Anda di halaman 1dari 61

SISTEM INFORMASI PENDAFTRAN BARANG BUKTI DAN

BARANG TEMUAN TINDAK PIDANA PADA CABANG


KEJAKSAAN NEGERI DELI SERDANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Oleh:

MARTHA LUMBAN GAOL


NIM. 1614000059

JENJANG PENDIDIKAN DIPLOMA-3


PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS POTENSI UTAMA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

atas segala berkat dan kasihNya yang telah memberikan kesehatan dan

kesempatan kepada penulis,sehingga penulis dapat melaksanakan dan

menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan dengan baik.

Adapun tujuan dari penyusunan laporan PKL ini adalah untuk memenuhi

persyaratan Tugas Akhir untuk Program Studi Manajemen Informatika

Universitas Potensi Utama Medan, yang wajib dilaksanakan dan sebagai salah

satu persyaratan untuk menyusun Tugas Akhir. Praktek Kerja Lapangan ini

dilakukan di Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang Selama proses

menyusun laporan ini penuli setelah banyak mendapatkan bimbingan maupun

bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Helmi Kurniawan,ST,M.Kom, selaku Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan serta masukan yang berguna dalam

penulisan Laporan PraktekKerjaLapangan ini.

2. IbuHj. Nuriandy, BA, selakupembinaYayasanPotensiUtama Medan.

3. Bapak H. Bob Subhan Riza, ST,M.Kom selaku Ketua Yayasan Potensi

Utama Medan.

4. Ibu Dr. Rika Rosnelly, S.Kom,M.Kom, selaku Rektor Universitas Potensi

Utama.

5. Ibu Lili Tanti, M.Kom,selakuWakilRektor I Universitas Potensi Utama.

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

I.1. LatarBelakang ........................................................................ 1

I.2. RuangLingkup Permasalahan ................................................ 2

I.2.1. IdentifikasiMasalah .................................................. 2

I.2.2. RumusanMasalah ..................................................... 2

I.2.3. BatasanMasalah........................................................ 3

I.3. Tujuan Dan Manfaat............................................................... 4

I.3.1. Tujuan ...................................................................... 4

I.3.2. Manfaat .................................................................... 4

I.4. MetodePengumpulan Data ..................................................... 5

I.5. Lokasi Praktek Kerja Lapangan ............................................. 6

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ......................................... 8

II.1. SejarahSingkat Perusahaan .................................................... 8

II.2. Visi dan Misi Perusahaan ...................................................... 13

II.3. Logo dan Makna CKNDS Medan .......................................... 14

iii
II.3.1. Logo CKNDS Medan ............................................... 14

II.3.2. Makna Logo CKNDS Medan................................... 14

II.4. Struktur Organisasi ................................................................. 15

II.4.1. Tugas Dan Fungsi ................................................... 17

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ............................................... 20

III.1. AnalisaMasalah ...................................................................... 20

III.1.1. Analisa Input ........................................................... 21

III.1.2. Analisa Proses ......................................................... 21

III.1.3. Analisa Output ......................................................... 23

III.2. Evaluasi Sistem yang Berjalan ............................................... 24

III.3. Strategi Pemecahan Masalah .................................................. 25

III.4. Perancangan .......................................................................... 26

III.4.1. Use Case Diagram .................................................... 26

III.4.2. Activity Diagram ...................................................... 28

III.4.3. Sequence Diagram ................................................... 29

III.4.4. Class Diagram .......................................................... 31

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 32

IV.1. Kesimpulan............................................................................. 32

IV.2. Saran ....................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. LogoKPKNL Medan ................................................................... 10

Gambar II.2. StrukturOrganisasiKPKNL Medan ............................................. 12

Gambar III.1. Flow Of Document(FOD)PendaftaranLelang ............................. 20

Gambar III.2. Output KPKNL Medan…………………………………........... 22

Gambar III.4. Diagram KonteksPerancangan PendaftaranLelang................... 26

Gambar III.5. Data Flow Diagram (DFD) Perancangan PendaftaranLelang ..... 30

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-1. Surat Permohonan PKLMahasiswa.

Lampiran-2. SuratPengajuanJudul PKL.

Lampiran-3. FomulirPendaftaran Judul PKL.

Lampiran-4. SuratPersetujuanJudul PKL

Lampiran-5. Surat Pernyataan Bersedia Membimbing PKL dari Pembimbing

Perusahaan.

Lampiran-6. Kartu Absensi PKL.

Lampiran-7. Daftar Nilai PKL dari Dosen Pembimbing Perusahaan/Instansi.

Lampiran-8. Surat Pernyataan Bersedia Membimbing dari Dosen Pembimbing.

Lampiran-9. Daftar Nilai PKL dari Dosen Pembimbing.

Lampiran-10. Rekapitulasi Nilai PKL.

Lampiran-11. Skedul Pelaksanaan PKL.

Lampiran-12. Surat Balasan (Izin) Melaksanakan PKL dari Perusahaan.

