan masy

22
23

SUB JUMLAH 0.50 1.555 1.683


TOTAL 1.00 5.201
24

2. Faktor Eksternal (EFAS)


Analisis EFAS adalah metode analisis yang
mengkuantifikasi seluruh faktor eksternal yang meliputi peluang
dan ancaman, dengan pemberian bobot tertentu serta
penetapan rating atas sub-sub faktor yang ada. Lima indikator
pada EFAS dengan nilai bobot tertinggi akan dimasukan ke
dalam matriks SFAS, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.2
External Factor Analysis Summary (EFAS)
N FAKTOR EKSTERNAL
BOBOT RATING SKOR
O PELUANG
1 Adanya dukungan Stakeholder 0.114 8 0.912
2 Pemberdayaan perkembangan IT 0.109 8 0.872
Berdaya masy dalam pelaksanaan cegah 0.102 7 0.714
3
kejahatan konvensional
4 Adanya partisipasi masyarakat 0.084 7 0.588
Adanya komitmen FKPM dalam penyelenggaraan 0.091 6 0.546
5
Polmas
SUB JUMLAH 0.50 3.632
FAKTOR EKSTERNAL
NO BOBOT RATING SKOR
ANCAMAN
1 Krngnya pelaksanaan aktivitas FKPM 0.142 4 0.568
2 Stereotip negatif masyarakat 0.120 3 0.360
3 Kurangnya kesadaran masy 0.078 2 0.156
4 Kurangnya koordinasi jemen terpadu 0.080 3 0.240
Terdapat beberapa kecamatan/desa yang masih
5 0.081 2 0.162
rawan terjadinya gangguan kamtibmas.
SUB JUMLAH 0.50 1.486
TOTAL 1.00 5.118

3. Analisis Posisi Organisasi


Gambar 4.1
Posisi Organisasi

5,201

5.118
25

Keterangan: Berdasarkan gambar di atas bahwa total skor


IFAS adalah 5,073 dan total skor EFAS adalah 5.118 maka
pertemuan kedua titik berada pada Sel 5A, maka respons
organisasi dalam menghadapi situasi organisasi yang seperti ini
adalah Horizontal Integration Strategy, yaitu meningkatkan
(optimalisasi). Untuk itu dalam penulisan NKP ini berjudul
”Optimalisasi kerjasama Polres Hulu Sungai Selatan dengan
FKPM guna mencegah kejahatan konvensional dalam rangka
mewujudkan kamtibmas yang kondusif”

4. Faktor Strategi (SFAS)


Analisis SFAS adalah metode analisis yang
mengkuantifikasi seluruh faktor, baik internal maupun eksternal,
dengan pemberian bobot-bobot tertentu serta penetapan
peringkat atas sub-sub faktor yang ada, untuk kemudian
diintegrasikan ke dalam proses pengambilan keputusan untuk
menentukan penetapan implementasi strategi meliputi jangka
pendek, jangka sedang dan jangka panjang sesuai dengan visi,
misi dan tujuan dari organisasi atau institusi. Hasil perhitungan
SFAS yang dilaksanakan dalam mengoptimalkan kerjasama
Polres Hulu Sungai Selatan dengan FKPM guna mencegah
kejahatan konvensional dalam rangka mewujudkan kamtibmas
yang kondusif, yang dijabarkan sebagai berikut:
26

Tabel 4.3
Strategic Factor Analysis Summary (SFAS)
JANGKA

PANJANG
SEDANG
PENDEK
NO FAKTOR STRATEGI KUNCI BOBOT RATING SCORE

1 Peningkatan komunikasi anatara


0.118 4 0.472
personel dengan masyarakat
2 Peningkatan jumlah personel 0.105 4 0.420
3 Peningkatan Pelaksanaan aktivitas
0.106 4 0.424
FKPM
4 Pelaksanaan pelatihan dan sosialisasi
0.103 3 0.309
Polmas kepada personel.
5 Pemberdayaan lapisan kekuatan
0.086 8 0.688
fungsi Binmas
6 Pemberdayaan dukungan stakeholder. 0.094 8 0.752
7 Pemberdayaan perkembangan IT 0.103 8 0.824
8 Pelaksanaan reduksi stereotipe negatif
0.090 3 0.270
dari masyarakat.
Pemanfaatan regulasi pelaksanaan
9 pemberdayaan masyarakat melalui 0.088 7 0.616
FKPM
10 Peningkatan kesadaran masyarakat. 0.107 7 0.749
1.00
Keterangan
Skore Range : Nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi 3
(0,824 - 0,270 : 3) maka nilai range 0,185.
Jangka pendek : skor bobot terkecil di tambah skor Range (0,270
+ 0,185) = 0,455, maka nilai kadek 0.270 s/d
0,455.
Jangka panjang : Skor tertinggi di kurang Skor range (0,824 –
0,185 = 0,639) maka nilai jangka panjang 0,639
ke atas.
Jangka sedang : Nilai di antara Skor jangka pendek dan panjang
0,454 s/d 0,638.
27

B. Implementasi Strategi
1. Jangka pendek ( 0-3 bulan )
a. Srategi Peningkatan jumlah personel
1) Program : Peningkatan jumlah personel
2) Kegiatan : Melakukan Recruitment personel
3) Anggaran : Anggaran DIPA Polres Hulu Sungai
Selatan T.A 2023 dengan rincian:
Anggaran Rapat Koordinasi Rp. 2.500.000.00,-
- Snack 20 orang x @Rp. 20.000.00,- = Rp.
400.000.00,-
- ATK @ 20.000.00,- x 20 orang =
Rp.400.000.00,-
- Dokumentasi Rp. 200.000.00,-
- Akomodasi 5 orang x @300.000.00,- = Rp.
1.500.000.00,-
4) Prosedur : Wakapolres memerintahkan Kabag SDM
untuk melakukan rekruitmen personel guna
menambah jumlah personel Bhabinkamtibmas
sehingga program Polmas bisa berjalan secara
maksimal

b. Strategi Peningkatan Pelaksanaan aktivitas FKPM


1) Program : Peningkatan Pelaksanaan aktivitas FKPM
2) Kegiatan :
a) Menyusun dan merancang kegiatan.
b) Kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan
pembinaan masyarakat.
3) Anggaran : Anggaran DIPA Polres Hulu Sungai
Selatan T.A 2023 dengan rincian:
Anggaran Rapat Koordinasi Rp. 2.500.000.00,-
- Snack 20 orang x @Rp. 20.000.00,- = Rp.
400.000.00,-
28