Lampiran-13. Surat Keterangan Selesai PKL dari Perusahaan.

vi
BAB I

PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Pasal 1 Angka 5 peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nomor 10 tahun 2010 menjelaskan pengertian barang bukti adalah benda bergerak

atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang telah dilakukan penyitaan

oleh penyidik untuk keperluan pemeriksaan dalam tingkat penyidikan,penuntutan

dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Barang bukti tersebut merupakan benda –

benda yang terkait atau digunakan untuk melakukan suatu tindak pidana.Barang

bukti kemudian disebut sebagai benda sitaan pada saat benda barang bukti

tersebut disita oleh penyidik berdasarkan surat izin ketua pengadilan negeri

setempat.

Pada proses penyidikan, penyidik berwenang untuk melakukan penyidikan

antara lain penangkapan,penggeledahan,penahanan dan penyitaan. Pasal 1 Angka

16 KUHAP menjelaskan definisi penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik

untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaanya benda

bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan

pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dalam peradilan. Benda sitaan barang

bukti yang tanggung jawab dan kewenangan yuridisnya berada pada penyidik

maka barang bukti tersebut disebut barang bukti penyidikan. Selama barang bukti

berada dalam status penyidikan, penyidik berwenang dan bertanggung jawab

1
2

melakukan tindakan-tindakan sebagaimana diatur dalam Pasal 45 dan pasal 46

KUHAP

Pengelolaan barang bukti dan barang temuan di tingkat pendaftaran sendiri

sampai saat ini masih belum tertib meliputi tata cara penerimaan, penyimpanan,

pengamanan, perawatan, pengeluaran, dan pemusnahannya. Selain itu besar

kemungkinan terjadi hal-hal seperti: penyalahgunaan barang bukti sitaan, barang

bukti sitaan mengalami kerusakan, dan bahkan kemungkinan adanya kejadian

barang bukti sitaan yang hilang pada saat hendak digunakan umtuk proses

peradilan. Benda atau barang bukti yang disita dari terdakwa kasus-kasus pidana

oleh aparat penegak hukum masih belum dikelola dengan baik, artinya benda atau

barang bukti tersebut disita namun tidak dikelola sebagaimana mestinya. Karena

itu keamanan barang bukti dan aset kejahatan-pun menjadi rawan terhadap

kriminalitas

Proses hukum yang dilakukan selama ini hanya terfokus pada si tersangka,

sementara untuk barang bukti dan barang temuan nyaris luput dari pantauan. Hal

inilah yang diindikasikan menjadi celah bagi oknum tertentu untuk melakukan

aksi kriminal. Oknum-oknum tidak bertanggng jawab tersebut biasanya

mengambil keuntungan atas barang temuan dan barang bukti sitaan serta

mengambil alih manajemen barang bukti sitaan utuk kepentingan pribadinya.

Dari latar belakang permasalahan yang ada maka penulis membuat suatu

topik “Sistem Informasi Pendaftran Barang Bukti Dan Barang Temuan

Tindak Pidana Pada Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang. Adapun alasan

mengangkat judul tersebut karna penulis merasa tertarik tentang sistem


3

pendaftaran barang bukti dan barang temuan tindak pidana terhadap suatu tindak

pidana yang terjadi hal ini pendorong bagi penulis untuk memilih judul tersebut.

I. 2. Ruang Lingkup Permasalahan

Adapun laporan penulisan praktek kerja lapangan (PKL) ini harus dibatasi

dengan batasan dan asumsi mengenai data-data yang akan diolah supaya tidak

terjadi perluasan materi yang dapat mempersulit dalam pemahaman mengenai

suatu bahasan/topik tertentu. Dalam penulisan laporan PKL ini penulis membahas

tentang sistem informasi pendaftran barang bukti dan barang temuan tidak pidana

pada Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang

I.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis oleh penulis di Cabang

Kejaksaan Negeri Deli Serdang terdapat beberapa masalah:

1. Dalam pendataan barang bukti dan barang temuan masih sering terjadi

kesalahan karena masih bersifat semi komputerisasi atau masih menggunakan

arsip, dan belum mempunyai database yang terintegrasi.

2. Sistem pendataan barang bukti dan barang temuan masih membutuhkan

waktu yang lama,karena sistem yang digunakan masih semi komputerisasi.

sistem seperti ini masih kurang efektif dan efesien untuk pembutan sebuah

laporan suatu tindak pidana.

3. Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang sudah seharusnya memiliki

sistem yang terkomputerisasi sehingga dapat mempermudah proses pendataan


4

barang bukti dan barang temuan terutama dengan banyaknya komponen yang

diperlukan dalam pendataan barang bukti dan barang temuan suatu tindak

pidana.

I.2.2. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam laporan Praktek Kerja Lapangan ini

adalah :

1. Bagaimana cara agar tidak terjadi kesalahan dalam pendataan barang barang

bukti dan barang Temun pada Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli

Serdang Medan?

2. Bagaimana sistem informasi data penangan pendaftaran barang bukti dan

barang temuan tindak pidana Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang?

3. Bagaimana sistem penangan barang bukti dan barang temuan di Cabang

Kejaksaan Negeri Deli Serdang?

I.2.3. Batasan Masalah

Dalam batasan masalah penulis hanya membahas tentang pendaftarn barang

bukti dan barang temuan tidak pidana di Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang.

I. 3. Tujuan Dan Manfaat

I.3.1. Tujuan

Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut :


5

1. Hasil pendataan barang bukti dan barang temuan bisa diketahui oleh

kejaksaan tersebut.

2. Sistem penanganan barang bukti dan barang temuan tindak pidana bisa

digunakan dengan baik.

3. Sistem informasih data barang bukti dan barang temuan dapat ditangani

dengan baik dan efisien.

I.3.2. Manfaat

Adapun manfaat dalam pembuatan laporan PKL ini adalah :

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman kepada penulis terutama dalam

bidang barang bukti dan barang temuan suatu sistem yang informatif dan

efisien serta dapat menerapkan pengetahuan yang ada dalam sebuah Cabang

Kejaksaan Negeri Deli Serdang.

2. Sebagai pengetahuan pihak lain untuk mengetahui permasalahan-

permasalahan sosial yang dialami, dan menggali potensi pengetahuan

sekaligus sebagai himbauan agar tidak terjadinya kasus barang bukti dan

barang temuan di Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang.

I. 4. Metode Pengumpulan Data

Untuk menyelesaikan laporan PKL ini, penulis memperoleh data dari

Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang baik berupa data tertulis dan tidak
6

tertulis. Adapun metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Observation

Penulis melakukan pengmpulan data secara observasi ini dengan cara

melihat langsung, mencatat, dan menemui barang bukti dan barang temuan pada

Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang

2. Wawancara (Interview)

Penulis melakukan wawancara secara langsung dengan salah satu pegawai

Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang, yaitu dengan Ibu Faridah,SH

yang menjabat sebagai Kejaksaan Hukum untuk memperoleh informasi yang

diinginkan,antara lain;

1. Bagaimana cara supaya pendataan Barang Bukti dan Barang Temuan di

Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang dapat dikerjakan secara cepat dan

tepat?

2. Apa saja yang dibutuhkan untuk mengatasi Barang Bukti Dan Barang

Temuan?

3. Bagaimana cara penerapan sistem pendaftaran Barang Bukti dan Barang

Temuan di Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang?

3. Studi Liberatur

Penulis mengumpulkan data melalui beberapa buku referensi, baik buku-

buku kuliah dari mentor maupun buku dari parpustakaan yang menunjukkan judul

yang sedang dibahas.


7

I. 5. Lokasi PKL

Lokasi pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan di

Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang Jl.Kejaksaan No.1 Simp Kantor

Labuhan Deli. 20518. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan dimulai dari

tanggal 6 Agustus 2018 s/d 20 Agustus 2018 yang dimulai dari pukul 08.00 WIB

s/d 17.00 WIB.


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

II.1 Sejarah Singkat Cabang Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam

Istilah Kejaksaan sebenarnya suda ada sejak lama di Indonesia.Pada

zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit,

istilah dhyaksa,adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan

jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari

kata-kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta. Seorang peneliti Belanda, W.F.

Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa adalah pejabat negara di zaman Kerajaan

Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam Wuruk tengah berkuasa(1350-1389M).

Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas untuk menangani masalah Peradilan

dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini dipimpin oleh seorang adhyaksa, yakni

hakim tertinggi yang memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi.

Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang

mengatakan bahwa adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi

(oppenrrechter). Krom dan Van Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda,

bahkan menyebut bahwa patih terkenal dari Majapahit yakni Gajah Mada, juga

adalah seorang adhyaksa. Pada masa penduduk Belanda, badan yang ada

relevansinya dengan jaksa dan Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie.

Lembaga ini yang menitahkan pegawai-pegawainya berperan sebagai Magistraat

dan Officier Van Justitie di dalam sidang Landraad.

8
9

(Pengadilan Negeri), Jurisdictie Geschillen (Pengadilan Justisi) dan

hooggerechtshof (Mahkamah Agung) dibawah perintah langsung dari Residen/

Asisten Residen. Hanya saja, pada praktenya, fungsi tersebut lebih cenderung

sebagai perpanjangan tangan Belanda belaka. Dengan kata lain, jaksa dan

Kejaksaan pada masa penjajahan belanda mengemban misi terselubung yakni

antara lain:

a. Mempertahankan segala peraturan Negara.

b. Melakukan penuntutan segala tindak pidana.

c. Melaksanakan putusan pengadilan pidana yang berwenang.

Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kentara, khususnya dalam

menerapkan delik-delik yang berkaitan dengan hatzaai arikelen yang terdapat

dalam Wetboek van Strafrecht (WvS). Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya

lembaga penuntutsecara resmi difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang

pemerintah zaman pendudukan tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti

oleh Osamu Seirei No.3/1942, No.2/1944 dan No.49/1944. Eksistensi Kejaksaan

itu berada ada semua jenjang pengadilan, yakni sejak Saikoo Hooin (Pengadilan

Negeri). Pada masa itu, secara resmi digariskan bahwa Kejaksaan memiliki

Kekuasaan untuk:

1. Mencari (menyidik) kejahatan dan pelanggaran.

2. Menuntut Perkara.

3. Menjalankan putusan pengadilan dalam perkara kriminal.

4. Mengurus Pekerjaan lain yang wajib dilakukan menurut hukum.


10

Begitu Indonesia merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam

Negara Republik Indonesia. Hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan Peralihan

UUD 1945, yang diperjelas oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945.