- ATK @ 20.000.00,- x 20 orang =


Rp.400.000.00,-
- Dokumentasi Rp. 200.000.00,-
- Akomodasi 5 orang x @300.000.00,- = Rp.
1.500.000.00,-
4) Prosedur :
a) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk
menyusun dan merancang program kegiatan
yang akan dilakukan oleh FKPM pada Polres
HSS dalam pencegahan kejahatan
konvensional.
b) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk
melaksanakan koordinasi dengan FKPM beserta
tokoh masyarakat guna kerjasama dalam
pelaksanaan pencegahan kejahatan
konvensional diwilayah hukum Polres HSS.

c. Strategi Pelaksanaan pelatihan dan sosialisasi Polmas


kepada personel.
1) Program : Pelaksanaan pelatihan dan sosialisasi
Polmas kepada personel.
2) Kegiatan :
a) Melaksanakan pelatihan Polmas.
b) Sosialisasi konsep Polmas.
3) Anggaran : Anggaran DIPA Polres Hulu Sungai
Selatan T.A 2023 dengan rincian:
Latihan VCD fungsi:
- Biaya diklat = Rp. 10.000.000,-
- Biaya pelatihan khusus = Rp 15.000.000,-
- Biaya Konsumsi = Rp. 2.000.000,-
4) Prosedur :
a) Wakapolres memerintahkan Kabag SDM untuk
melaksanakan pelatihan Polmas kepada seluruh
29

fungsi internal Polres Hulu Sungai Selatan


tentang metode, filsafat dan strategi Polmas
dalam pelaksanaan tugas pemolisian.
b) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk
melakukan sosialisasi konsep Polmas kepada
personel terkait dengan model pembinaan
kemitraan dan problem solving terhadap
berbagai permasalahan sosial di tengah-tengah
masyarakat.

d. Strategi Pelaksanaan reduksi stereotipe negatif dari


masyarakat.
1) Program : Pelaksanaan reduksi stereotipe negatif dari
masyarakat.
2) Kegiatan :
a) Publikasi kinerja Polri
b) Rutin melaksanakan kunjungan/sambang
3) Anggaran : Anggaran DIPA Polres Hulu Sungai
Selatan T.A 2023 dengan rincian:
Anggaran Rapat Koordinasi Rp. 2.500.000.00,-
- Snack 20 orang x @Rp. 20.000.00,- = Rp.
400.000.00,-
- ATK @ 20.000.00,- x 20 orang =
Rp.400.000.00,-
- Dokumentasi Rp. 200.000.00,-
- Akomodasi 5 orang x @300.000.00,- = Rp.
1.500.000.00,-
4) Prosedur:
a) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk
publikasi kinerja Polri dalam pelaksanaan
Polmas melalui media ataupun kepada
masyarakat secara langsung agar masyarakat
menilai dan melihat langsung kinerja Polri
30

b) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk


rutin melaksanakan kunjungan/sambang kepada
masyarakat sebagai bentuk pendekatan Polri
kepada masyarakat.
2. Jangka sedang ( 0-6 bulan )
a. Strategi peningkatan komunikasi anatara personel
dengan masyarakat
1) Program : Peningkatan komunikasi anatara personel
dengan masyarakat
2) Kegiatan :
a) Melakukan kunjungan secara Door to Door
b) Memelihara dan menjaga silaturahmi
3) Anggaran : Anggaran DIPA Polres Hulu Sungai
Selatan Selatan T.A 2023.
Anggaran Rapat Koordinasi Rp. 2.500.000.00,-
- Snack 20 orang x @Rp. 20.000.00,- = Rp.
400.000.00,-
- ATK @ 20.000.00,- x 20 orang =
Rp.400.000.00,-
- Dokumentasi Rp. 200.000.00,-
- Akomodasi 5 orang x @300.000.00,- = Rp.
1.500.000.00,-
4) Prosedur :
a) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk
melakukan kunjungan secara door to door
kepada masyarakat sabagai salah satu cara
dalam meningkatkan komunikasi dengan
masyarakat
b) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk
menjaga silaturahmi antara personel
Bhabinkamtibmas dengan masyarakat sehingga
komunikasi antar Polri dan masyarakat dalam
rangka pelaksanaan Polmas dapat optimal.
31

b. Strategi Pemanfaatan regulasi pelaksanaan


pemberdayaan masyarakat melalui FKPM
1) Program : Pemanfaatan regulasi pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat melalui FKPM.
2) Kegiatan :
a) Menyusun kegiatan pembinaan masyarakat.
b) Memberdayakan FKPM dalam program
pemberdayaan masyarakat.
3) Anggaran : Anggaran DIPA Polres Hulu Sungai
Selatan T.A 2023 dengan rincian:
Anggaran Rapat Koordinasi Rp. 2.500.000.00,-
- Snack 20 orang x @Rp. 20.000.00,- = Rp.
400.000.00,-
- ATK @ 20.000.00,- x 20 orang =
Rp.400.000.00,-
- Dokumentasi Rp. 200.000.00,-
- Akomodasi 5 orang x @300.000.00,- = Rp.
1.500.000.00,-
4) Prosedur :
a) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk
menyusun dan menjalankan kegiatan
pembinaan masyarakat sesuai dengan aturan
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui
FKPM.
b) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk
memberdayakan FKPM dalam program
pembinaan masyarakat guna mencegah
terjadinya kejahatan konvensional di wilayah
kabupaten Hulu Sungai Selatan.