Isinya mengamanatkan bahwa sebelum Negara R.I. membentuk badan-badan dan

peraturan negaranya sendiri sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar,

maka segala badan dan peraturan yang ada masih langsung berlaku. Karena itulah,

secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan Indonesia

diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari setelahnya,yakni

tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI) diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur Negara Republik

Indonesia,yakni dalam lingkungan Departemen Kehakiman.

Kejaksaan RI terus mengalami berbagai perkembangan dan dinamika

secara terus menerus sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem

pemerintahan. Sejak awal eksistensinya, hingga kini Kejaksaan Republik

Indonesia telah mengalami 22 periode kepemimpinan Jaksa Agung. Seiring

dengan perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, kedudukan pimpinan,

organisasi, serta tata cara kerja Kejaksaan RI, juga mengalami berbagai perubahan

yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta bentuk Negara dan

sistem pemerintahan, menyangkut Undang-Undang tentang Kejaksaan, perubahan

mendasar pertama berawal tanggal 30 Juni 1961, saat pemerintah mengesahkan

Undang-Undang Nomor 15 tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Kejaksaan RI. Undang –Undang ini menegaskan Kejaksaan sebagai alat Negara

penegak Hukum yang bertugas sebagai penutut.


11

Umum (pasal 1), Penyegaraan Tugas departemen Kejaksaan dilakukan

Menteri /Jaksa Agung (pasal 5) dan susunan organisasi yang diatur oleh

Keputusan Presiden. Terkait kedudukan, tugas dan wewenang Kejaksaan dalam

rangka sebagai alat revolusi dan penempatan kejaksaan dalam struktur organisasi

departemen, Kejaksaan Tinggi.

Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut

Kejaksaan RI sesuai dengan perubahan dari Undang-Undang nomor 15 tahun

1961 kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991, tentang Kejaksaan yang

didasarkan pada adanya Keputusan Presiden No.55 tahun 1991 tanggal 20

November 1991

Masa Reformasi hadir ditengah gencarnya berbagai sorotan terhadap

pemerintah Indonesia serta lembaga penegak hukum yang ada, khususnya dalam

penanganan Tindak pidana Korupsi. Karena itulah, memasuki masa reformasi

Undang-Undang tentang Kejaksaan juga mengalami perubahan, yakni dengan

diundangkannya, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 untuk menggantikan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991. Kehadiran Undang-Undang ini disambut

gembira banyak pihak lantaran dianggap sebagai peneguhan eksistensi Kejaksaan

yang Merdeka dan bebas dari pengaruh Kekuasaan pemerintah, maupun pihak

lainnya. Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, pasal 2

ayat (I)

Ditegaskan bahwa “Kejaksaan” R.I. adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan Negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan “Undang-Undang “. Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara


12

(Dominus Litis), mempunyai kedudukan sentral dalam penegakkan hokum,karena

hanya insitusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat

diajukan ke pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut

Hukum acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus Litis, Kejaksaan

juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive

ambtenaar). Karena itulah, Undang-Undang Kejaksaan yang baru ini dipandang

lebih kuat dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan RI sebagai

lembaga Negara Pemerintah yang melaksanakan Kekuasaan Negara di bidang

penuntutan.

Mengacu pada UU tersebut, maka pelaksanaan Kekuasaan Negara yang

diemban oleh Kejaksaan, harus dilaksanakan secara merdeka. Penegasan ini

tertuang dalam Pasal 2 ayat (2) UU No.16 Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah

lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan Negara dibidang penuntutan

secara merdeka. Artinya, bahwa dalam melaksanakan fungsi, tugas dan

wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh

kekuasaan lainnya. Ketentuan ini bertujuan melindungi profesi jaksa dalam

melaksanakan tugas profesionalnya. UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I

juga mengatur tugas dan wewenang dan Kejaksaan.

(Sumber:www.kejari-deliserdang.go.id)
13

II.1.1 Visi dan Misi Kejaksaan

II.1.1.1. Visi Kejaksaan RI

Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang

bersih,efektif,efesien,tranparan, akuntabel,untuk dapat memberikan pelayanan

prima dalam mewujudkan supremasi hukum secara professional,proporsional dan

bermartabat yang berlandaskan keadilan,kebenaran,serta nilai-nilai kepautan.

(Sumber:www.kejari-deliserdang.go.id)

II.1.1.2. Misi Kejaksaan RI

1. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kejaksaan dalam pelaksanaan tugas dan

wewenang ,baik dalam segi kualitas maupun kuantitas penanganan perkara

seluruh tindak pidana, penanganan perkara perdata dan Tata Usaha Negara,

serta pengoptimalkan kegiatan Intelijen Kejaksaan, secara Profesional,

proposional dan bermartabat melalui Penerapan Standard Operating

Procedure (SOP) yang tepat, cermat,terarah,efektif,dan efisien.

2. Mengoptimalkan peranan bidang Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka

mendukung pelaksanaan tugas bidang-bidang lainnya, terutama terkait

dengan upaya penegakan hukum.

3. Mengoptimalkan tugas pelayanan publik di bidang hukum dengan penuh

tanggung jawab, taat azas, efektif dan efisien, serta penghargaan terhadap

hak-hak public.

4. Melaksanakan pembenahan dan penataan kembali struktur organisasi

Kejaksaan, pembenahan sistem informasi manajemen terutama


14

pengimplementasian program quickwins agar dapat segara diakses oleh

masyarakat, penyusunan cetak biru (blue print) pembangunan sumber daya.

5. Membentuk aparat kejaksaan yang handal, tangguh, profesional, bermoral

dan beretika guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi

dan wewenang, terutama dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan

serta tugas-tugas lainnya yang terkait.

(Sumber:www.kejari-deliserdang.go.id)

II.1.2. Bentuk Logo Kejaksaan

Gambar II.1. Logo Kantor Kejaksaan


(Sumber :Kantor Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam)

Makna Logo :

1. Bintang bersudut tiga merupakan salah satu benda alam ciptaan Tuhan Yang

Maha Esa yang tinggi letaknya dan memancarkan cahaya abadi, Sedangkan

jumlah tiga buah merupakan pantulan dari Trapsila Adhyaksa sebagai

landasan kejiwaan warga Adyaksa yang harus dihayati dan diamalkan.


15

2. Senjata Pedang melambangkan kebenaran, senjata untuk membasmi

kemungkaran/kebathilan dan kejahatan.

3. Timbangan adalah lambang keadilan, keadilan yang diperoleh melalui

keseimbangan antara suratan dan siratan rasa.

4. Padi dan Kapas melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran yang menjadi

dambaan masyarakat.

5. Seloka ”Satya Adi Wicaksana” merupakan Trapsila Adhyaksa yang menjadi

landasan jiwa dan raihan cita-cita setiap warga Adhyaksa dan mempunyai arti

serta makna.

II.2. Struktur Organisasi

Organisasi adalah suatu struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan

sedemikian rupa sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling

mempengaruhi dengan adanya hubungan secara keseluruhan. Dipandang dari

fungsinya, organisasi adalah pengelompokkan dan peraturan dari berbagai

aktifitas tersebut, penyediaan lingkungan kerja dan fasilitas yang sesuai serta

penetapan kepada masing-masing orang yang digunakan. Organisasi juga bisa

diartikan sebagai sekelompok orang yang mengadakan kerjasama untuk mencapai

tujuan tertentu. Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur

organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber-sumber daya yang

dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Struktur organisasi merupakan pola

hubungan diantara bagian atau posisi yang menunjukkan kedudukan, tugas, dan

wewenang serta tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi. Struktur
16

organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang

memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan penginspirasi segenap

kegiatan organisasi baik kearah vertikal maupun horizontal

JAKSA AGUNG R.I


WAKIL JAKSA AGUNG R.I

STAF AHLI TENAGA AHLI

ASISTEN JAKSA AGUNG

JAKSA AGUNG MUDA JAKSA AGUNG MUDA JAKSA AGUNG MUDA JAKSA AGUNG JAKSA AGUNG JAKSA AGUNG BIDANG
BIDANG PEMBINAAN BIDANG INTELIJEN BIDANG TINDAK MUDA BIDANG MUDA BIDANG MUDA BIDANG PENDIDIKAN
PIDANA UMUM TINDAK PIDANA PERDATA DAN PENGAWASAN DAN
KHUSUS USAHA NEGARA PELATIHAN

PUSAT DATA
PUSAT PENELITIAN STATISTIK KRIMIMAL
PUSAT PENERANGAN PUSAT PEMILIHAN
DAN DAM TEKNOLOGI
HUKUM ASET
PENGEMBANGAN INFOMRMASI

KEJAKSAAN TINGGI

KEJAKSAAN NEGERI

Gambar II. 3. Struktur Organisasi Kantor Kejaksaan Negeri Deli Serdang


(Sumber : Kantor Kejaksaan Negeri Deli Serdang.)
17

II.2.1. Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian Pada Struktur

Organisasi

A. Tugas Jaksa Agung

1. Menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukum dan

keadilan kebijakan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang oleh Undang-

Undang.

a. Mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh Undang-

Undang.

b. Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum.

c. Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kpada Mahkamah Agung

dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha Negara.

1. Jaksa Agung Bidang Pembinaan

a. Penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana;

b. Pelaksanaan pemberian bantuan di bidang intelijen yustisial;

c. Pelaksanaan penegakan hukum baik preventif ;

d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2. Tugas Jaksa Agung Media INTELIJEN

a. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan di bidang Intelijen.

b. Melaksanakan hubungan kerja dengan instansi /lembaga ,baik di dalam

maupun di luar negeri.