3. Jangka Panjang ( 0-12 bulan)


32

a. Strategi Pemberdayaan lapisan kekuatan fungsi


Binmas
1) Program : Pemberdayaan lapisan kekuatan fungsi
Binmas
2) Kegiatan :
a) Melakukan koordinasi
b) Menggerakan kegiatan masyarakat yang positif
3) Anggaran : Anggaran DIPA Polres Hulu Sungai
Selatan T.A 2023 dengan rincian:
Anggaran Rapat Koordinasi Rp. 2.500.000.00,-
- Snack 20 orang x @Rp. 20.000.00,- = Rp.
400.000.00,-
- ATK @ 20.000.00,- x 20 orang =
Rp.400.000.00,-
- Dokumentasi Rp. 200.000.00,-
- Akomodasi 5 orang x @300.000.00,- = Rp.
1.500.000.00,-
4) Prosedur :
a) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk
melakukan koordinasi terkait upaya pembinaan
masyarakat dalam mencegah kejahatan
konvensional di wilayah kabupaten Hulu Sungai
Selatan.
b) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk
mendukung masyarakat dalam menggerakan
kegiatan masyarakat yang positif khususnya
dalam memelihara Kamtibmas.

b. Strategi Pemberdayaan dukungan stakeholder.


1) Program : Pemberdayaan dukungan stakeholder.
2) Kegiatan :
a) Bekerjasama dengan Pemkab
b) Melaksanakan koordinasi dengan Pemkab
33

3) Anggaran : Anggaran DIPA Polres Hulu Sungai


Selatan T.A 2023 dengan rincian:
Anggaran Rapat Koordinasi Rp. 2.500.000.00,-
- Snack 20 orang x @Rp. 20.000.00,- = Rp.
400.000.00,-
- ATK @ 20.000.00,- x 20 orang =
Rp.400.000.00,-
- Dokumentasi Rp. 200.000.00,-
- Akomodasi 5 orang x @300.000.00,- = Rp.
1.500.000.00,-
4) Prosedur :
a) Wakapolres mengusulkan kepada Kapolres
untuk melakukan kerjasama dengan Pemkab
dalam pembangunan FKPM yang disertai
dengan fasilitas pendukungnya guna
memantapkan upaya pencegahan dan
penanganan berbagai gangguan Kamtibmas.
b) Wakapolres melaksanakan koordinasi dengan
Pemkab guna pembangunan back office yang
dijadikan sekaligus tempat tinggal
Bhabinkamtibmas guna memudahkan
pembinaan dan pelayanan masyarakat.

c. Strategi Pemberdayaan perkembangan IT


1) Program : Pemberdayaan perkembangan IT
2) Kegiatan :
a) Mengoptimalkan peran Control and Command
Center.
b) Melakukan pengembangan aplikasi panic
button.
3) Anggaran : Anggaran DIPA Polres Hulu Sungai
Selatan T.A 2023 dengan rincian:
Anggaran Rapat Koordinasi Rp. 2.500.000.00,-
34

- Snack 20 orang x @Rp. 20.000.00,- = Rp.


400.000.00,-
- ATK @ 20.000.00,- x 20 orang =
Rp.400.000.00,-
- Dokumentasi Rp. 200.000.00,-
- Akomodasi 5 orang x @300.000.00,- = Rp.
1.500.000.00,-
4) Prosedur
a) Wakapolres memerintahkan Kasat Fung untuk
mengoptimalkan peran Control and Command
Center sebagai pusat komando dan
pengendalian operasional pemberdayaan FKPM
dengan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi.
b) Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas untuk
melakukan pengembangan aplikasi panic button
pada setiap FKPM guna memudahkan
penanganan berbagai gangguan kamtibmas
yang terjadi di tengah masyarakat.

d. Strategi Peningkatan kesadaran masyarakat.


1) Program : Peningkatan kesadaran masyarakat.
2) Kegiatan : melakukan kegiatan sosialisasi
3) Anggaran : Anggaran DIPA Polres Hulu Sungai
Selatan T.A 2023 dengan rincian:
Anggaran Rapat Koordinasi Rp. 2.500.000.00,-
- Snack 20 orang x @Rp. 20.000.00,- = Rp.
400.000.00,-
- ATK @ 20.000.00,- x 20 orang =
Rp.400.000.00,-
- Dokumentasi Rp. 200.000.00,-
- Akomodasi 5 orang x @300.000.00,- = Rp.
1.500.000.00,-
35

4) Prosedur : Wakapolres memerintahkan Kasat Binmas


untuk bekerjasama dengan FKPM dalam melakukan
kegiatan sosialisasi secara rutin kepada masyarakat
dalam menjaga Kamtibmas khususnya dalam
pencegahan kejahatan konvensional.

C. Evaluasi dan pengendalian kinerja


1. Komunikasi dan Konsultasi
2. Penetapan Konteks
3. Identifikasi Risiko
4. Analisis Risiko
5. Evaluasi Risiko
6. Mitigasi Risiko
7. Pemantauan dan Reviu
(Dimasukan dalam lampiran).
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan pada bab sebelumnya maka
berikut ini dapat dijabarkan suatu simpulan yang menjabarkan intisari
dari pembahasan NKP ini. Selain itu pada bab ini juga akan
disampaikan rekomendasi sebagai masukan yang relevan. yaitu
sebagai berikut:
1. Komunikasi Polres Hulu Sungai Selatan dengan FKPM dalam
mencegah kejahatan konvensional saat ini masih belum optimal.
Oleh karena itu perlu dilakukan rangkaian upaya yaitu:
melakukan kunjungan secara door to door kepada masyarakat
sabagai salah satu cara dalam meningkatkan komunikasi
dengan masyarakat, melakukan kegiatan sosialisasi secara rutin
kepada masyarakat dalam menjaga Kamtibmas khususnya
dalam pencegahan kejahatan konvensional dan melakukan
sosialisasi konsep Polmas kepada personel terkait dengan
model pembinaan kemitraan.
2. Koordinasi Polres Hulu Sungai Selatan dengan FKPM dalam
mencegah kejahatan konvensional saat ini masih belum optimal.
Oleh karena itu perlu dilakukan rangkaian upaya yaitu:
melaksanakan koordinasi dengan FKPM beserta tokoh
masyarakat guna kerjasama dalam pelaksanaan pencegahan
kejahatan konvensional dan pemanfaatan regulasi pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat melalui FKPM
3. Kolaborasi Polres Hulu Sungai Selatan dengan FKPM dalam
mencegah kejahatan konvensional saat ini masih belum optimal.
Oleh karena itu perlu dilakukan rangkaian upaya yaitu: publikasi
kinerja Polri dalam pelaksanaan Polmas melalui media ataupun
kepada masyarakat secara langsung pengembangan aplikasi
panic button pada setiap FKPM guna memudahkan penanganan