18

c. Memberikan dukungan teknik secara Itelijen kepada bidang-bidang lain di

lain di lingkungan kejaksaan.

3. Tugas Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum

Membantu Pimpinan dalam melaksanakan sebagian tugas dan wewenang

serta fungsi kejaksaan di sebagian tugas dan wewenang serta fungsi kejaksaan di

bidang yustusial mengenai tindak pidana umum yang diatur di dalam dan di luar

kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

4. Tugas Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus

Melaksanakan sebagian tugas utama kejaksanaan di bidang yustisial yang

menyangkut tindak pidana khusus berdasarkan peraturan perundang –

undangan dan kebijakan yang ditetapkan oleh jaksa agung.

5. Tugas Jaksa Agung Muda Bidang Perdata Dan Usaha Negara

a. Penegakan hukum.

b. Bantuan Umum.

c. Pertimbangan Hukum.

d. Pelayanan Hukum .

e. Tindakan Hukum Lainnya.

6. Tugas Badan Dan Pelatihan

Menyelenggarakan bidang program pusat diklat manajemen dan ke

pemimpinan pusat diklat teknis bidang penyelenggara.

7. Tugas Penelitian Dan Pengembangan

Melaksanakan penelitian, pengajian, pengembangan, kerjasama ke ilmuan

dan kegiatan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan tugas dan wewenang serta
19

fungsi kejaksaan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan

yang telah di tetapkan oleh jaksa Agung.

8. Tugas Penerangan Hukum

Sebagai pelaksana tugas dibidang penerangan dan penyuluhan hukum,

hubungan media masa, hubungan antar lembaga Negara, lembaga pemerintah

dan non pemerintah pengelolah informasi dan dokumentasi, yang karena

sifatnya tidak tercakup dalam satuan organisasi.

9. Tugas Pusat Data Statistik Kriminal Dan Teknologi

Mempunyai tugas di bidang pengolahan data dan statistik kriminal serta

peneraapan dan pengembangan teknologi informasi di lingkungan kejaksaan

RI berdasarkan peraturan Perundang-Undangan dan kebijakan yang

ditetapkan oleh Jaksa Agung.

10. Tugas Kejaksaan Negeri

Melaksanakan tugas yang di bantu oleh beberapa unsur pembantu pimpinan

dan unsur pelaksana.

11. Tugas Kejaksaan Tinggi

Melaksanakan tugas dan wewenang serta fungsi kejaksaan di daerah hukum

kejaksaan, kejaksaan di daerah hukum kejaksaan tinggi yang bersangkutan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan

oleh Jaksa Agung.

(Sumber:www.kejari-deliserdang.go.id)
BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN


20

BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN

III.1. Analisa Masalah

Adapun sistem yang berjalan atau sistem yang digunakan saat ini pada

kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang adalah sistem manual yang

dikerjakan pada kertas yang kemudian diarsipkan, sehingga kegiatan pendataan

barang suatu tindak pidana yang dilakukan kurang efektif. Karena sebagian

pendataan barang yang dilakukan masih manual, mulai dari input data barang

hingga penanganan laporan. Hal tersebutlah yang mengakibatkan salah

penginputan, sehingga memungkinkan karyawan harus menggunakan sistem

komputer yang telah terprogram untuk mendata barang.

Dari kesimpulan diatas maka kendala-kendala yang dihadapi pada sistem

yang sedang berjalan pada Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang Kota

Medan adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan waktu yang lama dalam proses pendataan barang bukti dan

barang temuan suatu tindak pidana.

2. Sulitnya mencari data barang bukti dan barang temuan

3. Lambatnya proses pembuatan laporan.

Sebelum dilakukan proses perancangan sistem maka tahap yang harus

dilakukan adalah analisa sistem yang terbagi atas tiga langkah analisa yaitu

analisa input, analisa proses, dan analisa output. Adapun sistem yang berjalan

adalah sebagai berikut:

20
21

III.1.1. Analisa Input

Analisa input ini dilakukan untuk mengetahui data-data apa saja yang

dibutuhkan untuk pemprosesan nantinya pada Kantor Cabang Kejaksaan Negeri

Deli Serdang, adapun proses penginputan data adalah seperti No. Register

Perkara, Tgl Penerimaan Tanggung Jawab Barang Bukti dari Penyelidik, Jaksa

Penuntut Umum, Pasal. Yang terdakwa, Jumlah Ukuran, Jenis, Penyimpanan

Barang Bukti Adapun contoh dokumen inputan tersebut dapat dilihat pada tabel

III.1 sebagai berikut:

Gambar III.1 Tampilan Inputan Data Barang Bukti Dan Barang Temuan

(Sumber : Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang)

III.1.2 Analisa Proses

Analisa proses adalah dimana inputan data akan diolah menjadi suatu

output yang diharapkan. Dalam hal ini penulis membuat analisa proses yang

berjalan menggunakan Flow Of Document (FOD). Flow Of Document (FOD)

adalah data dalam bentuk dokumen dalam suatu sistem informasi yang merupakan
22

suatu aktifitas yang terhubungan dengan kebutuhan data dan informasi, proses

aliran dokumen ini terjadi dengan entitas di luar sistem.

Berikut Flow Of Document (FOD) sistem informasi data Pendataan barang

bukti dan Barang Temuan pada Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang

dapat dilihat pada Gambar III.1.

Bagian Pidum

Gambar III.1. Flow Of Document (FOD) dari Sistem Informasi Data Barang
Bukti Dan Barang Temuan

(Sumber : Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang)


23

Keterangan dari Flow Of Document (FOD) adalah sebagai berikut :

1. Bagian Pidum mendata barang dan membuat laporan data barang secara

manual.

2. Bagian Tahanan menerima laporan data barang lalu menyimpannya sebelum

diserahkan ke kepala bagian.

3. Bagian Kejaksaan terlebih dahulu memeriksa Barang untuk memastikan

kesesuaian dengan data yang telah diberikan admin.

4. Kepala Bagian menerima data barang, lalu melakukan pemeriksaan apakah

sudah lengkap atau tidak.

5. Jika data sudah lengkap maka data barang akan diterima oleh Kepala Bagian,

jika tidak Kepala Bagian akan mengembalikan ke bagian kejaksaan untuk

memeriksa data yang akan dilengkapi.

III.1.3 Analisa Output

Adapun yang menjadi dokumen keluaran pada analisa output adalah

berupa laporan data. Pada laporan tertera No. Register Perkara, Tgl Penerimaan

Tanggung Jawab Barang Bukti dari Penyelidik, Jaksa Penuntut Umum, Pasal.

Yang terdakwa, Jumlah Ukuran, Jenis, Penyimpanan Barang Bukti

Berikut contoh dokumen ouput pada Kantor Cabang Kejakaan Negeri

Deli Serdang dapat dilihat pada tabel III.2 dibawah ini:


24

Tabel III.2. Lampiran Data Barang Bukti dan Barang Temuan

(Sumber : Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang)

III.2. Evaluasi Sistem Yang Berjalan

Setelah dilakukan penganalisaan terhadap sistem yang berjalan pada

Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang perlu adanya evaluasi untuk

mengetahui kelemahan dan kelebihan pada sistem yang berjalan. Adapun

kelemahan dan kelebihan dari sistem yang berjalan, yaitu:

III.2.1. Kelemahan Sistem Yang Berjalan

1. Data-data dicatat dalam kertas-kertas dan buku-buku yang terpisah dengan

cara manual.

2. Data- data yang disimpan dalam bentuk kertas dan buku-buku rentan

terhadap kerusakan, sehingga dapat merugikan Kantor Cabang Kejaksaan

Negeri Deli Serdang Dalam memberikan informasi harus membuka file-file


25

atau arsip sehingga memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses

pendataan.

Untuk mengatasi kekurangan dari sistem yang berjalan saat ini pada

Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang harus memiliki sistem

terkomputerisasi dalam setiap pelaksanaan kegiatan penginputan data barang, baik

dalam penambahan data, pergantian maupun proses verifikasi kelengkapan data.

Hal ini dilakukan agar pada Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang dapat

menghasilkan inputan data secara cepat, akurat, dan lebih baik.

III.2.2. Kelebihan Sistem Yang Berjalan

Adapun kelebihan dari sistem antara lain:

1. Dapat dilakukan oleh semua orang yang berhungan dengan pendataan barang.

2. Mempermudah karyawan dalam proses pendataan.

3. Sistem pendataan pada Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang saat ini

hanya menggunakan sistem yang manual sehingga lebih hemat dalam biaya.

III.3. Strategi Pemecahan Masalah

Strategi pemecahan masalah adalah metode pemecahan masalah dari

kekurangan sistem yang berjalan, maka penulis menarik kesimpulan yang

berdasarkan pada permasalahan yang terjadi, solusinya adalah

1. Digunakan sistem komputerisasi pada sistem informasi data barang bukti dan

barang temuan karena hal ini sangat dibutuhkan dalam kegiatan pengawasan

setiap barang.
26

2. Untuk memperlancar pekerjaan diadakan informasi perancangan data barang

bukti dan barang temuan milik Negara yang berbasis Komputer agar

memungkinkan dalam menilai lebih cepat, akurat dan tepat.

III.4. Perancangan

Pada perancangan Sistem Informasi data Inventory Barang bukti dan

barang temuan terdapat beberapa tahan perancangan, diantaranya :

1. Use Case Diagram

2. Activity Diagram

3. Sequential Diagram

4. Class Diagram

Perancangan sistem dibuat untuk memepermudah waktu dalam proses

pembuatan laporan data barang pada Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli

Serdang.

III.4.1. Use Case Diagram

Use Case Diagram adalah suatu diagram yang membuat bagaimana proses

dari sistem yang akan diterapkan ( dengan cara apa, oleh siapa dan dimana).

Dengan menggunakan Use Case Diagram , proses sistem yang ada akan lebih

dapat digambarkan dan dikomunikasikan kepada pemakai sistem sehingga

penguna bekerja lebih efektif dan efisien.