36
37

berbagai gangguan kamtibmas yang terjadi di tengah


masyarakat dan melakukan kerjasama dengan Pemkab dalam
pembangunan FKPM yang disertai dengan fasilitas
pendukungnya guna memantapkan upaya pencegahan dan
penanganan berbagai gangguan Kamtibmas.

B. Rekomendasi
Berdasarkan persoalan yang telah diangkat oleh penulis pada
penulisan Naskah Karya Perorangan ini, maka ada beberapa
rekomendasi yang dapat disampaikan yaitu sebagai berikut:
1. Merekomendasikan kepada Kapolres Hulu Sungai Selatan agar
kiranya dapat mengusulkan pengkajian ulang struktur guna
pengembangan sarana dan prasarana petugas Polmas yang
menunjang pelaksanaan Polmas dan pemberdayaan
masyarakat.
2. Merekomendasikan kepada Kapolres Hulu Sungai Selatan agar
kiranya dapat mengadakan pelatihan dalam meningkatkan
kompetensi personel dalam pelaksanaan Polmas sehingga
personel mampu melaksanakan Polmas secara efektif dan
maksimal.
3. Merekomendasikan kepada Kapolres Hulu Sungai Selatan agar
kiranya dapat koordinasi dengan lintas sektoral dalam hal
menyusun sistem dan standar pemberdayaan FKPM dalam
melaksanakan pembinaan masyarakat guna mencegah
kejahatan konvensional.
DAFTAR PUSTAKA

Bonner, H. 1959. Social Psychology, American Book Company.


Charles, H Cooley. 1983. Social Organization: a study of the larger mind.
Transaction.
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Freddy Rangkuti. 2020. Analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunities, Threats), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hasibuan, Malayu. 2011 Manajemen Sumber Daya Manusia:Pengertian
Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:PT. Toko Gunung Agung
Riyanto, Setyo. 2018. Pengambilan Keputusan Strategik. Jakarta:
Paramedia Komunikatama Terry G.R. & Rue, L W. 2013. Dasar-
Dasar Manajemen. Cetakan ke-14, Jakarta : Bumi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Perkap Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Bimbingan Penyuluhan Keamanan
Dan Ketertiban Masyarakat
Perpol No.1 Tahun 2021 Tentang Pemolisian Masyarakat
Peraturan Kepolisian Nomor 2 Tahun 2021 Tentang SOTK pada Tingkat
Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor.

Laporan Polres Hulu Sungai Selatan Tahun 2020 s/d 2022.


POLA PIKIR
LAMPIRAN ES-OHA

INTERNAL (SDO-4M) EKSTERNAL


1. SDM 1. Politic,
- Tersedianya lapisan kekuatan fungsi Binmas - Kebijakan pemerintah dalam mendukung program
- Dilaksanakan pelatihan dan sosialisasi polmas kepada personel Community Policing
2. Anggaran 2. Economy,
- Adanya anggaran untuk operasional program Polmas - Tingkat kesejahteraan dan pendidikan masyarakat
3. Sarpras rendah
- Adanya sarana prasarana dalam mendukung program Polmas 3. Social.
4. Sistem dan metode - Rendahnya kepercayaan masy terhadap Polri.
- Kurangnya komunikasi anatara pers dengan masy - Kurangnya kesadaran hukum masyarakat
- Pelaksanaan sambang kurang efektif 4. Technology,
- Kemajuan teknologi yang dapat digunakan dalam
tindakan kehajatan
5. Legal
- Undang-undang HAM yang mempengaruhi kinerja
personel Polri.
LAMPIRAN ANALISA SWOT

INTERNAL EKSTERNAL
KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN
Tersedianya lapisan kekuatan Kurangnya komunikasi anatara Adanya dukungan Stakeholder Krngnya pelaksanaan aktivitas
fungsi Binmas pers dengan masy FKPM
Adanya regulasi pelaksanaan Kurangnya jumlah Personel Pemberdayaan perkembangan Stereotip negatif masyarakat
berdaya masy melalui FKPM IT
Adanya kebijakan Kapolres Terbatasnya pemahaman dan Berdaya masy dalam Kurangnya kesadaran masy
untuk katkan kerjasama kemampuan pers terhadap pelaksanaan cegah kejahatan
model dan strategi polmas konvensional
Dilaksanakan pelatihan dan Pelaksanaan sambang kurang Adanya partisipasi masyarakat Kurangnya koordinasi jemen
sosialisasi polmas kepada efektif terpadu
personel
Dislokasi personel Kurangnya kemampuan pers Adanya komitmen FKPM dalam Terdapat beberapa
Bhabinkamtibmas dalam identifikasi keadaan penyelenggaraan Polmas kecamatan/desa yang masih
masy rawan terjadinya gangguan
kamtibmas.
LAMPIRAN AHP IFAS, EFAS DAN SFAS

KEKUATAN
A B C D E A B C D E BOBOT RATING SKOR BOBOT
A 1 8 / 7 7 / 6 8 / 6 7 / 6 1.000 1.143 1.167 1.333 1.167 0.115 8 0.920

B 7 / 8 1 8 / 6 7 / 6 7 / 8 0.875 1.000 1.333 1.167 0.875 0.103 7 0.721

C 6 / 7 6 / 8 1 6 / 7 7 / 8 0.857 0.750 1.000 0.857 0.875 0.086 7 0.602

D 6 / 8 6 / 7 7 / 6 1 7 / 6 0.750 0.857 1.167 1.000 1.167 0.097 6 0.582


0.099 7 0.693
E 6 / 7 8 / 7 8 / 7 6 / 7 1 0.857 1.143 1.143 0.857 1.000
0.5 3.518

KELEMAHAN
A B C D E A B C D E SKOR RATING SKOR BOBOT
A 1 4 / 3 4 / 3 4 / 3 4 / 3 1.000 1.333 1.333 1.333 1.333 0.121 4 0.484

B 3 / 4 1 4 / 2 4 / 2 4 / 3 0.750 1.000 2.000 2.000 1.333 0.128 4 0.512

C 3 / 4 2 / 4 1 4 / 2 4 / 2 0.750 0.500 1.000 2.000 2.000 0.107 3 0.321

D 3 / 4 2 / 4 2 / 4 1 4 / 3 0.750 0.500 0.500 1.000 1.333 0.074 3 0.222


0.072 2 0.144
E 3 / 4 3 / 4 2 / 4 3 / 4 1 0.750 0.750 0.500 0.750 1.000
0.5 1.683
PELUANG
A B C D E A B C D E BOBOT RATING SKOR BOBOT
A 1 8 / 7 8 / 7 8 / 6 7 / 6 1.000 1.143 1.143 1.333 1.167 0.114 8 0.912

B 7 / 8 1 8 / 7 7 / 6 8 / 6 0.875 1.000 1.143 1.167 1.333 0.109 8 0.872

C 7 / 8 7 / 8 1 8 / 6 8 / 7 0.875 0.875 1.000 1.333 1.143 0.102 7 0.714

D 6 / 8 6 / 7 6 / 8 1 7 / 8 0.750 0.857 0.750 1.000 0.875 0.084 7 0.588


0.091 6 0.546
E 6 / 7 6 / 8 7 / 8 8 / 7 1 0.857 0.750 0.875 1.143 1.000
0.5 3.632

ANCAMAN
A B C D E A B C D E SKOR RATING SKOR BOBOT
A 1 4 / 3 4 / 2 4 / 2 4 / 3 1.000 1.333 2.000 2.000 1.333 0.142 4 0.568
B 3 / 4 1 3 / 2 4 / 3 4 / 2 0.750 1.000 1.500 1.333 2.000 0.120 3 0.360
C 2 / 4 2 / 3 1 4 / 3 3 / 4 0.500 0.667 1.000 1.333 0.750 0.078 2 0.156
D 2 / 4 3 / 4 3 / 4 1 4 / 3 0.500 0.750 0.750 1.000 1.333 0.080 3 0.240
E 3 / 4 2 / 4 4 / 3 3 / 4 1 0.750 0.500 1.333 0.750 1.000 0.081 2 0.162
0.5 1.486
Analitical Hierarchy Process (AHP) Summary Factors Analisys Strategy

RATIN SKOR
A B C D E F G H I J SKOR G BOBOT
A 1 4 / 3 5 / 4 5 / 4 4 / 3 5 / 4 5 / 4 4 / 3 5 / 6 7 / 6 0.118 4 0.472
B 3 / 4 1 3 / 4 4 / 3 6 / 5 5 / 4 5 / 4 5 / 4 5 / 4 5 / 6 0.105 4 0.420
C 4 / 5 4 / 3 1 4 / 5 6 / 5 5 / 4 5 / 6 5 / 4 6 / 5 5 / 4 0.106 4 0.424
D 4 / 5 3 / 4 5 / 4 1 4 / 2 5 / 4 7 / 6 5 / 6 6 / 7 4 / 5 0.103 3 0.309
E 3 / 4 5 / 6 5 / 6 2 / 4 1 6 / 7 5 / 6 6 / 7 7 / 6 7 / 6 0.086 8 0.688
F 4 / 5 4 / 5 4 / 5 4 / 5 7 / 6 1 4 / 5 5 / 4 7 / 6 8 / 7 0.094 8 0.752
G 4 / 5 4 / 5 6 / 5 6 / 7 6 / 5 5 / 4 1 4 / 3 4 / 3 5 / 6 0.103 8 0.824
H 3 / 4 4 / 5 4 / 5 6 / 5 7 / 6 4 / 5 3 / 4 1 6 / 4 3 / 5 0.090 3 0.270
I 6 / 5 4 / 5 5 / 6 7 / 6 6 / 7 6 / 7 3 / 4 4 / 6 1 4 / 5 0.088 7 0.616
J 6 / 7 6 / 5 4 / 5 5 / 4 6 / 7 7 / 8 6 / 5 5 / 3 5 / 4 1 0.107 7 0.749
1.000
LAMPIRAN MANAJEMEN RESIKO

1. TABEL KOMUNIKASI DAN KONSULTASI.

TIMELINE
NO KEGIATAN 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12
1
1 Rapat Berkala x x x x x

2 Rapat Insidentil x x x x x

3 FGD x x x x x

Membangun Sistem Informasi


4
Manajemen Risiko

a. Membangun budaya risiko x x x x x x x x x x x x

b. Review MR x x x x

c. Update Data x x x x x x x x x x x x
d. Pelaporan x x
2. PENETAPAN KONTEKS
Formulir Penetapan Konteks Manajemen Risiko
KONTEKS MANAJEMEN RISIKO
(OPTIMALISASI KERJASAMA POLRES HSS DENGAN FKPM)

Nama Pemilik Risiko : AKBP SUGENG PRIYANTO


Jabatan Pemilik Risiko : KAPOLRES
Unit Organisasi : POLRES HULU SUNGAI SELATAN
Ruang Lingkup Penerapan : OPTIMALISASI KERJASAMA POLRES HSS DENGAN FKPM
Periode Penerapan : Tahun 2023
a. Sasaran dan Proses Organisasi.
No Daftar Sasaran Program (Proses Bisnis) Indikator Kinerja Program
1 Pelaksanaan Polmas Peningkatkan pelatihan 95% Program Polmas terlaksana
kemampuan personel dalam
pemberdayaan masyarakat

b. Struktur Manajemen Risiko.

NO Peran Dalam Manajemen Risiko Jabatan Nama

1 Pemilik risiko Kapolres AKBP SUGENG PRIYANTO


2 Pengelola Risiko Wakapolres KOMPOL RISSAN SUMAREME
c. Daftar Pemangku Kepentingan.
NO Stakeholders / Pemangku Kepentingan Hubungan
1 Instansi terkait penguatan koordinasi, kerja sama dan
sinergitas antara Polri
dengan instansi terkait dalam rangka
mengoptimalkan kerjasama Polres Hulu
Sungai Selatan dengan FKPM

d. Daftar Peraturan Perundang-undangan Yang Terkait.

NO Peraturan Terkait Amanat Peraturan Yang Terkait Unit

1. Peraturan Kepolisian Polmas adalah singkatan dari Pemolisian Masyarakat. Pemolisian Masyarakat merupakan program kegiatan
Nomor 1 tahun 2021 yang mengajak masyarakat melalui kemitraan Polri dan masyarakat. Agar masyarakat mampu mendeteksi
tentang Pemolisian dan mengidentifikasi permasalahan keamanan dan ketertiban di lingkungannya dan mencari solusinya.
Masyarakat
2. Undang-undang Nomor 1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
2 Tahun 2002 tentang 2. menegakkan hukum, dan
Kepolisian Republik 3. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Indonesia)
e. Kriteria Risiko.
1) Kriteria Kemungkinan
Kriteria Kemungkinan
Tingkat kemungkinan Persentase kemungkinan
Jumlah frekuensi kemungkinan terjadinya dalam 1 periode
terjadinya dalam 1 periode
Hampir tidak terjadi / Tidak Sangat jarang: kurang dari 2 kali 1 tahun
x < 5%
Signifikan (1)
Jarang terjadi / Minor (2) 5% < x ≤ 10% Jarang: 2 kali s.d. 5 kali
dalam 1 tahun
Kadang terjadi / Moderat (3) 10% < x ≤ 20% Cukup sering: 6 kali s.d. 9 kali dalam 1 tahun
Sering terjadi / Signifikan (4) 20% < x ≤ 50% Sering: 10 kali s.d. 12 kali dalam 1 tahun
Hampir pasti terjadi / Sangat Sangat sering: lebih dari 12 kali dalam 1 tahun
x > 50%
Signifikan (5)

2) Kriteria Dampak
Tingkat
Dampak
Area Dampak Tingkat Sangat
Tidak Signifikan
Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4) Signifikan
(1)
(5)
Beban Fraud Kementerian Rp 100 Juta ≤ x < x ≥ Rp 1
Keuangan Rp 1 Miliar Miliar
Negara Eselon I Rp 10 Juta ≤ x x ≥ Rp 100
< Rp 100 Juta Juta
Eselon III x < Rp 10 Juta x ≥ Rp 10
Juta
Non Fraud Kementerian, 0,01 per mil ≥ x 0,01 per mil < x 0,1 per mil < x ≤ 1 1 per mil < x ≤10 X > 10 per
Eselon I, Eselon ≤ 0,1 per mil per mil per mil mil
II
Penurunan Kementerian · Tingkat · Tingkat · Pemberitaan · Pemberitaaan · Tingkat
Reputasi dan Eselon I kepercayaan kepercayaan negatif di media negatif di media kepercayaan
stakeholders stakeholders baik sosial massa nasional dan stakeholders
sangat baik · Tingkat kepuasan · Pemberitaan internasional sangat rendah
· Tingkat kepuasan pengguna layanan negatif di media · Tingkat · Tingkat
pengguna layanan sebesar 3,25 massa lokal kepercayaan kepuasan
sebesar3,5 < x ≤ 4 < x ≤ 3,5 (skala 4) · Tingkat stakeholders rendah pengguna
(skala 4) kepercayaan · Tingkat kepuasan layanan
stakeholders pengguna layanan sebesar
sedang sebesar2,5 < x ≤ 3 ≤ 2,5 (skala 4)
· Tingkat kepuasan (skala 4)
pengguna layanan
sebesar3 < x ≤ 3,25
(skala 4)
Area Eselon II · Tingkat · Tingkat kepuasan · Pemberitaan · Pemberitaaan · Pemberitaan
Dampak Kepuasan pengguna pengguna layanan negatif di media negatif di media negatif di
layanan sebesar 3,5 sebesar 3,25 < x ≤ sosial massa lokal media massa
< x ≤ 4 (skala 4) 3,5 (skala 4) · Tingkat kepuasan · Tingkat kepuasan nasional dan
pengguna layanan pengguna layanan internasional
sebesar 3 < x ≤ 3,25 sebesar 2,5 < x ≤ 3 · Tingkat
(skala 4) (skala 4) kepuasan
pengguna
layanan
sebesar
≤ 2,5 (skala 4)
Penurunan eselon I dan realisasi kinerja x >/ realisasi kinerja realisasi kinerja realisasi kinerja 75% realisasi
Kinerja Eselon II 4 95% 90% ≤ x < 95% 80% ≤ x < 90% ≤ x < 80% kinerja x <
75%
f. Matriks Analisis Risiko dan Level Risiko.
1) Matriks Analisis Risiko.

2) Level Risiko.
Level Risiko Besaran Risiko Warna
Sangat Tinggi (5) 20-25 Merah
Tinggi (4) 16-20 Oranye
Sedang (3) 11-15 Biru
Rendah (2) 6-10 Kuning
Sangat Rendah (1) 1-5 Hijau
3. IDENTIFIKASI RISIKO
No Kategori Risiko Definisi
- Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan organisasi atau kebijakan dari internal maupun
1 Risiko kebijakan eksternal organisasi yang berdampak langsung terhadap organisasi;
'- Berkaitan dengan perumusan dan penetapan kebijakan internal maupun eksternal organisasi.
- Berkaitan kondisi fiskal pemerintah pusat meliputi kerangka ekonomi makro, penganggaran, perpajakan,
Risiko keuangan
kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan serta berkaitan dengan kekayaan negara yang
2 negara dan
meliputi Barang Milik Negara (BMN), kekayaan negara yang dipisahkan, investasi pemerintah dan kekayaan
kekayaan negara
negara lainnya.
3 Risiko hukum - Risiko yang disebabkan oleh adanya tuntutan atau permasalahan hukum kepada organisasi/jabatan
- Berkaitan dengan persepsi negatif atau menurunnya tingkat kepercayaan, pemangku kepentingan
4 Risiko reputasi
eksternal terhadap organisasi.
- Risiko yang disebabkan oleh kecurangan yang disengaja oleh pihak internal yang merugikan keuangan
negara.
Risiko fraud '- Berkaitan dengan perbuatan yang mengandung unsur kesengajaan, niat, menguntungkan diri sendiri atau
5
(kecurangan) orang lain, penipuan, penyembunyian atau penggelapan, dan penyalahgunaan kepercayaan yang bertujuan
untuk memperoleh keuntungan secara tidak sah yang dapat berupa uang, barang/harta, jasa, dan tidak
membayar jasa, yang dilakukan oleh satu individu atau lebih.
- Berkaitan dengan ketidakpatuhan organisasi atau pihak eksternal terhadap peraturan perundang-
6 Risiko kepatuhan
undangan, kesepakatan internasional, atau ketentuan lain yang berlaku.
- Risiko yang disebabkan oleh :
a. Ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, dan kegagalan
sistem.
7 Risiko operasional
b. Adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional organisasi.
- Risiko yang berkaitan dengan tidak berfungsinya proses bisnis organisasi, sistem organisasi, atau
keselamatan kerja individu.
a. Profil Risiko

Formulir Peta Risiko


Unit Organisasi : POLRES HULU SUNGAI SELATAN
Periode Penerapan : PERIODE TAHUN 2023
Risiko Sistem Kemungkinan Dampak
Pengendalia Efektivitas
Proses bisnis dan Kategor
Sasaran strategis n yang Sistem
Indikator No Kejadian Penyebab Dampak i Risiko LK Penjelasan LD Penjelasan
Dilaksanaka Pengendalian
n
Pelaksanaan Polmas Peningkatkan pelatihan R001 Masih kurangnya Kurangnya Kurangnya operasio Peraturan hasil penilaian Sering pada periode 2020 sangat Belum terwujudnya
kemampuan personel kerjasama komunikasi kolaborasi nal Kepolisian terhadap R2 terjadi (4) hingga 2022 siginifikan (5) Kamtibmas
dalam pemberdayaan dengan FKPM personel dalam antara Polri Nomor 1 didapatkan poin terjadinya
masyarakat pelaksanaan dan tahun 2021 5 sehingga peningkatan
pemberdayaan FKPM/masy tentang simpulannya kejahatan
masyarakat arakat dalam Pemolisian "Efektif" konvensional
indikator: memelihara Masyarakat
95% Program Polmas Kamtibmas
terlaksana
Risiko Residual Harapan Indikator Risiko Utama (IRU)
Besaran Prioritas Keputusan Penanganan
LR
Risiko Risiko / Mitigasi Risiko
LK LD LR Nama Batasan Nilai

sangat tinggi 4 3 (Kadang Terjadi) 3 (Moderat) 13 Ya Masih banyaknya Besaran risiko awal/batas atas (periode lalu)
25 kejadian tindak pidana tiap tahunnya 25, batas bawah yang
khususnya pada diharapkan 6
kejahatan konvensional
dengan demikian batas aman adalah 6

Identifikasi Risiko
Evaluasi Risiko
a. Peta Resiko
Tin g ka t Da mp a k
1 2 3 4 5
Ma triks An a lis is Ris iko
Tid a k S ang at
Min o r Mo d e ra t S ig n ifika n
S ig n ifika n S ig n ifika n

Ha mp ir P a s ti
5 11 16 20 23 25
Te rja d i

Tin g ka t Ke mu n g kin a n
4 S e ring Te rja d i 7 12 17 21 2 4 R1

3 Ka d a ng Te rja d i 4 8 13 18 22

2 J a ra ng Te rja d i 2 5 9 14 19

Ha mp ir Tid a k
1 1 3 6 10 15
Te rja d i

4. Analisis Resiko
Contoh: Does the control deal is the control officially Is the control in
R001 with (root) casue of risk documented and operation and applied
and communicated? consistenly?
impact?
YES 3 1
PARTLY 2
NO
6

Nilai 6: menunjukan eksisting control berjalan KURANG EFEKTIF (KE).


Cara perhitungan dari gambar di atas:
a. Jika pengendalian memiliki hubungan dengan penyebab dampak risiko beri nilai 1 (yes), jika Sebagian beri nilai 3, jika
tidak berhubungan sama sekali beri nilai 6.
b. Jika pengendalian telah dibuatkan Peraturan dan dikomunikasikan beri nilai 1. Jika Sebagian pengendalian yang ada
peraturan dan dikomunikasikan atau sudah semua dibuat aturan, namun belum dikomunikasikan beri nilai 2. Jika sama
sekali belum, beri nilai 3.
c. Jika seluruh pengendalian diterapkan secara konsisten, beri nilai 1. Jika Sebagian beri nilai 2. Jika tidak beri nilai 3.
d. Jumlahkan nilai tersebut dan tentukan efektivitasnyadengan ketentuan:
1) a. Jika berjumlah 8-12 : Tidak Efektif (TE)
2) b. Jika berjumlah 6-7 : Kurang Efektif (KE)
3) c. Jika berjumlah <5 : Efektif (E)
e. Menetapkan Kriteria Risiko. Kriteria risiko mencakup kriteria kemungkinan terjadinya risiko dan kriteria dampak risiko;
f. Kriteria Kemungkinan Terjadinya Risiko
Kriteria Kemungkinan

Kriteria Kemungkinan
Tingkat kemungkinan Jumlah frekuensi kemungkinan terjadinya
Persentase kemungkinan terjadinya dalam 1 periode
dalam 1 periode
Hampir tidak terjadi(1) x < 5% Sangat jarang: kurang dari 2 kali 1 tahun
Jarang terjadi (2) 5% < x ≤ 10% Jarang: 2 kali s.d. 5 kali dalam 1 tahun
Kadang terjadi (3) 10% < x ≤ 20% Cukup sering: 6 kali s.d. 9 kali dalam 1 tahun
Sering terjadi (4) 20% < x ≤ 50% Sering: 10 kali s.d. 12 kali dalam 1 tahun
Hampir pasti terjadi(5) x > 50% Sangat sering: lebih dari 12 kali dalam 1 tahun
g. Kriteria Dampak Risiko
Tingkat
Dampak
Area Dampak Tingkat
Tidak Signifikan
Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4) Sangat Signifikan (5)
(1)
Fraud Kementerian Rp 100 Juta ≤ x x ≥ Rp 1 Miliar
< Rp 1 Miliar
Eselon I Rp 10 Juta ≤ x x ≥ Rp 100 Juta
Beban < Rp 100 Juta
Keuangan
Eselon III x < Rp 10 Juta x ≥ Rp 10 Juta
Negara
Non Fraud Kementerian, 0,01 per mil < x 0,1 per mil < x 1 per mil < x X > 10 per mil
Eselon I, Eselon II 0,01 per mil ≥ x ≤ 0,1 per mil ≤ 1 per mil ≤10 per mil

Kementerian dan · Tingkat · Tingkat · Pemberitaan negatif · Pemberitaaan negatif di media · Tingkat kepercayaan
Eselon I kepercayaan kepercayaan di media sosial massa nasional stakeholders sangat rendah
stakeholders stakeholders · Pemberitaan negatif dan internasional · Tingkat kepuasan pengguna
sangat baik baik di media massa lokal · Tingkat kepercayaan layanan sebesar ≤ 2,5 (skala 4)
· Tingkat · Tingkat · Tingkat stakeholders rendah
kepuasan kepuasan kepercayaan · Tingkat kepuasan pengguna
pengguna layanan pengguna layanan stakeholders sedang layanan sebesar 2,5 < x ≤ 3
sebesar 3,5 < x ≤ sebesar 3,25 < x ≤ · Tingkat kepuasan (skala 4)
4 (skala 4) 3,5 (skala 4) pengguna layanan
sebesa r3 < x ≤ 3,25
(skala 4)
5. MITIGASI RISIKO
Formulir Penanganan / Mitigasi Risiko
Unit Organisasi : Polres Hulu Sungai Selatan
Periode Penerapan : Tahun 2023
Rencana penanganan / Mitigasi
Opsi Rencana Aksi
Nomor Sumber Daya
Kejadian penanganan/ penanganan/ Jadwal
Keluaran Target Kendala yang
Risiko Mitigasi Mitigasi Implementasi
dibutuhkan
Risiko Risiko
R001 Masih Mengurangi Peningkatkan Rapat koordinasi Dilaksanakan Banyak tugas FKPM setiap 1 bulan
kurangnya kemungkinan pelatihan dengan FKPM secara berkal yang belum selama tahun
kerjasama kemampuan setiap 1 bulan diselesaikan berjalan (2023)
dengan personel dalam sekali
FKPM pemberdayaan
masyarakat
6. Pemantauan dan Review
a. Formulir Laporan Pemantauan Semesteran
Penanganan / Mitigasi Risiko Indikator Risiko Utama
Prioritas Waktu
Risiko Aksi/ Penanggung Batasan Nilai Tren
Pengendalian
Keluaran Target Realisasi Implementas
Jawab
Nama Status
i Nilai Aktual Risiko
Masih Mengurangi Rapat Dilaksanakan Pelaksanaan Januari – Kapolres terjadinya Besaran 20 20 berada Tren
kurangnya kemungkinan koordinasi secara berkal rapat Maret 2023 HSS peningkatan risiko awal pada menurun
kerjasama dengan FKPM setiap 1 koordinasi 2 kejahatan
dengan bulan sekali bulan sekali. konvensional
/ batas atas batas atas
FKPM (periode (sangat
lalu) tiap tinggi)
bulannya jika
20, batas dibagi 5
bawah maka
yang setiap
diharapkan level
5 116 : 5 =
23, jika
saat ini
nilai
aktualnya
adalah 92
maka
masih
masuk
level
tinggi
(warna
orange).
b. Formulir laporan pemantauan tahunan
Unit Organisasi : Polres Hulu Sungai Selatan
Periode Penerapan : Tahun 2023

1) Peta Penilaian Efektivitas Penanganan

Tingkat Risiko
Tingkat Risiko
Risiko Residual
Prioritas Risiko Aktual Tren Risiko Deviasi/Kesenjangan Rekomendasi
Sebelum Harapan

LK LD LR LK LD LR LK LD LR
Masih kurangnya Peningkatan 13-17 = -4 Meningkatkan
kerjasama dengan komunikasi, koordinasi
FKPM dan kolaborasi dengan
FKPM

4 5 24 3 3 13 4 3 17
2) Peta Hasil Penanganan Risiko

Tingkat Dampak

Matriks Analisis 1 2 3 4 5
Risiko
Tidak Sangat
Minor Moderat Signifikan
Signifikan Signifikan

Hampir
5 Pasti 11 16 20 23 25
Terjadi
Tingkat Kemungkinan

Sering 17 R1 24 R1
4 7 12 21
Terjadi

Kadang
3 4 8 13 18 22
Terjadi

Jarang
2 2 5 9 14 19
Terjadi

Hampir
1 Tidak 1 3 6 10 15
Terjadi

Anda mungkin juga menyukai