27

Adapun bentuk Use Case Diagram dari Sistem Informasi Barang Bukti

Dan Barang Temuan Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang dapat dilihat

dari gambar III.2 sebagai berikut

Sistem Informasi Barang Bukti Dan Barang Temuan pada Kantor Cabang
Kejaksaan Negeri Deli Serdang

Data barang
bukti

Membuat data
laporan barang
bukti

Laporan data
Admin
barang bukti

Menerima
laporan barang
bukti
Login

Memeriksa
berkas data Kepala Pidum
laporan

Data barang
bukti

Data barang bukti


disetujui
Kepala Bagian

Gambar III.2. Use CaSse Diagram Sistem Informasi Barang


Bukti Dan Barang Temuan
28

III.4.2. Activity Diagram

Activity Diagram merupakan representasi dari suatu sistem yang

menggambarkan bagian-bagian dari sistem tersebut beserta seluruh hubungan

diantara bagian-bagian yang ada dan memproses sistem tersebut dalam komponen

beserta seluruh penghubung antar suatu alur data yang digambarkan dengan anak

panah. Activity Diagram Sistem Informasi Data Inventory adalah seperti gambar

III.3. berikut :

Gambar III.3. Activity Diagram Sistem Informasi Barang Bukti Dan Barang
Temuan
29

Pada activity diagram gambar III.3 diatas staff inventory megakses sitem

dan melakukan inputan data pada sistem yang disimpan di dalam sebuah database.

Setelah itu Staff Inventory membuat laporan data barang dan menyimpannya

kembali ke dalam database tersebut.

III.4.3. Sequence Diagram

Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di

sekitar sistem (termasuk pengguna, display/form) berupa messageyang

digambarkan terhadap waktu. Sequence diagrambiasa digunakan untuk

menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai

respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu.

Berikut merupakan sequence diagram sistem informasi data barang bukti

dan barang temuan :


30

Gambar III.4. Sequence Diagram Sistem Informasi Data Inventory Barang


Bukti Dan Barang Temuan

Pada squence diagram menggambarkan staf inventory sebagai aktor

berinteraksi dengan sistem dalam menginput data. Dimulai dari staf inventory

melakukan login, maka sistem akan menampilkan form login, setelah itu staf

inventory akan memasukkan username dan password untuk menuju ke form menu

utama, selanjutnya sistem akan menampilkan form menu utama, kemudian staf
31

akan memasukan data ke sistem dan menyimpannya, selanjutnya staf inventory

membuat laporan data dan menyerahkannya kepada kepala bagian.

III.4.4. Class Diagram

Diagram kelas atau class diagram menggambarkan struktur sistem dari

segi pendefinisian kelas-kelas yang akan dibuat untuk membangun sistem. Kelas

memiliki apa yang disebut atribut dan metode atau operasi. Bentuk Class

Diagram dari sistem yang dibangun dapat dilihat pada Gambar III.5.

Gambar III.5. Class Diagram Sistem Informasi Data Inventory Barang Bukti
Dan Barang Temuan
.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV. 1. Kesimpulan

Selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada

Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang penulis ditempatkan

dibagianRuang Tahanan. Penulis mendapatkan pengalaman-pengalaman baru

yang menyenangkan dan juga mendapatkan pengetahuan tentang penginputan

data dalam pembuatan laporan.

Dalam melaksanakan praktek kerja lapangan, penulis mendapat banyak

masukan tentang bagaimana cara belajar dan bekerja didalam suatu perusahaan.

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yang penulis

dapatkan dari perusahaan tersebut, antara lain :

1. Sistem yang berjalan pada Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang

masih banyak kekurangan sehingga menyebabkan banyak kesalahan dalam

proses pembuatan laporan data barang dan memerlukan banyak waktu selama

pengerjaan berlangsung.

2. Sistem yang digunakan pada Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang

belum menggunakan sistem terkomputerisasi, dan setiap laporan disimpan

dalam bentuk arsip.

3. Penyimpanan laporan dalam bentuk arsip sangat rentan terhadap kerusakan

dan akan memakan waktu yang sangat lama untuk membuat salinan laporan

tersebut.
32
33

IV. 2. Saran

Setelah melaksanakan PKL, dan melihat adanya kelebihan dan kekurangan

pada berbagai pihak, maka penulis dapat menyarankan agar :

1. Pengolahan informasi dan data harus lebih ditingkatkan dengan sistem

komputerisasi agar dapat berjalan dengan lancar.

2. Sebaiknya perusashaan membuat program khusus dalam pembuatan

program pengolahan informasi dan data perusahaan.

3. Sebaiknya sistem pendataan barang pada Kantor Cabang Kejaksaan Negeri

Deli Serdang dilakukan dengan sebaik-baiknya agar kerja sama antara

pegawai dan instansi berjalan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

AnonimosKUHAPdan KUHP, SinarGrafika, Jakarta, 2003.

PerananBarangBuktiDalamPembuktianPerkaraPidana, DuniaHukum Online,


diaksesMaret 2015.

(Sumber:www.kejari-deliserdang.go.id)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai